Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

PRAKTIK KEBIDANAN STAGE NEONATUS, BAYI DAN BALITA


DI PUSKESMAS BOJA II

Tugas ini diampu oleh Dewi Andang Prastika SST.Keb. M.Kes


yang disusun oleh :

OVI APRILIYANTI
P1337424822100

PRODI PENDIDIKAN PROFESI KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Bayi di Puskesmas Boja II, telah disahkan oleh pembimbing
pada:

Hari :
Tanggal :

Dalam Rangka Praktik Praktik Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita yang
telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing institusi Prodi
Pendidikan Profesi Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Semarang Tahun 2022.

Pembimbing Klinik Mahasiswa

Indarti,Amd.Keb Ovi Apriliyanti


NIP. 196808151990012003 NIM. P1337424822100

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Dewi Andang Prastika SST.Keb. M.Kes


NIP.199102252018012001

ii
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BY. HA UMUR 3 BULAN DENGAN
KEBUTUHAN IMUNISASI PENTABIO 2 DAN POLIO 3
DI PUSKESMAS BOJA II

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 5 Desember 2022
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Puskesmas Boja II
II. IDENTITAS
a. Identitas Bayi
Nama : By. M
Tanggal/Jam lahir : 06 September 2022 / 21.30 WIB
Jenis kelamin : Laki - Laki
b. Identitas Orang tua
Nama ibu : Ny. S Nama suami : Tn. I
Umur : 21 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : kliris 3/4 Alamat : kliris 3/4

III. DATA SUBYEKTIF


1. Alasan Datang: Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya
Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada anaknya
2. Riwayat Kesehatan:
a. Dahulu : Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit menular,,
penyakit menurun dan kronis seperti , jantung, asma, campak, kejang dan
lain-lain. Anak tidak memiliki cacat bawaan.
b. Sekarang : Ibu mengatakan saat ini anaknya dalam keadaan sehat, tidak
mengalami deman, batuk, pilek, diare, mual, muntah.
c. Keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarga bayi tidak ada yang menderita
penyakit yang mengarah ke penyakit  jantung, hipertensi, hepatitis, malaria,
asma, DM, TBC, PMS, HIV/ AIDS.

35
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Dahulu : Ibu mengatakan ini adalah anak yang pertama
Hamil Persalinan Nifas

Ke Komplikasi Tahun UK Jenis Penolong Tempat Penyulit BBL Jk Laktasi Komplikasi

- - - - - - - - - - - -

Sekarang : Bayi ZM lahir spontan UK 40+2 mgg BB lahir 2900 gr, PB lahir 51
cm
4. Riwayat tumbuh kembang:
Pertumbuhan BB :
a. BB lahir : 2900 gram
b. BB 1 bulan yang lalu : 4,9 kg
c. BB sekarang : 5,7 kg
d. PB lahir : 51 cm
e. PB 1 bulan yang lalu : 57 cm
f. PB sekarang : 60 cm
Perkembangan anak : Anak sudah bisa merespon dengan senyuman jika diajak
bicara, mulai mengeluarkan suara-suara (ngoceh), mulai dapat mengangkat
kepalanya sendiri, memasukkan tangan ke mulut, meraih benda-benda yang
menarik.
Kelainan bawaan : Tidak ada kelainan bawaan
5. Riwayat Imunisasi :
Jenis imunisasi Tanggal Usia

Hb 0 6 September 2022 0 hari

BCG, Polio 1 5 Oktober 2022 1 bulan

Pentabio 1, Polio 2 4 November 2022 2 bulan

6. Pola kebiasaan sehari- hari:


a. Pola nutrisi : Ibu mengatakan anaknya hanya minum ASI, frekuensi minum
ASI 2-3 jam sekali atau apabila bayi rewel
b. Pola eliminasi : Ibu mengatakan anaknyan BAB 2x dalam sehari, konsistensi
lembek, warnan kuning kecoklatan ,bau khas feces. Sedangkan BAK 8-9x
dalam sehari konsistensi cair, warna kuning jernih, bau khas urine. Tidak ada
keluhan pada pola eliminasi
c. Pola istirahat : Ibu mengatakan anaknya tidur siang selam ±3 jam per hari
dan tidur malam 9-10 jam per hari
d. Pola aktifitas : Ibu mengatakan anaknya selalu aktif dan sering
mengeluarkan suara (ngoceh) sendiri.
e. Personal hygiene : Ibu mengatakan anaknya mandi 2x /hari, keramas setiap
hari, ganti baju 2-3x/hari setelah mandi atau apabila baju sudah kotor, ganti
popok menyesuaikan dengan kondisi (setelah BAB/BAK)
f. Pola Sosial Ekonomi : Ibu mengatakan anak diasuh langsung oleh orang
tuanya, dalam keluarga yang harmonis. Ibu mengatakan penopang
perekonomian keluarga adalah ayah, penghasilan keluarga mampu untuk
mencukupi kebutuhan keluarga dan kebutuhan anaknya.

IV. DATA OBYEKTIF


1. Pemeriksaan Umum:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital signs : N = 130 x/mnt
RR = 40 x/mnt
T = 36,5 ℃
2. Pengukuran antropometri:
BB 1 bulan yang lalu/ BB sekarang : 4,9/ 5,7 kg (batas normal 5-7,2 kg dan
KBM 800 gr)
PB : 60 cm
a. BB mengalami kenaikan sebesar 800 gram, sehingga memenuhi batas
minimal kenaikan BB maka pertumbuhan bayi normal.
b. Grafik panjang badan bayi menurut umur mendapatkan z score antara -2
SD sampai dengan 2 SD, dapat diartikan berat badan bayi menurut
panjang bayi normal
c. Grafik berat badan menurut panjang badan bayi mendapatkan z score
antara -2 SD sampai dengan 2 SD, dapat diartikan panjang badan bayi
menurut umur adalah normal.
3. Status Present:
Kepala : rambut hitam, pertumbuhan rambut tidak merata, tidak ada
benjolan abnormal
Muka : tidak pucat, tidak oedem
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : tidak terdapat sekret, tidak ada polip, simetris
Mulut : simetris, bibir lembab, gusi tidak berdarah
Telinga : tidak ada penumpukan serumen, tidak ada benjolan abnormal
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe, dan vena
jugularis, tidak ada nyeri tekan, tidak ada biang keringat
Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada nyeri tekan
Pulmo/COR : tidak ada wheezing, tidak ada ronkhi dan stridor. Deyut jantung
teratur
Abdomen : tidak ada pembesaran limpa dan hepar, tidak kembung
Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Punggung : tidak ada kelainan tulang punggung, tidak ada ruam-ruam kulit
Anus : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : ekstrimitas atas dan bawah pergerakan normal, tidak ada
oedem, jari-jari lengkap, kuku bersih dan tidak pucat
Kulit : Turgor kulit baik

V. ANALISA
Bayi M Umur 3 bulan jenis kelamin laki – laki dengan kebutuhan imunisasi
Pentabio 2 dan Polio 3

VI. PENATALAKSANAAN (Tanggal 5 Desember 2022, Jam 10.05 WIB)


1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayinya dalam keadaan
sehat dan memenuhi syarat imunisasi
Hasil: Ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam keadaan sehat
dan memenuhi syarat imunisasi.ibu tampak senang.
2. Memberitahu ibu hasil pengukuran antropometri yaitu :
d. BB sekarang : 5,7 kg, BB mengalami kenaikan sebesar 800 gram,
sehingga memenuhi batas minimal kenaikan BB maka pertumbuhan bayi
normal.
e. PB sekarang : 60 cm, grafik panjang badan bayi menurut umur
mendapatkan z score antara -2 SD sampai dengan 2 SD, dapat diartikan
berat badan bayi menurut panjang bayi normal
f. Grafik berat badan menurut panjang badan bayi mendapatkan z score
antara -2 SD sampai dengan 2 SD, dapat diartikan panjang badan bayi
menurut umur adalah normal.
Hasil : ibu mengerti dan merasa senang jika anaknya tumbuh dengan normal
dan sehat
3. Menstimulasi perkembangan bayi menggunakan KPSP sesuai dengan usianya
yaitu 3 bulan.
Hasil : Bayi sudah di stimulasi dan mendapatkan score 10 berarti
perkembangan bayi sesuai dengan umurnya.
4. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang imunisasi Pentabio 2 dan
polio 3 yang berfungsi untuk:
a. DPT/Pentabio untuk mencegah penyakit difteri (penyumbatan jalan
napas), pertusis (batuk 100 hari), tetanus (yang dapat berakibat kejang),
dam influenza.
b. Polio diberikan untuk mencegah penyakit polio (lumpuh layu pada
tungkai kaki dan lengan tangan)
c. Imunisasi pentabio diberikan sebanyak 0,5 ml secara IM di 1/3
anterolateral paha kiri
d. Imunisasi polio terdiri dari suspense virus poliomyelitis 1,2,3 (strain
sabin) diberikan sebanyak 2 tetes per oral
e. Kontraindikasi DPT/pentabio yaitu demam, kejang atau kelainan otak
pada BBL atau kelainan syaraf serius.
f. Kontraindikasi polio yaitu menderia penyakit imun dan sedang mengalami
infeksi virus, seperti diare atau muntah-muntah.
g. Efek samping yang ditimbulkan dari imunisasi pentabio adalah demam
dan polio sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral.
Hasil: Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali informasi yang sudah
disampaikan
5. Memberikan informed consent kepada ibu.
Hasil : Ibu telah mensetujui pemberian imunisasi Pentabio 2 dan Polio 3
6. Mengompres hangat daerah yang akan disuntik dengan kapas dibasahi dengan
air hangat selama 1 menit.
Hasil : kompres hangat sudah dilakukan
7. Menyuntikkan vaksin DPT/Pentabio 2 secara IM pada 1/3 anterolateral paha
kiri dengan dosis 0,5 ml dan meneteskan vaksin polio 3 melalui mulut
sebanyak 2 tetes
Hasil: vaksin Pentabio 2 dengan dosis 0,5 ml sudah disuntikkan di paha kiri
dan vaksin polio 3 sudah diteteskan sebanyak 2 tetes
8. Memberitahu ibu untuk mengompres hangat bekas suntikan.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia mengompres hangat bekas suntikan
imunisasi.
9. Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya.
Hasil : Ibu bersedia menyusui bayinya
10. Memberikan obat penurun demam (paracetamol 60 mg) yang diminumkan
jika bayi ibu demam. Diminum 3 kali/hari.
Hasil: Ibu paham dan bersedia memberikan obat penurun demam jika bayinya
demam
11. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin yaitu setiap 2
jam sekali, tidak hanya setiap bayi menginginkan, jika bayi tidur >2 jam,
bangunkan lalu susui serta mengingatkan ibu untuk tetap memberikan ASI
saja tanpa campuran makanan apapun (ASI ekslusif)
Hasil : Ibu bersedia memberikan ASI setiap 2 jam sekali dan tetap
memberikan ASI saja tanpa campuran makanan apapun (ASI ekslusif)
12. Memberitahu ibu untuk datang kembali 1 bulan yang akan datang yaitu pada
tanggal 2 April 2021 untuk imunisasi Pentabio 3 dan Polio 4.
Hasil: Ibu mengerti dan bersedia untuk datang kembali pada tanggal 2 April
2021 untuk imunisasi Pentabio 3 dan Polio 4.
13. Menganjurkan ibu untuk memantau dan memberikan stimulasi secara rutin
kepada bayi agar bayi tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia untuk memantau tumbuh kembang bayinya.
14. Menganjurkan ibu untuk melakukan pijat bayi dengan melihat video tutorial
di media sosial karena pijat efektif untuk meningkatkan berat badan bayinya,
dapat merangsang tumbuh kembang bayinya serta kualitas tidur bayi lebih
baik.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia untuk memijat bayinya dengan melihat
video tutorial di media social
CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP)

Nama Pasien : By. M


Tanggal : 8 Desember 2022
Jam : 18.30 WIB
Tempat : Rumah pasien
Subyektif Ibu mengatakan bayinya panas, suhunya 37,8oC. Bayinya
sudah disusui setiap 2-3 jam sekali.

Obyektif -
Analisa Bayi M jenis kelamin laki-laki umur 3 bulan
Masalah : demam
Kebutuhan : cara mengatasi demam
Penatalaksanaan 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini bayi
mengalami demam.
Hasil : Ibu mengerti dengan keadaan bayinya.
2. Menganjurkan ibu untuk tidak panik dengan keadaan
bayinya karena demam merupakan efek samping dari
imunisasi pentabio
Hasil : ibu mengerti dan berusaha tidak panik dengan
bayinya
3. Menganjurkan ibu untuk mengompres bawang merah
pada bayinya dengan cara ambil 5 gram bawang merah,
selanjutnya parut bawang merah, sebelum bawang merah
di parut, bersihkan bawang merah terlebih dahulu. Setelah
bawang merah di parut kompreskan ke perut pada bayi
demam. Tunggu selama 15 menit, lalu ukur suhu kembali.
Hasil : Ibu bersedia mengompres bayinya dengan bawang
merah
4. Menganjurkan ibu untuk memberikan obat paracetamol
250 gram yang telah diberikan bidan.
Hasil : Ibu bersedia memberikan obat kepada bayinya
dengan memberikan ¼ tablet.
5. Mengingatkan ibu untuk tetap menyusui bayinya setiap 2
jam sekali serta tetap memberikan ASI saja tanpa
campuran makanan apapun (ASI ekslusif)..
Hasil : Ibu bersedia untuk menyusui banyinya setiap dua
jam sekali
CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP)

Nama Pasien : By. M


Tanggal : 11 desember 2022
Jam : 09.30 WIB
Tempat : Rumah pasien
Subyektif Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan, bayinya sudah
sehat. Bayinya disusui setiap 2 jam sekali. Jika dalam 2 jam
bayi tidur maka ibu akan membangunkan bayinya.

Obyektif -
Analisa Bayi M jenis kelamin laki-laki umur 3 bulan bayi fisiologis

Penatalaksanaan 1. Mengingatkan ibu untuk tetap menyusui bayinya setiap 2


jam sekali serta tetap memberikan ASI saja tanpa
campuran makanan apapun (ASI ekslusif).
Hasil : Ibu bersedia untuk menyusui banyinya setiap dua
jam sekali serta tetap memberikan ASI saja tanpa
campuran makanan apapun (ASI ekslusif).
2. Mengingatkan ibu untuk datang kembali 1 bulan yang
akan datang yaitu pada tanggal 2 April 2021 untuk
imunisasi Pentabio 3 dan Polio 4.
Hasil: Ibu mengerti dan bersedia untuk datang kembali
pada tanggal 2 April 2021 untuk imunisasi Pentabio 3 dan
Polio 4.
3. Mengingatkan ibu untuk memantau dan memberikan
stimulasi secara rutin kepada bayi agar bayi tumbuh dan
berkembang sesuai dengan usianya
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia untuk memantau
tumbuh kembang bayinya.
BAB IV
PEMBAHASAN

Penulis melakukan asuhan kebidanan pada By. M umur 3 bulan dengan


kebutuhan imunisasi pentabio 2 dan polio 3, yang dilakukan pada tanggal 5 Desenber
2022. Ada beberapa hal yang penulis uraikan pada bab pembahasan ini dimana
penulis akan membahas penatalaksanaan dari kasus yang ada.
1. Data Subjektif
Dari pengkajian diperoleh data identitas bayi yaitu By. M lahir pada tanggal
6 September 2022 pukul 23.30 WIB, jenis kelamin laki-laki. Pada pengukuran
antropometri didapatkan hasil BB lahir adalah 3100 gram, PB lahir 49 cm, LK
lahir 34 cm, LD lahir 33 cm, dan LILA lahir 11 cm. Menurut teori dari (Dewi,
2011), menyatakan berat bayi baru lahir yang normal yaitu berat badan bayi 2500-
4000 gram, sehingga berat lahir By. M merupakan berat lahir normal.
Pola kebiasaan sehari-hari yang dikaji adalah pola nutrisi, ibu memberikan
ASI secara on demand tanpa ditambah dengan susu formula atau makanan dan
minuman lain. Hal tersebut sesuai dengan teori yaitu ASI diberikan setiap 2-3 jam
sekali (Dewi, 2010).
Pada pola eliminasi, umumnya mekonium keluar dalam 24 jam setelah lahir.
Bayi berkemih dengan frekuensi 6-10 kali sehari (Dewi, 2010). Pada praktiknya
By. M BAK sebanyak 7-8 kali perhari dan BAB 1-2 kali perhari tanpa ada
keluhan.
Pola Istirahat, bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16
jam sehari (Dewi, 2010). Pada praktiknya, By. M tidur selama kurang lebih 12 jam
perhari.
Menurut Dewi (2010), refleks yang dimiliki oleh neonatus normal adalah
Rooting reflek baik, ketika pinggir mulut bayi disentuh bayi akan mengikuti arah
sentuhan tersebut dan membuka mulutnya. Sucking reflek, yaitu ketika bagian atas
atau langit-langit mulut bayi di sentuh maka bayi akan mulai menghisap dari
lemah menjadi kuat. Morro reflek baik, bila dikagetkan bayi akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk. Tonic neck baik, yaitu kepala bayi dapat ekstensi.
Palmar Grasp reflek baik, bila diletakkan beda pada telapak tangan bayi akan
menggenggam. Babinski reflek baik, yaitu ketika telapak kaki bayi digaruk jempol
bayi akan mengarah ke atas, dan jari-jari kaki lainnya akan terbuka. Swallowing
reflek baik, yaitu bayi dapat menelan dengan baik. Pada praktiknya, By. M
mempunyai refleks
yang baik meliputi rooting refleks, sucking refleks, grasp refleks, morro refleks, tonic neck
refleks, babinski refleks, dan swallowing refleks.
Dari data yang diperoleh diatas dapat diambil kesimpulan yaitu pada data subjektif
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
2. Objektif
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada By. M yaitu N = 130/menit, RR =
40x/menit, S = 36,6°C, BB = 5700 gram, PB = 60 cm, LK = 39 cm, LD = 37 cm, LILA =
14 cm. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan denyut jantung normal neonatus
adalah 120-160 kali per menit dan tidak terdengar bunyi murmur, status pernapasan yang
baik adalah napas dengan laju normal 40-60 kali per menit, tidak ada wheezing dan ronki
dan suhu normal adalah 36,50C-37,50C (Dewi, 2013).
Menurut Kemenkes RI (2013), pemeriksaan pada abdomen normalnya perut bayi
datar, teraba lemas, tali pusat masih basah, tidak ada perdarahan tali pusat. Pemeriksaan
pada mata normalnya tidak ada kotoran atau sekret. Pada hasil pemeriksaan By. M adalah
perut datar, teraba lemas, pusar sudah kering.
Dengan demikian, tidak ada kesenjangan yang ditemukan antara teori dan praktik.
3. Analisa
Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data yang telah diperoleh yaitu By. M umur
3 bulan dengan kebutuhan imunisasi pentabio 2 dan polio 3. Dari pengkajian tidak
ditemukan masalah, kebutuhan segera pada praktik tidak ada, hal ini juga sesuai dengan
teori dimana pada keadaan normal dapat diabaikan (Wahyuni, 2011).
4. Penatalaksanaan
Secara garis besar, asuhan yang diberikan pada By. M yaitu:
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayinya dalam keadaan sehat dan
memenuhi syarat imunisasi, yaitu BB : 5,7 kg, PB : 60 cm.
b. Memberitahu ibu hasil pengukuran antropometri yaitu :
1) BB sekarang : 5,7 kg, BB mengalami kenaikan sebesar 800 gram, sehingga
memenuhi batas minimal kenaikan BB maka pertumbuhan bayi normal.
2) PB sekarang : 60 cm, grafik panjang badan bayi menurut umur mendapatkan z
score antara -2 SD sampai dengan 2 SD, dapat diartikan berat badan bayi menurut
panjang bayi normal
c. Menstimulasi perkembangan bayi menggunakan KPSP sesuai dengan usianya yaitu 3
bulan.
Berdasarkan penelitian Christina Entoh, Fransisca Noya dan Kadar Ramadhan
tahun 2020 tentang “Deteksi Perkembangan Anak Usia 3 Bulan – 72 Bulan
Menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)” mendapatkan hasil
Deteksi Dini Perkembangan pada 140 anak berusia 3 – 72 bulan di Desa Labuan
Kecamatan Lage, terdapat 134 anak (95,7%) dengan hasil yang sesuai dan 6 orang
(4,3%) dengan hasil meragukan. Dari 6 anak dengan hasil skrining meragukan, setelah
2 minggu kemudian dilakukan skrining, memperoleh hasil perkembangan 100%
sesuai. Kegiatan ini menyarankan agar deteksi dini perkembangan perlu dilakukan
secara rutin pada anak 3 – 12 bulan dengan menggunakan KPSP sesuai usia anak.
Deteksi dini perkembangan dapat menemukan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak sehingga dapat dilakukan intervensi sedini mungkin. Secara
umum ada 2 faktor yang memengaruhi gangguan tumbuh kembang anak, faktor dalam
(internal) seperti genetik dan faktor luar (eksternal) seperti lingkungan. Masalah
eksternal dapat diatasi dengan memberikan gizi yang baik dan memberikan stimulasi
sesering mungkin berdasarkan tahap usia anak. Berdasarkan beberapa penelitian
menyimpulkan stimulasi yang diberikan di lingkungan anak dapat memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi baik (Entoh, Noya and Ramadhan,
2020).
d. Memberikan penjelasan mengenai manfaat, efek samping, dosis pemberian, dan
kontraindikasi imunisasi pentabio dan polio.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Yoan Marini tahun 2020 tentang
“Konseling Pada Ibu Tentang Imunisasi DPT” yaitu dimana pengetahuan sangat
berperan penting agar ibu tau tentang apa itu imunisasi DPT dan mau mengajak
anaknya untuk imunsasi. Dapat disimpulkan bahwa selama ini para ibu kurang
mendapatkan informasi yang lengkap tentang imunisasi khususnya DPT, sehingga
pengetahuan mereka tentang imunisasi DPT banyak yang kurang mengerti. Konseling
berpengaruh terhadap pengetahuan ibu (Marini, 2020).
Berdasarkan hasil penelitian Dewi Nur Intan Sari tahun 2016 tentang “Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar
Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan” menunjukkan bahwa
sebanyak 49,2% bayi mempunyai status imunisasi yang lengkap dengan pengetahuan
ibu yang baik, sedangkan sebanyak 30,8% bayi mempunyai status imunisasi tidak
lengkap dengan pengetahuan ibu yang kurang baik. Hal ini menunjukkan sebagian
besar ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik akan memberikan imunisasi dasar
yang lengkap kepada bayinya. Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis Chi-
square diketahui bahwa nilai p < 0,001, hal ini mempunyai arti bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan
kelengkapan imunisasi dasar bayi di wilayah kerja Puskesmas Bendo Kabupaten
Magetan, artinya semakin baik tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar maka
ibu akan memberikan imunisasi secara lengkap kepada bayinya (Sari, 2016).
e. Melakukan informed consent kepada ibu.
f. Mengompres hangat daerah yang akan disuntik dengan kapas dibasahi dengan air
hangat selama 1 menit.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yuni Maria Olviani Ndede, Amatus Yudi
Ismanto, Abram Babakal tahun 2016 menunjukan hasil bahwa respon nyeri sesudah
diberikan kompres hangat lebih rendah dibandingkan dengan respon nyeri bayi
sesudah penyuntikkan tanpa pemberian kompres hangat (p = 0,000) dan kompres
hangat memberi pengaruh dalam menurunkan respon nyeri pada bayi saat imunisasi
(p = 0,000). Pada penelitian ini, kompres hangat menjadi salah satu pilihan tindakan
yang mudah dan praktis dalam menurunkan nyeri yang dirasakan bayi saat imunisasi.
Hal ini diperkuat dengan teori gate kontrol dimana kompres hangat yang diberikan
sebelum penyuntikkan mampu menimbulkan efek hangat serta efek stimulasi
kutaneus berupa sentuhan yang dapat melepaskan endorphin pada jaringan kulit yang
dapat memblok transmisi stimulus nyeri sehingga impuls nyeri dapat diatur atau
bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem syaraf pusat.
Pemberian kompres hangat dapat juga mengakibatkan respon sistemik sehingga suhu
yang dapat diberikan pada bayi yang dapat ditoleransi oleh kulit bayi adalah suhu
berkisar 36oC sampai 41oC sehingga tidak dapat mencederai jaringan kulit bayi.
Melalui mekanisme penghilang panas (vasodilatasi), kompres hangat mampu
meningkatkan aliraan darah kebagian cedera dengan baik (Ndede, Ismanto and
Babakal, 2015).
g. Memberikan imunisasi Pentabio 2 dan Polio 3 pada bayi.
Menurut jurnal IDAI (2016) Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur 2
bulan dengan interval 4-6 minggu, DPT 1 diberikan pada umur 2-4 bulan, DPT 2 pada
umur 3-5 bulan dan DPT 3 pada umur 4-6 bulan. Ulangan selanjutnya (DPT 4)
diberikan satu tahun setelah DPT 3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DPT 5 pada saat
masuk sekolah umur 5-7 tahun. Vaksin conjungate H influenzae tipe b ialah Act HIB
diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan. Ulangan vaksin Hib diberikan pada umur 18
bulan. Untuk imunisasi dasar (polio 2, 3, 4), vaksin diberikan 2 tetes per-oral, dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu (IDAI, 2016).
h. Memberitahu ibu untuk mengompres hangat bekas suntikan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yuni Maria Olviani Ndede, Amatus
Yudi Ismanto, Abram Babakal tahun 2016 menunjukan hasil bahwa respon nyeri
sesudah diberikan kompres hangat lebih rendah dibandingkan dengan respon nyeri
bayi sesudah penyuntikkan tanpa pemberian kompres hangat (p = 0,000) dan kompres
hangat memberi pengaruh dalam menurunkan respon nyeri pada bayi saat imunisasi
(p = 0,000). Hal ini diperkuat dengan teori gate kontrol dimana kompres hangat yang
diberikan sebelum penyuntikkan mampu menimbulkan efek hangat serta efek
stimulasi kutaneus berupa sentuhan yang dapat melepaskan endorphin pada jaringan
kulit yang dapat memblok transmisi stimulus nyeri sehingga impuls nyeri dapat diatur
atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem syaraf pusat.
Suhu yang dapat ditoleransi oleh kulit bayi adalah suhu berkisar 36oC sampai 41oC
sehingga tidak dapat mencederai jaringan kulit bayi (Ndede, Ismanto and Babakal,
2015).
i. Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yuli Yantina, Mevi Erinnica tahun 2017
didapatkan hasil bahwa rata-rata tingkat nyeri ketika bayi tidak menyusui pada saat
imunisasi suntik adalah 5.3, dengan SD 1,03. Rata-rata tingkat nyeri ketika bayi
menyusui pada saat imunisasi suntik adalah 3,7, dengan SD 0,98 Hasil uji statistik
didapatkan nilai  = 0,000 (p hitung < α), artinya pada  = 5% dapat diartikan ada
pengaruh menyusui terhadap penghilang rasa nyeri pada penyuntikan imunisasi bayi
di BPS Wirahayu, Amd.Keb tahun 2017. Menyusui, ASI, menghisap, kontak kulit ke
kulit dapat menurunkan tanda - tanda perilaku nyeri (menangis) serta tanda – tanda
fisiologis (denyut jantung). Di dalam ASI mengandung larutan manis yaitu laktosa
merupakan gula susu, rasa manis mempunyai pengaruh terhadap respon nyeri. Hal ini
terjadi karena larutan manis dalam ASI yaitu laktosa dapat menginduksi jalur oploid
endogen yang dapat menyebabkan transmisi nyeri yang dirasakan tidak sampai
menuju otak untuk dipersepsikan sehingga sensasi nyeri tidak akan dirasakan bayi.
Menyusu setelah diberikan imunisasi nyeri yang dirasa lebih ringan dibandingkan
dengan bayi yang tidak menyusu disebabkan karena pada saat menyusu bayi berada
dalam dekapan ibunya akan merasa tenang, aman, dan dapat memberikan
kenyamanan kontak kepada bayi. Pelukan yang diberikan akan memberikan kontak
kulit antara ibu dan bayinya, saat itu tubuh akan melepaskan hormon oksitosin
(hormon yang berhubungan dengan perasaan damai dan juga cinta) sehingga akan
mempengaruhi psikologis bayi itu sendiri. Perasaan itu mengingatkan bayi akan
nyamannya berada didalam Rahim ibu, sehingga bayi menikmati kegiatan menyusui
(Yantina and Erinnica, 2017).
j. Memberikan obat penurun demam (paracetamol 60 mg) yang diminumkan jika bayi
ibu demam. Diminum 3 kali/hari
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Suparwati, Hatijah Kartini, dan Syiska Atik
pada tahun 2015 menyebutkan bahwa terdapat perbedaan KIPI pada pemberian
parasetamol sebelum dan sesudah imunisasi pentabio. Sifat parasetamol berfungsi
untuk menghambat sintesis prostaglandin. Parasetamol sebagai antipiretik diduga
bekerja langsung pada pusat pengatur panas di hipotalamus. Cara kerja parasetamol
yang cepat yaitu kurang lebih 5 jam sehingga sangat tepat diberikan sebelum
dilakukan imunisasi untuk mengurangi rasa tidak nyaman saat dilakukan imunisasi.
Pemberian parasetamol dilanjutkan setelah dilakukan imunisasi setiap 4 jam sekali
(Suparwati, Kartini and Atik, 2015).
k. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin yaitu setiap 2 jam, tidak
hanya setiap bayi menginginkan serta tetap memberikan ASI saja tanpa campuran
makanan apapun (ASI ekslusif)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah Wati Sugito, Agus Sri
Wardoyo, dan Trias Mahmudiono pada tahun 2017 menyebutkan bahwa Pemberian
ASI saja pada bayi sejak lahir sampai sebelum 24 jam terakhir dan pertama kali
memberikan makanan selain ASI pada bayi usia 0-23 bulan berhubungan dengan
kejadian underweight. Bayi yang tidak diberi ASI eksklusif rentan mengalami
penyakit, seperti infeksi saluran pencernaan, gizi buruk, serta gangguan tumbuh
kembang, dan meningkatkan risiko kematian. Bayi dapat mengalami penurunan berat
badan sebesar 7% pada 72 jam pertama kehidupan, apabila terjadi masalah dalam
pemberian ASI. Pencernaan bayi pada usia kurang dari 6 bulan masih belum
sempurna dan hanya dapat menerima makanan berupa ASI. Pemberian makanan
pendamping ASI terlalu dini akan menyebabkan terjadinya gangguan/infeksi sehingga
bayi dapat mengalami gizi buruk (Sugito, Wardoyo and Mahmudiono, 2017).
l. Memberitahu ibu untuk datang kembali 1 bulan yang akan datang yaitu pada tanggal 2
April 2021 untuk imunisasi Pentabio 3 dan Polio 4.
Penelitian yang dilakukan oleh Fadhilah Tia Nur, Yulvira Febriani, dan Angesti
Nugraheni menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status
imunisasi dan ISPA pada balita dimana balita dengan status imunisasi lengkap
mempunyai kemungkinan 0,067 kali untuk mengalami ISPA dibandingkan dengan
balita yang tidak imunisasi lengkap. Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis
ISPA yang berkembang dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti
difteri, pertusis, dan campak, maka cakupan peningkatan imunisasi akan berperan
besar dalam upaya pem-berantasan ISPA (Nur, Febriani and Nugraheni, 2017).
m. Menganjurkan ibu untuk memantau dan memberikan stimulasi secara rutin kepada
bayi agar bayi tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya
Stimulasi dini adalah rangsangan auditori, visual, taktil dan kinestetik yang
diberikan sejak perkembangan otak dini, dengan harapan dapat merangsang kuantitas
dan kualitas sinaps sel-sel otak, untuk mengoptimalkan fungsi otak. Stimulasi secara
dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi.
Stimulasi dapat merangsang hubungan antar sel otak (sinaps), miliaran sel otak
dibentuk sejak kehamilan berusia 6 bulan yang pada saat itu belum ada hubungan
antar sel otak. Saat ada rangsangan, maka akan terbentuk hubungan. Sering
memberikan rangsangan dapat menguatkan hubungan sinaps. Variasi rangsangan akan
membentuk hubungan yang semakin luas dan kompleks. Pada keadaan yang seperti
ini, otak kanan maupun kiri dapat terslimulasi sehingga terbentuk multiple intelegent
dan juga kecerdasan yang lebih luas dan tinggi (Dewi, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Riska Destriana, Erna Rahma
Yani, dan Triatmi Andri Yanuarini pada tahun 2018 dapat diketahui bahwa ada
hubungan kemampuan ibu melakukan stimulasi dengan perkembangan bayi usia 3-6
bulan dimana semakin baik kemampuan ibu maka semakin baik pula perkembangan
bayi usia 3-6 bulan. Aspek perkembangan yang perlu dipantau yaitu gerak kasar atau
motorik kasar, gerak halus atau motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian. Stimulasi yang diberikan anak harus proporsional, baik
dalam kualitas maupun kuantitas, dan sesuai dengan tingkat maturitas saraf anak
(Destiana, Yani and Yanuarini, 2018).
n. Menganjurkan ibu untuk mengompres bawang merah pada bayinya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vedjia Medhyna, Rizky Utami
Putri “Pengaruh Kompres Bawang Merah terhadap Penurunan Suhu Tubuh Bayi
Saat Demam Pasca Imunisasi di Wilayah Kerja Polindes Pagar Ayu Musi Rawas”
tahun 2020 didapatkan rerata suhu tubuh sebelum dilakukan kompres bawang merah
37,941, dengan SD ± 0,0590. Rerata suhu tubuh sesudah dilakukan kompres bawang
merah 37,386, dengan SD ± 0,0710. Perbedaan rata-rata antara suhu tubuh sebelum
dan sesudah dilakukannya kompres bawang merah adalah - 4,234. Hasil uji statistik
didapatkan p value 0,000 artinya adanya pengaruh kompres bawang merah (Allium
ascalonicum L) terhadap penurunan suhu tubuh bayi saat demam pasca imunisasi di
Wilayah Kerja Polindes Pagar Ayu Kecamatan Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas
tahun 2020. Kompres bawang merah dilakukan pada kulit dapat direspon oleh
Termoreseptor perifer dan sistem saraf perifer sehingga mengasitau ke hipotalamus
atau termoregulator untuk merespon ransangan yang ada, sehingga dapat mengurangi
suhu kulit melalui vasokonstriksi kulit ini dikoordinasikan oleh hipotalamus melalui
keluaran sistem saraf simpatis. Peningkatan aktivitas simpatis ke pembuluh kulit
menghasilkan vasokonstriksi sebagai respon terhadap pejanan dingin, sedangkan
penurunan aktivitas simpatis menimbulkan vasodilatasi pembuluh kulit sebagai
respon terhadap pajanan panas. Sehingga suhu tubuh bisa berkurang dan bisa kembali
normal. Hal ini disebabkan bawang merah mengandung senyawa sulfur organic yaitu
Allylcysteine sulfoxide (Alliin) yang berfungsi menghancurkan pembentukan
pembekuan darah. Hal tersebut membuat peredaran darah lancar sehingga panas dari
dalam tubuh dapat lebih mudah disalurkan ke pembuluh darah tepi (Medhyna and
Putri, 2020).
o. Menganjurkan ibu untuk melakukan pijat bayi dengan melihat video tutorial di media
sosial karena pijat efektif untuk meningkatkan berat badan bayinya, dapat merangsang
tumbuh kembang bayinya serta kualitas tidur bayi lebih baik.
Penelitian yang dilakukan Novy Ramini Harahap tentang “Pijat Bayi
Meningkatkan Berat Badan Bayi Usia 0-6 Bulan” tahun 2019 dengan Hasil р = 0,000
( р< 0,05 ), maka ada pengaruh pijat bayi terhadap kenaikan berat badan bayi usia 0-6
bulan. Pijat bayi merupakan pengungkapan rasa kasih sayang antara orang tua dengan
anak lewat sentuhan pada kulit. Sentuhan dan pelukan seorang ibu merupakan
kebutuhan dasar bayi. Sentuhan yang dihadirkan dalam pijatan-pijatan lembut untuk
bayi merupakan sebuah stimulus yang penting dalm tumbuh kembang anak. Salah
satu mekanisme dasar pijat bayi adalah aktivitas Nervus Vagus meningkatkan volume
ASI yaitu penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan Aktivitas
Nervus Vagus menyebabkan bayi cepat lapar sehingga akan lebih sering menyusu
pada ibunya (Harahap, 2019).
Menurut penelitian Paryono dan Ari Kurniawan tentang “Pengaruh Pijat Bayi
yang Dilakukan oleh Ibu terhadap Tumbuh-Kembang dan Tidur Bayi di Kabupaten
Klaten” tahun 2020 didapatkan hasil tumbuh-kembang dan tidur bayi antara sebelum
dan sesudah bayi dilakukan pijat oleh ibunya didapatkan hasil dengan p < 0,05 dan
pada bayi yang dipijat oleh ibunya dibandingkan dengan bayi yang tidak dipijat
didapatkan hasil dengan p < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pijat
bayi yang dilakukan oleh ibu terhadap tumbuh - kembang dan tidur bayi di Kabupaten
Klaten. Pijat bayi menyebabkan peningkatan tonus saraf vagus (nervus cranial x)
sehingga bertambahnya konsentrasi enzim penyerapan gastrin dan insulin dapat
dirangsang melalui pijat, dengan demikian penyerapan makanan menjadi lebih baik.
Pijat bayi akan merangsang sekresi serotonin yang mempengaruhi pertumbuhan
tulang pada bayi sehingga menambah panjang badan. Pijat bayi merupakan salah satu
jenis stimulasi taktil. Stimulasi taktil adalah suatu jenis rangsangan sensori yang
paling penting untuk perkembangan bayi yang optimal. Pada bayi yang dipijat akan
tertidur lebih lelap, sedangkan pada waktu bangun konsentrasinya akan lebih penuh
(Paryono and Kurniarum, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Destiana, R., Yani, E. R. and Yanuarini, T. A. (2018) ‘KEMAMPUAN IBU


MELAKUKAN STIMULASI UNTUK PERKEMBANGAN BAYI USIA 3-6
BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUHJARAK KABUPATEN
KEDIRI’, Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(2), pp. 153–163.
Dewi, V. H. L. (2011) Asuhan Kebidanan Untuk Kebidanan. 1st edn. Jakarta:
Salemba Medika.
Dewi, V. N. L. (2010) Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Dewi, V. N. L. (2013) Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Entoh, C., Noya, F. and Ramadhan, K. (2020) ‘Deteksi Perkembangan Anak Usia 3
Bulan – 72 Bulan Menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP)’, Poltekita: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), pp. 8–14. doi:
10.33860/pjpm.v1i1.72.
Harahap, N. R. (2019) ‘Pijat Bayi Meningkatkan Berat Badan Bayi Usia 0-6 Bulan’,
Jurnal Kesehatan Prima, 13(2), pp. 99–107. doi: 10.32807/jkp.v13i2.226.
IDAI (2016) ‘Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI’, Sari Pediatri, 2(1), p. 43. doi:
10.14238/sp2.1.2000.43-7.
Kemenkes RI (2016) Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi tumbuh
kembang anak. Jakarta.
Kemenkes RI (2019) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019, Kementrian
Kesehatan Repoblik Indonesia.
Marini, Y. (2020) ‘KONSELING PADA IBU TENTANG IMUNISASI DPT’, Jurnal
Kesehatan dan Pembangunan, 10(20), pp. 96–105.

54
Ndede, Y. M. O., Ismanto, A. Y. and Babakal, A. (2015) ‘PENGARUH KOMPRES
HANGAT PADA TEMPAT PENYUNTIKKAN TERHADAP RESPON
NYERI PADA BAYI SAAT IMUNISASI DI PUSKESMAS TANAWANGKO
KABUPATEN MINAHASA’, Jurnal Keperawatan, 3(1), pp. 1–10.
Nur, F. T., Febriani, Y. and Nugraheni, A. (2017) ‘HUBUNGAN ANTARA
STATUS IMUNISASI DAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT
(ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA’,
Jurnal Kedokteran Universitas Sebelas Maret, 32, pp. 1–11.
Paryono and Kurniarum, A. (2020) ‘Pengaruh Pijat Bayi yang dilakukan oleh Ibu
terhadap Tumbuh-Kembang dan Tidur Bayi di Kabupaten Klaten’, Jurnal
Terpadu Ilmu Kesehatan, 9(1), pp. 44–49. doi: 10.37341/interest.v9i1.155.
Sari, D. N. I. (2016) ‘HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI
DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDO KABUPATEN MAGETAN’,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, pp. 1–14. Available at:
http://weekly.cnbnews.com/news/article.html?no=124000.
Sugito, M. W., Wardoyo, A. S. and Mahmudiono, T. (2017) ‘Hubungan ASI
Eksklusif dengan Kejadian Underweight di Jawa Timur Tahun The
Relationship of Exclusive Breastfeeding and Underweight in East Java in’,
Journal of Nutrition College, pp. 180–188. doi: 10.20473/amnt.v1.i3.2017.180-
188.
Suparwati, R., Kartini, H. and Atik, S. (2015) ‘PERBEDAAN KIPI PADA
PEMBERIAN PARASETAMOL SEBELUM DAN SESUDAH IMUNISASI
PENTABIO DI WILAYAH PUSKESMAS WONOSARI’, Jurnal Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Malang, 6(1), pp. 448–454.

Anda mungkin juga menyukai