NIKMATULLOH Tugas Ke-4
NIKMATULLOH Tugas Ke-4
“KETERAMPILAN BERBICARA”
Oleh:
NIKMATULLOH
NPM: 210102395
i
KATA PENGANTAR
Pertama tama penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan nikmat sehat dan sempat sehingga penulis bisa menjalankan
proses Pendidikan di bangku perkuliahan dan berkat Allah SWT makalah ini bisa
terselesaikan Alhamdulillah.
Kedua kalinya sholawat dan salam tak lupa pula penulis curahkan kepada
junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari
zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................... i
A. Kesimpulan .......................................................................................... 22
B. Saran ..................................................................................................... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
manusia merupakan makhluk sosial yang berbicara dengan orang lain setiap
hari. Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang dibawa dari rumah.
Anak sudah mampu berbicara sebelum mereka mulai belajar membaca dan
menulis. Baik siswa maupun guru pasti lebih banyak menggunakan cara
komunikasi ini dibandingkan dengan menulis. Tompkins dan Hosskisson
(1995:120) mengungkapkan bahwa berbiacara merupakan model
pengekspresian bahasa yang paling utama. Kemampuan mengucapkan
bunyi atau mengartikulasikan kata untuk mengungkapkan, mengungkapkan
pikiran, ide dan perasaan disebut berbicara. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Agung (dalam Fatimah Nurul A dkk, 2020) yang mengartikan
bahwa berbicara merupakan kegiatan kehidupan manusia normal yang
sangat penting karena dengan berbicara kita dapat berkomunikasi dengan
manusia, mengemukakan pendapat, menyampaikan gagasan dan pesan,
mengekspresikan perasaan dalam semua kondisi emosional, dll. Dengan
kata lain, berbicara dapat menjadi sarana komunikasi untuk menyatakan diri
sebagai anggota masyarakat.
2
B. Rumusan Masalah
A. Apa definisi keterampilan berbicara?
B. Apa saja tujuan keterampilan berbicara?
C. Apa manfaat keterampilan berbicara?
D. Bagaimana pembelajaran berbicara di SD?
E. Apa itu berbicara estetik (aesthetic talk)?
F. Apa itu berbicara seksama (efferent talk)?
G. Apa itu kegiatan drama (dramatic avtivities)?
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap
seseorang merupakan persyaratan alamiah yang memungkinkan untuk
memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada,
kesenyapan, dan lagu bicara.
Keterampilan berbicara pada anak, menurut Hurlock dalam Lilis
harus didukung dengan perbendaharaan kata atau kosakata yang sesuai
dengan tingkat perkembangan bahasa.
Muhsin dalam Elvi S berpendapat bahwa keterampilan berbicara
pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksikan arus sistem
bunyi artikulasi untk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan
keinginan kepada orang lain.
Berbicara pada wilayahnya dibagi menjadi dua bidang, antara lain:
1. Berbicara sebagai ilmu, yaitu membahas mekanisme berbicara, bunyi-
bunyi bahasa, rangkaian suara, dan organ-organ articular.
2. Berbicara sebagai seni, yaitu berbicara dibahas melalui perspektif
fungsinya untuk berkomunikasi dan sebagai keterampilan berbahasa.
Prinsip umum terjadinya kegiatan berbicara:
1. Membutuhkan paling sedikit dua orang
2. Menggunakan satu bahasa yang dipahami bersama
3. Membahas topik yang umum
4. Adanya pertukaran posisi (pembicara bertukar dengan penyimak, begitu
sebaliknya)
5. Terjadi timbal balik (interaksi)
6. Menggunakan suara atau bunyi bahasa
7. Ada fakta dan opini
8. Terjadi saat itu juga
5
lisan mereka. Keterampilan lisan hampir tidak pernah diabaikan dalam
kursus EFL/ESL (mengingat banyaknya jumlah buku-buku kursus
berbicara dan keterampilan lainnya di pasaran). Guru dan buku pelajaran
menggunakan berbagai macam pendekatan, mulai dari pendekatan lengsung
yang berfokus pada fitur khusus lisan interaksi (misalnya, pengambilan
giliran, manajemen topik, strategi bertanya).
6
dibicarakan sehingga pendengar percaya dan meyakini kebenaran
pembicaraan tersebut.
4. Menstimulasi Pendengar
Berbicara untuk menstimulasi berupaya untuk membangkitkan
inspirasi, kemauan, dan minat pendengar terhadap hal yang
diungkapkan pembicara.
5. Menggerakkan Pendengar
Fungsi berbicara untuk menggerakkan ini menuntut pendengar dapat
berbuat, bertindak/berinteraksi seperti yang dikehendaki pembicara.
Berbicara pada level ini merupakan kelanjutan, pertumbuhan, atau
perkembangan dari berbicara melaporkan.
7
Berdasarkan uraian di `atas maka dapat disimpulkan bahwa
seseorang melakukan kegiatan berbicara selain untuk berkomunikasi juga
bertujuan untuk mempengaruh orang lain dengana maksud apa yang
dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya dengan baik. Adanya
hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan bebricara antara
pembicara dengan pendengar akan membentuk kegiatan berkomunikasi
menjadi lebih efektif dan efisien.
8
memahami serta membayangkan aksi tersebut seperti yang
diinginkan karena tidak akan ada pendengar yang tertarik serta
terpikat kalau mereka tidak mempunyai keyakinan pada karakter
sang pembicara.
e. Berbicara bermanfaat untuk membandingkan yaitu untuk membuat
suatu keputusan dan rencana. Berbicara mempunyai bermacam-
macam manfaat satu diantaranya adalah untuk membuat pendengar
tertarik serta terpikat dengan cerita yang sedang dibicarakan.
9
pembicara untuk menyampaikan gagasan dan perasaannya agar dapat
diterima oleh penyimak. Serta untuk menghasilkan ide dan melatih
keterampilan berbicara dengan tujuan tertentu.
D. Pembelajaran Berbicara di SD
Pembelajaran berbicara merupakan yang penting untuk diajarkan
dan tidak boleh dia-baikan. Sebab, melalui pembelajaran ini siswa
diharapkan mampu mengungkapkan/menyampaikan pikiran, pendapat, ide,
gagasan, atau perasaannya dengan baik. Hal ini sesuai de-ngan tujuan
pembelajaran berbicara di sekolah yaitu agar siswa dapat berkomunikasi
dalam berbagai situasi secara tepat dan benar dengan menggunakan bahasa
Indonesia lisan untuk mengemukakan pemikiran, pendapat, perasaan, dan
pengalaman, serta menjalin komunikasi, melakukan interaksi sosial dengan
anggota masyarakat yang lain.
Akan tetapi, Pembelajaran berbicara di sekolah diyakini belum
diajarkan degan maksimal sesuai tuntutan kurikulum. Hal ini sesuai dengan
penelitian Sarono (2002:2) yang menyatakan bahwa guru yang kurang
memberi perhatian khusus pada pembelajaran bercerita yang dapat dilihat
dari materi dan metode pembelajaran yang kurang bermakna dan
menyentuh. Penelitian tersebut diperkuat oleh Galda (dalam Supriyadi,
2005:180) yang menyebutkan bahwa guru hanya memberikan perhatian
sedikit pada aspek pengembangan bahasa lisan/berbicara.
Kemampuan berbicara yang diharapkan dari pembelajaran di
sekolah adalah agar siswa terampil berbicara. Keterampilanberbicara yang
diharapkan adalah kemampuan mengungkapkan pendapat, ide, gagasan,
pemikiran, atau perasaannya di muka umum dalam bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Kemampuan berbicara dalam segala situasi inilah yang
belum dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Untuk penyampaian suatu ide/gagasan, pendapat, atau menjelasan
suatu permasalahan di depan umum, tidak semua orang mampu
10
melakukannya dengan baik. Dibutuhkan suatu keterampilan atau kecakapan
mumpuni. Agar kemampuan berbicara dapat dimiliki oleh pembelajar
bahasa Indonesia maka dibutuhkan proses latihan yang cukup. Kemampuan
berbicara bukanlah kemampuan genetik yang diwariskan secara turun-
temurun. Akan tetapi, kemampuan berbicara yang dimaksudkan dalam
tulisan ini tidak dimiliki oleh setiap orang. Untuk memperoleh kemampuan
tersebut harus melalui segala bentuk ujian dalam bentuk latihan dan
pengarahan atau bimbingan yang intensif.
Materi pembelajaran berbicara yang akan diajarkan di sekolah
adalah kegiatan berbicarabukan teori-teori berbicara. Kundharu Saddhono
dan St. Y. Slamet (2012:59) mencatat bahwa materi pembelajaran berbicara
yang tertera dalam kurikulum mencakup kegiatan, (1) berceramah, (2)
berdebat, (3) bercakap-cakap, (4) berkhotbah, (5) bertelepon, (6) bercerita,
(7) berpidato, (8) bertukar pikiran, (9) bertanya, (10) bermain peran, (11)
berwawancara, (12) berdiskusi, (13) berkampanye, (14) menyampaikan
sambutan, selamat, pesan, (15) melaporkan, (16) menanggapi, (17)
menyanggah pendapat, (18) menolak permintaan, tawaran, ajakan, (19)
menjawab pertanyaan, (20) menyatakan sikap, (21) menginformasikan, (22)
membahasa, (23) melisankan isi drama, (24) menguraikan cara membuat
sesuatu, (25) menawarkan sesuatu, (26) meminta maaf, (27) member
petunjuk, (28) memperkenalkan diri, (29) menyapa, (30) mengajak, (31)
mengundang, (32) memperingatkan, (33) mengoreksi, dan (34) tanya-
jawab.
Materi-materi di atas diajarkan agar siswa mampu melakukan
kegiatan-kegiatan berbicara. Siswa dilatih supaya mampu berceramah,
berdebat, bercakap-cakap, berkhotbah, bertelepon, bercerita, berpidato,
bertukar pikiran, bertanya, bermain peran, berwawancara, berdiskusi,
berkampanye, menyampaikan sambutan, menyampaikan selamat, atau
menyampaikan pesan, melaporkan, menanggapi, menyanggah pendapat,
menolak permintaan, menolak tawaran, atau menolak ajakan, menjawab
pertanyaan, menyatakan sikap, menginformasikan, membahasa, melisankan
11
isi drama, menguraikan cara membuat sesuatu, menawarkan sesuatu,
meminta maaf, memberi petunjuk, memperkenalkan diri, menyapa,
mengajak, mengundang, memperingatkan, mengoreksi, dan tanya-jawab.
Materi di atas dapat diajarkan dengan menerapkan metode-metode
berikut yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran. Metode-metode
yang dapat diterapkan dalam pembelajaran berbicara adalah:
1. Metode Ulang Ucap
Penerapan metode ulang ucap dilakukan guru memperdengarkan
suaranya sendiri atau rekaman suara tertentu kepada siswa.Kemudian
siswa diminta mengucapkan kembali sesuai dengan model suara yang
didengarnya. Suara yang diperdengarkan boleh berupa kalimat
sederhana, misalnya: Guru“ini buku baru”. Selanjutnya siswa
mengulangi: Siswa ”ini buku baru”.
2. Metode Lihat Ucap
Metode lihat ucap dilakukan dengan cara guru memperlihatkan
gambar atau benda tertentu, lalu siswa diminta menyebutkan nama
benda yang ada di gambar. Misalnya, Guru meperlihatkan gambar
“laptop” dan bertanya “Ini gambar apa?” Siswa secara serentak
mengucapkan: ”itu gambar laptop”. Cara ini dapat juga ditanyakan
secara satu persatu kepada siswa dengan menunjukkan gambar atau
benda yang berbeda kepada setiap siswa.
3. Metode Memerikan
Memerikan berarti menjelaskan perincian suatu benda atau
kegiatan. Pemberian perincian dapat berupa struktur suatu benda atau
langkah-langkah suatu kegiatan. Sebagai contoh, siswa disuruh
memperhatikan suatu benda atau gambar. Selanjutnya siswa diminta
memerikan atau membuat perincian tentang apa yang diperlihatkan guru
kepada mereka. Misalnya, guru memperlihatkan “tiga alat tulis”. Maka
siswa menyebutkan alat tulis dilihatnya, “pensil, buku, penghapus”.
4. Metode Mejawab Pertanyaan
12
Metode ini memancing siswa untuk berani bertanya jawab.
Misalnya, guru dapat meminta seorang siswa untuk memperkenalkan
diri kepada siswa lain secara bergantian. Metode ini dapat juga
dilakukan dengan cara guru mengajukan sejumlah pertanyaan kepda
siswa tentang nama, alamat, atau hobi masing-masing siswa. Setiap
siswa diharapkan dapat menjawab setiap pertanyaan guru.
5. Metode Bertanya
Metode bertanya dapat dilakukan dengan caranya meminta
siswa mengajukan pertanyaan berbagai hal tentang suatu benda, di
antaranya mengenai gunanya, cara membuat dimana benda itu,
dijualnya dimana, terbuat dari apa. Misalnya tentang pensil,dimana
pensil dibuat, dimana dijual, dan apa kegunaannya. Untuk menerapkan
metode ini, sebaiknya guru terlebih memberikan contoh untuk
mengajukan pertanyaan.
6. Metode Pertanyaan Menggali
Metode pertanyaan menggali dapat dimanfaatkan untuk
menggali, mengetahui keluasan dan kedalaman pemahaman atau
pengetahuan siswa terhadap suatu masalah atau hal. Misalnya, guru
memperlihatkan sebuah benda kepada siswa. Kemudian guru
menanyakan sejumlah pertanyaan kepada siswa sehubungan dengan
benda tersebut, sepertinya namanya dan kegunaannya. Selain itu, guru
dapat juga menyanyakan materi pembelajaran yang telah diikuti
sebelumnya. Misalnya guru dapat mengatakan, “Kemarin kita telah
belajar IPA dengan materi gaya. Sebutkan jenis-jenis gaya yang kamu
pelajari itu”. Metode ini dapat ditujukan kepada siswa secara orang per
orang.
7. Metode Reka Cerita Gambar
Metode reka cerita gambar dapat diterapkan dengan cara, guru
memperlihatkan sebuah gambar atau serangkaian gambar. Siswa
ditugaskan memperhatikan gambar tersebut. Selanjut-nya, guru
menyuruh siswa bercerita tetang gambar tersebut.
13
8. Metode Bercerita
Misalnya siswa disuruh bercerita tentang pengalamannya,
kenangan atau peristiwa yang pernah dialami atau kejadian yang
direkayasa. Misalnya, guru menyuruh seorang siswa di depan kelas
untuk menceritakan kegiatan upacara bendera yang dilakukan pada hari
Senin yang lewat.
9. Metode Melaporkan
Metode melaporkan dilakukan dengan cara menugaskan siswa
untuk melakukan melihat suatu peristiwa atau kegiatan, misalnya
melihat siswa kelas lain mengikuti pelajaran olah raga bermain kasti
dilapangan. Kemudian siswa membuat laporan tentang permainan kasti
tersebut dengan menyampaikan, berapa orang pemainnya, siapa saja
yang bermain, tim siapa yang menang dan tim siapa yang kalah.
10. Metode Bermain Peran
Metode ini dapat dilakukan dengan cara menugaskan siswa
memainkan peran dari salah seorang tokoh terkenal. Jadi siswa
diajarkan untuk bermain peran tentang peran tokoh tersebut dan gaya
bicaranya.
Suyatno (2014:112 – 121) mencatat dalam bukunya Teknik
Pembelajaran Bahasa dan Sastra bahwa teknik pembelajaran berbicara
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik berikut.
a. Wawancara
b. Cerita Berpasangan
c. Pidato Tanpa Teks
d. Pidato dengan Teks
e. Mengomentari Film/Sinetron/Cerpen/Novel
f. Debat
g. Menjadi Pembawa Acara
h. Memimpin Rapat
i. Menerangkan Penggunaan Obat/Makanan/Minuman/Benda lainnya
j. Bermain Peran
14
k. Info Berantai l. Cerita Berangkai
15
Dalam menilai keterampilan berbicara seseorang pada prinsipnya
penilai harus memperha-tikan lima faktor, yaitu.
16
mendiskusikan literatur, menceritakan sebuah cerita, maupun membaca teks
drama.
1) Percakapan tentang literatur
Siswa dapat mendiskusikan kembali literatur yang mereka baca,
yang mereka dengarkan dari guru, ataupun yang mereka bicarakan
dengan anggota kelompoknya. Mereka dapat mendukung ataupun
menolak pendapat yang mereka bicarakan. Mereka dapat melakukan
semua itu dengan melakukan diskusi di dalam kelompok kecil. Guru
memberikan fasilitas agar siswa dapat melakukan hal itu.
Guru sebagai fasilitator dalam diskusi tersebut, mengawasi
kegiatan diskusi yang dilakukan oleh siswa. Guru juga harus
menunjukkan kepada siswa langkah-langkah dalam berdiskusi. Berikut
langkah-langkah dalam mendiskusikan literatur.
a. Meeting Groufs
Siswa bertemu dengan siswa lainnya dalam kelompok kecil yang
dibuat oleh guru. Ketika mereka sudah duduk membentuk lingkaran,
kemudian mereka mulai menentukan topik diskusi literatur yang
akan dilakukan.
b. Sharing Responses
Setelah menentukan tofik yang didiskusikan, siswa dapat memulai
diskusi dengan menanyakan pendapat anggota kelompoknya
terhadapt literatur yang dibaca atau yang didengar. Mereka dapat
bertukar pikiran untuk mendapatkan kesimpulan yang seragam
tentang literatur tersebut.
c. Asking Questions
Setelah siswa melakukan tukar fikiran dengan anggota lainnya,
kemudian mereka dapat mengajukan pertanyaan kembali untuk
mengklarifikasi terhadap pendapat anggota lainnya. Sehingga dari
serangkaian kegiatan diskusi yang dilakukan mereka mendapatkan
kesimpulan yang seragam.
17
literatur untuk meningkatkan kemampuan aesthetic talk
memiliki manfaat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Eeds dan Wells pada tahun 1989 tentang manfaat dari conversation about
literature. Mereka menemukan peningkatan berbicara, siswa memahami
apa yang mereka baca dan mampu memahaminya.
18
F. Berbicara Seksama (Efferent Talk)
Berbicara seksama (efferent talk) igunakan oleh siswa untuk
memberikan informasi kepada orang lain dan membujuk orang lain. Artinya
bahwa berbicara efferent itu adalah strategi berbicara yang digunakan untuk
mengajak orang lain mengikuti perkataan kita. Dalam menggunakan
percakapan efferent para siswa dapat menggunakan berbagai strategi
seperti, show-tell, oral reports, interview, dan debates.
a. Menampilkan dan Menceritakan (show and tell)
Strategi menampilkan dan menceritakan ini
mengkolaborasikan pengalaman siswa di rumah dan di sekolah.
Strategi ini juga efektif untuk mengajarkan siswa bagaimana
berbicara di depan orang lain.
b. Laporan Lisan (Oral Report)
Belajar bagaimana mempersiapkan dan mempersentasikan
suatu laporan sangat penting dalam percakapan efferent. Jika kita
fokus tentang bagaimana mempersiapkan dan memperssentasikan
laporan kita, ada dua tipe jenis pengujian laporan yang dikenal.
Yang pertama laporan yang dimasukkan ke dalam social studies dan
siciao sciences. Dan yang kedua, yang dimasukkan ke dalam
pembicaraan yang terdapat dalam siaran TV atau film. Oral report
memiliki fungsi untuk memberikan informasi dan mengajak.
c. Wawancara
Wawancara merupakan suatu kegiatan yang memiliki
banyak manfaat. Selain untuk mendapatkan informasi, interview
atau wawancara juga sangat membantu siswa dalam mengasah
keterampilan berbahasanya. Karena, ketika kita melakukan
interview, kita tidak hanya melatih kemampuan berbicara untuk
mengungkapkan berbagai pertanyaan yang kita miliki. Ketika kita
melakukan wawancara mulai dari kemampuan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis kita gunakan. Karena itulah
wawancara digunakan dalam strategi berbicara efferent.
19
d. Debat (Debates)
Pada dasarnya debat merupakan suatu latihan atau praktik
persengketaan atau kontroversi. Debat merupakan suatu argumen
untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung
oleh satu pihak yang disebut pendukung (afirmatif), dan ditolak,
disangkal oleh pihak lain yang disebut penyangkal.
20
drama, akan membutuhkan pengenalan struktur dari drama
tersebut titik untuk menggabungkan dua buah cerita naratif
dalam suatu teks drama menjadi hal yang menarik dalam sebuah
drama titik artinya siswa tidak hanya mengolah suatu cerita
untuk dilakukannya tetapi mereka mencoba bagaimana untuk
menggabungkan dua buah cerita yang dikolaborasikan.
4. Film dan video scrift
Naskah film ataupun video yang dibuat oleh siswa, akan
membantu siswa untuk menyusun penggunaan kata ataupun
kalimat yang sesuai dengan tema yang dipilih titik naskah ini
juga menjadi pedoman untuk siswa aktif berbicara dalam
pembuatan video.
Produk naskah yang dihasilkan beberapa dengan naskah
yang digunakan pada permainan aksi, boneka tangan, maupun
animasi titik setelah membuat naskah film ataupun video kok
mahasiswa akan langsung mempersiapkan segala kebutuhan
yang digunakan saat mengambil film atau video. Properti yang
dibutuhkan tidak sebanyak properti yang digunakan pada drama.
Keempat metode yang digunakan dalam strategi aktivitas drama
membuat siswa untuk melatih kemampuan berbicara dan daya ingat siswa
terhadap naskah yang di yang sudah dibuat dengan langsung
memperhatikan apa yang sudah ditulisnya, siswa akan mencoba untuk
berbicara atau bercakap dengan orang lain. Sehingga tidak hanya
kemampuan berpikir yang diolah, namun kemampuan merangkai kata juga
ikut dikembangkan.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aspek keterampilan bahasa yang perlu dikuasai dan dipahami oleh
seorang siswa setelah mendengarkan yakni keterampilan berbicara.
Keterampilan berbicara sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena
manusia merupakan makhluk sosial yang berbicara dengan orang lain setiap
hari. Keterampilan berbicara perlu dikuasai oleh siswa sekolah dasar karena
keterampilan ini terkait langsung dengan seluruh proses pembelajaran.
Keberhasilan belajar siswa di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan
keterampilan lisannya.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyatakan atau
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Tujuan utama dari berbicara
adalah berkomunikasi. Pembicara dapat menyampaikan pikirannya secara
efektif dan mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para
pendengar, serta mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi
pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Manfaat yang harus dicapai dalam pembelajaran berbicara adalah
melatih siswa agar memiliki kemampuan berbicara untuk berbagai tujuan.
Pembelajaran berbicara merupakan yang penting untuk diajarkan dan tidak
boleh dia-baikan. Sebab, melalui pembelajaran ini siswa diharapkan mampu
mengungkapkan/menyampaikan pikiran, pendapat, ide, gagasan, atau
perasaannya dengan baik.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam
pembahasan masih terdapat kekurangan baik dari substansi materi maupun
contoh dari setiap materi yang dibahas. Penulis menyarankan kepada guru
maupun calon guru untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui
metode-metode yang sudah penuis paparkan.
22
DAFTAR PUSTAKA
PT Remaja Rosdakarya.
Telling Untuk Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Guru “COPE”.No 2: 1-8
Quality
Bandung: Angkasa.
23