Makalah Politik Dan Etika Pendidikan
Makalah Politik Dan Etika Pendidikan
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
1. Insa Ansori
2. Muhammad Yahya
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah swt, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah “AKUNTABILITAS
DAN QUALITY DALAM ASSURANCE PENDIDIKAN” dengan baik dan tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Politik Dan Etika
Pendidikan yang diampu oleh Lutfiana Wahyuni M.Sos selaku Dosen pembimbing.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita sekalian.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A. Latar Belakang...................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Pengertian Akuntabilitas....................................................................................................5
B.Pengertian Akuntabilitas Pendidikan..............................................................................6
C.Tujuan Akuntabilitas Pendidikan....................................................................................7
D. Manfaat Akuntabilitas Pendidikan.................................................................................8
E. Langkah-Langkah Akuntabilitas Pendidikan.................................................................8
F. Pengertian Quality Assurance........................................................................................9
G. Quality Assurance Pendidikan.......................................................................................9
H. Tujuan Quality Assurance Pendidikan.........................................................................11
I. Mekanisme Quality Assurance Pendidikan...................................................................11
J. Langkah-langkah Quality Assurance Pendidikan.........................................................13
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16
A.KESIMPULAN................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai negara di dunia tidak pernah surut melakukan upaya peningkatan mutu
pendidikian. Kecenderungan internasional mengisyaratkan bahwa sistem penjaminan dan
peningkatan mutu pendidikan dibangun dari unit satuan pendidikan di mana kelompok
pendidik dan tenaga kependidikan profesional menunjukkan komitmen dan praktek-praktek
yang terbaik (akuntabilitas profesional).
Paradigma penjaminan mutu telah bergeser dari praktek quality control ke quality
assurance and development. Hasil-hasil kajian menunjukkan bahwa peningkatan mutu tidak
selalu berkaitan dengan peningkatan anggaran pendidikan dan ketersediaan guru dalam
jumlah dan kualifikasi. Peningkatan mutu terjadi dalam perwujudan budaya mutu yang
menunjukkan perubahan cara berfikir dan budaya kerja yang mengutamakan mutu.
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Politik
dan Etika Pendidikan, juga untuk menjelaskan mengenai konsep akuntabilitas pendidikan
serta quality assurance pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan administrasi publik
pemerintahan (lembaga eksekutif pemerintah, lembaga legislatif parlemen dan lembaga
yudikatif Kehakiman) yang mempunyai beberapa arti antara lain, hal ini sering digunakan
secara sinonim dengan konsep-konsep seperti yang dapat dipertanggungjawabkan
(responsibility),[1]yang dapat dipertanyakan (answerability),1 yang dapat dipersalahkan
(blameworthiness) dan yang mempunyai ketidakbebasan (liability) termasuk istilah lain yang
mempunyai keterkaitan dengan harapan dapat menerangkannya salah satu aspek dari
administrasi publik atau pemerintahan,
Dalam peran kepemimpinan, akuntabilitas dapat merupakan pengetahuan dan adanya
pertanggungjawaban tehadap tiap tindakan, produk, keputusan dan kebijakan termasuk pula
di dalamnya administrasi publik pemerintahan, dan pelaksanaan dalam lingkup peran atau
posisi kerja yang mencakup di dalam mempunyai suatu kewajiban untuk melaporkan,
menjelaskan dan dapat dipertanyakan bagi tiap-tiap konsekuensi yang sudah dihasilkan.
akuntabilitas merupakan istilah yang terkait dengan tata kelola pemerintahan
sebenarnya agak terlalu luas untuk dapat didefinisikan.akan tetapi hal ini sering dapat
digambarkan sebagai hubungan antara yang menyangkut saat sekarang ataupun masa depan,
antar individu, kelompok sebagai sebuah pertanggungjawaban kepentingan merupakan
sebuah kewajiban untuk memberitahukan, menjelaskan terhadap tiap-tiap tindakan dan
keputusannya agar dapat disetujui maupun ditolak atau dapat diberikan hukuman bilamana
diketemukan adanya penyalahgunaan kewenangan.
sejarah panjang dalam pencatatan kegiatan yang berkaitan dengan pemerintahan dan sistem
pertanggungjawaban uang yang pertama kali dikembangkan di Babylon2
Dalam Made Pidarta (1988), menyebutkan lima bagian yang merupakan manifestasi dari
akuntabilitas, yaitu : (1) mengontrak performan. Performan di tentukan kriterianya dan
disepakati bersama. Artinya pertugas pelaksana tidak boleh menyimpang dari kriteria
tersebut.
(2) memiliki kunci pembentuk arah dalam bentuk biaya dan usaha performan yang
dikontrak/ditentukan, diharapkan tercapai tujuan secara efektif sehingga pengontrak merasa
2
Urch, Edwin J. (July 1929). "The Law Code of Hammurabi". Americna Bar Association
Journal
puas. (3) unsur pemeriksaan yang dilakukan oleh orang-orang bebas dan tidak terlibat dalam
kegiatan internal, seperti orang tua siswa, masyarakat, atau pemerintah. (4) memberikan
jaminan, dalam bidang pendidikan mutu dapat terjamin dengan menggunakan kriteria atau
ukuran tertentu. (5) pemberian insentif, diberikan sebagai penghargaan dan dapat di ukur
menurut kriteria tertentu, dengan maksud untuk meningkatkan motivasi dan sistem kompetisi
dalam meningkatkan performan.
Akuntabilitas dalam bidang pendidikan, seperti yang di katalkan oleh H.H. Mc Ashaan, yaitu
(1) program dan manajemen personalia yang mengarah kepada tujuan, (2) penekanan
manajemen yang efektif dan efisien, dan (3) pengembangan program, pengembangan
personalia, peningkatan hubungan dengan masyarakat, dan kegiatan-kegiatan manajemen.
4. Alat dan metode yang sudah jelas, dana yang dipakai, dan lama bekerja yang semuanya
telah tertuang dalam bentuk alternatife penyelesaikan yang sudah eksak/pasti
5. Lingkungan sekolah tempat program dilaksanakan
1. Menentukan tujuan program yang dikerjakan, dalam perencanaan disebut misi atau tujuan
2. Program dioperasionalkan sehingga menimbulkan tujuan-tujuan yang spesifik.
3
Sallis, Edward (1994). Total Quality Management in Education. London : Kogan Page Limited.
Suryadi, Ace (1999). Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan. Jakarta : Balai Pustaka
pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan. Penjaminan & Peningkatan Mutu
Pendidikan di Indonesia
Penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan untuk pendidikan dasar dan menengah di
Agar dapat berjalan dengan efektif dalam konteks kebijakan dan manajemen ini, sistem
penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan perlu menyediakan fleksibilitas yang memadai
yang akan memungkinkan kabupaten dan sekolah untuk mengkaji dan meningkatkan mutu di
wilayah prioritas yang mencerminkan faktor kontekstual lokal dan spesial.
Bila kita lihat, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented,
dimana proses dan berbagai kebijakan banyak diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat atas
dengan tidak semaksimal mungkin mengkomunikasikan serta mengsosialisasikan dengan
baik ke tataran bawah. Oleh karenanya banyak persoalan proses rancangan implementasi
yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana
mestinya di tingkat mikro (sekolah) sehingga seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh
dan akurat oleh birokrasi pusat. Sekolah sebagai institusi pelaksana pendidikan yang paling
utama dengan berbagai keragaman potensi peserta didik yang memerlukan layanan
pendidikan yang beragam, harus senantiasa dinamis dan kreatif dalam melaksanakan
perannya untuk mengupayakan peningkatan mutu pendidikan. Oleh karenanya, sudah
sepatutnya sekolah diberikan kepercayaan untuk mengelola institusinya sendiri sesuai dengan
kondisi realistis yang ada dan kebutuhan peserta didiknya. Untuk itu perlu adanya standar
yang diatur dan disepakati secara nasional untuk dijadikan indikator penilaian bagi
keberhasilan peningkatan mutu dari institusi tersebut.
Saat ini, pemerintah telah menetapkan standar tersebut dengan adanya 8 standar
nasional pendidikan yang menjadi pijakan utama bagi sekolah dalam memberikan pendidikan
yang bermutu bagi peserta didik. Pemerintah memiliki peranan penting dalam
mensosialisasikan konsep dasar mutu pendidikan bagi sekolah khususnya kepada masyarakat.
Selain itu pemerintah harus dapat menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu
pendidikan merupakan tanggung jawab semua komponen masyarakat, dengan fokus
peningkatan mutu yang berkelanjutan (terus menerus) pada tataran sekolah. Konsep
penjaminan mutu berkembang didasarkan kepada suatu keinginan dan keharusan bagi
sekolah untuk turut berpartisifasi langsung secara aktif dan dinamis dalam rangka proses
peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan proses manajemen terpadu (TQM). Sekolah
harus mampu menterjemahkan dan menangkap esensi segala kebijakan yang berhubungan
dengan proses penjaminan mutu serta memahami bagaimana proses implementasinya yang
kemudian melalui proses perencanaan, sekolah harus dapat memformulasikannya ke dalam
kebijakan mutu melalui bentuk program - program prioritas yang harus dilaksanakan
sehingga tercipta budaya mutu. Dengan demikian sekolah secara mandiri tetapi masih dalam
kerangka acuan kebijakan nasional, memiliki tanggung jawab terhadap pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikannya.
Jerome S.Arcaro (1995) membuat sebuah model visual tentang sekolah yang
menerapkan mutu total. Sekolah tersebut ditopang oleh lima pilar yaitu berfokus kepada
pelanggan, keterlibatan secara total akan semua komponen dan anggota sekolah yang ada
didalamnya, selalu melakukan pengukuran yang periodik akan ketercapaian mutu, semua
komponen dan yang utama kepala sekolah berkomitmen pada sebuah perubahan yang menuju
kearah peningkatan mutu dan yang terakhir melakukan penyempurnaan secara terus-menerus
Sistem jaminan mutu dalam sekolah setidaknya harus mencakup elemen seperti di bawah ini :
A.KESIMPULAN
Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan administrasi publik
pemerintahan (lembaga eksekutif pemerintah, lembaga legislatif parlemen dan lembaga
yudikatif Kehakiman) yang mempunyai beberapa arti antara lain, hal ini sering digunakan
secara sinonim dengan konsep-konsep seperti yang dapat dipertanggungjawabkan
(responsibility),[1]yang dapat dipertanyakan (answerability),4 yang dapat dipersalahkan
(blameworthiness) dan yang mempunyai ketidakbebasan (liability) termasuk istilah lain yang
mempunyai keterkaitan dengan harapan dapat menerangkannya salah satu aspek dari
administrasi publik atau pemerintahan,
Dalam peran kepemimpinan, akuntabilitas dapat merupakan pengetahuan dan adanya
pertanggungjawaban tehadap tiap tindakan, produk, keputusan dan kebijakan termasuk pula
di dalamnya administrasi publik pemerintahan, dan pelaksanaan dalam lingkup peran atau
posisi kerja yang mencakup di dalam mempunyai suatu kewajiban untuk melaporkan,
menjelaskan dan dapat dipertanyakan bagi tiap-tiap konsekuensi yang sudah dihasilkan.
Tujuan akuntabilitas pendidikan adalah agar terciptanya kepercayaan publik terhadap
sekolah. Kepercayaan publik yang tinggi akan sekolah dapat mendorong partisipasi yang
lebih tinggi pula terdapat pengelolaan manajemen sekolah. Sekolah akan dianggap sebagai
agen bahkan sumber perubahan masyarakat. Slamet (2005:6) menyatakan: Tujuan utama
akuntabilitas adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja sekolah sebagai salah
satu syarat untuk terciptanya sekolah yang baik dan terpercaya. Penyelenggara sekolah harus
memahami bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada publik.
bisnis barang dan jasa, dengan maksud untuk menumbuhkan budaya peduli mutu.
Jaminan mutu perlu dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan kepuasan kepada kastemer
pemakai produk. Dalam perkembangan selanjutnya, penerapan konsep jaminan mutu ini
ternyata tidak hanya terbatas di lingkungan bisnis dan industri, tetapi juga dalam bidang
pelayanan jasa pendidikan sejalan dengan munculnya gerakan akuntabilitas pendidikan.
4
Dykstra, Clarence A. (February 1939). "The Quest for Responsibility". American
Political
Dalam lingkungan sistem pendidikan, khususnya persekolahan, tuntutan akan
penjaminan mutu merupakan gejala yang wajar, karena penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu merupakan akuntabilitas publik. Setiap komponen pemangku kepentingan
pendidikan orang tua, masyarakat, dunia kerja, pemerintah) dalam peranan dan
kepentingannya masing-masing memeiliki kepentingan terhadap penyelenggaraan pendidikan
yang bermutu. Mutu dalam pengertian memenuhi spesifikasi sering disebut sebagai
kesesuaian untuk tujuan atau penggunaan, atau disebut pula sebagai definisi kualitas menurut
produsen.