UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS HUKUM
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang tidak akan
terlepas dari sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan
dan kesehatan kerja tidak hanya sangat penting bagi pekerja namun
keselamatan dan kesehatan kerja menentukan produktivitas suatu pekerjaan.
Resiko kegagalan (risk of failures) setiap aktifitas pekerjaan saat
kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya akan
mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini
mungkin, potensi kecelakaan kerja harus dicegah atau setidak-tidaknya
dikurangi dampaknya. Penanganan masalah keselamatan kerja di dalam
sebuah perusahaan harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen
pelaku usaha, tidak bisa secara parsial dan diperlakukan sebagai bahasan-
bahasan marginal dalam perusahaan (Cristiana, 2012).
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas.
Kecelakaan kerja dapat menimbulkan hal-hal negatif berupa kerugian
ekonomis dapat pula mengakibatkan penderitaan manusia atau tenaga kerja
yang bersangkutan. Lingkungan kerja yang tidak aman dan kurang sehat juga
dapat mengganggu tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
Fenomena tersebut, maka perlu sekali adanya usaha-usaha perlindungan
terhadap tenaga kerja. Pemerintah sudah lama merasa bahwa perlunya
melaksanakan usaha-usaha perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
karyawan. Pada dasarnya kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan
yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya baik jasmani, rohani, maupun sosial dengan usaha
pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum
(Widodo, 2015). Kondisi lingkungan yang baik akan memberikan dukungan
dalam proses penyelesaian pekerjaan, dimana kondisi ini memberikan
dampak terhadap pencapain kinerja karyawan.
Analisis mengenai ketersediaan peralatan keselamatan dan kesehatan
kerja merupakan bagian dari ketersediaan peralatan organiasasi yang
menyentuh aspek K3 baik nilai, perilaku dan keyakinan, persepsi dan nilai
tentang K3 yang dianut oleh karyawan. Menurut Health and Safety
Commision (2003) ketersediaan peralatan K3 mengacu pada nilai, sikap,
kompetensi, dan pola perilaku yang menentukan komitmen pada program K3.
Adanya kemampuan dalam pengelolaan K3 dengan baik maka upaya untuk
memaksimalkan potensi yang dimilliki karyawan dapat secara maksimal atau
terkait dengan upaya peningkatan kinerja karyawan. Mangkunegara (2013),
menyatakan bahwa hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.
Upaya memaksimalkan pencapaian kinerja karyawan secara langsung
dengan ketersediaan peralatan K3 yang terdapat diperusahaan. Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan satu upaya perlindungan yang diajukan
kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya. Ketersediaan
peralatan K3 memberikan dukungan dalam upaya pencpaian tujuan
perusahaan atau kinerja karyawan, dimana ketersediaan peralatan kerja
bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang ada ditempat kerja selalu
dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat
digunakan secara aman dan efisien.
Karena pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja,
maka untuk mengantisipasi dan mengurangi angka kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja juga untuk melindungi tenaga kerja, maka pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang tentang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003
Pasal 86 Ayat 1 dan 2 yang menyatakan “Setiap pekerja/buruh mempunyai
hak untuk memperoleh perlindungan atas : keselamatan dan kesehatan kerja;
moral dan kesusilaan; dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama”. Untuk melindungi keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa fungi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) itu?
2. Apa saja oraganisasi dalam kesehatan dan keselamatan kerja (K3) itu?
3. Apa undang-undang yang mengatur keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
itu?
4. Apa sejarah dan revolusi industri keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
itu?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui fungi keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
2. Untuk mengetahui apa saja oraganisasi dalam kesehatan dan keselamatan
kerja (K3).
3. Untuk mengetahui undang-undang yang mengatur keselamatan dan
kesehatan kerja (K3).
4. Untuk mengetahui sejarah dan revolusi industri keselamatan dan kesehatan
kerja (K3).
D. Manfaat Penulisan
Adapun beberapa manfaat dalam penulisan makalah ini, antara lain :
1. Bagi penulis
Diharapkan penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman yang pastinya berguna diwaktu yang akan datang.
2. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat dijadikan referensi atau masukan untuk kebijakan
kebijakan perusahaan pada periode-periode selanjutnya.
3. Bagi pihak-pihak lain
Diharapkan hasil penulisan ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan serta menjadi referensi atau bahan masukan dalam penelitian
serupa pada waktu yang akan datang.
E. Metode Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data dalam
melakukan kegiatan mengumpulkan data. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data untuk penulisan makalah ini, adalah :
a. Studi Kepustakaan (Liberary Research)
Dengan menggunakan metode ini, penulis mendapatkan informasi yang
relevan dengan topic atau masalah yang dibahas. Informasi ini dapat
diperoleh dari buku, buku, peraturan-peraturan, karya ilmiah,
ensikopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun
elektronik lain.
b. Studi Lapangan (Field Research)
Menurut Sugiyono (2013:224), teknik-teknik pengumpulan data adalah
sebagai berikut :
1) Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil.
2) Kuesioner (Angket)
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya.
3) Observasi (Pengamatan)
Merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan bila
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu
besar.
2. Jenis Data
Jenis data menurut Supranto (2010:193) adalah sebagai berikut:
a. Primary data (data primer) merupakan sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data atau dikumpulkan oleh
perorangan atau organisasi langsung melalui objeknya.
b. Secondary data (data sekunder) merupakan sumber data yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data atau diperoleh
dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi.
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan oleh penulis, maka jenis data
yang digunakan adalah Secondary data (data sekunder).
F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar makalah ini terdiri dari 4 (empat) bab yang isinya
mencerminkan susunan materi yang akan dibahas, dimana tiap-tiap bab
memiliki hubungan yang satu dengan yang lain. Untuk memberikan
gambaran yang jelas, berikut ini akan diuraikan mengenai sistematika
penulisan dalam pembuatan laporan akhir. Sistematika penulisan terdiri dari 5
(lima) bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang
pemilihan judul, perumusan masalah, ruang lingkup
pembahasan, tujuan dan manfaat penulisan, metode
pengumpulan data dan sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis mengemukakan teori-teori yang
digunakan dalam melakukan analisis dan pembahasan
masalah.
BAB III PEMBAHASAN
Pada bab 4 (empat) ini penulis akan membahas tentang
rumusan masalah.
BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan kesimpulan dari analisis data dan memberikan
saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi perusahaan dan
pihak-pihak lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penerapan K3
a. Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja dimaksudkan untuk memberikan perlindungan
kepada tenaga kerja, yang menyangkut aspek keselamatan, kesehatan,
pemeliharaan moral kerja, perlakuan sesuai martabat manusia dan moral
agama. Hal tersebut dimaksudkan agar para tenaga kerja secara aman
dapat melakukan pekerjaannya guna meningkatkan hasil kerja dan
produktivitas kerja. Dengan demikian, para tenaga kerja harus
memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatannya di
dalam setiap pelaksaan pekerjaannya sehari-hari.
Sedangkan syarat dalam keselamatan dan kesehatan kerja dalam
peraturan perundangan No. 1 tahun 1970 Pasal 3 sebagai berikut:
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b) Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
c) Memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian - kejadian lain yang membahayakan
d) Memberi pertolongan pada kecelakaan
e) Memberi alat pelindung diri pada para pekerja
f) Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya
suhu, kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara, cuaca,
sinar radiasi, kebisingan dan getaran.
g) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan
h) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
i) Menyelenggarakan suhu dan kelembapan udara yang baik
j) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
k) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
l) Menerapkan ergonomi di tempat kerja
m) Mengamankan dan mengamankan pengangkutan orang dan barang
n) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
o) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpananan barang
p) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
q) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
b. Kesehatan Kerja.
Kesehatan kerja (Occupational Health) sebagai suatu aspek atau
unsur kesehatan yang erat berkaitan dengan lingkungan kerja dan
pekerjaan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja
Menurut Lidya dalam Sayuti (2013) pengertian kesehatan kerja
adalah hal yang menyangkut kemungkinan ancaman terhadap kesehatan
seseorang yang bekerja pada sesuatu tempat atau perusahaan selama
waktu kerja yang normal. Sedangkan menurut Santoso dalam Sayuti
(2013) pengertian kesehatan kerja adalah kesehatan jasmani dan rohani.
c. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Secara filosofi K3 didefinisikan sebagai upaya dan pemikiran
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani diri manusia pada umumnya dari tenaga kerja pada khususnya
beserta hasil karyanya dalam rangka menuju masyarakat yang adil,
makmur dan sejahtera. Secara keilmuan K3 didefinisikan sebagai ilmu
dan penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan
pencegahan terhadap munculnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan dari sudut ilmu
hukum, K3 didefinisikan sebagai salah satu upaya perlindungan agar
setiap tenaga kerja dan orang lain memasuki tempat kerja senantiasa
dalam keadaan yang sehat dan selamatn serta sumber-sumber proses
produkasi dapat dijalankan secara aman, efisien dan produktif (Tarwaka,
2014).
B. Karakteristik Individu
Menurut ILO (1998) dalam Triwibowo dan Puspihandani (2013),
mengemukakan bahwa kecelakaan akibat kerja pada dasarnya disebabkan
oleh tiga faktor yaitu :
a. Faktor manusia : umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja
b. Faktor pekerjaannya : giliran kerja (shift), jenis (unit) pekerjaan
c. Faktor lingkungan di tempat kerja : lingkungan fisik, lingkungan kimia,
dan lingkungan biologi
Menurut Winarsunu (2008), beberapa karakteristik personal (pribadi)
yang berperan dalam kecelakaan kerja yang telah diteliti oleh pakar psikologi
antara lain : kemampuan kognitif, kesehatan, kelelahan, pengalaman kerja,
karakteristik kepribadian. Adapun karakteristik pekerja pada penelitian ini
meliputi :
a. Umur
Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan
akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih
tinggi untuk mengalami kecelakan akibat kerja dibandingkan dengan
golongan umur muda karena umur muda mempunyai reaksi dan
kegesitan yang lebih tinggi. Namun umur muda pun sering pula
mengalami kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini mungkin karena
kecerobohan dan sikap suka tergesa-gesa. Dari hasil penelitian di
Amerika Serikat diungkapkan bahwa pekerja muda usia lebih banyak
mengalami kecelakaan dibanding dengan pekerja yang lebih tua. Pekerja
muda usia biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaanya. Banyak
alasan mengapa tenaga kerja golongan umur muda mempunyai
kecenderungan untuk menderita kecelakaan akibat kerja lebih tinggi
dibandingkan dengan golongan umur yang lenih tua. Beberapa faktor
yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada
golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang
disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergesa-gesa
(Triwibowo dan Puspihandani, 2013).
b. Tingkat pendidikan
Menurut Triwibowo dan Puspihandani (2013), pendidikan seseorang
berpengaruh dalam pola pikir seseorang dalam menghadapi pekerjaan
yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga akan
mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan
dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja. Hubungan
tingkat pendidikan dengan lapangan yang tersedia bahwa pekerja dengan
tingkat pendidikan rendah, seperti Sekolah Dasar atau bahkan tidak
pernah bersekolah akan bekerja di lapangan yang mengandalkan fisik.
Hal ini dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja karena beban
fisik yang berat dapat mengakibatkan kelelahan yang merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja.
Pendidikan adalah pendidikan formal yang diperoleh di sekolah dan ini
sangat berpengaruh terhadap perilaku pekerja. Namun disamping
pendidikan formal, pendidikan non formal seperti penyuluhan dan
pelatihan juga dapat berpengaruh terhadap pekerja dalam pekerjaannya.
c. Masa Kerja
Menurut Suma’mur (2009), masa kerja adalah jangka waktu orang
sudah bekerja dari pertama mulai masuk hingga sekarang masih bekerja.
Masa kerja dapat diartikan sebagai sepenggal waktu yang cukup lama
dimana seseorang tenaga kerja masuk dalam satu wilayah tempat usaha
sampai batas waktu tertentu.
Menurut Triwibowo dan Puspihandani (2013), masa kerja
merupakan keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari
peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Semakin lama tenaga
kerja bekerja, semakin banyak pengalaman yang dimiliki tenaga kerja
yang bersangkutan. Sebaliknya semakin singkat masa kerja, maka
semakin sedikit pengalaman yang diperoleh. Pengalaman bekerja banyak
memberikan keahlian dan keterampilan kerja, sebaliknya terbatasnya
pengalaman kerja mengakibatkan keahlian dan keterampilan yang
dimiliki makin rendah. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui
secara mendalam seluk-beluk pekerjaan dan keselamatannya. Selain itu,
mereka sering mementingkan dahulu selesainya sejumlah pekerjaan
tertentu yang diberikan kepada mereka, sehingga keselamatan tidak
cukup mendapatkan perhatian.
BAB III
PEMBAHASAN
b. Safety Committee
Komite keselamatan kerja (Safety Committee) merupakan suatu
forum rapat para pimmpinan tingkat atas mengenai masalah keselamatan
dan kesehatan kerja. Biasanya komite diketuai oleh pimpinan tertinggi
( Kuasa Direksi/General Manager) dan sekretarisnya adalah Kepala
bagian keselamatan dari kesehatan kerja serta anggotanya terdiri dari
kepala-kepala dinas/ anager dan kepala bagian Superintendent, sehingga
keputusan yang dikeluarkann mempunyai kekuatan moral dan
dilaksanakan.Tugas Safety Committer antara lain:
a) Menetapkan kebijaksanaan perusahaan, pengarahan dan pedoman
untuk rencana keselamatan dan kesehatan kerja (corporate level)
b) Mempelajari usulan proses, fasilitas dan peralatan baru safety
(technical level)
c) Mengusut,memeriksa, dan melaporkan setiap tindakan dan ondisi
tidak aman dari masing-masing bagian dan mengusulkan tindakan
koreksi (supervisory-in-plant level).
d) Menilai dan mengevaluasi segi penerapann norma keselamatan dan
kesehatan kerja dan tata cara kerja standar (management level)
c. Bagian Personalia
Pada sistem organisasi ini penanganan masalah keselamatan dan
kesehatan kerja tidak dilakukan oleh suatu badan khusus, tetapi oleh
bagian personalia.Tugas dari bagian ini sama dengan tugas staf safety
department, yakni antara lain :
a) Memberikan petunjuk teknik dan praktis kepada pekerja tentang
keselamatan dan kesehatan kerja.
b) Melakukan onspeksi penerapan norma keselamatan dan kesehatan
kerja.
c) Melakukan pengusutan sebab-sebab kecelakaan
d) Mencatat data statistik kecelakaan kerja
e) Membuat laporan tentang keselamatan dan kesehatan kerja
tempat kerjanya
pekerjaannya.
tempat kerja.
oleh pekerja.
B. Saran
a. Perusahaan lebih memperhatikan prosedur penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dan memberikan pengertian secara kontinyu kepada
karyawan agar mereka mentaati penggunaan alat pelindung diri (APD)
guna keselamatan kerja.
b. Diharapkan dapat meningkatkan kuantitas pelatihan tentang keselamatan
dan kesehatan kerja untuk memberikan pengetahuan kepada karyawan
mengenai bahaya-bahaya yang dapat terjadi dari pekerjaan yang mereka
lakukan dan pentingnya melindungi diri, serta memelihara mesin-mesin
pabrik agar tetap dalam kondisi baik dan tidak membahayakan karyawan
pada saat bekerja.
c. Pihak manajemen lebih intensif lagi mengawasi dan memperingatkan
karyawannya secara terus menerus setiap memulai pekerjaannya dan
meningkatkan lagi kinerja supervisor agar dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik serta partisipasi dari karyawan lainnya dalam menaati
peraturan sehingga masalah keselamatan dan kesehatan kerja karyawan
dapat terawasi dengan baik dan berjalan sesuai dengan harapan
perusahaan.
d. Tingkatan risiko dapat dikurangi dengan cara pembuatan Standar
Operasional Prosedur pada setiap bagian pekerjaan dan monitoring
pelaksanaan standar keselamatan kerja secara rutin
DAFTAR PUSTAKA