TESIS
Oleh:
NPM. 206080165
2023
ANALISIS KEPATUHAN DALAM PENERAPAN SURGICAL
Oleh:
Nama : dr. LIZA AMELIA, Sp.BS
NPM : 206080165
2023
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
iii
BIODATA PENULIS
Nama :
NPM :
Tempat & Tanggal Lahir :
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD : SD
SMP :
SMA : SMA
iv
ABSTRAK
dr. Liza Amelia, Sp. BS, 206080165, 2023. Analisis Kepatuhan dalam Penerapan
Surgical Safety Checklist Berdasarkan Theory of Planned Behaviour di Kamar
Operasi RS Elisabeth Kota Batam Tahun 2023.
Latar Belakang : Kamar operasi adalah bagian dari rumah sakit yang paling
sering ditemukan masalah keselamatan pasien yaitu terjadinya kesalahan tindakan
medis. Penanganan keselamatan pasien memerlukan kehati-hatian dan mematuhi
prinsip dasar patient safety. Keselamatan pasien atau patient safety memiliki
definisi bebas dari cedera aksidental atau menghindari cedera pasien akibat
tindakan pelayanan. Salah satu program patient safety adalah surgical safety
checklist atau daftar periksa keselamatan bedah yang bertujuan untuk mengurangi
angka morbiditas dan mortalitas perioperatif.
Hasil : Sebagian besar responden memiliki tingkat kepatuhan yang kuat dalam
penerapan SSC pada saat Sign In (SI), yaitu sebanyak 87,5%. Sebagian besar
responden memiliki tingkat kepatuhan yang kuat dalam penerapan SSC pada saat
Time Out (TO), yaitu sebanyak 83,3%. Sebagian besar responden memiliki
tingkat kepatuhan yang kuat dalam penerapan SSC pada saat Sign Out (SO), yaitu
sebanyak 91,7%. Sebagian besar responden memiliki nilai Behavioral Beliefs
dengan tingkat kuat sebanyak 79,2%. Sebagian besar responden memiliki nilai
Normative Beliefs dengan tingkat kuat sebanyak 75,0%. Sebagian besar responden
memiliki nilai Control Beliefs dengan tingkat kuat sebanyak 75,0%. Kepatuhan
dalam penerapan Surgical Safety Checklist terhadap Behavior Beliefs tidak
memiliki hubungan yang bermakna (p value = 1,000). Kepatuhan dalam
penerapan Surgical Safety Checklist terhadap Normatif Beliefs tidak memiliki
hubungan yang bermakna (p value = 0,277). Kepatuhan dalam penerapan
Surgical Safety Checklist terhadap Control Beliefs tidak memiliki hubungan yang
bermakna (p value = 0,618). Control beliefs merupakan factor yang paling
dominan mempengaruhi penerapan Surgical Safety Checklist dengan nilai OR
tertinggi yaitu 5,227 (95% CI: 0,322-84,818) yang artinya control beliefs 5,227
kali berpengaruh beresiko terhadap penerapan surgical safety checklist.
v
Behaviour
ABSTRACT
dr. Liza Amelia, Sp. BS, 206080165, 2023. Compliance Analysis in the
Implementation of Surgical Safety Checklist Based on Theory of Planned
Behavior in the Operation Room of Elisabeth Hospital Batam City in 2023.
Background : The operating room is the part of the hospital where patient safety
problems are most often found, namely the occurrence of medical errors.
Handling patient safety requires caution and adheres to the basic principles of
patient safety. Patient safety or patient safety has the definition of being free from
accidental injury or avoiding patient injury due to service actions. One of the
patient safety programs is a surgical safety checklist which aims to reduce
perioperative morbidity and mortality.
Result : Most of the respondents had a strong level of compliance with SSC
implementation at the time of Sign In (SI), which was 87.5%. Most of the
respondents had a strong level of compliance with SSC implementation during the
Time Out (TO), which was 83.3%. Most of the respondents had a strong level of
compliance with SSC implementation at the time of Sign Out (SO), which was
91.7%. Most of the respondents have a Behavioral Beliefs value with a strong
level of 79.2%. Most of the respondents have Normative Beliefs with a strong
level of 75.0%. Most of the respondents have Control Beliefs values with a strong
level of 75.0%. Compliance in applying the Surgical Safety Checklist to Behavior
Beliefs has no significant relationship (p value = 1.000). Compliance in applying
the Surgical Safety Checklist to Normative Beliefs has no significant relationship
(p value = 0.277). Compliance in applying the Surgical Safety Checklist to
Control Beliefs has no significant relationship (p value = 0.618). Control beliefs
are the most dominant factor influencing the application of the Surgical Safety
Checklist with the highest OR value of 5.227 (95% CI: 0.322-84.818) which
means that control beliefs are 5.227 times the risk factor for implementing the
surgical safety checklist.
Conclusion : Based on the results of the study, it can be concluded that there is
no significant relationship between adherence in applying the surgical safety
checklist based on the theory of planned behavior in the operating room of Santa
Elisabeth Hospital, Batam City.
vi
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................
2.1 Kepatuhan......................................................................................................................
7.1 Kesimpulan.................................................................................................................
7.2 Saran...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1
ix
x
DAFTAR GAMBAR
x
xi
DAFTAR SINGKATAN
SSC
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
program patient safety adalah surgical safety checklist atau daftar periksa
keselamatan bedah (WHO, 2017). Pada Juni 2008, WHO mempelopori
peluncuran surgical safety checklist (T. G. Weiser & Haynes, 2018). Program ini
bertujuan untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas perioperatif
(Hyman,2017;Russ et al., 2015). Menurut literatur mayoritas atau sekitar 90%
penanganan cedera dan kecacatan yang memiliki risiko angka kematian
ditemukan di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah (LaGrone et al.,
2016).
Penelitian WHO menunjukkan bahwa setiap tahun lebih dari 224 ratus juta
prosedur bedah dilakukan di seluruh dunia, diperkirakan rata-rata satu insiden
komplikasi pasien (morbiditas dan mortalitas) dilaporkan setiap 35 detik dan
insiden komplikasi pasien yang paling umum terkait dengan prosedur bedah
(27%), kesalahan pengobatan (18,3%), dan infeksi terkait perawatan kesehatan
(12,2%) (WHO, 2017). Kesalahan intraoperatif sering terjadi dalam operasi, alat
bedah yang tertinggal di dalam tubuh pasien tercatat sebagai kesalahan serius
paling sering terjadi, dan sangat merugikan bagi pasien (Rolston & Berger, 2018 ;
Kemenkes, 2017). hasil studi Gawande, (2003) dikutip dari Abbott et al., (2018)
menyatakan kesalahan tindakan pembedahan diakibatkan terhadap perilaku
negatif tim bedah.
Surgical safety checklist diuji coba di delapan rumah sakit di dunia dan
didapatkan 4000 data pasien dari beragam kelompok pada Oktober 2007-
September 2008 menunjukkan hasil bahwa penerapan Surgical safety checklist
berdampak positif, dapat menurunkan angka komplikasi rawat inap (11,0-7,0%)
dan kematian (1,5-0,8%). Pada tahun 2009 penerapan checklist keselamatan bedah
mulai dilaksanakan di beberapa rumah sakit (Russ et al., 2014).
WHO melaporkan penggunaan surgical safety checklist berdasarkan data yang
dikumpulkan pada tahun 2011, Penggunaannya mendekati 100% di Denmark,
Prancis, Irlandia, Belanda dan Inggris. Namun di Kroasia, Siprus, Ceko Republik,
Estonia, Yunani, Hungaria, Latvia, Lithuania, Polandia lebih rendah 30 % (Weiser
& Haynes, 2018). Sekarang lebih dari 4000 rumah sakit di dunia telah
menerapkan surgical safety checklist atas saran dari WHO checklist tersebut dapat
2
3
3
4
Sakit yang menuntut penerapan surgical safety checklist di kamar operasi harus
100% (SNARS, 2018). Maka dari itu pentingnya perilaku kepatuhan penerapan
surgical safety checklist memastikan bahwa tugas-tugas spesifik diselesaikan
dengan teliti, meningkatkan komunikasi di antara tim multidisiplin dan
memberikan perilaku positif terhadap tim bedah pada tiap tindakan pembedahan
(Hyman, 2017).
Untuk memastikan penerapan kepatuhan terhadap surgical safety checklist
dilakukan beberapa kegiatan salah satunya adalah pengukuran penerapan budaya
kepatuhan kepada seluruh pegawai (IBI, 2018). Untuk tujuan ini,
mengimplementasikan format surgical safety checklist oleh tim bedah
berdasarkan model psikologis telah menganjurkan kebutuhan untuk
menerjemahkan teori ke dalam praktik serta dapat memberikan wawasan ke dalam
apa yang memotivasi orang untuk terlibat dalam perilaku dan apa yang mencegah
orang melakukannya. Dengan menerapkan teori psikologi sosial peneliti dapat
memanfaatkan agresi, sikap, kepribadian, dan literatur lainnya. (Malik et al.,
2017;Abrahamse, 2019)
Dari semua teori psikologi sosial yang relevan mungkin hanya beberapa yang
secara konsisten telah diterapkan pada penelitian kesehatan antara lain adalah
Theory of planned behavior (teori perilaku terencana) telah diberikan pengujian
empiris yang cukup (Barlett, 2019). Theory of Planned behavior (TPB) membantu
untuk memahami dan menjelaskan jenis perilaku (Zheng et al., 2017), yang
menekankan pentingnya mengubah "niat umum" untuk melakukan perilaku
kesehatan (Abbott et al., 2018), dan hubungannya dengan attitude (pandangan
positif atau negatif dari perilaku), subjective norm (persepsi tekanan sosial untuk
melakukan perilaku) dan perceived behavior control (kontrol seseorang untuk
melakukan perilaku) (Barlett, 2019).
Theory Of Planned Behavior menjadi model yang sangat kuat dan prediktif
untuk menjelaskan perilaku manusia. Itulah mengapa bidang kesehatan telah
menggunakan model ini sering dalam studi penelitian mereka (Manuntung, 2019).
Teori ini memberikan kerangka kerja yang intensif untuk memahami faktor-faktor
penentu intensitas tertentu niat dan perilaku. Teori ini mengasumsikan bahwa
4
5
perilaku adalah fungsi dari niat orang untuk melakukan perilaku, yang pada
gilirannya ditentukan oleh tiga set keyakinan: keyakinan perilaku, keyakinan
normatif dan keyakinan kontrol (Abrahamse, 2019). Theory of Planned Behavior
dalam penelitian ini digunakan sebagai landasan teori untuk melihat pengaruh
sikap terhadap perilaku atau sikap tim bedah serta kepatuhan terhadap surgical
safety checklist di setiap tindakan pembedahan. Dengan demikian theory of
planned behaviour membantu menjelaskan perilaku positif dan bagaimana
mengembangkan cara yang lebih efektif untuk mempengaruhi dan mengubah
perilaku (Zheng et al., 2017).
Gambaran rendahnya penerapan surgical safety checklist oleh tim bedah
didukung oleh studi pendahuluan yang dilakukan di rumah sakit Santa Elisabeth
Batam Kota, pada 25 November 2022 melalui wawancara langsung dengan tiga
orang dokter yang bertugas pada ruang operasi rumah sakit tersebut bahwa
penerapan surgical safety checklist masih belum terlaksana dengan baik.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada 25 November 2022 di RS Santa
Elisabeth melalui wawancara langsung dengan tiga orang dokter yang bertugas
pada ruang operasi rumah sakit tersebut bahwa penerapan surgical safety
checklist masih belum terlaksana dengan baik, pelaporan dan analisis insiden
keselamatan pasien (IKP) belum maksimal Selain itu, Hasil wawancara dari tiga
orang perawat yang bertugas di kamar operasi mengatakan telah melaksanakan
surgery safety cheklist namun belum sempurna, dan mengatakan kurang paham
dengan SPO surgery safety cheklist, satu orang mengatakan mengetahui tapi
belum sepenuhnya memahami dan menghapalnya. Semua personil mengatakan
bahwa sosialisasi Standart Prosedur Operasional Surgery Safety Cheklist belum
maksimal, serta kurangnya perhatian dan pengawasan dari kepala ruangan. Selain
itu hasil observasi data yang diberikan ternyata masih didapati poin Surgical
Safety checklist yang tidak terisi semua form cheklistnya, yang berarti Kepatuhan
penerapan surgery safety cheklist di kamar operasi RS Santa Elisabeth masih
kurang.
Tingginya tindakan pembedahan yang ada di rumah sakit Santa Elisabeth Kota
Batam, maka dari itu peneliti tertarik untuk menganalisa faktor-faktor apa saja
5
6
yang dapat mempengaruhi agar surgery safety cheklist dapat terlaksananya dengan
maksimal pada unit kamar operasi di RS Santa Elisabeth Kota Batam.
6
7
melalui wawancara dengan Kepala Ruangan Instalasi Bedah Sentral (IBS) dan
beberapa orang perawat. Hasil wawancara dari tiga orang perawat yang bertugas
di kamar operasi mengatakan telah melaksanakan surgery safety cheklist namun
belum sempurna, dan mengatakan kurang memahami dengan SPO surgery safety
cheklist. Semua personil mengatakan bahwa sosialisasi Standart Prosedur
Operasional Surgery Safety Cheklist belum maksimal, serta kurangnya perhatian
dan pengawasan dari kepala ruangan, wawancara tersebut menyimpulkan bahwa
penerapan surgical safety checklist masih belum terlaksana dengan baik namun
perlu ditingkatkan untuk menciptakan kesadaran dan komitmen untuk membuat
perawatan kesehatan yang lebih aman.
6. Dari ketiga fase dalam surgical safety checklist, yang manakah tingkat
7
8
5. Mengetahui faktor apa saja yang dominan terhadap kepatuhan tim bedah dalam
penerapan Surgical Safety Checklist (sign in, time out, sign out) berdasarkan
theory of planned behavior (behavior beliefs, normatif beliefs, dan control
8
9
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau saran
dalam menentukan kebijakan pada bidang keperawatan dan sebagai panduan
untuk mengurangi risiko terjadinya morbiditas dan mortalitas pada safety
patient yang di akibatkan ketidakpatuhan dalam pelaksanaan surgical safety
checlist
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepatuhan
b) Sikap
11
12
c) Tingkat Pendidikan
d) Umur
e) Masa kerja
12
13
13
14
14
15
15
16
anggota tim sebelum pasien diinkubasi, sebelum dimulai insisi dan setelah
operasi (Weiser & Haynes, 2018;Forrester et al., 2018). Kepatuhan terhadap
penerapan Daftar periksa keselamatan bedah WHO 2009 (surgical safety
checklist) merupakan salah satu sumberdaya yang membantu tim bedah, pasien
dan keluarga menjalani tindakan pembedahan yang lebih baik (Correia, 2019).
Kepatuhan penerapan surgical safety checklist adalah menuntut ahli bedah
bersama dengan staf ruang operasi (ahli anestesi, perawat, teknisi, dll.) untuk
memastikan proses dalam tindakan pembedahan tersebut sebagai kepatuhan
terhadap protokol daftar periksa keselamatan bedah. Kepatuhan tentu saja
merupakan aspek utama ketika mengevaluasi praktik dan daftar periksa
keselamatan bedah yang mempengaruhi hasil tindakan pembedahan yang lebih
baik, sanksi atau hukuman dapat sangat penting dalam meningkatkan
kepatuhan (Hamdani & Haikal, 2017; Correia, 2019). Kepatuhan terhadap
penerapan surgical safety checklist juga didukung dengan penelitian Al-
Qahtani, (2017), mengatakan penerapan surgical safety checklist adalah
lompatan substansial dalam upaya menuju patient safety bedah. Kepatuhan
penerapan surgical safety checklist ini adalah wajib dalam sistem perawatan
kesehatan dalam membangun kinerja tim pada tindakan pembedahan yang
berkualitas. Kemajuan dalam peningkatan kesehatan seperti itu dapat dicapai
dengan komitmen staf ruang operasi (dokter bedah, anestesi, dan perawat).
Peran pemimpin, kualitas dan klinis, sangat penting. Mereka harus membantu
anggota staf untuk menyusun dan membangun tim dan membangun visi yang
jelas mengenai arah perubahan kualitas. Ini akan membantu mengelola
perubahan dengan cara yang tepat dan terbaik
16
17
17
18
18
19
Out), serta periode selama atau segera setelah penutupan luka dan sebelum
mengeluarkan pasien dari operasi kamar (Sign Out). Pada setiap fase,
koordinator checklist harus diizinkan untuk mengkonfirmasi bahwa tim telah
menyelesaikan tugasnya sebelum melakukan kegiatan lebih lanjut. Koordinator
memastikan setiap tahapan tidak ada yang terlewati, bila ada yang terlewati,
maka akan meminta operasi berhenti sejenak dan melaksanakan tahapan yang
terlewati (WHO, 2009)
Checklist Keselamatan Bedah yang disusun oleh WHO dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :
Proses penerapan surgical safety checklist WHO dibagi tiga tahap yaitu:
1. Sign in (Briefing Phase)
Sign In, merupakan fase dimana verifikasi pertama kali saat pasien tiba
di ruang penerimaan atau ruang persiapan atau fase sebelum induksi
anestesi, koordinator yang biasanya dilakukan oleh penata anestesi dimana
bertanya dan memeriksa apakah identitas pasien benar, prosedur dan bagian
yang akan dioperasi sudah benar, dan telah diberi tanda, persetujuan operasi
dan pembiusan telah ditandatangani oleh pasien, pulse oksimetri dapat
berfungsi. Perawat serta dokter anestesi konfirmasi ulang kemungkinan
adanya risiko apakah pasien ada resiko kehilangan darah dalam jumlah
banyak, ada kemungkinan kesulitan bernafas, dan pasien ada reaksi alergi
19
20
(WHO, 2009).
Langkah-langkah Surgical Safety Checklist yang harus dikonfirmasi saat
pelaksanaan Sign In adalah
a. Konfirmasi Identitas pasien
Perawat diruang serah terima instalasi bedah sentral mengkonfirmasi
mengenai Identitas, bagian dan sisi yang akan dioperasi, prosedur dan
persetujuan tindakan, setelah lengkap selanjutnya pasien akan memasuki
ruangan operasi.
b. Konfirmasi sisi yang akan dioperasi sudah ditandai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan operasi salah sisi
terletak pada tahap sign in, untuk itu tahapan ini harus konsisten
dijelaskan.
c. Konfirmasi obat-obatan dan mesin anestesi telah diperiksa secara
lengkap
Dokter anestesi sebelum melakukan induksi anestesi memeriksa
peralatan anestesi, oksigen, dan inhalasi serta memeriksa ketersediaan
obat dan resiko anestesi terhadap setiap kasus.
d. Pulse Oksimetri pada pasien berfungsi.
Dokter anestesi memasang peralatan oksimetri pada pasien dan
berfungsi dengan benar sebelum induksi anestesi dan indikatornya dapat
dilihat pada layar monitoring oleh seluruh team operasi. Pulse oksimetri
merupakan alat non invasif yang berguna untuk memberikan perkiraan
kejenuhan oksihemoglobin arteri (SaO2) dengan memanfaatkan panjang
gelombang cahaya untuk menentukan saturasi oksihemoglobin (SpO2)
tapi tidak dapat menentukan metabolism atau jumlah oksigen yang
digunakan pasien. Batas normal adalah 95-100% meskipun nilai turun
sampai 90% masih dianggap nilai normal pada orang sehat.
e. Konfirmasi pada pasien tentang riwayat Alergi?
Sejak awal pasien masuk kebangsal, harus ditanyakan ada riwayat
alergi apa dan melakukan tes alergi, jika ditemukan riwayat alergi akan
diantisipasi dan ditulis pada status pasien. Untuk dokter anestesi akan
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
oleh anggota tim bedah baik kelemahan individu maupun tim bedah (Cochrane et
al., 2018)
2.4.1 Konsep theory of planned behavior
Theory of planned behavior dapat memandu pencarian untuk memahami
mengapa orang melakukannya atau tidak mengikuti saran yang berhubungan
dengan perilaku kesehatan bantuan mengidentifikasi informasi apa yang
diperlukan untuk merancang yang efektif strategi intervensi, dan memberikan
wawasan tentang bagaimana caranya merancang program pendidikan sehingga
berhasil, dengan demikian, teori dan model membantu menjelaskan perilaku
juga seperti yang disarankan bagaimana mengembangkan cara yang lebih efektif
untuk mempengaruhi dan mengubah perilaku (Zheng et al., 2017). Budaya
patient safety menjadi masalah signifikan bagi organisasi kesehatan yang
berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Organisasi kesehatan
perlu untuk mengubah budaya karyawan yaitu penerapan surgical safety
checklist dengan optimal sehingga menanamkan budaya keselamatan pasien
kepada tim bedah baik sikap maupun pelaksanaannya untuk selalu patuh dalam
penerapan surgical safety checklist dan dengan mudah melakukan perilaku-
perilaku yang benar dan tidak melakukan kesalahan dalam perawatan pasien
(Hadi, 2017). Pada intinya Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi
bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-
informasi yang mungkin baginya, secara sistematis, orang memikirkan implikasi
dari tindakan mereka sebelum mereka memutuskan untuk melakukan atau tidak
melakukan perilaku-perilaku tertentu (Manuntung, 2019).
2.4.2 Tujuan dan manfaat TPB
Ada beberapa manfaat dan tujuan teori ini, antara lain untuk meramalkan
dan memahami pengaruh-pengaruh motivasi terhadap perilaku yang bukan
dibawah kendali atau kemauan individu sendiri, untuk mengidentifikasi
bagaimana dan kemana mengarahkan strategi-strategi untuk perubahan
perilaku dan juga menjelaskan pada tiap aspek penting beberapa perilaku
manusia. Teori ini menjelaskan atau menyediakan suatu kerangka untuk
mempelajari sikap terhadap perilaku. Berdasarkan teori tersebut, penentu
30
31
31
32
32
33
apapun, hanya sejumlah kecil yang dapat diakses pada saat tertentu.
Diasumsikan bahwa keyakinan yang dapat diakses ini
dikombinasikan dengan nilai-nilai subjektif dari hasil dan
pengalaman yang diharapkan menentukan sikap yang berlaku
terhadap perilaku. Secara khusus, evaluasi setiap hasil atau
pengalaman berkontribusi terhadap sikap dalam proporsi langsung
dengan probabilitas subjektif seseorang bahwa perilaku tersebut
menghasilkan hasil atau pengalaman yang dipertanyakan (Ajzen,
2005).
b) Keyakinan berperilaku tim bedah terhadap surgical safety checklist.
Hal-hal yang diyakini oleh individu mengenai sebuah perilaku
kepatuhan penerapan surgical safety checklist dari segi positif dan
negatif. Sikap terhadap perilaku penerapan surgical safety checklist
atau kecenderungan untuk bereaksi secara efektif terhadap suatu
kepatuhan penerapan surgical safety checklist, dalam bentuk suka
atau tidak suka pada perilaku tersebut, keyakinan ini disebut
dengan behavioral beliefs (Manuntung, 2019; Hadi, 2017).
Behavioral beliefs didalam tulisan ini disebut keyakinan perilaku
atau mengadopsi praktik berbasis bukti yaitu surgical safety
checklist mengacu pada konsekuensi positif atau negatif yang
dirasakan oleh individu terlibat dalam kepatuhan penerapan
surgical safety checklist. Keyakinan sikap membentuk sikap tim
bedah terhadap perilaku dengan tujuan meningkatkan budaya
keselamatan pasien dan mencerminkan evaluasi individu bahwa
surgical safety checklist dapat membantu individu atau tim bedah
dalam meningkatkan komunikasi yang efektif, sehingga
mengurangi kesalahan tindakan pembedahan (positif atau negatif)
dari perilaku spesifik (Abrahamse, 2019; Hadi, 2017).
Menurut Clarke, (2007) dikutip dari (Hadi, 2017), telah
menjelaskan karakteristik yang dimiliki oleh anggota tim yang
efektif dalam perawatan kesehatan. Ini termasuk komitmen
33
34
34
35
35
36
36
37
konkret antara kerja tim dan peningkatan patient safety dan kualitas
perawatan Selain itu, mereka menyoroti banyak faktor yang
berkontribusi yang memfasilitasi kualitas kinerja individu dan tim
dalam perawatan kesehatan adalah komunikasi yang efektif
(Cochrane et al., 2018).
Strategi dalam komunikasi adalah cara mengatur tindakan
pembedahan agar berhasil, pada saat berkomunikasi harus
membuat strategi agar pesan yang kita sampaikan bisa mencapai
target komunikasi yang diinginkan dengan efek untuk mengubah
sikap dan tindakan. Untuk strategi dalam komunikasi tim bedah
pada tindakan pembedahan tim bedah menggunakan surgical
safety checklist WHO 2009.
Keyakinan bahwa sejauh mana orang memandang faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk melakukan
perilaku (Abrahamse, 2019). Penyusunan strategi komunikasi
diperlukan sebuah pemikiran dan keyakinan yang
memperhitungkan faktor pendukung dan penghambat sehingga
mencapai komunikasi yang efektif (Bagus, 2020). Keyakinan
kontrol ini mencakup faktor-faktor yang dapat memfasilitasi atau
mengganggu dengan kemampuan orang untuk melakukan perilaku,
seperti waktu, uang, keterampilan dan kemampuan. Ini dikenal
sebagai kontrol perilaku yang dirasakan (Abrahamse, 2019).
d. Attitude toward the behavior.
a) Pengertian attitude toward the behavior.
Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak suka
atau tidak suka terhadap suatu objek. Menurut Ajzen (2005) yang
dikutip oleh Bartlett, (2019). Attitude is a disposition to respond
favorably or unfavorably to an object, person, institution, or event.
Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan suatu
yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima
informasi verbal.perubahan sikap dapat diamati dalam proses
37
38
38
39
39
40
40
41
(Ajzen, 2005).
“….the person’s perception of social pressure to perform or not
perform the behavior under consideration”.
Diasumsikan sebagai fungsi dari keyakinan (belief), tetapi
keyakinan dalam bentuk yang berbeda, yaitu keyakinan seseorang
atau kelompok tertentu setuju atau tidak menyetujui terlibat atau tidak
terlibat bila dirinya menampilkan atau memunculkan tingkah laku
tertentu. Individu dan kelompok di atas disebut reference (Ajzen,
2005). Referent adalah orang atau kelompok sosial yang berpengaruh
bagi individu, baik itu orang tua, pasangan (suami/istri), teman dekat,
rekan kerja atau orang lain, tergantung pada tingkah laku yang terlibat
(significant others) keyakinan yang mendasari norma subjektif ini
disebut dengan istilah normative belief (Ajzen, 2005).
Referent pada tim bedah antara lain:
a) Pimpinan.
Dalam menciptakan budaya patient safety dan menurunkan
angka kesalahan, diperlukan pemimpin yang menanamkan budaya
yang jelas, mendukung usaha tim bedah dalam penerapan surgical
safety checklist (Hadi, 2017).
b) Teman sejawat.
Untuk mendukung metode kolaboratif dalam interaksi sosial
maka diperlukan dukungan dari teman sejawat (peer assessment)
dan dukungan teman dari interaksi yang terjalin (community
support) (Suratno, 2017).
Setiap staf yang bekerja di Rumah Sakit pasti ingin memberikan
yang terbaik dan teraman untuk pasien. Tetapi supaya patient safety
ini bisa dikembangkan dan semua staf merasa mendapatkan dukungan
baik dari pimpinan maupun staf lainnya. Tim bedah juga
membutuhkan motivasi dan dukungan untuk mengembangkan
metodologi, sistem berfikir, dan implementasi program. Pemimpin
sebagai pengarah jalannya program disini memegang peranan kunci
41
42
42
43
SN ∞∑n¡ m¡
SN : Subjective norm
n : Keyakinan normatif terkait dengan orang atau kelompok yang
berpengaruh (referant)
m : Motivasi individu untuk mematuhi orang atau kelompok yang
mempengaruhi (motivation to comply)
¡ : orang atau kelompok yang berpengaruh (referant)
Norma subjektif (SN) dihasilkan dari penjumlahan antara belief
(ni) dengan motivasi untuk mematuhi (motivasi on comply) (mi) yang
dihasilkan, dengan demikian subjective norm dorongan dari orang
sekitar baik pimpinan maupun tim bedah lainnya dalam menerapkan
surgical safety checklist sehingga menunjukkan seberapa jauh orang
tersebut setuju bahwa surgical safety checklist tersebut baik atau tidak.
Perilaku akan tinggi apabila keyakinan normatif maupun motivasi
untuk memenuhi harapan orang-orang yang berhubungan secara
43
44
44
45
45
46
46
47
PBC ∞∑c¡p¡
PBC = perceived behavior control.
ci = Control belief strength, keyakinan bahwa I adalah faktor yang
mendorong atau menghambat tingkah laku penerapan surgical safety
checklist dalam tindakan bedah.
pi = perceived power , persepsi tentang seberapa kuat pengaruh
control I dalam mendorong atau menghambat tingkah laku penerapan
surgical safety checklist pada tindakan pembedahan.
i = Faktor pendorong atau penghambat tingkah laku penerapan
surgical safety checklist dalam tindakan pembedahan
Perceived behavior control (PBC) dihasilkan dari penjumlahan
antara belief (ci) seberapa kuat tersedianya format surgical safety
checklist dan SPO dan seberapa besar tim bedah mengobservasi
47
48
48
49
Fishbein, 1975).
Menurut Ajzen, (1988) intensi dapat digunakan untuk
memprediksi seberapa kuat keinginan individu untuk menampilkan
tingkah laku, dan seberapa banyak usaha yang direncanakan atau
dilakukan individu untuk melakukan tingkah laku tersebut.
Menjelaskan intention yang telah dibentuk akan menjadi disposisi
tingkah laku sampai pada waktu kesempatan yang tepat, dimana
sebuah usaha dilakukan untuk merealisasikan intensi tertentu menjadi
tingkah laku tertentu. Banyak ahli sepakat bahwa faktor disposisi yang
hubungannya paling dekat dengan kecenderungan tingkah laku
tertentu adalah intensi untuk melakukan tingkah laku tersebut.
Ditambah lagi, banyak penelitian yang telah dilakukan semakin kuat
validitas intensi terhadap tingkah laku (Ajzen, 2005).
Secara umum tim bedah mampu bersikap positif tentang surgical
safety checklist terhadap perilaku kepatuhan penerapan surgical safety
checklist dan didukung kuat oleh pimpinan serta teman sejawat dan
tersedianya fasilitas dan penerapan surgical safety checklist optimal
yang dirasakan tim bedah akan membentuk niat yang lebih kuat dalam
menerapkan surgical safety checklist untuk terlibat dalam perilaku
kepatuhan penerapan surgical safety checklist (Hadi, 2017;Gawande,
2011; Abrahamse, 2019).
Niat untuk berperilaku adalah dorongan atau motivasi seseorang
seberapa kuat keinginan individu untuk melakukan perilaku dan
terlibat dalam berperilaku (Barlett, 2019). Niat untuk melakukan
perilaku dapat diukur menggunakan tiga prediktor utama yaitu
attitude, subjective norm, dan perceived behavioral control. Ketiga
predictor tersebut yang dirasakan individu untuk melakukan perilaku
tersebut (Abrahamse, 2019). Jika individu berniat untuk melakukan
perilaku maka individu tersebut akan cenderung melakukan perilaku
tersebut, namun sebaliknya jika tidak berniat untuk melakukan
perilaku maka individu tersebut cenderung tidak akan melakukan
49
50
50
51
(Ajzen, 2005).
Seperti yang dijelaskan diatas dalam theory of planned behavior
ada tiga komponen yaitu attitude, subjective norm dan perceived
behavioral control terkait surgical safety checklist, berkombinasi
menentukan intention (niat) seseorang untuk menampilkan perilaku
penerapan surgical safety checklist. Selanjutnya seberapa besar niat
ini menentukan terbentuknya perilaku (Untuk menciptakan budaya
keselamatan penerapan surgical safety checklist merupakan perilaku
yang dianut oleh tim yang bertanggung jawab, menjaga,
meningkatkan dan mengkomunikasikan tentang keselamatan pasien
yang merupakan persepsi dan sikap dari setiap individu untuk
menjamin keselamatan pasien yang merupakan bagian dari
kepercayaan yang dianut bersama oleh anggota organisasi (Widyarini,
2009; Hadi, 2017)
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
Adapun beberapa penelitian terkait yang mendasari latar belakang dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
2 Edy Tahir S (2018) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kuantitatif Komunikasi antar tim bedah sangat berpengaruh dalam
Kepatuhan Penerapan Surgical Safety penerapan surgical safety checklist yang dapat
Checklist Di Instalasi Bedah Sentral (Ibs) meningkatkan kewaspadaan tim untuk mencegah terjadinya
Rsud Tenriawaru Bone. komplikasi pre, intra dan pasca pembedahan sehingga
menurunkan kejadian insiden keselamatan pasien di kamar
operasi.
3 Muhammad Arif Budi Analisis Kepatuhan Pengisian Surgical Kuantitatif Pelaksanaan surgical safety checklist di Rumah Sakit Nur
Prakoso (2019) Safety Checklist Dalam Meningkatkan Rohmah Gunungkidul sudah baik, tapi belum sepenuhnya
Patient Safety Di Rumah Sakit Nur patuh dilakukan. Untuk diperlukan supervisi, standar
Rohmah Gunungkidul operasioal prosedur, sosialisasi dan pelatihan terkait surgical
safety checklist supaya dapat berjalan lebih baiklagi dan
tentunya akan meningkatkan patient safety
56
57
Berdasarkan uraian pada tinjauan Pustaka, kerangka teori pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
57
BAB III
Kerangka konseptual adalah suatu uraian atau visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu dengan konsep lainnya atau variabel yang satu dengan variabel
yang lainnya dari masalah yang di teliti (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan
masalah penelitian dan landasan teori yang telah diuraikan oleh tinjauan pustaka,
maka kerangka konsep penelitian dengan menggunakan beberapa variabel
digambarkan sebagai berikut :
1. Variabel Penelitian.
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 2014 ).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Variable Independen
dan Variable Dependen.
2. Variabel Bebas ( Independent Variabel )
Variabel bebas adalah variable yang mempengaruhi variable lain atau
disebut sebagai variable stimulus, yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variable terikat (sugiyono, 2014 ). Pada penelitian ini yang
menjadi variable bebas adalah behavior beliefs, normative beliefs, dan
control beliefs
3. Variabel Terikat ( Dependent Variabel )
Variabel terikat adalah variable yang nilainya dipengaruhi oleh variable lain
atau menjadi akibat dari adanya variable bebas dan sering disebut sebagai
variable output, kriteria atau konsekuen. Variabel terikat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pelaksanaan Surgical Safety Checklist
59
3.2.2. Definisi Operasional Penelitian
Berikut ini dijabarkan definisi operasional dari variabel yang akan diteliti.
Tabel 3 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Parameter Alat Cara Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Pengukura Ukur
n
Variable dependent
1. Kepatuhan Standar keamanan 1. Tim bedah mengkonfirmasi pasien (identitas dan gelang Lembar Observasi 1= dilakukan Ordinal
Pelaksanaan yang dilakukan pasien, lokasi operasi, prosedur, inform consent tindakan) observasi 0 = tidak dilakukan
Surgical oleh tim bedah 2. Mengkonfirmasi lokasi operasi sudah diberi tanda surgical
Safety meliputi : 3. Mengkonfirmasi resiko aspirasi atau gangguan jalan nafas safety Berdasarkan TCR :
Checklist 1. sign in (sebelum 4. Mengkonfirmasi resiko airway atau gangguan jalan nafas checklist 1 = (0%-40%) Lemah
pasien dilakukan 5. Ahli anestesi mengkonfirmasi resiko kehilangan darah 2 = (41%-60%) Cukup
induksi) 6. Ahli anestesi mengkonfirmasi apakah pasien mempunyai 3 = (61%-100%) Kuat
riwayat alergi (Riduwan, 2011)
7. Mengkonfirmasi apakah ada rencana pemasangan implan
2. time out 1. Tim bedah memperkenalkan nama dan peran masing-
(sebelum masing
melakukan insisi) 2. Tim bedah secara verbal konfirmasi nama pasien,
prosedur, lokasi insisi
3. Antisipasi keadaan kritis, apakah langkah langkah
kritis/yang tidak diharapkan, durasi operasi, antisipasi
kehilangan darah
4. Mengkonfirmasi apakah pasien mempunyai pertimbangan
khusus tertentu
5. apakah sterilisasi telah dikonfirmasi dan apakah ada
pemberitahuan mengenai peralatan atau yang lain
6. Ahli anestesi mengkonfirmasi pemberian antibiotik
profilaksis sekitar 60 menit terakhir
7. Apakah foto rontgen/ CT Scan telah ditampilkan
3. Sign out 1. Konfirmasi tim bedah prosedur operasi yang telah
(sebelum pasien dilakukan
meninggalkan 2. Instrumen telah dihitung dengan benar, jumlah jarum dan
61
61
62
62
3.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil
sementara yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmojo,
2010). Berdasarkan kerangka konsep diatas, rumusan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
H1 : Adanya pengaruh tingkat kepatuhan tim bedah berdasarkan theory of
planned behavior dalam penerapan surgical safety checklist di kamar
operasi RS Santa Elisabeth Batam
H1 : Adanya pengaruh kepatuhan dalam penerapan Surgical Safety Checklist
(sign in, time out, sign out) berdasarkan behavior beliefs
H1 : Adanya pengaruh kepatuhan dalam penerapan Surgical Safety Checklist
(sign in, time out, sign out) berdasarkan normatif beliefs
H1 : Adanya pengaruh kepatuhan dalam penerapan Surgical Safety Checklist
(sign in, time out, sign out) berdasarkan control beliefs
H1 : Adanya pengaruh faktor dominan kepatuhan dalam penerapan Surgical Safety
Checklist (sign in, time out, sign out) berdasarkan theory of planned
behavior (behavior beliefs, normatif beliefs, dan control beliefs) di kamar
operasi.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
menjadi responden.
2. Tim bedah (dokter bedah, obgyn, anestesi, perawat, bidan) yang sedang tidak
bekerja, (cuti, sakit, dan sedang mengikuti tugas belajar).
4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data. Instrument dalam
penelitian ini berupa kuesioner daftar pertanyaan yang diberikan responden
dengan maksud bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan peneliti.
Pada waktu peneliti mengumpulkan data, peneliti di bantu oleh beberapa pegawai
yang ada di RS Santa Elisabeth. Sebelum pegawai membantu dalam pengisian
kuesioner, peneliti melakukan pertemuan untuk memberikan penjelasan tentang
prosedur yang akan dilakukan dengan harapan data yang didapatkan akurat.
4.5 Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan
kepada responden atau tim bedah (dokter bedah, obgyn, anestesi, perawat, bidan)
yang sedang bertugas dikamar operasi RS Santa Elisabeth Batam. Menilai
kepatuhan serta pemahaman responden dalam penerapan surgical safety cheklist.
Peneliti tidak melakukan interfensi yang dapat mempengaruhi jawaban responden.
Data yang diperoleh melalui kuesioner di kelompokkan dan dilakukan tabulasi
hasil.
4.6 Pengelolaan Data
Pengolahan data adalah kegiatan untuk mengubah sejumlah data yang
didapatkan menjadi suatu bentuk yang dapat dianalisis dan diinterpretasikan
(Bustami, 2011).
a. Pengecekan data (Editing) yaitu kegiatan untuk melihat atau mengecek
kuesioner-kuesioner atau formulir yang sudah terisi, apakah isian kuesioner
formulir dapat dibaca, apakah semua pertanyaan telah dijawab, apakah ada
ketidakserasian atau ketidak konsistenan jawaban, apakah nomor sudah
berurutan, dan berbagai kesalahan-kesalahan lainnya.
b. Pemberian skor (Scoring) adalah proses penentuan skor atas jawaban
responden yang dilakukan dengan membuat klasifikasi dan kategori yang
cocok tergantung pada anggapan atau opini responden.
65
66
c. Memberi kode data (Coding) yaitu kegiatan memindahkan atau merubah data
dari kuesioner yang berbentuk huruf atau kalimat menjadi data yang berbentuk
angka dengan menggunakan kode tertentu pada masing-masing data atau
variabel, Kegunaan pengkodean adalah mempermudah pada saat analisis data
dan juga mempercepat pada saat memasukkan (entry) data ke komputer.
d. Memasukkan data ke komputer (entry) yaitu mentransfer atau memasukkan
data ke program komputer agar data dapat disajikan dan dianalisis dengan baik.
Hal ini merupakan kegiatan awal dari pemrosesan data. Semua data yang akan
diproses kemudian disimpan dalam media penyimpanan data dengan
menggunakan format atau perangkat lunak atau paket program tertentu.
e. Tabulasi data (Tabulating) setelah proses editing dan coding, tahapan
selanjutnya adalah melakukan tabulasi data yaitu proses penyusunan dan
analisis data dalam bentuk tabel sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
f. Pembersihan data yaitu data yang sudah dimasukkan ke komputer harus
diperiksa kembali dari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, sehingga
data yang masuk keprogram komputer tersebut betul-betul sudah tidak terdapat
kesalahan lagi dan siap untuk dinalisis. Kegiatan ini disebut dengan
pembersihan data (data cleaning)
4.7 Analisis Data Penelitian
Analisa data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori dan satu uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema
tertentu (Herdiansyah, 2012).
Data yang terkumpul dianalisa dan diinterpretasikan lebih lanjut guna menguji
hipotesis dengan program komputer (SPSS) secara univariat, bivariat dan
multivariat.
1) Analisa Univariat
Anlisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendesak karakteristik
setiap variabel penelitian. Setiap variabel bebas dan variabel terikat dianalisis
dengan statistik deskripsi yaitu untuk menghasilkan distribusi dan prensentasi
dari tiap variabel (Notoadmojo, 2010).
2) Analisa Bivariat
66
67
67
68
68
69
Untuk j = 1,2,….,p
Dengan statistik uji sebagai berikut:
[ ]
2
βj
W=
Se ( βj)
Hipotesis akan ditolak jika p-value < α yang berarti variabel bebas Xj secara
partial mempengaruhi variabel tidak bebas Y.
3) Odds Ratio
Odds ratio merupakan ukuran risiko atau kecenderungan untuk
mengalami kejadian ‘sukses’ antara satu kategori dengan kategori lainnya,
didefinisikan sebagai ratio dari odds untuk xj = 1 terhadap xj = 0. Odds ratio
ini menyatakan risiko atau kecenderungan pengaruh observasi dengan xj = 1
adalah berapa kali lipat jika dibandingkan dengan observasi dengan xj = 0.
Untuk variabel bebas yang berskala kontinyu maka interpretasi dari
koefisien βj pada model regresi logistik adalah setiap kenaikan c unit pada
variabel bebas akan menyebabkan risiko terjadinya Y = 1, adalah exp(c.βj)
kali lebih besar.
Odds ratio dilambangkan dengan θ, didefinisikan sebagai perbandingan
dua nilai odds xj = 1 dan xj = 0, sehingga:
[ π (1)/[1−π ( 1 ) ]]
θ=
[π (0)/[1−π ( 0 ) ]]
Regresi logistik biner juga menghasilkan rasio peluang (odds ratios)
69
70
terkait dengan nilai setiap prediktor. Peluang (odds) dari suatu kejadian
diartikan sebagai probabilitas hasil yang muncul yang dibagi dengan
probabilitas suatu kejadian tidak terjadi. Secara umum, rasio peluang (odds
ratios) merupakan sekumpulan peluang yang dibagi oleh peluang lainnya.
Rasio peluang bagi prediktor diartikan sebagai jumlah relatif dimana
peluang hasil meningkat (rasio peluang > 1) atau turun (rasio peluang < 1)
ketika nilai variabel prediktor meningkat sebesar 1 unit.
Regresi logistik biner akan membentuk variabel prediktor/respon (log
(p/(1-p)) yang merupakan kombinasi linier dari variabel independen. Nilai
variabel prediktor ini kemudian ditransformasikan menjadi probabilitas
dengan fungsi logit. Regresi logistik juga menghasilkan rasio peluang (odds
ratios) terkait dengan nilai setiap prediktor. Peluang (odds) dari suatu
kejadian diartikan sebagai probabilitas hasil yang muncul yang dibagi
dengan probabilitas suatu kejadian tidak terjadi. Secara umum, rasio
peluang (odds ratios) merupakan sekumpulan peluang yang dibagi oleh
peluang lainnya. Rasio peluang bagi prediktor diartikan sebagai jumlah
relatif dimana peluang hasil meningkat (rasio peluang > 1) atau turun (rasio
peluang < 1) ketika nilai variabel prediktor meningkat sebesar 1 unit
(Ghozali, 2013).
70
BAB V
HASIL PENELITIAN
observasi surgical safety cheklist dan didampingi beberapa tim bedah yang
sedang bertugas pada hari tersebut. Pada bab ini merupakan analisa data dari
judul penelitian “Analisa Kepatuhan Dalam Penerapan Surgical Safety Checklist
Berdasarkan Theory Of Planned Behavior Di kamar Operasi RS Santa Elisabeth
Batam Kota”
5.2 Hasil Penelitian
A. Karakteristik Responden
Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan pengelompokan
responden berdasarkan karakteristiknya. Karakteristik responden digunakan
untuk mengetahui keragaman dari responden berdasarkan jenis kelamin, status
pekerjaan, pendidikan, masa kerja dan usia.
a. Distribusi frekuensi Jenis Kelamin
72
73
73
74
Berdasarkan Tabel 5.5 diatas didapatkan rerata usia responden yaitu 36.54
± 7.824
B. Analisi Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-
masing variabel penelitian dengan distribusi frekuensi dan presentase masing-
masing kelompok.
f. Distribusi frekuensi nilai kepatuhan SSC Sign In
Tabel 5.6 Data Distribusi Sign In
Sign In Frekuensi Presentase Valid Cumulative
(%) Percent Persent
Lemah - - - -
Cukup 3 12,5 12,5 12,5
Kuat 21 87,5 87,5 100,0
Total 24 100 100
Berdasarkan Tabel 5.6 diatas didapatkan dengan frekuensi nilai kepatuhan
berdasarkan Sign In Lemah sebanyak 0 buah (0%), Sign In cukup sebanyak 3
buah (12,5%). Sedangkan frekuensi Sign In Kuat sebanyak 21 buah (87,5%).
g. Distribusi frekuensi nilai kepatuhan SSC Time Out
74
75
75
76
76
Karakteristik Jawaban Responden
Setelah responden mengisi kuesioner, langkah selanjutnya adalah menganalisa
jawaban responden, melihat kecenderungan sejauh mana respon responden sesuai
kategori jawaban menggunakan skala likert dari skala 1-5 terhadap masing-
masing variabel. Data yang terkumpul kemudian di tabulasi untuk mengetahui
jawaban responden dari masing-masing indikator pada setiap variabel. Nilai
statistik deskriptif tersebut dituangkan dalam tabel-tabel berikut:
1. Deskripsi data jawaban responden variabel behavior beliefs
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, karakteristik responden
berdasarkan variabel behavior beliefs, sebagai berikut :
Tabel Analisis deskriptif jawaban responden variabel behavior beliefs
Jawaban
behavior beliefs STS TS N S S Mean Std
S
Surgical safety checklist membantu tim
bedah mengurangi komplikasi dan - 1 1 1 21 4,75 0,737
kematian pasca pembedahan?
Surgical safety checklist akan
mengurangi kemungkinan terhadap - 2 2 3 17 4,46 0,977
kesalahan tindakan pembedahan?
Surgical safety checklist dapat
membantu tim bedah untuk
menciptakan Komonikasi yang efektif - 2 3 4 15 4,29 0,999
berkaitan dengan tindakan
pembedahan yang sedang dikerjakan.
Surgical safety checklist akan
membantu menurunkan angka infeksi - 1 5 4 14 4,29 0,995
luka operasi pasca pembedahan
Surgical safety checklist akan
membantu tim bedah untuk selalu
terbiasa untuk disiplin dalam bekerja
- 1 3 4 16 4,46 0,884
terhadap tindakan pembedahan sesuai
dengan standar prosedur operasional
(SPO)
Saya percaya Surgical safety checklit
dapat menyediakan informasi yang
- 2 2 8 12 4,25 0,944
detail mengenai kasus yang sedang
dikerjakan?
Surgical safety checklist membantu - 1 3 7 14 4,46 0,721
saya dalam meningkatkan mutu
78
78
79
tindakan pembedahan
Sumber : data diolah, 2023
Berdasarkan hasil analisis jawaban responden variabel normative beliefs,
didapatkan nilai tertinggi pada item normative beliefs.8 dengan mean 4,29. Hal
tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden tim bedah RS Santa Elisabeth
sangat setuju dengan pernyataan bahwa supervisor tim bedah berpikir bahwa tim
bedah harus patuh dalam penerapan surgical safety checklist di setiap tindakan
pembedahan. Mayoritas tim bedah setuju bahwa atasan tim bedah berpikir bahwa
tim bedah harus patuh dalam penerapan surgical safety checklist di setiap
pembedahan, rekan kerja tim bedah dan teman dekat berpikir bahwa tim bedah
harus patuh dalam penerapan surgical safety checklist di setiap tindakan
pembedahan. Selain itu, didapatkan nilai mean melebihi standar deviasi, artinya
bahwa simpangan dari mean tidak terlalu jauh atau dapat dikatakan bahwa sebaran
data merata sehingga dapat dikatakan baik.
3. Deskripsi data jawaban responden variabel control beliefs
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, karakteristik responden
berdasarkan variabel control beliefs, sebagai berikut :
Tabel Analisis deskriptif jawaban responden variabel control beliefs
Jawaban
control beliefs STS TS N S S Mean Std
S
Format surgical safety checklist
3 - 6 4 11 3,83 1,373
tersedia jika saya membutuhkan?
SPO surgical safety checklits tersedia
- - 5 3 16 4,46 0,833
di IBS?
Atasan mengistruksikan untuk
- - 5 5 14 4,38 0,824
menerapkan surgical safety checklist
Tim bedah menerapkan surgical safety
- 1 5 5 13 4,38 0,824
checklist di setiap pembedahan?
Surgical safety checklist tidak
membutuhkan penguasaan yang tinggi - 5 8 5 6 3,50 1,103
untuk menerapkannya?
Sumber : data diolah, 2023
Berdasarkan hasil analisis jawaban responden variabel control beliefs,
didapatkan nilai tertinggi pada item control beliefs 13 dengan mean 4,46. Hal
tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden tim bedah RS Santa Elisabeth
79
80
sangat setuju dengan adanya format surgical safety checklist tersedia jika saya
membutuhkan, tersedianya SPO surgical safety checklist di kamar operasi, atasan
menginstruksikan untuk menerapkan surgical safety checklist dan tim bedah
menerapkan surgical safety checklist di setiap pembedahan. Dari control beliefs
mayoritas tim bedah netral terhadap kebutuhan penguasaan yang tinggi untuk
menerapkan surgical safety checklist. Hasil Analisa diatas di dapatkan ada
responden yang sangat tidak setuju bahwa format surgical safety checklist tersedia
jika mereka membutuhkan yaitu sebanyak 3 responden dengan presentasi. Selain
itu, didapatkan nilai mean melebihi standar deviasi, artinya bahwa simpangan dari
mean tidak terlalu jauh atau dapat dikatakan bahwa sebaran data merata sehingga
dapat dikatakan baik.
4. Deskripsi data jawaban responden variabel Sign In
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, karakteristik responden
berdasarkan variabel sign in berikut :
Tabel Analisis deskriptif jawaban responden variabel Sign In
80
81
simpangan dari mean tidak terlalu jauh atau dapat dikatakan bahwa sebaran data
merata sehingga dapat dikatakan baik.
5. Deskripsi data jawaban responden variabel Time Out
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, karakteristik responden
berdasarkan variabel time out sebagai berikut :
Tabel Analisis deskriptif jawaban responden variabel Time Out
81
82
82
C. Analisa Bivariat
Pengujian analisa bivariat pada penelitian ini dapat digunakan melalui uji
statistik dengan melihat adanya hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen maka uji yang digunakan yaitu uji chi-square. Tingkat
kemaknaan yang dipakai adalah α= 0,05. Variabel akan dikatakan berhubungan
secara signifikan apabila nilai p< 0,05. .
l. Analisis Hubungan Kepatuhan dalam Penerapan SSC terhadap TPB
Behavior Beliefs
Tabel 5.12 Analisis Hubungan Kepatuhan dalam Penerapan SSC terhadap TPB
Behavior Beliefs
Nilai SSC Total
Variabel p-
Odd Ratio
Behavior Cukup Kuat Valu
n % (95% CI)
Beliefs e
n % n %
Lemah 0 0 0 0 0 0 0.70(0.62-
7.853)
Cukup 1 4.2 4 16.7 5 20.8 1.000
Dari Tabel 5.12 menunjukan bahwa Hasil analisis, dapat diketahui bahwa
Nilai SSC cukup dengan behavior beliefs lemah sebanyak 0 orang (0%),cukup
dengan behavior beliefs cukup sebanyak 1 orang (4,2%), Nilai SSC cukup
dengan behavior beliefs kuat sebanyak 5 orang (20,8%). Sedangkan Nilai SSC
kuat dengan behavior beliefs lemah sebanyak 0 orang (0%), kuat dengan
behavior beliefs cukup sebanyak 4 orang (16,7%), Nilai SSC kuat dengan
behavior beliefs kuat sebanyak 14 orang (58,3%)
Berdasarkan analisis dari hasil uji statistik dengan Chi-Square diperoleh
nilai p= 1,000 (p<0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara nilai
Surgical Safety Checklist dengan behavior beliefs pada tim bedah Unit Kamar
Operasi Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota 2023.
Normative Beliefs
Tabel 5.13 Analisis Hubungan Kepatuhan dalam Penerapan SSC terhadap TPB
Normative Beliefs
Nilai SSC Total
Variabel p-
Odd Ratio
Normative Cukup Kuat Valu
n % (95% CI)
Beliefs e
n % n %
Lemah 0 0 0 0 0 0 1.500(.230-
13.308)
Cukup 0 0.0 6 25.0 6 25.0 .277
Dari Tabel 5.13 menunjukan bahwa Hasil analisis, dapat diketahui bahwa
Nilai SSC cukup dengan Normative beliefs lemah sebanyak 0 orang
(0%),cukup dengan Normative beliefs cukup sebanyak 0 orang (0,0%), Nilai
SSC cukup dengan Normative beliefs kuat sebanyak 6 orang (25,0%).
Sedangkan Nilai SSC kuat dengan Normative beliefs lemah sebanyak 0 orang
(0%), kuat dengan Normative beliefs cukup sebanyak 6 orang (25,0), Nilai SSC
kuat dengan Normative beliefs kuat sebanyak 12 orang (50,0%)
Berdasarkan analisis dari hasil uji statistik dengan Chi-Square diperoleh
nilai p= ,277 (p<0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara nilai
Surgical Safety Checklist dengan behavior beliefs pada tim bedah Unit Kamar
Operasi Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota 2023.
n. Analisis Hubungan Kepatuhan dalam Penerapan SSC terhadap TPB
Behavior Beliefs
Tabel 5.14 Analisis Hubungan Kepatuhan dalam Penerapan SSC terhadap TPB
Control Beliefs
Nilai SSC Total
Variabel p-
Odd Ratio
Control Cukup Kuat Valu
n % (95% CI)
Beliefs e
n % n %
84
85
Dari Tabel 5.14 menunjukan bahwa Hasil analisis, dapat diketahui bahwa
Nilai SSC cukup dengan Control beliefs lemah sebanyak 0 orang (0%),cukup
dengan Control beliefs cukup sebanyak 2 orang (8,3%), Nilai SSC cukup
dengan Control beliefs kuat sebanyak 4 orang (16,7%). Sedangkan Nilai SSC
kuat dengan Control beliefs lemah sebanyak 0 orang (0%), kuat dengan
Control beliefs cukup sebanyak 4 orang (16,7%), Nilai SSC kuat dengan
Control beliefs kuat sebanyak 14 orang (58,3%)
Berdasarkan analisis dari hasil uji statistik dengan Chi-Square diperoleh
nilai p= ,618 (p<0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara nilai
Surgical Safety Checklist dengan behavior beliefs pada tim bedah Unit Kamar
Operasi Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota 2023.
D. Analisa Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk beberapa variabel yang berpengaruh
terhadap kepatuhan dalam penerapan surgical safety cheklist. Dengan
menggunakan uji regresi logistik bertujuan untuk mencari faktor yang
mempengaruhi kepatuhan dalam penerapan Surgical Safety Checklist. Untuk
menjadikan variabel multivariat terlebih dahulu dilakukan seleksi bivariat. Bila
seleksi bivariat menghasilkan p value < 0,25 maka variabel tersebut langsung
masuk tahap multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik dengan hasil
sebagai berikut :
Faktor OR 95% CI p-value
Determinan
Behavioral beliefs 1,220 0,042-35,023 0,008
Normatif beliefs 0,000 0,000-0,000 0,999
Control beliefs 5,227 0,322-84,818 0,045
*Masuk tahap permodelan multivariat
Pada Tabel 5.15 menunjukkan dua variabel yang memiliki hubungan
85
86
86
BAB VI
PEMBAHASAN
a. Nilai Kepatuhan Surgical Safety Checklist (SSC) pada saat Sign In (SI)
88
89
Tidak lupa konfirmasi ulang bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan 30-60
menit sebelum insisi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Asefzadeh (2017) fase time out
merupakan fase yang paling sering tidak dilakukan secara menyeluruh yaitu
43% operasi tidak dilakukan, sedangkan fase sign in hanya terlewat 26,9% dan
fase sign out terlewat 30,1%. Selain itu, dari 1771 tindakan operasi, fase time
out merupakan fase yang paling jarang dilakukan dengan persentase 16%,
sedangkan pada fase sign in dilakukan 58% dan sign out 26%. Penelitian lain
juga dilakukan dengan mengamati 40 operasi, yang mana dalam pelaksanaan
surgical safety checklist fase time out, perkenalan diri dan peran tidak pernah
dilakukan (0%) dikarenakan hanya di rumah sakit yang kecil sehingga sudah
saling mengenal satu sama lain dan menganggap bahwa ini merupakan hal
yang sia-sia (McGinlay, 2015).
c. Nilai Kepatuhan Surgical Safety Checklist (SSC) pada saat Sign Out (SO)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada 24 responden
didapatkan hasil distribusi pada Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa proporsi nilai
kepatuhan Surgical Safety Checklist (SSC) pada saat Sign Out (SO) dengan
tingkat lemah sebanyak 1 responden (4,2%), cukup sebanyak 1 responden
(4,2%). Sedangkan proporsi nilai kepatuhan Surgical Safety Checklist (SSC)
pada saat Sign Out (SO) dengan tingkat kuat sebanyak 22 responden (91,7%).
Sign Out merupakan fase dimana sebelum mengeluarkan pasien dari ruang
operasi, yang mana beberapa Poin dari SSC dilakukan untuk memfasilitasi
transfer informasi terkait perawat pasien terutama setelah operasi (WHO,
2008). Fase ini sangatlah penting, karena untuk memastikan jumlah peralatan
yang digunakan sehingga dapat terhindar dari kejadian tidak diharapkan seperti
tertinggal jarum atau kasa di dalam tubuh yang dioperasi. Kejadian/komplikasi
yang sering ditimbulkan terkait dengan alat/instrument yang tertinggal di
dalam pasien diantaranya nyeri kronis, infeksi, abses, pembentukan fistula dan
obstruksi usus. Kesalahan perhitungan alat/instrumen lebih sering terjadi ketika
tidak ada peraturan yang pasti. Waktu dan pelaksanaan untuk menghitung
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
BAB VII
7.1 Kesimpulan
5,227 (95% CI: 0,322-84,818) yang artinya control beliefs 5,227 kali
berpengaruh beresiko terhadap penerapan surgical safety checklist.
11. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Theory Of
Planned Behavior (TPB) tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan
penerapan Surgical Safety Checklist (SSC)
7.2 Saran
1. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan dapat sebagai masukan dalam merumuskan rencana kegiatan
dalam upaya meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan serta melakukan
evaluasi jangka pendek maupun jangka panjang khususnya penerapan
Surgical Sefety Checklist terutama di kamar operasi RS Santa Elisabeth Batam
Kota sehingga terdapat perencanaan dan perbaikan untuk kedepannya demi
meningkat budaya patient safety. Dan penting juga demi meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan mengenai penerapan surgical safety checklist
yang efektive dengan mengadakan eduaksi dan sosialisasi kepada seluruh tim
bedah.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai acuan atau refrensi yang diharapkan dapat memberi saran dan
masukan mengenai pengaruh tingkatan kepatuhan dalam penerapan surgical
safety checklist sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap
patient safety.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut dengan melihat
keterkaitan antara faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan
surgical cheklist safety khususnya tim bedah sehingga dapat mengurangi risiko
terjadinya morbiditas dan mortalitas pada safety patient yang di akibatkan
ketidakpatuhan dalam pelaksanaan surgical safety checklist.
98
99
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, T. E. F., Ahmad, T., Phull, M. K., Fowler, A. J., Hewson, R., Biccard, B. M., …
Wildes, T. (2018). The surgical safety checklist and patient outcomes after surgery: a
prospective observational cohort study, systematic review and meta-analysis. British
Journal of Anaesthesia, 120(1), 146–155.
Abrahamse, W. (2019). Understanding the Drivers of Human Behaviour. In Encouraging
Pro-Environmental Behaviour.
Ajzen, I. (2005). Attitude, personality, and behavior. New York: Open University Press.
Ajzen, I., & Icek Ajzen. (2006). Constructing a theory of planned behavior questionnaire.
Available at People. Umass. Edu/Aizen/Pdf/Tpb. Measurement. Pdf. Retrieved from
Al-Qahtani, A. S. (2017). The surgical safety checklist: Results of implementation in
otorhinolaryngology. Oman Medical Journal, 32(1), 27–30.
Alimbudiono, R., S. (2020). KONSEP PENGETAHUAN AKUNTANSI MANAJEMEN
LINGKUNGAN (pertama; tika lestari, ed.). Surabaya: CV. Jakad media publishing
Bagus, ade, tegar, prabawa. (2020). Hubungan Strategi Komunikasi 186 (pertama). Bali:
Nilacarra.
Barlett, C. P. (2019). Social Psychology Theory Extensions. Predicting Cyberbullying, 37–
47.
Bensley, R., J., & Fisher, B. (2009). Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat (2nd ed.; J.
Bensley, R. & B. Fisher, eds.). Jakarta Indonesia: Buku kedokteran EGC.
cacahycaCahyono, S. B. (2012). Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktek
Kedokteran (5th ed.). Yogyakarta: Kanisius.
Cahyono Suharjo B. (2008). membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek
kedokteran (lima). Yogyakarta: Kanisius.
Caro-Bautista, J., Espinar-Toledo, M., Villa-Estrada, F., Lupiáñez-Pérez, I., Kaknani-
Uttamchandani, S., García-Mayor, S., … Morales-Asencio, J. M. (2019). Development
and Psychometric Validation of an Instrument to Identify Barriers to Self-Care Among
Spanish Patients With Type 2 Diabetes on the Basis of Theory of Planned Behavior.
Value in Health, 22(9), 1033–1041.
Cochrane, D. D., Muniak, A., & Kennedy, C. (2018). Teams, Competence, 187 and Safety in
Surgery. In Quality and Safety in Neurosurgery.
Correia, M. I. T. . (2019). Quality, safety, and performance improvement. The Practical
99
100
100
101
kemenkes. (2017). manajemen keselamatan pasien (pertama). Jakarta Selatan: Pusdik SDM
Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Retrieved from.
LaGrone, L., Riggle, K., Joshipura, M., Quansah, R., Reynolds, T., Sherr, K., & Mock, C.
(2016). Uptake of the World Health Organization’s trauma care guidelines: a systematic
review. Bulletin of the World Health Organization, 94(8), 585-598C.
Malik, N. A., Yatim, S. M., Lam, O. L. T., Jin, L., & McGrath, C. P. J. (2017). Effectiveness
of a web-based health education program to promote oral hygiene care among stroke
survivors: Randomized controlled trial. Journal of Medical Internet Research, 19(3), 1–
11.
Manuntung, A. (2019). TERAPI PERILAKU KOGNITIF PADA PASIEN HIPERTENSI.
Malang: wineka media. Melekie, T. B., & Getahun, G. M. (2015). Compliance with
Surgical Safety Checklist completion in the operating room of University of Gondar
Hospital, Northwest Ethiopia. BMC Research Notes, 8(1), 1–7.
Notoatmodjo, S. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. (2011). MANAJEMEN KEPERAWATAN Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 3. In Salemba Medika (5th ed.). Jakarta: Salemba Medika.
permenkes. (2009). Undang-Undang-tahun-2009-44-09. Rumah Sakit, 1– 28. permenkes.
(2011). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1691/MENKES/PER/VIII/2011 TENTANG keselamatan pasien rumah sakit. 11(2), 10–
14. =https://doi.org/10.16194/j.cnki.31-1059/g4.2011.07.016
Permenkes. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien.
Perrone-Capano, C., Crispino, M., Oteri, G., Tata, A. M., Vignoli, A. L., & Poiana, G.
(2007). Dystrophin localization and gene expression in the developing nervous system of
the chick. Journal of Neuroscience 193 Research, 51(1), 109–118.
Pugel, A. E., Simianu, V. V., Flum, D. R., & Patchen Dellinger, E. (2015). Use of the
surgical safety checklist to improve communication and reduce complications. Journal of
Infection and Public Health, 8(3), 219– 225.
Rehatta, Hanindito, tantri, soenarto, yulianti, lestari. (2019). ANESTESIOLOGI DAN
TERAPI INTENSIF (pertama). Jakarta Indonesia: Gramedia.
Rich, A., Brandes, K., Mullan, B., & Hagger, M. S. (2015). Theory of planned behavior and
adherence in chronic illness: a meta-analysis. Journal of Behavioral Medicine, 38(4),
101
102
673–688.
Rolston, J. D., & Berger, M. S. (2018). Improving Operating Room Safety. In Quality and
Safety in Neurosurgery.
Russ, Stephanie J, Sevdalis, N., Moorthy, K., Mayer, E. K., Rout, S., Caris, J., … Darzi, A.
(2015). A qualitative evaluation of the barriers and facilitators toward implementation of
the WHO surgical safety checklist across hospitals in England: lessons from the “Surgical
Checklist Implementation Project”. Annals of Surgery, 261(1), 81–91.
Russ, Stephanie Jane, Rout, S., Caris, J., Moorthy, K., Mayer, E., Darzi, A., … Vincent, C.
(2014). The WHO surgical safety checklist: Survey of patients’ views . BMJ Quality and
Safety , 23(11), 939–946
Santana, H. T., Rodrigues, M. C. S., & do Socorro Nantua Evangelista, M. (2016). Surgical
teams’ attitudes and opinions towards the safety of surgical procedures in public hospitals
in the Brazilian Federal District. BMC Research Notes, 9(1), 276.
SNARS. (2017). Snars Edisi 1 (1).
Suegono, E. (2014). Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung (dua). Jakarta Indonesia:
Gramedia.
Sugiyono. (2017). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2018). Metode
penelitian kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi 196 (Mixed methods) (10th ed.).
Bandung: Alfabeta.
Suratno. (2017). ASESMEN TEMAN SEJAWAT (ATS) Sebuah Kajian Teoritis Berbasis
Model Pembelajaran Kolaboratif (pertama). Malang: CV IRDH.
Tahir S, Edi. 2018. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan penerapan surgical safety
checklist di instalasasi bedah sentral (IBS) RSUD Tenriawaru Bone. Makasaar :
Universitas Hasanuddin.
Van Schoten, S. M., Kop, V., De Blok, C., Spreeuwenberg, P., Groenewegen, P. P., &
Wagner, C. (2014). Compliance with a time-out procedure intended to prevent wrong
surgery in hospitals: Results of a national patient safety programme in the Netherlands.
BMJ Open, 4(7), 1–10.
Viera, W. (2017). Manajemen Keselamatan Pasien di Rumah Sakit (kedua). 197 Malang: UB
Press.
Vissman, A. T., Hergenrather, K. C., Rojas, G., Langdon, S. E., Wilkin, A. M., & Rhodes, S.
D. (2011). Applying the theory of planned behavior to explore HAART adherence among
HIV-positive immigrant Latinos: Elicitation interview results. Patient Education and
Counseling, 85(3), 454–460.
102
103
Vries, D. E. N., Hollmann, M. W., Smorenburg, M. S., Gauma, D. J., & Boermeester, M. A.
(2009). Development and validation of the surgical PAtient Safety System (SURPASS)
Checklist. Quality and Safety in Health Care, 18(2), 121–126.
Walker, I. A., Reshamwalla, S., & Wilson, I. H. (2012). Surgical safety checklists: Do they
improve outcomes? British Journal of Anaesthesia, 109(1), 47–54.
Wangoo, L., Ray, R. A., & Ho, Y. H. (2016). Compliance and surgical team perceptions of
WHO surgical safety checklist; Systematic review. In International Surgery (Vol. 101).
Weiser, T. G., & Haynes, A. B. (2018). Ten years of the Surgical Safety Checklist. British
Journal of Surgery, 105(8), 927–929.
WHO. (2017). Patient safety. Nursing Management (Harrow, London, England : 1994),
23(9),
Widayat, R. (2009). Being a Great and Sustainable Hospital. jakarta: Gramedia.
Widyarini, N. (2009). Kunci Pengembangan Diri (E. S. Sari, Ed.). Jakarta Indonesia: PT.
Alex Media Kopotindo.
World Health Organisation (WHO). (2008). Implementation manual WHO surgical safety
checklist (first edition) Safe Surgery Saves Lives.
Zheng, Y., Mancino, J., Burke, L. E., & Glanz, K. (2017). Current Theoretical Bases for
Nutrition Intervention and Their Uses. In Nutrition in the Prevention and Treatment of
Disease (Fourth Edi).
103
104
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Nama saya dr. Liza Amelia, Sp. BS, NPM 206080165 adalah Mahasiswa Program
Studi Magister Administrasi Rumah Sakit Universitas Respati Indonesia , saat ini sedang
melakukan penelitian untuk tesis dengan judul: “Analisis Kepatuhan Penerapan Surgical
Safety Checklist Pada Tim Bedah Unit Kamar Operasi Rumah Sakit Santa Elisabeth
Penelitian ini juga bermanfaat untuk bapak/ibu karena akan memperoleh pengetahuan
selama saya melakukan evaluasi Penerapan Surgical Safety Checklist. Bapak/ibu akan
merasa kurang nyaman karena telah menyita waktu selama mengikuti penelitian ini,
namun saya akan mengatur waktu yang tepat dan melakukan koordinasi dengan kepala
ruangan tempat Bapak/ibu bekerja sehingga kegiatan ini tidak mengganggu proses
pelayanan.
bapak/ibu jika ingin mengundurkan diri yang disebabkan oleh satu dan lain hal dan
bapak/ibu dapat menyampaikan secara langsung pada saya. Bila bapak/ibu setuju, mohon
menandatangani lembar persetujuan ini. Sebagai tanda ucapan terima kasih saya atas
kesediaan bapak/ibu.
Atas segala perhatian dan kerjasamanya, saya sebagai mengucapkan terima kasih.
104
105
105
106
106
107
1. KARASTERISTIK RESPONDEN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Status :
Pendidikan :
Lama bekerja :
Tanggal pengisian :
merupakan salah satu program WHO untuk menciptakan kesadaran akan keselamatan
pasien (patient safety). Bertujuan untuk mengurangi morbilitas dan mortalitas dan
meningkatkan komunikasi serta kerja tim pada tindakan pembedahan. Survei ini adalah
bagian dari penyelidikan yang mencoba menemukan beberapa alasan mengapa tim
bedah patuh atau tidak patuh dalam penerapan surgical safety checklist. Secara khusus,
kami tertarik dengan pendapat pribadi Anda tentang surgical safety checklist. Silakan
baca setiap pertanyaan dengan seksama dan jawablah sesuai kemampuan Anda. Tidak
ada tanggapan yang benar atau salah, kita hanyalah tertarik pada sudut pandang pribadi
Anda.
Silakan masukkan, nama anda, umur, jenis kelamin, status, pendidikan, lama
bekerja, dan tanggal pengisian di tempat yang ditentukan di atas. Nama Anda diperlukan
untuk survei tindak lanjut. Namun, semua tanggapan terhadap survei ini adalah
sepenuhnya rahasia. Semua informasi pengenal anda akan dihapus dari kuesioner ini
dan dimusnahkan segera setelah semua data telah dikumpulkan. Harap yakin bahwa
107
108
informasi Anda berikan dalam penelitian ini tidak akan berpengaruh pada pekerjaan
Anda.
108
109
2. DAFTAR KUESIONER
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda check list (√) pada kolom sesuai dengan pilihan dan persepsi Anda.
- 1 jika menurut Anda “SANGAT TIDAK SETUJU”
- 2 jika menurut Anda “TIDAK SETUJU”
- 3 jika menurut Anda “NETRAL”
- 4 jika menurut Anda “SETUJU”
- 5 jika menurut Anda “SANGAT SETUJU”
Harap jawab masing-masing pertanyaan berikut dengan melingkari nomor yang
paling menggambarkan Anda pendapat. Beberapa pertanyaan mungkin tampak serupa,
tetapi mereka menangani masalah yang agak berbeda. Harap baca setiap pertanyaan
dengan seksama.
Behavior Beliefs
1. Surgical safety checklist membantu tim bedah mengurangi
komlikasi dan kematian pasca pembedahan?
Sangat Tidak Setuju:_1__2__3__4__5_: sangat setuju.
Normative beliefs
10. Rekan kerja saya berpikir bahwa saya harus patuh dalam penerapan
surgical safety checklist di setiap tindakan pembedahan?
Sangat Tidak Setuju:_1__2__3__4__5_: sangat setuju.
11. Teman dekat saya berpikir bahwa saya harus patuh dalam penerapan
surgical safety checklist di setiap tindakan pembedahan.
Sangat Tidak Setuju:_1__2__3__4__5_: sangat setuju.
110
111
Control beliefs
111
INSTRUMEN OBSERVASI KEPATUHAN PENERAPAN SURGICAL SAFETY
CHECKLIST PADA UNIT KAMAR OPERASI
Tanggal – Jam :
Perawat Pre Op :
Operator :
Anesthesia :
Scrub Nurse :
Verifikasi Pasien
Identitas Dan Gelang Pasien
Informet Consent
Nama Operasi
Lokasi Operasi
Riwayat Alergi
Ada, Sebutkan
Tidak
112
Tanggal – Jam :
Perawat Sirkuler :
113
Tanggal – Jam :
Scrub Nurse :
Dokter Bedah :
Dokter Anesthesi :
114
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Jenis_kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 14 58,3 58,3 58,3
Perempuan 10 41,7 41,7 100,0
Total 24 100,0 100,0
Status
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Karu (Kepala Ruangan) 1 4,2 4,2 4,2
Perawat 11 45,8 45,8 50,0
Dokter 12 50,0 50,0 100,0
Total 24 100,0 100,0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid D3/S1 Keperawatan 12 50,0 50,0 50,0
Spesialis 12 50,0 50,0 100,0
Total 24 100,0 100,0
Masa_kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-5 tahun 8 33,3 33,3 33,3
6-10 tahun 11 45,8 45,8 79,2
11-15 tahun 3 12,5 12,5 91,7
16-20 tahun 2 8,3 8,3 100,0
Total 24 100,0 100,0
Usia_responden
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Usia 24 24 51 36,54 7,824
Valid N (listwise) 24
B. ANALISIS UNIVARIAT
Nilai_SI
115
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 3 12,5 12,5 12,5
Kuat 21 87,5 87,5 100,0
Total 24 100,0 100,0
Nilai_TO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 4 16,7 16,7 16,7
Kuat 20 83,3 83,3 100,0
Total 24 100,0 100,0
Nilai_SO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Lemah 1 4,2 4,2 4,2
Cukup 1 4,2 4,2 8,3
Kuat 22 91,7 91,7 100,0
Total 24 100,0 100,0
Behavioral_Beliefs
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 5 20,8 20,8 20,8
Kuat 19 79,2 79,2 100,0
Total 24 100,0 100,0
Normative_Beliefs
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 6 25,0 25,0 25,0
Kuat 18 75,0 75,0 100,0
Total 24 100,0 100,0
Control_Beliefs
116
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 6 25,0 25,0 25,0
Kuat 18 75,0 75,0 100,0
Total 24 100,0 100,0
C. ANALISIS BIVARIAT
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square ,084 a
1 ,772
Continuity Correction b
,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,087 1 ,768
Fisher's Exact Test 1,000 ,634
Linear-by-Linear Association ,081 1 ,776
N of Valid Cases 24
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,25.
b. Computed only for a 2x2 table
117
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for ,700 ,062 7,853
Behavioral_Beliefs (Cukup /
Kuat)
For cohort Nilai_SSC = ,760 ,113 5,120
Cukup
For cohort Nilai_SSC = Kuat 1,086 ,649 1,815
N of Valid Cases 24
Crosstab
Nilai_SSC
Cukup Kuat Total
Normative_Beliefs Cukup Count 0 6 6
Expected Count 1,5 4,5 6,0
% of Total 0,0% 25,0% 25,0%
Kuat Count 6 12 18
Expected Count 4,5 13,5 18,0
% of Total 25,0% 50,0% 75,0%
Total Count 6 18 24
Expected Count 6,0 18,0 24,0
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2,667 a
1 ,102
Continuity Correction b
1,185 1 ,276
Likelihood Ratio 4,078 1 ,043
Fisher's Exact Test ,277 ,138
Linear-by-Linear Association 2,556 1 ,110
N of Valid Cases 24
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
For cohort Nilai_SSC = Kuat 1,500 1,082 2,079
118
N of Valid Cases 24
Crosstab
Nilai_SSC
Cukup Kuat Total
Control_Beliefs Cukup Count 2 4 6
Expected Count 1,5 4,5 6,0
% of Total 8,3% 16,7% 25,0%
Kuat Count 4 14 18
Expected Count 4,5 13,5 18,0
% of Total 16,7% 58,3% 75,0%
Total Count 6 18 24
Expected Count 6,0 18,0 24,0
% of Total 25,0% 75,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square ,296a 1 ,586
Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,284 1 ,594
Fisher's Exact Test ,618 ,480
Linear-by-Linear Association ,284 1 ,594
N of Valid Cases 24
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for 1,750 ,230 13,308
Control_Beliefs (Cukup /
Kuat)
For cohort Nilai_SSC = 1,500 ,361 6,230
Cukup
For cohort Nilai_SSC = Kuat ,857 ,462 1,589
N of Valid Cases 24
D. ANALISIS MULTIVARIAT
119
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant 1,099 ,471 5,431 1 ,020 3,000
120
NO Nama Sko Normative Skor Skor
Behavior Beliefs Control Beliefs
r Beliefs
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 GA 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 3
2 US 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2
3 ES 5 5 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2
4 SS 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 1 4 4 4 2
5 NB 5 2 2 3 2 4 3 2 5 3 2 4 5 5 5 3
6 ES 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
7 PE 5 5 5 5 5 2 5 5 4 4 4 1 5 5 5 4
8 YT 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 3
9 SH 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2
10 ML 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
11 MS 4 2 2 5 3 2 3 4 3 3 2 4 5 5 4 4
12 DA 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3
13 H 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3
14 R 5 4 4 5 4 4 5 4 2 3 3 3 3 3 3 5
15 T 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4
16 F 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
17 S 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5
18 S 5 5 5 5 5 5 5 4 2 3 3 5 5 5 5 2
19 Y 5 4 4 4 5 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3
20 F 5 5 3 4 5 4 5 3 2 4 3 1 5 3 3 3
21 AS 5 5 5 3 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4
22 IL 5 5 5 3 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4
23 N 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5
24 G 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3
Tabel Total :
Behavio Total Behavio Tota Behavio Total Behavio Tota Behavio Total Behavio Tota Behavio Total
121
r Beliefs r Beliefs l r Beliefs r Beliefs l r Beliefs r Beliefs l r Beliefs
1 2 3 4 5 6 7
5 21 5 17 5 15 5 14 5 16 5 12 5 14
4 1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 8 4 7
3 1 3 2 3 3 3 5 3 3 3 2 3 3
2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1
1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
Control Total Control Total Control Total Control Total Control Total
Beliefs Beliefs Beliefs Beliefs Beliefs
12 13 14 15 16
5 11 5 16 5 14 5 13 5 6
4 4 4 3 4 5 4 5 4 5
3 6 3 5 3 5 3 5 3 8
2 0 2 0 2 0 2 1 2 5
1 3 1 0 1 0 1 0 1 0
122