PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar
rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan biokimia dan
Health Organization, 2018). Mayoritas dari semua kematian bayi baru lahir
(SDKI) tahun 2012 dimuat dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016
dan 2017, Angka Kematian Neonatus (AKN) sebesar 19 per 1.000 kelahiran
hidup.
2019b). Data ini menunjukkan bahwa kematian bayi baru lahir di Indonesia
meskipun terjadi penurunan tetapi masih tergolong tinggi. Mengingat target
orang di segala usia, salah satunya adalah mengakhiri kematian bayi dan
Development, 2017).
2015 adalah prematuritas sebanyak 35,5% dan stagnan diangka 35% pada
kerusakan usus bayi dan berbagai jenis infeksi (The National Academies
Indonesia pada tahun 2018, penyebab kematian bayi baru lahir tertinggi
Tanda dan gejala yang muncul dari RDS adalah: pernapasan cepat,
pernapasan terlihat parodaks, cuping hidung, apnea, murmur dan sianosis
pusat
Tabel 2.1 Evaluasi Gawat Napas dengan skor Downes
Evaluasi :
f.Komplikasi
Menurut Suriadi dan Yulianni (2010) komplikasi yang kemungkinan terjadi pada
RDS yaitu:
1) Kebocoran alveoli . Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothorak,
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema interstitial), pada bayi dengan
RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinikal hipotensi, apnea, atau
bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.
Merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi
dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan
tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi,
inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan menurunnya
masa gestasi.
5)Retinopathy premature
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan
masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.
g. Pemeriksaan Penunjang
a) Tes Biokimia
Paru janin berhubungan dengan cairan amnion, maka jumlah fosfolipid dalam cairan
amnion dapat untuk menilai produksi surfaktan, sebagai tolok ukur kematangan paru.
b) Test Biofisika .
Tes biokimia dilakukan dengan shake test dengan cara mengocok cairan amnion yang
dicampur ethanol akan terjadi hambatan pembentukan gelembung oleh unsur yang
lain dari cairan amnion seperti protein, garam empedu dan asam lemak bebas. Bila
didapatkan ring yang utuh dengan pengenceran lebih dari 2 kali (cairan amnion:
ethanol) merupakan indikasi maturitas paru janin. Pada kehamilan normal,
mempunyai nilai prediksi positip yang tepat dengan resiko yang kecil untuk
terjadinya neonatal RDS.
Pada bayi dengan RDS menunjukkan retikular granular atau gambaran ground-glass
bilateral, difus, air bronchograms, dan ekspansi paru yang jelek. Gambaran air
bronchograms yang mencolok menunjukkan bronkiolus yang terisi udara didepan
alveoli yang kolap. Bayangan jantung bisa normal atau membesar. Kardiomegali
mungkin dihasilkan oleh asfiksi prenatal, diabetes maternal, patent ductus arteriosus
(PDA), kemungkinan kelainan jantung bawaan. Temuan ini mungkin berubah dengan
terapi surfaktan dini dan ventilasi mekanik yang adekuat
h.Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yulianni (2010) tindakan untuk mengatasi masalah kegawatan
pernafasan meliputi:
1) Ventilasi Mekanis
Ventilasi mekanis merupakan prosedur bantuan hidup yang invasif dengan berbagai
efek pada sistem kardiopulmonal. Ventilasi mekanis adalah membaiknya kondisi
klinis pasien dan optimalisasi pertukaran gas dan pada FiO2 (fractional concentration
of oxygen) yang minimal, serta tekanan ventilator atau volume tidal yang minimal.
2) Terapi surfaktan