BAB I
PENDAHULUAN
Coronary Artery Bypass Graft merupakan salah satu metode revaskularisasi yangumum
dilakukan pada pasien yang mengalami atherosclerosis dengan 3 atau lebih penyumbatan pada arteri
coroner atau penyumbatan yang signifikan pada Left Mean Artery Coroner (Chulay&Burns, 2006),
Coronary Artery Bypass Grafting merupakan salah satu metode revaskularisasi penanganan
intervensi dari PJK (aterosklerosis yang dapat menyebabkan serangan jantung) yang secara umum
dilakukan pada pasien yang mengalami atherosklerosis dengan 3 atau lebih penyumbatan pada arteri
koroner atau penyumbatan yang signifikan pada Left Main Artery Coroner (Udjianti 2010). Sedangkan
menurut ( Yahya, 2010 ) Coronary Artery Bypass Grafting atau Operasi CABG adalah merupakan
salah satu operasi yang di maksudkan untuk memperbaiki aliran darah ke jantung yang terutama
ditujukan pada penderita penyempitan bermakna yang berpotensi tinggi menimbulkan serangan
jantung.
CABG direkomendasikan apabila dengan obat obatan maupun pelebaran dengan balon
atau pemasangan stent tidak efektif mengatasi gangguan koroner. Secara sederhana CABG
adalah operasi pembedahan yang dilakukan dengan membuat pembuluh darah baru atau
bypass terhadap pembuluh darah yang tersumbat sehingga melancarkan kembali aliran darah
yang membawa oksigen ke otot jantung (Brunner & Suddarth, 2002) dalam (Manoydkk,
2014).
2.1.5 Indikasi
Indikasi CABG menurut American Heart Association (AHA) (Ignatavisius & Workman,
2006) adalah :
1) Stenosis Left Mean Coronary Artery yang signifikan
2) Angina yang tidak dapat di kontrol dengan terapi medis
3) Angina yang tidak stabil
4) Iskemik yang mengancam dan tidak respon terhadap terapi non bedah yang maksimal
5) Gagal pompa ventrikel yang progresif dengan stenosis koroner yang mengancam daerah
miokardium.
6) Sumbatan yang tidak dapat ditangani dengan PTCA dan trombolitik
7) Sumbatan /stenosis LAD dan LCx pada bagian proksimal > 70 %
8) Satu atau dua vessel disease tanpa stenosis LAD proksimal yang signifikan.
9) Pasien dengan komplikasi kegagalan PTCA.
10) Pasien dengan sumbatan 3 pembuluh darah arteri (three vessel disease) dengan angina stabil
atau tidak stabil dan pada pasien dengan 2 sumbatan pembuluh darah dengan angina stabil
atau tidak stabil dan pada pasien dengan 2 sumbatan pembuluh darah dengan angina stabil
atau tidak stabil dan lesi proksimal LAD yang berat.
11) Pasien dengan stenosis (penyempitan lumen > 70%) pada 3 arteri yaitu arteri koronaria
komunis sinistra, bagian proksimal dari arteri desenden anterior sinistra.
2.1.6 Kontra Indikasi
Menurut (Pierce A. et al, 2006) kontra indikasi CABG diantaranya :
1) Sumbatan pada arteri < 70% sebab jika sumbatan pada arteri koroner kurang dari 70% maka
aliran darah tersebut masih cukup banyak sehingga mencegah aliran darah yang adekuat
pada pintasan. Akibatnya, akan terjadi bekuan pada graft sehingga hasil operasi akan
menjadi sia-sia.
2) Tidak ada gejala angina.
3) Struktur arteri koroner yang tidak memungkinkan untuk disambung.
4) Fungsi ventrikel kiri jelek (kurang dari 30 %).
2.2.1.3.3 Respirasi
Gejala : sesak nafas saat berolahraga, sesak nafas secara keseluruhan, dan
riwayat penyakit paru.
2.2.1.3.4 Pola makan dan cairan
Gejala : anoreksia, mual dan muntah.
2.2.1.3.5 Eliminasi
Gejala : nokturia, sembelit, diare, atau penurunan aliran urine.
2.2.1.3.6 Neuorosensori
Tanda : kepala terasa ringan, tidak sadar, dan kebingungan.
2.2.1.3.7 Interaksi sosial
Gejala : interaksi sosial menurun.
2.2.1.3.8 Rasa aman
Gejala : rasa aman Tanda dan gejala: Dermatitis dan perubahan mental.
Tujuan dan karakteristik : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan skala
nyeri menurun. Dengan kriteria hasil : Skala nyeri ringan, kontrol nyeri dapat dilakukan,
1. Observasi
Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon
nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
meringankan nyer
a. Identifikasi lokasi,karakteristik, durasi,frekuensi, kualitas,intensitas nyeri.
j. Identifikasi pengaruh
k. budaya terhadap
l. respon nyeri
m. 7. Identifikasi
pengaruh
n. nyeri pada kualitas
o. hidup
p. 8. Monitor
keberhasilan
q. terapi komplementer
r. yang sudah diberikan
s. 9. Monitor efek
samping
t. penggunaan
analgeti Identifikasi pengaruhbudaya terhadaprespon nyeri
2. Terapeutik
3. Berikan teknik
4. nonfarmakologis untuk
5. mengurangi rasa nyeri
6. (mis. TENS, hipnosis,
7. akupresur, dll)
a. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
pencahayaan, kebisingan)
nyeri.
3. Edukasi
4. Kolaborasi
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dilakukan secara
kontinue untuk pengukuran dan menjamin kualitas serta ketepatan perawatan yang
diberikan, yang dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk menentukan
keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien (PPNI, 2018).
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 01 Februari 2023
1. Data Umum
a. Identitas
Nama pasien adalah Tn. T dengan usia 57 tahun , jenis kelamin laki-laki, beragama Kristen
Protestan, suku bangsa Batak/Indonesia, bertempat tinggal di Medan.
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri dada, sejak 5 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan saat melakukan
aktivitas ringan dengan adanya rasa seperti ditusuk-tusuk. Nyeri dirasakan tidak menyebar.
c. Status Kesehatan saat ini.
Pasien mengatakan mudah merasakan lelah, lemas saat melakukan aktifitas ringan,
terkadang pasien juga merasakan sesak namun berkurang saat beristirahat.
d. Riwayat Kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan riwayat penyakit DM sejak 20 tahun lalu
dan rutin mengkonsumsi obat. Pasien mengkonsumsi obat anti hipertensi dan metformin 3 x
500 mg dan juga glibenklamid.
e. Riwayat Kesehatan keluarga
Pasien dan keluarga mengatakan didalam keluarganya ada yang mempunyai penyakit DM
seperti pasien namun tidak ada yang mengeluhkan adanya gangguan jantung.
f. Riwayat alergi
Pasien mengatakan belum pernah memiliki riwayat alergi makanan maupun obat-obatan.
g. Genogram
Keterangan :
: perempuan : Laki-laki
c) Pola Eliminasi
Pasien mengatakan BAB setiap harinya 1 kali sehari dengan waktu setiap pagi, bau khas,
konsistensi padat-lunak, tidak ada lendir dan darah, tidak ada keluhan diare disaat BAB, dan
tidak juga mengkonsumsi obat/minuman pencahar perut. Pola BAK pasien mengatakan
setiap harinya BAK 8-10 kali sehari dengan jumlah 600-800 cc, waktu tidak tertentu dan
terkadang cukup sering pada malam hari sehingga mengganggu pola tidur, bau khas, warna
kuning, dan tidak terdapat keluhan nyeri pada saat BAK.
d) Pola Aktifitas dan Latihan
Riwayat pekerjaan adalah wiraswasta sebagai pekerja bangunan dan menjadi kepala tukang.
Aktifitas sebelum terkena DM tidak ada masalah, namun sejak megidap DM pasien tidak
lagi mengerjakan aktivitas berat. Saat ini pasien sering mengalami nyeri dada dan sedikit
sesak nafas saat berjalan atau melakukan aktifitas ringan. Pola latihan biasanya senam pada
saat jam 06.30 sebelum sarapan pagi. Selanjutnya pada sore hari pasien biasanya melakukan
jalan sore mulai pukul 16.45-17.00 di sekitar rumah. Sejak 2 minggu sebelum masuk RS,
pasien tidak lagi melakukan aktifitas latihan di karenakan kelelahan dan sering nyeri dada
saat beraktifitas.
k) Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : composmentis, penampilan : pasien terbaring ditempat tidur, tampak lemas,
rambut terlihat rapi, ekspresi wajah tampak cemas, tanda-tanda vital : 1. Tekanan darah :
120/80 mmHg, 2. Suhu tubuh 37,4 C, 3. Respirasi : 20x/menit, 4. Nadi : 71 x/menit, dan 5.
SpO2 : 98% room air. Kepala : Mata tidak anemis, dan juga tidak ada tanda ikterik.
Leher : TVJ (Tekanan Vena Jugularis) didapatkan R +2 cm H2O
Thoraks : Cor ; S1 & S2 (+) (reguler, murmur (-) dan gallop (-)), Pulmo : Suara Pernafasan : Vesicular
(+) ; melemah di paru kanan, Suara Nafas Tambahan : Tidak ada.
Abdomen : Soepel, BU (Bising Usus) : + Normal
Ekstremitas : Akral : Hangat; tidak ada edeme pretibial.
3. Data Penunjang
a. Hasil pemeriksaan EKG (02/02/2023) diperoleh kesimpulan : Synus Rhytm; QS rate 73
x/i regular, normoaxis, P wave 0.08s, PR Interval 0,2s, QRS duration 0.08s, Q path II,
III, aVF, No ST-T changes, PVC (-), LV Strain (+). Kesan : Synus Rhytm + QS rate 73
x/i + normoaxis + OMI Inferior + LV Strain.
b. Foto thoraks (14/11/2022) : CTR 65%, Segmen Aorta Dilatasi, Segmen Po normal,
pinggang jantung mendatar, apex downward. Kesimpulan : Kardiomegali + Aorta
Dilatasi.
c. Laboratorium (02/02/23) : APTT : 30.2(23.3); Hb/Ht/Leu/Plt : 14,4/41/7680/251.000;
PT/INR : 10.1(10.9)/0.93; GDS : 388; Na/K/CL : 136/5,4/99; Viral Marker : Negative.
d. EKOKARDIOGRAFI (03/02/23).
1. Fungsi sistolik LV menurun, EF : 23% (BP simpson), Fungsi diastolik LV
terganggun grade II dengan peningkatan LAP (E/A : 0.85 ; E/e’ 20,41). Well motion :
Akinetik di segmen basal-mid inferoseptum, basal-mid anterior, basal-mid anterior,
basal-mid anteroseptum, apical septum, apical lateral, apical inferior, apical anterior.
2. Dimensi ruang jantung : LVH eccentric, I.V dilatasi (LAVi : 33,60 mlm2, LVEDD
60 mm).
3. Kontraktilitas RV baik, TAPSE : 23 mm (RVS’10 cm/s)
4. Katup-katup jantung : Aorta baik, Mitral baik, Trikuspid baik dan Pulmonal baik.
5. Perikardium baik
6. Tidak terlihat shunt intracardiac
7. Thrombus (-), SEC (+) di LV
Kesimpulan : Fungsi Sistolik LV menurun, EF : 23% (BP simpson) ; SEC (+) di LV
e. KATETERISASI JANTUNG (02/02/23)
- LM : baik
- LAD : Stenosis 30% di osteal, stenosis subtotal di proximal.
- LCx : Stenosis 70-80% di proximal.
- RCA : Stenosis 90% di proximal, stenosis 60-70% di mid, sub total stenosis di distal
RCA.
Kesimpulan : CAD3VD
Anjuran : CABG
f. SPECT (20/02/2023)
Kesimpulan :
1. Iskemik miokard irreversibel pada segemen apeks, apiko anterior, apiko lateral, apiko
inferior, mid sampai basal inferior, apiko septal dan mid antero septal.
2. Iskemik miokard reversibel sempurna pada segemen mid sampai basal inferolateral.
3. Seluruh segmen jantung masih viable.
4. Fungsi Jantung sudah berkurang.
5. Terdapat 3 pembuluh darah yang terlibat : (CAD3VD) RAD, RCA dan LCx.
g. Terapi
Clopidogrel 1 x 75 mg; Ramipril 1 x 2,5 mg, Bisoprolol 1 x 5 mg, Spironolakton 1 x 25
mg, Dapagliflozin 1 x 10 mg, NKR 2 x 2,5 mg, Atorvastatin 1 x 20 mg, Furosemid 1 x
40 mg dan ISDN 5 mg (k/p).
4. Pengkajian Lanjutan
a. Saat dilakukan pengkajian, kesadaran pasien komposmentis,keadaan umum sedang ,
keluhan nyeri tidak ada. Pasien mengatakan takut untuk tindakan operasi yang akan
dilakukan.Pasien mengatakan semalam tidak bisa tidur .
b. Post Operasi
Saat dilakukan pengkajian,kesadaran pasien komposmentis,keadaan umum sedang disertai
keluhan nyeri pasien secara verbal. Secara nonverbal didapat ekspresi wajah pasien
tampak kesakitan. Pengkajian nyeri secara verbal pada pasien dengan menggunakan
skala nyeri VAS skor nyeri : 5/10. Pasien mengatakan keluhan nyeri bertambah setelah
tindakan aff drain,EKG di monitor berubah awalnya sinus rhytm menjadi Atrial Fibrilasi
Rapid Ventrikel Respon Riwayat AF sebelumnya tidak ada. Riwayat Alergi : tidak ada.
d. Sistem Indera
Pre operasi :Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada trauma pada
hidung, tidak ada epistaksis.
Post operasi: Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada trauma pada
hidung, tidak ada epistaksis.
e. Sistem Gastrointestinal
Pre operasi: Pasien tidak ada masalah pada mulut dan tenggorokan. Pasien tidak ada
distensi pada perut. Peristaltik usus terdengar baik.Tidak ada masalah pada hepar,lien
dan ginjal. Tidak ada hepatomegaly, asites, mual (-), muntah(-).
Post operasi: Pasien tidak ada masalah pada mulut dan tenggorokan. Pasien tidak ada
distensi pada perut. Peristaltik usus terdengar masih sangat lemah. Tidak ada masalah
pada hepar,lien dan ginjal. Tidak ada hepatomegaly, asites, mual (-), muntah(-).
f. Sistem Perkemihan
Pre operasi : Pasien tidak terpasang dower kateter.
Post operasi : Pasien masih menggunakan selang kateter nomor 16. Produksi urine ½
cc/KgBB/jam. Tidak tampak tanda-tanda infeksi pada area pemasangan kateter.
g. Sistem Integument
Pre operasi :Turgor kulit elastis. Kulit berwarna sawo matang, asianotik. Tidak terdapat
ruam-ruam kemerahan pada kulit. Suhu tubuh 360C.
Post operasi :Turgor kulit elastis. Kulit berwarna sawo matang, asianotik. Tidak terdapat
ruam-ruam kemerahan pada kulit. Suhu tubuh 36,20C. Kuku warna kemerahan, bersih,
tidak ada sianosis. Terdapat luka operasi di sternum vertical kurang lebih 10 cm tertutup
kasa.Terdapat luka post graft di kedua tungkai.Pasien terpasang central vena line di
vena subclavia sinistra dengan line Nacl 0,9 % 1 kolf/24 jam wire pacemaker lokasi di
ventrikel kanan. Tidak terdapat tanda infeksi pada area insersi pemasangan alat-alat
invasif tersebut.
h. Sistem musculoskeletal
Pre operasi : Bentuk kepala normal. Pasien masih dalam kondisi baik, posisi semifowler.
Ekstremitas motorik atas bawah kondisi baik dan ada pergerakan. Pasien tidak ada
kelemahan/parese.
Post operasi: Bentuk kepala normal. Pasien masih dalam kondisi bedrest, posisi
semifowler. Ekstremitas motorik atas bawah kondisi baik dan ada pergerakan. Pasien
tidak ada kelemahan/parese.Tampak edema pada ektremitas bawah.
i. Psikologis
Pre operasi :Saat ini pasien tampak cemas dan orientasi penuh
Post operasi : Saat ini pasien tampak tenang, dan orientasi penuh
j. Terapi yang diberikan
Pre operasi :
Nama obat Dosis Cara pemberian Waktu
Furosemide 1x40 mg P.O(Per Oral ) Jam 06.00
Concor 1x2,5 mg P.O(Per Oral ) Jam 07.00
Ramipril 1 x 5 mg P.O(Per Oral ) Jam 19.00
Micardis 1x40 mg P.O(Per Oral ) Jam 20.00
Post operasi
Nama Obat Dosis Cara Pemberian Waktu pemberian
Captopril 3x12,5 mg P.O(Per Oral) Jam06.00-13.00-19.00
Laxadine Syr 3Xci P.O(Per Oral) Jam 06.00-13.00-19.00
Ranitidin 2x150 mg P.O(Per Oral) Jam 06.00-18.00
Bisoprolol 1x1,25 mg P.O(Per Oral) Jam 07.00
Furosemide 2x20 mg IV( intra vena) Jam 06.00-18.00
Aptor 1x100 mg P.O(Per Oral) Jam 13.00
Ondansentron 2x80 mg P.O(Per Oral) Jam 06.00-18.00
Paracetamol 3x1 gr P.O(Per Oral) Jam 06.00-13.00-19.00
Data Objektif :
Klien terlihat gelisah
Klien tampak cemas
Wajah klien terlihat tegang
Kontak mata kurang
Kurang istirahat
BP : 159/96 mmHg, HR :
59x/menit, RR : 16x/menit
Penurunan
Gangguan irama
cardiac output
2 jantung
22/02/23 Data Subjektif : Pasien mengeluh
berdebar dan pusing
(POST
OPERASI Data Objektif :
) Tekanan darah139/79 mmHg, HR
: 120 x /menit, MAP : 80 RR :
24x/menit,saturasi oksigen
100%,nadi teraba kuat dan tidak
teratur, suhu : 36,5 0C,
EKG : Irama tidak
teratur,rate120x/menit,gelombang
P tidak ada, PR interval tidak ada.
Kesan EKG: Atrial Fibrilasi
Rapid Ventrikuler Respon.
Kulit terasa dingin dan lembab
Echo post op: EF 26%,TAPSE
1,4 cm,tidak ada PE,efusi
pericard tidak ada.
Urine Output : 200 cc selama 5
3 jam (1/2 cc/KgBB/jam) Nyeri
Injury fisik/rusak
Data Subjektif : Pasien mengatakan
jaringan
nyeri luka operasi
paska pembedahan
Data Objektif :
Tekanan darah 139/79 mmHg,
HR : 120 x /menit,MAP : 80 RR :
24x/menit,saturasi oksigen
100%,CVP 16,nadi teraba kuat
dan tidak teratur, suhu : 36,5 0C.
Pasien tampak kesakitan dengan
skala nyeri 5/10
Terdapat luka operasi di sternum
vertical kurang lebih 10 cm
tertutup kasa, tidak terdapat tanda
infeksi.Terdapat luka post graft di
kedua tungkai.
Risiko Infeksi
Pasien mendapat terapi obat :
4
paracetamol 3 x 1 gr ( P.O)
Faktor-faktor risiko
Data Subjektif : tidak ada - Prosedur Infasif
Data Objektif : - Tidak adekuat
Tekanan darah di arteri pertahanan
line139/79 mmHg, HR : 120 x sekunder
/menit,MAP : 80 RR : (penurunan Hb,
24x/menit,saturasi oksigen Leukopenia,
100%,CVP 16,nadi teraba kuat penekanan
dan tidak teratur, suhu : 36,50C. respon
Terdapat luka operasi di sternum inflamasi)
vertical kurang lebih 10 cm - Pertahanan
tertutup kasa, tidak terdapat tanda primer tidak
infeksi.Terdapat luka post graft di adekuat
kedua tungkai. (kerusakan kulit,
Pasien terpasang central vena line trauma jaringan)
di vena subclavia sinistra, wire
pacemaker lokasi di ventrikel
kanan,Dower kateter hari ke-4
Hasil laboratorium : Hb:10,0,Ht :
29,5 Leukosit 26320,/uL
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas (cemas) berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan atau kurang
terpapar informasi (prosedur CABG) (SDKI D.0080).
2. Penurunan Cardiac Output berhubungan dengan perubahan kontraktilitas (Echo post op :
EF 26%) (SDKI D.0008).
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi CABG) (SDKI
D.0077).
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (CABG) (SDKI D.0142).
Reduksi
1. Ansietas Setelah dilakukan intervensi
(cemas) selama 1 x24 jam, maka
berhubungan kecemasan teratasi dengan kriteria
ansietas
dengan hasil :
kekhawatiran 1. Menyingkirkan tanda
mengalami kecemasan.
1. Monitor
kegagalan 2. Tidak terdapat perilaku gelisah.
atau kurang 3. Menurunkan stimulasi
terpapar lingkungan ketika cemas.
tanda-tanda
informasi 4. Menggunakan teknik
(prosedur relaksasi untuk menurunkan
CABG). cemas.
ansietas
5. Konsentrasi membaik.
6. Pola tidur membaik.
1. 2. Ciptakan
Menyingkir suasana
kan tanda terapeutik
kecemasaa untuk
n. menumbuhk
2. Tidak an
terdapat kepercayaan
perilaku 3. Pahami
gelisah situasi yang
3. membuat
Frekuensi ansietas
napas 4.
menurun Diskusikan
4. perencanaan
Frekuensi realistis
nadi tentang
menurun peristiwa
5. yang akan
Menurunka datang
n 5. Anjurkan
stimulasi mengungka
lingkungan pkan
ketika perasaan
cemas. dan
6. persepsi
Mengguna 6. Anjurkan
kan teknik keluarga
relaksasi untuk
untuk selalu
menurunka disamping
n cemas. dan
7. mendukung
Konsentras pasien
i membaik 7. Latih
8. Pola teknik
tidur relaksasi
membaik
Reduksi ansietas
1. Monitor tanda-tanda ansietas.
2. Ciptakan suasana terapeutik
1.
untuk menumbuhkan kepercayaan
3. Pahami situasi yang membuat
ansietas.
Menyingkir
4. Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan
datang.
kan tanda
5. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi.
6. Anjurkan keluarga untuk
kecemasaa
selalu disamping dan mendukung
pasien.
7. Latih teknik relaksasi
n.
2. Tidak
terdapat
perilaku
gelisah
3.
Frekuensi
napas
menurun
4.
Frekuensi
nadi
menurun
5.
Menurunka
n
stimulasi
lingkungan
ketika
cemas.
6.
Mengguna
kan teknik
relaksasi
untuk
menurunka
n cemas.
7.
Konsentras
i membaik
8. Pola
tidur
memba
2. Penurunan Setelah dilakukan tindakan asuhan Intervensi utama: Perawatan
Cardiac keperawatan 7 x 24 jam jantung
Output diharapkan curah jantung 1. Tndakan Obeservasi
berhubungan meningkat. Dengan kriteria hasil : a. Identifikasi tanda/gejala primer
dengan 1. kekuatan nadi perifer penurunan curah jantung (mis.
perubahan meningkat. Dipsnea, kelelahan, edema,
kontraktilitas 2. palpitasi menurun. ortopnea, proxysmal nocturnal
(Echo post op 3. gambaran EKG aritmia dypsnea, peningkatan CVP)
: EF 26%) menjadi normal. b. Identifikasi tanda/gejala skunder
4. kelelahan berkurang. penurunan curah jantung (mis.
5. edema menurun Peningkatan berat badan,
6. Oliguria menurun hepatomegali, distensi vena
jugularis, palpitasi, ronkhi basah,
oligurua, batuk, kulit pucat)
c. Monitor tekanan darah
d. Monitor intake dan output cairan
e. Monitor berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
f. Monitor saturasi oksigen
g. Monitor EKG 12 sedapan
h. Monitor aritmia (kelainan irama
dan frekuensi)
i. Monitor nilai laboraturium
jantung 9mis. Elektrolit, enzim
jantung, BNP, Ntpro-BNP)
j. Monitor fungsi alat jantung
k. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
l. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah pemberian obat
2. Tindakan Terapeutik
a. Posisikan pasien semi-fowler
atau fowler dengan kaki
kebawah atau posisi nyaman
b. Berikan diet jantung yang sesuai
(mis. Batasi asupan kafein,
natrium, kolestrol, dan makanan
tinggi lemak)
c. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi setres, jika perlu
d. Berikan dukungan emosional
dan spritual
e. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
3. Tindakan edukasi
a. Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
b. Anjurkan aktivitas fisik secara
bertahap
4. Tindakan kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian anti
aritmia, jika perlu
b. Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
3. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama:
berhubungan keperawatan selama 3 kali Dukungan Nyeri Akut:
dengan agen 24 jam, maka diharapkan Pemberian analgesik
pencedera tingkat nyeri menurun dan Observasi
fisik kontrol nyeri meningkat 1) Identifikasi karakteristik
(prosedur dengan kriteria hasil: nyeri (mis. pencetus, pereda,
operasi 1) Tidak mengeluh nyeri kualitas, lokasi, intensitas,
CABG) 2) Tidak meringis frekuensi, durasi)
(SDKI 3) Tidak bersikap protektif 2) Identifikasi riwayat alergi
D.0077) 4) Tidak gelisah obat
5) Tidak mengalami kesulitan tidur 3) Identifikasi kesesuaian jenis
6) Frekuensi nadi membaik analgesik (mis. narkotika,
7) Tekanan darah membaik non-narkotika, atau NSAID)
8) Melaporkan nyeri terkontrol dengan tingkat keparahan
9) Kemampuan mengenali onset nyeri
nyeri meningkat 4) Monitor tanda-tanda vital
10) Kemampuan mengenali sebelum dan sesudah
penyebab nyeri meningkat pemberian analgesik
11) Kemampuan menggunakan 5) Monitor efektifitas analgesik
teknik non-farmakologis Terapeutik
1) Diskusikan jenis analgesik
yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal
2) Pertimbangkan pengguanaan
infus kontinu, atau bolus
oploid untuk
mempertahankan kadar dalam
serum
3) Tetapkan target efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan respons
pasien
4) Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi
1) Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
Dukungan Nyeri Akut:
Manajemen Nyeri
Observasi
1) Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non
verbal
4) Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9) Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgetik
4. Risiko Infeksi Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
dengan efek maka tingkat infeksi menurun, Monitor tanda dan gejala
prosedur dengan kriteria hasil: infeksi lokal dan sistemik
invasif 1. Demam menurun Terapeutik
(CABG) 2. Kemerahan menurun Batasi jumlah pengunjung
(SDKI 3. Nyeri menurun Berikan perawatan kulit pada
D.0142) 4. Bengkak menurun area edema
5. Kadar sel darah putih Cuci tangan sebelum dan
membaik sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
Pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
Ajarkan etika batuk
Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
3.2. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA