Anda di halaman 1dari 25

TUGAS 2

HUKUM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Dosen : Masidin, S.H.,M.H

Nama : Syifa Anindya


NPM : 203300416045

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS HUKUM
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang tidak akan
terlepas dari sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan
dan kesehatan kerja tidak hanya sangat penting bagi pekerja namun
keselamatan dan kesehatan kerja menentukan produktivitas suatu pekerjaan.
Resiko kegagalan (risk of failures) setiap aktifitas pekerjaan saat
kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya akan
mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini
mungkin, potensi kecelakaan kerja harus dicegah atau setidak-tidaknya
dikurangi dampaknya. Penanganan masalah keselamatan kerja di dalam
sebuah perusahaan harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen
pelaku usaha, tidak bisa secara parsial dan diperlakukan sebagai bahasan-
bahasan marginal dalam perusahaan (Cristiana, 2012).
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas.
Kecelakaan kerja dapat menimbulkan hal-hal negatif berupa kerugian
ekonomis dapat pula mengakibatkan penderitaan manusia atau tenaga kerja
yang bersangkutan. Lingkungan kerja yang tidak aman dan kurang sehat juga
dapat mengganggu tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
Fenomena tersebut, maka perlu sekali adanya usaha-usaha perlindungan
terhadap tenaga kerja. Pemerintah sudah lama merasa bahwa perlunya
melaksanakan usaha-usaha perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
karyawan. Pada dasarnya kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan
yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya baik jasmani, rohani, maupun sosial dengan usaha
pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum
(Widodo, 2015). Kondisi lingkungan yang baik akan memberikan dukungan
dalam proses penyelesaian pekerjaan, dimana kondisi ini memberikan
dampak terhadap pencapain kinerja karyawan.
Analisis mengenai ketersediaan peralatan keselamatan dan kesehatan
kerja merupakan bagian dari ketersediaan peralatan organiasasi yang
menyentuh aspek K3 baik nilai, perilaku dan keyakinan, persepsi dan nilai
tentang K3 yang dianut oleh karyawan. Menurut Health and Safety
Commision (2003) ketersediaan peralatan K3 mengacu pada nilai, sikap,
kompetensi, dan pola perilaku yang menentukan komitmen pada program K3.
Adanya kemampuan dalam pengelolaan K3 dengan baik maka upaya untuk
memaksimalkan potensi yang dimilliki karyawan dapat secara maksimal atau
terkait dengan upaya peningkatan kinerja karyawan. Mangkunegara (2013),
menyatakan bahwa hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.
Upaya memaksimalkan pencapaian kinerja karyawan secara langsung
dengan ketersediaan peralatan K3 yang terdapat diperusahaan. Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan satu upaya perlindungan yang diajukan
kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya. Ketersediaan
peralatan K3 memberikan dukungan dalam upaya pencpaian tujuan
perusahaan atau kinerja karyawan, dimana ketersediaan peralatan kerja
bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang ada ditempat kerja selalu
dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat
digunakan secara aman dan efisien.
Karena pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja,
maka untuk mengantisipasi dan mengurangi angka kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja juga untuk melindungi tenaga kerja, maka pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang tentang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003
Pasal 86 Ayat 1 dan 2 yang menyatakan “Setiap pekerja/buruh mempunyai
hak untuk memperoleh perlindungan atas : keselamatan dan kesehatan kerja;
moral dan kesusilaan; dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama”. Untuk melindungi keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa fungi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) itu?
2. Apa saja oraganisasi dalam kesehatan dan keselamatan kerja (K3) itu?
3. Apa undang-undang yang mengatur keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
itu?
4. Apa sejarah dan revolusi industri keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
itu?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui fungi keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
2. Untuk mengetahui apa saja oraganisasi dalam kesehatan dan keselamatan
kerja (K3).
3. Untuk mengetahui undang-undang yang mengatur keselamatan dan
kesehatan kerja (K3).
4. Untuk mengetahui sejarah dan revolusi industri keselamatan dan kesehatan
kerja (K3).

D. Manfaat Penulisan
Adapun beberapa manfaat dalam penulisan makalah ini, antara lain :
1. Bagi penulis
Diharapkan penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman yang pastinya berguna diwaktu yang akan datang.
2. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat dijadikan referensi atau masukan untuk kebijakan
kebijakan perusahaan pada periode-periode selanjutnya.
3. Bagi pihak-pihak lain
Diharapkan hasil penulisan ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan serta menjadi referensi atau bahan masukan dalam penelitian
serupa pada waktu yang akan datang.

E. Metode Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data dalam
melakukan kegiatan mengumpulkan data. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data untuk penulisan makalah ini, adalah :
a. Studi Kepustakaan (Liberary Research)
Dengan menggunakan metode ini, penulis mendapatkan informasi yang
relevan dengan topic atau masalah yang dibahas. Informasi ini dapat
diperoleh dari buku, buku, peraturan-peraturan, karya ilmiah,
ensikopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun
elektronik lain.
b. Studi Lapangan (Field Research)
Menurut Sugiyono (2013:224), teknik-teknik pengumpulan data adalah
sebagai berikut :
1) Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil.
2) Kuesioner (Angket)
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya.
3) Observasi (Pengamatan)
Merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan bila
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu
besar.
2. Jenis Data
Jenis data menurut Supranto (2010:193) adalah sebagai berikut:
a. Primary data (data primer) merupakan sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data atau dikumpulkan oleh
perorangan atau organisasi langsung melalui objeknya.
b. Secondary data (data sekunder) merupakan sumber data yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data atau diperoleh
dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi.
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan oleh penulis, maka jenis data
yang digunakan adalah Secondary data (data sekunder).

F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar makalah ini terdiri dari 4 (empat) bab yang isinya
mencerminkan susunan materi yang akan dibahas, dimana tiap-tiap bab
memiliki hubungan yang satu dengan yang lain. Untuk memberikan
gambaran yang jelas, berikut ini akan diuraikan mengenai sistematika
penulisan dalam pembuatan laporan akhir. Sistematika penulisan terdiri dari 5
(lima) bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang
pemilihan judul, perumusan masalah, ruang lingkup
pembahasan, tujuan dan manfaat penulisan, metode
pengumpulan data dan sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis mengemukakan teori-teori yang
digunakan dalam melakukan analisis dan pembahasan
masalah.
BAB III PEMBAHASAN
Pada bab 4 (empat) ini penulis akan membahas tentang
rumusan masalah.
BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan kesimpulan dari analisis data dan memberikan
saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi perusahaan dan
pihak-pihak lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penerapan K3
a. Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja dimaksudkan untuk memberikan perlindungan
kepada tenaga kerja, yang menyangkut aspek keselamatan, kesehatan,
pemeliharaan moral kerja, perlakuan sesuai martabat manusia dan moral
agama. Hal tersebut dimaksudkan agar para tenaga kerja secara aman
dapat melakukan pekerjaannya guna meningkatkan hasil kerja dan
produktivitas kerja. Dengan demikian, para tenaga kerja harus
memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatannya di
dalam setiap pelaksaan pekerjaannya sehari-hari.
Sedangkan syarat dalam keselamatan dan kesehatan kerja dalam
peraturan perundangan No. 1 tahun 1970 Pasal 3 sebagai berikut:
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b) Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
c) Memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian - kejadian lain yang membahayakan
d) Memberi pertolongan pada kecelakaan
e) Memberi alat pelindung diri pada para pekerja
f) Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya
suhu, kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara, cuaca,
sinar radiasi, kebisingan dan getaran.
g) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan
h) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
i) Menyelenggarakan suhu dan kelembapan udara yang baik
j) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
k) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
l) Menerapkan ergonomi di tempat kerja
m) Mengamankan dan mengamankan pengangkutan orang dan barang
n) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
o) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpananan barang
p) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
q) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

b. Kesehatan Kerja.
Kesehatan kerja (Occupational Health) sebagai suatu aspek atau
unsur kesehatan yang erat berkaitan dengan lingkungan kerja dan
pekerjaan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja
Menurut Lidya dalam Sayuti (2013) pengertian kesehatan kerja
adalah hal yang menyangkut kemungkinan ancaman terhadap kesehatan
seseorang yang bekerja pada sesuatu tempat atau perusahaan selama
waktu kerja yang normal. Sedangkan menurut Santoso dalam Sayuti
(2013) pengertian kesehatan kerja adalah kesehatan jasmani dan rohani.
c. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Secara filosofi K3 didefinisikan sebagai upaya dan pemikiran
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani diri manusia pada umumnya dari tenaga kerja pada khususnya
beserta hasil karyanya dalam rangka menuju masyarakat yang adil,
makmur dan sejahtera. Secara keilmuan K3 didefinisikan sebagai ilmu
dan penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan
pencegahan terhadap munculnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan dari sudut ilmu
hukum, K3 didefinisikan sebagai salah satu upaya perlindungan agar
setiap tenaga kerja dan orang lain memasuki tempat kerja senantiasa
dalam keadaan yang sehat dan selamatn serta sumber-sumber proses
produkasi dapat dijalankan secara aman, efisien dan produktif (Tarwaka,
2014).

B. Karakteristik Individu
Menurut ILO (1998) dalam Triwibowo dan Puspihandani (2013),
mengemukakan bahwa kecelakaan akibat kerja pada dasarnya disebabkan
oleh tiga faktor yaitu :
a. Faktor manusia : umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja
b. Faktor pekerjaannya : giliran kerja (shift), jenis (unit) pekerjaan
c. Faktor lingkungan di tempat kerja : lingkungan fisik, lingkungan kimia,
dan lingkungan biologi
Menurut Winarsunu (2008), beberapa karakteristik personal (pribadi)
yang berperan dalam kecelakaan kerja yang telah diteliti oleh pakar psikologi
antara lain : kemampuan kognitif, kesehatan, kelelahan, pengalaman kerja,
karakteristik kepribadian. Adapun karakteristik pekerja pada penelitian ini
meliputi :
a. Umur
Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan
akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih
tinggi untuk mengalami kecelakan akibat kerja dibandingkan dengan
golongan umur muda karena umur muda mempunyai reaksi dan
kegesitan yang lebih tinggi. Namun umur muda pun sering pula
mengalami kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini mungkin karena
kecerobohan dan sikap suka tergesa-gesa. Dari hasil penelitian di
Amerika Serikat diungkapkan bahwa pekerja muda usia lebih banyak
mengalami kecelakaan dibanding dengan pekerja yang lebih tua. Pekerja
muda usia biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaanya. Banyak
alasan mengapa tenaga kerja golongan umur muda mempunyai
kecenderungan untuk menderita kecelakaan akibat kerja lebih tinggi
dibandingkan dengan golongan umur yang lenih tua. Beberapa faktor
yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada
golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang
disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergesa-gesa
(Triwibowo dan Puspihandani, 2013).
b. Tingkat pendidikan
Menurut Triwibowo dan Puspihandani (2013), pendidikan seseorang
berpengaruh dalam pola pikir seseorang dalam menghadapi pekerjaan
yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga akan
mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan
dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja. Hubungan
tingkat pendidikan dengan lapangan yang tersedia bahwa pekerja dengan
tingkat pendidikan rendah, seperti Sekolah Dasar atau bahkan tidak
pernah bersekolah akan bekerja di lapangan yang mengandalkan fisik.
Hal ini dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja karena beban
fisik yang berat dapat mengakibatkan kelelahan yang merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja.
Pendidikan adalah pendidikan formal yang diperoleh di sekolah dan ini
sangat berpengaruh terhadap perilaku pekerja. Namun disamping
pendidikan formal, pendidikan non formal seperti penyuluhan dan
pelatihan juga dapat berpengaruh terhadap pekerja dalam pekerjaannya.
c. Masa Kerja
Menurut Suma’mur (2009), masa kerja adalah jangka waktu orang
sudah bekerja dari pertama mulai masuk hingga sekarang masih bekerja.
Masa kerja dapat diartikan sebagai sepenggal waktu yang cukup lama
dimana seseorang tenaga kerja masuk dalam satu wilayah tempat usaha
sampai batas waktu tertentu.
Menurut Triwibowo dan Puspihandani (2013), masa kerja
merupakan keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari
peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Semakin lama tenaga
kerja bekerja, semakin banyak pengalaman yang dimiliki tenaga kerja
yang bersangkutan. Sebaliknya semakin singkat masa kerja, maka
semakin sedikit pengalaman yang diperoleh. Pengalaman bekerja banyak
memberikan keahlian dan keterampilan kerja, sebaliknya terbatasnya
pengalaman kerja mengakibatkan keahlian dan keterampilan yang
dimiliki makin rendah. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui
secara mendalam seluk-beluk pekerjaan dan keselamatannya. Selain itu,
mereka sering mementingkan dahulu selesainya sejumlah pekerjaan
tertentu yang diberikan kepada mereka, sehingga keselamatan tidak
cukup mendapatkan perhatian.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Fungsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


a. Fungsi dari Kesehatan kerja
a) Identifikasi dan Melakukan Penilaian terhadap resiko dari bahaya
kesehatan di tempat kerja
b) Memberikan saran terhadap perencanaan  dan pengorganisasian dan
praktek kerja termasuk desain tempat kerja
c) Memberikan saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang
kesehatan kerja dan APD
d) Memantau  kesehatan para pekerja
e) Terlibat dalam proses rehabilitasi pekerja yang mengalami
sakit/kecelakaan kerja
f) Mengelola P3K dan tindakan darurat

b. Fungsi dari Keselamatan Kerja


a) Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dan praktek yang dapat
membahayakan keselamatan para pekerja.
b) Membuat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan
program
c) Menerapkan, mendokumentasikan dan menginformasikan rekan
lainnya dalam hal pengendalian bahaya dan program pengendalian
bahaya
d) Ukur, periksa kembali  keefektifitas pengendalian bahaya dan
program pengendalian bahaya.

B. Organisasi  Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Secara umum ada empat bentuk organisasi pengelola keselamatan dan
kesehatan kerja yang diterapkan dalam usaha pertambangan atau pun usaha
lainnya, yakni :
a. Safety Departement
Model organisasi ini memberikan kedudukan khusus kepada
bagian keselamatan kerja (seafety department) sebagai subsistem
organisasi perusahaan untuk mengurusi segala hal yang berhubungan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan.Untuk dapat
melaksanakan tugas-tugas organisasi, mestinya personil safety
department terdiri dari orang-orang yang punya percekapan teknik dan
praktis tentang keselamatan dan kesehatan kerjas (setifikasi khusu
safety).
Secara umum tugas dari staf department adalah :
a) Memberikan petunjuk teknik dan praktis tentang keselamatan dan
kesehatan kerja.
b) Melakukan isnpeksi penerapan norma keselamtan dan kesehatan
kerja oleh para pekerja dibawah pimpinananya.
c) Melakukan pengusutan tentang sebab-sebab kecelakaan
d) Mencatat statistik kecelakaan yang terjadi pada perusahaan
e) Membuat laporan tentang keselamatan dan kesehatan kerja

b. Safety Committee
Komite keselamatan kerja (Safety Committee) merupakan suatu
forum rapat para pimmpinan tingkat atas mengenai masalah keselamatan
dan kesehatan kerja. Biasanya komite diketuai oleh pimpinan tertinggi
( Kuasa Direksi/General Manager) dan sekretarisnya adalah Kepala
bagian keselamatan dari kesehatan kerja serta anggotanya terdiri dari
kepala-kepala dinas/ anager dan kepala bagian Superintendent, sehingga
keputusan yang dikeluarkann mempunyai kekuatan moral dan
dilaksanakan.Tugas Safety Committer antara lain:
a) Menetapkan kebijaksanaan perusahaan, pengarahan dan pedoman
untuk rencana keselamatan dan kesehatan kerja (corporate level)
b) Mempelajari usulan proses, fasilitas dan peralatan baru safety
(technical level)
c) Mengusut,memeriksa, dan melaporkan setiap tindakan dan ondisi
tidak aman dari masing-masing bagian dan mengusulkan tindakan
koreksi (supervisory-in-plant level).
d) Menilai dan mengevaluasi segi penerapann norma keselamatan dan
kesehatan kerja dan tata cara kerja standar (management level)

c. Bagian Personalia
Pada sistem organisasi ini penanganan masalah keselamatan dan
kesehatan kerja tidak dilakukan oleh suatu badan khusus, tetapi oleh
bagian personalia.Tugas dari bagian ini sama dengan tugas staf safety
department, yakni antara lain :
a) Memberikan petunjuk teknik dan praktis kepada pekerja tentang
keselamatan dan kesehatan kerja.
b) Melakukan onspeksi penerapan norma keselamatan dan kesehatan
kerja.
c) Melakukan pengusutan sebab-sebab kecelakaan
d) Mencatat data statistik kecelakaan kerja
e) Membuat laporan tentang keselamatan dan kesehatan kerja

Model manajeman pengelolaan seperti ini biasanya hasil kerjanya kurang


memuaskan, kerena terkesan keselamatan dan kesehatan kerja diurus
secara sambilan.

d. Organisasi Staf dan Garis


Organisasi perusahaan tambang yang berbentuk staf dan garis memberi
tugas tambahan kepada staf yang ada pada posisi pengawas untuk terjun
langsung dalam menangani keselamatan dan kesehatan kerja di bidang
masing-masing.
Seorang staf dalam organisasi ini haruslah mempunyai sertifikasi khusus,
motivasi tinggi, pengetahuan, dan pengalaman yang cukup dalam
masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
Mereka bertugas :
a) Memberikan contoh langsung (mendemonstrasikan) cara dan 
kebiasaan kerja yang aman.
b) Mengamati dan mengoreksi tindakan dan kondisi tidak aman.
c) Membangkitkankan dan memilhara minat sert partisipasi anak
buahnya dalam penerpan norma keselamatan dan kesehatan kerja.
d) Membuat laporan keselamatan dan kesehatan kerja.
Staf and line organization menetapkan bahwa keselamatan dan kesehatan
kerja merupakan tanggung jawab penuh organisasi dan aspek keselamatan
dan kesehatan kerja adalah merupakan bagian integral dari kegiatan
produksi.

C. Undang-Undang  Keselamatan dan Kesehatan Kerja


a. Undang-undang RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-undang ini mengatur tentang:
a) Kewajiban pengurus (pimpinan tempat kerja)
b) Kewajiban dan hak pekerja
c) Kewenangan Menteri Tenaga Kerja untuk membentuk Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) guna
mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi aktif
dari pengusaha atau pengurus dan pekerja di tempat-tempat kerja,
dalam rangka melancarkan usaha berproduksi dan meningkatkan
produktivitas kerja
d) Ancaman pidana atas pelanggaran peraturan ini dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp.100.000, (seratus ribu rupiah)
b. Kewajiban memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja yang meliputi :
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c) Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan
d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan
f) Menyediakan alat-alat perlindungan diri (APD) untuk pekerja
g) Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya
bahaya akibat suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
psikis, keracunan, infeksi atau penularan
i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
j) Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik
k) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
l) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
m) Menciptakan keserasian antara pekerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerja
n) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang
o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
p) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang
q) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
r) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang berbahaya agar kecelakaan tidak menjadi bertambah tinggi
s) Kewajiban melakukan pemeriksaan kesehatan badan, kondisi mental
dan kemampuan fisik pekerja yang baru diterima bekerja maupun
yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan
kesehatan secara berkala.
t) Kewajiban menunjukan dan menjelaskan kepada setiap pekerja baru
tentang :
- Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul di tempat
kerjanya
- Pengaman dan perlindungan alat-alat yang ada dalam area

tempat kerjanya

- Alat-alat perlindungan diri bagi pekerja yang bersangkutan


- Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan

pekerjaannya.

- Kewajiban melaporkan setiap kecelakaan kerja yang terjadi di

tempat kerja.

- Kewajiban menempatkan semua syarat keselamatan kerja yang

diwajibkan pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca

oleh pekerja.

- Kewajiban memasang semua gambar keselamatan kerja yang

diharuskan dan semua bahan pembinaan lainnya pada tempat-

tempat yang mudah dilihat dan dibaca.

- Kewajiban menyediakan alat perlindungan diri secara cuma-

cuma disertai petunjuk-petunjuk yang diperlukan pada pekerja

dan juga bagi setiap orang yang memasuki tempat kerja tersebut.

D. Kewajiban dan Hak Pekerja


a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pengawas atau

ahli keselamatan kerja.

b. Memakai APD dengan tepat dan benar

c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan

kesehatan kerja yang diwajibkan

d. Meminta kepada pimpinan agar dilaksanakan semua syarat keselamatan

dan kesehatan kerja yang diwajibkan

e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan


dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pengawas, dalam batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan
E. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja
dijelaskan sebagai berikut :

a. Kesehatan Kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja


secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal
sejalan dengan program perlindungan pekerja.

b. Kesehatan Kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan


penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.

c. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.

d. Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada


poin (1), (2) dan (3) ditetapkan dengan peraturan pemerintah
e. Tempat kerja yang tidak memenuhi ketentuan kesehatan kerja
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau pidana
denda paling banyak Rp. 15.000.000.(lima belas juta rupiah)

F. Undang-undang RI No. 25 Tahun 1991 Tentang Ketenagakerjaan


Dalam peraturan ini diatur bahwa setiap pekerja berhakmemperoleh
perlindungan atas:
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. Moral dan kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai agama.

E. Undang-Undang no. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


a. Perenacanaan tenaga kerja
b. Pelatihan kerja
c. Kompetensi kerja
d. Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
e. Waktu kerja
f. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
G. Sejarah dan Revolusi Industri Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Sejarah Perkembangan K3 Tingkat Dunia
Kapan perkembangan K3 dimulai secara tepat tidak diketahui,
namun ada anggapan bahwa K3 mulai timbul sejak adanya pekerjaan
dalam hubungannya dengan adanya sistim pengupahan atau
penggajian.
Dari beberapa literature ditemukan bahwa pada abad ke-16
mulai ada keterangan-keterangan yang lebih jelas tentang gambaran
kecelakaan dan penyakit yang diderita oleh pekerja tambang.
Pada abad ke-17, Bernardine Ramazzini yang oleh beberapa
penulis dianggap sebagai Bapak K3, di dalam bukunya yang berjudul
“De Morbis Artificum Diatriba” menguraikan tentang berbagai jenis
penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh
pekerja. Dengan demikian Ramazzini telah memperjelas persoalan
bahwa pekerjaan dapat menimbulkan penyakit, yang sampai saat ini
dikenal dengan penyakit akibat kerja. Selaian itu dia juga
manambahkan cara-cara menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja.
Pada pertengahan abad ke-18, dengan terjadinya revolusi
industri di Inggris, dimana saat itu mulai ditemukan cara-cara
berproduksi baru, mesin-mesin baru untuk industri seperti mesin
tenun, generator serta mesin untuk pengangkutan, maka K3 pun juga
mengalami perkembangan yang lebih pesat lagi. Perkembangan yang
demikian juga terjadi dinegara-negara Erpa lainnya serta Amerika.
Pertumbuhan dan perkembangan teknologi dinegara-negara
maju pada abad ke-20 ini, seperti teknologi produksi didalam industri,
teknologi komunikasi, teknologi pertambangan, dan teknologi canggih
lainnya merupakan tantangan bagi perkembangan K3. Dan kenyataan
mampu berkembang mengikuti kemajuan yang cepat sesuai dengan
laju pertumbuhan teknologi.
b. Sejarah Perkembangan K3 di Indonesia
Seperti halnya dengan perkembangan K3 dinegara-negara maju
lainnya. Perkembangan K3 di Indonesia tidak diketahui secara pasti
kapan tepatnya. Kemajuan-kemajuan yang dicapai di eropa sangat
dirasakan sejak timbulnya revolusi industri, nemun perkembangan K3
sesungguhnya baru dirasakan (terjadi) bebrapa tahun setelah Negara
kita merdeka yaitu pada saat munculnya Undang-Undang Kerja dan
Undang-Undang Kecelakaan, meskipun permulaannya belum berlaku,
namun telah memuat pokok-pokok tentang K3.
Selanjutnya oleh Departemen Perburuhan pada tahun 1967
didirikan lembaga Kesehatan Buruh yang kemudian pada tahun 1965
berubah menjadi Lembaga Keselamatan dan Kesehatan Buruh.
Pada tahun 1966 didirikan Lembaga igiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja di Departemen Tenaga Kerja, dan Dinas Higiene
Perusahaan/Sanitasi umum dan Dinas Kesehatan Tenaga Kerja di
Departemen Kesehatan. Disamping itu juga tumbuh organisasi swasta
yaitu Yayasan Higiene Perusahaan yang berkedudukan di Surabaya.
Untuk selanjutnya organisasi Hiperkes (Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja) yang ada dipemerintah dari tahun-ketahun selalu
mengalami perubahan-perubahan dengan nama sebagai berikut :
a) Pada tahun 1969 berubah menjadi Lembaga Nasional Higiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja
b) 2. Pada tahun 1978 berubah menjadi pusat Higiene Perusahaan,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Hiperkes).
c) 3. Pada tahun 1983 berubah lagi menjadi Pusat Higiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja
d) 4. Pada tahun 1988 berubah menjadi pusat Pelayanan Ergonomi,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
e) 5. Pada tahun 1993 berubah lagi menjadi Pusat Higiene
Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Jadi jelas bahwa perkembangan K3 di Indonesia berjalan
bersama-sama dengan pengembangan kesehatan kerja yaitu selain
melalui institusi, juga dilakukan melalui upaya-upaya penerbitas
buku-buku, majalah, leaflet K3, spanduk-spanduk, poster dan
disebabarluaskan ke Seluruh Indonesia. Kegiatan lain adalah seminar
K3, konvensi, lokakarya, bimbingan terapan K3 diadakan secara
berkala dan terus menerus.
Organisasi K3 adalah Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja
(AHKKI) yang memiliki cabang diseluruh Provinsi Wilayah NKRI
dengan pusat di Jakarta.
Program pndidikan keahlian K3 dilaksanakan baik dalam bentuk
mata kuliah pendidikan formal yang diberikan pada beberapa jurusan
di Perguruan Tinggi, juga diberikan dalam bentuk In formasl berupa
kursus-kursus keahlian K3. dan salah satu keahlian yang berkembang
di tahun 2004 adalah HIMU = Higiene Industri Muda.
Dari segi peraturan perundang-uandang yang berlaku, yaitu
perundangan yang menyangkut K3 yang terdapat dalam Undang-
Undang No.1 tahun 1970, Peraturan Menteri dan Surat edaran telah
banyak diterbitkan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya
baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis
dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang
penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai
peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah
kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di
lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut
sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang
tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak
terjadi kecelakaan kerja.

B. Saran
a. Perusahaan lebih memperhatikan prosedur penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dan memberikan pengertian secara kontinyu kepada
karyawan agar mereka mentaati penggunaan alat pelindung diri (APD)
guna keselamatan kerja.
b. Diharapkan dapat meningkatkan kuantitas pelatihan tentang keselamatan
dan kesehatan kerja untuk memberikan pengetahuan kepada karyawan
mengenai bahaya-bahaya yang dapat terjadi dari pekerjaan yang mereka
lakukan dan pentingnya melindungi diri, serta memelihara mesin-mesin
pabrik agar tetap dalam kondisi baik dan tidak membahayakan karyawan
pada saat bekerja.
c. Pihak manajemen lebih intensif lagi mengawasi dan memperingatkan
karyawannya secara terus menerus setiap memulai pekerjaannya dan
meningkatkan lagi kinerja supervisor agar dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik serta partisipasi dari karyawan lainnya dalam menaati
peraturan sehingga masalah keselamatan dan kesehatan kerja karyawan
dapat terawasi dengan baik dan berjalan sesuai dengan harapan
perusahaan.
d. Tingkatan risiko dapat dikurangi dengan cara pembuatan Standar
Operasional Prosedur pada setiap bagian pekerjaan dan monitoring
pelaksanaan standar keselamatan kerja secara rutin
DAFTAR PUSTAKA

AA. Anwar Prabu Mangkunegara, 2013,Manajemen Sumber Daya Manusia


Perusahaan, Remaja Rosdakarya, Bandung
Christina, M. J. (2012). Assessing the effectiveness of the adapted adversity
quotient program in a special education school.
Eko Widodo,Suparno.2015.” Manajemen Pengembangan Sumber Daya
Manusia”.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai