Anda di halaman 1dari 31

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Guru

1. Pengertian Guru

Dalam dunia pendidikan, secara etimologi guru atau pendidik

diartikan sebagai “orang yang pekerjaannya atau mata pencahariannya

mengajar”. Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah “orang yang

memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik”.1

Adapun Pengertian lain secara terminologi dalam undang-undang

guru adalah “pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal pendidikan

dasar dan pendidikan menengah”.2

Guru adalah “orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar

mengajar. Oleh karena itu, guru harus betul-betul membawa siswanya

kepada tujuan yang ingin dicapai”. 3 Guru dalam Islam adalah “orang-

orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya

dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi

afektifmaupunpsikomotorik”. 4

1
Syaiful Bahri Djamaroh, Guru dan anak didik dalam interaksi education, (Jakarta:
Rineka Cipta, Cet 1), hlm. 89.
2
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, No 74 Tahun 2008, Tentang Guru, Pasal 1.
3
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Padang: Kalam Mulia, 1994), hlm.
19.
4
Abdul Mujib dan jusuf mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), hlm. 87.
11
12

Dimana seorang guru dapat membentuk pribadi peserta didik kearah yang lebih baik.

Guru harus berpandangan luas dan kriteria bagi seorang guru harus memiliki

kewibawaan. Guru yang memiliki kewibawaan berarti memiliki kesungguhan, suatu

kekuatan, sesuatu yang dapat memberikan kesan dan pengaruh. Seseorang guru akan

dapat mencapai prestasi tinggi apabila ia berhasil membuat peserta didik memahami

dan menguasai materi pengajaran yang diajarkan kepadannya.

Dalam melaksanakan tugasnya, guru perlu mengadakan kerja sama dengan

orang tua murid, dengan badan-badan kemasyarakatan, dan sekali-kali membawa

murid-murid mengunjungi objek-objek yang kiranya perlu diketahui murid dalam

rangka kurikulum sekolah. Dan guru perlu pula mengundang seorang ahli dari

masyarakat untuk memberikan ceramah atau latihan-latihan dalam keterampilan

tertentu. Selain melaksanakan tugas profesinya disekolah, guru wajib pula

berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat serta memperbaiki peranan dan

kualifikasi profesionalnya. Demikianlah begitu uniknya pekerjaan seorang guru dan

betapa luasnya tugas kewajiban yang harus dijalankannya, betapa banyaknya

hubungan-hubungan yang perlu dibina dan dipupuknya, serta betapa seorang guru

harus menghadapi masalah-masalah baik pribadi maupun sosial. Namun demikian,

pada akhirnya masyarakat mengakui bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan mulia

dan telah merangsang banyak pemuda yang berminat terjun ke dalamnya.5

Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa,

dan berakhlak mulia dalam medngamalkan ajaran agama islam dari sumbedr

5
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 117.
13

utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

latihan, serta penggunaan pengalaman.6

Guru Pendidikan agama islam yaitu seorang pendidik yang mengajarkan

ajaran islam dan membimbing anak didik ke arah pencapaian kedewasaan serta

membentuk kepribadian muslim yang berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan

kebahagiaan didunia dan akhirat.

Guru Pendidikan agama islam memiliki peranan yang strategis dalam

membina akhlak dan moral bangsa dan negara serta bertugas dan bertanggung jawab

untuk mendidik, mengembangkan ilmu pengetahuan agama, dan menanamkan

keimanan pada diri siswanya. Membimbing kerohanian siswa, menumbuhkan sikap

beradab siswa, dan menanamkan toleransi antar umat beragama. Karena pendidikan

akhlaq merupakan jiwa dari pendidikan islam itu sendiri. Dan untuk mencapai Budi

Pekerti yang sempurna juga merupakan tujuan yang sebenarnya dari pendidikan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidik juga bisa diartikan

orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada siswa dalam

perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu

berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu memenuhi tugasnya

sebagai hamba dan khalifah Allah SWT. Dan mampu melakukan tugas sebagai

makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.

2. Syarat Pendidik (Guru)


6
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 11.
14

Tugas dan tanggung jawab guru Pendidikan Agama Islam tidaklah mudah dan

ringan, bahkan lebih berat dari guru bidang studi yang lain, sebab terkait dengan

peserta didik yang memiliki latar belakang keagamaan yang berbeda serta

permasalahan yang sangat kompleks. Oleh karena itu, guru Pendidikan Agama Islam

memerlukan persyaratan yang diantaranya:

Syarat Guru Pendidikan Agama Islam adalah harus sesuai dengan yang

tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen pasal 8, yang berbunyi:

“Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,

sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional”.7

Syarat tersebut bila dijabarkan menerangkan bahwa untuk menjadi

guru pendidikan agama Islam harus mempunyai syarat-syarat:

a. Mempunyai ijazah formal

b. Sehat jasmani dan rohani

c. Berakhlak yang baik

Sedangkan Athiyah Al-Abrosyi mengemukakan pendapatnya tentang syarat-

syarat bagi guru pendidikan agama Islam, adalah:

a. Guru agama harus zuhud, yakni ikhlas dan bukan semata-mata bersifat materialis

b. Bersih jasmani dan rohani, berpakaian rapi dan bersih, dan akhlaknya juga baik

c. Bersifat pemaaf, sabar dan pandai menahan diri

d. Seorang guru harus terlebih dahulu merupakan seorang bapak sebelum ia menjadi

seorang guru (cinta kepada murid-muridnya seperti anaknya sendiri)

e. Mengetahui tabiat dan tingkat berfikir anak

7
Undang-Undang Republik Indonesia, No. 14 tahun 2005, tentang Guru dan Dosen pasal 8, hlm. 8.
15

f. Menguasai bahan pelajaran yang diberikan.8

Menurut Soejono bahwa syarat seseorang menjadi guru adalah:

a. Tentang umur, harus sudah dewasa

Tugas mendidik adalah tugas yang amat penting karena menyangkut

perkembangan seseorang, jadi menyangkut nasib seseorang. Oleh karena itu, tugas

itu harus dilakukan secara bertanggung jawab. Itu hanya dapat dilakukan oleh

orang yang telah dewasa, anak-anak tidak dapat dimintai pertanggungjawaban. Di

negara kita, seseorang dianggap dewasa sejak ia berumur 18 tahun atau dia sudah

kawin. Menurut ilmu pendidikan adalah 21 tahun bagi lelaki dan 18 tahun bagi

perempuan. Bagi pendidik asli, yaitu orang tua anak, tidak dibatasi umur minimal

bila mereka telah mempunyai anak, maka mereka boleh mendidik anaknya.

Dilihat dari segi ini, sebaiknya umur kawin ialah 21 bagi lelaki dan 18 bagi

perempuan.9

b. Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani

Jasmani yang tidak sehat akan menghambat pelaksanaan pendidikan,

bahkan dapat membahayakan anak didik bila mempunyai penyakit menular. Dari

segi rohani, orang gila berbahaya juga bila ia mendidik. Orang idiot tidak

mungkin mendidik karena ia tidak akan mampu bertanggung jawab.10

c. Tentang kemampuan mengajar, ia harus ahli

8
Tim Dirjen Pendidikan Agama Islam Pada sekolah umum , Metodologi Pendidikan Agama Islam
( Jakarta, Depag RI, 2001 ), hal. 14.
9
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2000), hlm. 80-81.
10
Ibid.
16

Ini penting sekali bagi pendidik, termasuk guru. Orang tua di rumah

sebenarnya perlu sekali mempelajari teori ilmu pendidikan. Dengan

pengetahuannya itu diharapkan ia akan lebih berkemampuan menyelenggarakan

pendidikan bagi anak-anaknya di rumah. Sering kali terjadi kelainan pada anak

didik disebabkan oleh kesalahan pendidikan di dalam rumah tangga.11

d. Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi

“Berkesusilaan dan berdedikasi tinggi tidak hanya diperlukan dalam

mendidik, selain mengajar dedikasi tinggi diperlukan juga dalam meningkatkan

mutu mengajar”.12

Karena pekerjaan guru adalah pekerjaan Profesional maka untuk menjadi guru

maka menurut Oemar Hamalik, guru harus memiliki persyaratan sebagai berikut :

1) Harus memiliki bakat sebagai guru

2) Harus memiliki keahlian sebagai guru

3) Memiliki kepribadian yang baik dan terintregasi

4) Memiliki mental yang sehat

5) Berbadan sehat

6) Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas

7) Guru adalah manusia berjiwa pancasila

8) Guru adalah seorang warga Negara yang baik.13

“Di Indonesia untuk menjadi guru diatur dengan beberapa persyaratan, yakni

berijazah, profesional, sehat jasmani dan rohani, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

dan kepribadian yang luhur, bertanggung jawab dan berjiwa nasional”.14

3. Pengertian Upaya Guru Dalam Peningkatan Budi Pekerti


11
Ibid.
12
Ibid.
13
Oemar Hamalik, Proses Belajar… hlm. 118.
14
Syaiful Bahri Djamaroh, Guru Dan Anak… hlm. 34.
17

Upaya adalah usaha atau ikhtiar yang dilakukan oleh seseorang untuk

mencapai suatu maksud serta dijadikan cara untuk mancari jalan keluar suatu

masalah.15

Secara terminologi, guru sering diartikan sebagai orang yang bertanggung

jawab terhadap perkembangan siswa dengan mengupayakan perkembangan seluruh

potensi (fitrah) siswa, baik potensi kognitif, potensi afektif, maupun potensi

psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan

pertolongan pada siswa dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya agar mencapai

tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri memenuhi individual yang mandiri.16

Dalam bahasa Arab istilah guru disebut dengan kata ustadz, mudarris,

muallim, dan muaddib. Jadi yang dimaksud guru adalah pendidik professional dengan

tugas utama mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal.17

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat diartikan bahwa upaya adalah usaha

atau ikhtiar yang dialkukan seseorang untuk mencari jalan keluar dalam suatu

permasalahan. Sedangkan guru adalah orang yang mendidik atau bertanggung jawab

terhadap siswa dalam mendidik, mengajar, dan mengupayakan perkembangan seluruh

potensi (fitrah) siswa.

Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan budi pekerti siswa

antara laian:

1. Memasukkan konsep karakter pada setiap kegiatan pembelajaran dengan cara:

15
Abdul Zulfikar Akaha, Belajar dari Ustads salafi, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), hlm. 20.
16
Chaerul Rochman dan Heri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru Menjadi Guru
Yang Dicintai dan Diteladani oleh Siswa, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2011), hlm.24.
17
Rofa’ah, Pentingnya Kompetensi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Perspektif Islam,
(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2016), hlm. 32.
18

a. Menanamkan nilai kebaikan pada anak (knowing the good). Menanamkan

konsep diri pada anak setiap akan memasuki materi pelajaran. Baik itu

dalam bentuk janji tentang karakter, maupun pemahaman makna pada

karakter yang akan disampaikan.

b. Menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan atau keinginan

untuk berbuat baik (desiring the good). Memberikan beberapa contoh

kepada anak mengenai karakter yang sedang dibangun. Misalnya melalui

cerita dengan tokoh-tokoh yang mudah dipahami siswa.

c. Mengembangkan sikap mencintai perbuatan baik (loving the good). Agar

anak mengembangkan karakter yang baik, maka ada penghargaan bagi

anak yang membiasakan melakukan kebaikan. Begitu pula anak yang

melakukan pelanggaran, supaya diberi hukuman yang mendidik.

d. Melakukan perbuatan baik (acting the good). Karakter yang sudah mulai

dibangun melalui konsep diaplikasikan dalam proses pembelajaran selama

di sekolah. Selain itu, juga memantau perkembangan anak dalam praktik

pembangunan karakter di rumah. Dalam hal, ini guru sebagai model. Guru

akan banyak dilihat siswa. Apa yang dilakukan oleh guru, dianggap benar

oleh siswa. Untuk itulah guru harus memberikan contoh yang positif.

2. Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala

tingkah laku masyarakat di sekolah.

3. Pemantauan secara kontinyu. Pemantauan secara kontinyu merupakan wujud

dari pelaksanaan pembangunan karakter atau budi pekerti. Dalam pemantauan

ini ada data yang dimiliki guru. Anak yang sudah melakukan pembiasaan

berbuat baik, masuk dalam penilaian afektif. Bagi anak yang belum bisa

melakukan pembiasaan berbuat baik atau masih sering melakukan aktivitas di


19

luar aturan, perlu langkah persuasif agar bisa melakukan ;pembiasaan yang

positif. Penanaman moral ini dilakukan dengan cara pendampingan guru.

Selain sebagai model perilaku sehari-hari dalam bentuk perilaku yang bisa

diteladani, guru juga melakukan pemantauan secara berkelanjutan terhadap

perkembangan moral anak. Guru juga bisa membangun komunikasi yang

efektif dengan orangtua tentang perilaku anak di rumah. Semua itu untuk

menyiapkan anak-anak dalam rangka mengokohkan konsep moral pada diri

mereka.

4. Penilaian orang tua. Orang tua memiliki peranan yang sangat besar dalam

membangun karakter anak. Waktu anak di rumah lebih banyak daripada di

sekolah dan rumah merupakan tempat pertama anak berkomunikasi serta

bersosialisasi dengan lingkungannya. Untuk itulah, orangtua diberikan

kesempatan untuk menilai anak, khususnya dalam pembentukan moral/ budi

pekerti.

4. Kode Etik Pendidik

Kode etik berasal dari dua kata, yaitu kode yang berarti tulisan (kata-kata,tgrf

tanda) yang dengan persetujuan memiliki arti atau maksud tertentu. Sedangkan etik

dapat berarti aturan tata susila, sikap atau akhlak. Jadi, kode etik secara bahasa berarti

ketentuan atau aturan. Kode etik pendidik adalah “norma-norma yang mengatur

hubungan kemanusiaan (hubungan relationship) antara guru dan siswa, orang tua,

koleganya dan atasannya”.18 Kode etik di setiap lembaga pendidikan tidak harus sama,

tetapi secara intrinsik mempunyai kesamaan konten. Pelanggaran terhadap kode etik

akan mengurangi nilai dan kewibawaan identitas guru.

Menurut Al-Ghazali merumuskan kode etik guru dengan 17 bagian, yaitu:

18
Abdul Mujib dan jusuf mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam… hlm. 97-98.
20

a. Menerima segala problem siswa dengan hati dan sikap terbuka

b. Bersikap penyantun dan penyayang

c. Menjaga kewibawaan dan kehormatan dalam bertindak

d. Menghindari dan menghilangkan sifat angkuh terhadap sesama

e. Bersifat merendah ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat

f.Menghilangkan aktifitas yang tidak berguna dan sia-sia

g. Bersifat lemah-lembut dalam menghadapi siswa yang rendah tingkat IQ-nya,

seta membinanya sampai pada taraf maksimal

h. Meninggalkan sifat marah

i.Memperbaiki sifat siswanya dan bersikap lemah-lembut terhadap siswa yang

kurang lancar komunikasinya

j.Meninggalkan sifat yang menakutkan pada siswa yang belum mengerti atau

mengetahui

k. Berusaha memperhatikan pernyataan-pernyataan siswa, walaupun kurang

bermutu

l.Menerima kebenaran kepada siswa yang membantahnya

m. Menjadikan kebenaran sebagai acuan proses pendidikan walaupun kebenaran

itu datangnya dari siswa

n. Mencegah siswa mempelajari ilmu yang membahayakan

o. Menanamkan sifat ikhlas pada siswa, serta terus mencari informasi guna

disampaikan kepada siswa yang akhirnya mencapai tingkat taqarrub Allah SWT

p. Mencegah siswa mempelajari ilmu fardlu kifayah sebelum mempelajari ilmu

fardlu ‘ain

q. Mengaktualisasikan informasi yang akan diajarkan kepada siswa.19


19
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam:Konsep,Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta: Teras, 2009),
hlm. 85-86.
21

Kemudian Muhammad Atthiyah al-Abrasyi menambahkan kode etik tersebut

sebagai berikut:

a. Mempunyai watak kebapakan, seorang guru seharusnya menyayangi siswanya

seperti ia menyayangi anaknya sendiri

b. Adanya komunikasi yang aktif anatar guru dan siswa. Pola komunikasi dalam

interaksi dapat diterapkan ketika terjadi proses belajar-mengajar

c. Memperhatikan kemampuan dan kondisi siswa. Pemberian materi pelajaran

harus diukur dengan kadar kemampuannya

d. Mengetahui kepentingan bersama, tidak terfokus pada siswa, misalnya hanya

memprioritaskan siswa yang memiliki IQ tinggi

e. Mempunyai kompetensi keadilan, kesucian dan kesempurnaan

f. Ikhlas dalam menjalankan aktifitasnya, tidak banyak menuntut hal yang di luar

kewajibannya

g. Dalam mengajar supaya mengaitkan materi satu dengan materi lainnya

h. Memberi bekal siswa dengan ilmu yang mengacu pada futuristik (masa

depan), karena ia tercipta berbeda dengan jasmani yang dialami sang guru

i. Sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kepribadian yang kuat, tanggung

jawab dan mampu mengatasi problema siswa serta mempunyai rencana yang matang

untuk menatap masa depan yang dilakukannya dengan sungguh-sungguh.20

5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Setiap profesi di dunia ini pasti memiliki tugas dan tanggung jawab masing-

masing yang harus dilaksanakan, termasuk profesi sebagai seorang guru.

Menurut Al-Ghozali, tugas pendidik yang utama adalah “menyempurnakan,

membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan

20
Ibid., hlm. 86-87.
22

diri (taqarrub) kepada Allah SW. Hal tersebut karena tujuan pendidikan Islam yang

utama adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya”.21

Menurut Raka Joni mengungkapkan bahwa: Hakikat tugas guru pada

umumnya berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia yang pada

akhirnya akan paling menentukan kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa.

Dengan perkataan lain bahwa guru mempunyai tugas membangun dasar-dasar dari

corak kehidupan manusia di masa yang akan datang.22

Dari pendapat diatas jelas bahwa tugas guru dalam pendidikan tidaklah

ringan, karena bila guru melakukan kesalahan, maka dampak yang ditimbulkan

walaupun secara tidak langsung akan terasa dalam jangka waktu yang lama. Karena

guru adalah fondasi dari corak kehidupan manusia di masa mendatang.

Adapun tugas guru dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi 3 yaitu:

a. Sebagai pengajar (intruksional) yang bertugas merencanakan program

pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri

dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilakukan

b. Sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan anak didik pada tingkat

kedewasaan yang berkribadian insan kamil seiring dengan tujuan Allah

menciptakannya

c. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri sendiri,

anak didik dan masyarakat yang terkait, yang menyangkut upaya pengarahan,

pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program yang

dilakukan.23

21
Abdul mujib dan jusuf mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam… hlm.87.
22
Arif Rohman, Memahami pendidikan & ilmu pendidikan, (Yogyakarta: Laksbang Mediatama
Yogyakarta, 2008), hlm. 155.
23
Abdul Mujib dan jusuf mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam… hlm. 91.
23

Guru tidak hanya memiliki tugas terhadap peserta didiknya, tetapi guru

juga memiliki tanggung jawab kepada peserta didiknya. Menurut Oemar

Hamalik, tanggung jawab guru yaitu:

a. Guru harus menuntut murud-murid belajar

b. Turut serta membina kurikulum sekolah

c. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak dan

jasmaniyah)

d. Memberikan bimbingan kepada murid

e. Melakukan diaknosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan

mengadakan penilaian atas kemajuan belajar

f. Menyelenggarakan penelitian

g. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif

h. Menghayati, mengamalkan dan mengamankan pancasila

i. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan

bangsa dan perdamaian dunia

j. Turut menyukseskan pembangunan

k. Tanggung jawab meningkatkan peranan professionalguru.24

Berdasarkan uraian di atas maka maka dapat disimpulkan bahwa fungsi

dalam tugas guru agama sangatlah berat dan dituntut memiliki tingkat

keprofesionalan yang matang, sesuai dengan persyaratan yang harus dimiliki

guru, tugas dan tanggung jawab guru agama bukan sekedar memberikan materi

dan arahan di depan kelas melainkan guru tersebut melaksanakan pembinaan

pendidikan dan pengajaran baik di dalam maupun di luar kelas, memberikan

ilmu pengetahuan yang dimilikinya mengorbankan pemikiran, memberikan dan

24
Oemar Hamalik, Proses Belajar… hlm. 127.
24

membawakan contoh kepribadian luhur, dimana di lingkungan sekolah guru

agama merupakan orang yang utama yang bertugas dan bertanggung jawab

dalam pembinaan etika, moral dan akhlak siswa sesuai dengan tujuan yang

dicapai dalam pendidikan.

B. Kajian Tentang Faktor Pendukung dan Penghambat

Semua kegiatan tidak akan lepas dari faktor pendukung dan faktor penghambat,

karena dua faktor ini sangat berdampak besar terhadap kelangsungan kegiatan. Faktor

pendukung adalah faktor yang mendukung, mengajak, dan bersifat untuk ikut serta dalam

dukungan suatu kegiatan. Sedangkan faktor penghambat adalah faktor yang sifatnya

menghambat jalannya suatu kegiatan dan bersifat seperti menggagalkan suatu hal.25

1. Faktor pendukung internal dalam peningkatan budi pekerti siswa antara lain dalam

lingkungan sekolah yang selalu mendukung pembentukan karakter siswa Antusias

dan semangat siswa serta sarana prasarana yang cukup mendukung dalam

pelaksanaan program peningkatan budi pekerti siswa.

Sedangkan faktor external dalam peningkatan budi pekerti siswa antara lain

dari latar belakang lingkungan keluarga, dimana keluarga akan mengajarkan hal-hal

baik terhadap anaknya.

2. Factor penghambat internal dalam peningkatan budi pekerti siswa kurangnya

kemauan dan kesadaran siswa akan pentingnya budi pekerti yang baik serta adanya

kebiasaan dan perilaku buruk yang dimiliki siswa seperti malas belajar dan bolos

sekolah akan mempengaruhi proses pembentukan karakter yang tentunya lebih

mengarah pada hambatan.


25
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru,
(Jakarta: Raja grafindo Persada, 2011), hlm. 278.
25

Sedangkan faktor eksternal yang dapat menghambat dalam peningkatan budi

pekerti siswa antara lain faktor lingkungan seperti media social yang berlebihan dan

pergaulan, adanya masalah keluarga yang dialami siswa, kurangnya pengawasan

keluarga dan faktor dari pihak penyelenggara pendidikan seperti ketidakhadiran guru

dan fasilitas sekolah yang tidak memadai.

C. Kajian Tentang Budi Pekerti

1. Pengertian Budi Pekerti

Secara etimologi, budi pekerti berasal dari dua kata, yaitu budi dan pekerti.

Kata budi berarti nalar, pikiran atau watak. Sedangkan pekerti berarti penggawean,

watak, tabiat atau akhlak.

Kata pekerti dari kata dasar kerti berarti perbuatan. Kata ini berasal dari akar kata kr

berarti membuat. Jadi, budi budi bekerti berarti kesadaran perbuatan atau tingkah laku

seseorang. Kedua unsur ini memiliki pertalian erat. Maksudnya, budi terdapat pada

batin manusia, sifatnya yang kasat mata, tidak kelihatan. Budi seseorang baru tampak

apabila seseorang telah melakukan sesuatu ke dalam bentuk pekerti.

Budi pekerti yang dimaksud adalah penanaman dan pengembangan nilai, sikap

dan perilaku peserta didik sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti luhur. Seperti: sopan

santun, berdisiplin, bertanggung jawab, ikhlas, jujur dan lain sebagainya.

Pengertian budi pekerti dalam bahasa Inggris diartikan sebagai moralitas

(morality), yang memiliki beberapa pengertian antara lain: adat istiadat, sopan santun

dan perilaku. Namun secara hakiki pengertian budi pekerti adalah perilaku. Sebagai

perilaku, budi pekerti meliputi pula sikap yang dicerminkan oleh perilaku. Dari sini
26

dapat disimpulkan budi pekerti adalah kesadaran perbuatan atau tingkah laku

seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

2. Budi Pekerti dalam Islam

Istilah budi pekerti dalam kajian Islam lebih dikenal dengan akhlak. Dalam

Bahasa Indonesia istilah akhlak disepadankan dengan budi pekerti. Dalam bahasa

Arab akhlak artinya tabiat, perangai, kebiasaan. Dalam pembahasan mengenai

pendidikan budi pekerti kiranya belum begitu banyak yang membahas secara

spesifik. Biarpun ada dengan menggunakan istilah moral atau akhlak. Hal itu karena

akhlak sangat berkaitan dengan moral. Jika pengertian agama dan moral tersebut

dihubungkan satu dengan lainnya tampak saling berkaitan dengan erat. Dalam

konteks hubungan ini jika diambil ajaran agama, maka moral adalah sangat penting

bahkan yang terpenting, dimana kejujuran, kebenaran, keadilan, dan pengabdian

adalah diantara sifat-sifat yang terpenting dalam agama.

Menirut Fazlur Rahman sebagaimana ditulis Said Agil Husain AL Munawar

dalam buku Aktualisasi Nilai-nilai Qur'ani Dalam Sistem Pendidikan Islam

mengatakan bahwa:

"Inti ajaran agama adalah moral yang bertumpu pada keyakinan kepercayaan

kepada Tuhan (habl min Allah) dan keadilam serta berbuat baik dengan sesama

manusia (habl min al-Nas)". Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hal yang

terpenting dalam ajaran agama adalah pembentukan moral. 


27

Dalam sebuah hadits Nabi dijelaskan juga bahwa Bu'istu li-utammima

makarim al-akhlaq. (aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang

mulia/memperbaiaki akhlak). Kalau kita perhatikan, memang banyak sekali nilai-

nilai ajaran moral yang terkandung dalam Al-Qur'an maupun hadits, sebagai contoh:

adil, ta'awun ala al-birr wa al-taqwa, benar, amanah, terpuji, bermanfaat, respect

(menghargai orang lain), sayang, tanggungjawab, dan lain sebagainya. Hal ini

merupakan perilaku moralitas individu terhadap kehidupan sosial atau berdampak

pada kehidupan sosial (beretika sosial). Dengan landasan nili-nilai ajaran Islam.

Dalam QS. Al-Ahzab ayat 21: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah

itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah

dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Dalam konteks pendidikan, hadits dan ayat tersebut mengandung dua isyarat.

Pertama bahwa tujuan utama pendidikan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad

SAW, adalah pendidikan budi pekerti yang mulia (karimah) dan terpuji (mahmudah).

Tentu saja sumber budi pekerti disini adalah apa yang tertulis dalam Al-Qur’an dan

As-Sunnah. Kedua, dalam proses pendidikan budi pekerti itu, beliau tidak saja

membuang tradisi yang dianggap sebagai perilaku yang baik menurut masyarakat

setempat. Karena itulah beliau menggunakan istilah “menyempurnakan” bukan

mengganti. Dapat disimpulkan bahwa ajaran budi pekerti beliau adalah “memelihara

yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik.”

Peran pendidikan dalam pengembangan kualitas sumber daya insani secara

mikro, sebagai proses belajar-mengajar alih pengetahuan (transfer of knowledge),

alih metode (transfer of methodology), dan alih nilai (transfer of value). Fungsi

pendidikan sebagai sarana alih pengetahuan dapat ditinjau dari "human capital";
28

bahwa pendidikan tidak dipandang sebagai barang konsumsi belaka tetapi juga

sebagai investasi. Hasil investasi ini berupa tenaga kerja yang mempunyai

kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dalam proses

produksi dan pembangunan pada umumnya. Dalam kaitan ini proses alih

pengetahuan dalam rangka pembinaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk

berkembangnya manusia pembangunan. Dengan ilustrasi yang serupa proses alih

pengetahuan ini juga berperan pada proses pembudayaan dan pembinaan iman, taqwa

dan akhlak mulia.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa peran pendidikan bukan hanya membentuk

kecerdasan dari peserta didik namun juga memperhatikan dalam pembinaan budi

pekerti agar nantinya dapat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.

Sedangkan Budi Pekerti artinya “tingkah laku yang terpuji yang merupakan

tanda kesempurnaan iman seseorng kepada Allah. Budi Pekerti dilahirkan dari sifat-

sifat yang terpuji pula”. “Contoh dalam kehidupan sehari-hari seperti sabar dalam

setiap menghadapi musibah, rendah hati dan tidak sombong dalam menjalani

kehidupan, ikhlas dalam membantu sesama, suka menolong orang lain dalam

menghadapi kesulitan”.26 Dalam pembahasan ini Budi Pekerti meliputi: Budi Pekerti

kepada Allah, terhadap sesama manusia dan sesama makhluk lain.

a. Budi Pekerti kepada Allah

Budi Pekerti kepada Allah pada prinsipnya merupakan penghambaan diri

secara total kepadanya. Sebagai mahluk yang dianugrahi akal sehat, manusia

wajib menempatkan diri pada posisi yang benar yakin sebagai penyembah yang

memposisikannya sebagai dzat yang kita pertuhankan. Budi Pekerti kepada Allah

26
Ibid, hlm. 174.
29

(Kholik), antara lain beribadah kepada Allah, Yaitu Melaksanakan perintah Allah

untuk menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Selalu berdzikir kepada

Allah dan selalu mengingat Nya dimanapun berada dan setiap saat, serta tawakal

dan ikhlas.27

b. Budi Pekerti kepada manusia

Budi Pekerti terhadap manusia ini dapat dirinci sebagai berikut:

1) Budi Pekerti kepada Rosullulah secara tulus dengan mengikuti semua

sunnahnya.

2) Budi Pekerti kepada kedua orang tua, yaitu berbuat baik kepada keduanya

(birr al-walidain) dengan ucapan dan perbuatan. Hal tersebut dapat dibuktikan

dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain: Menyayangi dan mencintai

mereka sebagai bentuk terimakasih dengan cara tutur kata yang sopan dan

lemah lembut.

3) Budi Pekerti kepada diri sendiri, seperti sabar adalah perilaku seorang

terhadap dirinya sendiri sebagi hasil dari pengendalian nafsu dan penerima

terhadap apa yang menimpanya.

4) Budi Pekerti kepada tetangga, seperti saling tolong menolong, saling

mengunjungi, saling memberi, saling menghormati dan saling menghindari

pertukaran dan permusuhan.

5) Budi Pekerti kepada masyarakat, seperti memuliakan tamu, menghormati nilai

dan norma dalam masyarakat, saling menolong dalam melakukan kebajikan

dan taqwa, menganjurkan anggota masyarakat, termasuk diri sendir, untuk

berbuat baik dan mencegah diri dari melakukan dosa.28


27
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hlm. 14.
28
Ibid, hlm. 26.
30

c. Budi Pekerti kepada bukan manusia (lingkungan hidup)

Budi Pekerti kepada lingkungan hidup ini dapat berupa hal- hal atau sikap

menjaga lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam, terutama hewani

dan nabati, untuk kepentingan manusia dan mahluk lainnya, sayang kepada

sesama mahluk dan menggali potensi alam seoptimal mungkin demi kemslahatan

manusia dan alam sekitarnya.

2. Dasar Budi Pekerti

Budi Pekerti merupakan satu hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh

setiap individu umat Islam. Hal ini di dasarkan atas diri Rosullullah SAW yang begitu

berakhlak mulia dan kita sebagai umatnya sudah selayaknya memiliki Budi Pekerti

mulia ini.

ٍ ُ‫َواِنَّكَ لَ َع ٰلى ُخل‬


‫ق َع ِظ ۡي ٍم‬

“Dan Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang

agung” (Q.S Al-Qalam: 4)29

Pujian Allah ini bersifat individual dan khusus hanya diberikan kepada Nabi

Muhammad karena kemuliaan akhlaknya. Penggunaan istilah khuluqun ‘adhim‫ق‬MM‫خل‬

‫ عظيم‬menunjukkan keagungan dan keanggunan moralitas. Rosul yang dalam hal ini

adalah Muhammad SAW yang mendapat pujian sedasyat itu.

Didalam Alqur’an lebih tegas Allah pun memberikan penjelasan secara

transparan bahwa akhlak Rosullullah SAW sangat layak untuk dijadikan standar

moral bagi umatnya, sehingga layak untuk dijadikan idola yang diteladani sebagai

suri tauladan yang baik ( uswatun Hasanah), sesuai firmannya.

ٌ‫سنَة‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫س َوةٌ َح‬ ُ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َر‬
ْ ُ‫س ْو ِل ِ ا‬

29
Mushaf Fatimah. Alfatih, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT. Insan Media Pustaka, 2012),
hlm. 564.
31

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik”

(Q.S Al-Ahzab: 21).30

Ayat tersebut memberikan penegasan bahwa Rosullullah merupakan contoh

yang layak ditiru dalam segala sisi kehidupannya. Di samping itu ayat tersebut juga

mengisyaratkan bahwa tidak ada satu “sisi gelap” (kejelekan) pun pada diri

Rosulullah SAW. Karena semua sisi kehidupannya dapat ditiru dan diteladani. Ayat

di atas juga mengisyaratkan bahwa Rosulullah SAW sengaja dijadikan oleh Allah

SWT untuk menjadi pusat Budi Pekerti umat manusia secara universal, karena

Rosulullah SAW diutus sebagi “rahmatan lil ‘aalamiin”.31

Karena kemuliaan akhlak Rosulullah SAW tersebut itulah, maka Allah SWT

memerintah kepada Muhammad untuk menjalankan misi menyempurnakan Budi

Pekerti seluruh umat manusia agar dapat mencapai akhlak yang mulia. Yang menjadi

persoalan di sini adalah bagaimana substansi akhlak Rosulullah itu?. Dalam hal ini

para sahabat pernah bertanya kepada istri Rosulullah SAW yakni Aisyah r.a. yang

dipandang lebih mengetahui akhlak Rosulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari.

Dari pertanyaan tersebut Aisyah memberi jawaban, “Substansi akhlak Rosulullah

SAW itu adalah al-Qur’an”.

Dari jawaban singkat tersebut dapat diketahui bahwa Budi Pekerti Rosulullah

yang tercermin lewat semua tindakan, ketentuan, atau perkataanya senantiasa selaras

dengan al-Qur’an dan benar-benar merupakan praktek riil dari kandungan al-Qur’an,

semua perintah dilaksanakan, semua larangan dijauhi, dan semua isi al-Qur’an

didalamnya untuk dilaksanakan di dalam kehidupan sehari-hari.32

3. Karakteristik Akhlak Islami

30
Ibid., hlm. 420.
31
Moh. Rifai, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang: Wicaksana, 1986), hlm. 15.
32
Ibid, hlm. 93.
32

Akhlak Islami secara sederhana dapat diartikan sebagai akhlak yang

berdasarkan ajaran Islam, karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan

kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada agama

itu sendiri. Dengan demikian dasar/sumber pokok daripada akhlak Islam adalah al-

Qur’an dan hadist yang merupakan sumber utama dari agama Islam itu sendiri.33

Menurut Dr. Ali Abdul Hamid Mahmud menyebutkan ciri-ciri (karakteristik)

nilai akhlak Islam yang membedakannya dengan yang lainnya, yakni:

a. Nilai-nilai akhlak atau pendidikan akhlak bagi kaum muslim berdiri diatas rasa

tanggung jawab terhadap perkataan dan perbuatan. Dan motif dalam diri muslim

adalah persoalan yang tumbuh dalam dirinya, bukan syarat dan bukan pula rasa

takut yang menggerakkannya. Hal ini datang dari kenyataan bahwa pribadi

muslim bertanggung jawab di hadapan Allah atas semua yang dikerjakan dan

diucapkan.

b. Pendidikan akhlak Islam, cirinya adalah menggali kepada ilmu dan pengetahuan

mendorong untuk mendapatkan ilmu, bahkan menuntut ilmu agama yang pokok

dinilai sebagai kewajiban pribadi oleh Islam, sementara itu ilmu-ilmu yang

berkaitan dengan seluruh urusan dunia di nilai sebagai kewajiban “Kifa’I”

(Jama’ah).

c. Ciri-ciri pendidikan akhlak dalam Islam adalah menghormati akal dan mendorong

untuk meneliti dan merenung serta menjadikannya sebagai landasan untuk taklif

“beban agama“, serta menjadikannya sebagai salah satu nikmat yang paling

penting yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia.

33
Masan Alfat, Aqidah Akhlak... hlm. 62.
33

d. Ciri-ciri pendidikan akhlak dalam Islam adalah memilih kebenaran dan kebaikan

serta saling memberi nasehat, bersabar, beramal, dengan kandungannya, bersama

diri sendiri, orang di sekitar, dan seluruh umat manusia.

e. Karakter nilai-nilai akhlak Islam ini adalah ihsan (berbuat baik).

f. Karakter nilai-nilai akhlak Islam yang harus tersebar di dunia adalah

meningkatkan loyalitas umat Islam.

g. Ciri-ciri nilai akhlak Islam ini yang harus disebarkan ke seluruh dunia adalah agar

seorang muslim menetapkan seseorang untuk dijadikan teladan yang baik dalam

kehidupannya.34

4. Tujuan Budi Pekerti

Tujuan Budi Pekerti dalam agama Islam adalah sebagai berikut:

a. Mendapat ridha Allah

b. Membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia

c. Terwujudnya perbuatan yang mulia

d. Terhindarnya perbuatan yang hina dan tercela”.35

5. Macam-Macam Budi Pekerti

a. Budi Pekerti terhadap Allah SWT

1) Menauhidkan Allah SWT.

Definisi tauhid adalah pengakuan bahwa Allah SWT. Satu-satunya

yang memilik sifat rububiyyah dan uluhiyyah, serta kesempurnaan nama sifat.

2) Berbaik sangka (husnu zhann)

Berbaik sangka terhadap keputusan Allah SWT. Merupaka salah satu

akhlak terpuji kepada-Nya. Diantara ciri akhlak terpuji ini adalah ketaatan

yang sungguh-sungguh kepada-Nya.


34
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2007), hlm. 34
35
Ibid, hlm. 64.
34

3) Zikrullah

Mengingat Allah (Zikrullah) adalah asas dari setiap ibadah kepada

Allah SWT. Karena merupakan pertanda hubungan antara hamba dan pencipta

pada setiap saat dan tempat.

4) Tawakal

Hakikat tawakal adalah menyerahka ssegala urusan kepada Allah

‘Azza wa Jalla’ membersihka diri dari ikhtiar yang keliru, dan tetap menapaki

kawasan-kawasan hukum dan ketentuan. Tawakal merupakan gambaran

keteguan hati dalam menggantungkan diri hanya kepada Allah SWT. Dalam

hal ini, Al-Ghazali mengaitkan tawakal dengan tauhid, dengan penekanan

bahwa tauhid sangat berfungsi sebagai landasan tawakal.36

b. Budi Pekerti terhadap diri sendiri

1) Sabar

Sabar adalah menahan diri dari dorongan dari hawa nafsu demi

menggapai keridaan Tuhannya dan menggantinya dengan bersungguh-

sungguh dalam menjalani cobaan-cobaan Allah SWT terhadapnya.

Sabar dapat didefinisikan pula dengan tahan menderita dan menerima

cobaan dengan hati rida serta menyerakan diri kepada Allah SWT setelah

berusaha. Selain itu, sabar bukan hanya bersabar terhadap ujian dan musibah,

tetapi juga dalam hal ketaatan kepada Allah yaitu menjalankan perintahnya

dan menjauhi larangan-Nya.

36
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 90-93.
35

2) Syukur

Syukur merupakan sikap seseorang untuk tidak menggunakan nikmat

yang diberikan oleh Allah dalam melakukan maksiat kepada-Nya. Bentuk

syukur ini ditandai dengan keyakinan hati bahwa nikmat yang diperoleh

berasal dari Allah bukan selain-Nya, lalu diikuti pujian oleh lisan, dan tidak

menggunakan nikmat tersebut untuk sesuatu yang dibenci pemberinya.

3) Menunaikan Amanah

Amanah adalah suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, tulus hati dan

jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, berupa harta

benda, rahasia ataupun tugas kewajiban. Pelaksanaan amanat dengan baik bisa

disebut al-amin yang berarti dapat dipercaya, jujur, setia dan aman.

4) Benar dan jujur

Maksud Budi Pekerti ini adalah berlaku benar dan jujur, baik dalam

perkataan maupun dalam perbuatan. Benar dalam perkataan adalah

mengatakann keadaan yang sebenarnya, tidak mengada-ngada, dan tidak pula

menyembunyikannya. Lain halnya apabila yang disembunyikan itu bersifat

rahasia atau karena menjaga nama baik seseorang. Benar dalam perbuatan

adalah mengerjakan sesuatu sesuai dengan petunjuk agama. Apa yang boleh

dikerjakan menurut perintah agama, berarti itu benar. Dan apa yang tidak

boleh dikerjakan sesuai dengan larangan agama, berarti itu tidak benar.

5) Menempati janji

Dalam islam janji merupakan utang. Utang dibayar (ditepati). Kalau

kita mengadakan suatu perjanjian pada hari tertentu, kita harus


36

menunaikannya tepat pada waktunya. Janji mengandung tanggung jawab,

apabila tidak kita penuhi atau tidak kita tunaikan, dalam pandangan Allah, kita

termasuk orang yang berdosa. Adapun dalam pandangan manusia, mungkin

kita tidak dipercaya lagi, dianggap remeh, dan sebagainya. Akhirnya, kita

merasa canggung bergaul, merasa rendah diri, jiwa gelisah, dan tidak tenang.

6) Memelihara kesucian diri

Memelihara kesucian diri adalah menjaga diri dari segala tuduhan,

fitnah dan memelihara kehormatan. Upaya memelihara kesucian diri

hendaknya dilakukan setiap hari agar diri tetap dalam status kesuucian. Hal

ini dapat dilakukan mulai dari memelihara hati (qalbu) untuk tidak membuat

rencana dan angan-angan yang buruk. Menurut Al-Ghazali, dari kesucian diri

akan lahir sifat-sifat terpuji lainnya, seperti kedermawanan, malu, sabar,

toleran, qanaah, wara’, lembut, dan membantu.37

c. Budi Pekerti terhadap keluarga

1) Berbakti kepada orangtua

Berbakti kepada kedua orangtua merupakan faktor utama diterimanya

doa seseorang, juga merupakan amal saleh paling utama yang dilakukan oleh

seorang muslim. Banyak sekali ayat al-Quran ataupun hadis yang menjelaskan

keutamaan berbuat baik kepada kedua orang tua. Oleh karena itu, perbuatan

terpuji ini seiring dengan nilai-nlai kebaikan untuk selamanya dan dicintai

oleh setiap orang sepanjang masa.

2) Bersikap baik kepada saudara

Agama islam memerintahkan untuk berbuat baik kepada sanak

saudara atau kaum kerabat sesudah menunaikan kewajban kepada Allah dan

37
Ibid, hlm. 96-105.
37

ibu bapak. Hidup rukun dan damai dengan saudara dapat tercapai apabila

hubungan tetap terjalin dengan saling pengertian dan tolong-menolong.

Pertalian kerabat itu dimulai dari yang lebih dekat dengan menurut tertibnya

sampai kepada yang lebih jauh. Kita wajib membantu mereka, apabila mereka

dalam kekurangan. Sebab, dalam hidup ini, hampir semua orang mengalami

berbagai kesukaran dan kegoncangan jiwa. Apabila mereka memerlukan

pertolongan yang bersifat benda, bantulah dengan benda. Apabila mereka

mengalami kegoncangan jiwa atau kegelisahan, cobalah menghibur atau

menasehatinya. Sebab, bantuan itu tidak hanya berwujud uang atau benda,

tetapi juga bantuan moril. Kadang-kadang bantan moril lebih besar dari

bantuan materi.38

d. Budi Pekerti terhadap masyarakat

1) Berbuat baik kepada tetangga

Tetangga adalah orang yang terdekat dengan kita. Dekat bukan karna

pertalian darah atau pertaian persaudaraan bahkan, mungkin tidak seagama

dengan kita. Dekat disini adalah orang yang tinggal berdekatan dengan rumah

kita. Ada atsar yang menunjukan bahwa tetanngga adalah empat puluh rumah

(yang berada di sekitar rumah) dari setiap penjuru mata angin. Dengan

demikian, tidak diraguka lagi bahwa yang berdekatan dengan rumahmu adalah

tetangga. Apabila ada kabar yang benar (tentang penafsirann tetangga) dari

Rasulullah SAW itulah yang kita pakai. Apabila tidak, hal ini dikembalikan

pada ‘urf (adat kebiasaan), yaitu kebiasaan orang-orang dalam menetapkan

seseorang sebagai tetangganya.

38
Ibid, hlm. 107-110.
38

2) Suka menolong orang lain

Orang mukmin apabila melihat orang lain tertimpa kesusahan akan

tergerak hatinya untuk menolong mereka sesuai dengan kemampuannya.

Apabila tidak ada bantuan berupa benda, kita dapat membantu orang tersebut

dengan nasihat atau kata-kata yang dapat menghibur hatinya. Bahkan,

sewaktu-waktu bantuan jasa lebih diharapkan daripada bantuan-bantuan

lainnya.39

e. Budi Pekerti terhadap lingkungan

Pada dasarnya Budi Pekerti yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan

bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya

interaksi manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan

menganduung arti pengayoman, pemeliharaan agar setiap makhluk mencapai

tujuan penciptannya.40

6. Pentingnya Budi Pekerti dalam Pergaulan Siswa

Pentingnya pendidikan budi pekerti bagi kita dan generasi penerus kita agar

dapat tetap menjunjung tinggi budaya atau tradisi luhur bangsa kita dan kebaikan

hidup bersama. Apabila semua orang sadar  dan mau memahami serta mengamalkan

nilai-nilai dan budi luhur dalam kehidupannya sehari-hari dengan baik dan benar

sehingga anak akan menirukan perilaku tersebut maka tidak akan lagi krisis moral

dalam negara kita ini. Berbicara memang mudah dan melakukan tidak semudah

berbicara. Mari kita saling mengingatkan untuk senantiasa berbuat kebaikan yang

sebanyak-banyaknya. Mari kita semarakkan pendidikan budi pekerti di lingkungan

sekitar kita dan dimulai dari diri kita. Demikian sedikit pengetahuan semoga
39
Ibid, hlm. 111-113.
40
Ibid, hlm. 114.
39

bermanfaat bagi kita semua. Semua itu bertujuan agar setiap orang berlatih

membiasakan akhlak-akhlak yang baik, berpegang teguh kepadanya saat terjadi

perubahan situasi dan selalu mencari keselamatan dengan membiasakan akhlak yang

baik tersebut.41

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembentukan Budi Pekerti

Menurut Hamzah Ya‟kub faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya

akhlak atau moral pada prinsipnya dipengaruhi dan ditentukan oleh dua faktor utama

yaitu faktor intern dan faktor ekstern.42

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang datang dari diri sendiri yaitu fitrah yang

suci yang merupakan bakat bawaan sejak manusia lahir dan mengandung

pengertian tentang kesucian anak yang lahir dari pengaruh-pengaruh luarnya.

Setiap anak yang lahir ke dunia ini telah memiliki naluri keagamaan yang

nantinya akan mempengaruhi dirinya seperti unsur-unsur yang ada dalam dirinya

yang turut membentuk akhlak atau moral, diantaranya adalah:

1) Instink (naluri)

Instink adalah kesanggupan melakukan hal-hal yang kompleks tanpa

latihan sebelumnya, terarah pada tujuan yang berarti bagi si subyek, tidak

disadari dan berlangsung secara mekanis.

2) Kebiasaan

Salah satu faktor penting dalam pembentukan akhlak adalah kebiasaan

atau adat istiadat. Yang dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang selalu

diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan.

41
Imam Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi… hlm. 4.
42
Hamzah Ya‟qub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1993), hlm. 57.
40

3) Keturunan

perpindahan sifat-sifat tertentu dari orang tua kepada keturunannya,

maka disebut al- Waratsah atau warisan sifat-sifat.

4) Keinginan atau kemauan keras

Salah satu kekuatan yang berlindung di balik tingkah laku manusia

adalah kemauan keras atau kehendak. Kehendak ini adalah suatu fungsi jiwa

untuk dapat mencapai sesuatu. Kehendak ini merupakan kekuatan dari dalam.

5) Hati nurani

Pada diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu

memberikan peringatan (isyarat) apabila tingkah laku manusia berada di

ambang bahaya dan keburukan.

b. Faktor ekstern

Adapun faktor ekstern adalah faktor yang diambil dari luar yang

mempengaruhi kelakuan atau perbuatan manusia, yaitu meliputi:

1) Lingkungan

Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan seseorang atau suatu

masyarakat adalah lingkungan, lingkungan pergaulan mampu mempengaruhi

pikiran, sifat, dan tingkah laku.

2) Pengaruh keluarga

Setelah manusia lahir maka akan terlihat dengan jelas fungsi keluarga

dalam pendidikan yaitu memberikan pengalaman kepada anak baik melalui

penglihatan atau pembinaan menuju terbentuknya tingkah laku yang

diinginkan oleh orang tua.


41

3) Pengaruh sekolah

Sekolah adalah lingkungan pendidikan kedua setelah pendidikan

keluarga dimana dapat mempengaruhi akhlak anak. Di dalam sekolah

berlangsung beberapa bentuk dasar dari kelangsungan pendidikan. Pada

umumnya yaitu pembentukan sikap-sikap, kebiasaan, belajar bekerja sama

dengan kawan sekelompok dan lain-lain.

4) Pendidikan masyarakat

Masyarakat adalah kumpulan individu dalam kelompok yang diikat

oleh ketentuan negara, kebudayaan, dan agama.

Anda mungkin juga menyukai