Anda di halaman 1dari 3

1. Konflik memiliki dampak yang signifikan terhadap keefektifan organisasi.

Konflik dalam konteks


organisasi dapat terjadi antara individu, kelompok, atau bahkan antara unit organisasi yang
berbeda. Berikut adalah beberapa cara konflik mempengaruhi keefektifan organisasi:
a. Penghambatan Komunikasi: Konflik yang tidak terkelola dengan baik dapat menghambat
aliran informasi dan komunikasi antara anggota organisasi. Ketika konflik terjadi, komunikasi
seringkali menjadi terdistorsi atau terhenti sama sekali. Hal ini menyulitkan koordinasi,
kolaborasi, dan pemahaman yang efektif di antara anggota organisasi. Kurangnya
komunikasi yang baik dapat menghambat penyelesaian masalah, pengambilan keputusan
yang efektif, dan penerapan strategi organisasi.
b. Menurunkan Produktivitas dan Kinerja: Konflik yang berlarut-larut atau tidak terselesaikan
dapat mengganggu produktivitas dan kinerja anggota organisasi. Ketika ada konflik, energi
dan waktu yang seharusnya dialokasikan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan
organisasi malah terbuang untuk menyelesaikan konflik. Hal ini dapat menghambat
kemajuan proyek, memperlambat pengambilan keputusan, dan menurunkan kualitas
pekerjaan. Konflik juga dapat menyebabkan stres dan ketegangan di tempat kerja, yang
berdampak negatif pada kesejahteraan dan motivasi karyawan.
c. Merusak Hubungan Kerja: Konflik yang terus berlanjut atau tidak ditangani dengan baik
dapat merusak hubungan kerja di antara anggota organisasi. Hal ini dapat mengarah pada
kurangnya kepercayaan, kerjasama yang buruk, dan ketegangan interpersonal. Ketika
hubungan kerja terganggu, timbulah kesulitan dalam bekerja sama, saling mendukung, dan
membangun lingkungan kerja yang sehat. Akibatnya, efektivitas tim dan hubungan
kolaboratif antar anggota organisasi dapat terganggu.
d. Meningkatkan Tingkat Perubahan dan Fluktuasi Karyawan: Konflik yang tidak terselesaikan
dengan baik dapat menyebabkan ketidakpuasan dan ketidakstabilan di antara anggota
organisasi. Hal ini dapat menyebabkan tingkat perubahan yang tinggi, tingkat fluktuasi
karyawan yang meningkat, dan tingkat absensi yang tinggi. Konflik yang terus-menerus
dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, sehingga membuat anggota
organisasi merasa tidak nyaman atau tidak puas dengan pekerjaan mereka.

Kasus 1: Konflik antara Tim Proyek dan Departemen Pemasaran

Dalam sebuah perusahaan, terdapat konflik yang terjadi antara tim proyek yang bertanggung
jawab untuk mengembangkan produk baru dan departemen pemasaran yang bertugas
memasarkan produk tersebut. Tim proyek berjuang untuk memenuhi tenggat waktu
pengembangan produk yang ketat, sementara departemen pemasaran menginginkan
perubahan-perubahan pada produk yang dapat meningkatkan daya tariknya bagi pelanggan.
Konflik muncul karena tim proyek menganggap perubahan-perubahan tersebut akan menunda
jadwal penyelesaian produk, sedangkan departemen pemasaran menganggap produk harus
memiliki fitur yang memenuhi kebutuhan pelanggan agar dapat berhasil dipasarkan.

Dampak konflik ini terhadap keefektifan organisasi adalah:


 Penghambatan Komunikasi: Komunikasi antara tim proyek dan departemen pemasaran
menjadi terhambat karena perbedaan pendekatan dan tujuan yang berbeda. Kurangnya
komunikasi yang efektif menghambat pengambilan keputusan yang tepat dan
penyelesaian masalah yang efisien.
 Penurunan Produktivitas: Konflik yang terjadi mengalihkan perhatian dan sumber daya
tim proyek dari tugas utama mereka, yaitu mengembangkan produk. Hal ini dapat
menunda jadwal pengembangan dan mengurangi produktivitas tim proyek.
 Ketegangan Interpersonal: Konflik yang berkelanjutan dapat merusak hubungan kerja
antara tim proyek dan departemen pemasaran. Kurangnya kerjasama dan saling dukung
antar tim dapat menyebabkan ketegangan interpersonal dan mempengaruhi kolaborasi
yang efektif.

Kasus 2: Konflik antara Manajemen Tingkat Atas dan Karyawan

Dalam sebuah perusahaan, konflik muncul antara manajemen tingkat atas dan karyawan
mengenai kebijakan pengurangan biaya dan peningkatan produktivitas. Manajemen tingkat atas
menerapkan kebijakan pengurangan biaya yang mengakibatkan pemangkasan anggaran dan
kehilangan beberapa tunjangan karyawan. Karyawan merasa bahwa kebijakan ini tidak adil dan
memberikan tekanan tambahan yang tidak seimbang pada mereka untuk meningkatkan
produktivitas. Konflik timbul karena ketidaksepahaman dan perasaan ketidakadilan antara
manajemen dan karyawan.

Dampak konflik ini terhadap keefektifan organisasi adalah:

 Ketidakpuasan Karyawan: Konflik dapat menyebabkan ketidakpuasan dan frustrasi di


antara karyawan yang merasa tidak dihargai dan diperlakukan secara adil. Hal ini dapat
berdampak pada motivasi dan kinerja karyawan.
 Penurunan Kualitas dan Produktivitas: Konflik yang berlarut-larut dapat mengganggu
kolaborasi dan kerjasama di antara karyawan dan manajemen. Kurangnya kerjasama
dapat menyebabkan penurunan kualitas produk dan penurunan produktivitas secara
keseluruhan.
 Peningkatan Tingkat Pergantian Karyawan: Konflik yang terus-menerus dapat
mendorong karyawan untuk mencari pekerjaan lain yang lebih memuaskan. Pergantian
karyawan yang tinggi dapat mengganggu stabilitas organisasi dan meningkatkan biaya
rekrutmen dan pelatihan karyawan baru.

2. Untuk membangun budaya organisasi yang mendukung strategi organisasi, berikut adalah
beberapa langkah yang dapat diambil:
a. Definisikan Nilai dan Tujuan Organisasi: Tentukan nilai-nilai inti yang ingin ditekankan dalam
organisasi dan tetapkan tujuan jangka panjang yang sesuai dengan strategi organisasi. Nilai-
nilai ini akan menjadi landasan budaya organisasi yang diinginkan.
b. Komunikasikan Nilai dan Tujuan secara Konsisten: Pastikan nilai-nilai dan tujuan organisasi
dikomunikasikan secara konsisten dan jelas kepada seluruh anggota organisasi. Gunakan
berbagai saluran komunikasi seperti rapat, email, dan media internal untuk memastikan
pesan yang konsisten.
c. Libatkan Karyawan dalam Pembentukan Budaya: Libatkan karyawan dalam proses
pembentukan budaya organisasi. Berikan kesempatan kepada mereka untuk memberikan
masukan dan ide-ide yang dapat memperkuat budaya yang diinginkan. Dengan melibatkan
karyawan, mereka akan merasa memiliki dan berkomitmen terhadap budaya tersebut.
d. Contoh dari Pemimpin: Pemimpin organisasi memiliki peran yang penting dalam
membangun budaya yang mendukung strategi organisasi. Pemimpin harus menjadi contoh
yang baik dengan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai organisasi dan
strategi yang diinginkan.
e. Pembinaan dan Pengembangan Karyawan: Sediakan program pembinaan dan
pengembangan karyawan yang mengarah pada penginternalisasian nilai-nilai organisasi dan
pemahaman terhadap strategi yang diterapkan. Melalui pelatihan dan pendidikan, karyawan
dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mendukung
strategi organisasi.
f. Pengakuan dan Reward: Berikan pengakuan dan reward kepada karyawan yang secara aktif
menerapkan nilai-nilai organisasi dan berkontribusi pada pencapaian strategi. Ini dapat
mencakup penghargaan kinerja, promosi, atau pengakuan publik yang memperkuat budaya
yang diinginkan.
g. Evaluasi dan Perbaikan: Lakukan evaluasi secara berkala terhadap budaya organisasi dan
strategi yang diimplementasikan. Identifikasi area yang perlu diperbaiki dan lakukan
tindakan perbaikan yang tepat untuk memperkuat budaya yang mendukung strategi
organisasi.

Referensi:

 Purwanto, Agus Joko. (2022). Materi Pokok Teori Organisasi; 1-9; ADPU4341/ 3sks/ Agus Joko
Purwanto (Edisi ke-2, Cetakan ke-20). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
 Robbins, S.P., Judge, T.A., & Vohra, N. (2018). Organizational Behavior (18th ed.). Pearson.
 Greenberg, J., & Baron, R.A. (2008). Behavior in Organizations: Understanding and Managing the
Human Side of Work (9th ed.). Pearson.
 Robbins, S. P., Judge, T. A., & Sanghi, S. (2015). Organizational Behavior (16th ed.). Pearson.
 Cameron, K. S., & Quinn, R. E. (2011). Diagnosing and Changing Organizational Culture: Based on
the Competing Values Framework (3rd ed.). Jossey-Bass.

Anda mungkin juga menyukai