Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

HUKUM DAN HAM P

Oleh: Naufal Irfan Ahmad Siddiq (1100120140241)

BAB 2

SEJARAH PERKEMBANGAN PEMENUHAN HAM

A. SEJARAH PEMENUHAN HAK ASASI MANUSIA

Menurut Michel Villey sebagaimana yang dikutip oleh Simon Goyard-Fabre gagasan
tentang HAM pertama kali muncul pada tahun 1537, namun dalam gagasan ini belum
menunjukan isi yang harus diwujudkan apalagi perjuangan untuk gagasan tersebut.
Sedangkan mengani konsep HAM yang terperici dimulai pada tahun 1776 yang dapat
dilihat pada Declaration of Independence yang dirumuskan oleh Jefferson yang dalam
pembukaannya dapat dilihat dengan jelas adanya aspek-aspek HAM, yaitu: “semua orang
diciptakan sama, oleh pemcipta mereka dilengkapi hak-hak yang tidak dapat dipisahkan
diantara hak-hak tsrsebut ialah:

 Hak untuk hidup


 Hak kebebasan
 Hak akan kebahagian

Sebelum deklarasi tersebut lahir, pencantuman beberapa kebebasan spesifik yang harus
dilindungi dengan campur tanggan negara lebih dahulu dirumuskan dalam The Virginia
Declaration of Right yang disusun oleh George Mason, yang kebabasan tersebut meliputi:

 Kebebasan pers
 Kebebasan beribadat
 Ketentuan yang menjamin tidak akan dicabut kebebasan seseorang kecuali
berdasarkan hukum setempat dan berdasarkan pertimbangan bersama.

Deklarasi ini mempengaruhi penyusunan naskah UUD negara Amerika yang dapat dilihat
berdasarkan amandemen yang dilakukan oleh pemerintah Amerika terhadap konsitutsi
negara tersebut, diantara yang terpenting adalah:

 Amandemen pertama Pengakuan perlindungan terhadap kebebasan beragama, pers


dan menyatakan pendapat serta hak untuk berserikat.
 Amandemen keempat melindugi individu terhadap pengeledahan dan penangkapan
yang tidak beralasan.
 Amandemen kelima yang menetapkan larangan memberatkan diri sendiri dan hak
atas proses hukum yang benar.

B. PERKEMBANGAN HAM DALAM HUKUM INTERNASIONAL


Perkembangan HAM dalam hukum internasional dimulai sejak abad ke-19 yang mana pada
awalnya pengaturan tersebut diwujudkan untuk mewadahi [engaturan tentang hubungan
negara-negara saja. Individu pada zaman ini tunduk sepenunya kepada negara sehingga
negara memiliki kewenangan dan hak untuk melindungi warga negara dari perlekuan yang
semena-mena oleh negara lain yang bersangkutan.

Perkembangan HAM pada abad ke-20 terasa sangat cepat yang ditandai dengan lahirnya:

 Slavery Convention yang diperkarsai oleh Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1926.
 The Internasional Committee of The Red Cross pada tahun 1863 yang mana
memprakarsai dua konvensi internasional untuk melindungi korban dan tawanan
perang dalam konvensi Jenawa.

Hukum HAM terus berkembang dengan pesat sejak tahun 1945 yang diawali dengan
beberapa pristiwa antara lain:

 Lahirnya Piagam PBB yang mengikat secara hukum bagi negara-negara anggotanya
yang mana memuat secara eksplisit ketentuan mengenai perlindungan HAM.
 Dikeluarkannya Universal Declaration of Human Right pada tanggal 10 Desember
tahun 1945 yang mana merupakan representasi dari Piagam PBB yang memuat
tentang ketentuan HAM yang lebih terperici.

Sedangkan mengenai substansi dari UDHR terbagi kedalam beberapa klaster. Antara lain:

 Personal Right (Hak pribadi merupakan hak untuk menikmati kehidupan pribadi
dan bebas dari segala macam gangguan)
 Legal Right (hak yang diterima setiap warga negara berdasarkan atas hukum dalam
salah satu bentuk)
 Civil Liberties (hak yang berkenaan dengan kebebasan pribadi yang pemerintah tak
dapat ikut campur, baik oleh hukum atau oleh tafsiran yudisial, tanpa alasan
tertentu)
 Subsistence Right (hak yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan primer
manusia seperti makanan, Kesehatan dll)
 Economic Right (hak yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang
berkaiatan dengan hak berkerja, beristirahat dll)
 Political Right (hak untuk ikut serta dalam pemerintahan)

C. PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA

Sejarah perkembangan HAM di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sejarah perjalanan
pembentukan bangs aini, sehingga perkembangan HAM di Indonesia akan dibagi kedalam
beberapa bagian sesuai dengan perjalanan perkembangan bangsa antara lain:

 Pra-kemerdekaan
Perbincangan HAM di Indonesia dapat ditemukan dalam surat-surat R.A Kartini yang
berjudul “habis gelap terbitlah terang” serta tulisan-tulisan lain seperti Agus Salim,
Cokroaminoto yang mana menjadi sprit perdebatan yang berlangsung dirapat BPUPKI.
Dalam perdebatan tentang HAM dalam rapat BPUPKI terbagi kedalam dua kubu yakni:
kubu Soekarno dan Supomo yang menolak mencantumkan hak tersebut dalam UUD,
sedangkan kubu Hatta dan Yamin yang bersikeras untuk mencantumkan hak warga negara
dalam pasal-pasal UUD.

Soekarno dan Supomo menolak mencantumkan hak tersebut karena dinilai merupakan
basis dari faham liberalism dan individualisme sehingga tidak cocok dengan ide negara
integralistik yang dianggap cocok dengan sifat dan corak negara Indonesia. Sedangkan
Hatta dan Yamin yang mana bersikeras untuk mencantumkan hak tersebut meskipun
keduanya menolak faham liberalism dan individualisme namun keduanya khawatir dengan
keinginan untuk memberikan kewenangan yang luas kepada negara yang mana kemudian
mengakibatkan otoritarisme sehingga membawa negara Indonesia menjadi negara
kekuasaan.

Percikan perdebatan tersebut diakhiri dengan suatu kompromi yang mana berakibat
diterimanya hak-hak yang diusulkan oleh Hatta dan Yamin namun hak-hak tersebut
dibatasi. Keterbatasan ini tidak hanya dalam arti diatur lebih lanjut namun dicantumkan
dalam bentuk hak warga negara bukan hak asasi manusia.

 Orde lama

Perumusan HAM dalam UUD 1945 sebagaimana yang diketahui sangat terbatas dan sempit
namun hal tersebut berubah ketika Negara Indonesia menjadi RIS yang mana dalam
konstitusi RIS mengatur lebih baik mengenai HAM secara detail serta mengatur tentang
kewajiban negara untuk menjamin penegakan HAM. Ternyata konstitusi RIS 1949 tidak
bertahan lama dengan direvisinya UUD tersebut menjadi UUDS 1950 yang mana
pengaturan tentang HAM memiliki perbedaan yang mendasar antara lain:

a. Kebebasan bertukar agama dan keyakinan yang dijamin pada Pasal 18 UU RIS
1949 tidak lagi berlaku dalam UUDS 1950
b. Diakuinya hak berdemostrasi dan hak mogok dalam Pasal 21 UUDS 1950 yang
sebelumnya tidak terdapat pada UU RIS 1949
c. Diakuinya hak milik pribadi yang harus berfungsi sosial pada Pasal 26 UUDS 1950
yang sebelumnya tidak dicantumkan dalam UU RIS 1949

 Orde baru

Perbedabatan tentang HAM muncul Kembali setelah mengalami kemuduran pada masa
sebelumnya yang mana dengan digulingkannya rezim demokrasi terpimpin Soekarno oleh
Soeharto pada sidang awal-awal MPRS tahun 1968 telah dibentuk panitia Ad Hoc yang
ditugaskan untuk Menyusun Hak-Hak Asasi Manusia yang menghasilkan “Rancangan
Keputusan MPRS tentang Piagam Hak Asasi Manusia”. Namun rancangan tersebut tidak
berhasil disahkan karena sebagai ketentuan MPRS karena Lembaga tersebut bersifat
sementara sehingga tidak tepat bila mengesahkan Piagam yang dianggap penting. Namun
padakenyataannya setelah MPR hasil pemilu 1917 terbentuk Piagam Hak Asasi Manusia
tidak pernah diusulkan kembali.

 Orde reformasi – sekarang

Setelah tergulingnya rezim Soeharto pada masa reformasi ini muncul kembali perdebatan
tentang HAM. Perdebatan pada masa reformasi tidak lagi berpusat pada teori-teori HAM,
namun lebih kepada basis hukumnya, apakah ditetapkan lewat Tap MPR atau lewat UUD.

Kuatnya tuntutan masyarakat agar pemerintah menjamin penghormatan terhadap HAM


maka lahirlah Tap MPR XVII/MPR/1998 yang melampirkan Piagam Hak Asasi Manusia
yang ditetapkan pada tanggal 13 November 1998. Ketetapan ini memuat perintah agar
Lembaga-Lembaga Tinggi Negara menghormati, menegakan dan menyebarluaskan
pemahaman tentang HAM serta memberikan tugas kepada Presiden agar meratifikasi
Interumen-Instrumen internasional tentang HAM sepanjang tidak bertentangan dengan
UUD 1945.

Tap MPR tentang HAM ini kemudian ditindaklanjuti dengan diundangkannya UU No. 39
tahun 1999 dan pada tanggal 23 September tahun 1999 dibentuk pengadilan HAM yang
merupakan amanat UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM yang kemudia ditindaklanjuti
dengan dengan dikeluarkannya UU No.26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
mengantikan Perpu No.1 tahun 1999.

Meskipun Indonesia telah memilki basis hukum nasional tentang HAM tidak serta merta
dapat meratifikasi begitu saja Instrument-Instrument internasional tentang HAM karena
berlakunya Pasal 11 (2) UUD 1945, sehingga instrument internasional tersebut haruslah
terlebih dahulu melalui proses transformasi dengan ratifikasi atau aksesi, yang mana
apabila telah melewati proses ini maka negara Indonesia telah berkomitmen untuk
mengikatkan dirinya dengan ketentuan yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu.2010. Hukum Hak Asasi Manusia. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.


Semarang.

Anda mungkin juga menyukai