Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PRAKTIKUM MARICULTURE

Laju Pertumbuhan Kerang Abalon Haliotis squamata Melalui


Budidaya IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture) di Pantai
Geger, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Provinsi Bali

Disusun oleh :
Nathanael Bisma Wasi W 26040122110040
Hopi Fattan Prabasukma 26040122120005
Fasya Qaurida Nafisah 26040122120028
Zahra Fahira Suryanita 26040122120029
Nadya Sekar Khoirunnisa 26040122120030
Sayyidatur Rahma 26040122120033
Setyaning Musdhalifah 26040122130055
Smile Alza Fauzi 26040122130047
Tahta Damai Nugraha 26040122130048
Alfina Amalia Zulfa 26040122130059
Ulyatuz Zahfa Alfa Rezzi 26040122130090

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Allhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah


melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua, sehingga MAKALAH
PRAKTIKUM MARICULTURE ini dapat kami selesaikan dengan baik. Penulis
berharap dengan adanya makalah ini dapat memperluas pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini juga kami susun berdasarkan
beberapa sumber yang kami peroleh dari kajian pustakan ataupun media internet.
Adanya makalah ini untuk memenuhi tugas praktikum dari penulis setelah
dilakukan praktikum pada minggu sebelumnya. Jika terdapat banyak kesalahan,
baik dari segi kepenulisan ataupun materi yang ada mohon dimaafkan, karena
penulis masih sama-sama belajar.

Pada kesempatan kali ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih


kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah
praktikum ini. Kepada para dosen yang telah memberikan banyak materi yang
bisa dipelajari oleh penulis, kepada para teman-teman seperjuangan yang
membantu kami dalam berbagai hal, dan kepada para asisten yang telah
membimbing kami pada saat melakukan praktikum. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah praktikum ini sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan. Materi yang diberikan oleh dosen dan para asisten sangat membantu
untuk menyusun makalah praktikum ini. Makalah ini diajukan sebagai syarat bagi
penulis untuk dapat mengikuti praktikum selanjutnya.

Penulis menyadari masih banyak kesalahan yang ada dalam penyusunan


makalah praktikum ini. Baik dari segi ejaan kepenulisan, kosakata, tata bahasa,
maupun isi yang disampaikan. Dengan adanya hal tersebut penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, yang nantinya akan dijadikan
sebagai bahan evaluasi bagi penulis. Demikian makalah ini penulis buat, semoga
dapat menjadi referansi ataupun bahan ajar bagi para pembaca sekalian.

Semarang, 01 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................
1.3 Tujuan................................................................................................................................................
BAB II METODE PENELITIAN........................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................................
3.1 Kerang Abalon Sebagai Filter Feeder..............................................................................................
3.2 Peranan Penting Rumput Laut...........................................................................................................
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture) adalah salah satu sistem
budidaya yang menggunakan komoditas dengan tingkatan trofik yang berbeda.
Pada budidaya dengan menggunakan penerapan sistem IMTA ialah suatu konsep
yang dapat dikembangkan untuk menumbuhkan minimal dua organisme yang
berbeda atau lebih seperti mengintegrasikan budidaya ikan atau udang dengan dan
rumput laut. Dalam penerapan sistem budidaya IMTA, sisa pakan dari ikan dan
limbah organik, akan digunakan oleh kerang dan rumput laut akan memanfaatkan
perairannya yang kaya akan nutrien untuk pertumbuhannya sehingga terjadinya
keseimbangan pada ekosistem. Dalam penerapan sistem budidaya IMTA secara
berkelanjutan dapat membantu dalam mengurangi dampak lingkungan. Sistem
IMTA memiliki fungsi yang berbeda di setiap spesies seperti, karnivora, filter
feeder, detritifor dan penyerap limbah inorganik.
Prinsip dari sistem budidaya IMTA ialah mendaur ulang limbah dari
kegiatan budidaya yang menjadi sumber energi dan nitrogen oleh spesies utama,
hingga mendapatkan produk yang dapat mengurangi dampak lingkungan dan
dapat di panen dengan baik. Salah satu contoh penerapannya yaitu, abalon
Haliotis squamata, yang memiliki pera sebagai filter feeder dan rumput laut
Gracillaria sp. sebagai biofilter, kedua spesies tersebut memiliki nilai ekonomis
yang tinggi. Kerang abalon memiliki laju pertumbuhan relatif dan kelangsungan
hidup rendah. Kebutuhan akan abalon semakin meningkat, sehingga dapat
mendorong usaha penangkapan abalon di alam secara intensif. Rumput laut
Gracilaria sp dapat dibudidayakan diperairan laut maupun tambak. Gracilaria sp
juga dimanfaatkan sebagai pakan kerang abalon.
Budidaya menggunakan sistem IMTA memiliki kelebihan dalam teknologi
sederhana yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sistem IMTA sudah
digunakan di berbagai wilayah Indonesia, seperti Kepulauan Seribu, Brebes, dan
Lombok. IMTA sendiri memanfaatkan budidaya perikanan dengan korelasi

3
mutualis antara organisme pada level tingkat rendah, contohnya organisme
pemakan suspensi terlarut di dalam air. Penggunaan sistem IMTA membantu
dalam menjaga keseimbangan ekosistem karena pada spesies tertentu memiliki
fungsi yang berbeda seperti herbivora, karnivora, dan filter feeder yang
menjadikan ekosistem terjaga keseimbangannya dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa hasil dari penerapan IMTA pada jenis kerang abalon dan rumput laut
Gracilaria sp. ?
2. Peran apa yang dimiliki oleh kerang abalone dan rumput laut Gracilatia
sp. Dalam sistem pembudiyaan IMTA
3. Keunggulan apa yang dimiliki oleh sistem budidaya IMTA dalam
membudidayakan kerang abalon dan rumput laut Gracilaria sp. ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui laju pertumbuhan kerang abalone Haliotis
squamata jika diintegrasikan bersama dengan rumput laut Gracillaria
sp.
2. Untuk mengetahui kesesuaian parameter lingkungan kimia dan fisika
dalam mendukung budidaya terhadap pertumbuhan kerang abalone
Haliotis squamata dan rumput laut Gracillaria sp.

4
BAB II
METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang


terdiri dari tiga perlakuan dengan masing-masing perlakuan terdapat tiga kali
ulangan. Perlakuan berupa kerang abalon H. squamata yang diintegrasikan dengan
padat tanam rumput laut Gracilaria sp. yang berbeda. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan budidaya kerang abalone ini dilakukan secara 2 hal, yaitu secara
monokultur dan dengan penerapan IMTA.

Gambar 1. Kontruksi pembudidayaan kerang abalon dan rumput laut secara


IMTA dan monokultur.
Dengan adanya perlakuam kontruksi yang berbeda dari pembudidayaan
kerang abalone dan rumput laut, maka akan mendapatkan laju pertumbuhan yang
berbeda-beda. Seperti yang dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Gambar 2. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) kerang abalon Haliotis


squamata pada sistem budidaya IMTA dan sistem monokultur.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kerang Abalon Sebagai Filter Feeder

Kerang Abalon (Haliotis squamata) merupakan salah satu hewan laut


yang dapat dibudidayakan dengan sistem IMTA. Tantangan dalam budidaya spesies
kerrang ini adalah laju pertumbuhannya yang lambat. Serta kerrang ini sensitif
dengan kualitas air yang buruk akibat sisa buangan pakan. Karena permintaan
kerrang jenis ini yang tinggi, jumlah penangkapan kerrang Abalon di laut
meningkat sepanjang waktunya. Dengan menerapkan IMTA, kita dapat
meningkatkan hasil budidaya dan tetap dengan ramah lingkungan. Dalam Triarso
dan Putro (2019), dijelaskan bahwa IMTA merupakan sistem budidaya ikan atau
kerang yang terintregasi dengan spesies laut lain seperti tumbuhan laut. Penerapan
IMTA mampu meningkatkan tingkat efisiensi penggunaan pakan. Karena sistem ini
menerapkan sisa pakan dan limbah ikan untuk sumber pakan bagi spesies laut
lainnya. Tentunya limbah yang dihasilkan juga akan berkurang. Dengan
menerapkan metode ini keanekaragaman hayati laut akan meningkat dan
lingkungan juga terjaga.

Kerang Abalon mampu dibudidayakan dengan sistem IMTA. Dalam


penerapannya dapat dikombinasikan dengan rumput laut. Tentunya rumput laut
yang digunakan adalah rumput yang segar dan bersih. Kerang abalon dan rumput
laut diintregasikan bersama dengan menggunakan wadah/keranjang yang
ukurannya disesuaikan. Ukuran wadah ini perlu diperhatikan dalam menentkan
ukuran benih dan kepadatan penebarannya. Wadah diberikan lapisan bambu agar
kerrang tidak mudah lepas. Untuk memulainya dapat diawali dengan penebaran
benih kerrang pada wadah, kemudian diintregasikan dengan rumputlaut setelah
proses adaptasi kerrang selama 24 jam. Untuk menjaga kualitas sistem budidaya ini
perlu dilakukan pengawasan/pengukuran parameter kualitas air. Pengukuran
kualitas air dapat dilakukan dengan intensitas kurang lebih 3 hari sekali. Tentunya
pemberian pakan harus tetap rutin.

6
Dalam pembudidayaan kerrang abalon dengan sistem IMTA yang
diintregasikan dengan rumput laut, diperlukan nilai parameter kualitas air yang
sesuai agar pembudidayaan dengan sistem ini berlangsung dengan optimal. Suhu
yang baik untuk membudidaya kerang abalon adalah 28-30℃ dan untuk rumput
laut suhu optimalnya adalah 26-30℃. Untuk salinitas air yang tergolong optimal
adalah kisaran 30-35ppt dengan toleransi terhadap perubahan salinitas yang tinggi
yakni 10-40ppt. Kadar oksigen terlarut yang baik untuk pembudidayaan dengan
sistem ini adalah diatas 5 mg/l. Ini merupakan standar minimum untuk kadar
oksigen terlarut yang optimal. Untuk derajat keasaman (pH) yang baik adalah 7,8-
8,5. Dengan nilai pH ini sudah optimal untuk proses pembudidayaan kerrang
abalon. Secara umum angka-angka diatas adalah angka optimal untuk
pembudidayaan kerang abalon dengan sistem IMTA yang diintregasikan dengan
rumput laut.

Proses pembudidayaan dengan sistem IMTA mampu meningkatkan laju


pertumbuhan spesifik dari kerang abalone. Kerang abalone yang diintregasikan
dengan rumput laut dengan densitas tinggi mampu memberikan nilai pertumbuhan
yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh simbiosis mutualisme yang dihasilkan dari
pengintregasian kerang abalone dan rumput laut. Dalam sistem ini, rumput laut
berfungsi sebagai biofilter yang menyaring sisa-sisa dari feses kerang. Sedangkan
kerang dalam sistem ini berperan sebagai penyaring makanan dan memanfaatkan
partikel tersuspensi berupa zat organik. Dalam sistem budidaya IMTA, kerang dan
rumput laut mampu menurunkan kadar nitrogen dan fosfor pada perairan. Apabila
dibandingkan dengan sistem budidaya monokultur, sistem ini mampu menurunkan
kadar nitrogen dan fosfor sebesar 44% dan 23%.

Jumlah kerang abalon yang mulai berkurang pada wadah pemeliharaan


menyebabkan kompetisi pakan berkurang, sehingga padat peneberan
mempengaruhi kebutuhan pakan kerang abalon. Pada hari ke-45 menunjukkan
penurunan nilai terutama pada kerang yang diintegrasikan Bersama rumput laut
100 gram. Namun memiliki pertumbuhan tertinggi yaitu 0,76%. Sedangkan pada
kerang yang diintegrasikan Bersama rumput laut 50 gram, dan perlakuan control
memiliki nilai sebesar 0,71% dan 0,59%. Hal ini disebabkan faktor eksternal
yaitu terjadinya penvemaran pada lingkungan perairan akibat adanya tumpahan

7
minyak. Selain itu juga ada limbah-limbah seperti sampah plastic dan adanya
faktor perubahan cuaca yaitu hujan. Faktor tadi membuat penurunan pertumbuhan
berat kerang. Dilihat dari semua pelakuan, tidak hanya dari perlakuan yang
diintegritaskan dengan rumput laut tetapi pada perlakuan control juga
pertumbuhan berat menurun. Penurunan pada hari ke-45 diduga bukan karena
rumput laut akan tetapi karena kondisi perairan dan perubahan cuaca.

Berdasarkan hasil kelulushidupan kerang abalon yang dibudidaya


monokultur dan IMTA pada akhir penelitian menunjukkan nilai pada perlakuan
control memiliki nilai 94,5% lalu untuk kerang yang diintegrasikan rumput laut 50
gram sebesar 97,5% serta kerang yang diintegrasikan dengan rumput laut 100
gram sebesar 83,3%. Berdasarkan hasil kelulushidupan tersebut nilai tertinggi
terdapat pada perlakuan kerang yang diintegrasikan dengan rumput laut 50 gram
dan terendah pada perlakuan kerang yang diintegrasikan dengan rumput laut 100
gram. Dilihat dari budidaya IMTA, kelulushidupan kerang abalon menjadi lebih
optimal dari sistem budidaya monokultur atau control. Hal ini dikarenakan
predator lebih mendominasi disikitar konstruksi perlakuan kerang dengan rumput
laut 100 gram. Pengamatan dua minggu sekali juga mempengaruhi kerang
abalone karena membuat stress. Selama sampling pertumbuhan berat badan
kerang abalon, dibutuhkan penanganan yang ekstra hati-hati karena kerang abalon
sangat sensitif terhadap gesekan. Penanganan yang kurang hati-hati dapat
menimbulkan stress dan pada kondisi ini kerang abalon sangat riskan terhadap
serangan penyakit.

Berdasarkan hasil penelitian laju pertumbuhan kerang abalon melalui


budidaya IMTA Pertumbuhan kerang abalon pada perlakuan T3 yang
diintegrasikan bersama rumput laut Gracilaria sp. dengan densitas 100 gram
memiliki nilai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 0,76%, diikuti oleh perlakuan
T2 yang diintegrasikan bersama rumput laut Gracilaria sp. dengan densitas 50 gram
yaitu sebesar 0,71% dan nilai terendah terdapat pada budidaya secara monokultur
dengan nilai pertumbuhan sebesar 0,59%. Kelulushidupan tertinggi terdapat pada
T2 yaitu sebesar 97,5%, kemudian diikuti oleh perlakuan T1 sebagai kontrol yaitu
sebesar 94,5% dan nilai kelulushidupan terendah terdapat pada perlakuan T3
sebesar 83,3%. Parameter kualitas perairan fisika dan kimia mendukung budidaya

8
terintegrasi terhadap pertumbuhan kerang abalon H. squamata bersama dengan
rumput laut.

3.2 Peranan Penting Rumput Laut

Rumput laut adalah salah satu tumbuhan air yang dapat menyeimbangkan
oksigen. Tumbuhan air merupakan faktor paling penting dalam ekosistem perairan
untuk menentukan keseimbangan oksigen. Keranjang kerang abalong yang kotor
membuat gulma tumbuh yang membuat proses fotosintesis rumput laut terhambat,
karena menjadi kompetitor bagi rumput laut. Perbedaan pertumbuhan pada kerang
abalone di hari ke-15 belum dapat dikatakan terjadinya kenaikan pertumbuhan yang
optimal, dikarenakan kerang abalone mempunyai pertumbuhan yang lambat.
Kerang abalon membutuhkan waktu pemeliharaan yang lebih lama untuk mencapai
ukuran paling optimal. Laju pertumbuhan kerang abalone pada hari ke-30 yang
diintegrasikan dengan rumput laut 50 gram dan 100 gram tetap menunjukkan hasil
yang lebih tinggi.

9
BAB IV

KESIMPULAN

Pembuatan makalah ini untuk melihat dan meneliti seberapa besar peran
IMTA ketika diterapkan di Pantai Geger, Nusa Dua, kabupaten badung, Bali.
penerapan ini menggunakan jenis kerang abalon (Haliotis squamata) dan rumput
laut Gracilaria sp. Setelah dilakukan penelitian, penerapan IMTA pada kedua jenis
ini memiliki laju kelulusan hidup yang paling baik pada T2 yang mana kelulusan
hidupnya mencapai 97,5%. Namun, Jika dilihat dari konsep budidaya IMTA,
kelulushidupan kerang abalon H. squamata menjadi lebih optimal dari pada sistem
budidaya monokultur atau kontrol. karena jika predator terlalu mendominasi maka
kerang abalon akan stres sehingga mengalami penurunan berat badan dan riskan
akan penyakit.

IMTA ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui seberapa cocok


penerapannya pada dua jenis yaitu kerang abalon dan rumput laut Gracilaria sp.
yang mana belun pernah ada percobaan budidaya dua jenis ini sehingga ini pertama
kalinya dan untuk dilihat bagaimana kelajuan hidup dari kedua jenis ini. penerapan
IMTA juga di lakukan untuk membudidayakan kerang abalon dan rumput laut
Gracilaria sp. yang ternyata kedua jenis ini cocok untuk disatukan dalam konsep
IMTA karena parameter kualitas fisika dan kimia di pantai Geger sangat
mendukung.

Dalam budidaya IMTA ini kerang abalon dan rumput laut, telah
menurunkan kadar nitrogen (N) dan fosfor (P) perairan sebesar 44% dan 23%
dibandingkan dengan budidaya abalon secara monokultur. Kerang abalon berperan
sebagai filter feeder dapat menyaring makanan atau memanfaatkan partikel
tersuspensi berupa zat organik, sedangkan rumput laut Gracilaria sp. memiliki

10
peranan sebagai biofilter dan akan memanfaatkan perairan yang kaya akan nutrien
untuk pertumbuhannya.

11

Anda mungkin juga menyukai