Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH THK

HUBUNGAN THK DENGAN DAN 4 PILAR KEBANGSAAN

Dosen Pengampu:
I Wayan Putra Yasa, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 6

Gede Ganggas Mardiana Pratama 2217051051 (27)

Aziz Zulfikli Rahman 2217051052 (28)

Kadek Ratih Aryani Utami 2217051166 (29)

I Kadek Candra Bawananda 2217051167 (30)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayat-Nya, sehingga tugas makalah yang bertemakan “Hubungan THK dengan 4
Pilar Kebangsaan” dapat tersusun dan terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas dari Bapak I Wayan Putra Yasa, S.Pd.,M.Pd. pada
mata kuliah THK. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang hubungan THK dengan 4 Pilar Kebangsaan.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak I Wayan


Putra Yasa, S.Pd., M.Pd. atas tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis, penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Singaraja, 25 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu


Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.Empat pilar tersebut harus
diperkokoh untuk membangun bangsa dalam tatangan kehidupan bernegara,
berbangsa dan bermasyarakat.Jika diibaratkan pilar merupakan tiang penyangga suatu
bangunan agar bisa berdiri secara kokoh. Bila tiang ini rapuh maka bangunan akan
mudah roboh. Empat tiang penyangga ditengah ini disebut soko guru yang
kualitasnya terjamin sehingga pilar ini akan memberikan rasa aman tenteram. Dengan
demikian pilar pada Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika
merupakan tiang penyangga bagi berdirinya negara Indonesia.

Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi


logis bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental
bagi penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada
hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilainilai dasar dari Pancasila
tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalan permusyawaratan/ perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia.

UUD 1945 merupakan pilar kedua dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam UUD 45 tertuang Tujuan Negara yang tertuang dalam PembukaanUUD 1945
adalah “Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpahdarah Indonesia” hal ini
merupakan tujuan Negara Rumusan “Memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa” hal ini merupakan tujuan Negara hukum material,
yang secara keseluruhan sebagai tujuan khusus atau nasional. Adapun tujuan umum
atau internasion adalah “ikut melaksanakan ketertiban Dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, 3 perdamaian abadi dan keadilan sosial”.Untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan aturan-aturan yang kemudian diataur dalam pasal-pasal, maka
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara semestinya mentaati aturan yang sudah
diundang-undangkan. NKRI sebagai pilar ketiga lahir dari pengorbanan jutaan jiwa
dan raga para pejuang bangsa yang bertekad mempertahankan keutuhan
bangsa.Sebab itu, NKRI adalah prinsip pokok, hukum, dan harga mati.NKRI hanya
dapat dipertahankan apabila pemerintahan adil, tegas, dan berwibawa.Dengan
pemerintahan yang adil, tegas, dan berwibawalah masalah dan konflik di Indonesia
dapat diselesaikan.NKRI adalah hal pokok yang harus kita pertahankan.

Pilar keempat dalam kehidupan berbangsa dan negara Indonesia yaitu


Bhineka Tunggal Ika.Bhinneka Tunggal Ika adalah motto atau semboyan Indonesia.
Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat
“Berbeda-beda tetapi tetap satu” yang berarti walapun bangsa Indonesia mempunyai
latar belakang yang berbeda baik dari suku, agama, dan bangsa tetapi adalah bangsa
Indonesia. Keempat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara semestinya harus
dijaga, dipahami, dihayati dan dilaksanakan dalam pranata kehidupan seharihari,
dimana Pancasila yang menjadi sumber nilai menjadi idealogi, UUD 45 sebagai
aturan yang semestinya ditaati, dan NKRI adalah harga mati, serta Bhinike tunggal
ika adalah perekat semua rakyat. Maka dalam bingkai 4 pilar tersebut maka tujuan
yang dicita-citakan bangsa ini akan terwujud.

Istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul pada tanggal 11 November 1966,
pada waktu diselenggarakan Konferensi Daerah l Badan Perjuangan Umat Hindu Bali
bertempat di Perguruan Dwijendra Denpasar. Konferensi tersebut diadakan
berlandaskan kesadaran umat Hindu akan dharmanya untuk berperan serta dalam
pembangunan bangsa menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur berdasarkan
Pancasila. Kemudian istilah Tri Hita Karana ini berkembang, meluas, dan
memasyarakat. Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan.
(Tri = tiga, Hita = sejahtera, Karana = penyebab). Pada hakikatnya Tri Hita Karana
mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada
keharmonisan hubungan antara:

1. Manusia dengan Tuhannya.


2. Manusia dengan alam lingkungannya.
3. Manusia dengan sesamanya.

Unsur-unsur Tri Hita Karana meliputi Sanghyang jagatkarana (Tuhan Yang Maha
Esa), bhuana (alam), dan manusia. Unsur-unsur Tri Hita Karana tersebut terdapat
pada kitab suci Bhagavad Gita (III.10) yang berbunyi sebagai berikut: “Sahayajnah
prajah sristva pura vaca prajapatih anena prasavisya dhvan esa vo’stivistah
kamadhuk”. Parhyangan, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan didasarkan atas
konsepsi Kaula Gusti (yang menguasai). Hubungan antara Kaula dan Gusti
melahirkan paham Tuhan sebagai asal muasal segalanya dan tujuan akhir kehidupan
manusia (Sangkan Paraning Dumadi). Kesadaran diri sebagai hamba Tuhan
memunculkan konsep bakti, yang mendudukkan manusia sebgai makhluk religious.
Kata Pawongan berasal dari kata wong yang berarti manusia dengan berbagai
dimensinya. Pawongan mengacu kepada hubungan harmonis antara manusia dengan
manusia lainnya berdasarkan tresna asih atau cinta kasih. Keharmonisan sosial
merupakan percerminan dari kesadaran sang diri akan pentingnya kehadiran orang
lain dalam mewujudkan ikatan yang damai, sejahtera dan bahagia. Palemahan
merupakan dimensi ekologis Tri Hita Karana.Kata Palemahan berasal dari kata lemah
yang berarti tanah dan segala isinya atau secara lebih luas disebut lingkungan alam.
Palemahan mengacu kepada hubungan yang harmonis antara manusia dengan
lingkungan alam. Dalam konteks Tri Hita Karana, hubungan manusia dengan alam,
dianalogikan dalam bentuk ungkapan: “kadi manic ring cecepu” yang mempunyai
arti bagaikan janin di dalam rahim.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep 4 Pilar Kebangsaan?


2. Bagaimana posisi THK pada 4 Pilar Kebangsaan?
3. Apa saja tantangan yang dihadapi THK pada 4 Pilar Kebangsaan?
4. Apa saja solusi yang ditawarkan dalam menangani masalah tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mampu mengetahui bagaimana konsep 4 Pilar Kebangsan
2. Untuk mengetahui bagaimana posisi THK pada 4 Pilar Kebangsaan
3. Mampu menganalisis serta mengetahui tantangan THK pada penerapan 4 Pilar
Kebangsaan
4. Mampu mencari tahu bagaimana dan apa saja solusi yang ditawarkan untuk
mengatasi tantangan THK pada 4 Pilar Kebangsaan

1.4 Manfaat Penulisan

Adanya pembuatan makalah terkait “Hubungan THK dengan dan 4 Pilar


Kebangsaan” dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya:

1. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terkait hubungan
THK dengan dan 4 Pilar Kebangsaan serta untuk mengajak mempertahankan
ajaran THK serta dapat melestarikannya kedepannya.
2. Bagi Masyarakat Umum
Sebagai wadah untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan masyarakat
bahwasannya THK merupakan konsep ideologi dari umat Hindu Bali harus
tetap digunakan dan dilestarikan sebagai identitas masyarakatnya dan juga
tetap menjunjung tinggi 4 Pilar Kebangsaan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep 4 Pilar Kebangsaan

4 pilar kebangsaan juga biasa disebut sebagai soko guru yang artinya adalah


tiang penyangga yang bersifat kokoh.Hal ini dimaksudkan agar seluruh rakyat
Indonesia dapat merasa aman, nyaman, tentram, sejahtera, dan juga terhindar dari
segala macam gangguan atau bencana yang dapat menimpa.Keempat pilar
kebangsaan tersebut harus kokoh, karena berfungsi sebagai penangkal gangguan dan
ancaman yang mengintai baik dari segi internal ataupun eksternal.Pilar kebangsaan
tersebut juga dapat diartikan sebagai belief system yang artinya bisa menjamin
terciptanya ketertiban, kenyamanan, keamanan, keadilan, dan kesejahteraan
rakyat.Keempat pilar kebangsaan Indonesia adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar
1945 (UUD 1945), Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan juga Bhinneka
Tunggal Ika.

1. Pancasila
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara.Sebagai dasar NKRI, Pancasila
memiliki fungsi sangat fundamental.Pancasila disebut sebagai sumber dari segala
sumber hukum.Sifat Pancasila yuridis formal maka mengharuskan seluruh peraturan
perundang-undangan berlandaskan pada Pancasila.Pancasila sebagai dasar filosofis
dan sebagai perilaku kehidupan. Artinya, Pancasila merupakan falsafah negara dan
pandangan atau cara hidup bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara untuk mencapai cita-cita nasional. Pancasila menjadi
karakter masyarakat Indonesia sehingga menjadi identitas atau jati diri bangsa
Indonesia.Pancasila merupakan rujukan, acuan sekaligus tujuan dalam pembangunan
karakter bangsa.Pilar kebangsaan yang pertama sebagai penyokong kekokohan
negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila. Penempatan Pancasila pada posisi
pertama tidak lain karena kandungan lima sila yang merupakan bentuk sistem
kepercayaan atau belief system Indonesia. Selain itu Pancasila juga dianggap sebagai
pilar kebangsaan yang bersifat pluralistik.Indonesia sendiri membutuhkan belief
system, karena merupakan negara dengan tingkat keragaman yang sangat tinggi.Mulai
dari suku bangsa yang sangat banyak, kepercayaan atau agama, budaya, dan
sebagainya.Oleh sebab itu dibutuhkan suatu sistem yang dapat mencakup seluruh
keragaman tersebut dan itulah belief system.
Pada 1 Juni 1945, Soekarno mengemukakan pemikirannya tentang Pancasila,
yaitu nama dari lima dasar negara Indonesia, di depan sidang Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Rumusan lima dasar negara sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 adalah:

 Ketuhanan Yang Maha Esa.


 Kemanusaiaan yang adil dan beradab.
 Persatuan Indonesia.
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan atau perwakilan.
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kelima sila tersebut sebagai satu kesatuan nilai kehidupan masyarakat


Indonesia dan dasar negara Republik Indonesia.Dasar negara ini kukuh karena digali
dan dirumuskan dari nilai kehidupan rakyat Indonesia yang merupakan kepribadian
dan pandangan hidup bangsa.Karena itu Pancasila disepakati secara nasional,
merupakan perjanjian luhur yang harus dijadikan pedoman bagi bangsa, pemerintah
dan seluruh rakyat Indonesia.

2. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)


Pilar kebangsaan kedua yang menjadi penopang kekokohan kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia adalah Undang Undang Dasar 1945 (UUD
1945).Nilai-nilai luhur Pancasila tertuang dalam norma-norma yang terdapat dalam
Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.Norma konstitusional UUD 1945 menjadi
acuan dalam pembangunan karakter bangsa.Keluhuran nilai dalam Pembukaan UUD
1945 menunjukkan komitmen bangsa Indonesia untuk mempertahankan pembukaan
dan bahkan tidak mengubahnya. Terdapat empat kandungan dalam Pembukaan UUD
1945 yang menjadi alasan komitmen untuk tidak mengubahnya, yaitu:

 Terdapat norma dasar universal bagi tegaknya sebuah negara yang merdeka
dan berdaulat.
 Terdapat empat tujuan negara yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
 Pembukaan UUD 1945 mengatur ketatanegaraan Indonesia khususnya tentang
bentuk negara dan sistem pemerintahan
 Nilainya sangat tinggi bagi bangsa dan negara Indonesia sebab dalam
Pembukaan UUD 1945 terdapat rumusan dasar negara yaitu Pancasila.
3. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Pilar kebangsaan ketiga adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau
NKRI.Pilar ini berkaitan erat dengan bentuk negara yang menjadi suatu hal penting
bagi setiap negara di dunia.Dalam Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 disebutkan negara
Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk republik.Awalnya keputusan yang
akhirnya menghasilkan bentuk negara Indonesia ini berlangsung cukup lama dengan
berbagai pertimbangan. Adapun pertimbangan paling utamanya berasal dari strategi
penjajahan yang diterapkan Belanda yaitu devide et impera atau pecah belah yang
mampu membuat Indonesia dijajah selama 350 tahun. Ketika masa penjajahan itulah
Indonesia terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan yang berdiri sendiri-diri sesuai
wilayah geografis masing-masing.Maka agar Indonesia tidak mudah terpecah belah,
dibutuhkan bentuk negara kesatuan yang dapat membuat negara menjadi lebih kokoh.

4. Bhinneka Tunggal Ika


Pilar kebangsaan keempat yang berfungsi sebagai penopang kekokohan
bangsa dan negara Indonesia yaitu Bhinneka Tungga Ika yang berarti berbeda-beda
tetapi tetap satu jua. Bhinneka Tungga Ika sendiri tidak lain adalah semboyan bangsa
Indonesia yang awalnya dicetuskan oleh Mpu Tantular. Mpu Tantular adalah seorang
pujangga yang berasal dari Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raja
Hayamwuruk yang berlangsung mulai dari tahun 1350 hingga 1389.Semboyan
atau sesanti itu kemudian dituangkan dalam karyanya yaitu Kawin Sutasoma dengan
bunyi “Bhinneka Tunggal Ika, tan hana dharma mangrwa”.Arti kalimat tersebut
adalah “Berbeda-beda itu tetap satu, tidak ada pengabdian yang
mendua”.Sasanti sendiri dijadikan sebagai prinsip hidup masyarakat pada masa
Kerajaan Majapahit dengan tujuan untuk menghindari perpecahan masyarakat akibat
keberagaman agama yang dianut, sehingga mereka dapat hidup rukun meski berbeda
keyakinan.

2.2 Posisi THK Pada 4 Pilar Kebangsaan


2.2.1 Posisi THK Pada Pancasila

Unsur dalam ajaran Tri Hita Karana sesungguhnya hampir identik dengan
ajaran Ideologi Pancasila jika dilihat unsur-unsur Tri Hita Karana seperti,
Parhyangan. Melalui konsep Parhyangan manusia dan masyarakat Bali menyakini
bahwa segala yang ada di dunia ini termasuk manusia adalah bersumber dari dan,
karena itu, pasti akan kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kesadaran ini
mendorong manusia dan masyarakat Bali untuk meningkatkan candra dan bhakti
(iman dan takwa) kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa sesuai dengan ajaran-ajaran
agama, kenyakinan, serta tradisi yang dianutnya. Konsep tersebut sesuai dengan
Pancasila pada Sila Pertama yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang berarti kita
beribadah kepada tuhan sesuai dengan agama, kenyakinan, serta budaya yang dianut.
Selanjutnya ada konsep pawongan yang dibedakan pula dalam hubunga antara buana
agung dan buana alitnya, yaitu antara pawongan universal dan pawongan kelompok,
sehingga membentuk seperti hubungan pada Pancasila Sila Kedua dan Ketiga.
Pawongan universal memunculkan nilai kemanusian universal seperti dalam ajaran
“tat twam asi” dan pawongan kelompok memunculkan nilai persatuan kelompok
(termasuk bangsa dan negara) seperti ada dalam ajaran/nilai “menyama braya”. Dari
gambaran tersebut tampak nilai pawongan universal yang ada dalam hal ini tat twam
asi dapat diidentikkan dengan nilai sila Kedua Pancasila. Namun, untuk konsep
pawongan kelompok dengan nilai menyama braya tidaklah begitu identik dengan
nilai sila Ketiga Pancasila walaupun sama-sama mengandung nilai kekeluargaan,
tetapi jika dikaitkan bahwa dalam ajaran Hindu juga dikenal adanya konsep dharma
negara, yaitu konsep kebajikan terhadap negara, maka nilai-nilai menyama braya
dalam pawongan kelompok yang lebih kecil dari itu juga termasuk dalam
hubungannya dengan nilai Persatuan Indonesia, yaitu jelas bahwa dalam nilai-nilai
pawongan tersebut terdapat juga nilai-nilai demokrasi yang harus dijunjung tinggi
yang sesuai dengan sila Ke-empat yaitu nilai-nilai untuk bermusyawarah untuk
mengambil kata mufakat, tetapi dengan saling menghargai pendapt satu sama lain.
Nilai kebijaksanaan dalam konsep pawongan ini jelas relavan dengan sila Keempat
Pancasila. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa secara ontologis
sesungguhnya relevansi antara nilai-nilai dalam ideologi Tri Hita Karana dan ideologi
Pancasila, tidaklah persis sama dengan nilai-nilai utama dalam Pancasila, tetapi nilai-
nilai kedua ideologi tersebut dapat dianggap relavan satu sama lainnya. Dikatakan
relavan karena memuat Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian Universal,
Nasionalisme Dan Dharma Negara, Demokrasi, Dan Keadilan Sosial. Dengan
relevansi nilai-nilai tersebut masyarakat Hindu Bali dapat melaksanakan sekaligus
baik ideologi Tri Hita Karana sebagai kearifan lokal maupun ideologi Pancasila
secara nasional.

2.2.2 Posisi THK Pada Undang-Undang 1945

Tri Hita Karana sejatinya lahir sebagai bentuk kearifan local masyrakat di
Bali, namun secara garis besar Tri Hita Karana merupakan landasan hidup menuju
kbahagiaan lahir dan batin. Tri Hita Karana merupakan bentuk hubungan Dharma
Agama dengan Dharma Negara yang sudah kita lakukan sehari-hari. Indonesia
dengan beragam agama membuktikan bahwa agama merupakan bagian yang paling
penting dalam kehidupan bernegara. Dalam penjelasan di atas tadi bahwa salah satu
contohnya adalah Parhyangan yang berhubungan dengan Pancasila pada sila pertama
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Tidak hanya pada Pancasila, beberapa pasal
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yakni pada Pasal 29 Undang-Undang
Dasar 1945 ayat (1) yang berbunyi “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa”, Pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945 ayat (2) yang berbunyi “Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu” serta
beberapa pasal pendukung lainnya menggambarkan bahwa Indonesia mengakui
keberadaan kemahakuasaan, serta menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan. Dengan
kata lain, Indonesia tidak mengakui Atheisme sebagai aliran kepercayaan yang sah.
Bagian kedua Tri Hita Karana ialah Pawongan (hubungan antara manusia dengan
manusia) baik Dharma Agama maupun Dharma Negara mengajarkan pentingnya
hubungan antar manusia. Dharma Agama mengajarkan umatnya untuk bersikap
tenggang rasa dan saling memiliki antar umat beragama, saling menghargai, dan
saling tolong-menolong. Sedangkan Dharma Negara memiliki tujuan tertinggi yaitu
kesatuan dan persatuan. Tujuan negara dalam pembukaan UUD 1945 alinea 4
menggambarkan pentingnya hubungan manusia dengan manusia dalam melindungi
segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, serta encerdaskan kehidupan bangsa. Pasal-pasal dalam UUD 1945 dimulai
dari pasal 27-34 mengenai Hak Asasi Manusia turut serta menggambarkan prinsip
Pawongan dalam UUD 1945. Kemudian bagian ketiga adalah Palemahan (hubungan
antara manusia dengan alam lingkungannya), prinsip Palemahan juga berlaku dalam
konsep Dharma Negara yakni pada Pancasila, Undang-Undang, serta Peraturan
Pemerintah. Pada sila Ketiga dan Kelima Pancasila menjelaskan bahwa kita harus
bersatu dalam mengatasi permasalahan lingkungan serta menerapkan keadilan dalam
tanggung jawab pelestarian, perawatan, hingga penggunaan sumber daya alam yang
ada. Konsep Dharma Agama dalam ajaran Tri Hita Karana dimulai dari ber-Yadnya,
menyadari ketergantungan satu sama lain, serta pentingnya menjaga dan melestarikan
ciptaan-Nya, sedangkan konsep Dharma Negara dalam perspektif Tri Hita Karana
dapat kita lihat dari nilai-nilai sila Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa yang
dijabarkan ke dalam bentuk UUD 1945. Dalam proses penyusunan Undang-Undang
Dasar 1945 terbentuknya hubungan atau kerjasama yang baik dari para pemimpin
maupun dari para pencetus gagasan Undang-undang Dasar 1945 dan juga dari
beberapa pendiri negara saat itu yang menunjukkan atau mewujudkan nilai Pawongan
atau nilai harmonis hubungan antara manusia dengan manusia lainnya dalam konsep
ajaran Tri Hita Karana.
2.2.3 Posisi THK Pada NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)

NKRI atau Negara Kesatuan Republik Indonesia bisa berdiri karena adanya
kerjasama dan perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan dan mengusir penjajah
dan keberadaan alam yang memungkinkan berdirinya negara Indonesia ini,serta tidak
lupa juga bahwa negara ini bisa berdiri karena kehendah Tuhan Yang Maha Esa.
Poin-poin tersebut tersebut tentu saja berhubungan dan mengenai aspek-aspek ajaran
Tri Hita Karana yaitu Parhyangan, Pawongan, serta Palemahan.

Posisi Tri Hita Karana pada Negara Kesatuan Republik Indonesia cukup erat
dimana dalam Ajaran Tri Hita Karana telah menggariskan bagi umat manusia untuk
selalu berupaya menjalin hubungan yang harmonis kehadapan tuhan, antar manusia
dan hubungan yang harmonis terhadap alam dan lingkungan. Hubungan yang
harmonis antara manusia dengan tuhan, dalam artian bahwa setiap kegiatan yang
berupa keagamaan akan dihubungkan dengan sang pencipta, dapat dilihat dari
beberapa ritual keagamaan maupun adat istiadat atau upacara-upacara keagamaan
lainnya yang dilaksanakan berhubungan dengan sang pencipta. Selanjutnya ada
hubungan manusia dengan manusia atau disebut dengan Parhyangan, manusia adalah
makhluk sosial, manusia juga harus menjaga hubungan keharmonisan dengan
keluarga, teman, dan orang disekitarnya. Implementasi dalam kehidupan berbangsa
maupun bernegara dapat dilihat dari semangat gotong royong ataupun kerja bakti,
bakti sosial, dan kegiatan lainnya. Pada musim pandemi kemarin ada pecalang yang
berjaga untuk mendisplinkan masyarakat yang melanggar protokol kesehatan dan
tidak melengkapi diri dengan surat jalan dari masing-masing perusahaan serta surat
keterangan negatif covid-19 bagi pendatang yang tiba di Bali. Hubungan manusia
dengan alam pada Tri Hita Karana dapat dijadikan acuan bagi masyarakat Indonesia
untuk menjaga keharmonisan dengan alam serta menjaga dan merawatnya.
Keharmonisan tersebut harus berjalan beriringan, contoh kecilnya seperti penanaman
hutan kembali setelah ditebang untuk bahan produksi, melakukan penghijauan, tidak
membuang sampah sembarangan, dan lain sebagainya.Konsep Tri Hita Karana
tersebut dapat lebih dikembangkan sehingga nantinya masyarakat agar lebih sadar
akan kepentingan menjaga keharmonisan alam terutama di Indonesia. Pada saat
pandemi kemarin memang sangat membuat tidak nyaman namun ada manfaat yang
dapat dipetik yaitu masyarakat dapat menjaga alam dengan baik atau dengan kata lain
dapat mulat sarira (mawas diri atau pengendalian diri yaitu dengan jalan intropeksi
diri). Hubungan manusia dengan alam bisa juga berupa hubungan antara hewan dan
hal yang bersifat sekala-niskala.
2.2.4 Posisi THK Pada Bhineka Tunggal Ika

Keharmonisan hubungan manusia dengan tuhan dapat dilakukan dengan cara


melakukan semua ajarannya sesuai dengan agama, istiadat, serta kepercayaan yang
dianut. Pada tingkatan yang lebih tinggi, kita dapat melakukan meditasi untuk
menyatukan diri dan tanda syukur kita kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa atau
Tuhan Yang Maha Esa. Disamping itu, upaya mengharmoniskan hubungan dengan
Tuhan bisa dilakukan dengan mencintai dan menyayangi semua makhluk ciptaan-
Nya. Pada intinya, hidup ini adalah sebuah pelayanan, kita tidak boleh memandang
bagaimana statusnya, jabatannya, agamanya, pekerjaannya, maupun bentuk fisiknya.
Menciptakan keharmonisan manusia dengan manusia lainnya, dalam hal ini
masyrakat harus bisa bersoliasi dan menjadi tetangga maupun menjaga kerukunan
dengan baik, biasanya masyarakat yang berada di kota memiliki individualism yang
tinggi, dilihat dari ajaran Tri Hita Karana fenomena itu menandakan bahwa keadaan
masyarakat tersebut tidaklah harmonis. Dalam konsep Tri Hita Karana terdapat ajaran
toleransi Tat Twan Asi mengandung arti Aku adalah Dia, Dia adalah Engaku. Artinya
kelihatan sangat sederhana, namun bila kita kaji, ajaran itu memiliki makna yang
sangat dalam. Dalam salah satu sloka mengatakan bahwa: “Brahman Atman Aikyam”
yang mempunyai arti Brahman dan Atman adalah satu, dapat disimpulkan bahwa
jiwa di dalam diri kita adalah Brahman itu sendiri. Dengan menyadari bahwa di
dalam diri orang lain sama dengan diri kita, maka sepatutnya kita saling menghormati
dan menyayangi sehingga tercipta kehidupan yang harmoni, aman, damai, dan
sejahtera. Dalam hubungan atara manusia dengan manusia terlebih dengan umat yang
berbeda agama kita harus bisa memberikan rasa toleransi dan saling merhormati serta
menjaga perasaan satu sama lainnya agar tercipta hubungan antar manusia yang
harmonis. Contohnya di Bali umat Islam dan Hindu hidup saling berdampingan dan
tak jarang tempat ibadah mereka juga berdampingan serta kadang pecalang yang
berjaga saat didakannnya acara-acara Islam seperti Sholat Ied maupun pada saat
Nyepi umat yang beragama lain menghormati umat Hindu yang sedang menjalankan
ibadahnya, hal kecil tersebut mampu menciptakan keharmonisan hubungan antara
manusia dengan manusia. Dalam poin atau penjelasan diatas dapat diartikan bahwa
dalam Bhinneka Tunggal Ika itu sendiri berisi nilai penting dari terjadinya sebuah
kesejahteraan antara manusia satu dengan manusia yang lainnnya serta kebebasan
kita sebagai masyarakat Indonesia untuk memeluk agamanya masing-masing. Hal
tersebut mengenai poin dari ajaran Tri Hita Karana yaitu pada poin Parhyangan dan
Pawongan.
2.3 Tantangan THK Pada 4 Pilar Kebangsaan

Setelah dijelaskan bagaimana posisi serta hubungan Tri Hita Karana dengan 4 Pilar
Kebangsaan tentu saja membuat kita berpikir bahwa ajaran-ajaran Tri Hita Karana
sangatlah relavan dalam kehidupan berbangsa serta bernegara, namun banyak sekali
tantangan yang harus dihadapi oleh Tri Hita Karana dalam hal tersebut. Adapun
tantangan yang dihadapi THK atau Tri Hita Karana pada hubungan atau posisi dalam
4 Pilar Kebangsaan sebagai berikut:

1 Adanya globalisasi membuat Tri Hita Karana tidak begitu eksis, tantangan ini
bukanlah hal yang sepele karena perubahan di segala lini kehidupan manusia
telah terjadi pada zaman global saat ini dan hal tersebut juga berdampak pada
ajaran-ajaran dan kosep-konsep kehidupan salah satunya adalah Tri Hita
Karana. Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kejadian yang tidak
mencerminkan ajaran Tri Hita Karana, seperti membuang sampah
sembarangan, saling bertengkar dengan tetangga, ataupun kurangnya
keharmonisan dalam hubungan manusia dengan sang pencipta.
2 Ajaran Tri Hita Karana banyak disalah artikan pada 4 Pilar Kebangsaan, pada
4 Pilar Kebangsaan memuat nilai-nilai luhur dan acuan ideologi negara dan
sumber tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, dijelaskan di atas bahwa
ideologi Pancasila mempunyai karakteristik atau identik dengan ajaran Tri
Hita Karana. Anggapan tersebutlah yang banyak disalah artikan oleh beberapa
golongan dan menjadi tantangan tersendiri bagi ajaran Tri Hita Karana, jadi
bagaimana solusi yang ditawarkan untuk menyelsaikan permasalahan
tersebut?
3 Kurangnya pemahaman mengenai hubungan Tri Hita Karana pada 4 Pilar
Kebangsaan, kurangnya pemahaman ataupun pengetahuan dan keberadaan
dari ajaran Tri Hita Karana membuat beberapa orang tidak mengetahui bahwa
konsep Tri Hita Karana juga memiliki keterkaitan pada 4 Pilar Kebangsaan,
jadi bagaimana solusi yang akan dilakukan untuk hal tersebut?
4 Kurangnya mempraktekan Tri Hita Karana pada kehidupan sehari-hari, telah
kita ketahui bahwa Tri Hita Karana memuat aspek-aspek kehidupan yang
sangat harmonis, namun dalam pelaksanaannya beberapa orang justru enggan
untuk mempraktekan maupun mengamalkan ajaran Tri Hita Karana, padahal
mereka sudah mengetahui ajaran Tri Hita Karana secara teoritis.
2.4 Solusi

Dari tantangan yang ada pada di atas adalah sedikit tantangan yang dihadapi oleh Tri
Hita Karana dalam hubungannya atau posisinya dalam 4 Pilar Kebangsaan. Adapun
solusi yang ditawarkan dari tantangan tersebut ialah sebagai berikut:

A. Pada era globalisasi saat ini telah kita saksikan bersama berbagai macam
fenomena dan kejadian alam serta sosial yang sangat memprihatinkan kita
semua. Umat manusia semakain menjauhkan diri dari sang penciptanya,
degradasi moral kian memuncak, dan kepedulian terhadap lingkungannya
sudah mulai tergerus tanpa adanya kompromi. Dengan hal tersebut bahwa bisa
dikatakan ajaran Tri Hita Karana sudah mulai memudar dengan seiringnya
perjalanan waktu, sudah saatnya untuk kita mumulai berbenah diri. Konsep
yang paling sederhana adalah marilah kita gali khazanah adiluhung yang telah
diwariskan oleh para leluhur kita terdahulu, serta kita dapat merepresentasikan
ke dalam bentuk tindakan nyata dengan tetap mengedepankan kepentingan
bersama. Dalam mengimplementasikan konsep Tri Hita Karana yang
dimaksud, sangat ditekankan bahwa ketiga unsurnya harus diaplikasikan
secara utuh dan terpadu. Unsur parhyangan, pawongan, dan palemahan tidak
ada yang menduduki porsi yang istimewa, mereka senantiasa seimbang dalam
pemikiran, seimbang dalam ucapan, dan seimbang pula dalam segala
tindakan. Tri Hita Karana telah memberikan apresiasi yang luar biasa dari
berbagai masyarakat dunia. Unsur Parhyangan dalam menjaga keharmonisan
dengan Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan dalam berbagai bentuk aktivitas
yadnya sebagai persembahan yang tulus kepada sang pencipta. Dalam ranah
Pawongan, masyarakat Hindu dengan konsep menyama braya yang mendasari
semakain mempertegas eksistensi masyarakat Hindu yang ramah-tamah.
Lebih-lebih lagi sesuai ajaran Hindu yang sangat yakin terhadap Hukum
Karma Phala membuat kita semakin aman, damai, dan tenteram. Dalam
tatanan Palemahan, perhatian masyarakat Hindu terhadap lingkungannya
sudah tidak dapat diragukan lagi, contohnya Umat Hindu mempunyai hari
raya yang terkait dengan lingkungan, yaitu Tumpek Pengarah untuk tumbuh
tumbuhan, Tumpek Kandang untuk hewan. Dalam menangani kasus
kurangnya eksistensi Tri Hita Karana pemerintah harus menekankan ajaran
Tri Hita Karana dalam dunia pendidikan karena generasi sekarang perlu
adanya pendidikan karakter seperti yang ada pada ajaran Tri Hita Karana
contohnya seperti mengajarkan kepada para siswa tentang keberadaan sang
pencipta dan segala yang ada di dunia ini adalah ciptaan sang pencipta serta
mengajarkan untuk selalu menjaga
keharmonisan manusia dengan tuhan
dengan cara rajin beribadah, selanjtnya
yaitu ada konsep Pawongan yang dapat
memberikan pelajaran terhadap
pentingnya hubungan manusia dengan
manusia lainnya, karena yang kita
ketahui saat ini di era globalisasi banyak
muncul individualise terlebih masyarakat yang hidup di kota-kota besar
seperti Jakarta, Oleh karena itu perlunya pendidikan ajaran Tri Hita Karana
dalam hal tersebut. Selanjutnya yaitu ada Palemahan, dalam munculnya
pendidikan Tri Hita Karana di ranah kita di ajarkan untuk bisa menjalin
keharmonisan antara manusia dengan alam, dalam hal ini perlunya ada banyak
tindakan daripada teori, siswa bisa diajak untuk menjaga lingkungannya
dengan mengadakan kebersihan pada hari Jum’at. Dalam masyarakat bisa
melakukan sosialisasi terhadap ajaran dan konsep Tri Hita Karana.
B. Pada 4 Pilar Kebangsaan memuat nilai-nilai luhur dan acuan ideologi negara
dan sumber tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, dijelaskan di atas
bahwa ideologi Pancasila mempunyai karakteristik atau identik dengan ajaran
Tri Hita Karana. Anggapan tersebutlah yang banyak disalah artikan oleh
beberapa golongan dan menjadi tantangan tersendiri bagi ajaran Tri Hita
Karana, untuk mengatasi hal tersebut perlunya ada pemahaman yang
mendalam mengenai ajaran dan konsep Tri Hita Karana. Pada ajaran Tri Hita
Karana sudah dijelaskan bahwa ketiga unsure saling berkaitn dan adanya
hubungan dalam pancasila maupun pilar kebangsaan lainnya, seperti
mengajarkan kita untuk memiliki hubungan yang harmonis kepada tuhan,
mempunyai hubungan yang harmonis antar sesama manusia dalam lingkup
lingkungannya dan mempunyai hubungan yang harmonis terhadap manusia
dengan alam. Perlu digaris bawahi bahwa hubungan Tri Hita Karana dengan
Pancasila bukanlah menggantikan ideologi yang ada namun memberikan
gambaran bahwa adanya keterkaitan antara ke dua hubungan tersebut,
masyarakat harusnya dapat mencari sumber-sumber yang tepercaya untuk
mendalami ajaran Tri Hita Karana.
C. Kurangnya pemahaman ataupun pengetahuan dan keberadaan dari ajaran Tri
Hita Karana membuat beberapa orang tidak mengetahui bahwa konsep Tri
Hita Karana juga memiliki keterkaitan pada 4 Pilar Kebangsaan, seperti yang
sudah dijelaskan di atas bahwa ajaran Tri Hita Karana perlunya ada
pendalaman dalam mehaminya, bisa melalui media elektronik, maupun media
cetak. Seperti membaca artikel-artikel dan sering mengikuti webinar maupun
sosialisasi tentang keterkaitan Tri Hita Karana terhadap 4 Pilar Kebangsaan
dan juga bisa melalui tindakan langsung ataupun sosialisa secara lansung
dalam memahami konsep tersebut. Oleh karena itu perlu adanya pendidikan
atau ajaran Tri Hita Karana dan menerapkannya dimulai dari usia dini.
D. Telah kita ketahui bahwa Tri Hita Karana memuat aspek-aspek kehidupan
yang sangat harmonis, namun dalam pelaksanaannya beberapa orang justru
enggan untuk mempraktekan maupun mengamalkan ajaran Tri Hita Karana,
padahal mereka sudah mengetahui ajaran Tri Hita Karana secara teoritis. Hal
tersebut disebabkan karena tingkat kesadaran yang kurang maupun memiliki
jiwa individualism yang tinggi, hal tersebut tidaklah baik, dikarenakan pada
ajaran Tri Hita Karana telah diajarkan untuk menjaga keharmonisan hubungan
antara manusia dengan manusia lainya. Cara yang tepat dalam mengatasi hal
tersebut adalah dimulai dari diri kita sendiri, mengapa dimulai dari diri kita
sendiri? Karena diri kitalah yang mampu dalam mengamalkan ajaran Tri Hita
Karana dalam kehidupan sehari-hari, jika kita sudah mengetahui secara
teoritis ajaran Tri Hita Karana cobalah untuk mendorong diri kita agara dapat
menerapkan ajaran Tri Hita Karana, bisa dimulai dari hal kecil seperti tidak
membuang sampah sembarangan dan mencoba berkomunikasi dengan
tetangga walaupun hanya sepatah dua patah kata. Dan seringlah merenungi
ajaran Tri Hita Karana.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan:

Prinsip-prinsip Tri Hita Karana yang terdiri dari Parhyangan (hubungan harmonis
antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa), Pawongan (hubungan harmonis
antara manusia dengan manusia), dan Palemahan (hubungan harmonis antara manusia
dengan lingkungannya) dapat dilaksanakan di amalkan dalam kehidupan sehari
maupun kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk mendalami ajaran Tri Hita
Karana kita bisa mempelajari di sekolah maupun di internet dengan mencari artikel,
jurnal, maupun makalah tentang Tri Hita Karana. Hubungan antara Tri Hita Karana
dengan 4 Pilar Kebangsaan perlu pemahaman yang mendalam serta sosialisasi kepada
masyarakat luas, diharapkan ajaran dan konsep Tri Hita Karana ini terus tumbuh dan
berkembang seiring berjalannya waktu dan tidak mudah goyah akibat adanya
globalisasi. Untuk mempertahankan hal tersebut perlu adanya pendidikan ataupun
menanamkan ajaran Tri Hita Karana pada usia dini serta perlu banyak membaca dan
bertindak langsung untuk mengamalkan ajaran Tri Hita Karana dalam kehidupan
sehari-hari.

3.2 Saran:

Dalam upaya untuk menjaga keterkaitan serta hubungan yang harmonis antara 4 Pilar
Kebangsaan dan Tri Hita Karana perlu dilakukan sosialisasi serta gerakan dan
pendidikan untuk mewujudkan konsep ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari,
dan marilah bersama-sama menjaga ajaran Tri Hita Karana dari adanya globalisasi
pada saat sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA

Pratama, Satria. 2012. Tri Hita Karana Dalam Konsep Masa Kini Dan
Implementasinya Siap Menghadapi Tantangan Era Globalisasi.
https://dwptpj.blogspot.com/2012/11/tri-hita-karana-dalam-konsep-masa-
kini_3.html?m=1

Suparta, I Komang. 2016. Konsep Tri Hita Karana Hadapi Tantangan Globalisasi.
https://bali.antaranews.com/berita/98661/konsep-tri-hita-karana-hadapi-tantangan-
globalisasi

Dhananjaya, I Made Nararya. 2022. Hubungan Dharma Agama dan Dharma Negara
Dalam Perspektif Tri Hita Karana.
https://www.kompasiana.com/imadenararyadhananjaya1100/6271fc523794d10a257e
9882/hubungan-dharma-agama-dan-dharma-negara-dalam-perspektif-tri-hita-karana?
page=2

Mangku, Mertayasa. 2020. Tri Hita Karana Dan Relevansinya Dalam Pengendalian
Pandemi Covid-19. https://kesrasetda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/tri-
hita-karana-dan-relevansinya-dalam-pengendalian-covid-19-71

Adnyana, Putu Budi. 2022. Buku Ajar Tri Hita Karana. Depok: PT Rajagrafindo
Persada.

Litalia. 2016. 4 PILAR KEBANGSAAN : Pengertian, Sejarah, Isi, Implementasi &


Penjelasannya. Surabaya.

https://www.jurnalponsel.com/empat-4-pilar-kebangsaan/

Pentingnya Konsep “Tri Hita Karana” dalam Memumbuhkan Kerukukan dan


Keharmonisan Yowana. 2021.

http://pbl-dalung.badungkab.go.id/home/detail_berita/1798#:~:text=Tri%20artinya
%20tiga%2C%20Hita%20artinya,sesama%20manusia%20dan%20alam
%20lingkungan.

Firman dkk. 2021. Tujuan dan Pengertian 4 Pilar Kebangsaan.


https://tribratanews.kepri.polri.go.id/2021/01/11/tujuan-dan-pengertian-4-pilar-
kebangsaan/#:~:text=Empat%20pilar%20kebangsaan%20adalah%20tiang,maka
%20bangunan%20akan%20mudah%20roboh.

Anda mungkin juga menyukai