Anda di halaman 1dari 24

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX

SMP DENGAN METODE EGP DI SMP NEGERI 3 PALIMANAN


KABUPATEN CIREBON

MAKALAH

Disusun sebagai syarat kenaikan pangkat/ golongan dari IIIc ke IIId

OLEH:
YULIANINGSIH, S.Pd
NIP. 19730816 201406 2 001

PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON


DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 3 PALIMANAN
JL.DR.Setiabudhi Lungbenda Palimanan Kabupaten Cirebon 45161
LEMBAR PENGESAHAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX


SMP DENGAN METODE EGP DI SMP NEGERI 3 PALIMANAN
KABUPATEN CIREBON

OLEH:
YULIANINGSIH, S.Pd
NIP. 19730816 201406 2 001

Mengetahui,
Kepala SMP Negeri 3 Palimanan

ABIDIN, S.Pd
NIP. 19670511 19903 1 004

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
ABSTRAK iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 4
BAB II METODOLOGI PENELITIAN 5
A. Metode 5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 8
A. Hasil 8
B. Pembahasan 14
BAB IV PENUTUP 17
A. Simpulan 17
B. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur ke hadirat Allah SWT, atas berkat

rahmat dan karunia-Nya pada penulis. Penulis dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas IX SMP dengan

metode EGP di SMP Negeri 3 Palimanan Kabupaten Cirebon.

Makalah ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk

kenaikan pangkat/golongan dari III c ke III d.

Penulis menyadari bahwa makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada

semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi

dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih untuk meningkatkan

mutu pembelajaran di SMP Negeri 3 Palimanan Kabupaten Cirebon.

Palimanan, Mei 2023

Penulis

Yulianingsih, S.Pd

iii
Abstarak

Yulianingsih
SMP Negeri 3 Palimanan, Jalan DR.Setiabudhi Lungbenda Palimanan Cirebon

Abstrak: Secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan


kemampuan siswa dalam menulis cerpen di kelas IX SMP. Untuk mencapai
tujuan tersebut, digunakan metode penelitian dengan pendekatan mixing methods
(metode yang memadukan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif).
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTk) yang dilakukan dalam
dua siklus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dan
kemampuan siswa dalam menulis cerpen meningkat setelah guru menerapkan
metode EGP (Emosional, Gerak Cepat, dan Perevisian).
Kata Kunci: menulis Cerpen, Metode EGP
Abstract: Generally this research conducted to improve student’s ability writing
short story at nine grade’s junior high school student. This research is Classroom
Action Research (CAR) conducted in two cycles. The result of this research
shows that the learning process and student’s ability in writing a short story after
the teacher implemented EGP method increased (Emotional, Rapid Response, and
Revision).
Key Words: Writing Short Story, EGP Method

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mutlak harus

dikuasai oleh siswa sekolah menengah pertama (SMP). Keterampilan menulis

mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan siswa. Dengan

menulis, siswa dapat menuangkan ide dan perasaannya untuk dibaca oleh orang

lain.

Kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia aspek bersastra SMP

kelas IX untuk sub aspek menulis dijelaskan bahwa siswa harus mampu menulis

cerpen yang bertolak dari peristiwa yang pernah dialami (Santoso, 2013:132).

Menulis cerpen adalah menarasikan berbagai kejadian baik nyata ataupun hasil

rekaan ke dalam bentuk tulisan yang habis dibaca sekitar 10 menit atau terdiri atas

500 hingga 5000 kata yang kejadiannya sengaja disusun berdasarkan urutan

waktu. (Nurgiantoro, 2011). Untuk mencapai standar kompetensi tersebut. Proses

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bukan sekedar pengajian teori-teori

sastra, tetapi lebih menekankan praktik menulis agar tuntutan standar kompetensi

tersebut dapat dicapai.

Tuntutan standar kompetensi tersebut belum sesuai dengan harapan

khususnya di SMPN 3 Palimanan Kabupaten Cirebon Kelas IX G. dari Jumlah 29

orang siswa, hanya 10 siswa saja yang mampu menulis cerpen. Ini berarti hanya

24% siswa yang mampu menulis cerpen. Sedangkan sisanya sebanyak 19 siswa

atau 76% siswa belum dapat menulis cerpen dengan baik. Oleh sebab itu,

1
diperlukan suatu metode pengajaran untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang

dihadapi siswa sebagai upaya tindak lanjut pengajaran keterampilan menulis yang

dilaksanakan selama ini.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan siswa, faktor penyebab

kesulitan siswa dalam menulis cerpen antara lain adalah siswa kesulitan memilih

tema yang tepat untuk dijadikan tulisan dan keterbatasan kosakata dalam

pengembangan kalimat menjadi sebuah paragraf.

Penerapan metode yang dilakukan guru sangat menentukan keberhasilan

siswa. Metode konvensional sangat tidak mendukung siswa dalam kegiatan

menulis. Esensi dari kegiatan menulis seharusnya menjadi kegiatan menulis, tidak

menjadi kegiatan mendengarkan, berbicara ataupun membaca.

Mengingat pentingnya keterampilan menulis cerpen bagi siswa, maka

kesulitan-kesulitan siswa dalam kegiatan ini harus diatasi. Usaha-usaha yang

dapat dilakukan antara lain, mempersiapkan skenario pembelajaran yang menarik

minat para siswa dengan pemilihan tema yang sederhana, sedang dan akhirnya

tema-tema yang kekinian. Hendaklah tema yang dipilih tersebut dekat dengan

dunia anak sesuai dengan karakteristik kultur sosial budaya masyarakat

lingkungan siswa. Dengan demikian menurut hemat penulis, pemilihan metode

sangat menentukan keberhasilan siswa.

Secara etimologis, metode berarti cara melakukan sesuatu. Dalam

pembelajaran metode dapat diartikan cara yang sistematis dan utuh untuk

melaksanakan pembelajaran hingga mencapai tujuan. (Andayani dan Pratiwi,

2013:21)

Lebih lanjut (Andayani dan Pratiwi, 2013:21) mengemukakan bahwa:

2
Penentuan metode yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh pendekatan dan strategi yang dipilih. Sementara, untuk
mengingatkan kembali, penentuan strategi yang akan digunakan dalam
pembelajaran harus mempertimbankan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
materi ajar yang diberikan, kondisi siswa, serta beberapa pertimbangan lainnya.

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis memperkenalkan suatu metode yang

diberi nama EGP. Menulis cerpen dengan metode EGP diharapkan dapat

mengatasi masalah siswa dalam menulis cerpen dengan bertolak pada peristiwa

yang pernah dialami oleh para siswa. Metode ini memanfaatkan kecerdasan

emosional siswa sebagai motor pennggerak dalam menulis cerpen. Jika emosional

siswa terpancing, siswa langsung menulis cerpen hingga selesai. Kegiatan menulis

ini dilakukan untuk mempertahankan apa yang telah dilihat, dirasa, dan didengar

siswa tidak menghilang di dalam pikirannya disebabkan aktifitas lain yang

dilakukan oleh siswa. Pada tahap bagian akhir metode ini, siswa melakukan

perevisian dari hasil tulisannya tadi.

Pemaparan di atas sejalan dengan pendapat Garden,(1983) bahwa terdapat

lima pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari

dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain,

mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta

dapat menggunakan emosi sebagai lat untuk motivasi diri.

Metode EGP ini diilhami oleh Ary Ginanjar Agustian yang mempopulerkan

ESQ (Emotional Spiritual Question) melalui buku Rahasia Sukses Membangun

Kecerdasan Emosi dan Spiritual. Agustian (2001:11) mengemukakan bahwa

Emotional Question adalah kemampuan untuk merasa. Kunci kecerdasan emosi

adalah pada kejujuran pada suara hati. Bertolak dari pemikiran tersebut, penulis

beranggapan bahwa dengan membangkitkan emosi siswa, siswa diharapkan

3
mampu menuliskan apa yang dirasakannya untuk dituangkan ke dalam bentuk

cerpen.

Sebagai landasan penerapan metode EGP dalam pembelajaran di kelas,

maka penulis menyusun sintaks metode EGP yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Sintaks Metode EGP


Fase Peran Guru
Menyampaikan tujuan dan Guru menjelaskan tujuan
mempersiapkan siswa pembelajaran, informasi latar belakang
pembelajaran, manfaat pembelajaran,
dan mempersiapkan siswa untuk
mengikuti pembelajaran.
Membangkitkan emosional siswa Guru mengilustrasikan sebuah cerita
yang menyentuh perasaan sehingga
bisa membangkitkan emosional siswa
Menullis langsung (gerak cepat) Guru mendorong siswa untuk menulis
langsung apa yang dirasakan pada saat
ilustrasi disampaikan
Perevisian tulisan Guru membimbing siswa dalam
merevisi tulisan dan membantu siswa
untuk mengetahui unsur-unsur yang
membangun cerpen (intrinsik dan
ekstrinsik) sehingga tulisannya
menjadi sebuah cerpen.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini antara lain:

1) Apakah metode EGP dapat meningkatkan proses kegiatan pembelajaran

siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami?

2) Apakah metode EGP dapat meningkatkan hasil kegiatan pembelajaran

siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk

meningkatkan proses pembelajaran dari kemampuan siswa kelas IX G SMPN

4
3 Palimanan Kabupaten Cirebon dalam menulis cerpen menggunakan metode

EGP.

5
BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran (mixing methods), yakni

memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Desain penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas dengan tahapan penelitian model Kenmis dan McTaggar

yang terdiri atas beberapa pertemuan melalui tahap perencanaan tindakan

(Planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi

(Reflection) (Dasna,2013:19).

Tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini untuk meningkatkan

kualitas proses dan kemampuan siswa dalam menulis cerpen adalah metode EGP.

Metode EGP dipilih dengan pertimbangan bahwa pada masa sekarang siswa

jarang memanfaatkan emosional siswa dalam pembelajaran. Padahal, dengan

memanfaatkan emosional yang ada pada diri siswa, maka siswa tersebut mampu

menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi

orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara

emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.

Pertimbangan lain mengenai metode EGP yang digunakan dalam penelitian

ini adalah karakter yang jujur dan mensyukuri apa yang telah Tuhan Yang Maha

Esa berikan kepada mereka. Karakter tersebut direalisasikan dengan rasa

berterima kasih terhadap orang lain terutama kepada orang tua. Kenyataan yang

dijumpai pada diri siswa saat ini telah menipis. Metode EGP diharapkan dapat

menumbuhkan kembali sikap jujur dan berterima kasih kepada orang lain. Hal ini

6
sejalan dengan tuntutan Kurikulum Merdeka yang memberikan keleluasaan

kepada pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan

kebutuhan belajar peserta didik,dalam hal ini fokus pada pembelajaran yang

fleksibel.

Gerak cepat dalam metode EGP merupakan tahapan yang dilalui oleh siswa

dalam menulis cerpen. Melalui gerak cepat (menulis langsung), diharapkan ide

yang muncul pada saat ilustrasi dibaca atau ditayangkan tidak langsung

menghilang dari benak siswa.

Perevisian merupakan bagian akhir dari metode EGP yang merupakan

bagian yang memerlukan bimbingan dari guru agar cerpen yang ditulis siswa

menjadi utuh sesuai dengan unsur-unsur membangun cerpen. Dengan bimbingan

guru pada tahap ini, cerpen yang dibuat siswa diharapkan menjadi menarik dan

sesuai dengan apa yang diharapkan.

Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah (1) menyusun

sintanks metode EGP, (2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

(3) menentukan ilustrasi cerita yang dapat mebangkitkan emosional siswa, dan (4)

menyusun perangkat evaluasi untuk mengetahui keterampilan siswa dalam

menulis cerpen.

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IX G SMP N

3 Palimanan Cirebon tahun pelajaran 2022/2023 yang terdiri dari 21 siswa yaitu 8

orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan. Instrument yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu data selama proses pembelajaran dengan metode EGP

berlangsung dan hasil pembelajaran berupa teks cerpen dihasilkan oleh siswa.

7
Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan

tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh

tentang pelajaran pada masing-masing siklus. Fokus observasi adalah bagaimana

proses penerapan tindakan dilakukan oleh guru dan siswa.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini untuk

mengumpulkan data proses dan hasil. Teknik pengumpulan data proses

menggunakan wawancara dan catatan selama proses pembelajaran berlangsung,

sementara itu, untuk teknik pengumpulan hasil belajar yang berupa skor

digunakan teknik tes performansi menulis cerpen setelah diterapkannya metode

EGP.

Analisis data dilakukan setiap kali tindakan berakhir. Analisis data proses

dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif model Flow. Model ini

terdiri dari 3 (tiga) komponen yang dilakukan secara beruntun yaitu kegiatan

reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Analisis data hasil belajar yang

berupa skor dilakukan dengan statistik sederhana meliputi rata-rata kelas dan

persentase keberhasilan yang diperoleh siswa yang menggambarkan peningkatan

hasil pembelajaran dengan memperhatikan rubrik penilaian penulisan cerpen yang

meliputi empat aspek yaitu (1) tema, (2) alur, (3) karakter, dan (4) latar.

Indikator keberhasilan tindakan terhadap kemampuan menulis cerpen siswa

kelas IX G SMP N 3 Palimanan Kabupaten Cirebon adalah apabila lebih dari 60%

siswa dapat menulis cerpen bertolak kepada peristiwa yang pernah dialaminya.

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. HASIL

Peningkatan Proses Pembelajaran dalam Menulis Cerpen Melalui Metode

EGP

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di saat pra siklus menggunakan

metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan latihan dalam menulis cerpen. Proses

pembelajaran menjadi tidak menyenangkan dan kurang bermanfaat bagi siswa.

Siswa cenderung bercanda dan melakukan aktifitas di luar konteks pembelajaran.

Selain itu, minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran ini menjadi sangat

minim sehingga berakibat tujuan pembelajaran tidak tercapai.

Pada siklus I, perencanaan yang dipersiapkan adalah menyusun ilustrasi

yang dapat membangkitkan emosional siswa berkenaan dengan peristiwa yang

pernah dialami oleh siswa. Dalam penyusunan ilustrasi, penulis mengangkat tema

yang berkenaan dengan kehidupan rumah tangga siswa terutama tentang

pergaulan siswa dengan orangtuanya. Ilustrasi tersebut adalah sebagai berikut.

Silahkan Ananda sekalian menutup mata dan menundukkan kepala. “Coba


Ananda renungkan bagaimana situasi yang terdapat di rumah Ananda.
Bayangkanlah kondisi orang tua yang setiap hari membanting tulang untuk
memenuhi kebutuhan Ananda. Dengan keringat yang mengucur, mereka rela
dengan apa yang mereka kerjakan demi kebahagiaan Ananda. Mereka pergi pagi
dan pulang petang hanya untuk sesuap nasi dan mencari rupiah agar kehidupan
Ananda bahagia.
Ketika Ananda lahir ke dunia yang fana ini, dengan segenap tenaga ibu berusaha
agar ananda selamat walaupun nyawanya yang menjadi taruhan. Kebahagiaan
mereka terasa lengkap ketika tubuh Ananda telah Nampak di mata mereka. Air
mata mereka menetes karena bahagia sebab perjuangan mereka agar Ananda
selamat telah terbukti.

9
Di masa-masa kecil, Ananda dimanja, dipenuhi kebutuhan hidup agar dapat hidup
layak seperti anak-anak lainnya. Di saat Ananda pergi ke sekolah, setiap pagi ibu
Ananda mempersiapkan segala hal untuk Ananda. Mereka rela membangunkan
Ananda setiap subuh, menyiapkan makanan, dan mendandani Ananda agar siap
belajar.
Tapi sekarang, ketika Ananda sudah menginjak kelas IX SMP,apa yang dapat
Ananda persembahkan untuk kebahagiaan mereka? Apakah dengan bentakan
ketika mereka meminta pertolongan untuk membeli sesuatu di warung? Ataukah
dengan sikap yang tidak sopan ketika berjalan di depan mereka? Atau dengan
tindakan-tindakan lain yang dapat menyakitkan hati mereka.
Ananda, jika memang itu pernah Ananda lakukan. Mulai detik ini, silahkan
Ananda bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Silakan Ananda bertekad untuk
mengabdi kepada mereka seumur hidup Ananda dan katakan kepada mereka
bahwa Ananda minta maaf karena Ananda sudah tidak peduli dengan mereka.

Pada siklus I ini, siswa meresapi apa yang telah diilustrasikan kepada

mereka. Setelah siswa mendengarkan ilustrasi tersebut, siswa dibimbing untuk

mengaitkan ilustasi dengan peristiwa nyata yang pernah dialami oleh siswa di

dalam keluarganya. Jika siswa dapat mengaitkan ilustrasi dengan peristiwa nyata

yang dialaminya, siswa menulis langsung apa yang dirasakan dan dialaminya

dalam bentuk cerpen.

Peningkatan proses pembelajaran setelah dilaksanakan tindakan ini adalah

pertama, pada aspek minat siswa menjadi meningkat dalam menulis cerpen. Hal

ini terbukti dengan teks cerpen yang dibuat oleh 11 siswa menjadi lebih baik

disbanding pada saat pra penelitian di mana hanya 7 orang (33% menjadi 52%).

Kedua, aspek perhatian siswa menjadi meningkat setelah tindakan yang

dilaksanakan yaitu dari 7 orang siswa menjadi 12 orang atau dari 33% menjadi

57%. Ketiga, keaktifan siswa dari segi bertanya juga meningkat menjadi 14 orang

siswa atau 67% siswa yang rajin bertanya demi kesempurnaan cerpen. Hal ini

meningkat dibanding pada saat pra penelitian yang hanya 8 siswa atau 38% siswa

10
yang bertanya. Namun untuk keaktifan dalam mempublikasikan hasil cerpennya

tidak terdapat peningkatan dari kegiatan prasiklus yakni hanya 10 orang atau 48%.

Pada siklus II, penulis menggunakan media video untuk lebih meningkatkan

kegiatan atau proses pembelajaran agar siswa menjadi lebih berminat, lebih

memperhatikan dan lebih aktif dari siklus I. hasil dari penggunaan media video ini

dapat meningkatkan proses pembelajaran menulis cerpen yang bertolak dari

peristiwa yang pernah dialami oleh siswa. Peningkatn proses terjadi pada minat

pada siklus I berjumlah 11 orang siswa menjadi 15 orang siswa atau 71%. Pada

aspek perhatian, juga terjadi peningkatan ang sebelumnya hanya 12 orang menjadi

19 orang siswa atau 90%. Aspek keaktifan juga terjadi peningkatan dibanding dari

proses siklus I, yakni keaktifan bernya meningkat menjadi 17 orang atau 81%.

Pada aspek publikasi cerpen di depan kelas terjadi peningkatan dari siklus I

sebanyak 10 orang menjadi 15 orang atau 71%.

Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Cerpen Dengan Metode

EGP

Peningkatan hasil belajar kemampuan menulis cerpen kelas IX G SMP

Negeri 3 Palimanan Kabupaten Cirebon pada tahap pra siklus, siklus I dan II

dapat dilihat dari empat aspek, yaitu aspek tema, alur, karakter, dan latar. Hasil

belajar pada tindakan di setiap siklus ini diperoleh dari penyekoran yang

didasarkan pada kemampuan siswa dalam menulis. Untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam menulis cerpen, guru memberikan tes kepada siswa yang

berupa tes menulis cerpen dan penyekoran hasil tes tersebut dengan memakai

11
rubrik penilaian. Adapun data hasil penelitian pada pra siklus dapat dilihat pada

tabel 2.

Tabel 2. Data Hasil Penelitian Prasiklus

Aspek Penilaian

No Nama siswa Jumlah Nilai

Karakter
Tema

Latar
Alur
1 ANA MUAROH 18 12 12 16 58 64
2 DELLA NINGRUM 12 12 8 16 48 53
3 DESLIN PRATIWI 18 8 12 16 54 60
4 FAIZ GANENDRA 12 8 8 16 44 49
5 FIAN ALFIAN 12 12 8 16 48 53
6 HABIBAH VIDYA 18 12 8 16 54 60
7 INTAN NURAENI 24 16 12 16 68 76
8 KARTONO 18 8 12 16 54 60
9 MELLY YANTI 12 8 8 16 44 49
10 MUHAMMAD HERY S 18 8 8 16 50 56
11 MUKAMAD ABDUL H 18 8 8 16 50 56
12 MUKHAMAD YUSUF 12 8 8 16 44 49
13 NABILA PUTRI M 12 8 8 16 44 49
14 NURKHOLIFAH 24 16 12 16 68 76
15 RIZQA NIAWATI 12 8 8 16 44 49
16 RUSANA 12 12 8 16 48 53
17 SAFINATUS SA’DIYA 12 12 8 16 48 53
18 SITI VIANA 30 16 16 16 78 87
19 SUWITA 24 12 12 16 64 71
20 SYAHRANI 12 8 8 16 44 49
21 VIAN TIARA S 30 12 12 16 70 78
Rata-Rata 17,1 10,67 9,71 16,00 53,52 59,47
4
Presentase keberhasilan (nilai sama atau lebih besar dari 70) 24%
Sumber: Catatan lapangan dan analisis data praktis

Pada saat prasiklus, hanya 5 orang atau 24% dari siswa yang berada di kelas IX G

SMP Negeri 3 Palimanan Cirebon dengan rata-rata kelasz 59.47 yang dapat

menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami siswa. Kondisi ini

menjadi meningkat pada tindakan siklus I, yakni menjadi 47%. Namun kriteria

12
keberhasilan PTK belum tercapai pada siklus ini. Jadi, perlu diadakan perbaikan

pada siklus II. Perbaikan tersebut antara lain dengan menampilkan video yang

menyentuh perasaan dan emosional siswa. Data hasil penelitian pada siklus I

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data hasil penelitian pada siklus I

Aspek Penilaian

No Nama siswa Jumlah Nilai

Karakter
Tema

Latar
1 ANA MUAROH 24 12 Alur
12 20 68 76
2 DELLA NINGRUM 24 12 8 20 64 71
3 DESLIN PRATIWI 24 12 12 16 64 71
4 FAIZ GANENDRA 18 12 12 20 62 69
5 FIAN ALFIAN 18 12 8 16 54 60
6 HABIBA VIDYA S 24 12 12 16 64 71
7 INTAN NURAENI 30 18 12 16 76 84
8 KARTONO 18 12 12 16 58 64
9 MELLY YANTI 24 12 12 16 64 71
10 MUHAMMAD HERI 24 8 8 16 56 62
11 MUKAMAD ABDUL 24 8 8 16 56 62
12 MUHAMAD YUSUF 18 8 8 16 50 56
13 NABILA PUTRI M 18 12 8 16 54 60
14 NURKHOLIFAH 24 16 12 16 68 76
15 RIZQA NIAWATI 18 12 8 16 54 60
16 RUSANA 18 12 12 16 58 64
17 SAFINATUS S 18 12 8 16 54 60
18 SITI VIANA 30 16 16 20 82 91
19 SUWITA 30 12 16 16 74 82
20 SYAHRANI 18 12 8 16 54 60
21 VIAN TIARA 30 12 16 20 78 87
Rata-Rata 22,57 12,10 10,86 16,95 62,48 69,42
Presentase keberhasilan (nilai sama atau lebih besar dari 70) 47%

Sumber: catatan lapangan dan analisis data hasil Siklus I

Berdasarkan hasil observasi dan penilaian pada tindakan siklus II, menunjukkan

adanya peningkatan yang sangat baik. Peningkatan tersebut yaitu dari 14 orang

13
siswa menjadi 21 orang siswa atau 66% telah berhasil menulis cerpen yang

bertolak dari peristiwa yang pernah dialami para siswa.

Data hasil penelitian siklus II dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Data hasil penelitian pada siklus II

Aspek Penilaian

No Nama siswa Jumlah Nilai

Karakter
Tema

Latar
Alur
1 ANA MUAROH 24 12 12 20 68 76
2 DELLA NINGRUM 24 12 8 20 64 71
3 DESLIN 24 12 18 20 74 82
4 FAIZ GANENDRA 24 12 18 20 74 82
5 FIAN ALFIAN 18 12 12 20 62 69
6 HABIBA VIDYA 24 12 12 20 68 76
7 INTAN NURAENI 30 18 18 16 82 91
8 KARTONO 24 12 12 16 64 71
9 MELLY YANTI 24 12 12 16 64 71
10 MUHAMMAD HERI 24 8 12 16 60 67
11 MUKAMAD ABDUL 24 8 12 20 64 71
12 MUKHAMAD YUSUF 24 12 12 16 64 71
13 NABILA PUTRI M 18 12 12 16 58 64
14 NURKHOLIFAH 30 16 12 16 74 82
15 RIZQA NIAWATI 18 12 12 16 58 64
16 RUSANA 18 12 12 16 58 64
17 SAFINATUS S 18 12 8 16 54 60
18 SITI VIANA 30 16 16 20 82 91
19 SUWITA 30 12 16 16 74 82
20 SYAHRANI 18 12 8 16 54 60
21 VIAN TIARA S 30 16 16 20 82 91
Rata-Rata 23,7 12,48 12,86 17,71 66,76 74,18
1
Presentase keberhasilan (nilai sama atau lebih besar dari 70)

Sumber: Catatan Lapangan dan analisis data hasil Siklus II

Berdasarkan kriteria keberhasilan penelitian yang telah diungkapkan pada bagian

metode penelitian, maka penelitian tindakan kelas ini telah mencapai target yang

14
diharapkan, yaitu lebih dari 60% siswa sudah dapat menulis cerpen bertolak dari

peristiwa yang pernah dialaminya.

B. PEMBAHASAN

Peningkatan siswa dalam menulis cerpen tampak setelah diadakan tindakan

pada setiap siklus. Dengan membandingkan sebelum hingga akhir penelitian,

maka dapat disimpulkan metode EGP dapat meningkatkan proses pembelajaran

dan kemampuan siswa dalam menulis cerpen bertolak pada peristiwa yang pernah

dialami.

Pernyataan tersebut didasari kenyataan di lapangan bahwa sintaks metode

EGP yang merupakan pedoman penerapan metode mampu meningkatkan

keterampilan siswa, baik dari segi proses pembelajaran maupun hasil skor siswa

setelah menulis cerpen.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitriana yang meneliti tentang

peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui media berita dengan metode

latihan terbimbing, Fitriana (2011) memaparkan bahwa terjadi peningkatan

keterampilan siswa dalam menulis cerpen melalui media berita dengan metode

latihan terbimbing. Media berita dengan metode latihan terbimbing dapat

meningkatkan motivasi, antusias, rasa senang, dan rasa positif siswa dalam

pembelajaran menulis cerpen. Siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti

pembelajaran seperti bertanya kepada guru hal yang tidak diketahui, menjawab

pertanyaan yang diberikan guru, dan berani mengungkapkan pendapat ketika

berdiskusi.

15
Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Suriyani Nursaid, dan Zulfikarni (2013) yang memaparkan

terjadinya peningkatan siswa dalam menulis cerpen dengan metode latihan

terbimbing. Pertama, metode latihan terbimbing dalam pembelaran menulis

cerpen ternyata sangat baik diterapkan dalam PMB. Terlihat dalam aktifitas siswa

selama PBM berlangsung. Aktifitas tersebut terdiri atas perhatian siswa terhadap

berbagai aktifitas PBM, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, keaktifan siswa

dalam bertanya dan mengungkapkan pendapat, keaktifan siswa dalam menjawab

pertanyaan, dan rasa senang siswa dalam PBM. Dengan demikian, berdampak

positif terhadap peningkatan kemampuan menulis cerpen. Kedua, metode latihan

terbimbing dapat meningkatkan sikap dan perilaku positif siswa dalam PBM serta

prestasi siswa di bidang menulis cerpen. Ketiga, metode latihan termbimbing

dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas 9 SMP Negeri 6

Padang. Keempat, setelah dilakukan pengujian, ternyata peningkatan kemampuan

menulis cerpen siswa kelas 9 SMP Negeri 6 Padang adalah signifikan.

Metode dan media yang digunakan pada kedua penelitian di atas berbeda

dengan metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini. Meskipun demikian,

hasil penelitian yang diperoleh sama-sama menunjukkan adanya peningkatan

kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Hal ini berarti bahwa metode apapun

yang digunakan dalam pembelajaran di kelas memungkinkan guru lebih memiliki

kreatifitas dan inovasi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pada bagian akhir sintaks metode EGP, yakni perevisian juga menuntut guru

untuk melakukan pembinaan dan pembimbingan terhadap siswa dalam merevisi

hasil tulisannya. Kegiatan perevisian dalam metode EGP merujuk pada proses

16
latihan terbimbing yang menjadi hasil penelitian peneliti terdahulu. Berdasarkan

kenyataan tersebut, metode EGP merupakan pengembangan dari metode latihan

terbimbing atau dengan kata lain metode latihan terbimbing plus.

Metode EGP dirasakan sangat relevan pada saat sekarang karena

mendukung program pemerintah dalam menumbuhkan dan meningkatkan

karakter kebangsaan terutama karakter jujur dan mensyukuri apa yang telah

dianugerahkan Tuhan kepada mereka (Permendikbud Nomor 68 Tahun 20130.

Dengan demikian, metode EGP mampu menjawab tuntutan kurikulum baik pada

saat sekarang maupun pada saat yang akan datang.

Metode EGP baik digunakan karena (1) pembelajaran lebih menyenangkan

bagi siswa dan guru, (2) siswa lebih aktif dan kreatif, (3) emosional siswa lebih

tergali, (4) mengurangi hal-hal yang bersifat verbalistik dan abstrak, (5)

menimbulkan respon positif dari siswa yang lamban atau kurang cakap, dan (6)

guru lebih dimudahkan dengan pemilihan bahan ajar seperti video dan ilustrasi

yang dekat dengan kehidupan siswa.

Walaupun metode EGP baik digunakan, namun ada beberapa kelemahan

yang perlu diperhatikan. Kelemahan tersebut adalah (1) tidak semua siswa

memiliki kesiapan mental untuk mengungkapkan ide yang sesuai dengan ilustrasi

yang diberikan guru, (2) tidak semua guru bersedia mengenali minat dan

emosional siswa, dan (3) tidak ada interaksi antar siswa karena siswa disibukkan

untuk menulis cerpen.

17
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas, simpulan penelitian

ini adalah, pertama, metode EGP terbukti dapat meningkatkan proses

pembelajaran siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah

dialami. Peningkatan proses tersebut meliputi minat, perhatian, dan keaktifan

siswa dalam pembelajaran. Kedua, metode EGP terbukti dapat meningkatkan hasil

pembelajaran siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah

dialami siswa.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas disarankan kepada guru mata pelajaran

Bahasa Indonesia tingkat SMP, agar dalam pembelajaran menulis cerpen bertolak

dari peristiwa yang dialami dengan menggunakan metode EGP karena telah

terbukti dapat meningkatkan proses dan hasil kemampuan siswa dalam menulis

cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

18
DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A.G.2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

Spiritual ESQ Jilid 1.Jakarta: PT.Arga Tilanta

Andayani, K., Pratiwi, Y. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Kreatif dan

Inovatif. Malang: UM Press

Dasna, I.W. 2013. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang: UM Press.

Fitrian, D.I. 2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Media

Berita dengan Metode Latihan Terbimbing. Pada Siswa Kelas X.3 SMA

Negeri 1 Rembang Purbalingga. (online) http://eprints.unv.ac.id. Diakses

pada Februari 2020

Garden, H. 1983 Kecerdasan Emosional. 9online) http://.wikipedia.org. diakses

pada Februari 2020

Nurgiantoro. 2011. Definisi cerpen menurut beberapa pakar. (online)

http://id.scribd.com diakses pada Maret 2020

Permendikbud No. 68 Tahun 2013 tentang Kompetensi Dasar dan Struktur

Kurikulum SMP/MTs. (Online) http://ikapidkijakarta.com. Diakses pada

Maret 2020

Santoso,A. 2013 Pendalaman Materi Bahasa Indonesia. Malang: UM Press

Suryani, Nursaid, dan Zulfikarni. 2013. Peningkatan Keterampilan Menuls Cerpen

dengan Latihan Terbimbing Siswa Kelas X.2 SMAN 6 Padang (Online).

http://ejournal.unp.ac.id diakses pada Maret 2020.

19

Anda mungkin juga menyukai