Bab 2 Lupus
Bab 2 Lupus
LANDASAN TEORI
10
11
a) Lapisan Pertama
Pertahanan lapis pertama yang berfungsi
melawan infeksi terdapat pada permukaan
tubuh, meliputi :
(1) Kulit dan Membran Mukosa
Kulit merupakan bagian
pertahanan tubuh yang paling awal
terhadap agen infeksi karena kulit
langsung terpapar terhadap
lingkungan. Sebuah luka kecil dapat
menyebabkan bakteri atau virus
masuk kedalam tubuh. Akan tetapi,
kalenjar yang terdapat dikulit akan
mensekresikan asam lemak dan
keringat yang mengandung garam
sehingga menghambat laju bakteri.
Selama kulit tidak rusak, epitelium
yang berlapis keratin ini sulit
ditembus oleh mikroba. Apabila
12
b) Lapisan kedua
(1) Peradangan
Peradangan adalah suatu
respons non-spesifik yang beraksi
terhadap cedera jaringan. Pada
keadaan ini spesialis fagosit
neutrofil dan makrofag dalam
memberi bantuan dari sel-sel imun
jenis lain. (Syaifuddin, 2011).
Fungsi inflamasi:
(a) Membunuh antigen yang masuk.
(b) Mencegah penyebaran infeksi.
(c) Mempercepat proses penyembuhan
(2) Interferon
Interferon adalah kelompok
protein yang secara non spesifik
tubuh terhadap infeksi, dihasilkan
sel tubuh yang diserang virus.
Interferon berfungsi memperingatkan
sel lain di sekitarnya akan bahaya
suatu antigen. Interferon mampu
menghambat jumlah sel yang
terinfeksi, karena mengubah sel di
sekitarnya menjadi tidak dikenali
antigen. (Roger, 2011)
Interferon adalah suatu
protein yang dihasilkan oleh sel
tubuh yang terinfeksi virus untuk
melindungi bagian sel lain
disekitarnya. Interferon mampu
menghambat perbanyakan sel-sel yang
terinfeksi, namun dapat meningkatkan
diferensiasi sel-sel. Interferon
dihasilkan dari limfosit T dan
fungsinya adalah mencegah replikasi
virus didalam sel yang terinfeksi
dan penyebaran virus kesel yang
sehat. (Nurrachmah, 2010)
(3) Sel Natural Kiler
Sel Natural killer adalah sel
jenis khusus mirip limfosit yang
secara spontan dan relatif non
spesifik menyebabkan ruptur dan
16
a) Limfosit B ( sel B )
Limfosit B tidak seperti limfosit
T, yang bebas beredar ditubuh, terbatas
berada dijaringan limfoid (misal : limpa
dan nodis limfe). Sekitar 20-40%
limfosit darah adalah sel B. dalam
perkembangannya sel B akan berubah
menjadi sel plasma yang akan
menghasilkan antibodi bila terangsang
karena invasi antigen. Sel B memiliki
immunoglobulin pada permukaannya.
Immunoglobulin adalah protein yang dapat
mengidentifikasi antigen. Terdapat
jutaan antigen yang setiap kali harus
direspons tubuh. Walaupun sel B dapat
mengenal antigen memiliki jumlah yang
terbatas untuk menahan serangan besar
dari bakteri.
Limfosit B memproduksi dua jenis
sel fungsional yang berbeda, yaitu :
(1) Sel plasma
Sel ini menyekresikan
antibodi kedarah. Antibodi dibawa
oleh jaringan, sementara sel B
sendiri tetap berada dijaringan
limfoid. Hidup sel plasma tidak
lama dari 1 hari dan menghasilkan
hanya satu jenis antibodi yang
20
b) Limfosit T ( sel T )
Sel T yang telah diaktifkan
didalam kalenjar timus dilepaskan
kesirkulasi darah. Sel T normal sebanyak
70% dari limfosit darah. Saat sel T
22
C. PATHOFISIOLOGI
Gangguan Immunoregulerasi
Sesak Nafas
Nyeri Hambatan Perubahan
Akut Pola Nafas
Mobilitas Status
Kecemasan tidak efektif
Fisik Kesehatan
2. Tes Diagnostik
Menurut Wicaksono (2012), pemeriksaan
penunjang lupus erimatosus sistemik yaitu :
a. Pemeriksaan Darah Rutin dan Pemeriksaan Urin.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada penyakit Lupus Eritematosus Sistemik
( LES ) adalah pemeriksaan darah rutin dan
pemeriksaan urin. Hasil pemeriksaan darah
pada penderita LES menunjukkan adanya anemia
hemolitik, trombositopenia, limfopenia, atau
leukopenia; erytrocytesedimentation rate
(ESR) meningkat selama penyakit aktif, Coombs
test mungkin positif, level IgG mungkin
tinggi, ratio albumin-globulin terbalik, dan
serum globulin meningkat. Selain itu, hasil
pemeriksaan urin pada penderita LES
menunjukkan adanya proteinuria, hematuria,
peningkatan kreatinin, dan ditemukannya Cast,
heme granular atau sel darah merah pada urin.
b. Pemeriksaan Autoantibodi
Proses patogenik setiap penyakit tidak
terlepas kaitannya dengan berbagai proses
imunologik, baik yang non spesifik atau
spesifik. Kaitan tersebut tentunya terlihat
lebih nyata pada penyakit-penyakit autoimun
termasuk di dalamnya LES, Arthritis
Reumatoid, sindroma Sjogren dan sebagainya.
Adanya antibodi termasuk autoantibodi sering
dipakai dalam upaya membantu penegakkan
diagnosis maupun evaluasi perkembangan
penyakit dan terapi yang diberikan.
34
E. ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian Anamnesis
Identitas, riwayat kesehatan sekarang dan
pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala sekarang
dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan
mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas,
anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya
hidup serta citra diri pasien.
41
a. Identitas
Pengkajian berupa tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, jam, ruangan, nomor RM, dan
diagnosa medis. Kemudian ditambah pengkajian
berupa nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku,
agama, alamat, jenis kelamin, ststus
perkawinan, dan penanggung biaya.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan
predisposisi etiologi penyakit lupus. Kelelahan
merupakan keluhan yang umum dijumpai pada
penderita LES dan biasanya mendahului berbagai
manifestasi klinis lainnya. Kelelahan ini agak
sulit dinilai karena banyak kondisi lain yang
dapat menyebabkan kelelahan seperti anemia,
meningkatnya beban kerja, konflik kejiwaan,
serta pemakaian obat seperti prednison. Apabila
kelelahan disebabkan oleh aktivitas penyakit
LES, diperlukan pemeriksaan penunjang lain
yaitu kadar C3 serum yang rendah. Kelelahan
akibat penyakit ini memberikan respons terhadap
pemberian steroid atau latihan.
Penurunan berat badan dijumpai pada
sebagian penderita LES dan terjadi dalam
beberapa bulan sebelum diagnosis ditegakkan.
Penurunan berat badan ini dapat disebabkan oleh
menurunnya nafsu makan atau diakibatkan gejala
gastrointestinal.
Demam sebagai salah satu gejala
konstitusional LES sulit dibedakan dari sebab
lain seperti infeksi karena suhu tubuh lebih
42
7) B6 (Bone)
Pada penderita LES bagian
muskuloskeletal ditemukan poliartritis,
biasanya simetris dengan episode artralgia
pada 90% kasus. Pada 50% kasus dapat
ditemukan kaku pagi, tendonitis juga sering
terjadi dengan akibat subluksasi sendi tanpa
erosi sendi. Gejala lain yang dapat ditemukan
berupa osteonekrosis yang didapatkan pada 5-
10% kasus dan biasanya berhubungan dengan
terapi steroid.
Selain itu, ditemukan juga mialgia
yang terjadi pada 60% kasus, tetapi miositis
timbul pada penderita LES < 5% kasus. Miopati
juga dapat ditemukan, biasanya berhubungan
dengan terapi steroid dan kloroquin.
Osteoporosis sering didapatkan dan
berhubungan dengan aktifitas penyakit dan
penggunaan steroid.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Gambar 2.2 Skema Patofisiologi
Lupus Erimatosus Sistemik, maka diagnosa
keperawatan menurut NANDA (2013) yaitu :
a. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif
berhubungan dengan gangguan transport O2
b. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan
hipoventilasi akibat efusi pleura
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury :
biologis
46