Anda di halaman 1dari 9

Teori Psikologi Abnormal Jeffery S.

Nevid
Mata Kuliah : Psikologi Sastra
Kelas : Sastra B
Dosen Pengampu : Bayu Aji Nugroho S.S. Hum., M.Hum
Nama Anggota :
1. Mega Nur Pratiwi 2014016047
2. Ali Ansar 2014016060
3. Khittah Muslimah 2014016081
4. Masyrifah 2014016105

A. Gambaran Teori
Jeffery S. Nevid merupakan dosen psikologi di St. John University di New
York. Beliau mengajar di program sarjana dan pascasarjana di Program Doktoral
Psikologi Klinis. Beliau meraih gelar doktor di bidang psikologi klinis dari State
University New York di Albany dan merupakan staf psikologi di Rumah Sakit
Samaritan di Troy, New York. Dia telah melakukan penelitian di banyak bidang
psikologi dan telah mengumpulkan lebih dari 200 publikasi dan presentasi
profesional. Dia juga penulis atau rekan penulis lebih dari selusin buku di bidang
psikologi dan bidang terkait, termasuk beberapa buku teks perguruan tinggi
terkemuka seperti Essentials of Psychology: Concepts and Applications (Cengage
Learning), Abnormal Psychology in a Changing World dan Human Sexuality in a
Changing World (keduanya diterbitkan oleh Pearson Education), dan Psychology and
the Challenges of Life: Adjustment and Growth and Exploring Health Psychology
(John Wiley). Buku-bukunya yang lain di lapangan termasuk buku self-help,
BT/Behavior Therapy: Strategies for Solving Problems in Living, diterbitkan oleh
Doubleday & Co.
Salah satu kajian yang dikemukakan oleh Jeffery S. Nevid adalah psikologi
abnormal. Psikologi abnormal menurut Nevid dalam buku psikologi abnormal jilid 1
(2005) adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari perilaku abnormal
dan cara menolong orang-orang yang memiliki gangguan psikologis. Hal-hal yang
dipelajari dalam psikologi abnormal, yaitu mencakup hal-hal atau tingkah laku
individu-individu yang tidak normal. Psikologi abnormal bersangkut paut dengan
tingkah laku abnormal. Pada hakikatnya, konsep tentang normalitas dan abnormalitas
itu sangat samar-samar batasnya, sebab kebiasaan-kebiasaan dan sikap individu yang
dirasakan sebagai normal oleh suatu kelompok masyarakat, dapat di anggap sebagai
abnormalitas oleh kelompok kebudayaan lainnya ( Febriany, 2017).
Psikologi abnormal mencakup sudut pandang yang lebih luas tentang perilaku
abnormal dibandingkan studi tentang gangguan mental (psikologis). Gangguan
tersebut merupakan pola perilaku abnormal yang meliputi gangguan dari fungsi
psikologis atau perilaku seseorang. Kriteria tersebut sebagai berikut. 1) Perilaku yang
tidak biasa (unusualness). 2) Deviasi Sosial. 3) Persepsi atau interpretasi yang keliru
terhadap realitas. 4) Mengalami Distress Personal yang signifikan. 5) Perilaku
maladaptif atau self-defeating. 6) Perilaku berbahaya (Nevid jilid 1, 2005).
Kajian Teori Psikologi Abnormal
Psikologi abnormal menurut Nevid (2014) merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang
didasari oleh metode ilmiah untuk mengkaji perilaku abnormal penderitanya. Salah satu aspek
perilaku abnormal yaitu perilaku menyimpang. Maksud dari menyimpang ini adalah yang
mengandung konteks negatif, didefinisikan sangat berbeda, dan menyusahkan bagi penderitaan
yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Perilaku menyimpang atau perilaku abnormal secara
sederhana diartikan sebagai perilaku seseorang yang mengalami gaangguan mental yang membuat
perilakunya menjadi tidak normal. Beberapa bentuk dari perilaku abnormal yaitu gangguan
kecemasan, halusinasi, ketakutan yang berlebihan dan lain sebagainya.
Dalam kajian teori psikologi abnormal yang dikemukakan oleh Nevid, memiliki beberapa
indikator untuk mencakup pembahasan sesuai dengan yang dialami. Beberapa karya sastra seperti
novel memiliki tokoh dengan gangguan perilaku abnormal yang berbeda-beda. Berikut beberapa
indikator yang termasuk dari kajian psikologi abnormal menggunakan teori Nevid.
1. Karakteristik pada tokoh
Dalam sebuah novel, penulis mengambil alur cerita dengan si tokoh yang memiliki perilaku atau
kehidupan yang abnormal. Biasanya hal tersebut dialami oleh tokoh utama yang memiliki karakter
dengan perilaku abnormal.
2. Faktor penyebab tokoh utama berperilaku abnormal
Beberapa faktor yang menjelaskan tokoh utama yaitu, 1) faktor biologis, 2) faktor psikososial, dan
3) faktor sosio-kultural.
3. Gangguan kecemasan
Kecemasan pasti dialami oleh semua orang, cemas juga dapat mengganggu dan melelahkan dalam
kondisi tertentu. Orang yang memiliki gangguan ini biasanya memiliki rasa cemas yang besar dan
berlebihan dan sering kali rasa cemas melumpuhkan kondisinya.
4. Gangguan Skizofrenia
Skizofrenia merupakan sindrom klinis yang sangat membingungkan dan melelahkan.
Skizofrenia merupakan gangguan psikologis yang sering dianggap oleh masyarakat
merupakan penyakit gila (Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Keith, dkk. (1991) dalam
Nevid, dkk (2005) Orang yang mengidap gangguan ini semakin lama semakin dijauhi
bahkan terlepas dari masyarakat. Mereka dikatakan gagal berfungsi sesuai peran yang
diharapkan. Ciri yang paling umum dalam gangguan ini adalah halusinasi.
5. Gangguan Disosiatif
Gangguan disosiatif atau disosiatif disorder merupakan suatu gejala yang tidak biasa,
suatu golongan disorder di mana seseorang kehilangan kontak dengan bagian dari
kesadaran atau ingatan atau bisa disebut gangguan ingatan.
6. Cara mengatasi sikap abnormal
Ada beberapa cara dalam mengatasi sikap abnormal, yaitu 1) Psikoterapi, 2)
Biomedis, dan 3) Hospitalisasi.

B. Contoh Analisis beserta Kutipan yang Menunjukkan Indikator Variabel


1. Karakteristik pada tokoh utama dalam anime Omoide No Marnie
1.1 Pendiam
Metode showing karakterisasi melalui dialog Anna digambarkan sebagi tokoh yang
pendiam.
よりこ ,頼子 : “杏奈 あんな みなさんと仲良 なかよ くやってます ?学
校 がっこう のことは何 なに も言 い わ ないの。” みよこ ,美代子 :
“ふつうです。けど あんな ,杏奈ちゃんおとなしいから” ともだち ,友達 :
“おとなしいっていうかね” (Omoide no Marnie, 2014. 00:02:56-00:03:09).
Yoriko : “Anna minasan to naka yoku yattemasu ? Gakkou no koto wa nani mo
iwanai no.”
Miyoko : “Futsuu desu. Kedo Anna chan Otonashii kara”
Tomodachi : “Otonashiitteiu kane”
Yoriko : “Apa Anna sudah akrab dengan kalian ? Dia tidak pernah mau cerita
tentang sekolahnya.”
Miyoko : “Begitulah. Tapi Anna-chan sangat pendiam.” Teman-teman :
“Pendiam ? lebih tepatnya, sih…”

Kutipan di atas menunjukan bahwa dari dialog Yoriko, Miyoko dan dua teman Anna
yang lain menunjukkan bahwa Anna adalah sosok yang pendiam. Sosok Anna di
sekolah adalah sosok yang tidak banyak bicara dengan temantemannya. Hingga
teman-temannya tidak mengetahui kondisi Anna yang sebenarnya.
1.2 Pencemburu
Anna juga memiliki karakter pencemburu ini bisa dianalisis dari metode showing.
Dari dialog Anna yang sedikit kecewa karena di pesta dia merasa diacuhkan oleh
Marnie. Anna melihat Marnie asyik berdansa dengan temannya Kazuhiko dan dia
hanya berdiri di pojok. Rasa cemburu ini disebabkan karena bagi Anna sosok Marnie
adalah teman satu-satunya. Kenapa Marnie mengacuhkannya dan memilih bersama
Kazuhiko. Menurut KBBI, cemburu adalah merasa tidak atau kurang senang melihat
orang lain beruntung dan sebagainya, sirik, iri1 . Pernyataan itu cocok dengan sikap
Anna yang kurang senang melihat Kazuhiko yang berdansa dengan Marnie. Anna iri
karena bukan dia yang diajak berdansa dnegan Marnie. Anna mengungkapkan rasa
iri tersebut dengan wajah cemberut dan nada suara menunjukkan orang yang sedang
kesal.
Berikut kutipannya :
あんな ,杏奈 :“あの人 ひと だれ?” マーニー:“どの人 ひと
?” あんな ,杏奈 :“いっしょに踊 おど ってた人 ひと ” マーニ
ー:“ああ和彦幼 かずひこおさな なじみなの” あんな ,杏奈 :“踊
おど りが上手 じょうず なのね。あなたも。” (Omoide no Marnie, 2014.
00:48:33-00:48:48).
Anna : “Ano hito dare ?”
Marnie : “Donohito?”
Anna : “Isshoni odotteta hito”
Marnie : “Aa Kazuhiko osananajimi nano”
Anna : “Odori ga jyouzuna none. Anata mo.”
Anna : Siapa orang itu ?
Marnie : Yang mana ?
Anna : Yang berdansa besamamu.
Marnie : Aa, kazuhiko. Dia teman kecilku
Anna : Dia pandai berdansa ya. Kamu juga.

2. Faktor Penyebab Tokoh Utama Berperilaku Abnormal pada Novel Pasung


Jiwa karya Okky Madasari
2.1 Faktor biologis
Keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan maupun
fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari-hari, seperti kelainan gen, kurang gizi,
penyakit, dan sebagainya.
2.2 Faktor psikososial
Perilaku abnormal yang diakibatkan oleh keadaan psikologis dan pengaruh dari
lingkungan sosial selama masa perkembangan individu.
Mereka selalu terlihat tertawa dan bahagia setiap aku bisa memencet dan
membunyikannya. Aku melakukannya setiap hari, jangan-jangan juga sepanjang
hari. Tak ada lagi yang bisa kuingat dari masa kecilku selain piano itu (Pasung
Jiwa 2013:14).

Keegoisan orangtua sudah terlihat semenjak Sasana masih kecil. Orangtuanya selalu
berfikir bahwa hal yang menurut mereka baik akan baik juga untuk anaknya. Keadaan
tersebut membuat anak terbebani. Kurangnya ruang lingkup dari orangtua membuat
Sasana semenjak masih kecil hanya bermain dengan piano, tidak ada kenangan-
kenangan yang masih ia ingat kecuali memainkan piano.
2.3 Faktor sosio-kultural
Faktor-faktor sosiokultural meliputi keadaan objektif dalam masyarakat atau tuntutan
dari masyarakat yang dapat berakibat menimbulkan tekanan pada individu dan
selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan.
Apa yang salah dengan pakaianku? Apa yang salah dengan penampilanku? Ini
caraku untuk membuat orang lain terhibur dan senang. Aku pun senang
berdandan dan berpakaian seperti ini. Jadi apa salahnya? Seenaknya saja bilang
aku bisa dipakai orang. Cih! (Pasung Jiwa, 2013: 98).

Masyarakat menganggap laki-laki yang berpakaian wanita termasuk perilaku yang


menyimpang karena menyalahi kodrat lahirnya. Keadaan tersebut membuat orang
yang berpenampilan seperti Sasana kerap sekali direndahkan dan bahkan disakiti,
alasannya adalah masyarakat belum bisa menerima kondisi seseorang yang seperti itu.
3. Gangguan Kecemasan pada Cerpen Bingung
(1) Entah kenapa danau itu seakan menjadi kubangan air raksasa yang
menyeramkan baginya, dia takut saat berada di tengah-tengah kubangan itu,
danau itu akan menghisapnya ke dalam air dan takkan membiarkannya kembali
dalam keadaan hidup. (GKC-G F-02-02)
(2) Ricemay mengambil majalah tersebut sambil dengan kukuh menyodorkannya
kembali tepat di depan wajah Junimilk. Keringat panas mulai menjalar di sekujur
tubuh Junimilk, wajahnya semakin memucat ketika majalah tersebut tepat berada
di depan wajah Junimilk. (GKC-GF-09-02)

Kutipan (1) menunjukkan bahwa tokoh Angsa dalam cerpen Angsa dan Merpati Putih
fobia terhadap danau yang biasanya menjadi tempat berenang dan bermain para
Angsa. Ia merasa bahwa danau itu sangat menyeramkan dan bisa menghisapnya ke
dalam air. Kutipan (2) menunjukkan bahwa tokoh Junimilk dalam cerpen Anti Buku
fobia terhadap bacaan, di saat Ricemay menyodorkan bacaan majalah di depan
wajahnya ia berkeringat dan wajahnya memucat. Temuan-temuan tersebut sesuai
dengan pendapat Weiten (2002) dalam Gea (2013) yang mengatakan bahwa gangguan
fobia atau phobic disorder, yaitu gangguan kecemasan individu yang memiliki fokus
spesifik. Gangguan ini ditandai dengan ketakutan yang tidak masuk akal terhadap
suatu objek atau situasi yang tidak memperlihatkan ancaman nyata.
4. Gangguan Skizofrenia pada Novel Bingung
(3) Ada ketidakseimbanagan kimia yang ada di dalam otak. Gejala-gejalanya
meliputi adanya gangguan isi pikiran seperti mendengar suara walaupun tidak
ada sumber suara, salah menafsirkan persepsi dalam setiap realita, dan banyak
gejala-gejala lainnya (GS-TP-22-03)
(4) (4) Melihat Koran, banner di jalan dan bahkan FTV sekalipun, semua itu
seolah-olah turut menyudutkanku. Aku merasa semua orang di dunia ini
membenciku. Ditambah suara-suara omongan kotor yang terlontar untukku setiap
detik saat mobil yang kutumpangi berjalan membelah jalan raya. (GS-TP-22-04)
Dalam kutipan (3) tokoh Aku dalam cerpen Dendam Positif berkata bahwa ia
mengalami gejala-gejala skizofrenia tipe paranoid seperti gangguan isi pikiran,
halusinasi auditoris, dan kesalahan menafsirkan persepsi. Dikuatkan lagi dengan
kutipan (4) di mana tokoh Aku merasa bahwa hal-hal di sekitarnya seolah-olah
menyudutkan tokoh Aku, ia juga merasa bahwa semua orang di dunia membencinya,
ditambah lagi ia mengalami halusinasi auditoris atau pendengaran yang berupa
bisikan-bisikan omongan kotor yang terlontar kepadanya seolaholah ia telah
melakukan kesalahan yang fatal. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri terkait
gangguan skizofrenia tipe paranoid menurut Nevid (2005) bahwa tipe paranoid ini
bercirikan gangguan isi pikiran yang meliputi waham persekusi dan adanya
halusinasi pendengaran yang sering. Selain itu, temuan ini juga sama dengan temuan
sebelumnya yang dilakukan oleh Marbun (2019) bahwa gejala-gejala paranoid yang
ditunjukkan oleh tokoh yaitu perilaku curiga berlebihan dan menganggap adanya
motif tersembunyi dari orang lain di sekitarnya.
5. Gangguan Disosiatif pada Novel Bingung
Berikut adalah kutipan data yang menunjukkan adanya gangguan identitas disosiatif
pada tokoh dalam antologi cerpen Bingung.
(5) Aku tergagap seketika, aku kebingungan. Dimana aku? Kenapa aku berada di
sini, tidur di pinggir jalan? Seingatku aku tidur di rumah setelah kelelahan
mempersiapkan acara pernikahanku. Aku shock, apa yang telah terjadi
denganku? (GD-GID-12-03)
(6) Mereka terlihat cemas setelah beberapa hari aku meninggalkan rumah. Aku
bingung, kenapa aku meninggalkan rumah? Bukankah ini hari bahagiaku? (GD-
GID-12-04)
(7) Suara bising membuatku terbangun. Aku mengerjapkan mata dan terhenyak.
Di mana aku? Kenapa aku berada di rumah ini lagi? Apakah aku sudah
tertangkap oleh orang-orang asing itu? Segera aku bangun dan berencana untuk
kabur. (GDGID-12-05)

Dalam kutipan (5) dan (6) tokoh aku mulai kembali dalam kepribadian utamanya
atau kembali dalam dirinya yang sebenarnya, yaitu seseorang yang akan segera
menikah, ia pun memutuskan untuk pulang. Lalu dalam kutipan (7) tokoh aku
terbangun dengan kepribadian alter, ia berencana kabur dari rumah karena
menganggap keluarganya sendiri orang asing yang akan menyakitinya. Hal ini sesuai
dengan pernyataan (Nevid, dkk. 2005) bahwa gangguan identitas disosiatif
merupakan gangguan di mana kepribadian seseorang terpecah atau ada beberapa
kepribadian dalam tubuh satu orang. Mereka bisa sadar atau tidak sadar akan hal
tersebut. Artinya, tokoh aku mempunyai satu kepribadian alter dengan sifatnya yang
penuh kecemasan dan ketakutan.
6. Cara Mengatasi Sikap Abnormal tokoh utama pada novel Pasung Jiwa karya
Okky Madasari
6.1 Psikoterapi
a. Terapi Humanistik. Terapi humanistik berfokus pada pengalaman pasien yang
subjektif dan disadari. Terapi humanistik juga berfokus pada apa yang dialami klien
saat ini dan sekarang daripada pengalaman masa lalu.
Ia mengulurkan tangan sambil menyebutkan nama. Senyumnya manis sekali.
Aku menerima uluran tangan itu.Kami berjabat tangan. Tanda kesetaraan.,
simbol kesederajatan. Yang waras dan tak waras kini tak lagi dipisahkan
oleh dua lapisan kasta (Pasung Jiwa, 2013: 131).

Di rumah sakit jiwa inilah Sasana mendapatkan tempat yang mau menerima semua
keluh kesahnya. Mengerti keadaannya dan satu-satunya orang yang percaya akan
kewarasan Sasana. Orang ini bernama Masita, seorang psikiatri di rumah sakit jiwa
tempat Sasana dirawat.
b. Terapi kognitif. Terapis kognitif mendorong klien untuk mengenali dan mengubah
kesalahan dalam berpikir.
Masita pun menjagaku dengan cara tidak waras. Ia meninggalkan
wilayah warasnya untuk bertemu denganku di simpangan
ketidakwarasan. Padanya aku ceritakan semua kegelisahanku (Pasung
Jiwa, 2013:143)

Masita sebagai seorang terapis memberikan pengertian kepada Sasana bahwa tidak
ada perbedaan antara dia dan orang-orang di sekitarnya. Hanya saja cara pandang
dan persepsi mereka salah mengenai Sasana.
c. Terapi keluarga. Keluarga menjadi unit penanganan utama. Terapi
keluargaditujukan untuk membantu keluarga yang bermasalah dalam memecahkan
konflik.
Ibu selalu ada di sebelahku saat aku terbangun.Kenapa sering sekali
terjadi adegan seperti ini dalam hidupku?Terbangun dalam keadaan
lemah dan tanpa berenergi, dan ibu ada di sampingku dengan
wajahnya yang sendu (Pasung Jiwa, 2013: 127).

Ibu Sasana menempatkan dirinyasebagai seorang teman yang senantiasa


memperhatikan Sasana.
2. Biomedis.
Terapi biomedis meliputi terapiobat dan evaluasi pendekatan bilogis.
Aku terbangun dalam kamar berteralis. Entah bagaimana aku bisa
sampai di tempat ini. Yang terakhir kuingat. Aku meronta-ronta saat
mereka menyuruhku keluar dari mobil. Aku tak tahu lagi apa yang
terjadi sesudahnya. Tapi saat itu aku merasakan nyeri tertusuk jarum
di lenganku. Itu pasti bius. Aku dibuat tak sadar agar bisa dibawa ke
tempat ini(Pasung Jiwa, 2013:111).

Dalam hal ini, terapi biomedis dilakukan ketika Sasana tidak patuh mengendalikan
dirinya.
3. Hospitalisasi.
Hospitalisasi merupakan istilah untuk perawatan rumah sakit bagi pasien yang
mengalami gangguan psikologis.
Perawat-perawat yang bertugas mendekatiku. Mereka seperti ingin
memastikan apa yang sedang terjadi padaku, apakah aku baik-baik
saja. “Sasana, ini pakai baju siapa?” seorang perawat perempuan
bertanya dengan lembut. “Baju saya sendiri”, jawabku sambil
tersenyum. “Sasana, ini pakaian perempuan. Bukan pakaian kamu.
Ganti baju lagi ya dengan piama yang biasa”, ujarnya sambil
menggandeng tanganku, menuntunku untuk meninggalkan kerumunan
orang-orang (Pasung Jiwa, 2013:123).

Sasana dibiasakan untuk melakukan kegiatan sehari-hari, seperti senam,


makan dan mandi sendiri. Hal itu diberikan agar suatu ketika jika diminta oleh
keluarga kembali, ia dapat melakukan pekerjannya sendiri.
Referensi dan Sumber Data

Diyaningsih, Rofiad Darojad dan Yuni Pratiwi. 2021. Perilaku Abnormal Tokoh
dalam Antologi Cerpen Bingung karya Mahasiswa Psikologi UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang. JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 1(5)

Budi Etika Mardikawati, 2017. Gejala Skizofrenia Tokoh Utama dalam Anime
Omoide no Marnie karya Hiromasha Yonebayashi. Skripsi, Sastra Jepang,
Universitas Diponegoro, Semarang. Pembimbing Yuliani Rahmah, S.Pd, M.Hum.

Ahmadi, Anas. 2015. Psikologi Sastra. Surabaya: Unesa University Press.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2005a). Psikologi abnormal edisi kelima
jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2005b). Psikologi abnormal edisi kelima
jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Febriany, Rita dan U’um Qomariyah. 2017. Abnormalitas Dalam Novel Pasung Jiwa
karya Okky Madasari. Jurnal Akhais, vol. 8, No.2 Juli.

Anda mungkin juga menyukai