Anda di halaman 1dari 11

Jum’at, 09 Juni 2023

Nama : Sartika Anggraini.


Kelas : 4 KIB.
NPM : 062140422529.
Mata Kuliah : Teknologi Pengolahan Limbah (TPL).
Dosen Pengampu : Cindi Rahmayanti, S.T., M.T.

REVIEW JURNAL 1

Judul ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADAT TAHU


TERHADAP ALTERNATIF INDUSTRI PANGAN SOSIS
(GRADE B).
Nama Jurnal Jurnal Ilmiah Teknik Kimia.
Volume dan Halaman Vol. 5 No. 1.
Tahun 2021.
Penulis Ibnu Sina, Untung Nugroho Harwanto, dan Zakki Rosmi
Mubarok.
Reviewer Sartika Anggraini.
Tanggal Reviewer 09 Juni 2023.
Latar Belakang Produk samping dari tahu yang berupa padatan disebut
sebegai ampas tahu. Ampas tahu akan menghasilkan bau yang
busuk jika tidak manfaatkan, terutama sejak 12 jam ampas
tahu tersebut dihasilkan. Hal ini dikarenakan dalam ampas
tahu masih terdapat kandungan protein yang cukup tinggi.
Diperkirakan dalam tiap gram ampas tahu masih terdapat 0,26
gram protein. Ampas tahu masih banyak mengandung protein
dengan kadar yang cukup tinggi, hal ini disebabkan pada
proses pembuatan tahu tidak semua protein kedelai dapat
terekstrak. Kebanyakan industri tahu di Indonesia
menggunakan peralatan yang masih sangat sederhana
sehingga cara ekstraksi dan pengumpulan proteinnya kurang
sempurna.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan pengolahan
limbah padat dari tahu secara variatif dengan turunan produk
yang memperhatikan syarat mutu, maka akan membuka
peluang untuk meningkatkan nilai ekonomisnya.
Permasalahan Kesadaran terkait pemanfaatan ampas tahu oleh masyarakat
pada umumnya dan pengusaha tahu pada khususnya masih
tergolong rendah. Hampir semua pabrik tahu di Indonesia
disinyalir membuang langsung limbah cairnya dan hanya
beberapa pabrik yang memanfaatkan limbah padatnya sebagai
makanan ternak atau dijual kepada pedagang oncom dan
gembus dengan harga yang relatif rendah.
Metodologi Penelitian Fase Pre Treatment
Jum’at, 09 Juni 2023

Pada tahapan ini dimulai dengan transportasi ampas tahu dari


pabrik industri tahu menuju lab untuk di proses. Kemudian
ampas tahu dibuat menjadi 8 sample dengan massa masing-
masing sekitar 50gram.

Fase Hidrolisis
Sampel yang sudah dicampur dengan enzim dipanaskan pada
waterbath selama 9 jam. Suhu di atur pada suhu 60 °C, karena
suhu aktivasi enzim α-amylase berada pada range suhu 40 s/d
60 °C. Sampel yang sudah dipanaskan selama 9 jam
dipisahkan crude dari larutannya untuk diuji TDS dan kadar
gulanya. Crude dibilas sebanyak 3 kali sampai tekstur ampas
tahu menjadi padat, lalu ditimbang.

Fase Hidrolisis
Sampel yang sudah dicampur dengan enzim dipanaskan pada
waterbath selama 9 jam. Suhu di atur pada suhu 60 °C, karena
suhu aktivasi enzim α-amylase berada pada range suhu 40 s/d
60 °C. Sampel yang sudah dipanaskan selama 9 jam
dipisahkan crude dari larutannya untuk diuji TDS dan kadar
gulanya. Crude dibilas sebanyak 3 kali sampai tekstur ampas
tahu menjadi padat, lalu ditimbang.

Fase Drying
Sampel yang sudah diproses deproteinase dikeringkan untuk
menghilangkan kadar air dengan memanfaatkan sinar
matahari. Sampai dengan progress report ini dibuat sample
masih dalam keadaan lembab. Proses pengeringan tidak
maksimal karena cuaca sering mendung, alasan tidak
digunakan oven/ microwave adalah dikhawatirkan merusak
tekstur sample sehingga hasil pengolahan tidak maksimal.
Hasil Penelitian Pembuatan tepung ampas tahu dengan metode hidrolisis dan
deproteinase dengan bahan baku ampas tahu sebesar 400gram
rata rata akan menghasilkan produk tepung ampas tahu
sebesar 52gram dengan rata rata konversi sebesar 13%. Rasio
filler dan daging mempengaruhi minat masyarakat terhadap
produk, hasil optimal berada pada rasio 1 : 6 dengan nilai rata
rata hedonik sebesar 3,4 point yang diujikan terhadap 10
panelis. Penggunaan substitusi tepung ampas tahu terhadap
tepung terigu memiliki pengaruh dalam pembuatan sosis.
Jum’at, 09 Juni 2023

REVIEW JURNAL 2

Judul PENGELOLAAN LIMBAH PADAT BAHAN


BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) RUMAH SAKIT DI
RSUD Dr.SOETOMO SURABAYA.
Nama Jurnal Jurnal Kesehatan Lingkungan.
Volume dan Halaman Vol. 10 , No. 3.
Tahun 2018.
Penulis Alvionita Ajeng Purwanti.
Reviewer Sartika Anggraini.
Tanggal Reviewer 09 Juni 2023.
Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan
kemauan, kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi semua
lapisan masyarakat sehingga dengan begitu diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya. Derajat
kesehatan sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya
manusia. Sumber daya manusia yang sehat akan
meningkatkan produktivitas hidup. Pengetahuan dan
kepedulian masyarakat akan kesehatan menyebabkan
kebutuhan terhadap layanan bermutu rumah sakit semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut mengakibatkan
perkembangan rumah sakit di Indonesia meningkat pesat
belakangan ini. Seiring jumlah rumah sakit yang bertambah
setiap tahunnya di Indonesia, maka semakin banyak pula
jumlah produksi limbah medis yang dihasilkan. Jika limbah
medis tidak dikelola dengan baik, maka kondisi tersebut akan
memperbesar kemungkinan potensi limbah rumah sakit dalam
mencemari lingkungan serta menularkan penyakit dan juga
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja (Pertiwi, 2017).
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan pengolahan
limbah B3 di rumah sakit sangat diperlukan karena apabila
limbah B3 tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan
dampak antara lain : mengakibatkan cedera, pencemaran
lingkungan, serta menyebabkan penyakit nosokomial.
Pengelolaan limbah B3 rumah sakit yang baik diharapkan
dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan tersebut.
Permasalahan Sekitar 70 – 90 % limbah padat yang berasal dari instalasi
kesehatan merupakan limbah umum yang menyerupai limbah
rumah tangga dan tidak mengandung risiko. Sisanya sekitar 10
– 25 % merupakan limbah yang dapat menimbulkan berbagai
jenis dampak kesehatan karena dipandang berbahaya.
Produksi limbah medis padat rumah sakit di Indonesia secara
nasional diperkirakan sebesar 376.089 ton/hari (Astuti, 2014).
Limbah rumah sakit dibagi menjadi dua kelompok secara
umum yaitu limbah medis dan limbah non medis (Pertiwi,
Jum’at, 09 Juni 2023

2017). Limbah medis rumah sakit dikategorikan sebagai


limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) seperti disebutkan
dalam Lampiran I PP No. 101 Tahun 2014 bahwa limbah
medis memiliki karakteristik infeksius. Limbah B3 dapat
menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan juga dampak
terhadap kesehatan masyarakat serta makhluk hidup lainnya
bila dibuang langsung ke lingkungan. Selain itu, limbah B3
memiliki karakteristik dan sifat yang tidak sama dengan
limbah secara umum, utamanya karena memiliki sifat yang
tidak stabil, reaktif, eksplosif, mudah terbakar dan bersifat
racun.
Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional
deskriptif yang dilakukan secara cross sectional melalui
pengamatan terhadap pengelolaan limbah padat B3 di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya. Variabel
yang diamati dalam penelitian ini meliputi pengurangan dan
pemilahan limbah B3, penyimpanan limbah B3, pengangkutan
limbah B3, dan pengolahan limbah B3. Data yang digunakan
merupakan data pada semester ke-1 tahun 2017.

Pengumpulan data menggunakan metode pengumpulan data


sekunder dari instalasi sanitasi lingkungan. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dan
dibandingkan dengan standar Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor P.56 tahun 2015 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Hasil Penelitian Pengurangan limbah padat B3 dapat dilakukan melalui tata
kelola yang baik terhadap setiap bahan atau material yang
berpotensi menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan
maupun gangguan kesehatan. RSUD Dr. Soetomo
mewujudkan kegiatan tersebut dengan cara melakukan
pengelolaan terhadap limbah padat medis yang dihasil dari
kegiatan pelayanan kesehatan.Limbah non medis rumah sakit
dan sampah domestik apabila terkontaminasi limbah medis
harus dikelola sebagaimana layaknya limbah medis, maka
upaya dini pencegahan kontaminasi limbah medis melalui
pemilahan limbah sejak awal dihasilkan harus diprioritaskan
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2014). Pemilahan limbah
B3 di RSUD Dr. Soetomo dilakukan dengan memisahkan
tempat penampungan / wadah dari sampah medis di ruangan
menjadi tiga macam yaitu wadah sampah medis tajam, wadah
sampah medis lunak dan wadah sampah B3. Hal ini dilakukan
dengan harapan limbah padat B3 sudah terpilah mulai dari
sumbernya di ruangan berdasarkan jenis, kelompok, dan/atau
karakteristik limbah B3.
Jum’at, 09 Juni 2023

REVIEW JURNAL 3

Judul PEMANFAATAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PULP


UNTUK PUPUK ORGANIK.
Nama Jurnal Jurnal Penelitian Hasil Hutan.
Volume dan Halaman Vol. 25, NO. 2.
Tahun 2007.
Penulis Sri Komarayanti dan Gusmailina.
Reviewer Sartika Anggraini.
Tanggal Reviewer 09 Juni 2023.
Latar Belakang Industri kertas di Indonesia telah menerapkan Sistem
Manajemen Lingkungan (SML) ISO-14001. Salah satu
keuntungan dari penerapan SML ISO-14001 adalah dapat
meningkatkan ekspor produknya ke Negara – Negara Eropa
dan Amerika. Namun demikian industry ini masih
menghasilkan limbah padat (sludge) dalam jumlah besar.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas
pupuk organic dari limbah padat industry pulp, dalam rangka
meningkatkan nilai tambah. Penelitian pembuatan pupuk
organic dilakukan selama dua bulan. Untuk mempercepat
proses pengomposan digunakan activator hayati dengan dosis
rendah terutama unsur harta makro.
Permasalahan Limbah padat dapat dimanfaatkan menjadi beberapa produk
seperti kompos, pupuk organic mikroriza, media budidaya
jamur merang, vermin kompos, kertas seni, campuran pada
pembuatan karton, dan lain – lain. Pembuatan pupuk organic
dari limbah padat industry kertas telah dicoba, tetapi dari hasil
yang diperoleh ternyara unsur hara N, P dan K masih dibawah
standar. Pupuk organic yang telah dihasilkan mengandung
unsur hara makro (N, P, dan K) rendah, sehingga perlu
dilakukan peningkatan kandungan unsur hara tersebut dengan
mecampurkan bahan organic yang mengandung kadar N,P,
dan K tinggi.
Metodologi Penelitian Sebelum dibuat pupuk organic, limbah padat yang akan
digunakan dianalisis kandungannya, dengan tujuan untuk
mengetahui bahan – bahan yang dapat mempengaruhi proses
pengomposan. Pada proses pembuatan pupuk organic, factor –
factor yang memperngaruhi anatara lain : ketersediaam
mikroorganisme, karakteristik bahan baku, pH, suhu, dan
kelembaban. Untuk mempercepat proses dan ketersediaan
mikrooganisme, dilakukan penambahan activator yang terdiri
dari bakteri Cytopbaga sp dan Tricboderma pseudokoningii.
Hasil Penelitian Berdasarkan analisis kandungna unsur hara PO (Pupuk
Organik) yang telah dilakukan ternyata hasilnya belum
Jum’at, 09 Juni 2023

termasuk kriteria pupuk organic, bahkan belum termasuk


kompos, bila mengikuti Standar Kualitas Kompos menurut
Bank Dunia, maupun Standar Kualiatas PT. PUSRI dan
Standar Kualitas Pasar Khusus. Oleh sebab itu untuk mencapai
kriteria kualitas pupuk organic, maka perlu dilakukan
pengayaan kandungan unsur har amelalui penambahan
berbagai bahan organic lainnya.

REVIEW JURNAL 4

Judul PELATIHAN PENGOLAHAN LIMBAH PADAT TAHU


MENJADI BAHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT
DESA JENTERA KABUPATEN LANGKAT.
Nama Jurnal Jurnal Pengadbian Kepada Masyarakat.
Volume dan Halaman Vol. 26 , No. 1.
Tahun 2020.
Penulis Kartika Manalu dan Rasyidah.
Reviewer Sartika Anggraini.
Tanggal Reviewer 09 Juni 2023.
Latar Belakang Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang
difermentasikan dan diambil sarinya. Tahu adalah makanan
yang banyak mengandung protein nabati (Suparno dan
Muhlasin, 2016). Tahu mengandung energi sebesar 68
kilokalori, protein 7,8 gram, karbohidrat 1,6 gram, lemak 4,6
gram, kalsium 124 miligram, fosfor 63 miligram, dan zat besi
1 miligram. Selain itu di dalam Tahu juga terkandung vitamin
A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,06 miligram dan vitamin C 0
miligram (Astawan, 2009). Tahu merupakan salah satu bahan
pangan yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Konsumsi masyarakat yang tinggi terhadap tahu menyebabkan
banyak industri tahu skala rumah tangga didirikan di
Indonesia, beberapa diantaranya terletak di Desa Jentera
Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat. Di desa ini, terdapat
10 keluarga yang menjadikan industri tahu sebagai sumber
perekonomian keluarga.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan pengolahan
limbah padat dari tahu secara variatif dengan turunan produk
yang memperhatikan syarat mutu, maka akan membuka
peluang untuk meningkatkan nilai ekonomisnya.
Permasalahan Industri tahu ini berdampak positif bagi masyarakat antara lain
meningkatkan pendapatan keluarga dan menyerap tenaga kerja
tetapi juga memiliki dampak negatif berupa meningkatnya
jumlah limbah tahu. Penanganan limbah tahu yang tidak tepat
dapat menurunkan kualitas lingkungan dan merugikan
Jum’at, 09 Juni 2023

ekosistem sehingga pengelolaan limbah tahu menjadi suatu


kewajiban yang harus dilakukan (Auliana dkk, 2013). Limbah
industri tahu sebagian besar berbentuk padat maupun cair
(Auliana dkk, 2013). Limbah padat dihasilkan dari proses
penyaringan dan penggumpalan. Sedangkan limbah cairnya
dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan
pencetakan tahu (Kaswinarni dalam Pertiwi dkk, 2011).
Limbah cair masih banyak mengandung unsurunsur organik.
Unsur organik itu mudah membusuk dan mengeluarkan bau
yang kurang sedap sehingga selain mencemari air juga dapat
mencemari udara sekitar pabrik produksi. Bahan-bahan
organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada
umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam
air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak
dan minyak. Diantara senyawa-senyawa tersebut, protein dan
lemak adalah yang jumlahnya paling besar. Protein mencapai
60%, karbohidrat 25-50%, dan lemak 10%. Air buangan
industri tahu kualitasnya bergantung dari proses yang
digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan
bahan organik pada air buangannya biasanya rendah.
Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode
PAR (Participatory Action Research) dengan strategi yang
disajikan dalam skema.
A. Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini
adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan (Plan) Pada tahap ini, kegiatan yang
dilaksanakan antara lain: a. Observasi lanjutan di lapangan dan
berdiskusi dengan kepala dusun, ketua PKK dan masyarakat
Desa Jentera Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat yang
bertujuan memberikan informasi tentang maksud dan tujuan
program kegiatan masyarakat yang akan dilaksanakan,
melakukan pendataan permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat dan mendiskusikan tempat dan jadwal
pelaksanaan kegiatan. b. Penyusunan buku pegangan yang
berisi materi pelatihan.
2. Tindakan (Action)
Pada tahap tindakan yang dilaksanakan adalah : a. Sosialisasi
Sosialisasi kegiatan yang akan dilaksanakan dan penyebaran
undangan pada peserta pelatihan. Pemberian penyuluhan
kepada peserta pelatihan tentang pentingnya pengelolaan
limbah, pengelolaan limbah tahu sebagai bahan pangan dan
manfaatnya. b. Praktik Lapangan Pada tahap ini, kegiatan
yang dilaksanakan antara lain : 1. Memperlihatkan cara
mempersiapkan alat dan bahan pembuatan nugget dan kerupuk
ampas tahu kepada peserta pelatihan. 2. Memberikan
Jum’at, 09 Juni 2023

keterampilan cara mengolah ampas tahu menjadi nugget dan


kerupuk kepada peserta pelatihan. 3. Praktik pembuatan
nugget dan kerupuk dari ampas tahu dengan menggunakan
alat dan bahan yang telah disediakan.
3. Pengamatan (Observe)
Pada tahap ini, dilakukan pengamatan untuk memperhatikan
dan menganalisis keberhasilan, kelemahan dan kekurangan
strategi dan metode yang digunakan dalam menyelesaikan
pemasalahan limbah padat tahu yang dialami oleh mayarakat
Desa Jentera Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat.
4. Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan antara lain : a.
Mengadakan diskusi dengan peserta pelatihan tentang
hambatan dan kesulitan yang dihadapi selama pengolahan
ampas tahu menjadi nugget dan kerupuk. b. Meminta saran
kepada peserta pelatihan untuk perbaikan pelaksanaan
kegiatan.
Hasil Penelitian Penjabaran hasil penelitian ini disesuaikan dengan metode
Participatory Action Research (PAR) yang terdiri dari 4 siklus
yakni Observasi, Perencanaan, Tindakan dan Refleksi.
1. Tahap Observasi
Pada tahap observasi, tim pelaksana melaksanakan survei awal
pada tanggal 3 Agustus 2019 terhadap 40 orang masyarakat
desa Jentera Kabupaten Langkat dengan menggunakan
kuisioner untuk mengumpulkan data tentang pemahaman
masyarakat mengenai limbah padat tahu dan cara pengolahan
limbah padat tahu menjadi bahan pangan. Hasil yang
diperoleh adalah sebanyak 40 orang tersebut seluruhnya belum
memanfaatkan limbah padat tahu menjadi bahan pangan,
belum mengetahui cara pengolahan limbah padat tahu menjadi
bahan pangan dan belum memiliki keterampilan dalam
mengolah limbah padat tahu menjadi bahan pangan.
2. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan tim
pelaksana pertama sekali adalah mengadakan audiensi dengan
kepala desa dan kepala dusun Desa Jentera Kabupaten
Langkat tentang rencana pelaksanaan pelatihan. Hasil audiensi
ini menunjukkan bahwa baik kepala desa dan kepala dusun
Desa Jentera Kabupaten Langkat menyambut baik adanya
rencana kegiatan pelatihan ini. Hal ini disebabkan belum
pernah ada kegiatan pelatihan pelatihan sejenis
diselenggarakan di desa tersebut. Setelah audiensi, tim
pelaksana kemudian merancang skema pelatihan pemanfaatan
limbah padat tahu berupa ampas tahu menjadi bahan pangan
dalam bentuk kerupuk dan nugget yang sesuai dengan kondisi
masyarakat Desa Jentera Kabupaten Langkat. Skema pelatihan
Jum’at, 09 Juni 2023

berisi tentang narasumber yang akan memberikan materi,


materi yang akan disampaikan dan rundown atau jadwal
kegiatan.
3. Tahap Tindakan
Setelah tahap perencanaan, tindakan yang dilakukan adalah
melaksanakan kegiatan pelatihan pengolahan limbah padat
tahu berupa ampas tahu menjadi bahan pangan dalam bentuk
kerupuk dan nugget bagi masyarakat Desa Jentera Kabupaten
Langkat. Kegiatan pelatihan pengolahan limbah padat tahu
berupa ampas tahu menjadi bahan pangan dalam bentuk
kerupuk dan nugget bagi masyarakat Desa Jentera Kabupaten
Langkat dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2019 sampai
dengan 1 September 2019. Hari pertama kegiatan pelatihan
pengolahan limbah padat tahu menjadi bahan bagi masyarakat
Desa Jentera Kabupaten dimulai dengan pembukaan kegiatan
pelatihan oleh pembawa acara diikuti kata sambutan dari
Kepala Dusun Dondong Desa Jentera Kabupaten Langkat.
4. Tahap Evaluasi
Evaluasi kegiatan pelatihan dilaksanakan untuk melihat sejauh
mana tingkat keberhasilan kegiatan pelatihan. Tingkat
keberhasilan kegiatan pelatihan ini dilihat berdasarkan
beberapa komponen. a. Keberhasilan target peserta pelatihan.
Tim pelaksana menargetkan bahwa peserta pelatihan ini
berjumlah 40 orang, realisasinya peserta yang mengikuti
pelatihan sebanyak 40 orang. Hal ini menunjukkan target
peserta pelatihan telah berhasil tercapai. b. Ketercapaian target
materi. Ketercapaian materi dilihat dari ketepatan waktu
penyampaian materi dan tingkat pemahaman peserta pelatihan
terhadap materi yang disampaikan. Hasil yang diperoleh
menunjukkan jadwal penyampaian materi pelatihan yang
ditargetkan selesai dalam 2 hari telah tercapai.

REVIEW JURNAL 5

Judul PENGELOLAAN LIMBAH PADAT BAHAN


BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI SILOAM HOSPITALS TB
SIMATUPANG.
Nama Jurnal Jurnal Ilmiah Indonesia.
Volume dan Halaman Vol. 7 , No. 5.
Tahun 2022.
Penulis Erika Agustina Kasdjono, Adang Bachtiar, Puput Oktamianti,
dan Esna Sipahutar.
Reviewer Sartika Anggraini.
Tanggal Reviewer 09 Juni 2023.
Jum’at, 09 Juni 2023

Latar Belakang Pandemi COVID-19 memberikan dampak global hampir pada


seluruh sektor, termasuk rumah sakit. Dua kasus pertama yang
muncul di Indonesia diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020
oleh Presiden Republik Indonesia (Gorbiano, 2020). Pandemi
COVID-19 yang sampai saat ini telah menyebar ke 227 negara
di dunia, membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan
manusia (Lamaran, 2015) . Sektor utama yang mengalami
dampak adalah kesehatan, sosial, ekonomi, dan industri. Salah
satu dampak yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19 ini
adalah mengenai pengelolaan limbah B3 yang memiliki
tantangan tersendiri bagi fasilitas pelayanan kesehatan.
Limbah B3 medis merupakan sisa hasil kegiatan medis yang
tidak dapat digunakan kembali yang berpotensi telah
terkontaminasi oleh zat yang bersifat infeksius (Suhariono &
ST Hariyati, n.d.).
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi alur
pengelolaan limbah B3 rumah sakit di Siloam Hospitals TB
Simatupang sesuai peraturan yang berlaku. Jenis penelitian ini
adalah observasional deskriptif menggunakan metode
pengumpulan data sekunder dari instansi sanitasi lingkungan.
Permasalahan Pengelolaan limbah rumah sakit merupakan bagian dari
aktivitas penyehatan lingkungan yang bertujuan untuk
melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan
dan resiko infeksi penyakit yang bersumber dari limbah rumah
sakit dan agar tidak mengganggu kenyamanan dan kesehatan
pasien dan karyawan. Berdasarkan Pasal 59 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup bahwa setiap orang yang menghasilkan
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib melakukan
pengelolaan limbah yang dihasilkannya (Subyakto, 2015).
Pengelolaan limbah B3 di rumah sakit diperlukan sebab bila
limbah B3 tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan
dampak bagi masyarakat dan lingkungan.
Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif
menggunakan metode pengumpulan data sekunder dari
instansi sanitasi lingkungan. Data yang didapat kemudian akan
dibandingkan dengan standar Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan No. P.56 tahun 2015 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Pengelolaan Limbah
Padat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada Masa
Pandemi Covid-19 di Siloam Hospitals TB Simatupang
Syntax Literate, Vol. 7, No. 5, Mei 2022 6223 Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dan Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Rujukan,
Rumah Sakit Darurat dan Puskesmas yang Menangani Pasien
COVID-19 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan
Jum’at, 09 Juni 2023

Republik Indonesia Tahun 2020. Tujuan penelitian ini adalah


untuk mengidentifikasi alur pengelolaan limbah B3 rumah
sakit di Siloam Hospitals TB Simatupang sesuai peraturan
yang berlaku.

Hasil Penelitian Pengelolaan limbah padat B3 di Siloam Hospitals TB


Simatupang dilakukan mulai dari pewadahan di ruangan
sesuai dengan karakteristiknya yaitu plastik kuning untuk
limbah padat infeksius, sharp box untuk limbah medis tajam,
plastik ungu untuk limbah sitotoksik, dan plastik coklat untuk
limbah farmasi kadaluarsa, penyimpanan di Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) limbah B3, hingga
pengangkutan oleh pihak ke 3 yaitu PT. Jalan Hijau untuk
kemudian diolah dan dimusnahkan oleh PT. Wastec
International, sedangkan untuk limbah padat domestik non B3
dipilah menjadi sampah basah organik dan sampah kering
anorganik dalam bak sampah terpisah yang dilapisi kantong
plastik berwarna hitam. Sampah basah organik dan sampah
kering an-organic kemudian diangkut petugas kebersihan ke
Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) di area
Siloam Hospitals TB Simatupang. Untuk sampah basah
organik pasien terduga COVID-19 akan dipisah dan dilapisi
kantong plastic berwarna kuning. Siloam Hospitals TB
Simatupang memiliki Izin Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) B3 dari dinas atau instansi terkait dan mengoperasikan
Instalasi Pengelolaan Air Limbah.

Anda mungkin juga menyukai