Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ILMU KEPERAWATAN

‘’ PENGERTIAN CARING ”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan I

Disusun Oleh: Kelompok 2


Darmawati Kurniya 16IK465
Desi Meldawati 16IK466
Dwiti Hikmah Sari 16IK467
Fachriyal Hami 16IK468
Fahmi Riduan 16IK469
Faisal Amin 16IK470
Hardiyanti 16IK471
Hisni Raudhati 16IK472
I Putu Suparlika 16IK473
Intan Nur Islamiati 16IK474

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN
TAHUN 2016/2017
Kata Pengantar / Prakata

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul "pengertian caring". Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1.Tuhan Yang Maha Esa

2.Ibu Yunina Elasari, S.Kep., Ns.,selaku dosen yang memberikan kami tugas makalah ini

3.Bapak Muhammad Arief Wijaksono, S.Kep.,Ns,selaku wali kelas kami, yang membimbing
kami

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 26 September 2016

Penulis
Daftar Isi
DAFTAR ISI bertujuan untukmemudahkan pembaca dalam pencarian materi yang ada dalam makalah
tersebut berikut halamannya.

JUDUL
Prakata........................................................................................................................................ i
Daftar Isi.....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Ruang Lingkup
Penelitian...............................................................................................................................1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................................1
1.4 Manfaat..................................................................................................................................1
BAB II
ISI.................................................................................................................................................1
2.1 Pengertian Caring Secara Umum
2.2 Konsep Caring Menurut Beberapa Ahli Keperawatan
2.3 Komponen Caring Menurut Beberapa Ahli Keperawatan
2.4 Perilaku Caring
2.5 Proses Keperawatan Dalam Teori Caring
2.6 Persepsi Perawat Tentang Perilaku Caring
2.7 Persepsi Pasien Tentang Perilaku Caring
2.8 Cara Mengukur Perilaku Caring
2.9 Peran Perawat Konsep Caring Komunitas Dalam Asuhan Keperawatan
BAB III PENUTUP.
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Bab I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk


berdediksi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang
lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Dalam keperawatan, caring merupakan
bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan. Konsep caring pun
mengalami perkembangan yang pesat. Jean Watson, seorang professeor keperawatan
memiliki persepsinya sendiri mengenai caring. Tulisan ini akan menjelaskan lebih
lanjut mengenai caring menurut Watson.

Watson mengemukakan bahwa caring merupakan inti dari keperawatan.


Dalam hal ini, caring merupakan perwujudan dari semua faktor yang digunakan
perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan pada klien. Kemudian, caring juga
menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan,
perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun
kekurangan klien.

1.2 RuangLingkupPenelitian
Dalam makalah ini,penulis akan membahas tentang caring.
1. Tujuan:
1) Membantu mahasiswa lebih kreatif
2) Memahami pola piker ilmiah

2. Manfaat :
1) Memberikansiswapengetahuanbaru
2) Memperbaikinilaipelajaran Bahasa Indonesia

1
Bab II
ISI

A. Pengertian Caring Secara Umum


Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi
bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan
empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan
kehendak keperawatan.Selain itu, caring mempengaruhi cara berpikir seseorang,
perasaan dan perbuatan seseorang. Caring juga mempelajari berbagai macam
philosofi dan etis perspektif.
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu
cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan
kepeduliannya kepada klien . Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang
penting terutama dalam praktik keperawatan.
Ada beberapa definisi caring yang diungkapkan para ahli keperawatan: Watson
(1979) yang terkenal dengan Theory of Human Caring, mempertegas bahwa caring
sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima
asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan
demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan
kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring
bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang 9memiliki makna dan
memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan
memberikan asuhan fisik dan meperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman
dan keselamatan klien.
Griffin (1983) membagi konsep caring kedalam dua domain utama. Salah satu konsep
caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat,sementara konsep caring yang
lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat melaksanakan fungsi
keperawatannya. Griffin menggam,barkan caring dalam keperwatan sebagai sebuah
proses interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran
yang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi
tertentu kepada resepien. Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi
membantu,menolong dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses
ini dipengaruhi oleh hubungan antara perawat dengan pasein.
Hall (1969) mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam teorinya. Sebagai seorang
perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara seimbang sehingga
menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Care merupakan
komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar dari
ilmu sosial yang terdiri dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama
dengan tenaga kesehatan lain. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi
dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien,
maka ketiga unsur ini harus dipadukan (Julia, 1995).

2
3

B. Konsep Caring menurut Beberapa Ahli Keperawatan


1) Teori Caring Menurut Watson
Caring merupakan sentral praktik keperawatan, tetapi hal ini lebih penting
dalam kekacauan lingkungan pelayanan kesehatan saat ini. Kebutuhan, tekanan,
batas waktu dalam waktu pelayanan kesehatan saat ini. Kebutuhan, tekanan, batas
waktu dalam lingkungan pelayanan kesehatan berada dalam ruang kecil praktik
caring yang membuat perawat dan profesi kesehatan klien. Watson menjelaskan
bahwa konsep dia didefinisikan untuk membawa arti baru untuk paradigma
keperawatan adalah “berasal dari pengalaman empiris klinis dilantik
dikombinasikan dengan latar belakang filsafat saya, intelektual dan experiental :
dengan demikian pekerjaan awal saya muncul dari nilai sendiri-sendiri,
keyakinan, dan persepsi tentang kepribadian, kehidupan, kesehatan, dan persepsi
tentang kepribadian, kehidupan, kesehatan, dan penyembuhan ( Watson, 1997
dalam Tomey & Alligood, 2006).
Dalam pandangan keperawatan Jean Watson, manusia diyakini sebagai person
as a whole, as a fully functional integrated self. Jean Watson mendefinisikan sehat
sebagai kondisi yang utuh dan selaras antara badan, pikiran, dan jiwa, ini
berkaitan dengan tingkat kesesuaian antara diri yang dipersepsikan dan diri yang
diwujudkan. Dari beberapa konsep sehat sakit di atas dapat dikemukakan
beberapa hal prinsip, antara lain:
1. Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang yang sifatnya
multidimensional, yang dapat berfluktuasi tergantung dari interrelasi antara
faktor-faktor yang mempengaruhi.
2. Kondisi sehat dapat dicapai, karena adanya kemampuan seseorang untuk
beradaptasi terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal.
3. Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang terhenti pada titik
tertentu, tetapi berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk berfungsi
pada lingkungan yang dinamis.

Fokus keperawatan ditujukan pada promosi kesehatan dan penyembuhan


penyakit dan dibangun dari sepuluh faktor karatif, yang meliputi :
a. Pembentukan sistem humanistic dan altruistic
Nilai-niai humanistic dan altruistic dipelajari sejak awal kehidupan tetapi
dapat dipengaruhi dengan sangat oleh para pendidik perawat. Faktor ini dapat
didefinisikan sebagai kepuasan melalui pemberian dan perpanjangan dari
kesadaran diri.
4

b. Penanaman (melalui pendidikan) Faith-Hope


Merupakan hal yang sangat penting dalam caratif dan curatif. Perawat perlu
selau memiliki berpikir dan positif sehingga dalam menularkan kepada klien
yang akan membantu meningkatkan kesembuhan dan kesejahteraan klien
c. Pengembangan sensisitifitas atau kepekaan diri kepada orang lain.
d. Pengembangan hubungan yang bersifat membantu dan saling percaya
Sebuah hubungan saling percaya digambarkan sebagai hubungan yang
memfasilitasi untuk penerimaan perasaan positif dan negatif yang termasuk
dalam hal ini,kejujuran,empati,kehangatan,dan komunikasi efektif.
e. Meningkatkan dan saling menerima pengungkapan ekspresi perasaan, baik
ekspresi positif maupun negatif
f. Menggunakan metode ilmiah dan menyelesaikan masalah dan pengambilan
keputusan
g. Meningkatkan dan memfasilitas proses belajar mengajar yang bersifat
interpersonal.
h. Menciptakan lingkungan yang mendukung,melindungi,dan meningkatkan atau
memperbaiki keadaan mental,sosial,kultural dan lingkungan spiritual.
i. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan antusias (kebutuhan-
kebuthan survival,fungsional,integeratif dan grup0
j. Mengembangkan kekuatan faktor excistensial phenomenologic
Dalam praktik keperawatan ‘’caring’’ ditujukan untuk perawatan kesehatan
yang holistik dalam meningkatkan kontrol,pengetahuan dan promosi
kesehatan.

Asumsi dasar teori watson terletak pada 7 asumsi dasar yang menjadi
kerangka kerja dalam pengembangan teori, yaitu:
1. Caring dapat dilakukan dan dipraktikan secara interpersonal.
2. Caring meliputi faktor-faktor karatif yang dihasilkan dari kepuasan terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
3. Caring yang efektif akan menigkatkan status kesehatan dan perkembangan
individu dan keluarga.
4. Respon caring adalah menerima seseorang tidak hanya sebagai seseorang
berdasarkan saat ini tetapi seperti apa dia mungkin akan menjadi dimasa
depannya.
5. Caring environment, menyediakan perkembangan potensi dan memberikan
keluasan memilih kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu yang
telah ditentukan
6. Caring bersifat healthogenic daripada sekedar curing. Praktek caring
mengitegrasikan pengetahuan biopisikal dan perilaku manusia untuk
meningkatkan kesehatan. Dan untuk membantu pasien yang sakit, dimana
caring melengkapi curing.
7. Caring merupakan inti dari keperawatan .
5

Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson,meliputi :


a. Konsep tentang manusia
Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi
(ingin dirawat, dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu)
Manusia pada dasarnya ingin merasa dimiliki oleh lingkungan sekitarnya
merasa dimiliki dan merasa menjadi bagian dari kelompok atau
masyarakat, dan merasa dicintai dan merasa mencintai.
b. Konsep tentang kesehatan
Kesehatan merupakan kuutuhan dan keharmonisan pikiran fungsi fisik dan
fungsi sosial. Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk
meningkatkan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan
merupakan keadaan terbebas dari keadaan penyakit, dan Jean Watson
menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hal
tersebut.
c. Konsep tentang lingkungan
Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta
dalam setiap keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari
generasi ke generasi berikutnya, akan tetapi hal tersebut diwariskan
dengan pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan mekanisme
koping terhadap lingkungan tertentu.
d. Konsep tentang keperawatan
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan
caring ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.

2) Dimensi Caring Menurut K.M.Swanson


Menurut Swanson (1991 dalam Monica, 2008) ada lima asumsi yang
mendasari konsep caring. 5 konsep tersebut adalah :
1. Maintaining belief
Maintaining belief adalah mempertahankan iman dalam kapasitas orang lain,
untuk mendapatkan melalui suatu peristiwa atau transisi dan menghadapi masa
depan dengan bermakna. Tujuannya adalah untuk memungkinkan yang lain
sehingga dalam batas-batas kehidupannya, ia mampu menemukan makna dan
mempertahankan sikap yang penuh harapan.
2. Knowing
Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa seperti yang memiliki
makna dalam kehidupan yang lain. Mengetahui melibatkan untuk menghindari
asumsi tentang makna dari suatu peristiwa dengan yang merawat, yang
berpusat pada kebutuhan lain, melakukan kajian mendalam, mencari petunjuk
verbal dan nonverbal, dan mengikutsertakan dari keduanya.
6

3. Being With
Being with adalah secara emosional hadir untuk yang lain dengan
menyampaikan ketersediaan berkelanjutan, perasaan berbagi, dan pemantauan
yang peduli memberikan tidak membebani orang dirawat.
4. Doing for
Doing for adalah melakukan untuk yang lain apa yang dia akan lakukan untuk
diri sendiri jika hal itu mungkin. Melakukan untuk yang lain berarti
memberikan perawatan yang nyaman, protektif, dan antisipatif, serta
menjalankan tugasnya terampil dan kompeten sambil menjaga martabat orang
tersebut.
5. Enabling
Enabling adalah memfasilitasi bagian yang lain melalui transisi kehidupan dan
peristiwa asing dengan memberi informasi, menjelaskan, mendukung, dengan
fokus pada masalah yang relevan, berfikir melalui masalah, dan menghasilkan
alternatif, sehingga meningkatkan penyembuhan pribadi klien, pertumbuhan,
dan perawatan diri.

C. Komponen Caring Menurut Beberapa Ahli Keperawatan


1. Komponen Caring Menurut Simon Roach
Menurut Roach (1995 dalam Kozier, Barbara, et.al, 2007) ada lima komponen
caring. 5 komponen tersebut adalah:
a. Compassion (kasih sayang)
Compassion adalah kepekaan terhadap kesulitan dan kepedihan orang lain
dapat berupa membantu seseorang untuk tetap bertahan, memberikan
kesempatan untuk berbagi, dan memberi ruang bagi orang lain untuk berbagi
perasaan, serta memberikan dukungan secara penuh.

b. Competence (kemampuan)
Competence adalah memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,
energi dan motivasi sebagai rasa tanggung jawab terhadap profesi.
Compassion tanpa competence akan terjadi kelalaian klinis, sebaliknya
competence tanpa compassion menghasilkan suatu tindakan.
c. Confidence (kepercayaan diri)
Confidence adalah suatu keadaan untuk memelihara hubungan antar manusia
dengan penuh percaya diri. Confidence dapat berupa ekpresi caring yang
meningkatkan kepercayaan tanpa mengabaikan kemampuan orang lain untuk
tumbuh dan menyampaikan kebenaran.
d. Concience (suara hati)
Perawat memiliki standar moral yang tumbuh dari sistem nilai humanistik
altruistik (peduli kesejahteraan orang lain) yang dianut dan direfleksikan pada
tingkah lakunya
e. Commitment
Melakukan tugas secara konsekuen dan berkualitas terhadap tugas, orang,
karier yang dipilih.
7

2. Komponen Caring Menurut K. M. Swanson


Swanson (1991) dalam Middle Theory of Caring mendeskripsikan 5 proses
caring menjadi lebih praktis, yaitu :
(1) ”Komponen Mempertahankan Keyakinan”, mengaktualisasi diri untuk
menolong orang lain, mampu menolong orang lain dengan tulus, memberikan
ketenangan kepada klien, dan memilikisikap yang positif.
(2) “Komponen Pengetahuan”, memberikan pemahaman klinis tentang kondisi
dan situasi klien, melakukan setiap tindakan berdasarkan aturan, dan menghindari
terjadinya komplikasi.
(3) “Komponen Kebersamaan”, hadir secara emosional dengan orang lain, mampu
berbagi dengan klien secara tulus, dan membangun kepercayaan dengan klien.
(4) “ Komponen Tindakan yang Dilakukan”, tindakan terapeutik seperti membuat
nyaman, antisipasi bahaya, dan intervensi yang kompeten.
(5) “Komponen Memungkinkan”, memberikan informed consent pada setiap
tindakan, memberikan respon yang positif terhadap keluhan klien.

D. MANFAAT CARING
Pemberian pelayanan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring perawat mampu
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Penerapan caring yang diintegrasikan
dengan pengetahuan biofisikal dan pengetahuan mengenai perilaku manusia akan
dapat meningkatkan kesehatan individu dan memfasilitasi pemberian pelayanan
kepada pasien. Watson menambahkan bahwa caring yang dilakukan dengan efektif
dapat mendorong kesehatan dan pertumbuhan individu. Selain itu, William (1997)
dalam penelitiannya, menemukan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi
mengenai perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan. Dengan demikian, perilaku caring yang ditampilkan oleh seorang
perawat akan mempengaruhi kepuasan klien.
Perilaku caring perawat tidak hanya mampu meningkatkan kepuasan klien, namun
juga dapat menghasilkan keuntungan bagi rumah sakit. Godkin dan Godkin (2004)
menyampaikan bahwa perilaku caring dapat mendatangkan manfaat finansial bagi
industri pelayanan kesehatan. Issel dan Khan (1998) menambahkan bahwa perilaku
caring staf kesehatan mempunyai nilai ekonomi bagi rumah sakit karena perilaku ini
berdampak bagi kepuasan pasien. Dengan demikian, secara jelas dapat diketahui
bahwa perilaku caring perawat dapat memberikan kemanfaatan bagi pelayanan
kesehatan karena dapat meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu serta
meningkatakan kepuasan pasien sehingga akan meningkatkan kunjungan pasien ke
rumah sakit dan pada akhirnya memberikan keuntungan finansial bagi rumah sakit.
8

E. PERILAKU CARING
Daftar dimensi caring (Caring Dimensions Inventory = CDI) yang didesain
oleh Watson dan Lea (1997 dalam Muchlisin & Ichsan, 2008) merupakan instrumen
yang dikembangkan untuk meneliti perilaku perawat (perilaku caring). Daftar dimensi
caring tersebut antara lain:
CDI 1. Membantu klien dalam ADL.
CDI 2. Membuat catatan keperawatan mengenai klien.
CDI 3. Merasa bersalah /menyesal kepada klien
CDI 4. Memberikan pengetahuan kepada klien sebagai individu
CDI 5. Menjelaskan prosedur klinik
CDI 6. Berpakaian rapi ketika bekerja dengan klien
CDI 7. Duduk dengan klien
CDI 8. Mengidentifikasi gaya hidup klien
CDI 9. Melaporkan kondisi klien kepada perawat senior
CDI 10. Bersama klien selama prosedur klinik
CDI 11. Bersikap manis dengan klien
CDI 12. Mengorganisasi pekerjaan dengan perawat lain untuk klien
CDI 13. Mendengarkan klien
CDI 14. Konsultasi dengan dokter mengenai klien
CDI 15. Menganjurkan klien mengenai aspek self care
CDI 16. Melakukan sharing mengenai masalah pribadi dengan klien
CDI 17. Memberikan informasi mengenai klien
CDI 18. Mengukur tanda vital klien
CDI 19. Menempatkan kebutuhan klien sebelum kebutuhan pribadi
CDI 20. Bersikap kompeten dalam prosedur klinik
CDI 21. Melibatkan klien dalam perawatan
CDI 22. Memberikan jaminan mengenai prosedur klinik
CDI 23. Memberikan privacy kepada klien
CDI 24. Bersikap gembira dengan klien
CDI 25. Mengobservasi efek medikasi kepada klien

Hasil penelitian Amanda et al (1998 dalam Muchlisin & Ichsan, 2008)


menjelaskan bahwa semua item pada CDI mempunyai korelasi positif dengan item
lainnya kecuali CDI no. 3 dan 16.
1. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati
pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Caring adalah sentral
untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan
yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan
kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian
inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan.
9

Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan


memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.
Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam
melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien
dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa
memberikan pelayanan kesehatan yang tepat.
Tiga aspek penting yang mendasari keharusan perawat untuk care
terhadap orang lain. Aspek ini adalah aspek kontrak, aspek etika, dan aspek
spiritual dalam caring terhadap orang lain yang sakit.
1) Aspek kontrak
Telah diketahui bahwa, sebagai profesional, kita berada di bawah
kewajiban kontrak untuk care. Radsma (1994) mengatakan, “perawat
memiliki tugas profesional untuk memberikan care”. Untuk itu, kita
sebagai perawat yang profesional diharuskan untuk bersikap care sebagai
kontrak kerja kita.
2) Aspek etika
Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau salah,
bagaimana membuat keputusan yang tepat, bagaimana bertindak dalam
situasi tertentu. Jenis pertanyaan ini akan memengaruhi cara perawat
memberikan asuhan. Seorang perawat harus care karena hal itu merupakan
suatu tindakan yang benar dan sesuatu yang penting. Dengan care perawat
dapat memberikan kebahagiaan bagi orang lain.
3) Aspek spiritual
Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain
adalah ide utama. Oleh karena itu, berarti bahwa perawat yang religious
adalah orang yang care, bukan karena dia seorang perawat tetapi lebih
karena dia adalah anggota suatu agama atau kepercayaan, perawat harus
care terhadap klien.
Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan
mengembangkan hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi
untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Perawat bertindak dengan
cara yang terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang
dirasakan klien. Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain
yang sering diekspresikan melalui bahasa tubuh, ucapan tekanan suara,
sikap terbuka, ekspresi wajah, dan lain-lain (Kozier & Erb, 1985 dalam
Nurachmah, 2001).
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan
biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan
kebutuhan yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat
yang selanjutnya.
Perawat juga harus memberikan informasi kepada klien. Perawat
bertanggung jawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien.
10

Caring mempuyai manfaat yang begitu besar dalam keperawatan dan


seharusnya tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan klien, bukan
dianggap sebagai sesuatu yang sulit diwujudkan dengan alasan beban kerja
yang tinggi, atau pengaturan manajemen asuhan keperawatan ruangan
yang kurang baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan
keperawatan, memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat
profesi keperawatan memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa
pelayanan kesehatan.

F. Proses Keperawatan Dalam Teori Caring


Watson (1979 dalam Muchlisin & Ichsan, 2008) menekankan bahwa proses
keperawatan memiliki langkah-langkah yang sama dengan proses riset ilmiah, karena
kedua proses tersebut mencoba untuk menyelesaikan masalah dan menemukan solusi
yang terbaik. Lebih lanjut Watson menggambarkan kedua proses tersebut sebagai
berikut:
a. Pengkajian
Meliputi observasi, identifikasi, dan review masalah; menggunakan pengetahuan
dari literature yang dapat diterapkan, melibatkan pengetahuan konseptual untuk
pembentukan dan konseptualisasi kerangka kerja yang digunakan untuk
memandang dan mengkaji masalah danpengkajian juga meliputi pendefinisian
variabel yang akan diteliti dalam memecahkan masalah Watson menjelaskan
kebutuhan yang harus dikaji oleh perawat yaitu:
1. Lower order needs (biophysical needs) yaitu kebutuhan untuk tetap hidup
meliputi kebutuhan nutrisi, cairan, eliminasi, dan oksigenisasi.
2. Lower order needs (psychophysical needs) yaitu kebutuhan untuk berfungsi,
meliputi kebutuhan aktifitas, aman, nyaman, seksualitas.
3. Higher order needs (psychosocial needs), yaitu kebutuhan integritas yang
meliputi kebutuhan akan penghargaan dan beraffiliasi.
4. Higher order needs (intrapersonalinterpersonal needs), yaitu kebutuhan untuk
aktualisasi diri.
b. Perencanaan
Perencanaan membantu untuk menentukan bagaimana variable-variabel akan
diteliti atau diukur, meliputi suatu pendekatan konseptual atau desain untuk
memecahan masalah yang mengacu pada asuhan keperawatan serta meliputi
penentuan data apa yang akan dikumpulkan dan pada siapa dan bagaimana data
akan dikumpulkan.
c. Implementasi
Merupakan tindakan langsung dan implementasi dari rencana serta meliputi
pengumpulan data.
11

d. Evaluasi
Merupakan metode dan proses untuk menganalisa data, juga untuk meneliti efek
dari intervensi berdasarkan data serta meliputi interpretasi hasil, tingkat dimana
suatu tujuan yang positif tercapai, dan apakah hasil tersebut dapat
digeneralisasikan.

G. Persepsi Perawat Tentang Perilaku Caring


Berlawanan dengan perspektif pasien, Ford (1981 dalam Morrison & Burnard,
2009) menggunakan sampel terdiri dari hampir 200 orang perawat untuk
mendefinisikan caring dalam kata-kata mereka sendiri dan untuk menggambarkan
perilaku caring yang mereka lakukan. Sebuah kuesioner digunakan untuk
mengumpulkan data. Analisis data mengungkapkan dua kategori mayor yang
merefleksikan:
(1) perhatian tulus terhadap terhadap kesejahteraan orang lain, dan
(2) mempersembahkan diri sendiri.
Beberapa contoh perilaku caring yang dijelaskan oleh perawat dalam
penelitian adalah mendengarkan, menolong, menunjukan rasa hormat, dan
mendukung tindakan orang lain. Sudut pandang perawat gagal menitikberatkan
dimensi “tugas” yang ditekankan dalam penelitian lain yang melibatkan persepsi
pasien, seperti yang dilaporkan oleh Brown (1982) sebagaimana yang telah dijelaskan
di atas.
Forrest (1989, dalam Morrison & Burnard, 2009) memberikan analisis
fenomenologis mengenai pengalaman perawat dalam caring terhadap pasien.
Pendekatan fenomenologis dikarakteristikkan dengan penekanannya pada pengalaman
hidup. Pendekatan tersebut berupaya memahami fenomena (dalam hal ini caring
terhadap orang lain) dari perspektif individu yang sedang diteliti. Aksennya adalah
pada kedalaman bukan kuantitas dari data yang dikumpulkan, dan prosedur analisis
yang sangat ketat juga harus dipatuhi. Dalam studi ini hanya 17 informan yang
terlibat. Dua kategori mayor teridentifikasi, yaitu: (1) definisi caring dan (2) faktor
yang mempengaruhi caring.
Kategori pertama “definisi caring” dibagi lagi menjadi dua sub-kategori:
keterlibatan dan interaksi. Kategori kedua “faktor yang mempengaruhi caring”, dibagi
lagi menjadi lima tema: diri sendiri, pasien, frustasi, koping, dan kenyamanan, serta
dukungan. Sekali lagi perhatikan bagaimana perbedaan pendekatan terhadap masalah
mempengaruhi tipe data yang muncul dari riset. Dengan strategi yang sangat kualitatif
dan mendalam, muncul gambaran detail yang menyampaikan beberapa faktor
kompleks yang mempengaruhi caring dalam keperawatan.

H. Persepsi Pasien Tentang Perilaku Caring


Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku Caring yang
dimiliki perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk
memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori Caring Swanson
(1991 dalam Monica, 2008) menjelaskan tentang proses Caring yang terdiri dari
bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir
secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan
terhadap diri
12

sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi
kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup.
Mengenali kebiasaan perawat yang dirasakan klien sebagai Caring
menegaskan apa yang klien harapkan dari pemberi pelayanan. Kemudian, klien
menilai efektivitas perawat dalam menjalankan tugasnya. Klien juga menilai pengaruh
dari pelayanan keperawatan. Sikap pelayanan yang dinilai klien terdiri dari bagaimana
perawat menjadikan pertemuan yang bermakna bagi klien, menjaga kebersamaan, dan
bagaimana memberikan perhatian penuh.
Perbedaan persepsi klien dapat terlihat dari contoh berikut. Contoh pertama,
perawat masuk ke kamar klien dengan memberi salam dan senyuman, lalu melakukan
kontak mata, kemudian duduk, menyentuh klien dan bertanya tentang apa yang ada
dipikiran klien lalu mendengarkannya, kemudian memeriksa cairan intravena,
mengkaji, dan memeriksa rangkuman tanda vital klien sebelum meninggalkan
ruangan. Contoh kedua, perawat masuk ke kamar klien kemudian memeriksa cairan
intravena, memeriksa rangkuman tanda vital, melakukan salam tanpa duduk dan
menyentuh klien, perawat bertanya tentang keadaan klien kemudian pergi.
Pada contoh pertama terlihat kepedulian dan keramahan perawat sehingga
klien merasa nyaman. Contoh kedua mengekspresikan ketidakpedulian terhadap
masalah klien sehingga klien merasa kurang nyaman. Persepsi klien dapat berbeda-
beda karena semua klien memiliki ciri khas. Persepsi klien menjadi hal yang penting
bagi perawat dalam meningkatkan kemampuan.
Penelitian terhadap persepi klien penting karena pelayanan merupakan fokus
terbesar dari tingkat kepuasan klien. Tingkat kepuasan klien dapat dinilai dari
bagaimana klien menggunakan sistem pelayanan kesehatan. Apa keuntungan yang
klien dapat juga sebagai indikator tingkat kepuasan klien.
Jika perawat memili sikap sensitif, simpatik, melindungi klien, memberi
kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta mudah
berbagi perasaan yang dimilikinya. Klien merasa semakin puas saat perawat
melakukan tindakan Caring. Pelayanan keperawatan yang baik terdiri dari perhatian
yang penuh, hubungan kerja yang baik, serta perilaku Caring. Kepuasan klien tidak
hanya terlihat dari kepuasan pelayanan kesehatan tetapi juga kepuasan terhadap
tindakan keperawatan yang dilakukan.
Kepuasan klien juga merupakan faktor penting dalam memutuskan kembali
untuk berobat atau menjalani tindakan keperawatan. Tindakan Caring membangun
kepercayaan klien terhadap kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan.
Kepercayaan pada tindakan keperawatan juga memunculkan kepercayaan terhadap
institusi kesehatan.
Hal yang penting adalah mengetahui bagaimana klien menerima Caring dan
pendekatan apa yang paling baik dalam menyelenggarakan pelayanan. Sikap Caring
merupakan permulaan yang baik. Hal ini juga penting untuk menjelaskan persepsi dan
harapan khusus klien. Membangun suatu hubungan yang baik terhadap klien dapat
membantu perawat mengetahui apa yang penting bagi klien. Sikap ini juga membantu
perawat mengatasi perbedaan antara persepsi perawat dan klien tentang Caring.
Perawat
13

harus mengetahui siapa klien dan mengenali klien agar suatu hubungan yang baik
terwujud dan perawat mampu memilih pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan
klien.

I. Cara Mengukur Perilaku Caring


Perilaku caring dapat diukur dengan beberapa alat ukur (tools) yang telah
dikembangkan oleh para peneliti yang membahas ilmu caring. Beberapa penelitian
tentang caring bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Watson (2009) menyatakan
bahwa pengukuran caring merupakan proses mengurangi subyektifitas, fenomena
manusia yang bersifat invisible (tidak terlihat) yang terkadang bersifat pribadi, ke
bentuk yang lebih obyektif. Oleh karena itu, penggunaan alat ukur formal dapat
mengurangi subyektifitas pengukuran perilaku caring.
Tujuan pemakaian alat ukur formal pada penelitian keperawatan tentang
perilaku caring antara lain: untuk memperbaiki caring secara terus menerus melalui
penggunaan hasil (outcomes) dan intervensi yang berarti untuk memperbaiki praktik
keperawatan; sebagai studi banding (benchmarking) struktur, setting, dan lingkungan
yang lebih menujukkan caring; mengevaluasi konsekuensi caring dan non caring
pada pasien maupun perawat. Alat ukur formal caring dapat menghasilkan model
pelaporan perawatan pada area praktik tertentu, mengidentifikasi kelemahan dan
kekuatan proses caring dan melakukan intervensi untuk memperbaiki dan
menghasilkan model praktik yang lebih sempurna. Selain itu, penggunaan alat ukur
formal dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang hubungan caring,
kesehatan dan proses kesembuhan dan sebagai validasi empiris untuk memperluas
teori caring serta memberikan petunjuk baru bagi perkembangan kurikulum, keilmuan
keperawatan, dan ilmu kesehatan termasuk penelitian.
Pengukuran perilaku caring perawat dapat dilakukan melalui pengukuran
persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat. Penggunaan persepsi pasien dalam
pengukuran perilaku caring perawat dapat memberikan hasil yang lebih sensitif
karena pasien adalah individu yang menerima langsung perilaku dan tindakan perawat
termasuk perilaku caring.
Beberapa alat ukur formal yang mengukur perilaku caring perawat
berdasarkan persepsi pasien antara lain caring behaviors assesment tool (digunakan
oleh Cronin dan Harrison, 1988), caring behavior checklist and client perception of
caring (digunakan oleh McDaniel, 1990), caring professional scale (digunakan oleh
Swanson, 2000), caring assesment tools (digunakan oleh Duffy, 1992, 2001), caring
factor survey (digunakan oleh Nelson, Watson, dan Inovahelath, 2008).

Caring behaviors assesment tool (CBA) dilaporkan sebagai salah satu alat
ukur pertama yang dikembangkan untuk mengkaji caring. CBA dikembangkan
berdasarkan teori Watson dan menggunakan 10 faktor karatif. CBA terdiri dari 63
perilaku caring perawat yang dikelompokkan menjadi 7 subskala yang disesuaikan 10
faktor karatif Watson. Tiga faktor karatif pertama dikelompokkan menjadi satu
subskala.
14

Enam faktor karatif lainnya mewakili semua aspek dari caring. Alat ukur ini
menggunakan skala Likert (5 poin) yang merefleksikan derajat perilaku caring
menurut persepsi pasien.
Validitas dan reliabilitas alat ukur ini telah diuji oleh empat ahli berdasarkan
teori Watson. Cronin dan Harrison (1988 dalam Watson, 2009) meneliti 22 pasien
infark miokard, kemudian Huggins et.al (1993 dalam Watson, 2009) meneliti 288
pasien ruang emergensi. Mereka menggunakan Alpa Cronbach pada 7 subskala yang
berkisar antara 0,66 sampai 0.90.
Selain itu, Schultz, et.al. (1999 dalam Watson 2009) menggunakan alat ukur
ini dengan tes reliabilitas dengan kisaran 0.71 sampai 0,88 pada subskala, dan Alpa
Cronbach 0.93 pada skala total. Penelitian terbaru oleh Manogin, Bechtel, dan Rami
(2000 dalam Watson, 2009) menggunakan CBA, mereka melaporkan reliabilitas Alpa
Cronbach tiap subskala berkisar dari 0,66 sampai 0.90. Cronin dan Harrison (1988
dalam Watson 2009) menemukan dua perilaku caring paling penting menurut pasien
yaitu “membuat saya merasa sebagai seseorang jika saya membutuhkan mereka”, dan
“tahu apa yang mereka lakukan”. Sedangkan perilaku caring yang paling tidak
penting menurut pasien adalah “mendatangi saya ketika saya pindah ke rumah sakit
lain” dan “menanyakan kepada saya apa nama panggilan kesukaan saya”. Ini
menunjukan bahwa perilaku caring yang paling penting menurut pasien yaitu
bagaimana perawat menampilkan kemampuan profesionalnya.
Alat ukur caring behavior checklist (CBC) and client percepstion of caring
(CPC) dikembangkan oleh McDaniel (1990 dalam Watson 2009) dengan dua jenis
pengukuran. McDaniel membedakan “caring for” dan “caring about”. CBC didesain
untuk mengukur ada tidaknya perilaku caring (observasi). CPC merupakan kuesioner
yang mengukur respon pasien terhadap perilaku caring perawat. Dua alat ukur ini
digunakan bersama-sama untuk melihat proses caring.
CBC terdiri dari 12 item perilaku caring. Alat ukur ini membutuhkan seorang
observer yang menilai interaksi perawat-pasien selama 30 menit. Rentang nilai 0 (nol)
sampai 12 (dua belas), nilai tertinggi menunjukkan ada perilaku caring yang
ditampilkan. CPC ditunjukkan kepada pasien setelah diobservasi. Alat ukur ini terdiri
dari 10 item dengan 6 rentang skala. Rentang skor 10 sampai 60, dimana skor
tertinggi menunjukkan derajat perilaku caring yang ditunjukkan yang dipersepsikan
pasien bernilai tinggi, begitu juga sebaliknya (McDaniel, 1990 dalam Watson.
Validitas CBC menggunakan Content Validity Index (CVI) yakni sebesar 0,80.
Reliabilitas CPC menggunakan konsistensi internal yakni alpa sebesar 0.81.
reliabilitas CBC menggunakan pernyataan interater dan dihasilkan nilai rentang 0,76
sampai1,00, dimana 8 dari 12 item adalah 0,90 atau di atas rata-rata.
Alat ukur caring professional scale (CPS) dikembangkan oleh Swanson
(2000, dalam Watson 2009) dengan menggunakan teori caring Swanson (suatu
middle range theory yang dikembangkan berdasarkan penelitiannya pada 185 ribu
yang mengalami keguguran). CPS terdiri dari dua subskala analitik yaitu
Compassoionate Healer dan Competent Practitioner, yang berasal dari 5 komponen
caring Swanson yakni
15

mengetahui, keberadaan, melakukan tindakan, memampukan, dan mempertahankan


kepercayaan. Alat ukur caring professional scale (CPS) dikembangkan oleh Swanson
(2000, dalam Watson 2009) dengan menggunakan teori caring Swanson (suatu
middle range theory yang dikembangkan berdasarkan penelitiannya pada 185 ribu
yang mengalami keguguran). CPS terdiri dari dua subskala analitik yaitu
Compassoionate Healer dan Competent Practitioner, yang berasal dari 5 komponen
caring Swanson yakni mengetahui, keberadaan, melakukan tindakan, memampukan,
dan mempertahankan kepercayaan.
CPS terdiri dari 14 item dengan 5 skala Likert. Validitas dan reliabilitas CPS
dikembangkan dengan menghubungkan alat ukur CPS dengan subskala empati The
Barret-Lenart Relationship Inventory (r=0,61, p<0,001). Nilai estimasi Alpa
Cronbach untuk konsistensi internal digunakan untuk membandingkan beberapa
tenaga kesehatan advance practice nurse (0,74 sampai 0,96), nurse (0,97), dan dokter
(0.96).
Alat ukur caring assesment tools (CAT) dikembangkan oleh Duffy (1990
dalam Watson, 2009) pada program doktoralnya. Alat ukur ini didesain untuk
penelitian deskriptif korelasi. CAT menggunakan konsep teori Watson dan mengukur
10 faktor kuratif. Alat ukur ini terdiri dari 100 item dengan menggunakan skala Likert
dari 1 (caring rendah) sampai 5 (caring tinggi), sehingga kemungkinan skor total
berkisar antara 100 samapai 500. Sampel penilitian yang digunakan saat itu dalah 86
pasien medikal bedah.
Caring factor survey (CFS) merupakan alat ukur terbaru yang menguji
hubungan caring dan cinta universal (caritas). Caritas merupakan merupakan
pandangan baru Watson tentang caring (2008). CFS mengkaji penggunaan caring
fisik, mental, dan spiritual yang dilaporkan oleh pasien yang mereka lewat. CFS
dikembangkan oleh Karen Drenkard, John Nelson, Gene Rigotti dan Jean Watson
dengan bantuan program riset dari Inovahealth di Virginia. Alat ukur ini awalnya
terdiri 20 item kemudian direduksi menjadi 10 item pertanyaan, tiap pernyataan
mewakili satu proses caritas. CFS menggunakan skala Likert dari 1 sampai 7. Skala
terendah (1-3) mengindikasi tidak setuju, 7 sangat setuju, dan 4 netral. Semua item
berupa pernyataan positif, ditujukan kepada pasien atau keluarga pasien. Nilai Alpa
Cronbach pada 20 pernyataan adalah 0,70 kemudian 20 item tersebut direduksi
menjadi 10 item untuk menaikkan nilai Alpa Cronbach.
Beberapa alat ukur di atas merupakan instumen yang dapat digunakan untuk
mengukur perilaku caring perawat menurut persepsi pasien. Penilaian ini tentunya
sangat bergantung dari persepsi pasien terhadap tindakan atau pelayanan yang
diterimanya dari perawat.

J. Peran Perawat Konsep Caring Komunitas Dalam Asuhan Keperawatan


Komunitas adalah kelompok sosial yang tingga dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang
sama. (WHO).
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama
16

dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana
mesekak tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Linda Jarvis)
Komunitas dipandang sebagai target pelayanan kesehatan sehingga diperlukan suatu
kerjasama yang melibatkan secara aktif masyarakat untuk mencapai peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk itu dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan yang diberikan perawat komunitas merupakan suatu upaya yang esensial
atau sangat dibutuhkan oleh komunitas, mudah dijangkau, dengan pembiayaan yang
murah, lebih ditekankan pada penggunaan teknologi tepat guna.
Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dimana individu, keluarga maupun
masyarakat sebagai pelaku kegiatan upaya peningkatan kesehatan serta bertanggung
jawab atas kesehatannya sendiri berdasrkan azas kebersamaan dan kemandirian.
Perawatan Kesehatan Masyarakat merupakan sintesa dari praktek keperawatan dan
praktek kesehatan masyarakat yang diaplikasikan untuk meningkatkan kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan dari masyarakat. Perawatan Kesehatan Masyarakat
mempunyai tujuan membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan dan
pencegahan terhadap penyakit melalui:
1.Pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada individu, keluarga, dan
kelompok dalam masyarakat, dengan strategi intervensi yaituproses kelompok,
pendidikan kesehatan serta kerjasama (partnership).
2.Memperhatikan secara langsung terhadap status kesehatan seluruh masyarakat
secara komprehensive.
Pada Perawatan Kesehatan Masyarakat harus mempertimbangkan beberapa
prinsip, yaitu:
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar
bagi komunitas.
17

2. Kerjasama
Kerjasaman dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral.
3. Secara Langsung asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan
intervensi, klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan.
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri.
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa
alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.
18
Bab III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam dunia keperawatan, sifat care seorang perawat sangat dibutuhkan dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada klien ataupun pasiennya khususnya dalam memenuhi kebutuhan
dasar pasien. Jika seorang perawat tidak menerapkan konsep caring kepada pasiennya maka
asuhan keparawatan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dengan
demikian akan terjadi kesenjangan antara pasien dan perawat dan proses penyembuhan pun
akan berjalan lambat.Oleh sebab itu, seorang perawat wajib mempunyai dan menerapkan
sifat caring ketika sedang memberikan asuhan keperawatan kepada pasiennya. Tetapi hasil
atau manfaat dari caring ini tidak dapat dirasakan jika tidak adanya respon dari klien.
Penerapan caring juga harus melihat situasi maupun keadaannya. Jika keadaan tidak
memungkinkan dan caring diterapkan maka akan terjadi kekacauan.

B. Saran
Supaya pasien merasa nyaman pada saat perawat memberikan asuhan keperawatan maka
perawat harus menerapkan sikap caring untuk melancarkan prosos penyembuhan kepada
pasien. Selain itu pasien juga harus mendukung sikap caring yang diterapkan oleh perawat
kepadanya
19

Daftar Pustaka

 http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/
Meidiana Dwidiyanti. 2008. Keperawatan Dasar. Semarang. Hasani
Watson, Jean. (2004). Theory of human Caring. Http: //www2.uchse.edu/son/caring

Anda mungkin juga menyukai