Anda di halaman 1dari 86

Proses Produksi Usaha Bakso dalam Meningkatkan Pendapatan (Studi

Kasus Bakso Pak Widodo dan Gang Bentoel, Jln. Hos Cokroaminoto, Kota
Mataram)

oleh
Hidayat Mustofa Akbar
NIM 160203123

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2020
Proses Produksi Usaha Bakso dalam Meningkatkan Pendapatan (Studi
Kasus Bakso Pak Widodo dan Gang Bentoel, Jln. Hos Cokroaminoto, Kota
Mataram)

Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Ekonomi

oleh
Hidayat Mustofa Akbar
NIM 160203123

JURUSAN EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2020
i
ii
iv
MOTTO

 ‫بأ فس‬ ۟ ‫غ‬ ‫حت‬ ‫بق‬ ‫إ َ َ غ‬

“ Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka

merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri “ (QS.Ar Ra’d:11).1

Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya,


1

(Semarang: Cv.Toha Putra, 1989), hlm. 370.

v
PERSEMBAHAN

Assalamualaikum, Wr. Wb

Akan kubingkiskan skripsi ini untuk:


1. Guru-guruku Dan Dosen UINMA yang telah
mengajarkan dan membimbing aku hingga seperti
ini.
2. Untuk Ibu (SITI QOMARIYAH) Dan ayah (Drs.
TAUFIK) yang telah menghadapi banyak
perjuangan dan rasa sakit. Akan tetapi saya
berjanji tidak akan membiarkan semuanya menjadi
sia-sia, Saya akan tumbuh, untuk menjadi yang
terbaik yang saya bisa. Pencapaian ini adalah
persembahan istimewa saya untuk Ayah dan Ibu.”
3. sahabat-sahabat seperjuangan terimakasih atas
kebersamaan dan dukungannya.

vi
vii
viii
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... i


NOTA DINAS PEMBIMBING ............................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................. iii
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ..................................................... iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. vi
KATA PENGANTAR .............................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 6
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian................................ 7
E. Telaah Pustaka .................................................................. 8
F. Kerangka Teori .................................................................. 11
G. Metode Penelitian ............................................................. 23
H. Sistematika Pembahasan .................................................... 32
BAB II PAPARAN DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................... 34
B. Proses Produksi Usaha Bakso Pak Widodo dan Gang
Bentoel di Kota Mataram ................................................... 39
C. Kelebihan dan Kekurangan Usaha Bakso Pak Widodo
dan Gang Bentoel di Kota Mataram ................................... 42
D. Faktor-Faktor Produksi Usaha Bakso Pak Widodo dan
Gang Bentoel di Kota Mataram .......................................... 45

ix
BAB III PEMBAHASAN
A. Analisis Proses Produksi Usaha Bakso Pak Widodo dan
Gang Bentoel di Kota Mataram .......................................... 48
B. Analisis Kelebihan dan Kekurangan Usaha Bakso Pak
Widodo dan Gang Bentoel di Kota Mataram ...................... 56
C. Analisis Faktor-Faktor Produksi Usaha Bakso Pak
Widodo dan Gang Bentoel di Kota Mataram ...................... 59

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 63
B. Saran.................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
Proses Produksi Usaha Bakso dalam Meningkatkan Pendapatan (Studi
Kasus Bakso Pak Widodo dan Gang Bentoel, Jln. Hos Cokroaminoto, Kota
Mataram)

Oleh:
Hidayat Mustofa Akbar
NIM 160203123

ABSTRAK

Skripsi ini ditulis berdasarkan latar belakang sebuah usaha bakso yang
sudah berdiri lama, memiliki banyak peminat akan tetapi usaha tersebut belum
mampu berkembang secara maksimal. Permasalahan penelitian ini ada pada
mekanisme produksi usaha bakso yang belum memiliki alat produksi modern,
serta masih menggunakan cara traditional yang dimana akan banyak memakan
biaya produksi sehingga pendapatan usaha bakso akan terganggu.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif yang dilakukan dengan mencari data langsung di lapangan. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. data
primer berupa hasil observasi, wawancara dari usaha bakso pak Widodo dan Gang
Bentoel dan dokumentasi langsung dari lapangan, sedangakan data skunder
berupa data yang diperoleh dari literatur-literatur dan bacaan yang terkait lainnya
dengan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi
lapangan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh suatu kesimpulan
bahwa dalam mekanisme produksi untuk meningkatkan pendapatan usaha bakso
di Kota Mataram, maka masing-masing usaha harus menambah nilai guna pada
suatu barang dan jasa. Dalam menambah nilai guna barang dan jasa ini dikenal
lima jenis kegunaan, yaitu : Guna bentuk, Guna jasa, Guna tempat, Guna waktu,
Guna milik. Adapun Faktor-faktor pendorong produksi usaha bakso di Kota
Mataram masih memproduksi hingga sekarang, yaitu: a) bahan baku yang mudah
didapatkan, b) banyak lokasi di Kota Mataram yang strategis untuk membuka
sebuah usaha, c) keinginan mencari nafkah, d) meneruskan usaha keluarga.

Kata Kunci: produksi, pendapatan, modal, tenaga kerja

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak manusia berada di muka bumi, produksi ikut juga

menyertainya. Produksi sebagai prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga

peradaban manusia dan bumi. Mencari keuntungan melalui produksi dan

kegiatan bisnis lain tidak dilarang sepanjang berada dalam bingkai tujuan dan

hukum Islam. 2 Menurut Adiwarman Karim, sesungguhnya produksi lahir dan

tumbuh dari menyatunya antara manusia dengan alam. 3

Indonesia sebagai negara berkembang masih berusaha mengatasi

masalah-masalah internal dalam usaha kecil dan menengah (UKM) yaitu

“kerugian” salah satunya seperti kebanyakan kasus pengusaha bakso di

Indonesia yang mengalami kerugian karena mahalnya biaya produksi yang

diakibatkan oleh banyaknya tenaga yang terpakai dalam produksi bakso

tersebut sedangkan keuntungan dari penjualan tidak jauh beda hasilnya

dengan modal produksi. Maka produsen harus benar-benar memperhitungkan

biaya produksi dan yang akan dikonsumsi agar mendapatkan keuntungan,

oleh karena itu dalam pembahasan ini akan berfokus pada mekanisme

produksi.

2
M. Nur Rianto Al Arif & Euis Amalia, Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta, PT. Fajar
Interpratama Mandiri, 2010), hlm.163.
3
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),
hlm. 102.

1
2

Menurut ilmu ekonomi produksi adalah kegiatan manusia untuk

menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen.

Fungsi produksi yaitu menggambarkan hubungan antara jumlah input dengan

output yang dapat dihasilkan dalam suatu waktu tertentu. Dengan kata lain,

produksi, distribusi, dan konsumsi merupakan rangkaian kegiatan ekonomi

yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya saling mempengaruhi, namun produksi

merupakan titik pangkal dari kegiatan tersebut.4

Kegiatan produksi akan dapat dilaksanakan bila tersedia faktor-faktor

produksi. Faktor-faktor produksi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis,

yaitu faktor manusia dan faktor non-manusia yang termasuk faktor manusia

adalah tenaga kerja atau buruh dan wirausahawan, sementara faktor non-

manusia adalah sumber daya alam, modal, mesin,ala-alat, dan gedung.

Islam melarang seseorang memproduksi atau mengonsumsi produk

atau barang yang haram. kebanyakan di lapangan lebih sering memakai

konsep produksi dalam tatanan Ekonomi konvensional yang tidak mengenal

halal dan haram, karena yang menjadi prioritas kerja sistem ini adalah

memenuhi keinginan pribadi dengan mengumpulkan laba, harta, dan uang

tanpa mempersoalkan apakah produksi itu halal atau haram. 5 Seperti yang

diungkapkan dalam Qs. Al-Maidah ayat 62 dan Qs. Al-A’raf ayat 157 :

‫س‬ ‫سحت‬ ‫أك‬ ‫عد‬ ‫ْث‬ ‫ف‬ ‫س ع‬ ً ‫ت كث‬


‫ك ۟ ع‬
4
H. Idri, Hadis Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2015). hlm. 62.
5
Mohammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi dalam Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1996), hlm. 46.
3

Artinya :“Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang


Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang
haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka Telah
selakerjakan itu.” (Qs. Al-Maidah: 62)

‫ت بً ع د ف ت‬ ‫جد‬ ْ ‫س‬ ‫تع‬


‫ط ت‬ ‫ح‬ ‫ع‬ ‫ب ع ف‬ ‫ْج أ‬
‫ْغَ ت ك ت ع‬ ‫إص‬ ‫خ ئث ضع ع‬ ‫ح ع‬
‫أز ع أ ك‬ ‫تع‬ ‫ص‬ ‫ب عز‬ ‫آ‬ ‫ف‬
‫فح‬
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang
(nama-nya) mereka dapati tertulis di taurat dan injil yang ada di sisi
mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’aruf dan
melarang mereka mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan
bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan mereka segala
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang
beriman kepadanya, memuliakanya, menolongnya, dan mengikuti
cahaya yang terang yang diturunkan kepanya (AL-Qur’an), mereka
itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. AL-A’raf: 157)

Ayat di atas menjelaskan bahwa seorang muslim menghindari betul

praktek produksi yang mengandung unsur haram atau riba, pasar gelap dan

spekulasi. Islam juga dengan tegas mengklasifikasikan barang-barang atau

komoditas kedalam dua kategori. pertama, barang-barang yang secara hukum

halal di konsumsi dan di produksi. Kedua, yaitu barang-barang secara hukum


4

haram untuk di konsumsi dan diproduksi.6 Seperti penegasan AL-Qur’an

dalam surah al-A’raf ayat 157.

Usaha bakso pak Widodo berada di jln. Hoscokroaminoto,

Kec.Selaprang, Kel.Monjok Timur, Kota Mataram. Usaha bakso pak Widodo

sudah berdiri 3 generasi dari kakek, bapak, kemudian anak yang sekarang

meneruskan usaha bakso pak Widodo ini, dulunya cara mereka berdagang

dengan berkeliling dan pada tahun 90-an baru mulai mangkal hingga

sekarang. Memiliki 6 orang pegawai dan mampu memproduksi 800-1000

porsi dalam sehari. 7 Sedangkan usaha bakso Gang Bentoel berdiri sudah

belas-an tahun mulai dari 1997, memiliki 3 orang pegawai, dan mampu

memproduksi 90-100 porsi dalam sehari. Kegiatan produksi usaha bakso pak

Widodo dan usaha bakso Gang Bentoel selalu memperhatikan aspek

kehalalan dan juga tidak membahayakan konsumen. bahan bakunya sendiri di

pesan langsung dari pemotongan hewan dinas Kota Mataram. 8

Masalah yang dihadapi oleh kedua usaha ini adalah alat produksi

yang mana usaha ini masih bergantung pada tempat penggilingan daging

yang berada di Pasar Cemara, sehingga produksi pastinya akan sedikit

terhambat seperti masalah pada mesin penggiling yang macet, tentu ini akan

membuat keterlambatan dalam proses pembuatan bakso itu sendiri. Dengan

bahan baku sebanyak 40-50 kg ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar

dalam mengolah menjadi bakso, dan juga resikonya keterlambatan dalam jam

6
Rustam Effendi, Produksi dalam Islam, (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2003).
hlm. 14.
7
Pak Hari (Karyawan), Wawancara, Mataram 27 Mei 2020
8
Ibu Atim (Karyawan), Wawancara, Mataram 27 Mei 2020
5

buka sehingga dapat mengurangi pendapatan usaha bakso pak Widodo dan

usaha bakso Gang Bentoel itu sendiri hanya gara-gara produksi yang masih

bergantung pada tempat lain. 9

Alasan memilih tempat penelitian di jalan Hos Cokroaminoto Kel.

Monjok Timur dan Karang Baru, Kec.Selaparang, Kota Mataram karena

penulis ingin mengetahui proses produksi di usaha bakso pak Widodo dan

usaha bakso Gang Bentoel dan faktor-faktor pendorong memproduksi bakso

hingga sekarang.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

mengangkat judul “Proses Produksi Usaha Bakso dalam Menigkatkan

Pendapatan (Studi Kasus Bakso Pak Widodo dan Gang Bentoel, Jln.Hos

Cokro Aminoto, Kota Mataram)“

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses produksi usaha kuliner bakso pak Widodo dan Gang

Bentoel di Kota Mataram ?

2. Apa saja kelebihan dan kekurangan usaha bakso pak Widodo dan Gang

Bentoel di Kota Mataram ?

3. Apa saja faktor-faktor pendorong produksi usaha bakso pak Widodo dan

Gang Bentoel di Kota Mataram ?

9
Pak Hari (Karyawan), Wawancara dan Ibu Atim (Karyawan), Wawancara, Mataram 27
Mei 2020
6

C. Tujuan dan manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

a) Untuk mengetahui proses produksi usaha kuliner bakso pak Widodo

dan Gang Bentoel dalam meningkatkan pendaptan di Kota Mataram.

b) Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong produksi usaha bakso pak

Widodo dan Gang Bentoel di Kota Mataram.

c) Unuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Usaha Bakso Pak

Widodo dan Gang Bentoel Di Kota Mataram

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek

teoritis dan praktisi.

a) Secara Teoritis

1) Memberi manfaat pengetahuan bagi para pengusaha yang baru

mau membangun usaha.

2) Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi atau

perbandingan untuk peneliti selanjutnya.

b) Secara praktisi

1) Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,

gambaran tentang keadaan asli yang dihadapi pungusaha dan

memberikan manfaat bagi peniliti untuk mengetahui seberapa

besar penerapan ilmu yang sudah didapatkan di bangku kuliah


7

sehingga bisa diaplikasikan dalam penelitian dan menambah

pengalaman.

2) Bagi pemilik usaha

Penelitian ini semoga bisa dijadikan masukan agar

kedepannya dapat mengevaluasi proses produksinya agar

usahanya dapat bertahan lama dan banyak peminat.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup

Untuk mempermudah penulisan ini, maka peneliti perlu membuat suatu

batasan masalah. Ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian ini, tentang proses produksi usaha bakso dalam meningkatkan

pendapatan.

2. Setting Dan Penelitian

a) Lokasi penelitian dilakukan di Jalan Hos Cokroaminoto Kel.Monjok

Timur dan Karang Baru, Kec.Selaparang, Cemara, Kota Mataram.

b) Waktu penelitian sekitar 2 sampai 3 bulan.

c) Peneliti melakukan penelitian pada usaha warung bakso.

d) Sumber informasi penelitian yaitu Tanya langsung pada pemilik dan

karyawannya usaha warung bakso.

Penelitian ini dilakukan pada salah satu tempat usaha kuliner yang

ada di Cemara dan Karang Baru, Kota Mataram. Pemilihan lokasi

penelitian ini, karena peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh


8

yang signifikan ketika berdagang di sebuah tempat yang dikenal

sebagai tempat kuliner dalam meningakatkan sebuah pendapatan, dan

mekanisme produksinya itu seperti apa sehingga sampai saat ini masih

mampu bersaing dengan penjual lainnya.

E. Telaah Pustaka

a) Penelitian yang dilakukan oleh Ahsanul Mansuri yang berjudul “Tinjauan

Ekonomi Islam terhadap Pisang Goreng Coklat Keju Dalam Meningkatkan

Pendapatan Keluarga”. Metode Penelitian menggunakan metode

penelitian kualitatif. Hasil penelitian yang didapatkan adalah usaha pisang

goreng merupakan pengembangan usaha kuliner, proses produksinya

mengandalkan tenaga kerja manusia, yang mampu menigkatkan

pendapatan kerja serta dalam pandangan Islam usaha ini telah sesuai

dengan prinsip syariah, yaitu tauhid, keadilah, tolong menolong, dan

halal. 10

Persamaan dalam penelitian ini adalah membahas tentang proses

produksi yang sesuai dengan Ekonomi Islam, meningkatkan pendapatan,

dan juga sesuai dengan syariat Islam. Sedangkan perbedaanya dari

penelitian ini menigkatkan pendapatan keluarga sedangkan penelitian yang

akan di teliti akan membahas tentang mekanisme produksi usaha kuliner

dalam menigkatkan pendapatan pengusaha bakso di Kota Mataram.

10
Ahsanul Mansuri, “Tinjauan Ekonomi Islam terhadap Usaha Pisang Goring Coklat
Keju Dalam Menigkatkan Pendapatan Keluarga”,(Skripsi, UIN Syarif Kasim Riau,2015).
9

b) Penelitian yang dilakukan oleh Shinta Kurnia Mardika dengan judul

“Mekanisme Produksi Pada PT Jati Agung Arsitama di Sukoharjo”.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.

Teknik pengumpulan data melalui observasi, dan wawancara, dan

dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah proses produksi yang

dilakukan oleh PT Jati Agung sangat baik dan teliti untuk menghasilkan

kualitas produk yang baik sesuai dengan barang standar ekspor.11

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang

mekanisme produksi suatu usaha. Sedangkan bedanya jenis mekanisme

produksinya barang-barang ekspor sedangkan yang akan diteliti lebih

membahas tentang “Mekanisme Produksi Usaha Kuliner dalam

Menigkatkan Pendapatan Pengusaha Bakso di Kota Mataram”.

c) Penelitian yang dilakukan oleh Munasifatur Rohmah dengan judul

“Mekanisme Produksi Usaha Makanan Traditional dalam Meningkatkan

Perekonomian Pengusaha Dumbek Desa Kesamben Plumpang Tuban”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah proses

produksi yang terdiri dari input, pengelolaan, dan output, input terdiri dari

faktor-faktor produksi yaitu bahan baku, modal, tenaga kerja, teknologi,

dan management.

11
Shinta Kurnia Mardika, “Mekanisme Produksi Pada PT Jati Agung Arsitama Si
Sukoharjo” (Skripsi, Universiatas Sebelas Maret Surakarta,2015).
10

Pengelolaanya berupa persiapan membuat adonan dan memasak

sampai matang, dan outputnya berupa makanan jadi yaitu kue dumbek dan

akhirnya kue tersebut siap dipasarkan. Proses produksi yang dilakukan

masih sederhana dan menggunakan alat-alat traditional. Dalam

memproduksi memperhatikan aspek kehalalan produk makanan yang

dihasilkan, yaitu melalui bahan baku yang halal dan tidak menggunakan

campuran bahan-bahan yang berbahaya seperti pengawet makanan,

pewarna pakaian maupun pemanis buatan.12

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang

mekanisme produksi dalam usaha, memperhatikan bahan baku yang halal.

Dan bedannya yang akan di teliti lebih berfokus pada meningkatkan

pendapatan pengusah bakso itu sendiri.

d) Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Ghofar Purbaya dengan judul

“Strategi Penigkatan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Pengusaha

Kerupuk dan Cemilan Hasil Laut di Pantai Kenjeran Lama Surabaya”.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mendeskripsikan

kondisi kesejahteraan ekonomi dan strategi dalam menigkatkan

kesejahteraan ekonomi masyarakat kemudian dianalisis menggunakan

metode analisis deskriptif, hasil dari peneltian ini adalah kondisi

masyarakat pengusaha kerupuk dan camilan hasil laut yang masih belum

sejahtera jika dilihat dari sudut pandang kesejahteraan ekonomi Islam,

para pengusaha mampu berzakat, shodaqoh, menjadi donator dalam


12
Munasifatur Rohmah, “Mekanisme Produksi Usaha Makanan Traditional dalam
Menigkatkan Perekonomian Pengusaha Dumbek Desa Kesamben Plumpang Tuban” (Skripsi,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya,2017).
11

pembangunan masjid bahkan ada yang sudah Haji dan Umroh. Kemudian

strategi penigkatan kesejahteraan ekonomi mayarakat yang harus

digunakan adalah kemitraan, permodalan, dan pemasaran. 13

F. Kerangka Teori

Agar mudah memahami judul yang penulis angkat dalam penulisan ini,

penulis akan menjabarkan beberapa teori-teori yang berhubungan dengan

judul yang penulis angkat dan membandingkan teori-teori tersebut dengan

tujuan agar pembaca memahami judul yang diangkat penulis.

1. Produksi

Produksi adalah kegiatan yang dilakukan oleh manusia dalam

menghasilkan barang dan jasa kemudiaan dimanfaatkan oleh konsumen.

Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru

atau lebih dari semula. Secara umum, produksi adalah penciptaan nilai

guna yang berarti kemampuan suatu barang atau jasa untuk memuaskan

kebutuhan manusiawi tertentu.14

Fungsi produksi adalah penggambaran berapa output yang akan

diproduksi dan dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (atau

input) digunakan. Dalam teori produksi memberikan sebuah penjelasan

tentang prilaku produsen dalam memaksimalkan keuntungan dengan

13
Ahmad Ghofar Purbaya, “Strategi Penigkatan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat
Pengusaha Kerpuk dan Camilan Hasil Laut Pnatai Kenjeran Lama Surabaya”. (Skripsi, UIN Sunan
Ampel Surabaya,2015).
14
C.E.Ferguson, Teori Ekonomi Mikro 2, (Bandung, Tarsito, 1983), hlm. 1.
12

memanfaatkan faktor produksi seefisien mungkin. Ada dua jenis sistem

produksi menurut proses penghasilan outputnya, di antaranya yaitu:

a. Proses produksi kontinyu (Continuous Process)

Proses produksi yang dilakukan secara terus menerus dengan

tidak memerlukan waktu set up yang lama.

b. Proses produksi terputus (Intermittent Process)

Proses produksi berbagai jenis spesifikasi barang yang sesuai

dengan pesanan, dengan memerlukan waktu set up yang lebih

lama. 15

Adapun faktor-faktor produksi terdiri dari beberapa bagian, antara

lain :

a. Modal

Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu

produksi. Tanpa adanya modal, produsen tidak akan bisa

menghasilkan suatu barang atau jasa. Modal adalah sejumlah

kekayaan yang bisa saja berupa assets ataupun intangible aset,

yang bisa digunakan untuk menghasilkan suatu kekayaan.

Faktor produksi modal dapat digolongkan berdasarkan asal,

bentuk dan sifatnya.

1) Modal menurut asal, terdiri dari:

a) Modal sendiri, berasal dari perusahaan sendiri.

b) Modal asing, berasal dari pinjaman dari pihak lain.

15
Arman Hakim Nasution, Manajemen Industri, (Yogyakarta: Andi Offset, 2008).
hlm.230-235.
13

2) Modal menurut bentuk, terdiri dari:

a) Modal konkrit yang berupa mesin, peralatan produksi,

alat transportasi dan sejenisnya.

b) Modal abstrak yaitu berupa nama baik, merk dagang

dan lainnya.

3) Modal menurut sifat, terdiri dari:

a) Modal tetap, modal yang dapat digunakan berulang-

ulang dalam jangka waktu lama.

b) Modal lancar, modal yang penggunaannya hanya bisa

digunakan satu kali.

Dalam Islam, modal suatu usaha harus terbebas dari

riba. beberapa cara memperoleh modal, Islam mengatur suatu

sistem yang baik, dengan cara kerja sama mudarabah atau

musharakah. Hal ini untuk menjaga hak pemilik modal agar

tercapai suatu kebaikan dalam suatu aktivitas produksi yang

akhirnya akan berimplikasi pada adanya suatu maslahah dalam

suatu kerjasama yang dilakukan oleh masing-masing pihak.16

b. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan human capital bagi suatu

perusahaan. Di berbagai jenis produksi, tenaga kerja

merupakan asset bagi keberhasilan suatu perusahaan. 17

16
Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid al-syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm.120.
17
Ibid., hlm. 119.
14

Kesuksesan suatu produksi terletak pada kinerja sumber daya

manusia yang ada di dalamnya, termasuk di dalamnya kinerja

para tenaga kerja.

Tenaga kerja yang memiliki skill dan intergritas yang

baik merupakan modal utama perusahaan, selain modal-modal

yang lain. Karena secara umum, banyak para ahli ekonomi

yang menyatakan bahwa tenaga kerja adalah satu-satunya

produsen dan pangkal produktivitas dari semua faktor produksi

yang lainnya. Tanah, mesin, modal, manajerial yang baik tidak

akan bisa menghasilkan suatu barang atau jasa tanpa adanya

tenaga kerja.

Faktor produksi tenaga kerja, bisa dibedakan menjadi dua,

yaitu:

1) Tenaga kerja berdasarkan kualitasnya, terdiri dari:

a) Tenaga kerja terdidik,

b) Tenaga kerja terampil, dan

c) Tenaga kerja kasar.

2) Tenaga kerja berdasarkan sifat pekerjaannya, terdiri dari:

a) Tenaga kerja jasmani dan

b) Tenaga kerja rohani.

Dalam Al-Quran menyerukan kepada setiap muslim

agar menginvestasikan tenaga, fikiran, dan waktu melakukan

amal shaleh, amal yang produktif dan sangat merugi orang-


15

orang yang menyia-nyiakan waktu, yang malas dan berpangku

tangan, dan orang yang bekerja tapi tidak menghasilkan

manfaat.18

c. Teknologi

Di era kemajuan produksi saat ini, teknologi mempunyai

peranan sangat besar dalam sektor ini. Beberapa banyak

produsen yang kemudian tidak bisa survive karena adanya

kompetitor lainnya dan lebih banyak yang bisa menghasilkan

barang/jasa jauh lebih baik, karena di dukung oleh faktor

teknologi.19

Dalam ekonomi konvensional, tujuan produksi secara

makro adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam

mencapai kemakmuran nasional suatu negara. Secara mikro,

tujuan produksi meliputi :

a) Menjaga kesinambungan usaha perusahaan dengan jalan

meningkatkan poses produksi secara terus-menerus

b) Meningkatkan keuntungan perusahaan dengan cara

meminimumkan biaya produksi

c) Meningkatkan jumlah dan mutu produksi

d) Memperoleh kepuasan dari kegiatan produksi

18
Rustam Effendi, Produksi dalam Islam, (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2003),
hlm.44.
19
Ibid.,121.
16

e) Memenuhi kebutuhan dan kepentingan produsen serta

konsumen

Tujuan produksi dalam Islam adalah untuk menciptakan

maslahah yang optimum bagi individu ataupun mannusia

secara keseluruhan. Sejalan dengan tujuan produksi dalam

Islam di atas, ada beberapa prinsip produksi menurut ajaran

agama Islam, yaitu:20

a) Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap

tahapan produksi

b) Mencegah kerusakan di muka bumi, termasuk membatasi

polusi memlihara keserasian dan ketersediaan sumber daya

alam

c) Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan

individu dan mayarakat serta mencapai kemakmuran

d) Produksi tidak bisa dipisahkan dari kemandirian umat

e) Produksi dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia baik kualitas mental-spiritual

ataupun fisik

f) Produksi terkait dengan tugas manusia di muka bumi

khalifa allah, yaitu memakmurkan bumi dan alam semesta

g) Teknik produksi diserahkan kepada keinginan, kapasitas,

dan kemampuan manusia

20
Idri, Hadis Ekonomi,(Jakarta: Pernamedia Group, 2015). hlm.75.
17

h) Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya

agama islam menyukai kemudahan, menghindari mudarat,

dan memaksimalkan manfaat

i) Mengoptimalkan fungsi dan kreatifitas indra dan akal

j) Terjadinya keseimbangan antara aktifitas produksi untuk

kehidupan dunia dan akhirat

k) Aktifitas produksi dilandasi oleh moral dan akhlak mulia

l) Produksi yang ramah lingkungan

Jadi, mekanisme produksi adalah suatu proses cara kerja

suatu usaha sebagai produsen dalam menciptakan suatu produk,

barang atau jasa secar maksimal dan adanya suatu hubungan

antara satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan suatu hasil

yang sesuai dengan apa yang di harapkan.

2. Usaha

a) Pengertian usaha

Usaha adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga, fikiran, atau

badan untuk mencapai suatu Maksud. Pekerjaan, perbuatan, prakarsa,

ikhtiar, daya upaya untuk Mencapai suatu maksud.21 dalam Undang-

Undang No. 3 tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan, usaha

adalah setiap tindakan, perbuatan, Atau kegiatan apapun dalam bidang

21
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), Edisi Ke-3, hlm. 1254.
18

perekonomian yang dilakukan oleh Setiap pengusaha atau individu

untuk tujuan memperoleh keuntungan atau Laba. 22

b) Kategori usaha

Dalam sebuah usaha memiliki dibedakan menjadi beberapa jenis

antara lain, usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha

makro dan disingkat menjadi UMKM.

Di Indonesia UMKM diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun

2008. Yang bunyinya adalah sebuah perusahaan yang digolongkan

sebagai UMKM adalah perusahaan kecil yang dimiliki dan dikelola

oleh seseorang atau dimiliki oleh sekelompok kecil orang dengan

jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu. Adapun karakteristik dari

usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar, (sudah

terlampir di lampiran gambar 1.1).

Usaha mikro memiliki asset dengan jumlah maksimal 50 juta

dengan hasil maksimal 300 juta, sedangkan usaha kecil 50 juta sampai

500 juta dengan keuntungan dari 300 juta – 2,5 milyar, usaha mengah

asset 500 juta – 10 milyar dengan omset 2,5-10 milyar, usaha besar

biasanya memiliki modal 10 milyar ke atas dan omset yang didapatkan

sebesar 50 milyar ke atas.

22
Ismail Solihin, Pengantar Bisnis, Pengenalan Praktis dan Studi Kasus, (Jakarta: Ken
Cana, 2006), hlm. 27.
19

c) Prinsip Usaha

Perusahaan-perusahaan besar dunia telah menyadari perlunya

prinsip-prinsip usaha atau bisnis yang lebih manusiawi seperti yang

diajarkan oleh Islam dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW, yaitu: 23

1) Customer Oriented

Dalam bisnis Rasulullah SAW selalu menerapkan

prinsip customer oriented yaitu prinsip bisnis yang selalu

menjaga kepuasan pelanggan. Untuk melaksanakan prinsip

tersebut Rasulullah menerapkan kejujuran, keadilan, serta

amanah dalam melaksanakan kontrak bisnis.

Untuk memuaskan pelanggan Beliau selalu adil dalam

menimbang, menunjukan cacat barang yang diperjual

belikan, dan tidak pernah mengemukakan keunggulan barang

padahal mutunya tidak sebaik yang dipromosikan, hal ini

juga berarti membohongi pembeli.

2) Transparasi

Prinsip kejujuran dan keterbukaan dalam bisnis

merupakan kunci keberhasilan. Transparasi terhadap

konsumen adalah ketika seorang produsen terbuka mengenai

mutu, kualitas, komposisi, dan lain-lain agar tidak

membahayakan dan merugikan konsumen.

23
Norva Dewi, Bisnis Dalam Perspektif Islam, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam No.01
Vol.01, (15 juni 2020) hlm. 37.
20

Prinsip kejujuran dan keterbukaan ini juga berlaku

terhadap mitra kerja. Seseorang yang diberi amanat untuk

mengerjakan sesuatu harus membeberkan hasil kerjanya dan

tidak menyembunyikan transparasi baik dalam laporan

keuangan, maupun laporan lain yang relevan.

3) Fairness

Terwujudnya keadilan adalah misi diutusnya para

Rasul, saling menjaga agar hak orang lain tidak terganggu.

Keadilan kepada konsumen dengan tidak melakukan

penipuan yang penyebabkan kerugian bagi konsumen.

Wujud keadilan bagi karyawan adalah memberikan

upah yang adil bagi karyawan, tidak mengeksploitasi dan

menjaga hak-haknya. Dalam memberikan upah, Rasulullah

SAW telah mengajarkan dengan cara memberikan upah

kepada pekerja sebelum kering keringatnya.

Selain itu bentuk keadilan dalam berbisnis yang

dicontohkan Rasulullah adalah memberi tenggang waktu

apabila pengutang belum mampu membayar. Bisnis yang

dilakukan harus bersih dari riba. Karena, riba mengakibatkan

eksploitasi dari yang kaya kepada yang miskin.


21

d) Tujuan Usaha

1) Untuk Memenuhi Kebutuhan Hidup

Berdasarkan tuntutan syariat seorang muslim diminta bekerja

dan berusaha untuk mencapai tujuan. Yang pertama adalah untuk

memenuhi kebutuhan pribadi dengan harta yang halal,

mencegahnya dari kehinaan meminta-minta dan menjaga tangan

agar berada diatas. Dalam memenuhi kebutuhan hidup,

pendapatan merupakan hal penting yang harus dipenuhi,

pendapatan atau income adalah uang yang diterima oleh

seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa bunga,

dan laba termasuk juga beragam tunjangan, seperti kesehatan dan

pensiun.24

2) Untuk Kemaslahatan Keluarga

Berusaha dan bekerja diwajibkan demi mewujudkan keluarga

sejahtera. Islam mensyariatkan seluruh manusia untuk berusaha

dan bekerja, baik laki-laki maupun perempuan sesuai dengan

profesi masing-masing.

3) Untuk Bekerja

Menurut Islam, pada hakikatnya setiap muslim diminta untuk

berusaha dan bekerja meskipun hasil dari usahanya belum dapat

dimanfaatkan. Ia tetap wajib berusaha karena berusaha dan

24
Bambang Swasto Sanuharjo, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, (Jakarta: Yayasan
Ilmu Sosial, 2015),hlm.55.
22

bekerja adalah hak Allah dan salah satu cara mendekatkan diri

kepadanya.

4) Untuk Memakmurkan Bumi

Selain tiga hal di atas, kita menemukan bahwa bekerja dan

berusaha juga diharapkan dalam Islam untuk memakmurkan

bumi. dengan tujuan agar bumi tidak hancur sehingga generasi

penerus bisa mengelola bumi ini kembali sebagai tempat mencari

nafkah.

3. Pendapatan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendapatan adalah

hasil kerja (usaha atau sebagainya). Sedangkan pendapatan dalam kamus

manajemen adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan, dan

organisasi lainnya dalam bentuk upah, gaji, bunga, komisi, ongkos, dan

laba. 25

Sama halnya dengan berwirauasaha, berhasilnya suatu usaha akan

berdampak pada perekonomian masyarakat, sudah banyak orang yang

mencapai kesejahteraan dengan berwirausaha. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa pendapatan adalah semakin menambahnya jumlah

penghasilan yang diterima oleh para anggota masyarakat dalam jangka

waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang

disumbangkan.26

25
BN Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 2003), hlm. 230.
26
Reksoprayitno, System Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi (Jakarta: Bina Garfika,
2004), hlm. 79.
23

Sedangakan menurut Boediono dalam meningkatkan pendapatan

ada faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu :

a) Jumlah faktor-faktor produksi yang bersumber pada, hasil-hasil

tabungan tahun ini dan warisan atau pemberian.

b) Harga per unit masing-masing faktor produksi, harga ini

ditentukan oleh penawaran dan permintaan di pasar faktor

produksi.

c) Hasil kegiatan anggota keluarga sebagai pekerjaan

sampingan.27

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu proses yang dilakukan dalam

melakukan kajian, mulai dari proses penentuan sampai dengan penelitian

dilaksankan. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah

menggunakan metode studi kasus. Studi kasus adalah metode yang

digunakan agar mudah memahami suatu latar belakang masalah atau

sebuah persoalan, interaksi individu didalam suatu unit sosial atau

mengenai suatu kelompok individu secara mendalam, utuh, holistik,

intensif dan naturalistik. Penelitian kasus adalah suatu proses

pengumpulan data informasi secara mendalam, mendetail dan sistematis

27
Boediono, Pengantar Ekonomi, (Jakarta: Erlangga,2002), hlm. 150.
24

tentang sebuah kejadian, latar belakang sosial itu berfungsi sesuai dengan

konteksnya.28

1. Jenis Penelitian

Penelitan yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang berakar pada latar alamiah sebagai

keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian,

memanfaatkan metode kualitatif, bersifat deskriptif, lebih

mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus,

memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data,

rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya

disepakati oleh kedua belah pihak baik peneliti maupun subjek

penelitian.

Penelitian ini dilakukan pada kondisi objek alamiah pada

sebuah usaha bakso yang ada di lingkungan cemara dan karang baru

tanpa ada perancangan sebelumnya. Penelitian bersifat deskriptif,

menjabarkan aspek mekanisme produksi usaha bakso dalam

menigkatkan pendapatan. Hasil penelitian disepakati bersama peneliti

dan subjek penelitian (warung bakso yang ada di Jln. Hos

Cokroaminoto, Kota Mataram).

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah sebuah langkah utama dalam

melakukan penelitian karena tujuan utama dari penelitian ini adalah

28
Muri Yusuf. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitaif dan Penelitian Gabungan
(Jakarta. Kencana, 2014), hlm. 339.
25

untuk mendapatkan data. Peneliti menggunakan beberapa jenis

metode, yaitu :

a. Observasi

Observasi adalah sebuah teknik yang digunakan untuk

menghasilkan sebuah data melalui pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki. Jadi, penulis

melihat langsung proses bagaimana mekanisme produksi dari

usaha bakso pak widodo kemudian memperhatikan bagaimana tiap

pegawai melayani konsumen, dan yang terakhir penulis melihat

langsung banyak pembeli yang belanja pada jam-jam istirahat

kerja. Observasi sangat membantu peneliti di dalam memahami

kondisi alamiah yang sesungguhnya. Observasi ini dapat

digunakan sebagai pelengkap dan juuga sebagai pembanding hasil

wawancara.

Observasi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu

observasi partisipasi dan observasi non partisipasi Dalam observasi

partisipasi, observasi ikut ambil bagian, yaitu turun langsung ke

dalam kegiatan secara aktif dari objek yang diteliti. Jadi, observasi

ikut berpartisipasi pada aktivitas yang dilakukan pada objek

penelitian. Sedangkan dalam observasi non-partisipasi, peneliti

tidak terlibat secara langsung dari objek yang diteliti. Jadi, peneliti

hanya melakukan pengamatan untuk mendapatkan gambaran dari

objek yang diteliti.


26

Data yang didapatkan dari observasi, yaitu kedua usaha

bakso pak Widodo dan Gang Bentoel dari proses produksinya

masih menggunakan cara traditional, yaitu menggunakan tangan

dalam pembuatan bakso, bedanya bakso pak Widodo membuat

bakso secara beramai-ramai karena pegawai mereka yang lumayan

banyak, sedangkan bakso Gang Bentoel yang membuat bulatan

bakso hanya satu orang, yaitu pemiliknya saja karena hanya beliau

yang paham dalam membuat dan ukuran tiap bakso itu sendiri.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin mengetahui hal-hal dari informen yang lebih mendalam dan

jumlah respondennya sedikit/kecil. 29 Wawancara dapat berupa

wawancara terstruktur atau tidak terstruktur dan dapat dilaksanakan

dengan bertatap muka, via telpon atau online (komputerisasi).

Penelitian ini menggunakan jenis wawancara tidak tersturktur,

yaitu wawancara yang pertanyaannya tidak disusun terlebih

dahulu. Narasumber menyampaikan sebuah jawaban dari

pertanyaan yang dibuat peneliti yang kemudian dicatat/direkam

oleh peneliti. Peneliti dapat bertanya di luar daftar pertanyaan yang

telah dibuat dengan harapan dapat lebih pemahaman atas masalah

yang diteliti. Jika informasi yang didapat telah dirasa cukup, maka

peneliti dapat menghentikan wawancaranya untuk kemudian

29
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 137.
27

ditabulasikan dan analisa selanjutnya. 30 Penelitian menggunakan

teknik wawancara mendalam untuk mendapatkan data tentang

usaha bakso Pak Widodo dan usaha bakso Gang Bentoel. Alat

yang digunakan adalah recorder (alat perekam suara).

Wawancara dilakukan secara tatap muka dengan tidak

menggunakan daftar pertanyaan wawancara dan direkam

menggunakan recorder, untuk selanjutnya ditulis dalam transkrip

wawancara, wawancara dilakukan secara individual.

Informen yang diwawancarai 5 pihak dengan rinciam

sebagai berikut :

Pegawai usaha warung bakso ( 5 orang ), yaitu pemilik

warung bakso pak Widodo dan Gang Bentoel, karyawan bakso pak

Widodo (pak Hari dan mas Nok), dan Karyawan bakso Gang

Bentoel (Ibu Atim).

Data yang diperoleh dari hasil wawancara, yaitu dalam

proses pembuatan bakso ternyata usaha bakso pak Widodo dan

Gang Bentoel memiliki permasalahan yang sama yaitu sama-sama

belum memiliki alat produksi yang memadai seperti mesin giling

dan alat campur bahan baku bakso.

30
Sekaran, Metode Penelitian untuk Bisnis.(Layanan Penerbitan Amerika Serikat, 2000),
hlm. 222-225.
28

Usaha bakso pak Widodo mampu memproduksi adonan

bakso dari 40-50 kg dan pegawai 6 orang dengan jam buka 10:30 –

22:00 sedangkan usaha Gang Bentoel memproduksi adonan lebih

sedikit sekitar 5-6 kg dan pegawai 3 orang dengan jam buka 11:00

– 21:00.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen, agenda dan sebagainya. 31

Adapun tujuan peneliti menggunakan metode dokumentasi,

yaitu untuk memperoleh data dan informasi di lokasi penelitian

melalui dokumen terdahulu dan sumber tertulis terkait dengan

fokus penelitian, yaitu data hasil penjualan bakso dalam sehari,

biaya produksi, cara usaha bakso pak Widodo dan Gang Bentoel

dalam memaksimalkan pegawainya. Sehingga peneliti memperoleh

gambaran tentang mekanisme produksi usaha bakso dalam

meningkatkan pendapatan.

3. Sumber Data dan Jenis Data

a. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian dapat dikelompokkan

menjadi dua macam, di antaranya32 :

31
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung, Rosdakarya, 2004), hlm.329.
29

1) Data Primer

Data Primer adalah data yang dikumpulkan oleh

peneliti dari objek penelitian secara langsung. Data primer yang

didapat melalui wawancara mendalam terhadap pada pegawai

warung bakso di Jalan Hos Cokroaminoto, Cemara, Kelurahan

Monjok Timur Dan Karang Baru, Kecamatan Selaparang, Kota

Mataram. Tentang mekanisme produksi usaha bakso dalam

meningkatkan pendapatan.

2) Data Skunder

Data Sekunder adalah data yang tidak dikumpulkan

langsung oleh peneliti, didapatkan dari sumber lain seperti

dokumen dan rekaman. Data sekunder didapat melalui

rekaman, yang dimana langsung bertanya kepada pemilik

warung bakso tersebut.

b. Jenis Data

Jenis data dalam penelitaian ini adalah : Data kualitataf.

Data kualitatif adalah prosedur penelitian data deskriptif berupa

kata-kata atau lisan tentang orang-orang perilaku yang dapat

diamati oleh akal sehat manusia. Data kualitatif bersumber dari

kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistic. 33 Data

kualitatif dalam penelitian ini adalah data yang berbentuk kata-kata

yang didapat dari wawancara mendalam kepada narasumber.


32
Lexy. J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung, Rosdakarya, 2010), hlm.
157.
33
Ibid., hlm.103.
30

4. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang

disarankan oleh data.34

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan bahan-bahan lainnya sehingga dapat dipahami dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain. 35

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis data

merupakan proses mengorganisasian dan menyusun data secara

sistematis yang diperoleh dari hasil Wawancara, catatan lapangan dan

Dokumentasi sehingga dapat dipahami dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain dan diri sendiri.

Mengingat peneliti menggunakan kualitatif, maka peneliti

menggunakan metode analisis data, yaitu:

a. Metode Induktif

Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari

hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang

umum. 36 Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik

34
Moleong, Metodologi Peneltian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004),
hlm. 103.
35
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung:
Alfabeta,2011), hlm. 244.
36
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2006), hlm. 444
31

kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat

individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan

mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang

lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang

diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. 37

Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini

adalah metode induktif. Metode induktif merupakan metode yang

digunakan untuk mengemukakan fakta-fakta atau kenyataan dari

khusus ke umum, yaitu dengan cara menjelaskan hasil penelitian

mekanisme produksi usaha bakso dalam meningkatkan

pendapatan, studi kasus di jln. Hos Cokro Aminoto, kelurahan

Monjok Timur dan Karang Baru, kecamatan Selaparang, Kota

Mataram.

5. Keabsahan Data

a. Metode Komprehensif

Komprehensif adalah penggambaran sebuah kondisi yang

menyatakan atau menerangkan bahwa sebuah hal telah mampu

menyajikan keterangan secara luas dan lengkap sehingga

melahirkan wawasan yang lebih dari pada sebelumnya.

b. Pemeriksaan Teman Sejawat

Dalam hal ini, Tujuan peneliti untuk memperoleh kritikan

dan pertanyaan yang tajam atas hasil yang telah ditetapkan

37
Jujun. S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005), hlm.
48.
32

sehingga dapat menuju ketingkatan kepercayaan dan kebenaran

dari data hasil penelitian. Teknik ini dipakai untuk menjamin

bahwa data-data berupa catatan-catatan atau teks-teks serta opini-

opini yang dihasilkan dari wawancara terhadap pemilik warung

bakso. Penggunaan teknik ini menunjukkan bahwa peneliti terbuka

terhadap hasil interprestasi dengan menerima kritikan dari luar

yang berkaitan dengan data hasil temuan di lapangan.

H. Sistematika Pembahasan

Sitematika pembahasan dari Penulisan hasil penelitian ini merujuk

pada pedoman penulisan Skripsi UIN Mataram. Adapun sistematika

penulisan skripsi ini sebagai berikut:

Pada Bab I, Peneliti menjelaskan latar belakang masalah penelitian,

sehingga memunculkan keinginan untuk mengkaji permasalahan yang

menjadi tema dasar permasalahan ini. Bab ini mencakup, latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan setting

penelitian, telaah pustaka, kerangka teori yang menjadi acuan dari

penelitian di lapangan. Selanjutnya, dalam bab ini juga terdapat metode

penelitian yang mencangkup pendektatan penelitian, kehadiran peneliti,

jenis data, tehnik pengumpulan data, analisis data dan uji keabsahan data.

Bab II, pada bab ini membahas mengenai paparan data yang

ditemukan dilokasi penelitian, seperti proses produksi usaha kuliner bakso

dalam meningkatkan pendapatan di Kota Mataram, faktor-faktor


33

pendorong produksi usaha bakso dalam meningkatkan pendapatan di Kota

Mataram, kelebihan dan kekurangan usaha bakso pak Widodo dan Gang

Bentoel di Kota Mataram, gambaran umum lokasi penelitian, dan

informasi-informasi yang didapatkan selam proses penelitian berlangsung.

Bab III, berisikan tentang pembahasan dari proses produksi usaha

kuliner bakso dalam meningkatkan pendapatan di Kota Mataram, faktor-

faktor pendorong produksi usaha bakso dalam meningkatkan pendapatan

di Kota Mataram, kelebihan dan kekurangan usaha bakso pak Widodo dan

Gang Bentoel di Kota Mataram, penelitian yang termasuk di dalamnya

adalah proses dari analisis peneliti dalam melakukan penelitian yang

berdasarkan dari temuan-termuan penelitian yang telah dipaparkan pada

bab II.

Bab IV, berisikan simpulan dan saran-saran yang sekiranya dapat

membantu dalam kesimpulan hasil penelitian ini.


BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan jalan Hos Cokroaminoto

Dalam sebuah usaha harus memilih tempat yang ramai dan sering

dilalui oleh masyarakat kebanyakan usaha seperti, bakso pak Widodo

dan Gang Bentoel, pedagang kaki lima memilih berjualan disana karena

masyarakat yang sering melalui Jalan Hos Cokroaminoto, Kel. Monjok

Timur, Kec.Selaparang, Cemara, Kota Mataram sudah mengenal jalan

tersebut sebagai tempat wisata kuliner terlebih pada malam hari.

Jalan Hos Cokroaminoto bukan sekedar tempat berdagang yang

strategis akan tetapi tempat penggerak roda perekonomian masyarakat di

sekitar sana karena, tidak sedikit masyarakat yang akan berbelanja

sehingga akan terjadi penumpukan kendaraan di sana. Maka dibutuhkan

orang yang akan mengatur dan mengawasi keamanan dari kendaraan

pengunjung yang berbelanja disana. Jika tidak ini akan mengakibatkan

kemacetan panjang pada malam hari di Jln. Hos Cokroaminoto,

Kel.Monjok Barat, Kec.Selaparang, Cemara. Kota Mataram.

2. Sejarah Berdirinya Usaha Bakso Pak Widodo dan Gang Bentoel

Bisnis makanan merupakan bisnis yang cukup menjanjikan dan

akan berkembang seiring dengan bertambahnya kebutuhan masyarakat.

Ada beberapa penyebab kenapa usaha dengan jenis ini akan terus

34
35

berkembang, yaitu makanan merupakan jajanan pokok masyarakat yang

tidak sempat untuk memasak di rumah. selain itu, kebutuhan kuliner

bagi para turis lokal maupun asing yang berkunjung untuk liburan di

Kota Mataram.

Bakso merupakan makanan yang memiliki banyak penggemar dari

berbagai kalangan, seperti mahasiswa, anak-anak, dan masyarakat baik

itu kelangan menengah maupun kalangan atas. Bisnis usaha bakso

merupakan bisnis yang menjanjikan karena keuntungannya yang

lumayan besar dan juga usaha bakso bukan usaha musiman jadi akan

sulit mengalami penurunan pendapatan karena dalam cuacu terik panas

maupun hujan konsumen akan tetap mencari bakso tersebut. Hal inilah

yang membuat usaha bakso pak Widodo dan Gang Bentoel

memproduksi bakso untuk dijual.

Usaha bakso pak Widodo merupakan usaha bakso keluarga yang

dimana semua pegawainya kerabat dekat dari pemilik bakso tersebut

yang bekerja untuk mengembangkan dan memajukan usaha. Bakso pak

Widodo berdiri pada tahun 80-an ditemani anaknya keliling berjualan

bakso, pada tahun 90-an mereka mulai mangkal di jln. Hos

Cokroaminoto, Cemara, Kota Mataram. Sekarang memiliki 6 orang

pegawai.

Bakso pak Widodo mulai usaha kecil-kecilan dengan cara didorong

dan berkeliling dari satu desa ke desa lainnya dan diawal usahanya ada

banyak halangan dan rintangan yang dihadapi. Setelah bertahun-tahun


36

jualan dengan cara berkeliling, hasil keuntungan berdagang disisihkan

untuk ditabung setelah cukup modal barulah mereka membangun tempat

usaha bakso pada tahun 90-an dan usaha itu berkembang hingga

sekarang.

Sedangkan Gang Bentoel Salah satu pilihan tempat makan bakso di

Kota Mataram, berdiri pada tahun 90-an dengan cara mangkal dalam

berjualan hingga sekarang, dulu diawal usaha mereka hanya berdua

pemilik dan satu karyawan yaitu adik dari pemilik bakso Gang Bentoel

setelah usaha ini berkembang sekarang mereka memiliki tiga orang

karyawan, usaha bakso ini berada di Jln. Hos Cokroaminoto, Karang

Baru, Kec. Selaparang, Kota Mataram.

Kenapa dinamakan “Gang Bentoel” karena, dahulu warung tempat

usaha bakso ini berdiri tepat disebelah gang yang bernama gang benteol

dan biar masyarakat gampang mengingat tempat tersebut maka pemilik

usaha menamakan warung bakso Gang Bentoel. Diawal berjualan usaha

ini memanfaatkan tempat tinggal mereka yang dirubah menjadi warung

bakso, setelah menabung sekian lama akhirnya mereka menyewa kios

untuk dijadikan tempat usaha hingga sekarang.

Sejak awal berdiri hingga sekarang usaha gang bentoel masih

menggunakan daging sapi asli yang diambil langsung dari salah satu

pemasok daging yaitu, dinas pertanian rumah pemotongan hewan

rumenasia Majeluk di jln. Transmigrasi No.27 Majeluk, Kota Mataram.

Karena, di tempat tersebut pemerintah Kota Mataram menyarankan


37

untuk membeli daging sapi jadi keamanan daging sapi yang dipakai

lebih terjamin asal-usul dan kesegarannya.

3. Letak Geografis Usaha Bakso Pak Widodo dan Gang Bentoel

Usaha bakso pak Widodo berada di jalan Hos Cokroaminoto,

Kel.Monjok Timur, Kec.Selaparang, Kota Mataram. Usaha tersebut berada

di pinggir jalan dan banyak masyarakat yang bekerja melewati jalan

tersebut jadi bisa dibilang letak dari usaha bakso ini cukup strategis karena

sering dilalui banyak orang. Adapun batas-batasnya antara lain : 38 usaha

bakso pak widodo dikelilingi beberapa tempat usaha, yaitu bagian utara:

Usaha fotocopy dan Minimarket, sebelah Selatan: Tempat Ibadah (pura)

dan Rumah Makan, sebelah barat: Toko Elekronik (Matrix), sebelah timur:

rumah warga.

Sedangkan usaha bakso Gang Bentoel, dikelilingi beberapa usaha

seperti bagian utara: Kios Sembako, sedangkan bagian selatan: berdiri

beberpa Minimarket, sebelah barat: Perkantoran dan Toko Handphone,

sebelah timur: perkampungan.

Dilihat dari letaknya bisa disimpulkan kedua usaha ini berada pada

tempat yang strategis karena dikelilingi tempat usaha dan juga

perkampungan selain itu pada jam pulang kantor banyak para pegawai

kantor yang pulang melewati jalan tersebut bukan tidak mungkin usaha

tersebut tidak dilihat oleh orang banyak.

38
Mas Nok (pemilik usaha bakso), Wawancara, Mataram, 27 mei 2020.
38

4. Keadaan Fisik Sarana dan Prasarana

Pada usaha pak Widodo memiliki warung yang bagian depannya

itu grobak bakso untuk menaruh bahan-bahan sebelum disajikan

kekonsumen disampingnya ada mesin serut es batu, dan toples yang

berisikan bahan-bahan untuk membuat es campur, es kelapa muda, es

sirup. Kemudian di bagian dalamnya ada kursi dan meja panjang tempat

konsumen makan apabila mereka ingin makan di sana. Begitu juga bagian

sampingnya bedanya ada lemari pendingin untuk menyimpan the botolan,

dibagian paling belakang di situ dapur atau tempat memproduksi bakso itu

sendiri sekaligus tempat pemilik usaha itu tinggal.

Sedangkan pada usaha bakso Gang Bentoel bagian depanya tidak

jauh berbeda dengan usaha pak Widodo, yaitu ada grobak bakso kemudian

disampingnya ada mesin serut es batu dan juga bahan-bahan dari es kelapa

muda dan juga es campur. Kemudian bagian dalamnya itu ada meja dan

kursi panjang tempat konsumen memakan bakso jika pingin makan

disana. selain itu, di dalam ada lemari pendingin dan kecap, saos, sambel,

dan krupuk di setiap sudut pada bagian dalam usaha tersebut.39

Jadi pada usaha pak Widodo sarana dan prasarananya kurang

begitu lengkap karena tidak menyediakan lahan parkir buat konsumennya

jadi tempat perkirnya itu di trotoar jalan sedangkan pada usaha bakso

Gang Bentoel menyediakan tempat parkir walaupun tempatnya tidak

39
Observasi, Mataram, 27 Mei 2020.
39

begitu luas. Terlepas dari itu kedua usaha ini berusaha untuk menyediakan

sarana dan prasarana sebaik mungkin agar konsumen nyaman berbelanja

di tempat tersebut.

B. Mekanisme Produksi Usaha Bakso Pak Widodo dan Gang Bentoel di


Kota Mataram
Mekanisme produksi adalah tahapan (proses) para pengusaha

bakso dalam melakukan aktifitas produksi. Berdasarkan hasil observasi,

ada beberapa hal yang harus disiapkan dalam memproduksi usaha bakso,

yaitu :

1. Perlengkapan produksi

a. Tenaga kerja

Dalam hal produksi, salah satu asset terpenting dalam

keberhasilan sebuah perusahaan harus memiliki tenaga kerja.

Kesuksesan suatu produksi terletak pada kinerja sumber daya

manusia yang ada didalamnya.

Tenaga kerja yang ada pada usaha bakso ini aslinya bukan

tenaga yang terampil melainkan anggota keluarga yang di ajak dari

Jawa ke Kota Mataram agar dapat membantu usaha dari pemiliki

warung bakso tersebut, dan mereka mulai terampil membuat dan

menyajikan bakso setelah bekerja sekian bulan di usaha bakso

tersebut.40

40
Bapak Hari (Karyawan), Wawancara, Mataram, 27 Mei 2020.
40

Dalam hal seperti ini, tentu agama Islam sangat menyukai

kegiatan seperti di atas karena dalam Islam dianjurkan untuk saling

membantu satu sama lain apalagi keluarga/kerabat dekat agar

mereka memiliki pendapatan.

b. Membeli bahan baku

Bahan baku merupakan hal yang penting juga dalam

memproduksi bakso, jika bahan baku tersedia atau harganya stabil

normal maka produksi akan lancer, akan tetapi jika bahan baku

sulit didapatkan atau harganya melambung tinggi maka ini akan

mempengaruhi jalannya produksi dari bakso itu sendiri.

Adapun bahan baku bakso antara lain :

1) Daging.

2) Tepung tapioca.

3) Garam dapur dan bumbu.

4) Air es.41

Bahan baku yang tertera di atas merupakan bahan-bahan yang

banyak di jual di pasar-pasar traditional, kecuali air es akan tetapi

air es bisa di buat sendiri dengan memanfaatkan mesin pendingin

yang ada di usaha tersebut.

Pada umumnya usaha bakso ini telah memperhaikan kehalalan

dari bahan baku yang dipakai, tidak ada sama sekali bahan-bahan

dalam campuran bakso yang mengandung pengawet apalagi

41
Bapak Hari (Karyawan), Wawancara, Mataram, 27 Mei 2020.
41

sampai membahayakan para konsumen jika dimakan. Cara

mendapatkan bahan baku juga terbilang aman karena mereka

membeli langsung ke pasar dan langsung mengolah bahan baku

tersebut.

c. Peralatan produksi

Pralatan yang digunakan dalam pembuatan bakso di warung

pak Widodo dan Gang Bentoel sebagian besar masih sederhana.

Namun, ada beberapa pralatan juga harus menggunakan cara

modern, seperti mesin giling daging tujuannya untuk memudahkan

dan juga mempercepat proses dalam mencampur bahan yang lain

kedalam daging sapi giling tadi. Jika kedua usaha bakso ini tidak

menggunakan mesin giling daging maka akan memperlambat

dalam proses pencampuran bahan-bahan kemudian biaya produksi

akan bertambah lebih banyak. Hal ini akan membuat suatu proses

produksi menjadi tidak efektif.

Adapun pralatan yang digunakan dalam produksi sebuah

bakso adalah :

1. Dapur

2. Dandang besar (sebagai tempat perebusan bakso)

3. Panci besar (sebagai tempat pencampuran bahan-bahan)

4. Kompor dan gas


42

d. Bangunan

Bangunan merupakan sebuah tempat yang harus dimiliki dalam

memproduksi bakso sekaligus tempat menjual bakso itu sendiri,

dalam hal ini para pengusaha bakso memakai belakang warung

mereka di buat menjadi tempat memproduksi dan bagian depanya

dijadikan untuk menjual bakso yang sudah diproduksi tersebut

tersebut.42

C. Kelebihan dan Kekurangan Usaha Bakso Pak Widodo dan Gang


Bentoel di Kota Mataram

Usaha bakso pak Widodo dan Gang Bentoel berada di jalan yang

sama tetapi kelurahan yang berbeda bakso pak Widodo berada di

Kelurahan Monjok Timur sedangkan bakso Gang Bentoel berada di

Kelurahan Karang Baru. Bakso pak Widodo memiliki 6 orang pegawai

sedangkan bakso Gang Bentoel memiliki 3 orang pegawai. Kedua usaha

bakso ini memproduksi usaha bakso di belakang tempat usaha mereka

masing-masing, proses dari pembuatan bakso kedua usaha ini masih

memakai cara tradisional.

Kemudian dari tenaga kerja bakso pak Widodo, 6 orang

pegawainya semuanya laki-laki, dan memiliki tugas masing-masing dalam

proses produksi ada yang mengambil daging sapi kemudian langsung ke

pasar Cemara untuk menggilingnya, ada yang membeli bumbu-bumbu

sebagai campuran dalam adonan bakso itu sendiri. setelah bahan baku

42
Pak Hari (Karyawan), Wawancara, Mataram, 27 Mei 2020
43

terkumpul baru semua pegawai bersama membuat bakso tersebut, Semua

kegiatan tadi bertujuan agar proses produksinya berjalan lebih cepat

dengan pembagian tugas tiap pegawai.43 Sedangkan usaha bakso Gang

Bentoel memiliki hanya 3 orang pegawai, satu orang mengambil daging

setelah itu menggilingnya di Desa Majelok, dan pegawai yang lain

membeli bumbu-bumbu sebagai bahan campuran bakso. Dalam proses

pembuatan bakso yang mengerjakannya hanya satu orang saja karena

pegawai yang lain tidak begitu mahir dalam membuat bulatan bakso

tersbut.44

Kelebihan dan kekurangan usaha bakso Pak Widodo dan Gang

Bentoel di Kota Mataram, yaitu:

1. Kelebihan usaha bakso pak Widodo:

a. Karyawannya memiliki 6 Orang jadi pekerjaannya lebih terstruktur.

b. Dalam melayani konsumen usaha bakso pak Widodo bisa dibilang

sangat cekatan.

c. Letaknya yang strategis karena berada di pinggir jalan dan dekat

dengan usaha-usaha yang lainnya jadi kebanyakan konsumennya

para pegawai.

d. Usaha bakso pak Widodo selalu menjaga kebersihan tempatnya

selama jam buka sehingga konsumen merasa nyaman berbelanja

disana.

3. Kekurangan usaha bakso pak Widodo :


43
Pak Hari (Karyawan), Wawancara, Mataram 27 Mei 2020.
44
Ibu Atim (Karyawan), Wawancara, Mataram 27 Mei 2020.
44

a. Proses produksinya masih menggunakan cara traditional.

b. Tempat yang masih sederhana dan kecil jadi pada saat jam makan

pelangggan ramai jadi konsumen tidak ada sekat dengan pelanggan

lainnya.

c. Tempat parkir yang sembarangan.

4. Kelebihan usaha bakso Gang Bentoel :

a. Pelayanan yang baik dan cepat walaupun mereka hanya tiga orang.

b. Kualitas produksinya dan pelayanannya tergolong stabil.

c. Kempatnya yang strategis sehingga pelangganya berasal dari orang

yang melalui jln. Hos Cokroaminoto, Kota Mataram.

d. Dekat dengan pemukiman masyarakat.

5. Kekurangan usaha bakso Gang Bentoel :

a. Tempatnya yang kecil, dan sederhana.

b. Bakso yang dijual hanya ada satu jenis varian sehingga konsumen

cepat bosen.

c. Tempat membersihkan gelas kotor yang berada di depan sehingga

jika dilihat dari depan terlihat kurang nyaman.

Dampak positif dari adanya usaha bakso pak Widodo dan Gang

Bentoel antara lain :


45

1. bagi pemilik bakso pak Widodo dan Gang Bentoel

a. dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

b. mampu meningkatkan pendapatan.

c. mampu menyediakan lapangan pekerjaan buat orang lain.

d. serta membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangannya.

2. bagi karyawan

Dengan adanya usaha bakso ini bisa membuat mereka memiliki

pendapatan perbulan sehingga mereka bisa bertahan hidup di Kota

Mataram karena sebagian besar pegawai dari bakso pak Widodo dan

Gang Bentoel kebanyakan berasal dari pulau jawa. Selain itu dalam

bekerja sebagai karyawan di usaha bakso pak Widodo dan Gang

Bentoel tidak perlu memiliki pendidikan khusus yang penting mau

bekerja, memiliki keterampilan, dan ketelatenan dalam membuat dan

menyajikan bakso ke konsumen.

3. bagi masyarakat

dengan adanya usaha bakso ini bisa memudahkan para pegawai

kantor dan masyarakat yang tidak sempat memasak dirumah, selain itu

jika bisa mengobati kerinduan para pecinta makanan kuliner bakso baik

itu yang ada di Kota Mataram maupun turis lokal dan asing yang

berkunjung ke Kota Mataram.


46

Menurut pak Hamdi alasan mereka belanja di warung bakso pak

Widodo karena memiliki rasa yang enak, kemudian pelayanannya

cepat, selain itu tempatnya yang disiapkan tertutup dan cukup nyaman

jika kita memilih makan disana.45

Menurut ibu Mudriah alasan mereka belanja di Gang Bentoel

karena lokasinya dekat dengan rumahnya, selain itu rasa bakso.a enak,

tempatnya pun lumayan nyaman karena ketika mengantri mereka tidak

berdesak-desakan dan juga tempat yang disediakan untuk menyantap

bakso disana cukup tertutup sehingga kita nyaman menyantap bakso di

tempat yang sudah disediakan. 46

Pendapatan usaha bakso pak Widodo :

2019 Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Tahun

1 2 3 4

600 juta 675 juta 900 juta 840 juta 3,15

milyar

2020 Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Tahun

1 2 3 4

850 juta 750 juta 850 juta 1,6

milyar

Pendapatan usaha bakso Gang Bentoel :

45
Pak Hamdi (Pembeli), Wawancara, Mataram 28 Mei 2020.
46
Ibu Mudriah (Pembeli), Wawancara, Mataram 29 Mei 2020.
47

2019 Triwulan Triwulan 2 Triwulan Triwulan Tahun

1 3 4

8,400,000 9,000,000 12.000,000 9,000,000 39 juta

2020 Triwulan Triwulan 2 Triwulan Triwulan Tahun

1 3 4

9,600,000 13,600,000 6,500,000 29,600

juta

D. Faktor- Faktor Pendorong Produksi Usaha Bakso Pak Widodo dan


Gang Bentoel di Kota Mataram

Dalam Ekonomi, faktor pendorong bagi sebuah usaha adalah untuk

mencari keuntungan materil (uang) secara maksimal. 47 Agar tercapainya

harapan tersebut maka dibutuhkanlah faktor-faktor pendukung sebuah

wawancara peneliti dengan pemilik dan karyawan usaha bakso pak

Widodo dan Gang Bentoel mereka berpendapat bahwa faktor-faktor

pendorong produksi usaha bakso di Kota Mataram, yaitu :

1. Bahan baku yang mudah dijangkau

Menurut pendapat dari salah satu karyawan di sana baik itu

usaha bakso pak Widodo dan Gang Bentoel bahan baku yang mudah di

jangkau yang menjadi faktor utama kenapa masih tetap berjualan

47
M. Nur Rianto Al Arif & Euis Amalia, Ekonomi Mikro, (Jakarta:Prenamedia Group,
2010), Hlm. 157.
48

bakso karena jarak antara pasar Cemara dengan kedua usaha bakso

disini tidak begitu jauh jaraknya. 48

2. lokasi

Menurut pendapat dari bapak Parino dan mas Nok (pemiliki

dan karyawan) karena tempat mereka sekarang berjualan ini berada di

pinggir jalan yang dimana banyak masyarakat yang sering berlalu-

lalang melewati usaha mereka jadi kemungkinan besar mereka akan

berbelanja di tempat tersebut karena lokasinya yang mudah diakses

oleh masyarakat.49

3. Ingin mencari nafkah

Tujuan utama mereka datang ke Kota Mataram itu untuk

mencari peruntungan dalam berwirausaha bakso, niat berjulan bakso

sudah ada sebelum mereka ke sini. Di samping itu, mereka melihat

pada waktu mereka datang di tempat usaha mereka masing-masing

belum begitu banyak yang berjualan bakso.50

4. melanjutkan usaha keluarga

Seperti yang diungkapkan karyawan usaha bakso pak Widodo,

usaha bakso ini sudah berdiri lama bahkan sudah berdiri selama 3

generasi dari kakek, orang tua, anak yang sekarang melanjutkan usaha

tersebut. Usaha ini dulu masih memakai gerobak dorong dalam

menjual bakso berkeliling dari satu desa ke desa lain dan mulai

48
Mas Nok dan Ibu Atim (Karyawan), Wawancara, Mataram, 27 Mei 2020.
49
Ibu Atim dan Pak Hari (Karyawan), Wawancara, Mataram, 27 Mei 2020.
50
Mas Nok (Karyawan), Wawancara, Mataram, 27 Mei 2020.
49

berkemmbang hingga sekarang ada banyak cerita pada usaha bakso ini,

hal inilah yang membuat cucu dari pemilik usaha bakso berniat untuk

melanjutkan usaha kakeknya di samping usaha ini sudah di kenal

banyak orang dari segi rasa maupun tekstur bakso tersebut.51

Sedanngkan pada usaha bakso Gang Bentoel berpendapat kalau

usaha inilah yang sudah membuat mereka bisa bertahan hidup di Kota

Mataram selama belasan tahun, dan juga mereka tidak memiliki

keterampilan lain dalam bekerja selain berdagang bakso.52

diharapkan dengan tetap berdagang bakso mampu untuk

merubah perekonomian pemiliki sekaligus karyawan yang ada di sana,

selain itu juga mampu membantu pemerintah dalam menekan tingkat

pengangguran.

51
Ibid.
52
Ibu Atim (Karyawan), Wawancara, Mataram,27 Mei 2020.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Mekanisme Produksi Usaha Kuliner Bakso dalam


Meningkatkan Pendapatan di Kota Mataram
Kegiatan produksi merupakan salah satu aktifitas ekonomi yang

sangat menunjang selain kegiatan produksi. Jika produksi tidak ada, maka

konsumen tidak akan bisa mengkonsumsi barang atau jasa yang

dibutuhkan karena manusia di zaman sekarang tidak mampu memenuhi

kebutuhan hidupnya sendiri. jadi, produksi dan konsumsi satu ikatan yang

tidak bisa dipisahkan karena satu sama lain saling membutuhkan.

Dalam aktivitas produksinya, produsen mengubah berbagai faktor-

faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan hubungannya

dengan tingkat produksi, faktor produksi dibedakan menjadi faktor

produksi tetap (fixed input) dan variabel (variable input).53

Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah

penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada atau tidak

adanya kegiatan produksi, faktor produksi itu harus tetap tersedia.

Sementara jumlah penggunaann faktor produksi variable adalah tergantung

pada tingkat produksinya, jadi makin banyak tingkat produksi, maka

makin banyak faktor produksi variable yang digunakan.

53
M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Ekonomi Mikro, (Jakarta: Prenamedia
Group,2010), hlm.148.

50
51

Dalam merancang suatu kegiatan produksi, ada beberapa langkah

yang perlu diperhatikan, yaitu: Pertama, meramalkan permintaan dengan

menentukan jumlah produksi barang yang dibutuhkan pasar dalam jangka

waktu tertentu. Untuk itu, ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan: (a)

mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan para pelanggan, (b)

melakukan riset mengenai besarnya pasar dan persaingan yang dihadapi

dalam pasar tersebut, dan (c) apabila diperlukan, meminta jasa konsultan

atau orang-orang yang mempunyai kompetensi untuk melihat prospek

usaha dalam memasarkan barangnya. Kedua, merencanakan kapasitas

produksi, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Ketiga,

memilih lokasi usaha dengan terlebih dahulu mempertimbangkan biaya-

biaya yang akan dikeluarkan; biaya untuk kerja, pembelian tanah untuk

usaha, listrik, cukup tidaknya tenaga ahli, dan sebagainya. Keempat,

merencanakan tata letak usaha. Kelima, melaksanakan kegiatan produksi. 54

Dalam sebuah usaha bakso itu membutuhkan ketekunan,

ketelitian, keterampilan, dan kerja keras. Faktor-faktor lain yang ikut

membantu keberhasilan usaha makanan adalah selera beli masyarakat,

promosi penjualan, keterampilan dan pengatahuan, tenaga kerja,

pendanaan, cita rasa, penetapan harga, dan yang paling penting adalah

keinginan yang kuat untuk meningkatkan pendapatan.

Jadi, dalam mekanisme produksi untuk meningkatkan pendapatan

usaha bakso pak Widodo dan Gang Bentoel di Kota Mataram, maka

54
Idri, Hadis Ekonomi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm.80.
52

masing masing usaha harus menambah nilai guna pada suatu barang dan

jasa. Dalam menambah nilai guna barang dan jasa ini dikenal lima jenis

kegunaan, yaitu :

1. Guna bentuk

Yang dimaksud dengan guna bentuk, yaitu di dalam melakukan

proses produksi, kegiatan ialah mengubah bentuk suatu barang

sehingga barang tersebut mempunyai nilai ekonomis. Pada usaha

bakso pak Widodo tersebut memahami bahwa bukan bentuk yang

ditambah akan tetapi jenis/varian dari bakso tersebut jadi mereka

memiliki 3 jenis bakso dari yang ukuran kecil, sedang, bakso urat, dan

bakso isi telur.

Sedangkan pada usaha bakso Gang Bentoel masih belum

menerapkan hal tersebut, karena pemahamannya masih sangat

sederhana dalam menigkatkan pendapatan dengan mengubah bakso

atau membuat berbagai jenis bakso, usaha gang bentoel hanya menjual

satu jenis bakso yaitu bakso original saja.

Dari hasil paparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa usaha

bakso pak Widodo lebih sedikit maju pemikirannya dalam

memaksimalkan bakso dalam menarik minat konsumennya agar

konsumennya dengan cara memaksimalkan keahlian dari perbagai

karyawan untuk mengolah bahan baku bakso dengan bahan baku yang

lain agar bakso yang dihasilkan dapat menambah nilai ekonomis dari

usaha bakso pak Widodo. Sedangkan warung bakso Gang Benotel


53

masih menerapkan konsep dagang sederhana yang dimana mereka

mempertahankan kualitas dari bahan baku dan cita rasa selebihnya

mereka menyerahkan kepada konsumen mau membeli atau tidak di

tempat tersebut.

2. Guna jasa

Guna jasa adalah kegiatan produksi yang memberikan pelayanan

jasa. Pemilik usaha bakso pak Widodo dan usaha Gang Bentoel

menganggap memilki keterampilan dan pengetahuan dalam mengolah

bakso dianggap sebagai kelebihan tersendiri sehingga mereka

memberanikan diri untuk memulai sebuah usaha, dan memiliki

keinginan kuat untuk merubah nasib melalui berdagang bakso sesuai

dengan keterampilan dan pengetahuna mereka.

Jasa yang mereka miliki inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh

usaha bakso pak Widodo dan Gang Bentoel untuk mengubah jasa yang

dia miliki menjadi barang yang akan di konsumsi oleh konsumen.

Dari hasil paparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kemapuan

pemilik dalam memaksimalkan skill yang mereka miliki dalam

mengolah bakso sehingga memiliki cita rasa yang enak, dan terus

depertahankan hingga sekarang yang membuat usaha ini bisa

meningkatkan pendapatan karena konsumen yang sudah mencicipi

bakso dari kedua usaha bakso ini akan terus berbelanja kesana karena

konsisten dalam mempertahankan cita rasa dari bakso yang mereka

buat.
54

3. Guna tempat

Guna tempat adalah kegiatan produksi yang memanfaatkan tempat-

tempat dimana suatu barang memiliki nilai ekonomis. Kuliner adalah

sebuah tempat dimana orang menjajakan berbagai macam jenis

makanan untuk memanjakan para konsumennya, adapun prinsip-

prinsip usaha yang dicontohkan dalam agama Islam dan dianjurkan

oleh Rasululloh. SAW, yaitu : transparan dalam berdagang, barang

yang akan dijual terjamin kehalalannya, dan bersaing secara sehat.

Usaha bakso pak Widodo memiliki tempat yang strategis karena

berada di jln. Hos Cokroaminoto Kel. Monjok Timur, Kec.Selaparang

Kota Mataram jadi jalan tersebut akses utama para pegawai yang mau

bekerja maupun pulang kerja, selain itu wilayah tersebut pada malam

hari sepanjang jalan tersebut banyak para pedagang kaki lima berjualan

di sana, jadi dalam keadaan siang, sore, ataupun malam usaha ini pasti

sering dilewati oleh banyak orang dan tidak sedikit orang yang pulang

bekerja untuk singgah membeli bakso di tempat warung bakso pak

Widodo.

Sedangkan usaha Gang Bentoel memiliki tempat yang tidak kalah

strategis karena berada di jalan yang sama, dan berada tepat di pinggir

jln. Hos Cokroaminoto Kel. Karang Baru, Kec. Selaparang, Kota

Mataram. Jadi, karena letaknya gampang dijangkau masyarakat yang

ada di Karang Baru maupun yang lewat bukan tidak mungkin akan

singgah ke tempat tersebut, dan kebanyakan ibu-ibu dan pegawai


55

kantoyang pulang kerja pada hari Senin dan Kamis warga disekitar situ

memilih membeli bakso dan es kelapa muda di sana karena

kebanyakan mereka males untuk memasak untuk buka puasa jadi

mereka memilih berbelanja disana karena tempatnya yang deket

dengan perkampungan.

Dari hasil paparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kedua

usaha ini sudah benar dalam mengambil keputusan memilih tempat

disana karena banyak masyarakat sering melewati jalan raya tersebut,

akan tetapi usaha ini memiliki kekurangan yaitu plang yang

memberikan keterangan bahwa itu usaha bakso masih terlalu kecil

selain itu tempatnya yang kurang menarik untuk dilihat.

4. Guna waktu

Guna waktu adalah kegiatan produksi yang memanfaatkan waktu

tertentu. Jadi fungsi dari guna waktu di sini adalah mengumpulkan

hasil produksi sesuai apa yang sudah diperhitungkan kemudiaan

menjual kembali sedikit demi sedikit, hal seperti ini bukan kegiatan

penimbunan karena guna waktu disini tetap menjual hasil produksi

agar konsumen dapat memenuhi kebutuhan hidupnya akan tetapi

skalanya kecil, nanti dalam waktu tertentu yang sudah diperhitungkan

akan dijual dengan skala banyak.

Usaha bakso pak Widodo mungkin tidak mengetahui fungsi guna

waktu itu sendiri akan tetapi dari pengalaman berjualan mereka sudah

menerapka hal tersebut, contohnya ketika hari senin-jum’at produksi


56

normal akan tetapi begitu masuk hari libur seperti hari sabtu dan

minggu mereka menambah produksi baksonya karena dihari itulah

banyak konsumen datang untuk membeli seporsi bakso, begitu halnya

pada musim hujan menurut karyawan usaha bakso pak Widodo

“biasanya jika masuk musim hujan pada hari libur permintaan bakso

akan terjadi peningkatan disitulah kami mendapatkan untung yang

lumayan”. 55

Usaha bakso Gang Bentoel kurang begitu menerapkan guna waktu

akan tetapi tidak pada bakso tersebut melainkan jika masuk bulan

puasa akan menambah produksi dari es kelapa muda dan es campurnya

kemudian baksonya tidak mengalami penambahan, di sini hasil

penjualan minuman yang memberikan pengaruh besar pada usaha

bakso Gang Bentoel jika pada bulan puasa, akan tetapi ketika musim

hujan barulah mereka menambah sedikit dari produksi sebelumnya

karena pada saat itu permintaan akan bertambah.

Dari hasil paparan diatas, peneliti menyimpulkan penempatan

sebuah tempat dagang akan mempengaruhi pendapatan sebuah usaha

bakso karena masing-masing tempat usaha bakso pak Widodo dan

Gang Bentoel memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dalam

memenuhi kebutuhannya hal inilah yang menyebabkan mereka

memiliki peningkatan pendapatan pada waktu yang berbeda pula.

55
Pak Hari. Wawancara, Mataram 27 Mei 2020
57

5. Guna milik

guna milik adalah, kegiatan produksi yang memnafaatkan modal

yang dimiliki untuk dikelola orang lain dan dari hasil tersebut

mendapatkan keuntungan. Dari definisi diatas kedua usaha bakso

disini tidak menerapkan hal tersebut, akan tetapi mereka lebih

mengenal hasil jualan yang dikumpulkan setelah terkumpul dalam

nominal tertentu barulah meraka membuka usaha ditempat lain (buka

cabang). Akan tetapi hal seperti ini belum sama sekali di terapkan

kedua usaha ini masih fokus dengan usahanya masing-masing.

Dari hasil paparan diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa

guna milik belum diterapkan oleh kedua usaha tersebut, karena guna

milik ini diperuntukkan buat usaha yang sudah maju dan didukung

faktor-faktor produksi yang terstruktur dan juga memiliki peralatan

lengkap dalam menunjang proses produksi dari usahanya.

Akan tetapi usaha bakso pak Widodo dan Gang Bentoel masih

berjuang untuk memaksimalkan hasil penjualan dan juga belum secara

maksimal dalam memproduksi bakso karena ada beberapa alat

produksi seperti mesin giling daging dan mesin pembuat bakso,

seharusnya dimiliki tiap usaha bakso akan tetapi mereka belum

memiliki.
58

B. Analisis Kelebihan dan Kekurangan Usaha Bakso Pak Widodo dan


Gang Bentoel di Kota Mataram

Dalam sebuah usaha perlu memasukkan prinsip usaha, yaitu:

pertama, Customer Oriented yaitu, prinsip bisnis yang selalu menjaga

kepuasan pelanggan. Untuk melaksanakan prinsip tersebut Rasulullah

menerapkan kejujuran, keadilan, serta amanah dalam melaksanakan

kontrak bisnis. Begitu halnya dengan usaha bakso pak Widodo dan Gang

Bentoel kedua usaha ini selalu menjaga kualitas bahan baku dari bakso itu

sendri agar konsumen terpuaskan. Kedua, transparasi yaitu, prinsip

kejujuran dan keterbukaan dalam bisnis merupakan kunci keberhasilan.

Tranparansi terhadap konsumen adalah ketika seorang produsen terbuka

mengenai mutu, kualitas, komposisi, dan lain-lain agar tidak

membahayakan dan merugikan konsumen. Prinsip ini pula yang di

terapkan pada usaha bakso pak Widodo dan Gang Bentoel konsumen yang

belanja bisa melihat langsung bakso yang akan disajikan selain itu ketika

pelanggannya bertanya tentang komposisi usaha bakso pak Widodo dan

Gang Bentoel mereka dengan ramahnya akan memberi tahu semua

komposisi dari bakso yang di jual. Psinsip kejujuran dan keterbukaan ini

juga berlaku pada mitra kerja. pada usaha bakso pak Widodo dan Gang

Bentoel dalam proses pembuatan bakso dan menjaga keuangan mereka

tidak ragu memberikan amanat tersebut ke salah pegawainya, karena

pegawai dari bakso pak Widodo dan Gang Bentoel juga sudah menerapkan

prinsip Transparasi dalam kegiatan kerjanya. Fainess, terwujudnya


59

keadilan adalah misi diutusnya para Rasul, saling menjaga agar hak orang

lain tidak terganggu. Keadilan kepada konsumen dengan tidak melakukan

penipuan yang menyebabkan kerugian bagi konsumen. Jika dilihat pada

usaha bakso pak Widodo dan Gang Bentoel mereka hampir tidak pernah

melakukan hal yang merugikan konsumen karena mereka tahu itu akan

berakibat pada tingkat penjualan bakso mereka. Begitu juga halnya dengan

keadilan bagi karyawan, pemilik bakso pak Widodo dan Gang Bentoel

tidak pernah mengeksploitasi hak-hak dari karyawannya mereka selalu

memberikan upah yang adil bagi karyawannya karena usaha bakso pak

Widodo dan Gang Bentoel tahu betul jika sampai berprilaku tidak adil

kepada karyawannya maka imbasnya kualitas produksi akan manurun

entah itu dari segi hasilnya ataupun jumlah produksi. Itu didukung oleh

pendapat para ahli ekonomi yang menyatakan bahwa tenaga kerja adalah

satu-satunya produsen dan pangkal produktivias dari semua faktor

produksi yang lainnya. Tanah, mesin, modal, manajerial yang baik tidak

akan bisa menghasilkan suatu barang atau jasa tanpa adanya tenaga

kerja.56

Jika dilihat lebih lanjut dalam teori produksi ada juga yang

membahas tentang Isoquant yang dimana kurva yang menunjukkan

beberapa kombinasi input yang dibutuhkan dalam menghasilkan suatu

produksi oleh produsen. Sedangkan fungsi dari isoquant untuk

56
Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid al-Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm.120.
60

menggambarkan gabungan dua faktor produksi yang akan menghasilkan

suatu tingkat produksi tertentu.57

Dalam analisis berikut akan dicoba melihat bagaimana teori

produksi apabila terjadi peningkatan pada salah dua faktor produksi, yaitu

modal dan tenaga kerja.

Pendapatan usaha bakso pak Widodo :

2019 Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Tahun

1 2 3 4

600 juta 675 juta 900 juta 840 juta 3,15

milyar

2020 Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Tahun

1 2 3 4

850 juta 750 juta 850 juta 1,6

milyar

57
M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Ekonomi Mikro, (Jakarta: Prenamedia
Group,2010), hlm.173.
61

Pendapatan usaha bakso Gang Bentoel :

2019 Triwulan Triwulan 2 Triwulan Triwulan Tahun

1 3 4

8,400,000 9,000,000 12.000,000 9,000,000 39 juta

2020 Triwulan Triwulan 2 Triwulan Triwulan Tahun

1 3 4

9,600,000 13,600,000 6,500,000 29,600

juta

Kelebihan dan kekurangan usaha bakso Pak Widodo dan Gang

Bentoel di Kota Mataram, yaitu:

1. Kelebihan usaha bakso pak Widodo:

a) Karyawannya memiliki 6 Orang jadi pekerjaannya lebih terstruktur.

b) Dalam melayani konsumen usaha bakso pak Widodo bisa dibilang

sangat cekatan. c) Letaknya yang strategis karena berada di pinggir

jalan dan dekat dengan usaha-usaha yang lainnya jadi kebanyakan

konsumennya para pegawai. d) Usaha bakso pak Widodo selalu

menjaga kebersihan tempatnya selama jam buka sehingga konsumen

merasa nyaman berbelanja disana.

2. Kekurangan usaha bakso pak Widodo :

a) Proses produksinya masih menggunakan cara traditional. b) Tempat

yang masih sederhana dan kecil jadi pada saat jam makan pelangggan
62

ramai jadi konsumen tidak ada sekat dengan pelanggan lainnya. c)

Tempat parkir yang sembarangan.

4. Kelebihan usaha bakso Gang Bentoel :

a.) Pelayanan yang baik dan cepat walaupun mereka hanya tiga orang.

b) Kualitas produksinya dan pelayanannya tergolong stabil. c)

Kempatnya yang strategis sehingga pelangganya berasal dari orang

yang melalui jln. Hos Cokroaminoto, Kota Mataram. d) Dekat dengan

pemukiman masyarakat.

5. Kekurangan usaha bakso Gang Bentoel :

a.) Tempatnya yang kecil, dan sederhana. b) Bakso yang dijual hanya

ada satu jenis varian sehingga konsumen cepat bosen. c)Tempat

membersihkan gelas kotor yang berada di depan sehingga jika dilihat

dari depan terlihat kurang nyaman.

Jika dilihat dari prilaku usaha bakso pak Widodo dan Gang Bentoel

sudah menerapkan prinsip usaha, yaitu Customer Oriented, Transparnsi,

Fairness karena tidak bakalan mungkin kedua usaha ini akan memiliki

banyak konsumen jika hanya mengandalkan rasa dari bakso yang dijual.

usaha bakso pak Widodo dan Gang Bentoel dalam meningkatkan

pendapatan usaha bakso pak Widodo lebih jelas hasil penjualannya karena

memiliki tenaga kerja yang lebih banyak sehingga mampu meningkatkan

pendapatan mereka, sedangkan usaha Gang Bentoel karena pegawai yang


63

terbatas pendapatan mereka hanya bisa memproduksi bakso sesuai dengan

kemampuannya sehingga pendapatan mereka tidak begitu besar.

C. Analisis Faktor-Faktor Produksi Usaha Bakso di Kota Mataram

Jika melihat faktor-faktor produksi menurut teori ada beberapa

faktor sehingga sebuah usaha bisa memproduksi barang ataupun jasa

anatara lain:58

1. Modal

Dalam fungsinya modal sebagai penyedia faktor-faktor produksi

yang lain agar dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Serta jika ingin

sebuah usaha mau meningkatkan hasil produksi maka modal yang kuat

adalah kuncinya karena dengan modal yang kuat ini akan

mempengaruhi nilai dari tiap produksi yang lain seperti tenaga kerja,

tempat, teknologi.

dalam usaha bakso pak Widodo dan Gang Bentoel mereka

memulai sebuah usahanya dengan menggunakan modal sendiri tentu

produksinya tidak sebanyak sekarang karena modalnya yang kecil,

karena ketekunanya pemilik masing-masing warung bakso dalam

mengumpulkan uang untuk membangun warung bakso, kini kedua

usaha ini memiliki warung sendiri.

Dari paparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kedua usaha

sudah memiliki mental pebisnis dalam diri mereka dengan

58
M.Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Ekonomi Mikro, (Jakarta: Pranamedia Group,
2010), hlm.168.
64

memanfaatkan modal sekecil-kecilnya agar mendapatkan keuntungan

semaksimal mungkin, hal ini diharapkan dapat dipertahankan supaya

usaha ini mampu berkembang pesat.

2. Tenaga kerja

Salah satu faktor produksi yang membantu pemilik dalam

memproduksi dan memsarkan barang atau jasa guna untuk mencapai

target yang di tentukan adalah tenaga kerja ataupun karyawan.

Disini usaha bakso pak Widodo dan Gang Bentoel

memperkerjakan karyawannya dengan mengajak kerabat dekat dari

pemilik usaha, nanti pegawai tersebut akan diajarkan bagaimana cara

memproduksi dan menyajikan hingga meraka bisa dan terampil. 59

Dari paparan diatas, peneliti menyimpulkan kedua usaha bakso ini

sudah menerapkan ilmu ekonomi syariah, karena sudah mampu

memberikan kemaslahatan untuk orang lain dengan cara memberikan

pekerjaan dan melatih keterampilan pegawainya.

3. Sumber daya alam

Yang dimaksud sumber daya disini adalah “tempat” karena

bagaimana sebuah usaha mampu menjual barang atau jasa jika tidak

memliki tempat, dan tempat ini dibagi menjadi dua bagian. Tempat

untuk memproduksi dan tempat untuk menjual hasil produksi.

Pemilihan lokasi yang strategis dan sering dilalui orang banyak

merupakan hal yang penting untuk diperhatikan agar ketika

59
Pak Hari (Karyawan), Wawancara, Mataram 27 Mei 2020.
65

membangun sebuah usaha tidak kesulitan dalam memasarkan barang

dagangannya. Dan kedua usaha bakso ini sudah menerapkan hal

tersebut mereka memilih membuka warung bakso di penggir jalan, dan

jalan tempat membuka warung bakso ini dijalan utama yang sering

dilalui masyarakat yang berangkat maupun pulang bekerja.

Dari paparan di atas, peneliti meilhat usaha waring bakso pak

Widodo dan Gang Bentoel sudah tepat dalam mengambil keputusan

memilih membuka usaha di tempatnya yang sekarang, karena

konsumen bisa gampang menjangkau warung tersebut dan juga

warung sudah menyiapkan tempat yang bersih dan juga nyaman.

4. Teknologi

Di jaman sekarang teknologi sudah menjadi hal yang tidak asing

buat masyarakat, begitu halnya dengan usaha-usaha yang ada di Kota

Mataram. Modal sudah disiapkan, tenaga kerja sudah ada, tempat

sudah didirikan bahkan sudah bediri belasan tahun lamanya. Tetapi

kedua usaha bakso ini belum memiliki alat produksi sendiri, mereka

menggiling daging sapi sebagai bahan utama pembuatan bakso di

pasar akan tetapi mesin giling sering terjadi masalah, selain itu proses

pembuatan bakso masinh menggunakan tangan (manual).

Dari paparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kedua usaha

bakso ini belum maksimal dalam menerapkan faktor produksi yang

datu ini (tekhnologi), karena mereka lebih memilih cara traditional


66

dalam memproduksi usaha bakso tersebut sehingga hasil produksinya

kurang cepat dan tidak efisien.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis pada bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Dalam

proses produksinya dilakukan dengan menambah nilai guna barang dan

jasa ini dikenal lima jenis kegunaan, yaitu : Guna bentuk, Guna jasa, Guna

tempat, Guna waktu, Guna milik. Dalam merancang suatu kegiatan

produksi, ada beberapa langkah yang dilakukan, yaitu: Pertama,

meramalkan permintaan dengan menentukan jumlah produksi barang yang

dibutuhkan pasar dalam jangka waktu tertentu. Untuk itu, ada beberapa

kegiatan yang perlu dilakukan: (a) mengumpulkan informasi mengenai

kebutuhan para pelanggan, (b) melakukan riset mengenai besarnya pasar

dan persaingan yang dihadapi dalam pasar tersebut, dan (c) apabila

diperlukan, meminta jasa konsultan atau orang-orang yang mempunyai

kompetensi untuk melihat prospek usaha dalam memasarkan barangnya.

Kedua, merencanakan kapasitas produksi, baik dalam jangka panjang

maupun jangka pendek. Ketiga, memilih lokasi usaha dengan terlebih

dahulu mempertimbangkan biaya-biaya yang akan dikeluarkan; biaya

untuk kerja , pembelian tanah untuk usaha, listrik, cukup tidaknya tenaga

ahli, dan sebagainya. Keempat, merencanakan tata letak usaha. Kelima,

melaksanakan kegiatan produksi.

67
68

Faktor-faktor pendorong produksi usaha bakso di Kota Mataram

masih memproduksi hingga sekarang, yaitu: a) bahan baku yang mudah

didapatkan, b) banyak lokasi di Kota Mataram yang strategis untuk

membuka sebuah usaha, c) keinginan mencari nfakah, d) meneruskan

usaha keluarga. Dari pemaparan diatas faktor utama yang menyebabkan

usaha bakso masih memproduksi, yaitu ketersediaan bahan produksi yang

banyak dan mudah dijangkau, kemudian didukung kuat dengan keinginan

untuk mencari nafkah dengan harapan bisa merubah keadaan mereka hari

ini yang biasa ke depannya menjadi jauh labih baik lagi.

B. Saran

Setelah peneliti mengadakan penelitian tentang mekanisme produksi

usaha bakso dalam meningkatkan pendapatan, peneliti memberikan saran

yang kemungkinan dapat menjadi masukan, adapaun saran-saran penulis

sebagai berikut :

1. Kepada para pemilik usaha bakso pak Widodo dan Gang Bentoel

diharapkan berani dalam memasukkan jenis varian bakso lain dengan

tetap mempertahankan kualitas rasa, plang bakso pada tiap usaha harus

dibuat lebih besar agar para konsumen dapat melihat tempat usaha

bakso pak Widodo dan Gang Bentoel dari kejauhan, dan juga harus

mempersiapkan alat-alat produksi sendiri agar dalam proses produksi

tidak terjadi hambatan. Selain itu, harus mencantumkan BPOM dan

logo HALAL dari MUI Provinsi agar konsumen yang berbelanja di


69

sana lebih yakin dalam berbelanja di warung bakso pak Widodo dan

Gang Bentoel.

2. Kepada pemerintah setempat, diharapkan mampu untuk membentuk

kebijakan berhubungan dengan kawasan Usaha yang nyaman dan

bersih.

3. Untuk para Mahasiswa, peneliti ini diharapkan bisa sebagai acuan dan

refrensi kedepannya bagi mahasiswa yang akan meneliti usaha bakso

maupun usaha kecil dan menengah.


DAFTAR PUSTAKA

Abd. Al-Wahhab Al-Washabi, Al-Barakah Fi Fadhl Al-Sa’wa Al-


Harakah, Kairo: Mak-Tabah Jhanji Dar Syuruq, 2005.

Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspekif Islam. Bandung: Alfabeta, 2013.

Adiwarman A.Karim, Ekonomi Mikro Islam Edisi Ketiga, Jakarta:


Pt.Rajagarfindo Persada, 2010.

Ahmad Beni Subaini, Metode Penelitian, Bandung: CV. Pustaka Setia,


2012.

Ahmad Ghofar Purbaya, “Strategi Penigkatan Kesejahteraan Ekonomi


Masyarakat Pengusaha Kerpuk dan Camilan Hasil Laut Pnatai
Kenjeran Lama Surabaya”. Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya,
2015.

Ahsanul Mansuri, “Tinjauan Ekonomi Islam terhadap Usaha Pisang


Goring Coklat Keju dalam Menigkatkan Pendapatan Keluarga”,
Skripsi, Uin Syarif Kasim Riau, 2015.

Arifin Johan, Etika Bisnis Islam, Semarang :Walisongo Press, 2009.

BN Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,


2003.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa


Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,2005.

H. Idri, Hadis Ekonomi, Jakarta: Kencana, 2015.

Ika Yunia Fauzia, Abdul Kadir. R, Prinsip Dasar Ekonomi Islam


Perspektif Maqashid Al-Syariah, Jakarta:Kencana, 2014.

Ismail Solihin, Pengantar Bisnis, Pengenalan Peraktis dan Studi Kasus,


Jakarta: Ken Cana, 2006.

Jujun. S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Pustaka: Sinar Harapan, 2005.

Kasmir, Kewirausahawan, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2006.


Lexy. J Moleong. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Rosdakarya,
2010) .

70
71

Moh. Nazir, Metode Penelitian, Surakarta: Ghalia Indonesia, 2013.

Muh. Said Hm, Pengantar Ekonomi Islam: Dasar Dasar dan


Pengembangan, Pekanbaru: Suska Press, 2008.

Munasifatur Rohmah, “Mekanisme Produksi Usaha Makanan


Traditional dalam Menigkatkan Perekonomian Pengusaha Dumbek
Desa Kesamben Plumpang Tuban”. Skripsi, Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2017.

Muri Yusuf. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitaif dan Penelitian


Gabungan, Jakarta: Kencana 2014.

Mustofa Edwin Nasution, Pengenalan Eksekutif Ekonomi Islam,


Jakarta: Prenadame- Dia Group, 2010.

Oktaviani Rahmawati, “Upaya Peningkatan Kesejahteaan


Perekonomian Masyarakat Melalui Usaha Keripik Belut di
Kelurahan Sidoagung Kecamatan Godean”, Skripsi, Uin Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2014.

Reksoprayitno, System Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, Jakarta: Bina


Garfika,2004.

Sarwono. Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta


: Graha Ilmu. 2006.

Sekaran, U. Research Methods For Business. United States Of


America: Hermitage Publishing Services, 2000

Shinta Kurnia Mardika, “Mekanisme Produksi Pada PT Jati Agung


Arsitama Si Sukoharjo”. Skripsi, Universiatas Sebelas Maret
Surakarta,2015.

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D.


Bandung: Alfabeta, 2011.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2013.

Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Dalam Laela Fahriani,


Efektivitas Metode Bercerita dengan Buku Cerita Bergambar
dalam Mengembangkan Akhlak Pada Anak Usia 5-6 Tahun di
Paud Purnama Karang Genteng”, 2016, Sripsi UIN Mataram.

W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai


Pustaka,2006
Lampiran-lampiran
1.1 Dokumentasi

Usaha bakso Gang Bentoel


Usaha bakso pak Widodo

Anda mungkin juga menyukai