Anda di halaman 1dari 9

KAMUFLASE KEBAHAGIAAN FEMINISME

Kajian Online Kiblat Muslimah, Sabtu 18 September 2021

Outline kajian

- Pentingnya kebahagiaan: 1) Mencari dan Mengejar kebahagiaan  maknanya;


2) survey PBB tentang negara paling bahagia: dari 149 negara, no 1 Finlandia,
Indonesia no 82, paling bawah Afganistan
- Kebahagiaan menurut Barat
- Kebahagiaan menurut Islam
- Kebahagiaan menurut feminis
- Menjadi Wanita paling Bahagia
Secara harfiah, kata ‘bahagia’ merupakan kata sifat yang diartikan sebagai
keadaan atau perasaan senang tenteram dan bebas dari segala yang menyusahkan.
Sedangkan ‘kebahagiaan’ berarti perasaan bahagia; kesenangan dan ketenteraman
hidup lahir batin; keberuntungan; kemujuran yang bersifat lahir batin.

Mencari Kebahagiaan
Ungkapan yang sering disebut sebagai "mencari" atau "mengejar" kebahagiaan secara
langsung menggambarkan kepada kita bahawa kebahagiaan itu suatu yang tiada menetap
dan senantiasa berubah-ubah, seakan-akan sarabi (fatamorgana) sifatnya. Faham yang
sedemikian juga menggambarkan bahwa kebahagiaan yang ingin dialami itu bagaikan
suatu yang luar dan lain dari diri insan dan insan harus berusaha untuk mendapatnya,

Kebahagiaan Menurut Barat


Lihat buku Tasawuf Modern, hlm 19 mengenai pendapat Aristoteles mengenai
kebahagiaan, hlm. 20 mengenai pendapat Hendrik Ibsen tentang Bahagia, hlm. 21
mengenai pendapat Leo Tolstoy tentang bahagia
Merujuk: kepada kamus Oxford, "happiness" atau kebahagiaan dita'rifkan sebagai:
1) Good fortune or luck in life or in a particular affair; success. prosperity: yaitu
kesempatan yang baik atau bemasib baik dalam kehidupan atau dalam hal yang
tertentu; kejayaan, pertumbuhan yang baik.
2) The state of pleasureable content of mind. which results from success or the
attainment of what is considered good: keadaan dalam zihin (pikiran) yang
memuaskan, yang terhasil dari kesuksesan atau mendapat apa yang dianggap
sebagai suatu kebaikan.
3) Successful or felicitious aptitude, fitness, suitability, or appropriateness; felicity:
kesuksesan atau sifat diri yang gembira, ketepatan, kesesuaian, atau kebetulan;
kegembiraan.
Definisi yang diberikan oleh kamus Oxford di atas yang berdasarkan pada pendapat
falsafah Barat hanya memberikan gambaran sebahagian kecil dari apa yang dikatakan
sebagai mendapat kebahagiaan dan tidak pula memberikan makna kebahagiaan itu.
Namun apa yang tampak jelas dan mengherankan adalah tiada pertalian antara
kebahagiaan dengan iman, keyakinan, dan sifat-sifat diri yang mulia. Oleh karena
kesempatan dan nasib berubah-ubah, ada kalanya balk dan ada kalanya buruk, maka
tidak heranlah jika muncul faham 'mencari' dan 'mengejar' kebahagiaan karena dalam
pencarian dan pengejaran itu hanya mereka yang bemasib baik dan berkesempatan saja
akan berhasil mendapat sesuatu yang menurut mereka baik. Mereka itulah yang dikatakan
sebagai orang yang berbahagia.

Kebahagiaan Menurut Islam


Dalam tulisannya yang berjudul Islam: Faham Agama dan Asas Akhlak, Syed
Muhammad Naquib Al-Attas telah menyebut perihal konsep dan makna kebahagiaan
secara ringkas semasa membicarakan perihal din dan kaitannya dengan asas hidup
berakhlak demi kebahagiaan din seseorang.
“Kebahagiaan” tidak merujuk pada diri jasmani manusia, tidak kepada jiwa dan raga
hewani manusia; bukan pula suatu keadaan fikiran. Kebahagiaan itu berhubungan dengan
kepastian akan kebenaran utama dan terpenuhinya perbuatan yang sesuai dengan
kepastian tersebut; dan kepastian adalah suatu keadaan yang tetap mengikut apa yang
tetap pada manusia dan yang ditangkap oleh organ spiritual yang dikenal sebagai hati (al-
qalb). Ia adalah kedamaian dan keamanan serta ketenangan hati. Ini adalah ilmu,
sedangkan ilmu adalah keyakinan sejati. Ini adalah mengetahui tempat seseorang yang
benar dan karenanya itu pantas berada dalam alam ciptaan-Nya dan hubungan yang
pantas antara seorang dengan Sang Maha Pencipta; ia suatu keadaan yang dikenal sebagai
‘adl atau keadilan. (Islam dan Sekularisme, hlm. 93)

Bahagia dalam Al-Qur’an  Banyak lafadz dalam Al-Quran yang dimaknai dengan
kebahagiaan, seperti sa’adah, aflah dan fauz. Allah menyebut lafadz aflah sebanyak 44
kali, fauz sebanyak 29 kali dan sa’adah dua kali dalam Al-Quran.
Makna kebahagiaan yaitu mendapat rahmat dan ridha Allah sehingga dijauhkan dari azab
pada hari kiamat dan dimasukkan ke dalam surga. Karakteristik orang bahagia dapat
dilihat melalui perilakunya, yaitu taat kepada Allah dan Rasul, senang mengajak kepada
kebaikan, menghindari diri dari akhlak tercela serta tidak kikir. Langkah-langkah yang
dapat ditempuh untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat diantaranya sabar, jihad,
taqwa, shalat, zikir, mengingat nikmat Allah, taubat, berbuat baik, taat kepada Allah dan
Rasul, takut kepada Allah, dan menjauhi perbuatan yang merusak akal.

Tentang kebahagiaan seorang hamba Rasulullah ‫ﷺ‬ bersabda

‫الحة وأوالده‬JJ‫ه ص‬JJ‫ون زوجت‬JJ‫رء أن تك‬JJ‫عادة الم‬JJ‫ع من س‬JJ‫ارب‬


‫رواه‬   ‫ده‬JJ‫ه فى بل‬JJ‫ون رزق‬JJ‫الحين وأن يك‬JJ‫أبرارا وخلطائه ص‬
‫الديلمى‬
"Empat perkara yang merupakan kebahagiaan seseorang, yaitu: pasangan hidup
yang sholih, anak-  anak yang baik / berbakti, teman-teman orang-orang yang
sholeh dan rizkinya di negerinya sendiri.  "(HR Dailami)

Makna kebahagiaan menurut pandangan Islam terkandung dalam istilah sa'adah. Ia


mempunyai kaitan erat dengan dua dimensi kewujudan: kepada kewujudan di akhirat
(ukhrawiyyah) dan kepada kewujudan di dunia (dunyawiyyah). Lawan sa'adah adalah
shaqawah, yang berarti kecelakaan yang besar dan kesengsaraan secara umum.
Mengenai kewujudan di akhirat, sa'adah merujuk kepada puncak kebahagiaan yang
terakhir, tiada yang melebihinya, yaitu kesenangan dan nikmat yang kekal. Yang tertinggi
adalah ru'yat (memandang) Allah, yang dijanjikan kepada mereka yang semasa hidupnya
di dunia ini menyerahkan diri dengan sukarela kepada Allah dan menaati segala perintah
dan larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan pengetahuan.

Oleh itu, maka nyatalah kaitan erat antara kebahagiaan di akhirat dengan
kebahagiaan di dunia yang terangkum dalam tiga perkara: (1) diri (nafsiyyah),
yang melibatkan ilmu dan sifat yang terpuji; (2) badan (badaniyyah), seperti
kesehatan badan dan keselamatan; dan (3) segala yang selain dari diri dan
badan (khiirijiyyah) seperti kekayaan dan selainnya yang mampu
membangkitkan kesejahteraan diri, badan, dan perkara-perkara lain yang
berkait dengannya. Oleh karena itu, kebahagiaan di dunia ini bukanlah hanya
berkait dengan kehidupan duniawi saja, malah ia berkait juga dengan
kehidupan abadi kelak dan berpandukan kenyataan yang dijelaskan oleh agama
Islam yang bersumberkan wahyu.

SEBAB – SEBAB HIDUP BAHAGIA.


1. Hidayah dan keimanan, Istiqamah menjalan perintah Ar Rahman, mengingkari hawa nafsu dan

Syetan, menjauhi kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan.

2. Ilmu bermamfa’at yang akan melapangkan dada, membesarkan pahala, mengangkat nama baik

dan menghancurkan kepalsuan. Ini adalah simpanan yang mulia, berkahnya : Mengamalkannya

dalam kebenaran, larangan dan perintah.

3. Banyak ber-Istighfar dan bertaubat dari dosa – dosa, selalu mengetuk pintu ‘Allam Al Ghuyub,

meminta-Nya untuk membukakan hati, karena Dia Maha Menerima taubat orang yang bertaubat.

4. Selalu mengingat-Nya dalam setiap keadaan, ketika bermukim dan bersafar, menetap dan

berpindah, selalu melantunkan, “ Ya Dzal Jalal “, dengan mensinergikan antara hati dan lisan

ketika mengucapkan kata – kata ini.

5. Berbuat baik kepada para hamba, memberikan mamfa’at kepada orang kota dan orang desa,

memperhatikan keadaan orang – orang fakir, orang – orang susah dan menderita, memenuhi

kebutuhan – kebutuhan mereka dengan memberikan bantuan, membuat mereka bahagia

dengan menghibur.

6. Ketegaran hari menghadapi berbagai krisis, konsinten menghadapi berbagai kepedihan, kuat

menghadapi berbagai bencana, tidak bingung menghadapi kejadian – kejadian dan menghindari

kegelisahan ketika tertimpa berbagai musibah.

7. Menyucikan hati dari kedengkian – kedengkian, membersihkannya dari kerusakan, seperti

pengkhianatan dan kedengkian orang – orang dengki, menjauhi tindakan balas dendam terhadap

para hamba, serta berbuat baik kepada orang – orang yang keras kepala.

8. Menjauhi pandangan, pembicaraan, pergaulan dan tidur yang berlebih – lebihan, selalu moderat

dalam segala urusan, menjauhi berlebih – lebihan dan mubazir dalam perkara penting.

9. Memerangi kekosongan, merasa cukup dengan Dunia sekedarnya, tidak larut bersama orang

yang larut, menjauhi setiap diktator dan pemberontak.


10. Hidup dalam batasan hari ini, melupakan hari kemarin dan tidak sibuk dengan hari esok, karena

semua itu sama hukumnya dengan musafir. Hari kemarin adalah kematian, sekarang dilahirkan

dan besok untuk dipikirkan.

11. Melihat orang yang lebih rendah dari dirimu, dari segi kesehatan, keilmuan dan mata

pencaharian. Bagaimana Anda bisa berada di atas mereka disebabkan karunia itu, padahal Anda

memiliki kebutuhan – kebutuhan yang tidak mereka miliki.

12. Melupakan kekeruhan – kekeruhan masa lalu, tidak memperdulikan bahaya – bahaya yang telah

lewat dan masa bodoh dengan apa yang terjadi di hari lalu. Jangan memikirkan kejadian yang

terjadi seiring pergantian siang dan malam, karena semua itu seperti cermin pecah.

13. Jikalau terjadi musibah terburuk, maka spekulasikanlah kemungkinan terburuk, kemudian

konsentrasikan dirimu untuk melihat kemungkinan – kemungkinan yang akan terjadi.

Berpeganglah dengan ketawakkalan kepada Allah Swt dan ketundukan kepada-Nya, karena hal

itu cukup bagi masa lalumu dan masa depanmu.

14. Janganlah menduga – duga musibah dan merisaukannya. Barangsiapa yang membenarkan

Tuhannya, cukuplah baginya. Siapa tahu, barangkali hari ini tidak akan dilaluinya dengan

sempurna.

15. Ketahuilah, kehidupan ini pendek. Maka janganlah Anda memendekkannya dengan pemikiran –

pemikiran berbahaya, kegelisahan – kegelisahan yang berpengaruh dan keresahan – keresahan

yang banyak. Sesungguhnya kehidupan itu adalah kehidupan yang bahagia dan gembira, dan

milik Allah-lah yang terbaik.

16. Jikalau Anda tertimpa sesuatu yang kurang menyenangkan, maka bandingkanlah apa yang tersisa

dengan apa yang hilang, maka Anda akan mendapati bahwa dirimu berada dalam berbagai

kenikmatan dan kebaikan. Apa yang tersisa adalah kebahagiaan bagi dirimu, dan apa yang Anda

miliki akan bertambah banyak dari jumlah yang hilang itu.


17. Janganlah takut dengan perkataan orang – orang yang dengki, walaupun sangat keji dan rusak.

Tidaklah didengki, kecuali orang yang memimpin. Anda tidak akan terkena mudharatnya, karena

mudharat itu hanya akan menimpa orang – orang bodoh. Allah Swt akan mencukupkanmu dari

mereka, sesungguhnya Dia Maha Melihat hamba – hamba-Nya.

18. Salurkanlah pemikiran – pemikiranmu untuk hal – hal yang bermamfa’at. Gunakanlah kedua

matamu untuk perkara – perkara yang terpuji. Jikalau Anda memperbagus pemikiran –

pemikiranmu, maka Anda akan bahagia, karena orang yang membentuknya, seperti orang yang

membentuk besi.

19. Janganlah menunda pekerjaan hari ini untuk hari esok, karena pekerjaan – pekerjaan itu akan

menumpuk dan melelahkanmu. Setiap hari Anda harus mengerjakan pekerjaan yang telah

ditentukan. Jadilah setiap hari itu seperti bayi yang mulia.

20. Mulailah pekerjaan – pekerjaan itu dengan yang paling penting. Konsentrasikan dirimu sampai

selesai. Jangan bertanya tentang bagaimana caranya dan berapa nominalnya. Ber-Istikharah-lah

kepada Allah Swt sebelum Anda mengerjakannya, karena pertolongan itu ada di tangan-Nya.

21. Pilihlah amalan – amalan itu sesuai dengan kemampuanmu. Bersahabatlah dengan orang yang

bertakwa, maka dia akan bersahabat dengan dirimu, karena sahabatmu akan menarik dirimu.

Ketahuilah, bahwa ada Zat yang mengawasimu dan meng-Hisabmu.

22. Kabarkanlah nikmat – nikmat yang lahir dan batin, serta karunia – karunia yang besar, karena

memberitahukan semua itu akan mengusir kegelisahan yang menguasai dan mengembalikan

kebahagiaan yang lari.

23. Ber-Interaksilah dengan istri, anak dan para kerabat dengan pandangan keakraban dan

melupakan fitnah. Tidak ada seorang-pun, kecuali memiliki banyak aib. Jikalau Anda

meninggalkan setiap orang yang memiliki aib, maka Anda tidak akan mendapatkan teman, yang

berbuat baik di satu sisi dan berbuat jahat di sisi lainnya.


24. Hendaklah Anda memperbanyak do’a, optimisme dan pengharapan baik. Janganlah berputus

asa ; walaupun musibahnya luar biasa, kegelapannya merekah dan musuhnya bertambah, karena

semua perkara itu berada di tangan Tuhan bumi dan langit.

25. Janganlah takut dengan orang – orang yang membebani ; walaupun mereka memenuhi semua

penjuru, karena mereka tidak akan bisa memudharatkanmu, kecuali dengan izin Tuhan semesta

alam. Kita menyerahkan mereka ke dalam genggaman-Nya, karena Dia-lah yang memiliki tipu

daya yang kokoh.

26. Segala sesuatu itu memiliki Qadha’ dan Qadar, maka bersabarlah ketika terjadi musibah atau

bencana. Segala sesuatu itu ditetapkan di Umm Al Kitab. Jikalau Qadha’ telah terjadi, pemikiran

akan bingung dan pandangan akan buta.

27. Barangkali sesuatu yang Anda dibenci adalah nikmat bagimu. Allah Swt menyelamatkanmu

dengannya dari kesialan dan menempatkanmu di puncak kebangkitan, maka janganlah

membenci apa yang di-Qadarkan oleh Allah Swt dan diberikan-Nya.

28. Berbuat baiklah kepada orang – orang yang terkena musibah, karena di alam ini terdapat ribuan

orang yang menderita. Manusia ketika tertimpa bencana dalam keadaan membutuhkan, ketika

diberikan nikmat dalam keadaan terampas, dan ketika berhadapan dengan Qadar dalam keadaan

terkalahkan.

29. Semua makhluk ini mengadukan masanya, menangisi zamannya dan menyesali urusannya. Dia

menghabiskan umurnya dengan keresahan. Ketahuilah, bersama kurma kenikmatan itu ada

kesengsaraan ( Jamrah ).

30. Ketahuilah, bahwa kemudahan itu bersama dengan kesulitan, kesabaran bersama dengan

kemenangan, kekayaan setelah kefakiran, kesehatan dan kesakitan. Masa itu dipenuhi kemanisan

dan kepahitan.
31. Anda harus bersabar, menyerahkan urusan kepada Al Jalil, ridho dengan yang sedikit, beramal

dengan At Tanzil dan bersiap – siap untuk hari Ar Rahil.

32. Ketahuilah, bahwa kemewahan – kemewahan hidup hanya akan menyibukkan, banyak harta

adalah ikatan, menatap Dunia adalah kegelisahan dan beban, dan sebaik – baik nikmat adalah

ketentraman pikiran.

33. Segelas air dan sepotong roti dihamparan yang bersih bersama sebuah kitab yang mulia, lebih

afdhal dari memiliki Shan’a sampai ke Qathif dan lebih tenang dari penduduk istana yang megah.

Dimanakah para raja dan negara – negara wahai Lathif !.

34. Barangsiapa yang mencemari kehormatanmu dan berbuat maksiat, memperdengarkanmu

sesuatu yang menyebabkan kebosanan, maka tepislah dirinya dan jangan hiraukan, sampai dia

menjauh. Seekor anjing tidak memenuhi mulutnya, kecuali dengan batu

35. Saya tidak melihat sesuatu yang sepadan dengan Uzlah. Di dalamnya seorang hamba memiliki

agamanya dan akalnya, terbebas dari kebodohannya dan ketololannya. Sesungguhnya

sebahagian manusia tidak setara dengan hal kecil, maka tetaplah di rumahmu, karena Anda tidak

akan mendapatkan semisalnya.

36. Janganlah Anda takjub dengan penerimaan manusia terhadap dirimu, karena mereka berjalan

bersama waktu menemui dirimu. Mereka tidak datang, kecuali karena tujuan tertentu yang ada

dalam dirimu. Cukuplah bagimu realita – realita masa lalu.

37. Pakailah pakaian – pakaian yang suci dan bersih, Anda harus selalu memiliki aroma yang suci.

Biasakankah olahraga, minimalkanla mengkomsumsi minuman – minuman yang jelek, dan

rutinkanlah zikir – zikir Syar’iyyah.

38. Ulangilah do’a Dzi An Nun, perbanyak mengingat Al Manuun, remehkan semua urusan ; maka

semuanya akan mudah, janganlah ridho dengan kehinaan dalam agama, ridho dengan
kerendahan dalam perkara Dunia. Maha Suci Tuhanmu, Tuhan yang Mulia dari apa yang mereka

gambarkan. 1

Kebahagiaan Menurut Femnisme

Web Time of India pd 12 Mei 2017 menulis  Female happiness index decreasing,

equality is the cause

Jill Filipovic () dalam bukunya The H-Spot: The Feminist Pursuit Of


Happiness.
- bagaimana kita membuat perempuan setara dengan laki-laki dalam sistem yang
telah dibangun oleh laki-laki untuk diri mereka sendiri, tetapi seperti apa
pengejaran kebahagiaan oleh perempuan
- Filipovic menjawab bahwa kebahagiaan adalah “mutlak” isu feminis. "Apa yang
kami coba lakukan adalah menciptakan alam semesta di mana wanita setidaknya
dapat memiliki kemampuan untuk mengejar kebahagiaan," katanya, "jika bukan
kemampuan untuk benar-benar bahagia setiap hari."
- Filipovic berargumen bahwa hambatan utama yang berdiri di antara wanita dan
kebahagiaan adalah sistem yang dicurangi. Di dunia feminisme yang belum
selesai ini, laki-laki sudah lama bisa "memiliki semuanya" karena tenaga kerja
perempuan yang gratis, sementara standar pencapaian perempuan semakin tinggi.
-
- Kebahagiaan bagi feminis menurutnya: 1) wanita diberi kebebasan utk
menentukan pilihannya, spt pilihan punya anak atau tidak, bekerja atau tinggal di
rumah, apa makanan yg diinginkan, 2)

Menjadi Wanita Paling Bahagia  lihat ringkasan buku syekh Aidh Al-Qarni
Wanita paling Bahagia adalah wanita yg taat menjalankan agamanya

1
Hadaiq Zat Al Bahjah, halaman 5 – 45.

Anda mungkin juga menyukai