Tugas Ilmu Kalam
Tugas Ilmu Kalam
Nama NIM
4.jhoni robiansya :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang mana kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “AHLUS SUNNAH WAL
JAMAAH”.Penyelesaian makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Kalam.
Dalam makalah ini kami menyampaikan ucapan terimah kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini,khususnya kepada dosen mata kuliah ILMU KALAM. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah yeng berjudul “AHLUS SUNNAH WAL
JAMAAH” dapat bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAAN..................................................................................................3
BAB III....................................................................................................................5
PENUTUP...............................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................6
LAMPIRAN............................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Memang jauh sebelum itu kata sunnah dan jama’ah sudah lazim dipakai dalam
tulisan-tulisan arab, meski bukan sebagai terminologi dan sebutan bagi sebuah
mazhab keyakinan. Misalnya terlihat dalam surat-surat Al-Ma’mun kepada
gubernur Ishaq ibn Ibrahim pada tahun 218 H, sebelum Al-Asy’ari lahir,
tercantum kutipan kalimat wa nasabû Anfusahum ilas sunnah (mereka
mempertalikan diri dengan sunnah), dan kalimat ahlul haq wad dîn wal jama’ah
(ahli kebenaran, agama dan jama’ah).56 Penggunaan istilah ahlussunnah wal
jama'ah sebagai sebutan bagi kelompok keagamaan justru diketahui, sejak Az-
Zabidi menyebutkan dalam kitab Itihaf as-Sadat al-Muttaqin, sebagai syarah dari
kitab Ihyâ Ulûmuddîn Al-Ghazali:
rtinya: Jika disebut ahlussunnah wal jama'ah maka yang dimaksud adalah para
pengikut Imam al-Asy’ari dan Imam al- Maturidi (Ithaf al-Sadah al-Muttaqin, juz
2, hlm. 6).5
ال َ َشا ِعر َ ة ُ َو ْال َماتُ ِريْد ِ يَة ُ )اِتِ َحاف ْ ُاِ َذا ا
ْ َطلِق َ اَ ْهل ُ ال ُسنَة ِ َو ْال َج َماعَة ِ ف َ ْال ُم َراد ُ بِ ِهم ْ ا
Memang jauh sebelum itu kata sunnah dan jama’ah sudah lazim dipakai dalam
tulisan-tulisan arab, meski bukan sebagai terminologi dan sebutan bagi sebuah
2 Harun Nasution, 2008, Teologi Islam ; Aliran-Aliran, Sejarah Analisa
Perbandingan, Jakarta: UI Pres, hlm. 65.
mazhab keyakinan. Misalnya terlihat dalam surat-surat Al-Ma’mun kepada
gubernur Ishaq ibn Ibrahim pada tahun 218 H, sebelum Al-Asy’ari lahir,
tercantum kutipan kalimat wa nasabû Anfusahum ilas sunnah (mereka
mempertalikan diri dengan sunnah), dan kalimat ahlul haq wad dîn wal jama’ah
(ahli kebenaran, agama dan jama’ah).56 Penggunaan istilah ahlussunnah wal
jama'ah sebagai sebutan bagi kelompok keagamaan justru diketahui, sejak Az-
Zabidi menyebutkan dalam kitab Itihaf as-Sadat al-Muttaqin, sebagai syarah dari
kitab Ihyâ Ulûmuddîn Al-Ghazali:
rtinya: Jika disebut ahlussunnah wal jama'ah maka yang dimaksud adalah para
pengikut Imam al-Asy’ari dan Imam al- Maturidi (Ithaf al-Sadah al-Muttaqin, juz
2, hlm. 6).5
افmال َ َشا ِعر َ ة ُ َو ْال َماتُ ِريْد ِ يَة ُ )اِتِ َح ْ ُاِ َذا ا
ْ َطلِق َ اَ ْهل ُ ال ُسنَة ِ َو ْال َج َماعَة ِ ف َ ْال ُم َراد ُ بِ ِهم ْ ا
Artinya: Jika disebut ahlussunnah wal jama'ah maka yang6 dimaksud adalah para
pengikut Imam al-Asy’ari dan Imam al- Maturidi (Ithaf al-Sadah al-Muttaqin, juz
2,hlm.6).57
Ahlussunnah wal jama’ah adalah pengikut Imam Al-Asy’ari dan Al-
Maturidi dalam bidang aqidah, dan pengikut ulama mazhab seperti Imam Hanafi,
Aliran salafiah (tradisional) adalah bagian dari ahlus sunnah yang mana lebih
menonjol keahlussunnahannya daripada khalaf-moderat (Asya’irah). Aliran
salafiah sesuai dengan maknanya “tradisonal” senantiasa mempertahankan
konsepsi akidah Islamiah yang orisinal-tradisional dengan penuh konsekuen
sesuai dengan doktrin akidah pada masa Nabi dan masa sahabat serta tabiin.[3]
Akidah Islamiah pada masa-masa tersebut sangat sederhana. Mereka
menerima berdasarkan iman, ikhlas dan yakin, tanpa memerlukan argumentasi
logika dan filosofis. Karena pada masa itu memang belum dikenal ilmu logika.
[4] Akidah salafiah sangat bertentangan dengan konsepsi akidah ahli kalam
(mutakallimin), karena pemahaman akidahnya semata-mata berdasarkan pada
tekstual (harfiah) dan sama sekali tidak mau menerima segala sesuatu yang
kontekstual. Hal itu menimbulkan kesan bahwa seakan-akan kaum salafiah kaku
dan picik dalam memahami konsepsi Islam, terutama dalam konteks akidahnya.
Mereka kurang memberikan kontribusi kepada akal (rasio).[5] Oleh karena itu
mereka tidak membuang-buang waktu untuk mengkaji ayat-ayat yang
bersifat mutasyabihat, yakni yang tidak jelas maksudnya. Sebagai contoh:
“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa
dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba
bumi itu bergoncang?” (QS. Al-Mulk: 16)
Jadi ayat tersebut mengatakan “Allah di langit”. Kata langit disini tidak boleh
ditakwilkan (dimaknai) kepada arti lain, misalnya tempat yang tinggi.
Telah dijelaskan pada bagian yang lalu bahwa aliran khalaf(konvensional) ada
dua macam.
Pertama, aliran yang amat berlebihan dalam mengkultuskan akal. Menurut
pengikut aliran itu, tanpa wahyu pun manusia mampu mengenal Al-Khaliq dan
mampu pula membuat syariat dengan bantuan akal sendiri. Aliran ini dikenal
dengan Muktazillah (supperrasionalisme) sebagaimana yang diterangkan di
depan.
Kedua, aliran yang menempatkan akal sebagai mitra wahyu. Akal dan wahyu
saling mendukung kecuali dalam beberapa kasus tertentu. Dalam hal tertentu akal
tidak cukup mampu memahami wahyu karena keterbatasannya. Aliran itu lebih
dikenal dengan Asya’riyah (skolastisme) atau juga disebut rasionalisme moderat.
[6]
Dalam ilmu ketauhidan, kaum Asya’riyah dianggap sebagai golongan moderat
antara salafiah dan muktazilah. Oleh karena moderatnya, maka mazhab itu banyak
pengikutnya. Ada faktor-faktor penyebab mayoritas umat islam menganut mazhab
Asya’riyah. Faktornya adalah sebagai berikut:
a. Mazhab Asya’riyah cukup ampuh untuk menjawab argumentasi kaum
Muktazilah dan kaum Falasifah yang senantiasa menggunakan dalil-dalil
logika(mantik).
b. Tidak terlepas adanya dukungan dari sejumlah Ulama besar dari berbagai
disiplin ilmu, terutama dari kalangan Mazhab Syafi’i.[7]
Meskipun golongan Asyari’yah diakui oleh jumhur umat Islam sebagai
golongan najiah (Ahlulsunnah), namun sebagian kaum Salafiyah keberatan
menerima kaum Asya’riyah sebagai golongan ahlul sunnah murni. Asya’riyah
menurut mereka tidak lain dari muktazilah gaya baru yang berjubahkan sunni.
Sebenarnya mengenai aliran Ahlulsunnah wal Jama’ah versi Salaf dan Khalaf.
Asya’riyah dan Maturidiah termasuk ke dalam versi kedua, yakni khalaf moderat,
namun aliran salafiah pun ada beberapa macam sama halnya dengan aliran khalaf.
Hanya saja aliran khalaf lebih banyak macamnya, ada yang ekstrem, seperti
muktazillah, khawarij, syi’ah dan lain-lain yang mencapai jumlahnya 72 aliran.
Semuanya itu termasuk golongan mubtadi’ah yang sesat dan menyesatkan. Ada
pula yang moderat, yakni aliran Asya’riyah dan Maturidiah, yang kedua-keduanya
termasuk golongan Ahlulsunnah wal Jama’ah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA