Anda di halaman 1dari 20

Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi

Penataan Ruang

PENDAHULUAN DAN
BAB 3 METODOLOGI

3.1 PENGERTIAN

Penyebarluasan informasi dan bahan komunikasi penataan ruang dilakukan melaui


aktifitas komunikasi didalam menyampaikan pesan melalui jaringan saluran
komunikasi secara terpadu dalam mengorganisir aktifitas komunikasi untuk
menghasilkan perubahan sikap, pandangan maupun tingkah laku pada individu-
individu dalam jumlah besar, dan atau kelompok masyarakat sesuai dengan target
yang ingin dicapai, pada satuan waktu tertentu. (Rogers & Storey, 1987).

Pada umumnya, kegiatan ini dilakukan dengan mengkoordinasi kemampuan jaringan


media dalam bersinergi untuk menyampaikan pesan-pesan yang diinginkan oleh
pembuat keputusan, baik dalam hubungan antar pribadi (interpersonal) maupun
hubungan dengan komunitas (community based), dengan frekwensi intensif,
jangkauan yang signifikan, dan pengemasan produk komunikasi yang mudah dicerna
oleh khalayak, sehingga dapat berpengaruh dalam perubahan sikap publik.

Halaman 3 - 1
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

Strategi paling efektif bila dilakukan melalui 2 (dua) jalan secara bersamaan, yaitu
“Air” system dan “Ground” system. Di mana lewat publisitas sinergi media merupakan
langkah awareness atau memberitahu publik tentang suatu fenomena, keadaan,
peristiwa atau persepsi yang akan dirubah. Secara intensif “grounding” dilakukan
pula, melalui pendekatan personal oleh volunteer atau pelaksana lapangan dapat
menjelaskan lebih rinci tentang pesan yang dikampanyekan.

Pada banyak kesempatan, grounding/canvassing atau turun lapangan, dilakukan


dengan mengorganisir serta memobilisasi orang dalam rangka mendukung pesan-
pean utama terhadap perubahan kebijakan.

Setiap upaya mempunyai spesifikasi yang berbeda satu sama lain, dan berbeda cara
dalam memberi masukan (intervensi), meski hasil akhir yang ingin dicapai memiliki
focus yang sama yaitu mempengaruhi pemikiran atau sikap publik.

3.1.1 Penyebarluasan Informasi Penataan Ruang

Dalam setiap ruang yang akan dijadikan objek penataan ruang selalu ada masyarakat
yang memiliki kepentingan, keinginan serta rasa memiliki lingkungan. Untuk menata
lingkungan tersebut pertama-tama harus ditentukan lebih dulu tentang maksud dan
tujuannya. Dalam hal ini salah satu tujuan yang akan dicapai adalah kesejahteraan
masyarakat di lingkungan itu, baik lahir maupun batin.

Seperti kita ketahui bahwa penataan ruang itu dilaksanakan paling rendah di Daerah
Kabupaten/Kota, karenanya untuk mengetahui partisipasi masyarakat seyogyanya
melakukan koordinasi dengan para wakil rakyat di daerah yaitu DPRD yang sudah
mengetahui karakteristik masyarakat maupun keadaan lapangan. Namun meskipun
mereka menguasai detail daerahnya, mereka juga masih mempunyai keterbatasan-
keterbatasan dalam menampung aspirasi masyarakat, karena itu diperlukan
partisipasi dari masyarakat lainnya antara lain partisipasi dari para ilmuwan, praktisi
hukum, dan pengusaha.

Disamping masukan-masukan tersebut masih diperlukan pula kegiatan-kegiatan tatap


muka dengan masyarakat yang langsung berkepentingan atau pun pihak lain yang
berminat dan kompeten dalam penataan ruang. Selain kegiatan para petugas

Halaman 3 - 2
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

lapangan yang secara langsung mendatangi atau pun bertatap muka dengan
masyarakat, diperlukan pula adanya keterbukaan dan kejujuran dalam
mengaplikasikan pelaksanaan tata ruang, dan apabila hal tersebut tidak dilaksanakan
dengan baik maka akan muncul partisipasi yang negatif dari masyarakat. Hal tersebut
dapat terjadi dikarenakan adanya beberapa hal sebagai berikut :
a. Masyarakat belum mengerti tentang aturan perundangan di bidang penataan
ruang sehingga timbul salah persepsi;
b. Kurangnya sosialisasi peraturan;
c. Keterbatasan pola pikir masyarakat terisolir;
d. Adanya pengaruh negatif dari pihak lain demi keuntungan politik atau ekonomi;
e. Aparatur tidak jujur dan tidak terbuka.

Kita sadari bersama bahwa keadaan alam dan seisinya perlu diatur secara seksama
yang didasarkan pada karakteristik dan kemampuan masyarakat dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada. Pada umumnya masyarakat mudah
diatur selama kebijaksanaan dalam pengaturannya dapat diterima dan bermanfaat
bagi kelangsungan hidup masyarakat di masa mendatang. Sehubungan dengan hal
tersebut maka sebelum penataan ruang diterapkan di lapangan, perlu adanya
langkah awal dari pemerintah untuk mempersiapkan masyarakat agar siap menerima
perubahan yang akan terjadi apabila dilaksanakan penataan ruang, melalui kegiatan
penyebarluasan informasi pnataan ruang.

Suatu pembangunan dalam bidang penataan ruang akan berhasil dengan baik dan
mendapatkan dukungan peran serta masyarakat secara maksimal apabila aspirasi
dan nilai-nilai kebudayaan masyarakat yang hidup mendapatkan perhatian dalam
menentukan kebijaksanaan yang akan ditempuh.

Penyadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan penataan ruang dilakukan atas


ketidakseimbangan keinginan, kesepakatan, komitmen, aturan dan/atau undang-
undang dengan realitas perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan
ruang. Sementara Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
mengamanatkan kepada Pemerintah untuk mengoptimalkan peranserta dan
mengakomodasi aspirasi masyarakat. Hal ini berarti bahwa masyarakat harus

Halaman 3 - 3
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

diposisikan sebagai mitra setara, bukan objek, dalam penyelenggaraan penataan


ruang.

Sosialisasi peningkatan kesadaran dan peran positif masyarakat dalam


penyelenggaraan penataan ruang secara efektif dan efisien pada luasnya cakupan
wilayah Indonesia, karakteristik/lokalitas kawasan nasional (kawasan berkembang,
kawasan sedang berkembang, kawasan pengembangan baru), keragaman latar
budaya, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, keragaman persepsi terhadap kebijakan
dan pelaksanaan program pemerintah, khususnya penataan ruang, selayaknya
dilakukan melalui kegiatan kampanye melalui media publik. Untuk itu diperlukan
bahan kampanye yang komprehensif agar dapat mewakili tiap segmentasi
masyarakat sebagai khalayak sasaran.

Dengan demikian penyebarluasan informasi penataan ruang merupakan usaha untuk


mendorong dan memfasilitasi gerakan-gerakan yang mengangkat kepentingan
lingkungan dan penataan ruang yang bertujuan untuk masyarakat lebih peduli,
berpartisipasi aktif terhadap masalah ketataruangan.

3.1.2 Model Penyebarluasan Informasi

Teori kampanye publik pada dasarnya memadukan komunikasi sosial dan komunikasi
psikologis, yang pada umumnya mengaplikasikan teori agenda setting, di mana
mengatur apa yang diinginkan (Grafitifications Sought) dengan apa yang didapatkan
(Gratifications Obtains) dengan menggunakan jaringan media dan jaringan canvas.

1) Perubahan Perilaku Individu (Individual Behavior Change)


MOdel ini disebut pula sebagai informasi publik atau kampanye pendidikan
publik. Dilakukan untuk merubah perilaku publik guna menjawab masalah-
masalah sosial yang terjadi dalam lingkungan masyarakat.

2) Kampanye Keinginan Publik (Public will Campaigns)


Tipe kedua ini difokuskan pada penciptaan keinginan publik (public will), yang
diharapkan dapat memotivasi peran publik (public officials) untuk melaksanakan /
menerapkan kebijakan publik yang diterbitkan atau membuat kebijakan baru yang
setara dengan kepentingan publik. Pelaksanaan model ini secara strategis
diarahkan pada media advocacy, mengorganisir komunitas, dan memobilisasi

Halaman 3 - 4
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

kelompok masyarakat, dengan target audience adalah masyarakat umum dan


pembuat keputusan (General public and Policymakers).

3.2 MEDIA ADVERTORIAL DALAM PENYEBARLUASAN INFORMASI


PENATAAN RUANG

3.2.1 Batasan

Advertorial berasal dari kata advertising dan editorial. Advertising berarti iklan,
sementara editorial berarti opini. Disebut juga pariwara atau ada juga yang menyebut
Forum Bisnis. Jadi pengertian advertorial adalah artikel yang dimuat di media massa
dengan cara membayar yang bertujuan untuk promosi atau berkampanye. Selain itu,
advertorial bisa juga diartikan sebagai iklan yang disusun atau dibuat sedemikian rupa
sehingga seperti sebuah artikel yang dikarang oleh media cetak yang bersangkutan.

Dalam perjalanannya juga berkembang apa yang dinamakan corportarial dan


inspiratorial. Corportarial merupakan tulisan yang dimuat di media massa dengan
cara membayar yang bertujuan untuk berpromosi, namun lebih ditekankan pada
tulisan yang mengedepankan aspek-aspek korporasi. Sementara inspitorial adalah
tulisan yang dimuat oleh media massa yang mengandung dan mengedepankan unsur
promosi dengan tujuan memberi inspirasi kepada pembacanya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penulisan advertorial sebagai berikut :


1. Pendekatan terhadap audience hendaknya tidak disamakan dengan pendekatan
iklan pada umumnya.
2. Advertorial memilih jalan yang lebih persuasif, cara yang lebih lembut, terutama
dengan memakai kelengkapan dan kekuatan data, fakta, serta bahasa yang lebih
menarik.
3. Kata-kata yang bersifat melecehkan orang lain, harus dicegah masuk ke dalam
tulisan advertorial.
4. Sifat advertorial antara lain berkisah kepada audience dengan tujuan meminta
perhatian. Karena itu, hendaknya advertorial tidak ditulis terlalu panjang.
5. Pemilihan judul yang menarik perhatian dan meyakinkan pembaca, termasuk
pemilihan anak judul.

Halaman 3 - 5
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

6. Kelengkapan foto, grafik, tabel, dan ilustrasi lainnya akan sangat membantu
pembaca memahami isi cerita secara lebih cepat dan mudah.
7. Umumnya, advertorial menyertakan alamat, telepon, faks, email, serta contact
person.
8. Dalam memilih media yang dipergunakan hendaknya dipertimbangkan khalayak
media yang dilayani oleh media tersebut.
9. Penulis advertorial juga harus mempelajari siapa dan bagaimana target audience.

3.2.2 Proses Pembuatan Advertorial

1. Media (bagian iklan) menawarkan pembuatan advertorial kepada pengiklan atau


terkadang bisa juga sebaliknya.
2. Proses tawar menawarpun kemudian terjadi.
3. Setelah ada kesepakatan harga/tarif, bagian iklan berkoordinasi kepada bagian
redaksi (pimpinan) agar menugaskan awaknya melakukan proses wawancara
kepada narasumber yang direkomendasikan pengiklan.
4. Proses wawancara dilakukan.
5. Setelah itu, proses penulisan dan desain juga dilakukan.
6. Langkah berikutnya adalah melakukan proses persetujuan atau persetujuan dari
klien. (Biasanya terjadi beberapa kali).
7. Setelah ok, advertorial baru boleh dipasang.

3.2.3 Perbedaan Advertorial, Siaran Pers, dan Iklan Display

Perbandingan penggunaan advertorial, siaran pers, dan iklan display, lihat Tabel 3.1.

Tabel 3.1
Perbandingan Advertorial, Siaran Pers, dan Iklan Display
Advertorial Siaran Pers Iklan Display

 Lebih menonjolkan artikel  Dimuat karena  Lebih menonjolkan visual atau


dibanding visual atau gambar. pertimbangan nilai berita. gambar.
 Tarif pemasangan lebih mahal  Media massa dalam posisi  Tarif pemasangan lebih murah
dibanding iklan. bebas, memuat atau tidak dibanding advertorial.
 Proses pembuatan dan memuat atas dasar  Tinggal pasang di media.
pemasangan lebih lama. pertimbangan sendiri.  Berfungsi untuk memberi
 Berfungsi untuk meyakinkan atau  Tunduk kepada etika informasi atau mengingatkan.
mempengaruhi. jurnalistik.  Kekuatan visualisasi dan

Halaman 3 - 6
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

 Kekuatan data dan penulisan  Mengedepankan informasi naskah iklan yang menarik
yang komprehensif sangat aktual yang sekiranya sangat ditonjolkan.
diutamakan. dibutuhkan pembaca.  Bisa langsung dipasang tapi
 Ada proses persetujuan dari klien  Gaya tulisan straight news. harus ada persetujuan klien.
sebelum dimuat.  Posisi konsumen belum aware.
 Posisi konsumen/pembaca ada
dalam tahap aware terhadap
produk.
Sumber : Ir. Agus Priyanto, Msi.

3.3 TARGET GROUP

Publik yang menjadi target group dalam kegiatan penyebarluasan informasi penataan
ruang yang sesuai dengan konsep tersebut, menurut pengamatan dan penyesuaian
terhadap hasil akhir produk komunikasi yang dihasilkan (output) adalah:

a) Individual Relations (Individual Behavior Change)


Target group yang menjadi orientasi penyetaraan persepsi dalam tata ruang
melalui adalah individu di dalam masyarakat, baik sebagai pribadi (intrapersonal),
maupun antar pribadi (Interpersonal).

Pengertian individu adalah anggota masyarakat yang terlibat secara langsung


dalam proses penataan ruang meliputi perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Masing-masing individu merupakan pelaku
utama di dalam pelaksanaan tata ruang, dan menjadi obyek hukum. Pembatasan
individu dalam hal ini, adalah individu di wilayah yang menjadi target
operasionalisasi kebijakan penataan ruang, dan memiliki kemampuan nalar
dalam mengaplikasi pesan yang diharapkan oleh kebijakan publik tersebut.

b) Industrial Relations (Officials Public Motivated)


Target group yang dianggap dapat menjadi motivator dalam proses penyetaraan
persepsi terhadap kebijakan tata ruang adalah kalangan “Industri” yang memiliki
kapasitas dalam pembuatan keputusan kegiatan perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang.

Pengertian “industri” disini adalah pelaku-pelaku kebijakan tata ruang dalam


masyarakat, baik organisasi, atau individu yang dapat memobilisasi komunitas
sosial yang terkait dengan kebijakan tata ruang. Pembatasan industri adalah top
management atau individu di dalam institusi yang dapat mewakili institusinya

Halaman 3 - 7
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

dalam memutuskan pelaksanaan kebijakan publik tentang penataan ruang, serta


menjadi perantara penyampaian pesan pada publik yang berada dalam
lingkungan organisasinya.

3.4 PENDEKATAN TEKNIS

Kondisi lingkungan hidup yang cenderung mengalami degradasi lebih disebabkan


karena masyarakat dan aparat belum sepenuhnya memahami ketentuan-ketentuan
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang dengan baik. Hal ini
ditunjukkan dari beberapa isue terutama yang terkait dengan pemanfaatan ruang
diantaranya :
 Kasus pelanggaran tata ruang oleh masyarakat seperti yang terjadi di sekitar
kawasan pesisir pantai panjang.
 Pembangunan dengan mengorbankan hutan lindung (hutan suaka alam dan
taman wisata alam), lahan pertanian, penggundulan hutan, dan penanaman
dengan jenis tanaman yang tidak tepat.
 Tingginya angka penyimpangan pemanfaatan lahan di daerah pinggiran kota
(sub-urban) dan pesisir pantai.
 Permasalahan pedagang kaki lima yang mengganggu pergerakan, dan merusak
keindahan di beberapa wilayah di kota-kota besar.
 Pembangunan di bantaran sungai yang menyebabkan semakin menyempitnya
aliran sungai, dan masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke
sungai.
 Berubahnya taman-taman kota yang berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau
(RTH).

Sedangkan beberapa isue penataan ruang yang terkait dengan pengendalian


pemanfaatan ruang diantaranya :
 Lemahnya perangkat teknis dan kelembagaan yang berkaitan dengan
pengendalian pemanfaatan ruang.
 Lemahnya perangkat hukum pendukung pengendalaian pemanfaatan ruang.
 Lemahnya: mekanisme perijinan, evaluasi pelaksanaan program, evaluasi
penyimpangan di lapangan, instrumen perangkat insentif- disinsentif.

Halaman 3 - 8
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

 Lemahnya penerapan denda, sanksi yang dikenakan kepada pelanggar penataan


ruang.
 Masyarakat belum dilibatkan secara intensif dalam pengendalian penataan
ruang.

Melalui kegiatan kampanye publik bidang penataan ruang ini diharapkan masyarakat
dan pemangku kepentingan memahami pentingnya penataan ruang sehingga isue-
isue tersebut tidak lagi terjadi, namun sebaliknya akan terwujud kualitas lingkungan
hidup yang lebih berkualitas, produktif dan berkelanjutan.

Dalam komunikasi, kampanye publik merupakan media penyampaian pesan kepada


publik, dengan maksud penyamaan persepsi, dan dapat merubah sikap publik.
Bahan kampanye berupa pesan (message), yang dikonstruksikan dalam sebuah
tema dengan variable-variable yang saling berhubungan. Dan yang terpenting
dalam penyiapan bahan kampanye adalah penetapan fokus kajian dalam pesan
yang akan disampaikan pada publik.

Hal lain yang dapat dijadikan tolak ukur dalam penyiapan kampanye publik
adalah kesepakatan dalam menentukan publik (target group) tujuan akhir dari
pesan yang akan disampaikan, dalam hal ini adalah Publik Internal dan
External, yaitu Aparat yang terkait dengan penataan ruang dan Masyarakat Umum.
Dan secara matrik sistem komunikasi tergambar sebagai berikut :

Gambar 3.1
Diagram sistem komunikasi

Pesan merupakan esensi dasar komunikasi, di mana pengirim pesan (sender)


mengolah pesan menjadi bahasa dan diterima oleh penerima pesan (reciever).

Halaman 3 - 9
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

Dengan limitasi waktu yang tersedia dalam bahan kampanye, maka perumusan
bahasa pesan mempertimbangkan prioritas pada aspek penting dalam setiap
kasus di wilayah penelitian yang dapat mewakili tujuan akhir pesan. Sehingga
tidak membiaskan persepsi audience terhadap apa yang telah disampaikan.

Perumusan pesan (bahan kampanye) disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam Kampanye Publik Penyelenggaraan Penataan Ruang dan disesuaikan
dengan khalayak sasaran yang dituju.

3.4.1 Muatan dalam Talkshow Layanan Masyarakat

Dalam upaya peningkatan kesadaran dan peran positif masyarakat dalam


penyelenggaraan penataan ruang, masyarakat sangat perlu diberikan informasi, di
antaranya tentang:
1) Pengertian Penataan Ruang (UU No. 24 Tahun 1992), dimana penyelenggaraan
penataan ruang adalah rangkaian proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
2) Pengertian tata ruang, sebagai wujud struktural pemanfaatan ruang dan pola
pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan,
yang menunjukkan adanya hirarki dan keterkaitan pemanfaatan ruang .
3) Empat Prinsip Pokok Penataan Ruang
a. Holistik dan Terpadu
b. Keseimbangan Kawasan Hulu dan Hilir
c. Keterpaduan Penanganan secara Lintas Sektor dan Lintas Wilayah
d. Pelibatan Peran Serta Masyarakat mulai tahap Perencanaan, Pemanfaatan,
dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
4) RTRW merupakan hasil perencanaan tata ruang, sebagai landasan (acuan)
pembangunan sektoral agar terjadi sinergi dan efisiensi pembangunan serta
menghindari konflik dan dampak negatif pembangunan, dan memuat:
a) Pola pemanfaatan ruang (arahan pemanfaatan kawasan lindung dan
budidaya)
b) Struktur pemanfaatan ruang (arahan pengembangan sistem permukiman
dan sistem prasarana/sarana).
5) Hak-hak masyarakat dalam penataan ruang (pasal 4 UU No. 24 Tahun 1992)

Halaman 3 - 10
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

a. Menikmati manfaat ruang termasuk pertambahan nilai ruang sebagai akibat


penataan ruang;
b. Mengetahui rencana tata ruang;
c. Berperanserta dalam penataan ruang;
d. Memperoleh penggantian yang layak.
6) Kewajiban masyarakat dalam penataan ruang (pasal 5 UU No. 24 Tahun 1992)
a. Berperanserta dalam memelihara kualitas ruang
b. Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan
7) Penataan Ruang dalam Era Otonomi Daerah:
a. Penataan ruang merupakan keputusan publik atas dasar konsensus
bersama
b. Rencana tata ruang tidak cukup disosialisasikan namun harus
dikonsultasikan atau dikomunikasikan;
c. Peran Pemerintah sebagai enabler dan fasilitator, bukan provider atau aktor
utama pembangunan;
d. Peran Pemerintah Pusat yaitu menyiapkan NSPM untuk percepatan
desentralisasi penataan ruang ke daerah.
8) Isu-isu permasalahan dalam penyelenggaraan penataan ruang (sebagaimana
telah dipaparkan pada bab sebelumnya).

Penyiapan materi penyebarluasan informasi penataan ruang, disiapkan dengan


menerapkan 5 prinsip yaitu :
1. Menghargai setiap individu yang menjadi sasaran yang kita sampaikan
(respect);
2. Menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain
(empathy);
3. Pesan dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik (audible);
4. Kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi
interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan (clarity);
5. Rendah hati (humble); sikap yang penuh melayani (dalam bahasa komunikasi
pemasaran (Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan
menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani

Halaman 3 - 11
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh


pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

3.4.2 Jenis Talkshow Layanan Masyarakat

Munculnya berbagai permasalahan di dalam proses pembangunan kota-kota di


Indonesia, khususnya kota-kota menengah dan kota besar, seringkali diakibatkan
oleh kurang dilibatkannya masyarakat di dalam proses pembangunan kota-kota
dimaksud, terutama di dalam proses awal yakni pada tahap perencanaan. Akibatnya
hasil pembangunan di kota - kota menengah dan besar di Indonesia cenderung
mengarah untuk menampung kebutuhan sebagian kecil kelompok masyarakat, yang
rata-rata berpenghasilan tinggi dan menengah.

Sebagian besar kelompok masyarakat berpenghasilan rendah tidak tertampung


aspirasinya, pada perencanaan pembangunan kota dan perencanaan pembangunan
kawasan. Kota-kota menengah dan besar di Indonesia saat ini menyajikan kondisi
dilematik.

Di satu sisi pertumbuhan dan pembangunan kota cukup pesat, namun di sisi lain
mengakibatkan masyarakat berpenghasilan rendah tersingkir dan semakin miskin
(marginal-society). Terjadinya kontradiksi ini akhirnya sering menimbulkan konflik
sosial yang mengarah kepada perusakan sarana-prasarana fisik perkotaan dan
sendi-sendi sosial antar kelompok masyarakat yang sebelumnya sudah cukup kuat
dan terpelihara dengan baik.

Belajar dari pengalaman yang sama pada negara-negara berkembang lainnya, maka
visi kota-kota besar dan menengah di masa depan memerlukan pemberdayaan dan
peningkatan peran serta masyarakat seluas mungkin, sejak awal, yaitu tahap
perencanaan. Bagaimana mekanisme keterlibatan peran serta masyarakat di dalam
proses penyusunan perencanaan pembangunan kota memerlukan pengkajian secara
mendalam.

Bertolak dari abstraksi diatas, maka program meningkatkan kembali kepedulian


masyarakat dalam bidang penataaan ruang, melalui kegiatan kampaye publik,
mendesak untuk segera diselenggarakan dan salah satu bentuknya adalah

Halaman 3 - 12
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

pembuatan Talkshow Layanan Masyarakat tentang penataan ruang durasi 30 menit,


yang mana di dalamnya akan memperlihatkan berbagai informasi tentang penataan
ruang, mulai dari perencanaan, pemanfaatan sampai dengan pengendalian
pemanfaatan ruang.

Dalam upaya membangun kesadaran serta menggugah peran serta masyarakat


dalam bidang penataan ruang, maka diperlukan strategi atau langkah-langkah yang
efektif, edukatif serta sugestif. Jika selama ini pola-pola sosialisasi yang pernah
dilakukan seringkali kurang dapat diterima masyarakat, karena dirasa terlalu
formal (kaku) dan kental dengan nuansa menggurui, sehingga menempatkan
masyarakat pada posisi serta kondisi yang serba salah bahkan disalahkan. Maka,
sehubungan dengan hal tersebut, sudah sepantasnya pada program Kampanye
Publik Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang
mengedepankan persoalan-persoalan yang muncul dilingkungan masyarakat, yang
mana Laporan Akhir persoalan-persoalan tersebut merupakan dampak dari adanya
ketidak sesuaian dalam rencana penyelenggaraan penataan ruang dengan realitas
lapangan yang dihasilkannya.

Bertolak dari illustrasi di atas, strategi membangun serta menggugah kesadaran


masyarakat tentang program penataan ruang menjadi penting untuk dipertimbangkan
langkah - langkahnya. Dan mengingat media audio visual dalam bentuk Video
Compact Disk (VCD) sudah bukan barang mewah dan telah memasyarakat,
maka proses sosialisasi/kampanye dari program penataan ruang menjadi tepat untuk
diselenggarakan melalui media audio visual.

Adapun pola penyampaian pesan dari program penataan ruang akan menggunakan
kompilasi antara data dan cerita, dimana secara dinamis informasi sekitar penataan
ruang akan dikombinasi dengan cerita yang didalamnya mengillustrasikan persoalan
persoalan yang muncul di tengah masyarakat. Sehingga pada akhirnya target
pesan yang akan disampaikan, diterima masyarakat secara baik, menarik serta jauh
dari pola-pola menggurui.

Adapun format dari pola penyampaian pesan tersebut melalui Talkshow Docudrama.
Talkshow Layanan Masyarakat tentang penataan ruang akan dibuat dengan
menggunakan peralatan dengan kualifikasi standar broadcast, sehingga dapat

Halaman 3 - 13
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

disosialisasikan secara nasional melalui penayangan di media televisi. Disamping


itu, dalam pola pembuatan Talkshow tersebut akan selalu mempertimbangkan sisi
dramatik cerita yang mengemban sejumlah pesan/informasi mengenai pentingnya
penataan ruang, juga sisi pengambilan gambarnya (sinematografi). Hal tersebut
penting dilakukan, guna menghantar Talkshow tersebut hadir bukan merupakan
Talkshow penyuluhan yang kaku dan serba menggurui, tapi ditonton dan diterima
oleh masyarakat sebagai sebuah Talkshow yang menarik untuk dilihat,untuk
selanjutnya mempengaruhi, menggugah serta mensugesti masyarakat, sehingga
masyarakat sadar akan pentingnya penataan ruang, terutama untuk daerah hunian.

3.4.3 Tema Talkshow

Talkshow layanan masyarakat tentang penataan ruang dibuat dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penataan ruang serta mendorong
peran positif masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang. Materi Talkshow
dirumuskan berdasarkan hasil pengamatan terhadap permasalahan penataan ruang
dan permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan penataan ruang.

Permasalahan penataan ruang terutama dalam pengendalian pemanfaatan ruang


belum berjalan sesuai dengan prosedur yang seharusnya. Dalam
perencanaan/penyusunan rencana tata ruang telah ada pedoman yang menjadi
acuan dalam penyusunannya.

Rumusan materi Talkshow layanan masyarakat dibuat mengacu kepada peraturan


perundang - undangan yang berkaitan dengan penataan ruang dan issue
permasalahan dalam penyelenggaraan penataan ruang, yaitu :

1. Tahap Perencanaan
- Masyarakat belum dilibatkan secara intensif dalam penyusunan rencana tata
ruang.
- Aparat pemerintah daerah belum sepenuhnya menguasai proses penyusunan
rencana tata ruang
- Lemahnya produk rencana dan sistem penyelenggaraan penataan ruang.
- Lemahnya perangkat teknis dan kelembagaan dalam perencanaan tata ruang.
2. Tahap Pemanfaatan Ruang

Halaman 3 - 14
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

- Kasus pelanggaran tata ruang oleh masyarakat telah mengakibatkan


terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang, misalnya pembangunan di
kawasan lindung seperti yang terjadi di kota Balikpapan.
- Pembangunan yang mengorbankan hutan, tanah pertanian, penggundulan
hutan, pembangunan dengan menebas tebing, penanaman dengan jenis
tanaman yang tidak tepat, reklamasi yang tidak memperhatikan aspek
lingkungan.
- Tingginya angka penyimpangan pemanfaatan lahan di beberapa daerah di
pinggiran kota (sub-urban).
- Untuk kota-kota besar terjadi permasalahan pedagang kaki lima, kegiatan
yang mengganggu pergerakan, merusak keindahan.
- Pembangunan di bantaran sungai sehingga mempersempit aliran sungai,
dan penyebab tanah longsor
- Pembuangan sampah tidak pada lokasi / tempat yang tepat
- Masalah permukiman kumuh dengan fasilitas perkotaan yang minim
- Masalah transportasi akibat management lalu lintas yang tidak tepat
- Banjir akibat drainase yang dibuat tidak benar;
- Tingkat pelayanan utilitas perkotaan masih rendah, misalnya pelayanan air
bersih.
- Prosentase hutan kota/jalur hijau masih kurang dalam suatu kawasan
perkotaan Permasalahan sempadan pantai dan sungai.

3. Tahap Pengendalian Pemanfaatan Ruang


- Lemahnya pengawasan terhadap pemanfaatan ruang
- Lemahnya perangkat teknis dan kelembagaan terkait dengan pengendalian
pemanfaatan ruang.
- Lemahnya perangkat hukum pendukung pengendalaian pemanfaatan ruang.
- Lemahnya mekanisme perijinan, evaluasi pelaksanaan program, evaluasi
penyimpangan di lapangan, instrumen perangkat insentif- disinsentif.
- Lemahnya penerapan sanksi bagi pelanggar penataan ruang.
- Masyarakat belum dilibatkan secara intensif dalam pengendalian pemanfaatan
ruang.

4. Selain itu permasalahan lain yang berkaitan dengan

Halaman 3 - 15
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

- keterbukaan aparat dalam penataan ruang;


- kurangnya sosialisasi dalam penyelenggaraan penataan ruang;

Dengan data yang tersedia, maka rumusan materi Talkshow layanan masyarakat
akan mengarah pada kaidah proses penataan ruang yaitu perencanaan,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfataan ruang. Di mana masing-masing
akan mendapatkan porsi berimbang sesuai dengan kebutuhan publik dan potensi
audiens. Sementara, agar masyarakat umum lebih dapat menangkap persepsi yang
diinginkan maka dibuat rancangan pengadeganan yang sederhana namun
merangkum pesan penataan ruang dengan lengkap. Di mana, struktur dramaturgi
tersebut hanya merupakan arahan agar pesan yang terkesan instruksional menjadi
bahasa yang lebih mudah ditangkap. Hal ini yang menjadi prinsip dasar dalam
Talkshow layanan masyarakat /dokudrama dalam pekerjaan ini.

3.5 METODOLOGI

Metodologi adalah sebuah rangkaian kegiatan yang menyatu dan terkoordinasikan


dengan baik dalam upaya melakukan kegiatan Penyebarluasan Informasi dan Bahan
Komunikasi Penataan Ruang. Metodologi yang digunakan dalam kegiatan ini dibuat
berdasarkan alur pikir terhadap pemahaman ruang lingkup kegiatan. Tahapan
kegiatan meliputi :
1. Menyelenggarakan pagelaran seni budaya lokal dengan mengusung isu strategis
terkait penataan ruang yang berkembang di wilayahnya dilaksanakan 1 (satu) kali
bertempat di alun-alun atau tempat yang biasa dipakai untuk pentas music atau
pusat kebudayaan daerah
2. Menyelenggarakan rapat pembahasan progres pelaksanaan pekerjaan sebanyak
2 (dua) kali;
3. Menyelenggarakan talkshow di radio lokal;
4. Menyelenggarakan advertorial di media cetak lokal
5. Melakukan pembuatan dan pemasangan baliho penataan ruang.

Sesuai dengan pendekatan teknis yang telah disampaikan, maka metodologi disusun
sebagai tahapan pelaksanaan pekerjaan agar dicapai tujuan dan sasaran pekerjaan.
Proses pelaksanaan pekerjaan mencakup tahapan kegiatan sebagai berikut :

Halaman 3 - 16
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

1. Persiapan dan Mobilisasi


2. Pengumpulan materi, informasi dan bahan komunikasi penataan ruang
3. Merumuskan program kerja penyebarluasan Informasi dan bahan komunikasi
penataan ruang
4. Pelaksanaan Talkshow
5. Pembahasan dan Evaluasi
6. Penilaian Hasil/Publikasi

3.5.1 Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai awal (inisialisasi) dari
seluruh rangkaian kegiatan yang akan dilakukan, meliputi :
A. Mobilisasi personil;
b. Penajaman/pemantapan metodologi dan rencana kerja;
C. Koordinasi dengan pengguna jasa untuk penyamaan persepsi terhadap lingkup
pekerjaan, tujuan, sasaran serta hasil yang akan dicapai;
D. Kajian produk perundangan bidang penataan ruang;
E. Merumuskan tema kegiatan;
F. Merumuskan alternatif tema dan narasumber;
G. Menyiapkan souvenir sebagai media penyebarluasan informasi penataan ruang;
H. Penyusunan dan pembahasan Laporan Pendahuluan.

Hasil dari kegiatan tahap ini berupa Laporan Pendahuluan, dengan substansi laporan,
meliputi :
- Pemahaman terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK);
- Pendekatan dan metodologi pelaksanaan pekerjaan;
- Jadwal pelaksanaan pekerjaan dan penugasan personil;
- Isu-isu penataan ruang di Provinsi Bengkulu;
- Alternatif tema dan narasumber; dan
- Alternatif media cetak dan elektronik yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan
kampanye publik.

3.5.2 Tahap Pengumpulan Materi

Halaman 3 - 17
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

Untuk penyebarluasan informasi dan bahan komunikasi penataan ruang dilakukan


pengumpulan meteri yang akan disosialisasikan/disebarluaskan kepada masyarakat.
Informasi yang dimaksud meliputi ketentuan peraturan perundang-undangan bidang
penataan ruang, informasi kondisi penataan ruang, isue-isue penataan ruang yang
berkembang di daerah yang bersangkutan, media yang akan digunakan, tema yang
diusung, narasumber dan lokasi/tempat penyelengaraan.

3.5.3 Perancangan Kegiatan

Perancangan kegiatan ini dilakukan untuk mewujudkan tema yang diusung dalam
kegiatan ini. Beberapa hal yang dilakukan diantaranya :
- Bentuk kegiatan gelar seni budaya
- Bentuk suenir yang akan menjadi media komunikasi sehingga media ini harus
memuat pesan-pesan untuk tidak melanggar rencana tata ruang.
- Bentuk advertorial yang memuat dan mengulas kondisi dan permasalahan
penataan ruang
- Pemilihan media cetak dan media elektronik yang akan dijadikan sarana
promosi/penyebarluasan informasi penataan ruang
- Merumuskan kriteria narasumber

Beberapa ketentuan berikut kiranya dapat menjadi referensi dalam menetapkan


media yang dipilih untuk penyebarluasan informasi dan bahan komunikasi penataan
ruang di Provinsi Bengkulu :
a. Tema Kegiatan
Tema kegiatan dipilih yang mampu menggugah semangat masyarakat Bengkulu
dalam penataan ruang, dan masyarakat mampu melakukan pengendalian
pemanfaatan ruang di sekitarnya.
b. Advertorial
a) Advertorial dimuat/diterbitkan melalui suarat kabar dengan ukuran maksimal
1 (satu) halaman.
b) Advertorial memuat iklan layanan masyarakat yang berisi ulasan, kajian dan
himbauan kepada masyarakat untuk tertib pemanfaatan ruang.

c. Surat Kabar

Halaman 3 - 18
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

a) Surat kabar lokal


b) Memiliki jangkauan luas di seluruh wilayah Provinsi Bengkulu .
c) Dikenal oleh masyarakat luas.
d. Nara Sumber
Nara sumber sebaiknya berasal dari pejabat, praktisi, dan/atau pengamat
penataan ruang dengan kriteria sebagai berikut :
a) Untuk pejabat, dengan kriteria antara lain :
- Pejabat Eselon III atau setingkat Kepala Bidang
- Memiliki kompetensi dalam penataan ruang, baik yang bersifat
kebijakan, pemanfaatan maupun pengendalian pemanfaatan ruang.
- Instansi berasal dari tingkat provinsi dan/atau kabupaten/kota di wilayah
Provinsi Bengkulu .
- Ketua/Anggota DPRD pada komisi yang membidangi pembangunan/
penataan ruang.
b) Untuk praktisi, dengan kriteria antara lain :
- Menguasai bidang penataan ruang.
- Berpengalaman dalam penataan ruang, baik perencanaan, pemanfaatan
ruang, maupun pengendalian pemanfaatan ruang.
- Dapat berasal dari perguruan tinggi (negeri/swasta) atau praktisi.
e. Media Radio
- Memiliki jangkauan luas sampai pelosok wilayah Provinsi Bengkulu .
- Memiliki ruang yang memadai untuk pelaksanaan talkshow/dialog interaktif.
- Memiliki kualitas penyiaran/suara yang baik.
f. Talkshow
- Dilakukan melalui radio lokal
- Stasiun radio negeri atau swasta
- Memiliki jangkauan yang luas di wilayah Bengkulu
- Memiliki ruangan yang cukup memadai untuk pelaksanaan talkshow
- Memiliki kualitas suara yang baik
- Memiliki segmentasi pendengan tersendiri.
- Dilaksanakan pada hari kerja pada jam frame time.

3.5.4 Pelaksanaan

Halaman 3 - 19
Penyebarluasan Informasi dan Bahan Komunikasi
Bidang Penataan Ruang BENGKULU

Pada tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari seluruh rancangan kegiaan yang
telah disepakati oleh pengguna jasa. Semua kendala yang dihadapi dicatat dan
direkam untuk dijadikan bahan evaluasi dan rekomendasi.

3.5.5 Evaluasi

Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan penyebarluasan informasi untuk menjadi


bahan masukan memberikan rekomendasi.

Perumusan hasil kajian dilakukan dengan menilai dan mempertimbangkan hasil dari
pembahasan serta Talkshow yang dilaksanakan antara stakeholder. Sehingga
diketahui seberapa jauh keberhasilan dari Penyebarluasan Informasi dan Bahan
Komunikasi Penataan Ruang yang dilaksanakan di Provinsi Bengkulu.

3.5.6 Pelaporan

Dalam laporan akhir pada intinya memuat seluruh hasil pelaksanaan Penyebarluasan
Informasi dan Bahan Komunikasi Penataan Ruang.

Halaman 3 - 20

Anda mungkin juga menyukai