Anda di halaman 1dari 13

Makalah Tugas Akhir Mata Kuliah Ekonomi Ketenagakerjaan

Disusun Oleh :

Fariza Awang Rohendra

Gilang Aditya

Dandy Oky Prasetya

Daffa Luthfian Bagaskara

Syafiq

Muhammad Ajie Putra

Ekonomi Ketenagakerjaan

Kelas E

Dosen Pengajar

Fitra Prasapawidya Purna, S.E., M.Sc

ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Setiap orang menginginkan kesejahteraan didalam hidupnya, bahkan Aristoteles


menyebutkan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi hidup manusia.
Setiap orang juga memiliki harapanharapan yang ingin dicapai guna pemenuhan kepuasan
dalam kehidupannya. Kesejahteraan dan kepuasan dalam hidup merupakan bagian dari
konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif manusia. Konsep
kesejahteraan (well-being) mempunyai arti yang hampir sama dengan konsep kebahagiaan
(happiness). Kebahagiaan sepertinya juga merupakan dambaan setiap orang dan biasanya
menjadi tujuan hidup dari seseorang. Dan pada penelitian ini yang digunakan adalah
kesejahteraan subjektif.

Individu yang memiliki kesejahteraan subyektif tinggi, ternyata merasa bahagia dan
senang dengan teman dekat dan keluarga. Individu tersebut juga kreatif, optimis, kerja keras,
tidak mudah putus asa, dan tersenyum lebih banyak daripada individu yang menyebut dirinya
tidak bahagia. Individu yang bahagia cenderung tidak memikirkan diri sendiri, tidak memiliki
banyak musuh, akrab dengan individu lain, dan lebih suka menolong.

Penelitian ini akan menjelaskan tingkat kebahagian dan kesejahteraan pada


masyarakat yang ada berdasarkan umur, Pendapatan, domisili, dan pekerjaan mereka. Karena
dengan keadaan dunia yang bisa dibilang tingkat setres di daerah perkotaan sangat tinggi.
Sehingga perlu adanya penelitian tentang ini agar kita semua lebih peduli tentang tingkat
bahagia pada seseorang.

II. Rumusan Masalah

1.1Tingkat Kebahagiaan dan Keseahteraan Masyarakat saat ini

1.2 Faktor faktor yang mempengaruhi Tingkat kebahagiaan dan kesejahteraan

1.3 Bagaimana Kondisi Kebahagaian dan Kesejahteraan di sekitar kita


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Wellbeing

Secara harfiah, dalam bahasa Indonesia, pengertian dari “Well-Being” yaitu


Kesejahteraan.  Ketika membicarakan gagasan tentang apa yang membuat hidup baik
untuk individu, istilah well-being lebih digunakan dibandingkan dengan happiness. Pada
orang dewasa, well-being bisa didefinisikan yaitu Lebih dari sekadar tidak adanya penyakit
atau patologi dimensi subjektif dan objektif. Ini bisa diukur pada level individual atau
masyarakat itu akun untuk elemen dari kepuasan hidup yang tidak bisa di definisikan,
dijelaskan atau lebih utama dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi. (McAllister, 2005).
Dari berbagai definisi mengenai Well-Being, dapat diambil suatu benang merah
mengenai pengertian dari Well-Being, yaitu : Konsep kesejahteraan terdiri dari dua elemen
utama: merasa baik dan berfungsi dengan baik. Perasaan bahagia, puas, senang, ingin tahu,
dan keterlibatan adalah karakteristik seseorang yang memiliki pengalaman positif dalam
hidup mereka. Yang sama pentingnya bagi kesejahteraan adalah fungsi kita di dunia.
Mengalami hubungan positif, memiliki kendali atas kehidupan seseorang dan memiliki
perasaan memiliki tujuan adalah semua atribut penting dari kesejahteraan.

Empat pendekatan untuk memahami well-being menurut (Cooke, Melchert & Connor,
2016):

1. Pandangan Hedonic

 Pandangan Hedonic, memandang bahwa tujuan hidup yang utama adalah


mendapatkan kenikmatan secara optimal, atau dengan kata lain mencapai kebahagiaan.
Aktivitas-aktivitas hedonic yang dilakukan dengan mengejar kenikmatan dan menghindari
rasa sakit akan menimbulkan well being yang bersifat sementara dan berkembang menjadi
sebuah kebiasaan sehingga lama-kelamaan kehilangan esensi sebagai suatu hal yang
bermakna.
2. Pandangan Eudaimonic

Pandangan Eudaimonic, memformulasikan well being dalam konsep aktualisasi potensi


manusia dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan (Keyes, Shmotkin, & Ryff, 2002).
Aktivitas eudaimonic ternyata lebih dapat mepertahankan kondisi well being dalam waktu
yang relatif lama dan konsisten (Steger, Kashdan, & Oishi, 2007).

3. Quality of Life

Lebih luas dari pada hedonic & eudaimonic. Melibatkan aspek-aspek keberfungsian
fisik, psikis dan sosial.

4. Wellness

Lebih mirip dengan konsep quality of life. Well-being bukan sekedar terhidar dari
sakit atau abnormalitas, namun lebih luas meliputi life-style, spirititual, personality yang
sehat dan terintegrasi.

Jenis – Jenis Wellbeing :

1. Subejective Wellbeing

Subjective well-being merupakan gambaran luas yang mengacu pada semua bentuk
mengenai evaluasi kehidupan seseorang atau pengalaman emosionalnya, yang meliputi
kepuasan, afek positif, dan rendahnya afek negatif. Veenhouven (2011) menjelaskan bahwa
subjective well-being merupakan tingkat di mana seseorang menilai kualitas kehidupannya
sebagai sesuatu yang diharapkan dan merasakan perasaan yang menyenangkan. Subjective
well-being dimaknai sebagai evaluasi kehidupan (life evaluation) yang dirasakan seseorang
terhadap aspek kehidupan tertentu maupun kehidupannya secara keseluruhan dengan juga
mempertimbangkan perasaan (affect) yang mencakup pengalaman emosional yang dialami,
dan eudaimonia (flourishing/eudaimonic) yang mengacu pada fungsi psikologi seseorang
yang dapat berjalan dengan baik.

Ada dua dimensi yang terdapat di subjective wellbeing, yang pertama yaitu Dimensi
kognitif yaitu Evaluasi individu terhadap kepuasan hidupnya secara global dan kepuasan
hidup dalam domain-domain tertentu (kesehatan fisik, kesehatan mental, pekerjaan, rekreasi,
hubungan sosial dan keluarga). Yang kedua yaitu Dimensi Afektif yaitu Evaluasi individu
terhadap perasaan-perasaan positif dan perasaan negatif.

2. Psychological Well-being

Psychological well being didefinisikan sebagai suatu evaluasi positif mengenai kehidupan
seseorang yang diasosiasikan dengan diperolehnya perasaan menyenangkan. Sedangkan
Hurlock (1999) mendefinisikan psychological well being sebagai sebuah kebutuhan untuk
memenuhi ketiga kebahagiaan yaitu penerimaan, kasih sayang dan pencapaian.Psychological
well-being juga merujuk pada perasaan seseorang mengenai aktivitas hidup sehari-hari.
Perasaan ini dapat berkisar dari kondisi mental negatif (misalnya ketidakpuasan hidup,
kecemasan, dan sebagainya) sampai ke kondisi mental positif, misalnya realisasi potensi atau
aktualisasi diri.

Well Being Theory

Well-Theory Theory adalah sebuah konstruksi kebahagiaan yang nyata dan dapat
diukur secara langsung. Teori kebahagiaan otentik adalah suatu usaha untuk menjelaskan
kebahagiaan yang nyata yang ditentukan oleh kepuasan hidup. Yang mana memiliki rentang
penilaian dari 1-10 dan kemudian mereka menilai sudah mencapai angka berapa kepuasan
hidup mereka. Orang yang memiliki emosi yang positif, yang menganggap hidup berarti, dan
yang bahagia merupakan orang yang memiliki tingkat kepuasan hidup yang paling tinggi.

Kesejahteraan sama seperti “cuaca” dan “kebebasan” yang dalam strukturnya tidak
ada ukuran tunggal yang dapat mendefenisikannya secara mendalam. Kesejahteraan memiliki
beberapa elemen pendukung yang membawa kita menjauh dari monisme. Setiap elemen
kesejahteraan harus memiliki tiga sifat:

1. Berkontribusi pada kesejahteraan


2. Banyak yang menegjarnya demi kepentingan sendiri, tidak hanya untuk
mendapatkan elemen lain.
3. Didefenisikan dan diukur secara indepeden dari unsur-unsur lain ( ekslusivitas.
Adapun lima pilar PERMA sebagai high level of Well-being (dalam Effendy, 2016)
adalah:
1. Positive Emotion, adalah bagian esensial dari kesejahteraan/well being, termasuk
didalamnya ada kesenangan, keceriaan, kebahagiaan, dan lain-lain yang
merupakan bagian dari emosi positif.
2. Engagement, adalah fokus pada sesuatu yang dikerjakan dan benar-benar merasa
kesenangan dalam keterlibatan penuh dengan yang sedang dikerjakan.
3. Relationship/Positive Relationship, setiap orang memerlukan orang lain dan
meningkatkan kesejahteraannya dengan membangun hubungan yang kuat dengan
keluarga, teman, ataupun tetangga.
4. Meaning, kehidupan menjadi terbaik jika dapat mendedikasikan lebih besar pada
hal lebih luas yang berdampak pada`orang lain, bukan hanya pada diri sendiri,
sehingga kehidupan menjadi lebih bermakna.
5. Accomplisment/Achievement¸adalah tujuan-tujuan yang dapat diperoleh, baik
tujuan kecil, sedang atau besar.
Pada lima dasar PERMA di atas tidak semua bisa dimasukkan secara penuh dalam
hedonic dan eudaemonic pada konsep subjective well-being. Misal, positive emotion dan
engagement dalam konsep flourishing dari Seligman, yaitu PERMA tidak bisa sepenuhnya
masuk pada hedonic maupun eudaimonic.
B. Pengertian Indeks Kebahagaiaan

Menurut BPS (2015) Indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap
10 aspek kehidupan yang esensial adalah Indeks kebahagiaan. Kesepuluh aspek tersebut
secara esensi dan bersama-sama menggambarkan tingkat kebahagiaan yang meliputi
kepuasan terhadap:

1) kesehatan

2) pendidikan

3) pekerjaan

4) pendapatan rumah tangga

5) keharmonisan keluarga

6) ketersediaan waktu luang

7) hubungan sosial

8) kondisi rumah dan aset

9) keadaan lingkungan, dan kondisi keamanan

10) tingkat keamanan

Menurut World Happiness Report Tingkat kebahagiaan secara umum diukur dengan
menggunakan 6 variabel: pendapatan perkapita, angka harapan hidup, dukungan sosial,
kebebasan, korupsi dan tingkat kedermawanan. Seluruh variabel tersebut memiliki hubungan
yang positif dengan tingkat kebahagiaan. Maka dari itu dapat diambil kesimpulan jika nilai
keseluruhan variabel tersebut semakin besar maka semakin besar pula tingkat kebahagiaan
suatu negara. Di sisi lain, di Indonesia tingkat kebahagiaan diukur oleh BPS berdasarkan
indeks kebahagiaan yang didapatkan dari Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK).
Indeks kebahagiaan dihitung dengan subjektif (bergantung pada individu masing-masing)
terhadap kondisi objektif (indikator-indikator) yang telah ditentukan. Perhitungan Indeks
kebahagiaan di Indonesia mencakup kepada 19 indikator yang berasal dari 3 dimensi yang
berbeda yaitu kepuasan hidup (life satisfaction), perasaan (afeksi) dan makna hidup
(eudaimonia). Dimensi kepuasan hidup terbagi lagi menjadi dua sub dimensi yaitu secara
personal dan secara sosial.
C. Indikator Kesejahteraan

Menurut (Fahrudin, 2014) menjelaskan bahwa kesejahteraan sosial diartikan suatu


keadaan seseorang dapat mampu memenuhi seluruh kebutuhan serta mampu melakukan
hubungan baik dengan lingkungan sekitar. Kesejahteraan sosial dapat dilihat dari bebeberapa
aspek yaitu pendapatan yang cukup, pendididikan dan kesehatan yang terpenuhi. Hal tersebut
sejalan dengan pemikiran W.J.S Poewodarminto (Adi, 2015) bahwa kesejahteraan merupakan
kondisi dimana seseorang dalam keadaan aman, makmur sentosa, selamat dari berbagai
segala macam ganggunan masalah atau kesukaran dan sebagainya. Gangguan masalah ini
meliputi dari berbagai aspek yaitu gangguan kesehatan, gangguan pendidikan, gangguan
kerja dan sebagainya.

Menurut (Suharto, 2017), dengan berbagai pendapat tentang kesejahteraan sosial dari
beberapa tokoh dapat disimpulkan konsep kesejahteraan sosial yaitu:

a) Mampu memenuhi seluruh kebutuhan yang diperlukan oleh seseorang

b) Suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga kesejahteraan sosial yang


menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial

c) Sebuah bentuk kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai hidup sejahtera

Fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk mengurang permasalahan yang


diakibatkan oleh perubahan sosio-ekonomi, serta menciptakan kondisi yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berikut ini adalah fungsi kesejahteraan sosial yang
di kemukakan oleh (Fahrudin, 2014) yaitu:

a) Fungsi pencegahan. Dalam hal ini kesejahteraan berperan untuk mencegah permasalahan
sosial yang timbul di masyarakat dengan menciptakan pola baru dalam hubungan sosial.

b) Fungsi penyembuhan. Kesejahteraan sosial berfungsi untuk menghilangkan dan


memperbaiki ketidakmampuan fisik dan emosional dalam menghadapi suatu permasalahan
sehingga dapat kembali berfungsi secara wajar dalam masyarakat.

c) Fungsi pengembangan. Kesejahteraan sosial memberikan peran dalam proses


pembangunan dan sumber daya sosial di masyarakat.

d) Fungsi penunjang. Kesejahteraan sosial berperan dalam kegiatan untuk membantu


mencapai tujuan atau bidang pelayanan sosial kesejhateraan.
Metode Penelitian

Dalam Mencari data, kami menggunakan metode Kuisioner yang dibagikan ke


masyarakat langsung memanfaatkan platform sosial media. Dengan menggunkan metode
tersbut, data yang didapatkan akanlebih akurat dan cepat. Hasil data yang didapatkan berupa
data Kuantitatif dimana data tersebut berbentuk angka. Setelah pengumpulan dat tersebut,
maka tahap selanjutnya akandilakuakn regreesi dengan bantuan aplikasi. Diharapkan dengan
metode Kuantitatif maka data tersebut dapat diolah lalu menghasilkan kesimpulan yang
kedepannya dapat membantu Masyarakat sekitar tentang pentingnya Indeks Kebahagiaan dan
Kesejahteraan.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Tingkat kebahagian

Melihat hasil yang didapatkan setelah menyebar kuisioner dan megolah data nya dengan
SPSS, maka hasil yang didapatkan yaitu sebanyak 56 responden menyatakan bahwa
kehidupan mereka sangatalah bahagia dan sejahtera. Lalu sebanyak 33 responden
menyatakan bahwa tingkat kebahagiaan mereka masih terbilang aman atau tidak terlalu amat
bahagia. Sebanyak 15 responden menyatakan tingkat kehidupan mereka biasa saja. Sisanya
mengalami tingkat kebahagiaan yang sangat rendah sehingga masih ada masyarakat yang
tingkat Kebahagiaannya sangat rendah.
B. Tingkat Kecemasan

Dari hasil yang didapatkan melalui kuisioner dan pengolahan data mengguanakan SPSS
maka sebanyak 38 orang dinyatakan rasa kecemasan Hidupnya sangat rendah, sebanyak 44
orang menyatakan bahwa mereka juga mengalami kecemeasan yang rendah tetapi masih
aman. Sebanyak 35 responden lagi mengatakan bahwa mereka biaa saja dalam tingkat
kecemasan. Sisa dari responden tersebut menyatakan bahwa mereka sangat mengalami
kecemasan yang amat tinggi.
BAB IV

KESIMPULAN

Dari Penelitia yang didapatkan maka berhasil membuat kesimpulan yaitu dimana
tingkat kebahagian serta kesejahteraan masyarakat di sekitar kami sangatlah tinggi, karena
hasil data yang didapatkan bahwa hampir 50% lebih kebahagiaan dan kesejahteraan nya
sangat tinggi. Lalu untuk tingkat Kecemasan yang dialami oleh orang – orang yang ada di
sekitar kami sangatlah terbilang rendah juga. Sekitar 70% mengalami tingkat kecemasannya
rendah. Tetapi, masih ada masyarakat yang tingkat kebahgaiaan nya maih rendah serta
tingkat kecemasannya yang tinggi. Dengan melihat itu, perlunya aturan aturan dari
pemerintah agar kebahagiaan itu sendiri meningkat di Indonesia. Selain itu, membuat
lingkungan yang sehat dan saling mendukung akan menambah tingkat kebahagian itu sendiri
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.theguardian.com/lifeandstyle/2014/nov/03/take-the-oxford-happiness-
questionnaire

https://wisatasekolah.com/pengertian-well-being-kesejahteraan-atau-kebahagiaan/

http://eprints.ums.ac.id/31979/2/04.%20BAB%20I.pdf

http://www.ocw.upj.ac.id/files/Slide-PSY505-PSY505-Slide-13.pdf

https://www.medicuss.net/post/well-being-kesejahteraan-hidup#:~:text=Kesejahteraan
%20hidup%20(well%20being)%20adalah,memiliki%20tujuan%20hidup%20dan
%20membuat

http://eprints.uad.ac.id/11146/1/Faktor-Faktor%20Yang%20Mempengaruhi
%20Subjective%20Well-Being%20Pada%20Ibu%20Jalanan.pdf

https://www.academia.edu/35334057/WELL_BEING

http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5115/3/BAB%20II.pdf

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/17486/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=13&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai