Anda di halaman 1dari 23

PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN YANG MELANDASI

PELAYANAN KESEHATAN DAN


PERATURAN MENTERI KESEHATAN

Tugas Mata Kuliah


ETIKA PROFESI DAN PERUNDANG - UNDANGAN

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN KONVERSI


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH
PRINGSEWU 2022/2023

1
DISUSUN OLEH
1 Laila Nuzuliya 220107093P 25 Evi Dharmasoima 220107117P
2 Ayu Sartika 220107094P 26 Lidianita 220107118P
3 Ferti Wahyuni 220107095P 27 Nurul Habibah 220107119P
4 Ratih Lestari 220107096P 28 Helda Nurida 220107120P
Ersanti Febby
5 220107097P 29 Mita Septiana 220107121P
Saputri
Intan Suci
6 220107098P 30 Emilia 220107122P
Sugiyono
Eka Rizki
7 220107099P 31 Reni Deniyati 220107123P
Agustia
8 Eva Apriantini 220107100P 32 Dewi Efrianty 220107124P
9 Dwi Arum Sari 220107101P 33 Tini Purwanti 220107125P
Amyenchin Ega
10 220107102P 34 Ika Lia Remefa 220107126P
Pradwita
R. Ayu Desty
11 220107103P 35 Vety Anggraeni 220107127P
Istiqomah
12 Dwi Octasari 220107104P 36 Nike Prilyasari 220107128P
Wenny
13 Anggraeni 220107105P 37 Leni Lindawati 220107129P
Rozaly
Bella Vista
14 220107106P 38 Ara Fantika 220107130P
Pratiwi
Deajeng Lenny Puspita
15 220107107P 39 220107131P
Pangsetu Agnesia
16 Novi Septia 220107108P 40 Merda Fitriyana 220107132P
17 Ana Yunita 220107109P 41 Dewi Ratnasari 220107133P
Surya Agnes
18 Indriyani 220107110P 42 Lili Erviana 220107134P
Prastika
Mustika Desy
19 Pituria 220107111P 43 220107135P
Aryani
20 Siti Nurhayati 220107112P 44 Riani 220107136P
Kusuma Regia Kristiana
21 220107113P 45 220107137P
Ningrum Dewi
Nenden
22 Yayuk 220107114P 46 220107138P
Mustikawati
23 Eka Setiawati 220107115P
Suci Uswatun
24 220107116P
Khasanah

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan
Karunia-Nya sehingga penyusunan makalah mata kuliah ETIKA PROFESI DAN
PERUNDANG-UNDANGAN dapat kami selesaikan. Penyelesaian tugas ini juga
berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan
peneliti menghaturkan rasa terimakasih kepada yang terhormat Ibu Iis Tri Utami,
S.ST., M.Keb sebagai dosen pengampu mata kuliah Etika Profesi dan Perundang-
Undangan membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan
makalah ini. semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak dari kekurangan
untuk itu, penulis mengharapkan masukan yang membangun guna perbaikan
selanjutnya. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua.

Lampung , 09 Oktober 2022

3
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..................................................................................................................5
A. Latar Belakang..........................................................................................................5
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................6
BAB II....................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................7
A. Aspek Hukum Dalam Praktek Kebidanan.................................................................7
B. Peraturan Perundang – Undangan Yang Melandasi Pelayanan Kesehatan.........8
1. UU No. 23 tahun 1992 tentang tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan...8
2. Kepmen Kes RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002...................................................9
3. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
369/MENKES/SK/III/2007.........................................................................................12
4. PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NO
HK.02.02/MENKES/149/2010....................................................................................14
5. Permenkes RI No. 1464/Menkes/SK/X/2010 TENTANG IJIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTEK BIDAN...........................................................21
BAB III.................................................................................................................................22
PENUTUP............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................23

4
BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Hukum kesehatan adalah rangkaian peraturan perundang-undangan dalam bidang


kesehatan yang mengatur tentang pelayanan medik dan sarana medik. Perumusan
hukum kesehatan mengandung pokok-pokok pengertian sebagai berikut :
Kesehatan menurut WHO, adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, jiwa
dan sosial, bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Adapun
istilah kesehatan dalam undang-undang adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Oleh
sebab itu dibentuknya hukum dan perundang-undangan dengan tujuan guna
mengatur dan memonitoring jalannya tindakan-tindakan medis dalam kewenangan
hubungan bidan dengan klien.

B. Rumusan Masalah
Bidan sebagai profesi telah memiliki standar praktik untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang telah diatur dalam perundang-undangan yang ada
di Indonesia. Oleh karena itu dalam makalah ini kami membahas topik yang
berhubungan dengan Aspek Hukum Praktek Kebidanan yang meliputi Peraturan

5
Perundang-Undangan yang Melandasi Pelayanan Kesehatan serta Peraturan Menteri
Kesehatan.

C. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami masalah
Peraturan dan Perundang-Undangan yang Melandasi Pelayanan Kesehatan pada
kebidanan sehingga mahasiswa dapat mengatasi masalah dengan tanggung jawab
tenaga kesehatan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aspek Hukum Dalam Praktek Kebidanan


Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal
yang penting dan di tuntut dari suatu profesi, terutama profesi yang
berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggung jawaban
dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan yang
dilakukuannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus
berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based Accountability
diperkuat dengan satu landasan hokum yang mengatur batas-batas wewenang
profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan
memiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang
dilandasi kemampuan berfikir logis dan sitematis serta bertindak sesuai
standar profesi dan etika profesi.
Praktek kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus-menerus ditingkatkan
mutunya melalui :
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2. Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan
3. Akreditasi
4. Sertifikasi
5. Registrasi
6. Uji kompetensi
7. Lisensi

7
B. Peraturan Perundang – Undangan Yang Melandasi Pelayanan
Kesehatan

1. UU No. 23 tahun 1992 tentang tugas dan tanggung jawab tenaga


kesehatan

Pada peraturan pemerintah ini berisikan tanggung jawab dan tugas tenaga
kesehatn termasuk didalamnay tenaga bidan : hal ini tertuang pada BAB
dan Pasal sebagai berikut :

a. BAB VII Bagian Kedua

Tenaga Kesehatan

1) Pasal 50

Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan


kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau
kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan.

Ketentuan mengenai kategori, jenis, dan kualifikasi tenaga kesehatan


ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

b. BAB V,Bagian Kedua

Kesehatan Keluarga

1) Pasal 12

Kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga


sehat, kecil, bahagia, dan sejahtera.

Kesehatan keluarga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi


kesehatan suami istri, anak, dan anggota keluarga lainnya.

2) Pasal 13

Kesehatan suami istri diutamakan pada upaya pengaturan kelahiran


dalam rangka menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis.

3) Pasal 14

8
Kesehatan istri meliputi kesehatan pada masa prakehamilan,
kehamilan, persalinan, pasca persalinan dan masa di luar kehamilan,
dan persalinan.

4) Pasal 15

Dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil


dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) hanya


dapat dilakukan :

a. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya


tindakan tersebut

b. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan


untuk itu dan dilakukan sesuai dengantanggung jawab profesi serta
berdasarkan pertimbangan tim ahli;

c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersngkutan atau suami atau


keluarganya;

d. pada sarana kesehatan tertentu ketentuan lebih lanjut mengenai


tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam.

2. Kepmen Kes RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002

Bidan diharuskan memenuhi persyaratan dan perizinan untuk


melaksanakan praktek, dalam peraturan ini, terdapat ketentuan-ketentuan
secara birokrasi hal-hal yang harus bidan penuhi sebelum melakukan
praktik dan juga terlampir informasi-informasi petunjuk pelaksanaan
praktik kebidanan. bidan hal tersebut tertuang pada Bab dan Pasal-pasal
berikut :

9
a. BAB IV

PERIZINAN

1) Pasal 9

a) Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki SIPB.

b) Bidan dapat menjalankan praktik pada sarana kesehatan dan/atau


perorangan.

2) Pasal 10

(1) SIPB

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) diperoleh dengan


mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.

(2) Permohonan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan melampirkan


persyaratan, antara lain

meliputi:

a. fotokopi SIB yang masih berlaku;

b. fotokopi ijazah Bidan;

c. surat persetujuan atasan, bila dalam pelaksanaan masa bakti atau


sebagai Pegawai Negeri ataupegawai pada sarana kesehatan.

d. surat keterangan sehat dari dokter;

e. rekomendasi dari organisasi profesi;

f. pas foto 4 X 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

(3) Rekomendasi yang diberikan organisasi profesi sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) huruf e, setelahterlebih dahulu dilakukan penilaian
kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadapkode etik
profesi serta kesanggupan melakukan praktik bidan.

10
3)Pasal 11

(1) SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dapat
diperbaharui kembali.

(2) Pembaharuan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan


kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat dengan melampirkan :

(a) fotokopi SIB yang masih berlaku;


(b) fotokopi SIPB yang lama;
(c) surat keterangan sehat dari dokter;
(d) pas foto 4 X 6 cm sebanyak 2(dua) lembar;
(e) rekomendasi dari organisasi profesi;

4) Pasal 12

Bidan pegawai tidak tetap dalam rangka pelaksanaan masa bakti tidak
memerlukan SIPB.

1) Pasal 13

Setiap bidan yang menjalankan praktik berkewajiban meningkatkan


kemampuankeilmuan dan/atau keterampilannya melalui pendidikan
dan/atau pelatihan.

b. BAB V

PRAKTIK BIDAN

1) Pasal 14

Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan


pelayanan yang meliputi :

a. pelayanan kebidanan;

b. pelayanan keluarga berencana;

11
c. pelayanan kesehatan masyarakat.

2) Pasal 15

(1) Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf


a ditujukan kepada ibu dan anak.

(2) Pelayanan

kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa


kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui dan masa
antara (periode interval).

(3) Pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada masa bayi baru
lahir, masa bayi, masa anak balitadan masa pra sekolah.

BAB lain dalam peraturan pemerintah ini, mengacu ke pada dua BAB
tersebut, kedua bab ini memberi gambaran umum mengenai ketentuan praktik
bidan dan bab lain yang tidak si sebutkan disini melengkapi atau menjabarkan
hal-hal umum tersebut.

3. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 369/MENKES/SK/III/2007

Secara Umum Isi Kepmenkes ini mencakup : Definsi dan pengertian bidan,
asuhan kebidanan, praktek bidan dan standar kompetensi bidan (pengetahuan
maupun keterampilan). Hal-hal tersebut yang mendasari praktek bidan. Praktek
kebidanan dikatakan baik apabila memenuhi standar kompetensi sebagia berikut :

a. STANDAR KOMPETENSI BIDAN

Kompetensi ke 1 : Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan


keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang
membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya,
untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.

b. PRA KONSEPSI, KB, DAN GINEKOLOGI

Kompetensi ke-2 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,


pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan

12
menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan
keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua

c. ASUHAN DAN KONSELING SELAMA KEHAMILAN

Kompetensi ke-3 : Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk


mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini,
pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.

d. ASUHAN SELAMA PERSALINAN DAN KELAHIRAN

Kompetensi ke-4 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,


tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama
persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan
tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru
lahir.

e. ASUHAN PADA IBU NIFAS DAN MENYUSUI

Kompetensi ke-5 : Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan


mneyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.

f. ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR

Kompetensi ke-6 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,


komperhensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.

g. ASUHAN PADA BAYI DAN BALITA

Kompetensi ke-7 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,


komperhensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan – 5 tahun).

h. KEBIDANAN KOMUNITAS

Kompetensi ke-8 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan


komperhensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan
budaya setempat.

13
i. ASUHAN PADA IBU/WANITA DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI

Kompetensi ke-9 : Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu


dengan gangguan sistem reproduksi.

4. PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NO


HK.02.02/MENKES/149/2010

Dalam peraturan ini, berisi mengenai ketentuan-ketentuan yang harus di


lakukan bidan untuk menyelenggarakan praktek kebidanan sesuai dengan
standar kebidanan yang ada. Ketentuan-ketentuan tersebut secara khusus diatur
yaitu mengenai perizinan dan penyelenggaraan praktik. Yang tertuang pada
BAB II dan III sebagai berikut

a. BAB II PERIZINAN
1) Pasal 2

Bidan dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan.


Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
meliputi fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktek mandiri dan/atau
praktik mandiri.

Bidan yang menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) berpendidikan minimal Diploma III (D III) kebidanan.

2) Pasal 3

Setiap bidan yang menjalankan praktek wajib memiliki SIPB

Kewajiban memiliki SIPB dikecualikan bagi bidan yang menjalankan


praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri atau
Bidan yang menjalankan tugas pemerintah sebagai Bidan Desa.

3) Pasal 4

SIPB sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dikeluarkan oleh


Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota. SIPB berlaku selama STR masih
berlaku.

14
4) Pasal 5

Untuk memperoleh SIPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, bidan


harus mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dengan melampirkan:

a. Fotocopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir

b. Surat keterangan sehat fisik dari Dokter yang memiliki Surat Izin
Praktik;

c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik

d. Pasfoto berwarna terbaru ukuran 4×6 sebanyak 3 (tiga ) lembar; dan

e. Rekomendasi dari Organisasi Profesi

Surat permohonan memperoleh SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), sebagaimana tercantum dalam Formulir I (terlampir)

SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan untuk 1 (satu)
tempat praktik

SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana tercantum dalam


Formulir II terlampir

5) Pasal 6

Bidan dalam menjalankan praktik mandiri harus memenuhi


persyaratan meliputi tempat praktik dan peralatan untuk tindakan asuhan
kebidanan. Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam lampiran peraturan ini. Dalam menjalankan praktik
mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan wajib memasang
nama praktik kebidanan

6) Pasal 7

SIPB dinyatakan tidak berlaku karena:

1. Tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPB

15
2. Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang

3. Dicabut atas perintanh pengadilan

4. Dicabut atas rekomendasi Organisasi Profesi

5. Yang bersangkutan meninggal dunia.

BAB III Penyelenggara Praktek

1) Pasal 8

Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan


pelayanan meliputi:

(a) Pelayanan kebidanan

(b) Pelayanan reproduksi perempuan; dan

(c) Pelayanan kesehatan masyarakat

2) Pasal 9

Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf a


ditujukan kepada ibu dan bayi.

Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diberikan pada masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas dan masa
menyusui.

Pelayanan kebidanan pada bayi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diberikan pada bayi baru lahir normal sampai usia 28 (dua puluh delapan)
hari.

3) Pasal 10

Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9


ayat (2) meliputi:

(a) Penyuluhan dan konseling

(b). Pemeriksaan fisik

16
(c) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

(d) Pertolongan persalinan normal

(e) Pelayanan ibu nifas normal

Pelayanan kebidanann kepada bayi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9


ayat (3) meliputi:

(a) Pemeriksaan bayi baru lahir

(b) Perawatan tali pusat

(c) Perawatan bayi

(d) Resusitasi pada bayi baru lahir

(e) Pemberian imunisasi bayi dalam rangka menjalankan tugas


pemerintah; dan
(f) Pemberian penyuluhan

4) Pasal 11

Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud


dalam pasal 8 huruf a berwenang untuk:

a. Memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah

b. Bimbingan senam hamil

c. Episiotomi

d. Penjahitan luka episiotomi

e. Kompresi bimanual dalam rangka kegawatdaruratan, dilanjutkan


dengan perujukan;
f. Pencegahan anemi

g. Inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif

h. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia

i. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;

17
j. Pemberian minum dengan sonde/pipet

k. Pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan manajemen


aktif kala III;
l. Pemberian surat keterangan kelahiran

m. Pemberian surat keterangan hamil untuk keperluan cuti melahirkan

5. Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan


sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf b, berwenang untuk;

a. Memberikan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam


rahim dalam rangka menjalankan tugas pemerintah, dan kondom;

b. Memasang alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas pelayanan kesehatan


pemerintah dengan supervisi dokter;

c. Memberikan penyuluhan/konseling pemilihan kontrasepsi

d. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim di fasilitas


pelayanan kesehatan pemerintah; dan

e. Memberikan konseling dan tindakan pencegahan kepada perempuan pada


masa pranikah dan prahamil.

6. Pasal 13

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat sebagaimana


dimaksud dalam pasal 8 huruf c, berwenang untuk:

a. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu


dan bayi;

b. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas; dan

18
c. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan
Infeksi Menular Seksual (IMS), penyalahgunaan Narkotika Psikotropika
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya.

7. Pasal 14

Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan


tidak ada dokter di tempat kejadian, bidan dapat melakukan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.

Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki


dokter, dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah dapat melakukan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8.

Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
adalah kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.

Dalam hal daearah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah terdapat
dokter, kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
berlaku.

8. Pasal 15

Pemerintah daerah menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang


memberikan pelayanan di daerah yang tidak memiliki dokter

Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diseleenggarakan sesuai


dengan modul Modul Pelatihan yang ditetapkan oleh Menteri.

Bidan yang lulus pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


memperoleh sertifikat.

9. Pasal 16

Pada daerah yang tidak memiliki dokter, pemerintah daerah hanya


menempatkan Bidan dengan pendidikan Diploma III kebidanan atau bidan
dengan pendidikan Diploma I kebidanan yang telah mengikuti pelatihan.

19
10. Pasal 17

Bidan dalam menjalankan praktik harus membantu program pemerintah


dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

11. Pasal 18

1. Dalam menjalankan praktik, bidan berkewajiban untuk:

a. Menghormati hak pasien

b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dengan tepat waktu.

c. Menyimpan rahasia kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan;

d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan


pelayanan yang dibutuhkan;

e. Meminta persetujuan tindakan kebidanan yang akan dilakukan;

f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan secara sistematis;

g. Mematuhi standar; dan

h. Melakukan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan termasuk


pelaporan kelahirana dan kematian.

2.Bidan dalam menjalankan praktik senantiasa meningkatkan mutu


pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai
dengan bidang tugasnya.

12. Pasal 19

Dalam melaksanakan praktik, bidan mempunyai hak:

a. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik sepanjang


sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan;

20
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/ atau
keluarganya;

c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan, standar profesi dan


standar pelayanan; dan

d. Menerima imbalan jasa profesi.

5. Permenkes RI No. 1464/Menkes/SK/X/2010 TENTANG IJIN DAN


PENYELENGGARAAN PRAKTEK BIDAN

Secara Garis Besar Permenkes RI no. 1464 ini merupakan pembaruan dari
Permenkes No.149, hanya beberapa perbedaan yaitu :

- Pada Pasal II ayat 2 ditiadakan


- Terdapat Revisi pada pasal III menjadi 3 ayat
- Setiap bidan yang bekerja di fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan
wajibMemiliki SIKB
- Setiap bidan yang menjalankan praktek wajib memiliki SIPB
- SIKB dan SIPB sebagaimana di maksud ayat 1 dan 2 berlaku untuk satu
tempat.
- Terdapat Revisi pada Pasal 4, 5
- Pasal 8 pada permenkes ini masuk Pada Bab III
- Bab III direvisi sampai dengan Pasal 19

21
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Bidan sebagai profesi telah memiliki standar praktik untuk memberikan


pelayanan kepada masyarakat yang telah diatur dalam perundang-undangan yang
ada di Indonesia. Adapun peraturan perundang-undangan yang mengatur
Perundang-Undangan yang Melandasi Tugas, Fungsi dan Praktek bidan :

a) PP No. 23 Tahun 1992 Tentang Tugas Dan Tanggung Jawab Tenaga


Kesehatan
b) Kepmen Kes RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 TENTANG REGISTRASI
DAN PRAKTIK BIDAN
c) KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 369/MENKES/SK/III/2007 TENTANG STANDAR PROFESI
BIDAN
d) PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.02.02/MENKES/149/2010 TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN
e) Permenkes RI No. 1464/Menkes/SK/X/2010 TENTANG IJIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTEK BIDAN
2. Saran
a. Kepada instititusi: Diharapkan dapat menambah referensi makalah mengenai
peraturan perundang-undangan yang mengatur Perundang-Undangan yang
Melandasi Tugas, Fungsi dan Praktek bidan
b. Kepada Mahasiswa: Kami berharap adanya makalah ini selain menjadi salah
satu referensi juga diharapkan bisa sebagai panduan secara teori mengenai
peraturan perundang-undangan yang mengatur Perundang-Undangan yang
Melandasi Tugas, Fungsi dan Praktek bidan
c. Kepada pembaca: Diharapkan pembaca dapat menjadikan referensi serta
memberikan masukan terhadap isi makalah agar menghasilkan makalah
yang lebih baik untuk selanjutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Puji Heni, Wahyuni, 2009. Etika Profesi Kebidanan; Fitramaya; Yogyakarta

Soepardan, Suryani, dkk. 2007. Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan.


Jakarta: EGC

Bertens, K. 2007. Etika (cetakan kesepuluh). Jakarta: Gramedia Pustaka


https://norwahidahdosen.wordpress.com/2011/02/07/perundang-undangan-
yang-melandasi-tugas-praktik-dan-fungsi-bidan/ (diakses pada tanggal 23
Mei 2017)

23

Anda mungkin juga menyukai