i
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
PRA KATA
Buku ajar ini diperuntukkan bagi mahasiswa pendidikan yang menempuh mata kuliah
manajemen mutu. Buku manajemen mutu perguruan tinggi ini terdiri dari lima bab. Harapan
penulis semoga buku ini dapat bermanfaat untuk menunjang proses perkuliahan manajemen
mutu serta dapat diterapkan di setiap perguruan tinggi.
Buku ini membahas mengenai pengertian manajemen mutu sampai pelayanan prima
kemahasiswaan apa saja yang harus dilakukan dalam penerapan manajemen mutu di perguruan
tinggi yang baik serta benar. Terselesaikannya penulisan buku ini juga tidak terlepas dari
bantuan beberapa pihak. Karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang
tua yang telah memberi semangat, serta dosen pengampu yang selalu memberikan kami
masukan serta materi yang bermanfaat juga teman-teman yang selalu mendoakan kami.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kata sempurna baik dalam
pembahasan maupun penyajiannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan. Mudah – mudahan karya yang sederhana ini ada manfaatnya
yang dapat diambil oleh semua orang serta dapat diterapkan dilingkungan sekitar.
Penulis
i
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
DAFTAR ISI
ii
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
iii
IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
1
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
2
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
pengarahan, pengoordinasian, dan pengontrolan atas human and natural resources untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan lebih dahulu.
Sedangkan quality (mutu) dalam kamus bahasa Indonesia adalah ukuran baik buruk suatu
benda, kadar, taraf atau derajat.Quality yang diterjemahkan dengan kualitas atau mutu dalam
konteks manajemen telah menjadi semacam prinsip. Tom Peters dan Nancy Austin
mengungkapkan bahwa mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga
diri. Mutu atau kualitas memiliki definisi yang bervariasi dari yang konvensional sampai yang
lebih strategik. Definisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik
langsung dari suatu produk seperti: performansi (performance), keandalan (reliability), mudah
dalam menggunakan (easy of use), estetika (esthetic) dan sebagainya. Definisi strategik dari
mutu adalah suatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the
needs of customers). Gaspersz kualitas didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu
produk yang menunjang kemampuanya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikkan atau
ditetapkan.
Kualitas seringkali diartikan sebagai kepuasan pelanggan (customer satisfaction),
konformansi terhadap kebutuhan atau persyaratan (conformance to the requirements), dan
upaya perubahan ke arah perbaikan terus menerus (continuous improvement). Menurut Sallis
definisi relatif tentang kualitas memiliki dua aspek yaitu pertama adalah menyesuaikan diri
dengan spesifikasi dan kedua adalah memenuhi kebutuhan pelanggan. Aspek yang pertama
merupakan definisi produsen tentang mutu, sedangkan aspek yang kedua adalah definisi mutu
dari pelanggan.
Organisasi pendidikan berusaha merancang output mereka dengan memperhatikan
kebutuhan pelanggan dan merencanakan serta mengendalikan semua proses dan kegiatan
dengan standar kualitas tinggi. Pencegahan kegagalan telah dilakukan di semua fungsi dan
tahapan proses manajemen pendidikan. Cara ini disebut Total Quality Management (TQM)
yang telah merevolusi organisasi pendidikan dan melibatkan setiap anggota staf dalam
perbaikan mutu berkelanjutan. Input dan stakeholder pendidikan ikut berpartisipasi untuk
memperoleh manfaat dari kualitas yang baik. Organisasi pendidikan seharusnya berusaha
memenuhi tuntutan stakeholder di pasar global dengan menawarkan output yang berkualitas
luar biasa dan jaminan kualitas yang dapat diandalkan. Permintaan stakeholder untuk kualitas
tinggi ikut menentukan peran organisasi pendidikan dalam mengelola persaingan yang efektif
dalam dunia pendidikan.
TQM adalah sebagai suatu filosofi dan suatu metodologi untuk membantu mengelola
perubahan. Inti dari TQM adalah perubahan budayadari pelakunya. Sedangkan Slamet
3
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
menegaskan bahwa TQM adalah suatu prosedur di mana setiap orang berusaha keras secara
terus menerus memperbaiki jalan menuju sukses. TQM bukanlah seperangkat peraturan dan
ketentuan yang kaku, tetapi merupakan proses-proses dan prosedur-prosedur untuk
memperbaiki kinerja. TQM juga menselaraskan usaha-usaha orang banyak sedemikian rupa
sehingga orang-orang tersebut menghadapi tugasnya dengan penuh semangat dan
berpartisipasi dalam perbaikan pelaksanaan pekerjaan.
Menurut Sallis peningkatan mutu menjadi semakin penting bagi institusi yang digunakan
untuk memperoleh kontrol yang lebih baik melalui usahanya sendiri. Kebebasan yang baik
harus disesuaikan dengan akuntabilitas yang baik. Institusi-institusi harus mendemonstrasikan
bahwa mereka mampu memberikan pendidikan yang bermutu pada peserta didik. Mutu
merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik dan sebaliknya. Hal tersebut berarti
mutu dalam pendidikan merupakan sesuatu hal yang membedakan antara kesuksesan dan
kegagalan.
Manajemen mutu yang dikenal total management quality atau TQM dapat diartikan sebagai
sebuah sistem yang membantu sebuah organisasi, perusahaan, atau badan usaha
untuk mengawasi setiap kegiatan serta tugas dan tanggung jawab yang diperlukan dalam
mempertahankan kualitas atau mutu dari perusahaan tersebut.
Total management quality sendiri merupakan sebuah sistem yang menentukan kebijakan,
merencanakan, mengontrol, dan mengembangkan kualitas mutu yang diberikan
perusahaan. Sistem ini juga dikenal sebagai sebuah filosofi dasar yang menyatakan bahwa
kepuasan pelanggan akan menentukan keberhasilan jangka panjang dari sebuah badan usaha.
Di dalamnya, semua stakeholders atau pemangku kepentingan bekerjasama dalam peningkatan
kualitas produk dan layanan serta budaya kerja di lingkungan perusahaan.
Selain itu, ada definisi lain yang menjelaskan bahwa sistem manajemen dalam menjaga
mutu adalah sebuah sistem manajemen yang lebih mengedepankan kualitas sebagai strategi
bisnis yang berorientasi pada kepuasan pelanggan yang melibatkan seluruh SDM di
perusahaan. Dari semua definisi pendidikan bermutu ialah berarti pendidikan yang mampu
melakukan proses pematangan kualitas peserta didik yang dikembangkan dengan cara
membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan,
ketidakbenaran, ketidakjujuran dan dari buruknya akhlaq dan iman.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
manajemen mutu adalah suatu proses atau kerangka kerja dalam proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya dalam mencapai gambaran atau
4
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
karateristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang diharapkan ataupun manajemen mutu adalah tindakan mengawasi
semua kegiatan dan tugas-tugas yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat mutu yang
diinginkan. Ini termasuk penentuan kebijakan mutu, menciptakan dan menerapkan
perencanaan mutu dan jaminan, dan kontrol kualitas serta peningkatan kualitas.
5
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
aktualisasi diri. Selanjutnya, bertumpu pada karya Maslow tersebut, Douglas McGregor
(1960), berpendapat ciri-ciri manusiawi adalah bahwa manusia itu selalu mempunyai motivasi,
potensi untuk berkembang, kapasitas untuk memikul tanggung jawab dan memiliki tata-laku
untuk mencapai tujuan organisasi.
(e) Pelibatan karyawan: konsep quality circles terdiri dari delapan atau sembilan pekerja
dari suatu bagian yang melakukan rapat seminggu sekali di bawah bimbingan seorang penyelia
untuk mengetahui persoalan yang ada dan membuat rekomendasi untuk memecahkannya.
(f) Sociotechnical systems: di tahun-tahun yang lalu organisasi dipandang menurut konsep
yang berbeda-beda, sebagai sistem mekanik di mana para pekerja hanya dipandang sebagai
bagian dari suatu mesin, dan sebagai model biologis di mana organisasi dipandang sebagai
suatu organisme. Dalam model biologis ini pimpinan adalah otaknya, sedang pekerja
dipandang sebagai anggota badan organisme tersebut.
(g) Organization depelopment (OD): berusaha membantu organisasi untuk belajar dari
pengalaman dan mengadakan perubahan kalau perlu. OD merupakan turunan dari group
dynamics yang bertujuan untuk melatih tidak saja suatu kelompok agar lebih produktif, tetapi
juga untuk melatih seluruh organisasi agar lebih produktif.
(h) Budaya perusahaan: Stanley Davis (1984), menyatakan budaya perusahaan terdiri dari
dua macam keyakinan (beliefs), yaitu keyakinan bimbingan (guiding beliefs) dan keyakinan
harian (daily beliefs). Guiding beliefs menentukan visi organisasi, misinya dan nilai-nilai
dasarnya; sedangkan daily beliefs menyatakan bagaimana kegiatan dalam organisasi harus
dilakukan, yaitu bagimana keputusan diambil, bagaimana arus komunikasi dan bagaimana
kontrol dilakukan.
(i) Teori kepemimpinan baru: kepemimpinan dan manajemen merupakan topik kunci dalam
studi tentang kehidupan organisasi sejak dahulu. Menurut teori baru, pimpinan dituntut untuk
memetakan pandangan ke depan (vision), sedang manajer dituntut untuk merealisasikan visi
tersebut. Memimpin berarti menciptakan dinamika organisasi yang kondusif agar para anggota
mau dan mampu mengkomit diri secara energik dan antusias guna mencapai tujuan organisasi.
(j) Perencanaan strategis: adalah suatu proses di mana pimpinan puncak organisasi
menggambarkan masa depan organisasi tersebut dan mengembangkan prosedur yang
diperlukan beserta pengoperasiannya untuk mencapai tujuan.
Dengan adanya landasan di atas maka pentingnya Manajemen Mutu dalam Pendidikan
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah membawa dampak pada
pengelolaan pendidikan di daerah, dengan diberlakukannya desentralisasi pendidikan. Dengan
diberlakukannya otonomi pendidikan, diharapkan akan berpengaruh positif terhadap
6
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
7
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
meningkatnya lulusan yang mampu bersaing di pasar kerja dan menciptakan lapangan
pekerjaan, tersusunnya kurikulum terhadap program S1 yang sesuai dengan tuntutan
perundangan, perkembangan IPTEKS dan tuntutan masyarakat, adanya deskripsi dan
silabus untuk semua mata kuliah S1 yang diperbaharui secara berkelanjutan, terlaksananya
evaluasi tahunan terhadap mutu pelayanan akademik serta mutu lulusan, tersusunnya standar
mutu akademik, terlaksananya pemantauan tahunan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
pada masyarakat berdasarkan standar mutu yang berlaku, terbentuknya MoU baru dengan
lembaga lokal, nasional, dan internasional.
Untuk mencapai tujuan yang dirumuskan di atas, pimpinan menetapkan prioritas
pengembangan Kampus lima tahun ke depan sebagai berikut ini.
1) Peningkatan mutu Tridharma Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan.
2) Pembangunan kampus dan fasilitas yang representatif serta pengembangan jaringan
Information and comunication technology (ICT).
3) Penataan kelembagaan dan sistem manajemen universitas.
4) Pengembangan usaha.
5) Pengokohan kehidupan beragama.
6) Peningkatan kesejahteraan.
7) Peningkatan citra universitas menjadi universitas ternama
Kebijakan-kebijakan tersebut memiliki tujuan dalam pengembangan dan peningkatan
mutu pelayanan dan pendidikan di universitas, serta terhadap tuntutan masyarakat. Kebijakan
pengabdian kepada masyarakat difokuskan untuk mendorong terwujudnya pengabdian yang
bermutu dan sinergis kepada masyarakat pendidikan khususnya dan masyarakat luas
umumnya.
Dalam hal lain terkait pengorganisasian layanan mutu akademik di perguruan tinggi
peningkatan mutu perguruan tinggi di seluruh aspek dapat memungkinkan membangun
kepercayaan masyarakat terhadap perguruan tinggi. Penjaminan mutu pendidikan tinggi
merupakan sistem yang tepat untuk melakukan pemeliharaan dan peningkatan mutu yang
berkelanjutan bagi perguruan tinggi yang bersangkutan dan dilaksanakan secara internal.
Perguruan Tinggi sebagai organisasi jasa pelayanan pendidikan, pelanggan (customer)
adalah para mahasiswa peserta didik. Konsekuensinya kepuasan mahasiswa sebagai pelanggan
(customer) harus senantiasa diutamakan,s esuai dengan komitmen manajemen perguruan
tinggi yang harus dinyatakan dalam Kebijakan Mutu secara tertulis oleh Top Management
(Rektor).
8
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
Keberhasilan fakultas sebagai unit kerja dalam perguruan tinggi sangat ditentukan oleh
mutu pelayanan yang diberikan, dimana pelayanan yang bermutu dapat di identifikasi
melalui kepuasan pelanggan, dalam hal ini adalah mahasiswa.Pengukuran mutu pelayanan
merupakanelemen penting dalam menyediakanpelayanan yang lebih baik, lebih efisien, dan
lebih efektif pada tahap peran pengorganisasian dalam rangka meningkatan mutu pelayanan
yang dilakukan perguruan tinggi, terlihat dalam pelaksanaan kegiatan, menunjuk dan
memberikan wewenang kepada bidang akademik masing-masing sesuai dengan jurusan yang
ada.
Pimpinan mengatakan bahwa struktur organisasi dalam perguruan tinggi terdiri atas
unsur pimpinan yaitu rektor beserta jajarannya, serta unsur pelaksana yaitu dosen yang
didukung oleh unit kerja meliputi:
- Kepala Bidang Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan,
- Kepala Bagian Adminsitrasi Umum beserta Staf,
- Kepala Laboratorium Komputer,
- Kepala Perpustakaan.
Peningkatan mutu pelayanan diberikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam
perguruan tinggi, pimpinan tertinggi yang bertanggung jawab adalah pimpinan yaitu rektor,
serta di ikuti oleh pimpinan yang berada dibawahnya dalam bidang yang berbeda-beda,
peningkatan mutu pelayanan bukan hanya diberikan oleh pegawai yang berkenaan langsung
dengan pelanggan yaitu mahasiswa tetapi terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pimpinan
yang lebih mengutamakan kepuasan dan perbaikan mutu layanan pendidikan.
Selain itu dalam pelaksanaan mutu layanan akademik di Perguruan Tinggi, ada beberapa
langkah strategis yang disusun untuk mensukseskan pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan
diantaranya adalah:
- Penciptaan Suasana pelayanan Akademik,
- suasana akademik yang mendukung kualitas sumber daya manusia (SDM) di kampus
yaitu peningkatan kualitas dosen yang diciptakan dengan keikutsertaan mereka dalam
kegiatan seminar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,
- selain itu adanya ruang-ruang kuliah di dukung dengan fasilitas pembelajaran seperti
komputer, multimedia, LCD projektor. Perpustakaan di lengkapi dengan koleksi
pustaka yang sangat memadai,disediakan jaringan Wifi di sebagain besar kawasan
kampus, serta adanya program peningkatkan skill tenaga pengajar dalam
memanfaatkan ICT untuk pembelajaran merupakan beberapa strategi dalam
meningkatkan pelayanan akademik yang berkualitas.
9
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
Proses Perkualiahan yang bermutu adalah proses yang terjadi dalam perencanaan,
penyajian materi sebagai pelaksanaan perencanaan, termasuk kegiatan evaluasi proses,
produk dan unsur-unsur yang terlibat dalam upaya memenuhi kebutuhan stakeholders.
Untuk mewujudkan perkuliahan yang bermutu program studi menyusun langkah-langkah
strategis yaitu: mengupayakan terciptanya sistem dan proses berdasarkan proses sirkuler
PDCA (Plan, Do, Check, Act) dalam perkuliahan, menciptakan kemandirian Mahasiswa,
melatih dan mengevaluasi keterampilan dosen dalam pengembangan kemandirian
mahasiswa baik dalam berpikir, merasa dan bertindak. membuat perencanaan pelaksanaan
perkuliahan bermutu, dalam penyajian materi kuliah dosen harus menyusun Satuan Materi
Sajian serta menyajikan satuan materi sajian tersebut di kelas.
Dengan adanya suatu proses maka dalam mutu layanan disini harus adanya perbaikan mutu
pendidikan dengan mengedepankan mutu pelayanan akademik di perguruan tinggi, untuk
itu perlu adanya pengawasan terhadap manajemen mutu pelayanan akademik, pengawasan
pelayanan mutu akademik di perguruan tinggi dilakukan secara internal yaitu dilakukan oleh
pimpinan, pengawasan pelayanan mutu merupakan proses pemantauan, pengarahan dan
tindakan perbaikan penjamin mutu pelayanan akademik yang ada di perguruan tinggi.
Melakukan pengawasan untuk meyakinkan layanan mutu akademik yang telah direncanakan
dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, serta sejauhmana pencapaiannya. Tujuan dan
kegiatan pengawsan layanan mutu akademik adalah untuk meneliti efektivitas dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan. Untuk mengawasi tercapainya layanan mutu akademik dalam
perguruan tinggi, maka dilakukan kontrol melalui
(a) pemantauan dan pengawasan internal dan eksternal;
(b) transparansi manajemen; dan
(c) akuntabilitas publik.
Pimpinan dalam melakukan pengawan membentuk tim dalam membantu pelaksanaan
pengawasan terhadap pelayanan mutu akademik, pembentukan tim pengawasan disesuaikan
dengan tingkat perkembangan perguruan tinggi serta kebutuhan dalam pengawasan, tim
pengawas melakukan kegiatan penjaminan mutu dalam pelayanan akademik. Peningkatan
penggunaan teknologi dan informasi dalam melaksanakan layanan akademik, memfasilitasi
pengembangan layanan mutu akademik dalam proses pembelajaran menjadikan layanan
mutu akademik kebih efektif dan efisien, sehingga memudahkan dan meningkatkan kualitas
layanan akademik lebih baik, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang
ditetapkan.
10
IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
11
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
12
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
13
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
pendidikan tinggi yang bersifat reaktif yakni dilakukan apabila ada pengawasan dan
pengendalian yang ketat dari pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Depdikbud sebagai Otoritas Pusat dalam model sistem penyelenggaraan pendidikan tinggi.
Sejalan dengan filosofi penjaminan mutu, maka paradigma ini harus dihilangkan dan diganti
dengan paradigma baru bahwa adalah menjadi tanggung jawab setiap perguruan tinggi sejak
dini untuk memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya
dengan cara mewujudkan visinya melalui pelaksanaan misinya secara sungguh-sungguh dan
bertanggung jawab agar dapat memuaskan stakeholders. Perubahan ini diharapkan timbul
karena menguatnya rasa tanggung jawab moral untuk membuat lembaganya terus eksis di
tengah-tengah masyarakat melalui pemeliharaan dan peningkatan mutu pendidikannya.
Kepemimpinan yang dibangun atas dasar rasa tanggung jawab moral inilah, menjadi sangat
diperlukan untuk secara perlahan tapi pasti melakukan perubahan perilaku kerja reaktif yang
diperlihatkan oleh para pelaksana pendidikan, baik dosen maupun karyawan, menjadi suatu
perilaku kerja pro-aktif yang tumbuh berdasarkan rasa tanggung jawab moral yang luhur untuk
melakukan sesuatu yang terbaik demi memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan pada
perguruan tingginya.
3. Diperlukan perubahan sikap mental untuk menerapan fungsi perencanaan secara
sungguh-sungguh dalam penyelenggaraan perguruan tinggi, karena manajemen kendali mutu
berbasis. PDCA dalam sistem penjaminan mutu tinggi, perencanaan menjadi faktor kunci
dalam peningkatan mutu pendidikan tinggi berkelanjutan. Perencanaan dalam skala makro
adalah rencana induk pengembangan (RIP) perguruan tinggi, dan dalam skala mikro adalah
penyusunan silabus/satuan acara perkuliahan (RPP/SAP). Oleh karena itu, sikap mental
penyusunan perencanaanperencanaan seperti ini dalam penyelenggaraan perguruan tinggi yang
hanya untuk pemenuhan persyaratan perizinan atau akreditasi, sudah harus ditinggalkan dan
dirubah menjadi penyusunan perencanaan sebagai sebuah kebutuhan yang sangat urgen dalam
penyelenggaraan perguruan tinggi. Perencanaan sebagai salah satu fungsi manajemen yang
sangat penting, benar-benar harus disusun dengan mengacu kepada perbaikan mutu pendidikan
tinggi secara berkelanjutan.
Oleh karena itu, perencanaan harus ditempatkan sebagai sesuatu yang sangat penting dalam
pelaksanaan pekerjaan pada semua level dalam penyelenggaraan perguruan tinggi, apalagi
pada mereka yang karena jabatannya harus menjalankan tugas kepemimpinan. Sebaliknya,
karena seluruh perencanaan yang disusun pada semua level yang memuat tujuan dan sasaran
itu, mencerminkan sebuah standar mutu yang hendak dicapai, maka diperlukan kepemimpinan
yang tegas untuk menggerakan sehingga tugas penyusunan perencanaan benar-benar dilakukan
14
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
secara sungguh-sungguh penuh rasa tanggung jawab untuk masa depan lembaga perguruan
tingginya.
Ketiga prasyarat ini, perlu ditumbuhkan secara konsisten dan berkelanjutan mengingat
mentalitas kebanyakan orang Indonesia menurut Koentjaraningrat dalam Usman (2008:156)
adalah suka meremehkan mutu, tidak berdisiplin murni, tak percaya pada diri sendiri, dan suka
mengabaikan tanggung jawab yang kokoh.
Pada tahun 2003 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah mulai menggagas kegiatan
Penjaminan Mutu (Quality Assurance) di perguruan tinggi. Kegiatan Penjaminan Mutu
tersebut didukung oleh pemerintah dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), yang menyatakan bahwa SNP
bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasonal. Dengan demikian implementasi
penjaminan mutu selain wajib memenuhi SNP juga memberikan kebebasan pada setiap
perguruan tinggi untuk mengembangkan penjaminan mutu sesuai sejarah, visi, misi, budaya,
ukuran, dan berbagai kekhasan dari perguruan tinggi tersebut. Dengan pola implementasi
seperti ini, dalam kurun waktu lima tahun tentu telah berlangung beragam implementasi
penjaminan mutu, baik pada aras perguruan tinggi maupun pada aras Nasional. Keragaman
tersebut selain merupakan kekayaan juga merupakan praktek baik (best practices) dalam
mengimplementasikan penjaminan mutu di perguruan tinggi. Kemudian pada tahun 2006
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah selesai menyusun dan berlaku secara nasional
Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggiatau disingkat SPM-PT, yaitu sistem yang
menyinergikan kegiatan EPSBED, Penjaminan Mutu, dan Akreditasi perguruan tinggi. Tujuan
SPM-PT untuk menjamin mutu aspek akademik maupun non akademik perguruan tinggi di
Indonesia. Dalam SPM-PT, kegiatan EPSBED dikembangkan menjadi suatu Pangkalan Data
Perguruan Tinggi (PDPT), sedangkan kegiatan Penjaminan Mutu dan Akreditasi masing-
masing disebut sebagai Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan
Mutu Eksternal (SPME).
15
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
SPMI dianggap mampu untuk menjawab tantangan pendidikan tinggi. Secara umum,
pengertian penjaminan mutu (quality assurance) pendidikan tinggi adalah:
1. Proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pendidikan secara konsisten dan
berkelanjutan sehingga pelanggan memperoleh kepuasan.
2. Proses untuk menjamin agar mutu lulusan sesuai dengan kompetensi yang
ditetapkan/dijanjikan sehingga mutu dapat dipertahankan secara konsisten dan ditingkatkan
secara berkelanjutan.
Dengan kata lain, perguruan tinggi dikatakan bermutu apabila mampu menetapkan dan
mewujudkan visinya melalui pelaksanaan misinya (aspek deduktif), serta mampu memenuhi
kebutuhan/memuaskan stakeholders (aspek induktif) yaitu kebutuhan masyarakat, dunia kerja
dan profesional. Sehingga, perguruan tinggi harus mampu merencanakan, menjalankan dan
mengendalikan suatu proses yang menjamin pencapaian mutu. Untuk mewujudkan itu semua,
diperlukan syarat-syarat normatif yang wajib dipenuhi oleh setiap perguruan tinggi. Syarat-
syarat tersebut tertuang dalam beberapa asas, yaitu:
1. Komitmen
2. Internally driven
3. Tanggungjawab/pengawasan melekat
4. Kepatuhan kepada rencana
5. Evaluasi
6. Peningkatan mutu berkelanjutan
Untuk mengevaluasi implementasi SPMI di Perguruan Tinggi dalam rangka memperoleh
data dan informasi tentang implementasi SPMI di semua perguruan tinggi di Indonesia,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menyelenggarakan Program “Evaluasi Implementasi
Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi”. Berdasarkan hasil evaluasi Implementasi
Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi menetapkan dan mengumumkan perguruan tinggi yang mengimplementasikan SPMI
dengan baik, sehingga dapat memberikan inspirasi tentang praktek baik (best practices)
implementasi SPMI oleh berbagai pihak.
Konsep mutu merupakan kombinasi tiga pandangan, yaitu:
pertama; menurut Tilaar (2012:36) bahwa mutu atau kualitas mempunyai banyak arti
seperti: degree of action, sesuai dengan reqruirement, keseluruhan Kepemimpinan dalam
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi karakteristik yang memuaskan di dalam
penggunaan produk. Pengertian ini dalam konteks ISO-9000 berarti totalitas dari karakteristik
yang memuaskan kebutuhan, atau dengan singkat secara operasional berarti fitness for use.
16
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
Suatu produk yang memiliki sifat-sifat yang memuaskan pelanggan adalah suatu produk yang
bermutu. Jadi pelanggan adalah satusatunya yang menentukan apakah produk atau servis
bermutu.
Kedua, Render (1993:730) mengutip Garvin, seorang ahli tentang mutu dari berbagai
pendapat yang bertitik tolak dari sudut pandang pengguna bahwa “mutu terletak di mata yang
melihat”.
Ketiga, menurut Eliot dalam Rusman (2009:555), bahwa “mutu adalah sesuatu yang
berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat atau dikatakan sesuai
dengan tujuan”. Dari kombinasi ketiga pandangan ini, maka mutu adalah sebuah konsep yang
nisbi sifatnya dan bukan absolut yang memiliki kemampuan memuaskan kebutuhan semua
pihak yang berkepentingan. Mutu akan selalu dinamis sejalan dengan tuntutan dari pihak-pihak
yang berkepentingan atau pelanggan terhadap mutu itu. Pihak yang berkepentingan terhadap
mutu tersebut banyak pihak dimana masing-masing barangkali berupaya untuk memaksakan
keinginannya agar kepentingannya diwadahi sebagai acuan dalam menetapkan mutu perguruan
tinggi. Oleh karena itu, pada akhirnya mutu perguruan tinggi merupakan hasil kesepakatan dari
semua pihak yang berkepentingan.
Kesepakatan tersebut tercermin pada tujuan dan sasaran yang dinyatakan oleh perguruan
tinggi dalam setiap perencanaan perguruan tinggi. Akan tetapi kepentingan selalu berubah
sejalan dengan perubahan waktu, maka tujuan dan sasaran-pun menjadi selalu berubah yang
berarti perencanaan pada perguruan tinggi pun dengan sendirinya akan selalu berubah sejalan
dengan perubahan waktu. Mutu adalah sebuah nilai yang sifatnya abstrak, sehingga untuk dapat
dievaluasi diperlukan atribut mutu.
Bambang Soehendro (1996:79) dalam Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka
Panjang (KPPTJP) 1996-2005, menawarkan sejumlah aspek yang dianggap sebagai atribut
mutu perguruan tinggi sebagai berikut:
1. Relevansi tujuan dan sasaran, dalam arti derajat kesesuaian antara tujuan dan sasaran
perguruan tinggi dengan aspirasi semua pihak yang berkepentingan serta dengan keperluan
nyata masyarakat, industri, dan pemerintah,
2. Efisiensi, dalam arti derajat kehematan dalam penggunaan sumber daya untuk mencapai
tujuan dan sasaran atau keterkaitan antara masukan dan proses,
3. Produktivitas, dalam arti jumlah keluaran dalam hal ini hasil, diperhitungkan terhadap
satuan sumber daya tertentu yang digunakan, seperti: lulusan persatuan waktu, penelitian yang
dipublikasikan per-staf akademik yang berkualifikasi tertentu, konsultasi pada industri per
satuan waktu dan lain-lain yang menunjukan keterkaitan antara proses dan keluaran,
17
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
4. Efektivitas, dalam arti derajat kesesuaian antara tujuan dan sasaran dengan keluaran,
yakni hasil dengan memperhitungkan dampak,
5. Akuntabilitas, dalam arti pertanggung-jawaban perguruan tinggi, yakni pimpinan dan
pribadi sivitas akademika mengenai segala sesuatu yang dilakukan dalam fungsi pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,
6. Pengelolaan sistem, dalam arti kemampuan perguruan tinggi menyesuaikan diri terhadap
perubahan yang terjadi di masyarakat, yakni lingkungan kerja, sosial, ekonomi, budaya, dan
lain-lain,
7. Suasana akademik atau kesehatan organisasi, dalam arti derajat motivasi dan kepuasan
kerja sivitas akademika dalam pelaksanaan fungsi pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada
masyarakat.
Dengan adanya sistem penjaminan mutu untuk penjaminan standar mutu pendidikan dimana
adanya standar nasional pendidik yang mengacu pada PERMENRISTEKDIKTI No. 44 Tahun
2015 mencakup komponen-komponen yaitu:
1) Standar Kompetensi Lulusan;
2) Standar Isi Pembelajaran;
3) Standar Proses Pembelajaran;
4) Standar Penilaian Pembelajaran;
5) Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan;
6) Standar Sarana dan Prasarana Pembelajaran; dan
7) Standar Pembiayaan Pembelajaran.
Seluruh komponen standar dalam lingkup standar mutu pendidikan harus diupayakan untuk
mencapai mutu terbaik. Upaya pencapaian mutu terbaik ini tidak terlepas dari dukungan
kepemimpinan serta proses manajerial yang baik untuk meningkatkan etos kerja sivitas
akademika demi terciptanya lingkungan akademik yang kondusif. SPMI sebagai alat untuk
menjamin pencapaian mutu standar pendidikan harus menetapkan lingkup yang memiliki
parameter atau indikator mutu agar memudahkan evaluasi pada saat proses audit berlangsung.
Standar Kompetensi Lulusan Perguruan Tinggi meliputi kompetensi untuk seluruh mata
kuliah serta pengelompokan mata kuliah, termasuk didalamnya adalah mencakup unsur sikap,
pengetahuan dan keterampilan, sehingga dalam penerapannya standar kompetensi lulusan tidak
dapat terlepas dari Standar Isi Pembelajaran. Pada ruang lingkup ini, LPM melalui SPMI akan
memastikan bahwa setiap Program Studi telah merumuskan standar kompetensi lulusan
berdasarkan spesifikasi Program Studi melalui implementasi kurikulum yang mengacu pada
KKNI serta Program Studi harus menciptakan atmosfir akademik yang sesuai dengan standar
18
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
mutu kompetensi lulusan yang ditetapkan. Kurikulum haruslah sesuai dengan visi dan misi
Program Studi serta mendukung visi dan misi Institusi. SPMI akan mendorong implementasi
kurikulum dengan menjabarkannya melalui dokumen-dokumen kurikulum yang selalu
dimutakhirkan secara periodik serta adanya kebijakan untuk meningkatkan suasana akademik
yang baik melalui penyelenggaraan seminar, simposium, lokakarya sesuai dengan rumpun ilmu
Program Studi.
Ruang lingkup Standar Proses Pembelajaran meliputi perencanaan pembelajaraan hingga
pelaporan hasil evaluasi pembelajaran. Dalam hal ini SPMI berfungsi untuk memastikan bahwa
proses pembelajaran bersifat interaktif, holistik, saintifik, tematik, efektif, kolaboratif,
integratif, dan kontekstual sesuai dengan KKNI dengan beban belajar mahasiswa sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan. Standar penilaian pembelajaran memiliki ruang lingkup
penilaian dari pihak dosen dan mahasiswa, dimana hasil evaluasi oleh dosen terhadap
mahasiswa akan tercantum dalam kartu hasil studi mahasiswa dan penilaian mahasiswa
terhadap dosen akan dievaluasi oleh LPM yang diteruskan kepada Pimpinan Perguruan Tinggi.
SPMI melalui proses audit internal mutu harus memastikan bahwa Program Studi memiliki
standar penilaian, teknik dan instrumen penilaian, mekanisme dan prosedur penilaian hingga
pelaporan penilaian sehingga melalui hasil audit internal mutu, standar proses ini akan terus
mengalami peningkatan. Pada lingkup pendidikan tinggi, tenaga kependidikan yang memiliki
kualifikasi sebagai pendidik disebut dengan dosen, sedangkan tenaga kependidikan lain disebut
sebagai tenaga penunjang penyelenggaraan pendidikan. Dosen yang telah memenuhi
kualifikasi akademik dan profesional akan diajukan sebagai dosen tetap, sedangkan jika
dibutuhkan, Program Studi akan mendayagunakan dosen tidak tetap untuk memenuhi
kebutuhan penjaminan mutu program akademik.
Pendayagunaan tenaga kependidikan seperti pustakawan, laboran, analis, teknisi, operator
dan staf pada masingmasing biro harus dilakukan untuk pengembangan Proram Studi. Dalam
hal ini, SPMI akan memastikan bahwa Program Studi memiliki sistem seleksi, sistem
pengembangan, sistem retensi serta pemberhentian dosen dan tenaga kependidikan yang
mengacu pada Permendikbud No. 49 Tahun 2014 mengenai Standar Dosen dan Tenaga
Kependidikan. Dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan, maka Standar Sarana
Dan Prasarana memiliki peran penting untuk mendukung kebutuhan proses belajar mengajar.
SPMI harus menjamin bahwa Standar Sarana dan Prasarana yang disiapkan oleh Perguruan
Tinggi telah sesuai dengan PERMENDIKBUD No. 49 Tahun 2014 yang paling sedikit terdiri
atas: 1) Lahan; 2) Ruang Kelas; 3)Perpustakaan; 4) Laboratorium Studio/ Bengkel Kerja/ Unit
Produksi; 5) Sarana Olahraga; 6) Ruang Kesenian; 7) Ruang Unit Kegiatan Mahasiswa; 8)
19
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
Ruang Pimpinan Perguruan Tinggi; 9) Ruang Dosen; 10) Ruang Tata Usaha; 11) Fasilitas
Umum yang terdiri atas jalan, air, listrik, jaringan komunikasi dan sistem informasi.
Melalui SPMI, standar sarana dan prasarana pendidikan akan terus dipantau dan
dievaluasi agar selalu memadai, bermutu baik, mudah diakses dan digunakan setiap saat serta
selalu mengalami perkembangan untuk memenuhi kebutuhan sivitas akademika. Standar
Pengelolaan Pembelajaran meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,
pemantauan dan evaluasi serta pelaporan kegiatan belajar mengajar dalam Program Studi yang
harus dipantau dan dievaluasi secara periodik melalui SPMI untuk meningkatkan mutu proses
pembelajaran serta menciptakan suasana akademik dan budaya mutu yang baik. Untuk
mendukung kegiatan pembelajaran Perguruan Tinggi, maka komponen standar pembiayaan
pembelajaran harus memiliki perencanaan yang baik meliputi biaya investasi pendidikan tinggi
serta biaya operasional pendidikan tinggi.
SPMI harus menjamin bahwa tujuan utama Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
(RAPB) adalah untuk mengembangkan Perguruan Tinggi melalui implementasi Tri Dharma
Perguruan Tinggi, serta RAPB tersebut telah sesuai dengan PERMENDIKBUD No 49 Tahun
2014.
20
IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
21
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
22
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
Menurut M. Budiharjo (2014) SOP adalah tahapan suatu proses kerja atau prosedur kerja
tertentu yang bersifat rutin, tetap dan tidak berubah-ubah yang dibakukan kedalam
sebuah dokumen tertulis.
Dari pengertian para ahli diatas, maka dapat disimpulakan bahwa pengertian SOP adalah
suatu peraturan yang dibuat secara tertulis dalam suatu badan usaha, yang berisi peraturan dan
pedoman kerja bagi setiap pekerja di dalam badan usaha tersebut, dan dijadikan sebagai
standar pada kegiatan operasionalnya.
Fungsi SOP:
Selain memiliki fungsi, Standar Operasional Prosedur dibuat dengan tujuan tertentu.
Tujuan dari dibuatnya SOP adalah untuk menjaga konsistensi kinerja pada setiap pegawai.
Dalam perusahaan tertentu, manajer bisa mengetahui kualitas pegawainya dari bagaimana
pegawai tersebut menjalankan SOP yang berlaku. Jika pegawai tersebut masih belum
maksimal, maka bisa dilakukan evaluasi berupa pelatihan. Tujuan Standar Operasional
Prosedur “SOP” adalah sebagai berikut “Indah Puji, 2014:30”:
23
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu dan
kemana petugas dan lingkungan dalam melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan
tertentu.
Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja dan supervisor.
Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan “dengan demikian menghindari dan
mengurangi konflik”, keraguan, duplikasi serta pemborosan dalam proses pelaksanaan
kegiatan.
Merupakan parameter untuk menilai mutup pelayanan.
Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efisien dan efektif.
Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas yang
terkait.
Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses kerja bila
terjadi suatu kesalahan atau dugaan mal praktek dan kesalahan administratif lainya,
sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan petugas.
Sebagai dokumen yang digunakan untuk pelatihan.
Sebagai dokumen sejarah bila telah dibuat revisi SOP yang baru.
Dengan adanya Standar Operasional Prosedur, akan ada beberapa manfaat yang bisa
diperoleh. Salah satu manfaat tersebut adalah meminimalisasi kesalahan dan kelalaian pegawai
dalam melakukan pekerjaan. SOP memiliki peran sebagai standardisasi perusahaan. Artinya,
SOP akan dijadikan patokan dalam bekerja sehingga kesalahan akan berkurang. Selain manfaat
tersebut, SOP memiliki banyak manfaat lainnya, seperti membantu meningkatkan
akuntabilitas, membantu pegawai baru beradaptasi dengan pekerjaannya, menghindari
tumpang tindih pelaksanaan tugas, membantu karyawan agar lebih mandiri, dan membuat
pekerjaan bisa diselesaikan dengan konsisten dan efisien. SOP memiliki manfaat bagi
organisasi antara lain “Permenpan No. PER/21/M-PAN/11/2008”:
24
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
4. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai, cara konkret
untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah dilakukan.
5. Menciptakan bahan-bahan training yang dapat membantu pegawai baru untuk cepat
melakukan tugasnya.
6. Menunjukkan kinerja bahwa organisasi efisien dan dikelola dengan baik.
7. Menyediakan pedoman bagi setiap pegawai di unit pelayanan dalam melaksanakan
pemberian pelayanan sehari-hari.
8. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas pemberian pelayanan.
9. Membantu penelusuran terhadap keselahan-kesalahan prosedural dalam memberikan
pelayanan, menjamin proses pelayanan tetap berjalan dalam berbagai situasi.
SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat komunikasi dan
pengawasan dan menjadikan pekerjaan diselesaikan secara konsisten
Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu apa yang harus
dicapai dalam setiap pekerjaan
SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat trainning dan bisa digunakan untuk
mengukur kinerja pegawai.
25
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
Format Narasi – Hierarchical adalah format SOP yang cocok digunakan untuk
prosedur kerja yang cukup panjang namun tidak perlu banyak keputusan.Format ini
menggunakan model hierarki untuk menjelaskan langkah kerja.Jenis format SOP ini
bisa digunakan untuk dua macam pengguna, yaitu:
a. Pengguna ahli dan
b. Pengguna pemula
Bagi pemula atau orang baru, jenis format ini sangat mudah dipahami karena SOP
digambarkan dengan jelas dan rinci. Mereka perlu membaca langkah besar dan
langkah-langkah kecilnya.Bagi yang sudah berpengalaman, jenis format ini juga sangat
memudahkan, karena dijelaskan dengan rinci. Biasanya mereka hanya perlu membaca
langkah besarnya saja.
3. Bagan Alir – Flowchart
Format SOP Diagarm Alir – Flowchart adalah format standar operasional prosedur
yang cocok untuk menjelaskan langkah-langkah kerja yang panjang dan melibatkan
beberapa keputusan. Jenis format ini merupakan grafik sederhana yang menjelaskan
langkah-langkah proses dalam pembuatan atau pengambilan keputusan. Format ini
memiliki simbol-simbol yang memiliki arti dan makna tertentu yang menjelaskan setiap
langkah dari prosedur (perhatikan contoh flowchart di atas)
4. Gambar – Graphic procedures
Format SOP Gambar – Graphic procedures adalah format standar operasional prosedur
yang cocok untuk menjelaskan langkah kerja yang panjang. Jenis format SOP ini dapat
dipakai oleh pengguna dengan berbagai bahasa ibu. Karena dalam jenis format SOP ini
bisa mengandung foto-foto/gambar seseorang yang sedang melakukan perkerjaan.
Bentuk SOP adalah dilengkapi dengan grafik ataupun gambar yang dapat membantu
menyederhanakan prosedur yang cukup panjang menjadi lebih singkat. Gambar yang
ditampilkan umumnya berfungsi untuk memberikan ilustrasi kepada pembaca sehingga
mudah dipahami.
5. Video
Format SOP video adalah format standar operasional prosedur yang cocok digunakan
untuk pengoperasian teknis visual, dan sesuai untuk ragam bahasa. Jenis format Standar
Operasional Prosedur Video ini dapat digunakan untuk menjelaskan langkah-langkah
kerja bagi mereka yang lebih paham dengan melihat dari pada membaca.
26
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
Terdapat tujuh langkah untuk mendeskripsikan suatu metode agar dapat membuat suatu
bentuk SOP yang baik dan benar, sehingga mudah untuk dipahami oleh pengguna SOP
tersebut. Berikut adalah tujuh langkah untuk membuat SOP yang baik dan benar :
27
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
2. Mengumpulkan informasi terkait lainnya yaitu alur otorisasi, kebijakan, pihak yang
terlibat, formulir, keterkaitan dengan prosedur lain.
3. Menetapkan metode dan teknik penulisan SOP
4. Menulis SOP
5. Membuat draft pedoman SOP
3. Evaluasi Internal
Setelah rancangan awal dibuat, sebaiknya rancangan tersebut dievaluasi oleh seluruh
anggota perusahaan yang terlibat sehingga dapat diketahui kekurangan serta kesalahan yang
terdapat pada rancangan awal tersebut dan kemudian meminta saran, kritik dan usulan yang
membangun. Dengan melibatkan seluruh anggota perusahaan yang terlibat dalam SOP
tersebut, maka proses pemahaman dan penerapan akan berjalan dengan lebih mudah.
4. Evaluasi Eksternal
Pada tahap evaluasi eksternal, dibutuhkan tim penasehat yang berasal dari luar perusahaan
untuk menilai rancangan yang telah dibuat dan memberikan saran, kritik dan usulan yang dapat
membangun pembuatan SOP tersebut. Pihak eksternal dari perusahaan tentu dapat menilai
rancangan dengan lebih objektif, dikarenakan mereka tidak terlibat langsung dalam proses
penerapan SOP.
5. Pengujian
Tahap pengujian dilakukan untuk mengetahui SOP yang dibuat telah seusai dengan
standard yang ditetapkan oleh pihak manajemen dan kemudian hasil pengujian dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi dalam melakukan perbaikan dan pengembangan. Tahap ini
ditujukan untuk menguji coba draft pedoman SOP. Tahap ini terdiri dari (4) empat langkah
yaitu:
1. Merancang metodologi uji coba
2. Mempersiapkan tim pelaksana uji coba
3. Melaksanakan uji coba
4. Menyusun laporan hasil uji coba
Output dari tahap ini adalah laporan hasil uji coba yang digunakan untuk menyempurnakan
draft pedoman SOP.
6. Perbaikan
Setelah dilakukan tahap pengujian, dapat diketahui kekurangan dan kesalahan dalam SOP
yang telah dibuat dan kemudian dapat segera dilakukan perbaikan sehingga SOP dapat berjalan
dengan lebih maksimal. Pada tahap ini juga dapat dilakukan pelatihan bagi para pekerja agar
28
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
dapat memanfaatkan SOP sebagai alat bantu untuk memepermudah mereka dalam
menjalankan pekerjaan.
Tahap ini ditujukan untuk menyempurnakan pedoman SOP berdasarkan laporan hasil uji
coba. Tahap ini terdiri dari 5 (lima) langkah yaitu:
1. Membahas laporan hasil uji coba
2. Merancang langkah penyempurnaan pedoman SOP
3. Menyusun pembagian tugas penyempurnaan
4. Melaksanakan penyempurnaan
5. Menyusun final pedoman SOP
Output dari tahap ini adalah final pedoman SOP yang dapat digunakan sebagai pedoman
standar dalam unit kerja.
7. Pengaplikasian
Setelah SOP telah selesai dibuat dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan,
kemudian dilakukan pengaplikasian di seluruh divisi dalam perusahaan sehingga tujuan awal
yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan maksimal.
Tahap ini merupakan tahap implementasi pedoman SOP secara standar dalam organisasi.
Tahap ini terdiri dari 4 (empat) langkah yaitu:
1. Menetapkan metodologi dan materi implementasi
2. Menetapkan tim pelaksana implementasi
3. Melaksanakan implementasi
4. Menyusun laporan implementasi
Output dari tahapan ini adalah laporan implementasi yang digunakan sebagai dasar dalam
tahap pemeliharaan dan audit.
29
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
6. Melakukan perbaikan sesegera mungkin jika perbaikan dilakukan kecil dan sifatnya
rutin.
7. Melaksanakan tahap-tahap penyusunan SOP dari awal jika perbaikan yang diperlukan
besar dan bersifat tidak rutin.
30
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
Selain itu, prinsip penyusunan standar pelayanan agar dapat diimplementasikan dan
menjadi alat sinergis antara pemberi layanan dengan penerima jasa layanan, maka dalam
penyusunan standar pelayanan perlu menerapkan hal berikut:
Konsensus. Standar pelayanan yang diterapkan merupakan komitmen dan hasil
kesepakatan antar pimpinan dan staf unit pelayanan dengan memperhatikan pihak yang
berkepentingan, serta mengacu peraturan yang ada.
Sederhana. Standar pelayanan yang ditetapkan memuat aturan-aturan yang bersifat
pokok, sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan.
Konkret. Prosedur yang distandarkan harus dapat dimengerti dengan mudah dan mudah
pula diterapkan oleh para pegawai.
Mudah Diukur. Standar pelayanan yang diterapkan dapat diukur penerapannya.
Terbuka. Standar pelayanan yang ditetapkan bersifat terbuka untuk mendapat saran dan
masukan untuk penyempurnaan.
Terjangkau. Terjangkau artinya standar pelayanan dapat dilaksanakan secara baik dan
benar.
Pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban yaitu hal-hal yang diatur dalam standar
pelayanan sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak yang berkepentingan.
Ketepatan waktu. Dalam pencapaian suatu pekerjaan, sangat diperlukan prinsip
ketepatan waktu agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan waktu yang ditentukan.
Kesinambungan. Prinsip kesinambungan memungkinkan prosedur-prosedur yang
dibuat diperbarui mengikuti kebutuhan demi meningkatkan layanan.
31
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
32
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
Dengan cara menentukan format, menyetujui format dan membuat template, menetapkan alur
proses, menentukan bagaimana SOP tersebut akan diakses.
Lakukan Wawancara
Lakukan wawancara terhadap karyawan untuk mengetahui apa saja aktivitas harian mereka
dalam pekerjaan dan bagaimana mereka bekerja.
Tulis, Bahas & Sosialisasikan
Setelah melakukan wawancara dan memeriksa dokumen tata laksana kerja, maka perusahaan
mulai bisa menulis SOP, membahas kembali dengan pihak-pihak terkait dan melihat apakah
masih ada kesenjangan peraturan antara pihak pegawai dan perusahaan. Apabila sudah ada
kesepakatan maka sudah bisa mulai disosialisasikan.
Adakan Pelatihan
Setelah disepakati dan disosialisasikan, maka perlu diadakan pelatihan agar SOP bisa berjalan
dengan baik dan benar sesuai apa yang diharapkan.
Evaluasi
Setidaknya dalam jangka waktu setahun sekali, pihak perusahaan harus mengadakan evaluasi
terhadap relevansi berjalannya SOP. Apakah ada hal yang harus ditambah atau dihilangkan.
33
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
34
IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
35
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
36
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
kriteria minimal tentang sistem pengabdian kepada masyarakat pada perguruan tinggi yang
berlaku di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
B. LANDASAN & DASAR HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMUM PADA
PERGURUAN TINGGI
Landasan pada standar pelayanan minimum ini pada standar identitas berisi standar yang
bersifat fundamental dan merupakan “payung” bagi standar lain yang disusun. Standar
Identitas menjadi dasar dan arah standar lainnya. Landasan Standar Identitas adalah UU No.
12 tahun 2012 dan PP No. 60 tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi dan Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional No. 234/U/2000 tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi. Landasan
hukum cakupan Standar Identitas adalah PP 60 tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi ayat 2
mencakup tujuan pendidikan tinggi (Pasal 2), pedoman penyelenggaraan pendidikan tinggi
untuk mencapai tujuannya (Pasal 3 ayat 1), serta ketentuan pendirian, perubahan dan
penambahan unsur pelaksana akademik (Pasal 118 ayat 1 dan 2).
Selain itu, terdapat beberapa dasar hukum yang mengatur standar pelayanan minimum pada
perguruan tinggi yaitu sebagai berikut :
1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4355);
2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5336);
3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5038);
4) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5340);
5) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 150 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
37
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
Beberapa prinsip penyusunan standar pelayanan minimum pada perguruan tinggi ada
beberapa yaitu sebagai berikut :
SPM disusun dengan mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan, kesetaraan,
dan kemudahan layanan serta biaya untuk menjamin akses dan mutu pelayanan.
SPM bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat
dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas waktu pencapaian.
SPM disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan, prioritas, dan kemampuan
keuangan kelembagaan, dan sumber daya manusia yang tersedia.
38
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
39
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
40
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
c) Keterampilan,
Jenjang Sarjana
(1) Menerapkan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi di bidang keahliannya melalui
penalaran ilmiah berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif,
(2) Mengkaji pengetahuan dan atau teknologi di bidang keahliannya berdasarkan
kaidah keilmuan, atau menghasilkan karya desain/seni beserta deskripsinya berdasarkan
kaidah atau metoda rancangan baku, yang disusun dalam bentuk skripsi atau laporan tugas
akhir,
(3) Mempublikasikan hasil tugas akhir atau karya desain/seni, yang memenuhi
syarat tata tulis ilmiah dan dapat diakses oleh masyarakat akademik,
(4) Menyusun dan mengkomunikasikan ide dan informasi bidang keilmuannya
secara efektif melalui berbagai bentuk media kepada masyarakat akademik,
(5) Mengambil keputusan secara tepat berdasarkan analisis dalam melakukan
supervisi dan evaluasi terhadap pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.
Jenjang Magister
(1) Menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi di
bidang keahliannya melalui penalaran dan penelitian ilmiah berdasarkan pemikiran logis,
kritis, sistematis, dan kreatif,
2) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi di bidang keahliannya
melalui penelitian ilmiah, atau menghasilkan karya desain/seni beserta konsep kajian yang
didasarkan pada kaidah desain/seni, yang disusun dalam bentuk tesis,
(3) Mempublikasikan hasil penelitian bidang keilmuannya pada jurnal ilmiah yang
terakreditasi,
41
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
42
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
c) Hasil penelitian merupakan semua luaran yang digasilkan melalui kegiatan yang
memenuhi kaidah dan metode ilmiah secara sistematis sesuai otonomi keilmuan dan
budaya akademik.
Jenis layanan yang akan diberikan, indikator kinerja, dan target waktu pencapaian untuk
komponen penelitian, yakni standar hasil penelitian
2) Standar Isi Penelitian
a) Standar Isi Penelitian merupakan kriteria minimal tentang kedalaman dan leuasan materi
penelitian;
b) Kedalaman dan keluasan materi penelitian meliputi materi pada penelitian dasar dan
penelitian terapan;
c) Materi pada penelitian dasar harus berorientasi pada luaran penelitian yang berupa
penjelasan atau penemuan untuk mengantisipasi suatu gejala, fenomena, kaidah. model,
atau postulat baru.
Jenis Layanan, Indikator, dan Target Pencapaian. Jenis layanan yang akan diberikan,
indikator kinerja, dan target waktu pencapaian untuk komponen penelitian, yakni standar isi
penelitian.
3) Standar Proses Penelitian
a) Standar proses penelitian merupakan kriteria minimal tentang kegiatan penelitian yang
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan;
b) Kegiatan penelitian merupakan semua luaran yang dihasilkan melalui kegiatan yang
memenuhi kaidah dan metode ilmiah secara sistematis sesuai otonomi keilmuan dan
budaya akademik;
c) Kegiatan penelitian harus mempertimbangkan standar mutu, keselamatan kerja,
kesehatan, kenyamanan serta keamanan peneliti, masyarakat, dan lingkungan.
Jenis layanan yang akan diberikan, indikator kinerja, dan target waktu pencapaian untuk
komponen penelitian, yakni standar proses penelitian.
4) Standar Penilaian Penelitian
a) Standar penilaian penelitian merupakan kriteria minimal tentang penilaian terhadap
proses dan hasil penelitian;
b) Penilaian proses dan hasil penelitian dilakukan secara terintegrasi dengan prinsip
penilaian paling sedikit:
(1) Edukatif yang merupakan penilaian untuk memotivasi peneliti agar terus
meningkatkan mutu penelitiannya;
43
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
(2) Objektif yang merupakan penilaian berdasarkan kriteria penilaian yang bebas
dari pengaruh subjektivitas; dan
(3) Akuntabel yang merupakan penilaian penelitian yang dilaksanakan dengan
kriteria dan prosedur yang jelas dan dipahami oleh peneliti.
c) Transparan yang merupakan peniaian yang prosedur dan hasil penilaiannya dapat
diakses oleh semua pemangku kepentingan.
Jenis layanan yang akan diberikan, indikator kinerja, dan target waktu pencapaian untuk
komponen penelitian, yakni standar penilaian penelitian.
5) Standar Peneliti
a) Standar peneliti merupakan kriteria minimal tentang kemampuan peneliti untuk
melaksanakan penelitian;
b) Peneliti wajib memiliki kemampuan tingkat penguasaan metodologi penelitian yang
sesuai denngan bidang keilmuan dan tingkat kedalaman penelitian;
c) Kemampuan peneliti ditentukan berdasarkan kualifikasi akademik dan hasil penelitian;
d) Kemampuan peneliti menentukan kewenangan melaksanakan penelitian; dan
e) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewenangan melaksanakan penelitian diatus dalam
pedoman rinci yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan
Pengembangan.
Jenis layanan yang akan diberikan, indikator kinerja, dan target waktu pencapaian untuk
komponen penelitian, yakni standar Peneliti.
6) Standar Sarana dan Prasarana Penelitian
a) Standar sarana dan prasarana penelitian merupakan kriteria minimal sarana dan
prasarana yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan isi dan proses penelitian dalam
rangka memenuhi hasil penelitian;
b) Sarana dan prasarana harus memenuhi standar mutu keselamatan kerja, kesehatan,
kenyamanan, dan keamanan peneliti, masyarakat, dan lingkungan.
Jenis layanan yang akan diberikan, indikator kinerja, dan target waktu pencapaian untuk
komponen penelitian, yakni standar sarana prasarana penelitian.
7) Standar Pengelolaan Penelitian
a) Standar pengelolaan penelitian merupakan kriteria minimal tentang perencanaa,
pelaksanaan, pengedalian, pemantauan dan evaluasi, serta pelaporan kegiatan
penelitian;
b) Pengelolaan penelitian dilaksanakan oleh unit kerja dalam bentuk kelembagaan yang
bertugas untuk mengelola penelitian.
44
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
Jenis layanan yang akan diberikan, indikator kinerja, dan target waktu pencapaian untuk
komponen penelitian, yakni standar pengelolaan penelitian.
8) Standar Pendanaan dan Pembiayaan Penelitian
Standar pendanaan dan pembiayaan penelitian merupakan criteria minimal sumber dan
mekanisme pendanaan dan pembiayaan penelitian; Pendanaan penelitian digunakan untuk
membiayai beberapa hal yaitu :
(a) perencanaan penelitian,
(b) pelaksanaan penelitian,
(c) pengendalian penelitian,
(d) pemantauan dan evaluasi penelitian,
(e) pelaporan hasil penelitian, dan
(f) diseminasi hasil penelitian. Jenis layanan yang akan diberikan, indikator kinerja, dan
target waktu pencapaian untuk komponen penelitian, yakni standar pembiayaan penelitian.
45
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
3) Kedalaman dan keluasan materi pengabdian kepada masyarakat bersumber dari hasil
penelitian atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
d. Standar Proses Pengabdian Masyarakat
1) Standar proses pengabdian kepada masyarakat merupakan kriteria minimal tentang
kegiatan pengabdian kepada masyarakat, yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan kegiatan;
2) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dapat berupa seperti pelayanan kepada
masyarakat, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidang keahliannya,
peningkatan kapasitas masyarakat dan pemberdayaan masyarakat;
3) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat wajib mempertimbangkan standar mutu,
keselamatan kerja, kesehatan, kenyamanan, serta keamanan pelaksana, masyarakat, dan
lingkungan;
4) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai
salah satu dari bentuk pembelajaran harus diarahkan untuk memenuhi capaian pembelajaran
lulusan dan ketentuan peraturan di perguruan tinggi;
5) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa dinyatakan
dalam besaran sks; dan
6) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat harus diselenggarakan secara terarah,
terukur, dan terprogram.
e. Standar Penilaian Pengabdian kepada Masyarakat
1) Standar penilaian pengabdian kepada masyarakat merupakan kriteria minimal
tentang penilaian terhadap proses dan hasil pengabdian kepada masyarakat;
2) Penilaian proses dan hasil pengabdian kepada masyarakat dilakukan secara
terintegrasi paling sedikit memenuhi unsur:
a) edukatif, yang merupakan penilaian untuk memotivasi pelaksana agar terus
meningkatkan mutu pengabdian kepada masyarakat;
b) objektif, yang merupakan penilaian berdasarkan kriteria penilaian dan bebas
dari pengaruh subjektivitas;
c) akuntabel, yang merupakan penilaian yang dilaksanakan dengan kriteria dan
prosedur yang jelas dan dipahami oleh pelaksana pengabdian kepada masyarakat; dan
d) transparan, yang merupakan penilaian yang prosedur dan hasil penilaiannya
dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan.
46
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
3) Penilaian proses dan hasil pengabdian kepada masyarakat harus memenuhi prinsip
penilaian dan memperhatikan kesesuaian dengan standar hasil, standar isi, dan standar proses
pengabdian kepada masyarakat.
f. Standar Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat
1) Standar pelaksana pengabdian kepada masyarakat merupakan kriteria minimal
kemampuan pelaksana untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat;
2) Pelaksana pengabdian kepada masyarakat wajib memiliki penguasaan metodologi
penerapan keilmuan yang sesuai dengan bidang keahlian, jenis kegiatan, serta tingkat
kerumitan dan kedalaman sasaran kegiatan;
3) Kemampuan pelaksana pengabdian kepada masyarakat ditentukan berdasarkan:
kualifikasi akademik dan hasil pengabdian kepada masyarakat.
g. Standar Sarana dan Prasarana Pengabdian kepada Masyarakat
1) Standar sarana dan prasarana pengabdian kepada masyarakat merupakan kriteria
minimal tentang sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang proses pengabdian
kepada masyarakat dalam rangka memenuhi hasil pengabdian kepada masyarakat;
2) Sarana dan prasarana pengabdian kepada masyarakat merupakan fasilitas perguruan
tinggi yang digunakan untuk: memfasilitasi pengabdian kepada masyarakat paling sedikit yang
terkait dengan penerapan bidang ilmu dari program studi yang dikelola perguruan tinggi dan
area sasaran kegiatan, poses pembelajaran; dan kegiatan penelitian.
3) Sarana dan prasarana harus memenuhi standar mutu, keselamatan kerja, kesehatan,
kenyamanan, dan keamanan.
h. Standar Pengelolaan Pengabdian kepada Masyarakat
1) Standar pengelolaan pengabdian kepada masyarakat merupakan kriteria minimal
tentang perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi, serta pelaporan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat;
2) Pengelolaan pengabdian kepada masyarkat dilaksanakan oleh unit kerja dalam
bentuk kelembagaan yang bertugas untuk mengelola pengabdian kepada masyarakat.
3) Kelembagaan pengelola pengabdian kepada masyarakat merupakan lembaga
pengabdian kepada masyarakat, lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, atau
bentuk lain yang sejenis sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan perguruan tinggi.
i. Standar Pendanaan Pengabdian kepada Masyarakat
Standar pendanaan dan pembiayaan pengabdian kepada masyarakat merupakan
kriteria minimal sumber dan mekanisme pendanaan dan pembiayaan pengabdian kepada
masyarakat. Setiap perguruan tinggi wajib menyediakan dana internal untuk pengabdian
47
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
kepada masyarakat. Selain dari dana internal perguruan tinggi, pendanaan pengabdian kepada
masyarakat dapat bersumber dari pemerintah, kerja sama dengan lembaga lain di dalam
maupun di luar negeri, atau dana dari masyarakat.
48
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
Jenis layanan yang diberikan, indikator kinerja, dan target waktu pencapaian untuk komponen
layanan administrasi kepegawaian kampus.
4. Standar Pelayanan Administrasi Perlengkapan,
Pelayanan administrasi perlengkapan kampus terdiri atas subkomponen pelayanan sarana dan
tenaga, pelaksanaan, dan pelaporan. Setiap sub komponen tersebut dijabarkan menjadi jenis-
jenis pelayanan beserta indikator dan target waktu pencapaian indikator kinerja tersebut. Jenis
layanan yang diberikan, indikator kinerja, dan target waktu pencapaian untuk komponen
layanan administrasi perlengkapan setiap kampus.
5. Standar Pelayanan Administrasi Umum,
Pelayanan administrasi umum kampus terdiri atas sub-sub komponen pelayanan sarana dan
tenaga, pelaksanaan, dan pelaporan. Setiap sub komponen tersebut dijabarkan menjadi jenis-
jenis pelayanan beserta indikator dan target waktu pencapaian indikator kinerja tersebut. Jenis
layanan yang diberikan, indikator kinerja, dan target waktu pencapaian untuk komponen
layanan administrasi perlengkapan kampus.
49
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
50
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
layanan perguruan tinggi adalah model SERVQUAL oleh Parasuraman (1985) dan
Model ISO 9001. Oleh, itu cara menganalisis data juga adalah berdasarkan adaptasi model
SERVQUAL. Dalam model ini, skor jarak bagi mutu layanan perguruan tinggi bagi setiap
stakeholder pendidikan (administrator, dosen dan mahasiswa diukur berdasarkan
perbandingan antara skor harapan dengan skor yang diterima. Skala penilaian dieri skor
1 hingga 5 alam model Parasuraman (1985, 1988).
Perbedaaan jumlah nilai rata-rata yang diterima dan harapan menunjukkan mutu layanan
Perguruan Tinggi. Berdasarkan model SERVQUAL, setiap jarak dalam model diperoleh
dengan menjumlahkan perbedaaan rata-rata yang diterima dan harapan yang diinginkan.
Perbedaan besarnya jarak (Q) antara yang diterima (P) dan harapan ayng diinginkan (E) diukur
berdasarkan rumus:
Q=P–E
Sumber: (Parasuraman, 1985)
Dimana Q adalah tahap pelaksanaan mutu layanan
Dimana P adalah pelaksanaan sebenarnya bagi aspek mutu layanan yang dikaji; dan
Dimana E adalah pelakanaan harapan bagi aspek mutu layanan Perguruan Tinggi
Skor Q = (-4 hingga 4) P = (1 hingga 5) E = (1 hingga 5)
Kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan dimana terpenuhinya kebutuhan, keingingan dan
harapan pelangan terhadap kinerja, pelayanan serta sarana-sarana yang dimiliki. Kepuasan
adalah perasaan senang atau kecewa seseorang berasal dari perbandingan antara kesannya
terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya (Kotler, 1997). Dan
pelanggan merupakan orang yang menuntut kita memenuhi suatu standar kualitas tertentu,
dan karena itu akan memberikan pengaruh pada performansi kita (Sugiyanti, 2000). Dan
perlu diperhatikan bahwa:
1) Pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada keinginannya.,
2) Tidak seorangpun yang pernah menang beradu argumen dengan pelanggan.,
3) Pelanggan adalah orang yang amat penting untuk kita puaskan. Sedikitnya terdapat
tiga level harapan pelanggan mengenai kualitas (Sugiyanti, 2000):
1) Harapan pelanggan yang paling sederhana dan berbentuk asumsi must have, atau
take it for granted. Misalnya: pelajar berharap perguruan tinggi dapat mengembangkan
potensi, bakat minat dan pengetahuan yang dimilikinyadengan benar;
2) Pada level kedua ini, kepuasan pelanggan dicerminkan dalam pemenuhan
persyaratan atau spesifikasi: Misalnya; pelajar pergi ke bagian akademik untuk
51
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
menguruskan kartu rancangan studi atau kartu hasil studi, dan staff akademik temyata
sangat ramah, informatif dan suka menolong keperluan-keperluan pelajar;
3) Pada level ketiga ini pelanggan menurut suatu kesenangan (delightfulness) atau
jasa yang begitu bagusnya sehingga membuat saya tertarik. Misalnya semua staff akademik
universiti melayani pelajar dengan penuh respek dan menjelaskan segala sesuatunya secara
cermat Kajian menunjukkan bahawa sama ada seseorang pelajar mempunyai perasaan
kepuasan atau ketidakpuasan dengan institusi atau fakulti akan mempengaruhi
pembelajaran (Wiers-Jenssen 2002); prestasi (Pike 1991; Bean dan Bradley 1986) dan
kesihatan fizikal serta psikologi mereka (Aldemir dan Gulcan 2004).
Gielow dan Lee dalam Knox (1992) berpendapat walaupun kepuasan pelajar adalah
satu ukuran afektif tetapi pengalaman pelajar di institusi dapat mencerminkan kejayaan
institusi. Harvey (2003) mentakrifkan maklum balas sebagai pandangan pelajar tentang
pelayanan yang diteima dari institusi pengajian. Pandangan pelajar merangkumi infromasi
sebenarnya pelajar tentang pembelajaran dan pengajaran, kemudahan pembelajaran
(perpustakaan, kemudahan komputer), persekitaran pembelajaran, (bilik kuliah, makmal,
ruang social dan bangunan institusi), kemudahan sokongan (penginapan, kemudahan
kesihatan, khidmat pelajar) dan aspek eksternal lain (seperti kewangan dan pengangkutan).
Satu kajian tinjauan dijalankan oleh Aldemir dan Gulcan (2004) untuk menentukan
tahap dan faktor yang mempengaruhi kepuasan pelajar di sebuah institusi pengajian
tinggi di Turki. Dapatan kajian menunjukkan kualitas pendidikan yang diterima oleh
pelajar, kualitas buku teks dan bahan pengajaran, komunikasi dengan pensyarah, pelajar yang
diberi penerangan tentang keperluan kursus sebelum berdaftar serta pelajar perempuan
adalah antara faktor penting yang mempengaruhi kepuasan pelajar. Implikasi kajian ialah
pihak institusi perlu memberi perhatian kepada aspek pengambilan dan pengekalan
pensyarah yang dapat menyampai dan berkomunikasi dengan baik.
Berdasarkan penelitian tentang Customer Satisfaction yang dilakukan Kelsey dan Bond
(Kelsey, K.D. Bond, J.A. 2001. “A Model for Meassuring Customer Satisfaction within
An Academic Center of Excellence”. In Journal of Managing Service Quality. Vol. 11 No.
5. p. 359-367). diperoleh beberapa atribut yang menentukan kepuasan konsumen
terhadap suatu lembaga pendidikan, antara lain:
1) Kepuasan akan pelayanan staf yang diberikan,
2) Perhatian yang diberikan staf pengajar akan apa yang dipelajari,
3) Kelengkapan fasilitas yang diberikan,
4) Biaya pendidikan terjangkau,
52
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
53
IMALAILLA CHRISTINA MULIANA (7101418345) P AP A 2018
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
54
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
55
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
dan pelatihan. Perlu ditekankan di sini bahwa penyedia pendidikan dan pelatihan mencakup
semua sarana yang orang terlibat dalam pembelajaran yang sistematis, yaitu sekolah, perguruan
tinggi, pendidikan masyarakat dan pusat pelatihan, pusat pelatihan nasional, pusat-pusat
pendidikan terbuka dan jarak jauh, sistem belajar mandiri, dan lain-lain Selain itu, mutu
memerlukan kesesuaian dengan standar dan menyeimbangkan keadaan keunggulan yang
dibutuhkan dengan tuntutan dan kontribusi dari pengguna jasa dan produk.
Dengan adanya beberapa isu diatas maka perguruan tinggi harus memiliki upaya untuk
meningkatkan kualitas yaitu :
1. Perguruan tinggi harus melakukan investasi dalam proses rekrutmen seleksi,
pemotivasian, pelatihan dan pengembangan tenaga kependidikan.
2. Melakukan standarisasi proses pelaksanaan jasa atau industrialisasi jasa dengan cara
mempromosikan program-program pendidikan, meningkatkan kualifikasi dan
profesionalisme tenaga kependidikan
4. Melakukan tracer study, monitoring kepuasan pelanggan baik secara pasif maupun
dengan penelitian dan survey ke lapangan.
56
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
Definisi lain menyangkutkan bahwa pelayanan adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan
yang dilaksanakan oleh intansi pemerintah baik dipusat, di istansi/perusahaan dalam bentuk
barang maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai perundang-
undang yang berlaku (KEPMENPAN 81/93). Menurut Daviddow dan Uttal (1989) pelayanan
merupakan kegiatan/keuntungan yang ditawarkan oleh organisasi atau perorangan kepada
konsumen/costomer yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki.
Dalam pelayanan yang disebut konsumen (costomer) adalah masyarakat yang mendapat
manfaat dari aktivitas yang dilakukan oleh organisasi atau pertugas dari organisasi pemberi
layanan (Lukman & sugiyanto, 2001:4). Pelayanan prima pada hakikatnya adalah serangkaian
kegiatan yang memberikan kepuasan pada pelanggan baik secara internal maupun eksternal
berdasarkan standard dan prosedur pelayanan. Proses pelayanan berlangsung secara rutin dan
berkesinamabungan, meliputi seluruh kehidupan organisasi dalam masyarakat. Proses yang
dimaksudkan dilakukan sehubungan dengan saling memenuhi kebutuhan antara penerima dan
pemberi pelayanan (Suwithi, 1999; 4). Pelayanan prima (service Excellent) adalah suatu
pelayanan yang terbaik dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan. Dengan kata lain,
pelayanan prima merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standard kuakitas. Pelayanan
yang memenuhi standard kualitas adalah suatu pelayanan yang sesuai dengan harapan dan
kepuasan pelanggan/masyarakat (Maddya, 2009:8). Kemudian pendapat lain mengatakan
bahwa pelayanan prima adalah kepedulian terhadap pelanggan.
Jadi pelayanan prima pada dasarnya adalah rasa kepedulian organisasi yang berorientasi
social (nonprofit) terhadap pelanggan yang ditunjukan dengan adanyan sikap, perhatian, dan
tindakan nyata, sehingga pelanggan merasa nyaman dengan pelayanan prima yang diberkan
(Pratomo & Shaff, 2000; 107). Mengenai pelayanan prima untuk memenuhi kepuasan
pelanggan atau konsumen, yang sering kali diungkapkan oleh para pelaku bisnis dan
perusahaan. Terdapat dalam buku pelayanan prima (Barata, 2003: 27):
1. Layanan prima adalah membuat pelanggan merasa penting.
2. Layanan prima adalah melayani pelanggan dengan ramah, tepat, dan cepat.
3. Layanan prima adalah pelayanan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan.
4. Layanan prima adalah layanan optimal yang menghasilkan kepuasan pelanggan.
5. Layanan prima adalah menepatkan pelanggan sebagai mitra.
6. Layanan prima adalah kepedulian kepada pelanggan untuk memberikan rasa puas.
7. Layanan prima adalah upaya layanan terpadu untuk kepuasan pelanggan. Pelayanan
prima (service excellence) adalah sebuah kepedulian oleh perusahaan tinggi. Pelayanan prima
dapat dipahami sebagai melayani sebagai melayani lebih dari yang diharapkan, dengan
57
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
58
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
No. 30 tahun 1989 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 106 ayat (1) menyatakan tentang layanan-
layanan yang dapat diteirma mahasiswa sebagai berikut (Sekretariat Jenderal Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1992):
1) menggunakan kebebasan akademik secara bertanggung jawab untuk menuntut dan
mengkaji ilmu sesuai dengan norma dan susila yang berlaku dalam lingkungan akademik;
2) memperoleh pengajaran sebaik-baiknya dan layanan bidang akademik sesuai dengan
minat, bakat, kegemaran dan kemampuan;
3) memanfaatkan fasilitas perguruan tinggi dalam rangka kelancaran proses belajar;
4) mendapat bimbingan dari dosen yang bertanggung jawab atas program studi yang
diikutinya dalam penyelesaian studinya;
5) memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan program studi yang diikutinya
serta hasil belajarnya;
6) menyelesaikan studi lebih awal dari jadwal yang ditetapkan sesuai dengan persyaratan
yang berlaku;
7) memperoleh layanan kesejahteraan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
8) memanfaatkan sumber daya perguruan tinggi melalui perwakilan/organisasi
kemahasisswaan untuk mengurus dan mengaatur kesejahteraan, dan tata kehidupan
bermasyarakat,
9) pindah keperguruan tinggi lain, bilamana memenuhi persyaratan penerimaan
mahasiswa pada perguruan tinggi atau program studi yang hendak dimasuki, dan bilamana
daya tampung perguruan tinggi atau program yang bersangkutan memungkinkan;
10 ) Ikut serta dalam kegiatan organisasi mahasiswa perguruan tinggi yang bersangkutan,
11) Memperoleh pelayanan khusus bilamana menyandang cacat.
Menggunakan kebebasan akademik secara bertanggung jawab untuk menuntut dan
mengkaji ilmu sesuai dengan norma dan susila yang berlaku dalam lingkungan akademik.
Norma dan susila yang berlaku di lingkungan perguruan tinggi dikenal dengan budaya
akademik dan etika akademik (Direktorat Perguruan Tinggi, 2010). Budaya akademik adalah
cara hidup dari masyarakat ilmiah yang beranekaragam, majemuk, multikultural yang
bernaung dalam sebuah institusi yang mendasarkan diri pada nilai-nilai kebenaran ilmiah dan
obyektivitas. Etika akademik adalah ketentuan yang menyatakan perilaku baik atau buruk dari
para anggota sivitas akademika PT, ketika mereka berbuat atau berinteraksi dalam kegiatan
yang berkaitan dengan ranah dalam proses pembelajaran (Direktorat Perguruan Tinggi, 2010).
59
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
Dengan adanya jenis-jenis pelayanan kualitas pelayanan perguruan tinggi juga sangat
harus diperhatikan dimana Parasuraman et.al. (Tjiptono, 2005: 121) mengemukakan dua faktor
utama yang mempengaruhi kualitas layanan yaitu:
a) Persepsi pelanggan atas layanan yang nyata yang mereka terima (Perceived Service).
Kualitas harus dimulai dari kebutuhan konsumen dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal
ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi
pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi pelanggan,
(b) Layanan yang sesungguhnya diharapkan/diinginkan (expected service). Dalam konteks
kualitas (barang & jasa) dan kepuasan, telah tercapai konsensus bahwa harapan pelanggan
memiliki peranan yang besar sebagai faktor perbandingan evaluasi kualitas.
D. LAYANAN-LAYANAN KEMAHASISWAAN
Memperoleh pengajaran sebaik-baiknya dan layanan bidang akademik sesuai dengan
minat, bakat, kegemaran dan kemampuan. Pengajaran diperoleh mahasiswa melalui kegiatan
tatap muka, tugas-tugas mandiri maupun tugas-tugas praktek yang diberikan oleh dosen.
Dalam pengajaran mahasiswa diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berbicara,
menulis, menyampaikan pendapat dan berargumentasi. Memanfaatkan fasilitas perguruan
tinggi dalam rangka kelancaran proses belajar. Fasilitas perguruan tinggi yang dapat
dimanfaatkan mulai dari gedung perkuliahan yang dilengkapi sarana pendukung: parkir yang
representatif, taman yang rindang dan menyejukkan; berbagai laboratorium yang disesuiakan.
Fasiliatas lainnya adalah sarana umum yang tidak hanya bisa dinikmati oleh mahasiswa, dosen
dan karyawan tetapi juga oleh masyarkat umum seperti: perpustakaan utama rektorat dan
perpustakaan fakultas, berbagai laboratorium, auditorium, sarana olahraga, theater, masjid,
website, asrama mahasiswa atau penginapan/hotel yang dapat disewakan kepada umum dan
sebagainya. Dimana ada beberapa hal yaitu sebagai berikut :
Layanan mendapat bimbingan dari dosen yang bertanggung jawab atas program studi
yang diikutinya dalam penyelesaian studinya. Bimbingan dari dosen diawali
mendapatkan layanan bimbingan oleh penasehat akademik dalam persiapan dan proses
perkuliahan seperti menentukan dan mengambil beban studi setiap semesternya,
bimbingan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan khususnya kesulitan belajar dan juga
masalah-masalah pribadi. Bimbingan pendidikan dan pengajaran oleh dosen mata
kuliah yang meliputi perkuliahan tatap muka, pemberian tugas-tugas terstruktur dan
tugas mandiri; bimbingan penulisan karya ilmiyah yaitu penulisan laporan buku,
makalah maupun penulisan skripsi, bimbingan praktek mata kuliah serta bimbingan
60
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
61
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
mahasiswa. Seperti bidang kesenian, olahraga, kebudayaan, pencinta alam dan kegitan-
kegiatan lainn ya yang sifatnya ekstrakurikuler.
Di tengah persaingan global yang semakin ketat terlebih dengan akan diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka seluruh perguruan tinggi dituntut untuk terus
berusaha memperbaiki diri agar mampu bersaing dengan perguruan tinggi lain baik perguruan
tinggi dalam negeri maupun perguruan tinggi dari luar negeri. Dengan jumlah perguruan tinggi
dalam negeri yang begitu banyak dan di tambah semakin gencarnya promosi perguruan tinggi
asing yang masuk ke Indonesia, maka setiap perguruan tinggi baik PTN maupun PTS
semuanya memiliki tantangan dan peluang yang sama. Kompetisi tidak lagi hanya ditentukan
dari rekam jejak institusi melalui akreditasi maupun ragam prestasi lainnya.
Seperti apa yang dijelaskan oleh beberapa rektor kampus yang salah satunya Rektor UII
Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc., dalam arus globalisasi yang semakin tidak mengenal batas antarnegara,
keunggulan dalam kompetisi saat ini setidaknya ditentukan oleh tiga hal: lebih cepat, lebih
murah, lebih baik – faster, better, cheaper. “Kalau yang mahal lebih baik itu banyak, tapi kita
berusaha dengan biaya yang lebih murah namun dapat memberika pelayanan yang lebih cepat
dan lebih baik.” Ujar Dr. Harsoyo. Dr. Harsoyo melanjutkan bahwa kualitas pelayanan akan
menentukan keberhasilan sebuah perguruan tinggi dalam bersaing, “Keunggulan dalam
kompetisi antar perguruan tinggi ke depan juga akan ditentukan oleh kualitas layanan di luar
kelas. Pelayanan di dalam kelas seperti kualitas mengajar seorang dosen sudah menjadi sebuah
keharusan, dan di saat yang sama, kualitas pelayanan di luar kelas seperti layanan informasi
akademik, layanan kemahasiswaan, dan layanan terkait lainnya semakin bermakna penting
untuk menunjang pelayanan prima universitas.”
Papar Dr. Harsoyo. Pelayanan prima menurutnya harus diwujudkan oleh seluruh unit yang
ada di UII dengan memperhatikan kebutuhan stake holder mulai dari internal kemudian kepada
pihak ekternal dari waktu ke waktu. “Pelayanan prima bagi eksternal tidak mungkin dapat
berhasil jika di kalangan internal UII saja pelayanan tersebut masih belum terlaksana dengan
baik.” Tegas Dr. Harsoyo Drs. H. Syafaruddin Alwi, M.S. yang merupakan Ketua Pembina
Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII mengungkapkan bahwa faktor utama mengapa customer
meninggalkan sebuah perusahaan atau lembaga adalah buruknya pelayanan perusahaan
tersebut terhadap customer. “75% disebabkan oleh pelayanan yang buruk, 11% ketidakpuasan
62
MANAJEMEN MUTU PERGURUAN TINGGI
terhadap produk, 7% harga di tempat lain lebih murah, dan 7% sisanya faktor lain-lain.” Papar
Drs. Syafar. Ia menjelaskan bahwa setiap staf dan karyawan UII perlu memahami kunci-kunci
penggerak perubahan sistem pelayanan di antaranya adalah perubahan lingkungan global,
penggunaan teknologi informasi yang semakin luas dalam multi dimensi kegiatan masyarakat,
perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan terbaik yang semakin tinggi, reaksi
kritikal dan emosional dari pelanggan, serta derivasi dan konsekuensi dari visi organisasi.
63
DAFTAR PUSTAKA
A.F, J. (1982, hlm 8). Manajemen, Prentice/Hall International. New York : Englewood Cliffs.
Ali, M. (Jilid II). Penjaminan Mutu Pendidikan. Imu dan Aplikasi Pendidikan , 348.
Bancin, A. (Juni 2017). Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi. Jurnal Manajemen
Pendidikan , Vol 9 No 1.
Darwyansah. (2014). Pengukuran dan Penilaian Kualitas Pelayanan Perguruan Tinggi. Jurnal
Saintifika Islamica Vol.1 No.2. Periode Juli-Desember, 1-19.
Daryaatmaka, G. (2019, August 1). Promise. Diambil kembali dari Prosedur Standar Untuk
Perusahaan: https://promise.co.id/apa-itu-sop-memahami-standard-operating-
procedure-sop-itu-adalah/
Dtf, A. (2019, Oktober 31). PENGERTIAN SOP: Fungsi, Tujuan, Cara Membuat & Contoh
SOP. Diambil kembali dari Salamadian: https://salamadian.com/pengertian-sop/
Fatah, N. (2009, hlm 1). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Furqon, C. (Desember 2007). Kualitas Pelayanan Pada Perguruan Tinggi. Jurnal Ilmu
Administrasi Vo.IV.No. 4.
Indonesia, K. P. (2012, Juni). Diambil kembali dari Pedoman Penyusunan Standar Operasional
Prosedur Administrasi Pemerintahan: https://dpmptsp.jabarprov.go.id/
Kabanga, D. (2018, April 27). Bina Integrasi Edukasi. Diambil kembali dari Tahap-tahap
Penyusunan SOP : http://www.integrasi-edukasi.org/
64
DAFTAR PUSTAKA
Manis, S. (2019, August 27). Pelajaran.co.id . Diambil kembali dari Pengertian SOP:Tujuan,
Fungsi, Prinsip, Jenis Cara Membuat dan Contoh Standar Operasional Prosedur (SOP):
https://www.pelajaran.co.id/2019/27/pengertian-sop.html
Marzuki, M. (2012). Manajemen Mutu Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Graffindo Persada.
Medan, U. N. (2017). Standar Pelayanan Minimum. Diambil kembali dari Peraturan Menteri
Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi: https://jdih.ristekbrin.go.id/
Nasution, M. (2001). Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Nhamara, Y. S. (2018, Juli 26). Provisi Education. Diambil kembali dari 7 Tahapan
Penyusunan Standar Operasional Prosedur: http://digilib.petra.ac.id/
Pendidikan, D. (2020, 9 21). Standar Operasional Prosedur. Diambil kembali dari Dosen
Pendidikan: https://www.dosenpendidikan.co.id/
Riadi, M. (2016, October 4). Pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat SOP. Diambil kembali
dari Kajian Pustaka.com: http://www.kajianpustaka.com
Rue, G. R. (2000, hlm1. ). Dasar-Dasar Manajemen terj. G.A. Ticoalu. Jakarta: Bumi Aksara.
Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
65
DAFTAR PUSTAKA
66