Anda di halaman 1dari 16

PENCEMARAN AIR KARENA AKTIVITAS MANUSIA AKIBAT BUANGAN

ZAT SISA

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu : Drs. Moh. Muzakka, M.Hum.

KELOMPOK 5

Amalia Tri Hastuti NIM. 21030120120038


Cindy Nabila Salim NIM. 21030120130072
Hasan Mustafa W NIM. 21030120130082
Kevin Setiadi NIM. 21030120130074
M. Zulfikar Milus NIM. 21030120140148
Rafi' Aldo Bimantara NIM. 21030120120026
Riska Dwi Amalia NIM. 21030120130142
Tasya Paramita Hendratmo NIM. 21030120140140
Zenitho Simanjuntak NIM. 21030120140200

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2021
ARTIKEL

Manusia sebagai komponen lingkungan alam yang diberikan akal dan pikiran,
memiliki peran besar dalam mengelola lingkungan. Manusia memiliki peranan yang
sangat vital dalam mengelola lingkungan, dimana alam dan ada di sekitar bisa diatur
dan ditata sesuai dengan yang kita inginkan melalui penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang baik. Akan tetapi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat
membuat tradisi dan kebiasaan manusia pun berubah-ubah, mulai dari budaya hidup
berpindah (nomaden), budaya hidup menetap, dan berbagai pemikiran yang terus
berkembang hingga saat ini. Bukti konkrit dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah dengan adanya teknologi yang mampu menggantikan peranan
manusia. Teknologi ini justru menjadikan manusia semakin bersikap semaunya sendiri,
seperti egois, boros, dan merusak lingkungannya sendiri (Bahtiar, 2007).
Banyak faktor yang mengakibatkan kerusakan lingkungan, salah satunya
adalah pencemaran. Pencemaran sendiri dibedakan menjadi dua, yakni pencemaran
karena alam dan pencemaran karena perbuatan manusia. Pada artikel ini, kita akan
membahas mengenai pencemaran yang diakibatkan oleh perbuatan manusia. Indikator
yang menyebabkan suatu lingkungan dikatakan telah tercemar yaitu apabila
lingkungan tersebut telah dimasuki oleh zat pencemar dan mengakibatkan terjadinya
hal yang menganggu makhluk hidup di dalamnya. Kerusakan akibat perbuatan manusia
diawali dengan adanya jumlah penduduk yang terus bertambah dari tahun ketahun
(Bahtiar, 2007).
Bahtiar (2007) juga mengatakan bahwa jumlah penduduk yang terus bertambah
akan membuat kebutuhan manusia juga terus bertambah. Padahal kebutuhan ini
sebagian besar diambil dari lingkungan. Lingkungan tidak bisa menjadi sumber utama
pemenuhan kebutuhan manusia. Oleh karena itu, kehadiran sektor industri sangatlah
diperlukan untuk menunjang kebutuhan manusia. Banyak dampak yang ditimbulkan
dari sektor industri. Dampak tersebut adalah semakin banyaknya SDA yang diserap
dari lingkungan, serta produk samping dari industri berupa limbah yang mencemari
1
lingkungan. Diketahui pula bahwa populasi manusia juga menghasilkan output berupa
limbah yang kita kenal sebagai limbah rumah tangga.
Jumlah penduduk yang mengalami pertumbuhan dengan cepat dan sektor
industri yang berkembang sangat pesat memiliki dampak terhadap lingkungan.
Pencemaran lingkungan berlangsung dimana saja dengan laju yang begitu cepat.
Kecenderungan pencemaran mulai terlihat setelah Perang Dunia II, ketika banyak zat
kimia yang dibuang oleh manusia akibat proses industri dan transportasi, sehingga
menjadi sumber pencemaran yang terus-menerus terjadi sampai saat ini. Pencemaran
akibat ulah manusia seperti pembuangan zat kimia sangat berpengaruh terhadap
keseimbangan vital lingkungan, yaitu air (Irianto, 2015).
Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia yang dapat diperbaharui.
Walaupun dapat diperbaharui, tetapi air akan mudah terkontaminasi dan tercemar oleh
aktivitas manusia. Menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/I/1988 tentang Penetapan Baku Mutu
Lingkungan, bahwa pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh
kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas air turun sampai tingkat tertentu
yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya (Irianto, 2015).
Salah satu penyebab dari pencemaran air adalah penggunaan bahan-bahan
kimia dari proses industri yang terbawa dan mencemari air. Limpasan (run off)
pestisida dan herbisida merupakan salah satu contoh bahan kimia yang dapat
mencemari lingkungan. Hal yang menjadi sangat berbahaya adalah rembesan ke dalam
air tanah dari bahan-bahan pencemar atau bahan kimia yang berasal dari penampungan
limbah kimia, kolam penampungan atau kolam pengolahan limbah, dan fasilitas-
fasilitas lainnya. Bahan yang dapat mencemari air adalah bahan buangan padat, bahan
buangan organik, bahan buangan anorganik, bahan buangan olahan makanan, bahan
buangan cairan berminyak, dan bahan buangan zat kimia.
Bahan-bahan yang mampu mencemari air, dapat menimbulkan suatu masalah
2
yang disebabkan oleh tingginya penyakit yang terjadi dan dirasakan oleh seluruh warga
Indonesia berkaitan dengan lingkungan. Penyakit tersebut yakni meliputi tidak
tercukupinya kebutuhan air bersih, jamban yang pemanfaatannya masih cukup
minimum, tercemarnya air karena limbah rumah tangga, limbah industri, limbah
pertanian, bahkan tidak tercukupinya kebutuhan air tanah. Kita sendiri tentu tahu
bahwa kebutuhan air tanah terus meningkat seiring dengan meningkatnya lingkungan
permukiman. Air sumur gali sendiri merupakan salah satu contoh air tanah yang
banyak digunakan oleh masyarakat pada umumnya, terutama dalam hal pemenuhan
kebutuhan air bersih dan air minum (Sudarmadji, 2006 dalam Widiyanto dan
Kuswanto, 2015).
Permasalahan yang timbul akibat air tanah di satu tempat tentunya akan berbeda
dengan tempat yang lain karena potensi air tanah yang bermacam-macam di setiap
daerah. Namun, dapat dikatakan bahwa banyak daerah di Indonesia yang cadangan air
tanahnya telah menurun karena pencemaran atau kerusakan air yang terjadi
(Sudarmadji, 2006 dalam Widiyanto dan Kuswanto, 2015). Hal ini mengindikasikan
pula bahwa kondisi air bersih dan air minum warga saat ini tentunya menjadi keruh dan
berbau.
Penurunan kualitas dan kuantitas dari sumber daya air yang terjadi tiap tahun
tentunya akan sangat meresahkan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan
suatu solusi atau jalan keluar sehingga dapat meminimalisasi permasalahan tersebut,
walaupun pencemaran atau kerusakan air tetap terjadi dengan cepat dan dominan tiap
tahunnya. Manusia sebagai subjek yang menggunakan dan membutuhkan air harus
bersikap bijak dalam mengelolanya, mengingat persediaan air tanah juga terus
menurun seiring bertambahnya lahan industri dan permukiman. Selain itu, kita harus
mengenali dahulu sumber, sifat, dan juga bahan pencemarnya sebelum melalukan
tindak lanjut dalam mengatasi persoalan yang berkaitan dengan pencemaran air.
Menaruh tata ruang yang berwawasan lingkungan, serta dilindungi oleh undang-
undang yang berlaku juga merupakan suatu langkah pengendalian pencemaran dalam
hal perlindungan sumber air (Herlambang, 2006).
3
DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar. A. (2007). Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri dan Rumah Tangga Serta
Pemecahannya. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam :
Universitas Padjajaran.
Irianto, I.K. (2015). Buku Bahan Ajar Pencemaran Lingkungan. Fakultas Pertanian
Program Studi Agroteknologi: Universitas Warmadewa.
Widiyanto, A.F., Yuniarno, S., dan Kuswanto. (2015). Polusi Air Tanah Akibat
Limbah Industri dan Limbah Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
10 (2), 246-254.

Anda mungkin juga menyukai