Anda di halaman 1dari 23

BAHAN LELEDAK DAN TEKNIK PELEDAKAN

MENGHITUNG PRODUKSI BATU GAMPING

Disusun Oleh :

Gloria Yensenem / 4521046113


1. PENDAHULUAN

Aspal sebagai salah satu bahan bitumen atau perekat untuk konstruksi
jalan sudah lama digunakan secara luas dalam konstruksi jalan raya. Hal ini
disebabkan aspal memiliki beberapa kelebihan di banding dengan
bahan-bahan lain, diantaranya harganya yang relatif lebih murah dari pada
beton, kemampuannya dalam mendukung beban berat kendaraan yang tinggi,
sifat kenturnya mendukung kenyamanan pengendara dan dapat dibuat dari
bahan-bahan dalam negeri yang tersedia.

Jalan raya dengan perkerasan aspal merupakan sebagian besar


prasarana transportasi di Indonesia. Oleh karena itu, campuran aspal
membutuhkan perkuatan dengan bahan tambah sebagai modifikasi untuk
mendukung kekuatan, kelenturan plastis, jumlah rongga udara, ketehanan
terhadap gaya luar, dan cuaca.

Pada aspal, baik dari alam maupun hasil residu penyulingan minyak,
mempunyai andil dalam mendukung keberhasilan pembangunan. Posisi aspal
sangat strategis ditinjau dari pemakaiannya yaitu sebagai pelapis, pengikat,
pemelihara, penunjang, peningkat, pembangunan jalan, dan juga pengganti
jembatan. Oleh karena itu, aspal merupakan sala satu indikator untuk menilai
hasil pembangunan.
Aspal sudah dikenal sebelum awal eksploitasi ladang minyak sebagai
produk asal alam, yang disebut dalam hal ini adalah aspal asli. Bitunie adalah
produk alami tidak lagi digunakan dalam industri. Bitumen diperoleh sebagai
produk sampingan dari penyulingan minyak bumi dapat digunakan sebagai
atau mengalami proses fisik dan kimia yang mengubah komposisi dalam
rangka untuk memberi sifat tertentu. Proses yag paling umum adalah proses
oksidasi dan pencampuran dengan polimer yang berbeda.

2. GEOLOGI

Kata “aspal” identik dengan jalan raya yang mulus. Secara ilmiah aspal
merupakan bitumen yang secara umum merupakan sekelompok material yang
terbentuk dari campuran hidrokarbon yang dapat dilebur (fusible) dan mencair
(soluble) dalam karbon bidulfide (hidrokarbon, sulfur, oksigen, dan klor).

Aspal terbagi menjadi dua jenis yaitu aspal minyak dan aspal alam.
Aspal minyak diperoleh dari prnyulingan minyak bumi dengan berbagai kadar,
bolume lebih besar ekonomis dari pada aspal alam. Adanya variasi kadar ini
memungkinkan pakainya aspal diberbagai industri, sehingga kedudukan aspal
alam banyak diganti oleh aspal minyak.

Aspal alam terbentuk perlahan-lahan dari fraksionasi alami minyak


bumi didekat minyak bumi. Aspal alam terdapat di alam biasanya dalam
bentuk batuan sehingga biasa disebut batuan aspal. Aspal disebabkan adanya
pengaruh tektonik terhadap minyak bumi yang diduga semula terkandung
dalam batuan induk kemudian berimigrasi melalui dasar dan bergimpregnasi
batuan sekitarnya, yaitu batu gamping dan batu pasir. Mineral aspal
membentuk suatu danau yang mengisi pori-pori, celah batuan, atau deposit
yang mengandung campuran aspal alam dan bahan mineral dalam berbagai
porsi.

2.1. Mula Jadi Dan Mineralogi

Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive),


berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering
juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal
yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal
berasal dari aspal alam (aspal buton) atau aspal minyak (aspal yang berasl
dari minyak bumi).Berdasarkan konsitensinya, aspal dapat disklasifikasikan
menjadinaspal padat, dan aspal cair.

Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan


senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor.
Aspal sebgai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat
viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila
dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia
belum berkarakteriasasi dengan baik.

Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh,
alifatik dan aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekil.
Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah
nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain.

Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10%


hidrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik
besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas
aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya
besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar
senyawa diaspal adalah senyawa polar.
a. Aspal Minyak

Sumber aspal ini berasal dari kaling minyak (refinery bitumen).


Aspal apa yang di hasilkan dari industri kilang minyak mentah (crude
oil) dikena sebagai residual bitumen, straight bitumen atau steam
refined bitumen. Istilah refinery bitumen merupakan nama yang tepat
dan umum digunakan.

Aspal yang dihasilkan dari minyak mentah yang diperoleh


melalui proses destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan
dengan pemanasan hingga suhu 350 derajat C dibawah tekanan
atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak seperti gas oline
(bensin), kerosene (minyak tanah) dan gas oil.

b. Aspal Alam

Aspal alam terbentuk perlahan-lahan dari fraksionasi alami minyak


bumi didekat minyak bumi. Aspal alam terdapat di alam biasanya dalam
bentuk batuan sehingga biasa disebut batuan aspal. Aspal alam disebabkan
adanya pengaruh tektonik terhadap minyak bumi yang diduga semula
terkandung dalam batuan induk kemudian berimigrasi melalui dasar dan
mengimpregnasi batuan sekitarnya, yaitu batu gamping dan pasir. Secara
teoritis, aspal alam terbentuk perlahan lahan dari fraksionasi alam minyak
bumi didekat permukaan material aspal membentuk suatu danau yang
mengisi pori-pori, celah batuan, atau deposit yang mengandung campuran
aspal alam dan bahan mineral dan berbagai porsi.

Di alam, batuan aspal berkadar bitumen sesuai dengan aslinya, seperti:

• Batuan aspal kapur yang merupakan natural limestone rock aspalt


dengan kadar 9-12% dan pertimbangan material pengotor bebas.
• Batuan aspal yang merupakan natural sandstone rock aspalt terkadar
7% sisanya bebas dari tanah liat atau material yang lain.

• Batuan aspal terproses yang terdiri atas natural sandstone aspalt yang
tercampur dengan beberapa bagian semen aspal.

2.2. Potensi Dan Cadangan

Berdasarkan data PT. Sarana Karya, potensi aspal buton (absuton)


sejumlah sekitar 184 juta ton dengan kadar aspal 15-35%. Secara umum
keterdapatan aspal buton terletak hanya antara 1,5-10 meter dibawah
permukaan tanah. Lokasi aspal buton ini terdapat pada lima daerah yang
dianggap ekonomis yaitu Waisiu, Kabungka, Winto, Wariti, dan Lawale ( tabel
1), meliputi area seluas 70.000 Ha yang membujur dari Teluk Sampolawa Di
sebelah selatan sampai Teluk Lawele diselah utara dalam suatu graben di
selatan. Saat ini aspal buton dikelolah oleh PT. Sarana Karya dengan kuasa
pertambangan eksploitasi aspal mulai berlaku tanggal 1 januari 1991 s/d 1
januari 2001 dengan wilayah konsesi seluas 8.000 Ha dengan produksi
kurang dari 500 ribu ton per tahun. Produk aspal buton yang dihasilkan oleh
PT. Sarana Karya meliputi aspal buton biasa (ukuran maksimum 12,7 mm)
dan aspal buton halus (lolos saringan 4,7 mm).

Tabel 1. Estimasi cadangan aspal Buton pada daerah konsesi PT. Sarana
Karya.

No. Lokasi Cadangan Kadar Aspal

(ton) (%)
1. Waisiu 100.000 ± 35

2. Kabungka 60.000.000 15-35

3. Winto 3.200.000 25-35

4. Wariti 600.000 ± 30

5. Lawele 100.000.000 15-30

Data cadangan berdasarkan hasil pengumpulan data-data pembiran


hasil eksplorasi yaitu sebesar 184 juta ton, sedangkan jumlah produksi dari
tahun 1926 sampai 2002 sekitar 4,9 juta ton, hal ini menunjukkan bahwa sisa
cadangan relatif masih cukup besar.

Sebagai contoh pada penampang lapangan galababi di daerah winto


terlihat jelas endapan aspal yang berupa aspal yang berupa lensa-lensa
dimana keterdapatannya tidak menyambung dan ketebalan lapisan aspalnya
pun bervariasi antara 2-13 m. Ketebalan lapisan tanah penutup relatif sangat
tipis sekitar 1m-6m.

Penambangan yang dilakukan baru mencapai kedalaman 2-10m,


sehingga dapat diperkiraan masih cukup tebal lapisan endapan aspal yang
belum di tambang, kondisi ini diperlihatkan penampang vertikal hasil
pemboran dan penambangan yang masih menyisakan cadangan aspal yang
relatif besar.

Potensi cadangan alam dipulau Butan saat ini berjumlah 5,72 ton
dengan kadar bitumen 20-30%. Mengingat jumlah cadangan tersebut untuk
memasok kebutuhan aspal di Indonesia yang saat ini lebih dari 500 ribu ton
sangat tidak mungkin oleh karena itu cadangan yang masih ada dapat
dimanfaatkan sebagai pelapis permukaan jalan dan pengikat agregat
sebagai aspal hot mix. Konsumen diarahkan ke Indonesia kawasan timur
yang mempunyai jarak yang tidak terlalu jauh sehingga pengangkutan tidak
memerlukan ongkos tinggi.

3. PERTAMBANGAN

Pulau Buton merupakan tambang aspal terbesar didunia dengan


depositi tambang diperkirakan sebesar tak kurang dari 750 juta ton. Aspal
buton pada saat ini di Indonesia sebagain besar masih diaplikasikan sebagai
produk pengganti (subtusi) sekaligus produk pelengkap dari aspal minyak
(komplementer) dari aspal minyak. Seperti diketahui bahwa produk aspal
minyak di Indonesia hampir seluruhnya di impor, sehingga untuk mengurangi
ketergantungan aspal impor tersebut Pemerintah melalui Dapartemen PU
mensyaratkan pemakaian aspal Buton ini sekitar 10%-30% perlu diketahui
bahwa aspal Buton ini mempunyai keunggulan untuk mengurangi biaya
pemakaian aspal minyak sekitar 20%-30% dan untuk meningkatan kualitas
jalan dan mutu konstruksi, karena aspal buton memiliki kamampuan untuk
meningkatkan titik lembek dan kelekatan campuran, sehingga dengan
menggunakan campuran aspal buton dan aspal minyak akan diperoleh mutu
jalan yang tinggi tetapi dengan harga yang murah karna harga aspal buton
lebih murah dibanding dengan aspal minyak. Adapun produk yang tersedia
untuk asbuton campuran ada 3 (tiga) macam yaitu: PRA-CAMPUR, Butir
B5/20 dan Butir B50/30, Pra campur merupakan aspal modifikasi mutu tinggi
dengan campuran aspal minyak 90% dan aspal buton ekstraksi sebanyak
10%, Buton B5/20 merupakan campuran aspal aspal panas B50/30
merupakan campuran aspal panas yang menghemat aspal minyak sebesar
30%.

3.1. EKSPLORASI

Kegiatan eksplorasi aspal butom dilakukan dengan dua cara, yaitu


eksplorasi seismik dan elektrik.

a. Eksplorasi Seismik

Di lakukan untuk menganilisis tebal tanah penutup. Eksplorasi


dilaksanakan sepanjang 12 garis pengukuran, dengan regu pencatat berada
sekitar 500 meter dari titik tenbak untuk dapat menyelidiki samapai
kedalaman 100 meter.

Arah lapisan napal untuk lapisan aspal 34 derajat NE dan kemiringan 26


derajat NU, sekitar 10 m dibawah lapisan aspal. Kecepatan gelombang
antara batu aspal dan napal tidak dapat dihitung dengan analisis, sehingga
garis batas antara keduamya hampir tidak diketahui. Tebal tanah penutup 7m
atau kurang tidak dapat diketahui. Kecepatan gelombang seismik dalam
tanah penutup sekitar 400-600 m/detik.

b. Eksplorasi Geolistrik

Dikerjakan dengan dua cara yaitu horizontal atau vertical. Cara vertikal
dipakai untuk menyelidiki variasi vertikal dari tanah dan batuan. Kesalahan
kecil akibat tidak teraturnya permukaan tanah tidak dapat dihindarkan.
Variasi dari revistisitas arah vertikal digambarkan sebagai resistivity log.

Cara horizontal digunakan untuk menyelidiki variasi horizontal dari batuan


aspal yaitu dengan memindahkan serial elektroda secara horizontal yang
diatur pada interval yang sama (2,5 dan 10 meter) menurut prinsip wanner
melalui pengukuran berulang kali. Risistivitas yang tercaatat menunjukkan
kandungan bitumen. Batu aspal berbitumen lebih tinggi akan mempunyai
nilai resistivitas yang relatif lebih tinggi pula. Tetapi hubungan kuantitatif
antara kandungan bitumen dan resistivitas tak dapat diketahui dalam
penyelidikan eksplorasi oleh karenanya nilai resistivitas dibagi menjadi dua
golongan.

- Nilai resistivitas lebih dari 150 Ohm-M untuk aspal bitumen di atas 10%.
- Nilai resistivitas lebih dari 150 Ohm-M untuk aspal berbitumen di bawah 10%.
Nilai batas resistivitas antara kandungan bitumen yang tinggi dan rendah
perlu dikoreksi setelah hasil analisis kandungan bitumen diketahui. Pada
umumnya tanah alluvial, tanah penutup, dan napal lauk yang kelihatan
mencolok mempunyai resistivitas kurang dari 50 Ohm-M. Dengan demikian
material penutup mudah dibedakan dengan batu aspal ditinjau dari
resistivitasnya.

3.2. PENAMBANGAN

Sampai saat ini penambangan aspal alam hanya dilakukan di


kabungka yang dilakukan dengan cara tambang terbuka. Penambangan
dilakukan dengan cara mengupas tanah penutup kemudian batu aspalnya
dieksploitasi dengan peledakan, pengecilan ukuran pemilihan kadar dan
pencampuran. Kadar bitumen berkisar antara 3-15% dengan hasil
pencampuran berkisar 6,5-7%.

Lapisan aspal Buton yang refleksinya batuan induk (batuan induknya


pasir) digali dengan Bulldozer (Ripping) dan yang batuan induknya kapur
digali dengan peledakan hasil galian aspal buton diangkut ke crushing plant
untuk dipecah menjadi tiga macam ukuran disaring dalam bentuk curah.
Aspal buton curah diangkut palabuhan banabung untuk di muat
kekapal/tongkang dengan alat muat ship loader/conveyor dan kemudian
dikirim kedaerah yang memerlukan di Indonesia.

3.3. PENGOLAHAN

a. Pengolahan Aspal Minyak


Pada tahun 1881-1901 berbagai percobaan dilakukan untuk
menemukan konversi dari suatu residu minyak menjadi produk setengah
padat, tetapi hasilnya belum memenuhi persyaratan untuk pelapis jalan baru
pada tahun 1902 aspal minyak dapat diterima oleh pasar dengan jumlah
yang cukup besar kurang lebih 90% terutama setelah penemuan minyak
dicalifornia yang menghasilkan residu padat dan setengah padat dengan
sifat sama seperti aspal alam. Proses penyulingan minyak mentah pertama
dilakukan dengan menggunakan batch still dengan memisahkan dari fraksi
yang lebih ringan dan dan lebih volatile hasil residu tergantung dari pada
jumlah fraksi ringan yang dapat dipisahkan pada temperature sekitar 700
derajat F. Proses aspal dikenal sebagai aspal minyak, sedangkan dari proses
penguapan diperoleh aspal uap. Penemuan tabung kontinu atau pipa still
pada tahun 1912 telah memudahkan produk residu secara kontinu dalam
operasinya penemuan tersebut juga memungkinkan untuk mengelola jenis
minyak yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan produk dari proses ini
dikenal dengan straight reduced atau straight non aspalt. Munculnya proses
continuous cracking pada tahun 1923 menyebabkan aspal panas menjadi
faktor penentu untuk pengaspalan jalan atau industri dan terus berkembang
sehingga pasokan aspal panas cukup dengan hanya menggunakan fraksi
kecil dari minyak mentah pada taraf catalytic carcking. Setelah itu teknik baru
oksidasi terus berkembang misalnya dengan perubahan bejana peniupan
horizontal menjadi vertikal, peniupan bertekanan tinggi, pengontrol
temperature yang lebih baik dan pemakaian katalisator. Produknya sekarang
dikenal sebagai air-blow aspalt dengan berbagai tipe dan kadar. Aspal tiup
telah dikembangkan dengan mencampurkan bahan pengisi, polimer, soloen,
dalam bentuk emulsi. Pengembangan diseuaikan dengan kondisi pasar
berdasarkan fungsi dan pemakaiannya.
b. Pengolahan Batuan Aspal

Untuk memudahkan pengangkutan batuan aspal terutama


pengaspalan dan pelayanan terhadap pemakai diperlukan pengecilan ukuran
dan kadar tertentu. Untuk memproduksi aspal buton perusahaan telah
memiliki 1 unit pemecah batu aspal jenis hummer mill buatan Jaques,
Australia dengan kapasitas giling 250 ton/jam menghasilkan tiga macam
ukuran dengan hasil pecahan dengan penggilingan.

Untuk memenuhi kebutuhan konsumen pada tahu 1977, PAN buton


membangun sebuah pabrik dibenabung untuk mencetak aspal alam bentuk
briket. Pendirian pabrik karena adanya anggapan dari konsumen aspal
bahwa aspal halus dalam bentuk curah adalah bukan aspal. Tetapi sejak
pabrik tidak dipakai lagi karena suatu alasan yang kurang pasti meskipun
biaya investasi cukup besar sekitar 200 juta . pada tahun 1978 dibangun pula
suatu pabrik pengolah unit pemecah aspal dikabungan. Operasi percobaan
pada bulan Maret – juni 1979 dengan produk dalam tiga jenis ukuran -50mm
sampai +10mm sampai saat ini crushing plant tersebut masih dipakai.
4. PENGGUNAAN DAN SPESIFIKASINYA

Dalam perkerasan jalan terutama untuk pekerasan lentur, material


aspapl adalah material yang sangat penting sebagai pengikat antara agregat.
Aspal atau bitumen merupakan material berwarna hitam kecoklatan yang
bersifat viiskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila terdapat cukup
pemanasan atau sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal
dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama
proses produksi dan masa pelayanannya.

Persyaratan aspal sendiri adalah aspal yang berasal dari minyak bumi,
mempunyai sifat sejenis dengan kadar parafine dalam aspal tidak melebihi 2%
tidak mengandung air dan tidak berbusa jika dipanaskan sampai suhu 75
DerajatC.

4.1. Prosedur Pengujian

▶ Pengujian Terhadap Aspal

Adapun macam-macam pengujian aspal, diantaranya adalah sebagai berikut:

a). Uji Penetrasi


Pengujian tersebut bertujuan untuk menentukan angka penetrasi aspal
yang akan menjadi acuan spesifikasi pada karakteristik lainnya.

b).. Uji Daktilitas

Uji daktilitas aspal adalah suatu uji kualitatif yang secara tidak
langsung dapat digunakan untuk mengetahui tingkat adhesiveness atau
diklitas aspal keras. Aspal dengan nilai diklitas yang rendah adalah aspal
yang memiliki gaya adesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal yang
memiliki nilai diklitasi yang tinggi.

c). Uji Titik Lembek Aspal

Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat suhu dimana


aspal mulai lembek akibat suhu udara sehingga dalam perencanaan jalan
dapat diperkirakan bahwa aspal yang digunakan masih tahan dengan suhu
dilokasi perencanaan jalan tersebut.

d). Uji Viskositas

Uji viskositas bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan aspal.

e). Kehilangan Berat Aspal


Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui presentase kehilangan berat
aspal.

f). Uji Titik Nyala Dan Titik Bakar Aspal

Pengujian titik nyala dilakukan untuk memperkirakan temperatur


maksimum dalam pemanasan aspal sehingga dalam praktik dilapangan
pemanasan aspal sehingga dalam praktik di lapangan pemanasan aspal
tidak boleh melebihi titik nyala dan titik bakarnya. Dalam percampuran aspal
diusahakan untuk tidak melebihi titik nyala karena bila dipanaskan melebihi
titik nyala, aspal menjadi keras dan getas.

g). Uji Kearutan Dengan CCI4


Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kemurnian
aspal dengan menggunakan larutan CCI4.

h). Uji Berat Jenis Aspal


Pada pengujian tersebut dihasilkan berat jenis aspal yang akan
digunakan dalam analisis campuran, yaitu pada formula berat jenis
maksimum campuran presentase rongga terisi aspal.

Dikarenakan terbatasnya waktu serta alat yang mendukung sehingga


percobaan yang dilakukan pada praktikum ini hanya pengujian penetrasi, berat
jenis, daktilitas, titik lembek, titik nyala dan titik bakar, dan kelarutan bitumen.

▶ Standar Pengujian Aspal

Dalam pengujian aspal terdapat beerapa macam standar yang


digunakan untuk masing-masing proses pengujian. Standar-standar
pengujian seperti terlihat pada tabel 1.2

Tabel 1.2 Spesifikasi Agregat untuk Beton Aspal Secara Umum

No. Pengujian AASTHO ASTM SK.SNI PA

1. Uji penetrasi T-49-68 D-571 M-08-1989-F

2. Uji titik lembek T-53-74 D-36-70


aspal

3. Uji titik nyala dan T-54-74 D-113-69 M-08-1989-F


titik bakar

4. Uji daktilitas T-54-74 D-113-69 M-08-1989-F

5. Uji kelarutan aspal T-44-70 D-165-42


dengan CCL4

6. Uji berat jenis aspal T-228-68 D-70-72


7. Uji kehilangan T-47-74 D-6-69 0304-76
berat

8. Uji kelekatan T-82-84


agrgat terhadap
aspal

9. Uji viskositas T-22-68 D-7-72 03011-76

10. Uji oemulihan aspal T-70-90 M-21-1995-03


dengan alat
penguap putar

11. Uji kehilangan T-79-88 SNI-06-2440-1991


berat minyak dan
aspal dengan cara
A

12. Uji aspal cair M-81-90 S-03-1995


dengan penguap
cepat

13. Uji aspal cair M-82-75 S-02-1995


dengan penguap
sedang

14. Uji aspal elmusi M-208-87 S-01-1995


kationik

4.2 sifat dan kegunaan


▶ Sifat
Sifat dan bahan penyusunan aspal. Aspal banyak digunakan dalam
konstruksi perkerasan jalan karena memiliki sifat sebagai pengikat dan
pengisi rongga udara antara agregat sebagai berikut (Sukirman, 1993)
a) Mempunyai daya tahan (durability).
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat
asalnya akiat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini
merupakan sifat dari campuran aspal, jadi tergantung dari sifat agregat,
campuran dengan aspal factor pelaksanaan dan sebagainya.
b) Kohesi dan Adhesi
Kohesi merupakan kemampuan aspal untuk mengikat unsur-unsur
penuyusan dari dirinya sendiri sehingga terbentuknya aspal dengan daktilitas
yang tinggi. Sedangkan Adhesi menyatakan kemampuan aspal untuk
berikatan dengan agregat pada tempatnya setelah berikatan
c) Kepekaan terhadap temperatur
Kepekaan aspal terhadap temperatur adalah sensitivitas perubahan sifat
viskoelastis aspal akibat perubahan temperatur, sifat ini dinyatakan sebagai
indeks penetrasi aspal (IP).

d) Kekerasan aspal

Aspal pada prosres pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan


agregat sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan ke
permukaan agregat yang telah disiapkan pada proses pelaksanaan, terjadi
oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi getas (viskositas bertambah
tinggi).

e) Viskoelastisitas aspal
Viskoelastisitas adalah suatu material yang bersifat viskoelastis yang
sifatnya akan berubah tergantung pada temperatur atau waktu pembebanan.
Sifat viskoelstis aspal adalah untuk menentukan pada temperatur beberapa
pencampuran aspal dengan agregat harus dilakukan agar mendapatkan
campuran yang homogen dimana semua permukaan agregat dapat di
selimuti oleh aspal secara merata dan aspal mampu masuk ke dalam
pori-pori agregat untuk membentuk ikatan kohesi yang kuat dan untuk
mengetahui pada temperatur pemadatan dapat dilakukan dan kapan harus
dihentika.
Aspal merupakan senyawa yang kompleks, terdiri dari karbon (82-88%),
hidrogen (8-11%), sulfur (0-6%), oksigen (0-1,5%), dan nitrogen (0-1%).
Sifat-sifat material penyusun aspal adalah sebagai berikut:

1. Asphaltene, merupakan senyawa komplek aromatis yang berwarna hitam


atau coklat amorf, bersifat termopslatis dan sangat polar, dengan
perbandingan komposisi untuk H/C yaitu 1/1, memiliki berat molekul
besar antara 1000 sd 100.000, dan tidak larut dalam menentukan sifat
reologi bitumen, dimana semakin tinggi asphaltene, maka bitumen akan
semakin keras dan semakin kental, sehingga titik lembeknya akan
semakin tinggi, dan menyebabkan haarga penetrasinya semakin rendah.
2. Resin, merupakan senyawa yang berwarna coklat tua dan berbentuk solid
atau semi solid dam sangat polar, dimana tersusun oleh atom C dan H,
dan sedikit atom O,S, dan N, untuk perbandingan H/C yaitu 1.3-1.4,
memiliki berat molekul antara 500-50.000, serta larut dalam n-heptan.
3. Aromatis, senyawa ini berwarna coklat tua, berbentuk cairan kental
bersifat non polar, dan di dominasi oleh cincin tidak jenuh dengan berat
molekul 300-2.000, terdiri dari senyawa naften aromatis, komposisi
40-56% dari total bitumen.
4. Saturate, senyawa ini berbentuk cairan kental bersifat non polar, dan
memiliki berat molekul hampir sama dengan aromatis, serta tersusun dari
bercabang, alkil naften dan aromatis komposisi 5-20% dari total bitumen.

▶ Kegunaan
• Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu
lintas (water proofing, protect terhadap erosi)
• Sebagai bahan pelapis dan perkat agregat.
• Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang
diletakkan diatas lapis pondasi sebelum lapisan berikutnya.
• Lapis pengikat (tack coat)adlah lapis aspal cair yang diletakkan diatas
jalan yang telah beraspal sebelum lapis berikutnya di hampar, berfungsi
pengikat diantara keduanya.
• Sebgai pengisi ruang yang kosong antara agregat keduanya.
• Sebgai pengisi ruang yang kosong antara agregat yang kasar, agregat
halus, dan filter.
5. PERKEMBANGAN DAN PROSPEK

5.1 Perkembangan Dan Pemasokan Dan Permintaan

• Perkembangan
Salah satu contoh perkembangan aspal di Indonesia adalah aspal buton
atau biasa juga di sebut Asbuton merupakan material lokal yang
membanggakan Indonesia. Pemanfaatan material lokal dalam pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan merupakan langkah awal menuju
kemandirian bangsa melalui swasembada bahan konstruksi. Sampai saat ini
terdapat 23 perusahaan produsen Asbuton yang tergabung dalam Asosiasi
Pengembang Aspal Buton Indonesia (ASPABI) dengan kapasitas total sekitar
865.100 ton/tahun. Namun memanfaatkan Asbuton tidaklah mudah karena
perlu kajian, penelitian, dan pengembangan terlebih dahulu dengan saksama.
Hal inilah yang menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia.

• Pemasokan
Asbuton memiliki potensi yang besar untuk memasok material aspal
nasional dan intrenasional karena Indonesia memiliki potensi Asbuton
sebesar 694 juta ton. Tetapi hingga saat ini pemenuhan kebutuhan aspal
nasional masih di dominasi impor karena penggunaan asbuton masih belum
maksimal, Penggunaan Asbuton sebagai bahan pengikat pada perkerasan
jalan ternyata tidak semudah penggunaan aspal minyak yang sudah dikenal
oleh para pelaksana jalan. Meski hasil penelitian selama ini menunjukkan
bahwa penggunaan Asbuton sebagai bahan pengikat pada perkerasan jalan
sudah berhasil baik, namun tidak mudah untuk diaplikasikan secara luas
pada kegiatan pembangunan dan pemeliharaan jalan. Asbuton seakan
terpinggirkan sebab pemerintah dan kontraktor lebih suka menggunakan
aspal minyak yang diimpor dari negara lain.

• Permintaan
Jembatan di jingsu china,jalan tol,jalan provinsi shanghai,dan jalan
provinsi anhui,china merupakan kerjasama antara cina dan Indonesia.
Negara kita memasok permintaan aspal dari china sekaligus juga kerjasama
dan menambah pendapatan negara dan perlu diperhatikan kesiapan untuk
mengolah Asbuton menjadi produk yang sesuai dengan permintaan
konstruksi jalan. Sehingga Asbuton dapat mulai digunakan untuk jalan desa,
kabupaten/kota, dan provinsi di Indonesia, tentunya untuk kebutuhan jangka
panjang negara.
5.2 Prospek
Menindak lanjuti hasil rpat koordinasi yang dipimpin oleh Menteri
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada
Januari 2021 lalu, mengungkapkan kunjungan tersebut bertujuan untuk
meninjau kesiapan industry aspal buton dan juga infrastruktur pendukung,
seperti pembangunan akses dan pelabuhan,serta tata kelola izin usaha
pertambangan (IUP). Apabila hingga tahun 2025 terjadi peningkatan
kapasitas Asbuton sebesar 33%, maka Asbuton akan mampu memenuhi
kebutuhan aspal nasional sebesar 49,36%. Sisanya, sebesar 37,08%
kebutuhan aspal akan diisi oleh Aspal Minyak Pertamina dan 13,61% akan
diisi oleh Aspal Minyak Impor.Dan pada tahun ini, diharapkan pemanfaatan
Asbuton sebagai produk dalam negeri dapat meningkat sehingga bisa
menaikan nilai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) 30%-89%.

6. PENUTUP
Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila di panaskan
dan akan membeku\mengental apabila di dinginkan, berwarna hitam atau
cokelat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat,
yang terbuat dari kompoisi carbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen.Bersama
dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan
jalan. Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau
dapat di temukan dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen
alam yang di temukan bersama material lain.

Anda mungkin juga menyukai