Anda di halaman 1dari 23

Universitas Islam 4 5 ’

Bekasi

HUKUM
PERNIKAHAN
SESAMA JENIS
Fiqh Kontemporer Vs Fiqh Syari’at

Pasangan Homoseks“Ragil & Tuta”

Kelompok V
PENDAHULUAN
Dalam era perkembangan zaman yang semakin modern. Terdapat hal-hal yang tidak sewajarnya terjadi
di dunia ini atau biasa disebut penyimpangan sosial. Banyak hal yang termasuk ke dalam jenis penyimpangan sosial.
Namun, salah satu jenis penyimpangan sosial yang marak terjadi di seluruh belahan dunia adalah tentang hubungan
sesama jenis atau disebut pernikahan sesama jenis. Pernikahan yang dianggap wajar dalam masyarakat adalah
pernikahan heteroseksual atau nikah dengan lawan jenis. Maka tidaklah salah ketika pernikahan homoseksual atau
nikah dengan sesama jenis banyak mendapat kontroversi di masyarakat karena dianggap aneh, menyimpang dari
hukum syara’, dan yang lebih ironis lagi dikatakan sakit jiwa. Karena hal itulah kita coba membahas bagaimana
pernikahan homoseksual yang hidup di Negara kita (Indonesia).

Secara hukum, hubungan homoseksual ini diharamkan dalam Islam, dan pelakunya dihukum dengan
berat hingga dibinasakan (hukuman mati) sebagaimana pendapat mayoritas ulama berdasarkan ketentuan umum
Alquran dan hadis. Namun, hukuman sebagaimana yang ditetapkan dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 57
Tahun 2014 Tentang Lesbian, Gay, Sodomi, dan Pencabulan berbeda dengan pendapat mayoritas ulama tersebut.
Untuk itu, permasalahan penelitian yang diangkat adalah apa yang melatar belakangi MUI mengeluarkan fatwa
tersebut, dan bagaimana dalil dan metode istinbāṭ hukum yang digunakan MUI dalam menetapkan hukum pelaku
homoseksual. Adapun jenis penelitian ini yaitu penelitian kepustakaan (library research) dan dilakukan dengan
menggunakan metode deskriptifanalisis, yaitu menggambarkan permasalahan homoseksual, serta menganalisis
ketentuan hukum yang dimuat dalam fatwa MUI.
Pernikahan Homo
Seksual (sesama Jenis)
Homoseksual adalah perilaku seksual yang
ditujukan pada pasangan sejenis, yang bila terjadi
pada kaum wanita sering disebut lesbianisme.
Menurut mayoritas medis homoseksual sudah tidak
dikategorikan sebagai gangguan kejiwaan atau
kelainan mental. Namun, hingga saat ini, masih
banyak yang menganggap bahwa homoseksual
sebagai perilaku seks menyimpang. Hal ini
membuat kaum homoseksual sering mengalami
diskriminasi. bahkan ada beberapa
warga indonesia yang rela meninggalkan tanah air
untuk menjalankan pernikahan homoseksual.
UU/1 /1 9 7 4

kandungan dalam UU ini menjelaskan bahwa pernikahan atau


perkawinan hanya berlaku untuk lawan jenis atau heteroseksual.
bahkan UU pernikahan diubah dengan batasan umur pernikahan,
kesiapan jasmani dan rohani serta keterkaitan kekeluargaan
terhadap ke dua belah pihak. undang-undang ini sebagai syarat yang
berlaku menjadi UU no. (16) 2019 dari UU no. (1)1974. karna
banyak pertimbangan mengenai pernikahan diumur dini serta
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia ingin menjamin hak anak
atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi sebagaimana
diamanatkan dalam UU Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Pernikahan
Resolusi Orientasi Seksual
Hak para pelaku Homoseksual atau Lesbian
dalam masyarakat mulai diterima dalam
negara yang strategis, komunitas-komunitas
homo atau lesbi mencuat saat PBB
mensahkan resolusi terkait persamaan hak
homoseksual di Swiss ‘Janewa. Sebanyak 23
negara anggota PBB setuju meloloskan
resolusi sejarah tentang persamaan hak bagi
semua orang tanpa memandang orientasi
seksual, resolusi ini menandai kemajuan
dalam
penegakan hak-hak kaum homoseksual di dunia.
/
Sebelumnya pada proses voting diwarnai perdebatan yang sengit
dari negara-negara kawasan Afrika dan Arab yang menentang keras
disahkannya resolusi tersebut apalagi negara tersebut tergabung
dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI). Pada hakikatnya
pasangan Homo atau lesbian, meminta pengakuan dari negara lain
bahwa pilihan mereka untuk menjadi Homo atau Lesbian itu adalah
hak asasi mereka. Legalitas pernikahan sesama jenis adalah
kewajiban hukum dalam melindungi setiap individu tanpa
membedakan gendernya, pada dasarnya homoseksualitas maupun
lesbian di mata hukum semuanya sama, mereka
mendapat kebebasan memeluk agama, berpendapat, memiliki hak
untuk hidup dan mendapat perlindungan hukum, dan sebagainya.
/
Homoseksual Legal dibeberapa
Negara:
Belanda
Pernikahan sesama
jenis dilegalkan pada
0 0 Spanyol
pernikahan sesama
jenis dilegalkan pada
tahun 2001 tahun 2005

Belgia
ernikahan sesama jenis
dilegalkan pada tahun
0 0 Taiwan
ernikahan sesama jenis
dilegalkan pada tahun
2003 2019
01
Hukum & Sejarah
Hukum Menikah Sesama Jenis menurut UU dan
Pendidikan Agam Islam di Indonesia.
Hukum Islam & UU:
✓ Islam menyatakan menikah dengan sejenis Haram karna
mengikuti Kaum Luth (Sodom).
✓ Dalil Al-Qur’an serta As-sunnah menyatakan
Homoseksual lebih dari zina.
✓ Para menteri Agama telah menentang Pernikahan
Homoseksual karena tidak sesuai dengan syariat dalam
beribadah.
✓ UU menyatakan Perempuan dan Laki-laki (Suami Istri),
Hal ini terkait dengan Organisasi Konferensi Islam
diseluruh dunia.
A. Dalil Naqli (AL-Qur’an)
‫) نوتأتل مكنإ‬٨٠( ‫مكقبس ام ةشحافلا نوتأتأ هموقل لاق ذإ اطولو نيملاعلا نم دحأ نم اهب‬
‫) نأ الإ هموق باوج ناك امو‬٨١( ‫نوفرس م موق متنأ لب ءاسنلا نود نم ةوهش لاجرلا‬
‫) تناك هتأرما الإ هلهأو هانيجنأف‬٨٢( ‫نورهطتي سانأ مهنإ مك تيرق نم مهوجرخأ اولاق‬
٨٤( ‫نيمرجملا ةبقاع ناك فيك رظناف ارطم مه يلع انرطمأو‬ )٨٣( ‫نيرباغلا نم‬
Artinya :"Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata
kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) itu, yang belum pernah
dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki
untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum
yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan
pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-
pura mensucikan diri. Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut- pengikutnya (yang beriman)
kecuali istrinya (istri Nabi Luth); dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan
Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-
orang yang berdosa itu." (Q.s Al-A’raf ayat 80-84)
Disebutkan dalam Q.S al-Syu‟ara‟ (26) : ayat 165 dan 166, sebagai berikut:

‫نيملعلا نم ناركذلا نوتأتا نوداع‬


‫موق متنا لب مكجاوزا نم مكبر مكل قلخ ام نورذتو‬
Artinya : “Luth berkata kepada kaumnya): Mengapa kamu mendatangi (menggauli jenis laki-
laki) di antara manusia”. “Dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu
untukmu, bahkan kamu adalah orangorang yang melampaui batas”. (QS. al-Syuara‟:165 &
166).

Ayat-ayat tersebut menerangkan bahwa perbuatan kaum Nabi Luth yang hanya melakukan
hubungan seksual kepada sesama laki-laki melepaskan syahwatnya hanya kepada sesama laki-laki dan
tidak berminat kepada perempuan sebagaimana ditawarkan oleh Nabi Luth, tetapi mereka tetap
melakukan perbuatan homoseksual, akhirnya Allah memberikan hukuman kepada mereka dan
memutarbalikan negeri mereka, sehingga penduduk Sodom, termasuk isteri Nabi Luth kaum
lesbi, tertanam bersamaan dengan terbaliknya negeri itu. Yang tidak kena azab hanya Nabi
Luth dan pengikut-pengikutnya yang saleh dan menjauhkan diri dari perbuatan homoseks.
B. Dalil Aqli (Fatwa Ulama)
Dalam Q.S al-Dzariyat : 49

Artinya : “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat
kebesaran Allah”. Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut : “Dan
segala sesuatu Kami ciptakan berpasangpasangan”, yaitu semua makhluk itu adalah
berpasangan : langit dengan bumi, malam dan siang, matahari dan bulan, daratan dan lautan,
terang dan gelap, iman dan kufur, mati dan hidup, celaka dan bahagia, surga dan neraka, hingga
hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan.16 Dengan demikian, maka menurut Ibnu Katsîr, bahwa
kata “‫ ”يجوز‬adalah berarti pasangan laki-laki dan perempuan. Menurutnya hewan-hewan dan
tumbuhtumbuhan pun berpasang-pasangan bahkan semua makhluk berpasang-pasangan dan
semuanya dengan makna yang berlawanan, seperti pasangan malam adalah siang, pasangan
matahari adalah bulan dan lain-lain. Dari penafsiran-penafsiran para ulama tafsir yang telah
dikemuka-kan di atas, yaitu penafsiran terhadap Q.S al-
Rum:21, Yasin : 36 dan al-Dzariyat:49, semuanya menunjukkan, bahwa ‫ “جاوزلاا‬- ”‫اجاوزا‬dan
kata-kata ““
“ “ ‫يجوز‬adalah berarti pasangan laki-laki dan perempuan. Tidak ada satu pun di antara ulama tafsir yang
mengatakan, bahwa kata-kata tersebut berarti pasangan laki-laki dengan laki-laki (homo), atau
pasangan
perempuan dengan perempuan (lesbi).
Hukuman/Sanksi Atas
Pelaku Penyimpangan
Seksual (Homoseksual/gay
dan Lesbian)
Pendapat pertama mengatakan bahwa para pelaku homoseks harus dibunuh. Pendapat ini
dianut oleh sahabat-sahabat Nabi Saw, al-Nashir dan Qasim bin Ibrahim serta Imam
Syafi‟ i dalam salah satu riwayat. Argumentasi mereka berdasarkan hadits riwayat Nasai
dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas. Artinya : “ Siapa yang kalian temukan melakukan
perbuatan seperti perbuatan Kaum Luth (perbuatan homoseksual), maka bunuhlah
pelakunya dan pasangannya karena perbuatan itu.” (HR. Ibnu Majah dari Ibnu Abbas).

Pendapat kedua dikemukakan oleh Imam al-Syafi‟i dalam pendapatnya yang populer
bahwa pelaku liwath/Sodomharus dirajam tanpa membedakan apakah pelakunya itu
masih bujangan ataukah sudah menikah. Pendapat kedua ini juga dikemukakan oleh
Sa‟id bin Musayyab (w. 94 H). „Atha‟ bin Abi Rabah (w. 114 H), Hasan Abu Qatadah
(w. 118 H), al-Nakhai, Sufyan al-Sauri, Abdurrahman al- Auza‟i, Abi Talib, Imam Yahya
dan sebagian ulama mazhab Syafi‟i, hukuman terhadap pelaku homoseks sesama pria itu
sama dengan hukuman (had) zina. Mereka berpendapat bahwa kepada pelakunya
diberlakukan hukuman zina, yaitu dicambuk bagi yang masih bujangan dan dirajam
(dilempar dengan batu sampai wafat) bagi mereka yang sudah menikah. Argumentasi
yang mereka ajukan adalah bahwa perbuatan homoseks dalam bentuk liwath/sodom itu
termasuk dalam kategori perbuatan zina.
Imam Nawawi al-Bantani (w.1314 H/1897 M; muffasir Indonesia asal
Banten) juga mengelompokkan homoseks sesama pria ke dalam perbuatan zina. Hal ini
terutama dikaitkan dengan surah al-Mu‟minun (23) ayat 5-7:

َّ
ۙ‫مه نيذلا ۙنونمؤملا حلفا‬
َّ ‫نوضرعم وغللا نع مه نيذلاو نوعشخ مهتالص يف‬
‫َدق‬
ۙ‫ف‬t‫نوظفح مهجورفل مه نيذلاو ۙنولع‬
ّ
‫ةوكز‬
َ
‫و‬t‫لل مه نيذلا‬

Artinya: “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri


mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini
tiada tercela. Barang siapa mencari yang dibalik itu, maka mereka itulah orang-
orang yang melampaui batas”.
Dalam ayat ini dan ayat sebelumnya, Allah Swt telah menjelaskan bahwa
kebahagiaan seseorang hamba Allah Swt itu amat tergantung pada
pemeliharaan kemaluannya dari berbagai penyalahgunaannya supaya tidak
termasuk orang-orang yang tercela.
Pendapat ketiga menyatakan bahwa hukumannya diserahkan kepada penguasa. Pendapat
ini dianut oleh Imam Abu Hanifah, Mu‟ayyad Billah, dan al-Murtadha, keduanya ahli
fikih Syiah dan Imam Syafi‟i dalam riwayat yang lain. Penguasalah yang berhak
menetapkan jenis hukumannya, karena perbuatan tersebut tidak dapat dikategorikan ke-
dalam perbuatan zina, maka hukumannya pun tidak dapat disamakan dengan hukuman
zina. Menurut al-Syaukani, pendapat pertama yang kuat, karena berdasarkan nas sahih,
sedangkan pendapat kedua dianggap lemah, karena Hadis yang dipakainya lemah.
Demikian pula pendapat ketiga, juga dipandang lemah, karena bertentangan dengan nas
yang telah menetapkan hukuman mati (hukuman had), bukan hukuman ta‟zir. Sedangkan
hukuman bagi pelaku lesbi, ulama sepakat mengatakan, bahwa hukumannya adalah
ta‟zir yaitu suatu hukuman yang macam dan berat ringannya diserahkan kepada
pengadilan. Jadi, hukumannya lebih ringan daripada homoseksual, karena bahaya atau
resikonya lebih ringan dibandingkan dengan bahaya homoseksual, karena lesbian itu
hanya bersentuhan langsung tanpa memasukkan alat kelaminnya; seperti halnya pria.
08 /1 4 /2 2

Kesimpulan
Pernikahan
Homoseksual

Jenna & Joe


Sekian & Terima
Kasih
● Sesi Tanya Jawab:
1.
2.
3.
4.
5.

Anda mungkin juga menyukai