Anda di halaman 1dari 137

i

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hakikat manusia sebagai mahkluk sosial adalah manusia yang tidak bisa
hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain. Soerjono Soekanto dalam
Suharsiwi menyebutkan bahwa manusia dalam hal ini akan menciptakan
hubungan timbal balik antara individu satu dengan yang lain, antara individu
dengan kelompok maupun antara kelompok yang satu dengan kelompok
lainnya (Soekanto, 1990:67). Hubungan timbal balik atau interaksi tersebut
salah satunya berupa komunikasi. Teori dasar biologi menyebutkan adanya dua
kebutuhan yang mendorong manusia untuk berkomunikasi yaitu kebutuhan
untuk mempertahankan diri terhadap lingkungannya dan kebutuhan untuk
melangsungkan hidupnya (Cangara, 2018:2). Komunikasi akan menjadi
berbobot dan berkualitas jika memiliki maksud yang positif, seperti untuk
belajar, diskusi, syiar keagamaan dan sebagainya. Sebaliknya, komunikasi akan
kontraproduktif apabila memiliki maksud yang negatif, seperti untuk beradu
mulut atau bertengkar, mengadu domba, fitnah dan membicarakan keburukan
orang lain atau ghibah.
Ghibah merupakan perilaku negatif yang sebaiknya harus dihindari,
namun semakin hari ghibah menjadi suatu kebiasaan buruk yang telah
membudaya dimasyarakat. Kebiasaan tersebut sering ditemui bahwa
masyarakat kini lebih berminat untuk mengghibah atau membicarakan
keburukan orang lain daripada membicarakan tentang sesuatu yang lebih
bermanfaat dan bernilai. Ghibah juga dialami secara langsung oleh koreografer,
ketika sedang berkumpul bersama circle-nya, teman, sahabat atau bestie,
kerabat, dan orang terdekat lainnya. Perkumpulan tersebut yang seharusnya
membahas mengenai sesuatu yang bermanfaat dan berbobot, tetapi malah
sebaliknya topik yang dibahas adalah kesalahan dan kekurangan orang lain,
yang semakin negatif arahnya maka akan semakin menarik dan seru ghibah
tersebut. Terkadang sudah ada kesadaran yang muncul bahwa ghibah yang saat
ini dilakukan itu adalah perilaku buruk, tetapi sangat sulit untuk bisa

1
menghentikan ghibah itu, pada kenyataannya kita malah semakin ingin tahu
lebih banyak tentang keburukan seseorang yang dibahas. Ketika pihak 1
(sumber informasi) mulai menyebarkan aib atau keburukan seseorang dan pihak
2 (pendengar) yang menerima informasi tersebut bisa jadi akan terpengaruhi,
meskipun pada dasarnya pembahasan itu tidak berguna dan hanya sebagai
penghangat sebuah percakapan ketika berkumpul.
Membicarakan dan menyebarkan aib atau keburukan orang lain itu oleh
koreografer dianggap sebagai perbuatan yang nyampah, karena sesuatu yang
diucapkan atau dibicarakan tidak memiliki manfaat atau tidak berguna, bahkan
dapat merugikan orang lain, sehingga ucapan itu dikatakan sebagai sampah.
Pengertian ghibah yang dimaksud tertuju pada dua hal, yaitu menyebutkan pada
ucapan atau pembicaraannya dan pada perilakunya, sehingga koreografer
menganalogikan ucapan atau pembicaraan yang membahas keburukan orang
lain dalam ghibah itu sebagai sampah, dan perilaku yang melakukan ghibah
tersebut sebagai nyampah. Hal itu dikarenakan apa yang diucapkan saat ghibah
itu mengeluarkan sesuatu yang busuk yaitu keburukan orang lain, sama halnya
dengan sampah yang merupakan suatu yang tidak diinginkan dan mengeluarkan
bau busuk menyengat yang mengganggu. Perilaku tersebut apabila dilakukan
terus-menerus akibatnya hanya akan mengotori pikiran dan perasaan sebab diisi
dan dipenuhi dengan sesuatu yang buruk, selain itu juga dapat mempengaruhi
orang lain yang menimbulkan kesalahpahaman dan menebar kebencian.
Manusia seharusnya dapat menghindarkan diri dari lingkungan dan perilaku
ghibah yang nyampah tersebut, untuk menghindari dosa dan dampak buruk
yang akan muncul satu persatu bagi orang yang dighibahi atau dibicarakan, bagi
diri sendiri dan orang lain atau masyarakat sekitar (Sulistianto, et all, 2020:44).
Perilaku ghibah yang dimaksud sebagai perilaku selayaknya sampah atau
nyampah tersebut, kemudian menjadi sesuatu yang menarik bagi koreografer
untuk melakukan observasi lebih lanjut. Fenomena ini berangkat dari peristiwa
yang terjadi di lingkungan dan pengalaman empiris atau dialami langsung oleh
koreografer. Keunikan dari perilaku ghibah yang memiliki korelasi dengan

2
sampah tersebut, selanjutnya oleh koreografer diwujudkan ke dalam sebuah
karya tari dengan tema ghibah.
Alasan ketertarikan koreografer untuk mengangkat tentang ghibah yang
merupakan perilaku nyampah ini untuk memperlihatkan mengenai ghibah yang
menjadi kegemaran masyarakat ini sesungguhnya merupakan perilaku yang
tidak bermanfaat dan hanya merugikan serta akan menimbulkan konflik-konflik
sosial, seperti menjauhkan pertemanan, dan berdampak pada gangguan
psikologis seseorang yang tidak disadari oleh orang-orang ketika ghibah.
Melalui karya tari ini koreografer berharap agar penikmat seni dapat
sedikit tersadarkan bahwa perilaku ghibah bukanlah perbuatan yang baik untuk
dikembang biakkan. Koreografer sadar bahwa perilaku ini tidak bisa langsung
dihilangkan begitu saja, tetapi harapannya supaya perilaku yang telah menjadi
kebiasaan ini dapat dikurangi. Berdasarkan hal tersebut koreografer
mengkategorikan karya tari dengan judul Ngresek ini sebagai koreografi
korektif. Tujuan koreografer melalui koreografi korektif ini dapat menjadi
sebuah media koreksi yang bisa diterima oleh penonton, agar lebih cermat
dalam mempertimbangkan perilaku serta ucapan yang lebih berkualitas dan
berfaedah.
1.2 Fokus Karya
Fokus karya merupakan batasan permasalahan yang akan dikaji sekaligus
menekankan ide garap yang akan diangkat pada sebuah karya tari. Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan, terdapat dua fokus karya yang
dikemukakan yaitu fokus isi dan fokus bentuk. Fokus isi pada karya ini adalah
mengungkap makna ghibah sebagai perilaku yang nyampah. Perilaku nyampah
diartikan bahwa ghibah sebagai perilaku yang tidak bermanfaat, dan hanya
menimbulkan kerugian, serta dapat memunculkan konflik sosial. Fokus bentuk
pada karya tari ini menggunakan bentuk dance theatre, yang merupakan suatu
bentuk pertunjukan tari dengan kemasan interdisiplin seni dengan
mengutamakan teks visual dan berfokus pada bahasa teatrikal yang
dikembangkan.
1.3 Tujuan

3
1.3.1 Tujuan Penciptaan
Tujuan penciptaan pada karya tari Ngresek yaitu untuk
mengungkapkan makna dari ghibah sebagai perilaku yang nyampah
(membuat sampah). Karya ini juga bertujuan untuk menyadarkan
masyarakat agar mengurangi atau menghindari percakapan sampah seperti
ghibah dan membiasakan untuk berkomunikasi dengan percakapan yang
berbobot, berdasarkan hal itu karya ini dapat dijadikan sebagai koreografi
korektif dan media intropeksi diri. Karya tari ini menggunakan bentuk
pertunjukan dance theatre yang bertujuan supaya koreografer dapat
memunculkan dan mengolah simbol atau bentuk-bentuk verbal yang
dihadirkan dalam karya tari dengan lebih bebas, selain itu koreografer juga
ingin mencoba bentuk pertunjukan yang belum banyak dipilih dan
diterapkan dalam sajian pertunjukan tari di Universitas Negeri Surabaya.
1.3.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari karya tari yang berjudul Ngresek ini adalah
untuk mendeskripsikan dan menganalisis baik isi yaitu tentang makna
ghibah yang merupakan perilaku nyampah, maupun bentuk yaitu karya tari
dalam kemasan dance theatre.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat penulisan karya tari ini yaitu, dapat menjadi referensi dan
rujukan mengenai kajian penciptaan karya tari.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi koreografer
Manfaat penciptaan karya tari ini adalah untuk menambah
pengalaman dalam menciptakan karya tari, sekaligus sebagai media
pembelajaran koreografer dalam melatih kreatifitas, dengan
memunculkan ide-ide baru terhadap fenomena disekitar, yang
kemudian diwujudkan ke dalam sebuah karya tari.
1.4.2.2 Bagi penari

4
Manfaat penciptaan karya tari ini dapat menambah wawasan
dan pengalaman teba gerak, hingga tentang kebutuhan artistik
pertunjukan terhadap proses penciptaan karya bagi penari.
1.4.2.3 Bagi Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat selaku penonton dan pembaca selain
sebagai media apresiasi dan hiburan, karya tari ini diharapkan bisa
menjadi inspirasi dalam berkarya sekaligus menjadi refleksi diri
yang realated (berkaitan) dengan kehidupan sehari-hari, serta
menjadi sarana koreksi yang dapat diterima oleh penikmat.
1.4.2.4 Bagi Lembaga
Penulisan serta karya tari ini dapat menjadi pembendaharaan
dokumentasi dan literasi yang dimiliki pihak universitas yang
tercipta dari hasil nyata perkuliahan penciptaan karya tari tugas akhir
skripsi/karya seni.
1.5 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah kesepakatan pemahaman istilah yang menjadi
penyatuan pendapat dalam menetapkan makna yang lebih spesifik mengenai
sesuatu untuk mencapai tafsir atau prespektif yang sama antara koreografer
dengan pembaca agar tidak terjadi kesalahpahaman.
1.5.1 Karya Tari
Karya tari merupakan sebuah hasil proses kerja kreatif dari seorang
koreografer dalam mewujudkan ide dan gagasan kreatifnya, melalui gerak
tubuh sebagai media utama yang diolah, disusun dan didukung oleh unsur-
unsur pendukung tari lainnya.
1.5.2 Ngresek
Istilah ngresek berasal dari bahasa jawa resek, yang memiliki arti yaitu
sampah. Ngresek pada karya tari ini memiliki 2 tafsir, yaitu ngresek yang
berarti nyampah atau membuat dan menyebabkan adanya sampah, yang
menganalogikan ghibah sebagai perilaku yang tidak bermanfaat atau
nyampah, dan ngresek yang berarti keriuhan atau kebisingan.
1.5.3 Ungkapan

5
Ungkapan merupakan sebuah penyampaian perasaan terhadap sesuatu
yang bermaksud untuk menjelaskan, menunjukkan, memperlihatkan,
memaparkan makna terhadap sesuatu dan memunculkan kesan-kesan
imajinatif secara verbal maupun non-verbal dari koreografer. Ungkapan
yang dimaksud pada karya tari ini adalah mengungkapkan atau
menyampaikan makna dari ghibah sebagai perilaku yang nyampah.
1.5.4 Makna
Makna merupakan sebuah maksud yang disampaikan secara tersirat.
Makna juga mengartikan sesuatu baik yang sudah ataupun belum pernah
dilihat dan didengar sebelumnya. Pada karya tari ini makna yang dimaksud
adalah pada analogi ghibah merupakan perilaku nyampah yang bermakna
bahwa sesuatu yang dibicarakan saat ghibah itu tidak memiliki manfaat,
sehingga sama halnya dengan ucapan sampah dan perilaku nyampah yang
sebaiknya dapat disadari dan dihindari.
1.5.5 Ghibah
Ghibah adalah perilaku manusia dalam menggunjing, membicarakan
dan menyebarkan informasi berupa aib atau keburukan seseorang. Ghibah
sesungguhnya merupakan perilaku buruk yang tidak bermanfaat dan bisa
memunculkan kesalahpahaman serta dampak negatif lainnya yang
menimbulkan kesenjangan sosial. Pernyataan tersebut kemudian
menunjukkan bahwa perilaku ghibah mengarah pada perilaku yang
nyampah, dengan kata lain ghibah merupakan perilaku yang tidak berguna
dan hanya merugikan bagi orang lain maupun diri sendiri.
1.5.6 Dance Theatre
Dance theatre merupakan sebuah kemasan interdisiplin seni, dengan
kata lain terdapat interaksi dari segala macam unsur seni yang masuk dan
menjadi satu kesatuan utuh dalam sebuah karya pertunjukan. Dance theatre
dapat diwujudkan dengan memasukkan unsur musik, teater atau jenis seni
lainnya ke dalam pertunjukan tari, yang dapat diungkapkan secara verbal
ataupun secara absurd, sehingga bentuknya lebih bebas. Sebuah karya tari
dengan bentuk dance theatre bukan hanya mementingkan keindahan gerak

6
saja, tetapi lebih mementingkan bagaimana menyajikan sebuah karya
dengan isi dan nilai yang memiliki korelasi terhadap sesuatu yang bahkan
tidak dapat diwujudkan dalam suatu karya tari.

7
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Karya Tari Relevan
Karya-karya tari terdahulu merupakan bagian yang penting dalam proses
menciptakan suatu karya tari, karena persamaan dan perbedaan yang
ditemukan pada karya tari terdahulu dapat menjadi acuan keorisinalitasan
karya. Selain itu, ciptaan karya terdahulu juga sebagai referensi dan inspirasi
yang relevan bagi koreografer dalam penciptaan karya tari Ngresek ini.
2.1.1 Karya Teater Tari “Suara Padi”
Karya teater tari ini disutradarai atau dikoreograferi oleh Heri Lentho
dengan menggunakan bentuk penyajian dance theatre atau teater tari, yang
diproduksi oleh Surabaya Dance Collective pada tahun 2006 (diakses pada
laman https://youtu.be/pAOjC78Nnks). Karya ini memiliki durasi
pertunjukan selama 75 menit dengan mengangkat berbagai persoalan sosial
para petani yang senantiasa mengabdi pada alam supaya dapat
menyeimbangkan kehidupan. Karya Suara Padi ini menyimbolkan
keakraban manusia dengan alam yang sudah berjarak ketika petani yang
kehidupannya mengalami penderitaan karena saat musim tanam harga
perawatan padi sangat mahal, sedangkan ketika musim panen tiba harga
gabah yang diharapkan ternyata jatuh harganya. Penderitaan tersebut yang
memunculkan larangan untuk keturunan mereka agar tidak menjadi petani.
Sikap tersebut secara tidak sadar malah menjauhkan manusia dengan alam
dan lebih beralih pada kehidupan mesin. Teater Tari Suara Padi ini
merupakan sebuah analog antara manusia dengan alam.
Persamaan karya Suara Padi dengan karya Ngresek adalah pada
bentuk pertunjukan yang diwujudkan dalam genre dance theatre atau teater
tari. Namun, yang membedakan yaitu, pada karya Ngresek menghadirkan
unsur verbal baik gerak maupun vokal, dan penggunaan properti untuk
mendukung sajian karya tari. Persamaan yang kedua yaitu sama-sama
terinspirasi dari fenomena sosial yang terjadi di lingkungan dan dialami
langsung oleh koreografer. Tetapi terdapat perbedaan pada tema atau fokus

8
yang diusung. Karya Suara Padi berangkat dari fenomena sosial berupa
keresahan kehidupan petani yang menciptakan generasi berjarak dengan
alam, sedangkan pada karya Ngresek terinspirasi dari fenomena sosial
ghibah atau membicarakan keburukan orang lain. ghibah adalah perilaku
yang tidak bermanfaat dan hanya merugikan, sehingga koreografer menarik
benang merah bahwa ghibah merupakan perilaku yang nyampah, dan
sebaiknya dikurangi atau dihindari.
2.1.2 Karya Tari “Paradoks”
Karya tari ini dikoreograferi oleh Agus Setiawan, Spd., yang berasal
dari Kabupaten Ponorogo, pada pementasan Karya Tugas Akhir
Universitas Negeri Surabaya Tahun 2019. Karya tari paradoks
menggambarkan tentang ketergantungan manusia pada telepon seluler
atau gadget. Ketergantungan tersebut kemudian menimbulkan paradoks di
kalangan masyarakat. Paradoks yang dimaksud berupa mendekatkan
hubungan antar manusia yang jauh, begitu juga sebaliknya, menjauhkan
hubungan antar manusia yang dekat melalui penggunaan gadget pada era
kemajuan teknologi. Hal tersebut dialami langsung oleh koreografer
sehingga menimbulkan keresahan yang menarik untuk diwujudkan dalam
sebuah karya tari.
Persamaaan karya Paradoks dengan karya Ngresek adalah pada
bentuk pertunjukannya yaitu dance theatre atau teater tari dan sama-sama
mengangkat fenomena sosial, tetapi topik dan fokus yang diusung berbeda.
Perbedaan lainnya juga dengan menghadirkan properti serta keperluan
artistik lain yang digunakan untuk mendukung maksud yang ingin
disampaikan koreografer pada karya Ngresek, sedangkan pada karya
Paradoks tidak menggunakan properti sama sekali. Perbedaan selanjutnya
dapat perhatikan dari segi musik juga, pada karya Ngresek akan
memunculkan perpaduan musik atau instrumen tradisional dan instrumen
modern yang dihadirkan diatas panggung.

9
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Koreografi
Teori koreografi yang digunakan sebagai acuan dalam membuat karya
tari ini adalah teori koreografi yang dikemukakan oleh Y. Sumandiyo Hadi
dalam buku “Koreografi Bentuk – Teknik – Isi” tahun 2014. Istilah
koreografi sangat populer dan familier dikalangan seniman tari. Menurut Y.
Sumandiyo Hadi, sebagai pengertian konsepnya koreografi meliputi proses
perencanaan, seleksi, hingga kemudian pada pembentukan gerak tari
dengan tujuan dan maksud yang tertentu (Hadi, 2014:1). Sedangkan
menurut Sal Murgiyanto yang tertulis pada bukunya yang berjudul
“Koreografi Pengetahuan Dasar Komposisi”, menyebutkan bahwa
koreografi dalam bahasa Inggris yaitu choreography, berasal dari kata
choreia yang berarti “tarian bersama” atau “koor”, dan graphia yang berarti
“penulisan” dalam bahasa Yunani. Jadi dapat disimpulkan bahwa
koreografi adalah suatu pengetahuan dalam menyusun tari atau hasil dari
susunan tari (Murgiyanto, 1983:3-4). Selain itu Sal Murgiyanto juga
menjelaskan, koreografi adalah sebuah proses memilih dan mengatur
berbagai gerakan hingga menjadi sebuah karya tari yang didalamnya
terdapat laku kreatif (Murgiyanto, 1983:10).
Sebuah penciptaan karya tari, teori tersebut sangat diperlukan sebagai
acuan dalam proses menata dan mengatur gerak secara kreatif dengan
menerapkan beberapa prinsip seni. Sal Murgiyanto juga menyatakan
prinsip-prinsip bentuk seni merupakan faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam mencapai suatu komposisi yang memenuhi syarat
secara estetis (Murgiyanto, 1983:12).
2.2.1.1 Unity atau Kesatuan yang Utuh
Sebuah karya tari harus memiliki kesatuan, yang merupakan
suatu prinsip seni yang sangat mendasar dan penting. Meskipun
terdiri dari berbagai elemen pendukung, hubungan antar elemen
tersebut harus dipadukan, sehingga tidak mengurangi atau

10
menambah elemen baru, jadi tidak perlu merusak kesatuan yang
telah dicapai (Murgiyanto, 1983:12).
Koreografer diharapkan mampu menyampaikan hasil
konsepnya yang diwujudkan dalam sebuah karya tari. Perwujudan
karya tari yang berbentuk dance theatre terdapat beberapa part atau
adegan dan juga dramaturgi yang telah disesuaikan dengan konsep,
supaya saling berkaitan dengan elemen-elemen dan unsur
pendukung lainnya, agar menjadi satu kesatuan yang utuh. Adanya
keterkaitan tersebut, koreografer dapat menyampaikan ide dan
konsep dengan jelas agar menjadi sajian karya tari utuh yang dapat
dinikmati oleh penonton.
2.2.1.2 Variasi atau Keragaman
Variasi atau keragaman bukan semata-mata membuat gerak
yang rumit sebanyak mungkin dan pola yang beragam. Melainkan,
seorang koreografer yang berkompeten akan memilih untuk
mengulangi ragam atau motif gerak yang dianggap berbobot dengan
berbagai variasi yang sesuai kebutuhan koreografi. Tujuan variasi
adalah untuk menyajikan perbedaan tindakan pada bahan-bahan
dalam sebuah ragam gerak (Murgiyanto, 1983:13-14). Variasi juga
dapat memberikan suatu pembaharuan yang menarik agar
menghindarkan kesan monoton pada sebuah karya tari.
Koreografer akan menggunakan variasi berupa pengembangan
bahkan penyempitan pada konsep yang diusung dengan pola lantai,
vokal verbal dan elemen pendukung lainnya yang saling berkaitan
ataupun tidak, agar terwujud suatu sajian yang menarik dan sesuai
kebutuhan karya tari.
2.2.1.3 Repetisi atau Pengulangan
Repetisi atau pengulangan merupakan suatu prinsip seni yang
dibutuhkan dalam suatu karya tari, karena dapat membantu
menegaskan tema dan pola gerak yang ingin disampaikan
(Murgiyanto, 1983:13). Oleh sebab itu pengulangan perlu dilakukan

11
agar suatu ide yang diwujudkan dalam gerak dapat diterima oleh
penonton. Hawkins juga menekankan bahwa repetisi dalam
pembuatan gerak tidak hanya digunakan sebagai suatu cara
penyampaian ide saja, namun sebagai metode bagi pengamat dalam
memahami, menafsirkan dan menyerap bentuk gerak tari yang
ditampilkan (Hawkins dalam Hadi, 2014:43).
Pentingnya koreografer dalam memberikan gerak
pengulangan pada karya tari selain sebagai variasi juga untuk
menguatkan konsep yang ingin disampaikan.
2.2.1.4 Kontras
Prinsip kontras bermaksud menyajikan pola baru yang berbeda
dengan pola sebelumnya. Sebuah karya tari perlu memikirkan
susunan kontras agar dapat membedakan adegan per-adegan.
Kontras dapat dilakukan dengan mengubah suasana, tempo dan
tenaga atau yang lainnya dengan menggunakan gaya gerak yang
berbeda (Murgiyanto, 1983:14). Kontras secara singkat sebagai pola
atau ragam gerak yang dilakukan tidak serempak.
Prinsip kontras bukan hanya semata-mata dilakukan dengan
gaya berbeda, tetapi harus ada relevansi dengan ide dan atau gagasan
tari (Smith, 1985:69). Oleh karena itu, koreografer dalam
menyajikan prinsip kontras pada gerak tari, tetaplah harus ditata dan
disesuaikan dengan konsep karya tari
2.2.1.5 Transisi
Transisi atau perpindahan merupakan sebuah penghubung dari
gerak satu ke gerak berikutnya, yang memiliki fungsi mengaitkan
atau sebagai pengikat yang jelas dan logis, agar dapat menampilkan
gerak dengan lancar dan enak dipandang, oleh karena itu transisi
tidak bisa berdiri sendiri (Hadi, 2007:27). Pentingnya transisi
diterapkan pada sebuah karya tari supaya dapat menggabungkan tiap
pose atau gerak yang telah dibuat hingga membentuk sebuah ragam
dan tarian yang utuh dan menyambung.

12
2.2.1.6 Sequence atau Urutan
Sequence atau urutan merupakan suatu penempatan yang logis
dari beberapa bagian secara kronologis sehingga menjadi urutan
gerak yang maknawi (Murgiyanto, 1983:14).
Seorang koreografer dalam merangkai urutan gerak dan
beberapa bagian bukan hanya sekedar menempel gerak satu dan
seterusnya saja, tetapi juga harus mempertimbangkan urutan
kontinyuitas sesuai konsep karya.
2.2.1.7 Klimaks
Sebuah karya tari dalam susunan atau urutan kejadian harus
memunculkan suatu klimaks supaya maksud gagasan atau konsep
karya dapat tersampaikan (Hadi, 2014:47). Klimaks merupakan
bagian dari komposisi yang menampilkan sebuah puncak kekuatan
emosional atau efektivitas struktural (Murgiyanto, 1983:15).
Seorang koreografer harus mempertimbangkan rangkaian
bagian dan mengatur elemen gerak dan unsur pendukung lainya
untuk mencapai puncak dinamika pada suatu karya tari.
2.2.1.8 Balance atau keseimbangan
Prinsip balance atau kesimbangan pada sebuah karya tari
berkaitan dengan pengaturan penari sekaligus dengan unsur artistik
panggung yang saling berkesinambungan. Pengaturan tersebut bisa
dilakukan baik secara simetris maupun asimetris, namun seperti
apapun bentuk pemecahanya tetap mempertimbangkan prinsip
keseimbangan supaya tercapai komposisi yang baik (Murgiyanto,
1983:15).
2.2.1.9 Harmoni
Harmoni merupakan suatu pengaturan energi yang saling
berpengaruh diantara beberapa bagian pada sebuah koreografi
(Murgiyanto, 1983:16). Pengatuan gerak yang dilakukan harus
saling berhubungan dengan bagian yang lainya agar selaras dan
mencapai satu kesatuan yang utuh.

13
Koreografer dalam menggunakan prinsip bentuk seni tidak
hanya melakukan penentuan gerak, desain keruangan dan struktur
yang ritmis, melainkan juga menentukan iringan musik, tata rias dan
busana, serta tata panggung, supaya dapat mendukung komposisi
secara keseluruhan (Murgiyanto, 1983:16).
2.2.2 Metode Kontruksi I
Metode sangat diperlukan dalam proses koreografi atau penciptaan
karya tari, supaya tercapai tujuan karya yang efisien. Oleh karena itu,
seorang koreografer harus mempertimbangkan berbagai aspek dan metode
yang terdapat tata cara atau petunjuk penyusunan yang perlu disadari oleh
seorang koreografer (Smith, 1985:4). Salah satu metode yang dapat
diterapkan dalam proses penciptaan karya tari adalah metode kontruksi I.
Menurut Jacqueline Smith, metode kontruksi I merupakan metode
dalam mencipta sebuah karya yang memiliki beberapa tahapan
perencanaan, yaitu dimulai dari rangsang awal yang menjadi motivasi tari,
menentukan tipe tari yang digunakan, menentukan mode penyajian,
improvisasi, evaluasi, dan motif (Smith, 1985:32).
Tahapan-tahapan metode kontruksi I yang diterapkan sebagai berikut:
2.2.2.1 Rangsang awal
Sebuah rangsang dapat diartikan sebagai suatu stimulus yang
menjadi trigger atau pemicu dalam berfikir, membangkitkan
semangat, dan memotivasi kegiatan, baik melalui rangsang auditif,
visual, gagasan, rabaan atau kinestetik (Smith, 1985:20). Seorang
koreografer dalam menciptakan karya tari juga dapat menemukan
rangsang awal berdasarkan pengalaman empiris atau peristiwa
yang terjadi dilingkungan serta dialami oleh koreografer.
Selanjutnya, koreografer menemukan sesuatu yang menarik untuk
diungkapkan, sehingga hal tersebut menjadi rangsang awal bagi
koreografer untuk mewujudkannya ke dalam karya tari.
2.2.2.2 Genre Dance Theatre

14
Genre yang digunakan dalam karya tari Ngresek ini adalah
Dance theatre. Dance theatre merupakan kemasan interdisiplin
seni yang digagas oleh seorang koreografer atau seniman tari
ternama yang berasal dari Jerman, yaitu Pina Bausch. Teater tari
disebutkan sebagai seni pertunjukan yang mengutamakan teks
visual dan berfokus pada bahasa teatrikal yang dikembangkan,
selain itu juga tetap mementingkan eksplorasi pada semiotika
tubuh, penggunaan ruang dan waktu, alat peraga, kostum, musik,
multimedia dan pola koreografi untuk menjelaskan strategi kerja
dalam teks. Berdasarkan hal itu, teater tari sebagai kemasan
interdisiplin seni yang dimaksud adalah adanya interaksi dari
berbagai macam unsur seni yang saling berkaitan, diperkuat
dengan pengolahan simbol yang dapat disajikan dalam bentuk
literal maupun non literal, dan dapat diungkapkan secara verbal
atau absurd, sehingga bentuknya jadi lebih bebas.
2.2.2.3 Tipe Tari
Tipe dramatik merupakan suatu tipe tari yang tidak
menggelarkan sebuah cerita, tetapi lebih mengutamakan pada
penguatan suasana sebagai pusat perhatian (Smith, 1985:27).
Koreografer dapat membangun sebuah pola dramatik melalui
beberapa elemen, seperti dinamika, tempo, ruang dan tenaga
berdasarkan penekanan terhadap isi yang ingin diwujudkan. Oleh
karena itu, koreografer melakukan penyusunan pada rangkaian
adegan untuk membangun suasana dengan mudah.
2.2.2.4 Mode penyajian
Mode penyajian mengkaji tentang isi gerak yang akan
disampaikan dengan menuangkan suatu tanda atau simbol tertentu
secara detail dan orisinil, serta aspek lain yang unik (Smith,
1985:29). Koreografer menerapkan mode penyajian
representasional dan simbolis pada karya tari Ngresek ini.
Penyajian representasional dengan kata lain menyajikan bentuk-

15
bentuk asli atau verbal agar dapat memunculkan suasana
sebagaimana pada kehidupan nyata. Penyajian representasional
tidak selalu dihadirkan secara penuh dalam suatu pertunjukan
karya tari, tetapi juga diimbangi dengan mode penyajian simbolis
yang disesuaikan dengan konsep garapan. Penyajian simbolis
dihadirkan agar dapat menyampaikan subteks gerak dalam karya
tari, supaya penonton bebas dalam mengimajinasikan gerak yang
disajikan, sehingga memunculkan beragam interpretasi atau multi
tafsir, namun masih tetap dalam satu linear.
2.2.2.5 Improvisasi
Improvisasi merupakan suatu gerak yang dilakukan secara
spontanitas oleh penari maupun koreografer yang bersifat
sementara atau tidak tetap (Smith, 1985:31). Lain halnya dengan
teori Hawkins tentang improvisasi yaitu bahwa, Tahap improvisasi
ini lebih bebas dalam melakukannya, improvisasi juga bisa
didapatkan melalui adanya dorongan motivasi, sehingga penari
akan merespons dengan menyalurkan ekspresi alaminya serta
energi dari dalam dirinya (Hawkins, 2003:29).
Koreografer dapat menentukan dari beragam improvisasi
yang dilakukan harus sesuai dan cocok dengan konsep dan
keinginan koreografer.
2.2.2.6 Evaluasi
Evaluasi menjadi sebuah perkiraan dalam
mempertimbangkan pengetahuan, baik segi bentuk maupun materi
yang didapatkan melalui sebuah pengalaman (Smith, 1985:31).
Koreografer dalam tahap ini melakukan filtrasi atau penyaringan
terhadap suatu komposisi yang dibuat untuk menyesuaikannya
dengan kebutuhan koreografi. Koreografer dapat melakukan
evaluasi di setiap akhir proses kerja studio, agar dapat dilakukan
perbaikan pada bagian yang dirasa kurang sesuai.
2.2.2.7 Motif

16
Motif adalah suatu gerak yang telah melalui tahap seleksi,
evaluasi dan diperhalus sampai menghasilkan pola gerak yang
memiliki kapasitas yang dapat dikembangkan (Smith, 1985:31).
2.2.3 Ungkapan
Teori ungkapan oleh Leo Tolstoy tahun 1826-1910, menyebutkan
bahwa seni sebagai ungkapan perasaan manusia dan sebagai penyalur
perasaan atau transmission of fellings. Teori ini juga bermakna bahwa seni
yaitu membangun perasaan yang dialami kemudian mengungkapkan atau
menyampaikannya melalui perantara agar dapat tersampaikan kepada
orang lain. Ungkapan juga dapat diwujudkan secara konkret maupun
abstrak (Tolstoy, : )
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ungkapan memiliki arti
menunjukkan, menyingkapkan, membuktikan tentang sesuatu yang belum
banyak diketahui oleh orang lain.
2.2.4 Ghibah
Beberapa referensi yang membahas mengenai ghibah
mengemukakan bahwa, ghibah merupakan suatu perilaku yang
membicarakan keburukan atau sesuatu yang tidak disukai dari orang lain
yang sedang tidak ada di tempat pembicaraan itu. Ghibah termasuk dalam
perilaku yang buruk, tidak bermanfaat, membuang waktu dan hanya
menimbulkan kerugian, sama halnya dengan sampah yang tidak berguna
dan hanya mengotori lingkungan, sehingga perilaku ghibah sama dengan
perilaku yang nyampah. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku ghibah
ini berpengaruh bagi seorang individu yang mampu memunculkan rasa
kebencian, kesalah pahaman dan juga keresahan bagi orang yang dijadikan
sebagai objek ghibah dan menimbulkan adanya jarak bersosialisasi di
masyarakat (Wahyuni at all, 2019:18-19).
2.2.5 Gesture
Gesture merupakan suatu bentuk komunikasi nonverbal yang
menggunakan gerakan tubuh sebagai pengganti vokal dan menjadi isyarat
untuk menyampaikan pesan tertentu (Liliweri, 2022:31). Gesture juga

17
dapat diartikan sebagai bahasa tubuh untuk mengutarakan suatu maksud
dengan diiringi ucapan maupun tidak. Meltzoff dalam buku Komunikasi
Nonverbal Mengenal Bahasa Tubuh Dasar oleh Liliweri mengemukakan
pendapat bahwa gerak atau bahasa tubuh secara otomatis yaitu
mengirimkan isi pikiran seseorang kepada orang lain melalui bentuk yang
dapat dilihat (Meltzoff dalam Liliweri, 2022:33).
Gesture dapat ditunjukkan dengan kode atau isyarat melalui ekspresi
wajah, gerak tangan, kaki, dan postur tubuh untuk mentransfer pikiran dan
maksud yang ingin disampaikan.
2.2.6 Dance Theatre
Dance theatre atau yang dikenal dengan teater tari merupakan suatu
bentuk pertunjukan tari dengan kemasan interdisiplin seni. Dance theatre
ini digagas oleh seorang koreografer atau seniman tari ternama yang
berasal dari Jerman, yaitu Pina Bausch. Menurut pendapat Martinus
Miroto, berdasarkan pemahaman tentang dance theatre dari Pina Bausch
yang dideskripsikan oleh Nobert Servos bahwa, dance theatre merupakan
suatu perpaduan dari mode tari dan teater yang menciptakan format baru
bagi kedua genre tersebut (Miroto, 2014:26). Literatur yang membahas
mengenai teater tari Pina Bausch ini masih belum banyak ditulis oleh para
sarjana tari. Teater tari disebutkan sebagai seni pertunjukan yang
mengutamakan teks visual dan berfokus pada bahasa teatrikal yang
dikembangkan, selain itu juga tetap mementingkan eksplorasi pada
semiotika tubuh, penggunaan ruang dan waktu, alat peraga, kostum,
musik, multimedia dan pola koreografi untuk menjelaskan strategi kerja
dalam teks.
Berdasarkan hal itu, teater tari sebagai kemasan interdisiplin seni
yang dimaksud adalah adanya interaksi dari berbagai macam unsur seni
yang saling berkaitan, diperkuat dengan pengolahan simbol yang dapat
disajikan dalam bentuk literal maupun non literal, dan dapat diungkapkan
secara verbal atau absurd, sehingga bentuknya jadi lebih bebas. Oleh
karena itu diperlukan kecermatan koreografer dalam mengatur segi

18
dramatik pada setiap adegannya supaya menjadi satu kesatuan yang utuh
dalam suatu pertunjukan.
2.3 Kerangka Berpikir
Bagan 1. Kerangka berfikir

Fenomena
Perilaku ghibah yang merupakan perilaku tidak berguna

Fokus Isi Fokus Bentuk


Mengungkap makna ghibah Dance Theatre
sebagai perilaku yang nyampah

Metode Kontruksi I
Rangsang awal

Konsep Karya Tipe tari


Mode penyajian
- Tema - Penari
- Judul - Teknik Improvisasi
- Sinopsis - Gaya
Evaluasi
- Skenario - Tata Teknik
Pentas Motif
- Tipe Tari - Tata Rias &
(Jacqueline Smith
Busana
- Mode - Iringan
Penyajian Musik
- Properti

Proses Penciptaan

Rangsang awal Improvisasi Seleksi


Motif
Eksplorasi Analisis dan
Evaluasi

Karya Tari “Ngresek”

19
Berdasarkan bagan kerangka berfikir diatas, penciptaan sebuah karya
diawali dari penemuan fenomena yaitu ghibah yang merupakan perilaku
nyampah, artinya ghibah adalah perilaku yang tidak bermanfaat dan hanya
menimbulkan dampak negatif. Fenomena ini, kemudian dapat ditarik pada dua
fokus karya, yaitu fokus isi yang mengungkapkan makna ghibah sebagai
perilaku yang nyampah, dan fokus bentuk yang digunakan adalah dance theatre
sebagai bentuk pada pertunjukan karya tari. Setelah mendapatkan fokus karya
tersebut, selanjutnya koreografer menerapkan metode kontruksi I milik
Jacqueline Smith yang berupa tahapan-tahapan dalam menciptakan sebuah karya
tari, yang dimulai dengan menemukan rangsang awal, menentukan tipe tari,
menentukan mode penyajian, improvisasi, evaluasi, dan motif.

Sebelum memulai proses penciptaan, koreografer sangat penting untuk


membuat suatu konsep karya yang meliputi tema, judul karya, sinopsis karya,
skenario karya, tipe tari, mode penyajian, penari, teknik, gaya, tata teknik pentas,
tata rias dan busana, iringan musik, serta properti. Setelah semua konsep sudah
disusun, maka koreografer dapat memulai proses penciptaan dengan
berdasarkan tahapan pada metode kontruksi I milik Jacqueline Smith.

Proses penciptaan itu dimulai dari penemuan ide melalui rangsang visual
yang berdasarkan pada pengalaman empiris dan pengamatan koreografer berupa
perilaku ghibah yang merupakan perilaku nyampah. Tahap kedua adalah
eksplorasi, yang dilakukan dengan penjajagan pada objek, tema dan gerak atau
fisikal dari suatu obyek yaitu ghibah. Koreografer berikutnya melakukan
improvisasi atau bergerak secara spontan dan tidak direncanakan. Oleh sebab itu
pada tahap improvisasi ini diperlukan adanya perekaman atau pengambilan
video, supaya dapat melihat kembali gerak yang dihasilkan untuk diulangi atau
dikembangkan lagi. Gerak yang dihasilkan pada tahap improvisasi kemudian
dilakukan evaluasi oleh koreografer, dengan cara menganalisa dan memeriksa
kembali koreografi yang telah dibuat secara berulang kali, untuk mengetahui
letak kekurangan pada tiap bagian. Kekurangan yang ditemukan pada tahap
evaluasi kemudian diatasi dengan melakukan perbaikan dan penyeleksian, yang

20
bertujuan untuk menyaring, memilah serta memilih gerak-gerak yang akan
disusun dan dikategorikan sesuai dengan konsep karya. Koreografer juga perlu
melakukan penghalusan dengan cara memperbaiki maupun mengembangkan
motif yang dibuat untuk disesuaikan dengan berbagai aspek hingga terwujudnya
suatu karya tari yang diinginkan.

21
BAB III
METODE PENCIPTAAN
3.1 Pendekatan Penciptaan
Metode penciptaan merupakan suatu aturan atau tata cara yang dilakukan
secara teratur, sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan dalam melakukan
sebuah kegiatan (Sebayang, 2021:21).
Metode pendekatan penciptaan dapat diartikan sebagai tahapan proses
kerja kreatif dalam menciptakan sebuah karya seni dimulai dari menemukan ide
gagasan, proses pembentukan, sampai terwujudnya sebuah karya seni yang
diinginkan.
Pada karya tari Ngresek ini koreografer menggunakan metode konstruksi
I sebagai landasan dalam proses penciptaan karyanya. Metode kontruksi oleh
Jacqueline Smith dalam buku Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi
Guru yang diterjemahkan oleh Ben Suharto, menyebutkan bahwa metode ini
memiliki prosedur yang dimulai dari penemuan rangsang awal, penentuan tipe
tari, mode penyajian karya, improvisasi, evaluasi, seleksi dan penghalusan
sampai pada terbentuknya sebuah motif gerak tari.
3.2 Rancangan Karya
3.2.1 Tema
Tema sama dengan ide gagasan yang menjadi motivasi dalam
mencipta suatu karya seni. ide gagasan atau tema bisa berasal dari
tangkapan visual atau yang dapat dilihat, didengar, dirasakan dan
dipikirkan. Tema dalam tari juga dapat diambil berdasarkan pengalaman
hidup, legenda, sejarah, sastra, upacara agama, suasana hati, kondisi sosial
dan lain sebagainya (Murgiyanto, 1983:37).
Karya tari Ngresek ini mengambil tema yaitu ghibah. Tema tersebut
dipilih berdasarkan pengalaman empiris koreografer sekaligus menjadi
fenomena sosial, dengan kata lain ghibah juga dialami oleh semua kalangan
masyarakat. Secara umum sudah diketahui bahwa perilaku ghibah hanyalah
perilaku yang tidak menguntungkan dan hanya memberikan dampak yang
buruk bagi diri maupun lingkungan. Berdasarkan hal itu, koreografer

22
tertarik untuk mengungkapkan perilaku ghibah sebagai perilaku yang
nyampah dan mewujudkannya dalam sebuah karya tari.
3.2.2 Judul
Judul merupakan nama yang digunakan sebagai identitas yang
menyiratkan isi dari sebuah karya seni. Judul harus disusun secara ringkas,
jelas dan orisinal, sehingga judul tersebut bisa membantu penonton untuk
mendapatkan indikasi yang tepat sebagai modal menginterpretasikan
sesuatu yang dilihat (Murgiyanto, 1983:93).
Judul pada karya tari ini adalah Ngresek. Ngresek merupakan kata
yang bermakna homonim, yang berarti memiliki bunyi dan bentuk yang
sama, tetapi maknanya yang berbeda. Ngresek berasal dari bahasa jawa
yaitu resek yang memiliki arti sampah, sedangkan Ngresek berarti membuat
atau menimbulkan adanya sampah atau dalam bahasa indonesia sama
dengan nyampah. Ngresek juga berarti suatu sebutan untuk suara-suara yang
riuh atau bising. Berdasarkan judul tersebut sudah bisa menyiratkan isi dari
mengungkapkan makna ghibah sebagai perilaku yang nyampah.
3.2.3 Sinopsis
Sinopsis merupakan penggambaran isi secara garis besar dan
ringkasdari karya tari yang dilahirkan koreografer baik secara abstrak
maupun kongkrit.
Terbuang waktu, terbuang tenaga
Yang keluar dari mulut busuk menyengat
Ghibah layaknya sampah yang tidak berguna
Mengotori fikir, menyakiti hati
Barang negatif malah digemari
Kompilasi aib pula makin disukai
Perilaku nyampah itu layaknya untuk digandrungi?

Sinopsis ini memiliki maksud bahwa waktu dan tenaga akan terbuang
sia-sia dengan menggunjing atau membicarakan keburukan orang lain saja.
Oleh karena itu kata-kata atau obrolan yang diucapkan mengeluarkan

23
sesuatu yang busuk yaitu berupa aib atau keburukan orang lain yang
disebarkan serta urusan pribadi seseorang yang tidak ada kepentingannya
dengan kita. Perilaku ghibah yang tidak bermanfaat tersebut diibaratkan
seperti sampah yang tidak berguna dan hanya membuat kotor. Ghibah
apabila dibiarkan terus-menerus selain mendapatkan dosa, akibatnya hanya
akan mengotori pikiran dan hati dengan sesuatu yang buruk dan bisa
mempengaruhi orang lain untuk berprasangka buruk yang dapat
menimbulkan kesalahpahaman, kebencian serta dapat memicu timbulnya
konflik sosial. Ghibah yang memiliki konotasi negatif itu kini malah
semakin digemari oleh masyarakat, dari berbagai kumpulan informasi
dengan topik sama maupun berbeda yang mengandung urusan dan aib orang
lain akan lebih disukai, karena semakin buruk topik yang dibahas maka akan
semakin menarik pembicaraan tersebut. Perilaku yang membuat sampah
atau nyampah itu sebaiknya dihindari dan tidak untuk digemari.
3.2.4 Skenario Karya
Tabel 1. Tabel skenario karya tari Ngresek
No. Adegan Motivasi Suasana Durasi
1. Introduksi - Penggambaran Tenang 3.30 menit
manusia dengan Riuh
beban pikiran yang
menyimpan obrolan-
obrolan sampah yang
dapat mengotori
pikiran dengan
dengan hal negatif.
Adegan 1 Penggambaran Ramai, 2.15 menit
kegiatan ghibah bising
Adegan 2 Pengambaran Menolak Miris, 1 menit
kesadaran sedikit
tegang

24
Adegan 3 Adegan berkaca pada Sunyi 1 menit
diri
Adegan 4 Penggambaran dampak Tegang, 3 menit
negatif yang kacau,
ditimbulkan akibat tertekan
ghibah
Adegan 5 Menggambarkan Sunyi, Deep 1 menit
keadaan dimana
seseorang ketika
memilih untuk
menahan diri dan diam,
tetapi ghibah tetap saja
tidak bisa untuk
dihilangkan, dan tetap
muncul.

Berdasarkan bagan skenario karya diatas muncul desain dramatik yang


dihasilkan untuk mengetahui dinamika atau perkembangan emosional untuk
mencapai klimaks pada karya tari ini.

Desain pola dramatik karya tari Ngresek


Klimaks

Konflik 2

Konflik 1

intro
Penurunan
Anti Klimaks
Gambar 1. Desain dramatik karya tari Ngresek

25
3.2.5 Bentuk atau genre Tari
Pada karya tari Ngresek ini menggunakan bentuk pertunjukan dance
theatre. Dance theatre atau yang dikenal dengan teater tari merupakan suatu
bentuk pertunjukan tari dengan kemasan interdisiplin seni. Dance theatre
ini digagas oleh seorang koreografer atau seniman tari ternama yang berasal
dari Jerman, yaitu Pina Bausch. Literatur yang membahas mengenai teater
tari Pina Bausch ini masih belum banyak ditulis oleh para sarjana tari. Teater
tari disebutkan sebagai seni pertunjukan yang mengutamakan teks visual
dan berfokus pada bahasa teatrikal yang dikembangkan, selain itu juga tetap
mementingkan eksplorasi pada semiotika tubuh, penggunaan ruang dan
waktu, alat peraga, kostum, musik, multimedia dan pola koreografi untuk
menjelaskan strategi kerja dalam teks.
Oleh karena itu, teater tari sebagai kemasan interdisiplin seni yang
dimaksud adalah adanya interaksi dari berbagai macam unsur seni yang
saling berkaitan, diperkuat dengan pengolahan simbol yang dapat disajikan
dalam bentuk literal maupun non literal, dan dapat diungkapkan secara
verbal atau absurd, sehingga bentuknya jadi lebih bebas. Oleh karena itu
diperlukan kecermatan koreografer dalam mengatur segi dramatik pada
setiap adegannya supaya menjadi satu kesatuan yang utuh dalam suatu
pertunjukan.
3.2.6 Tipe Tari
Tipe dramatik adalah salah satu tipe tari yang memuat gagasan dengan
pengungkapan yang penuh daya pikat, dinamis dan sangat kuat, serta
memungkinkan adanya konflik batin maupun konflik sosial (Smith,
1985:27).
Koreografer menerapkan tipe dramatik pada karya tari Ngresek ini
untuk membantu menciptakan dinamika suasana pada setiap adegannya.
Karya tari ngresek tidak menggunakan penokohan, karena karya ini ingin
menampilkan kondisi visual masyarakat ketika ghibah. koreografer dalam
mewujudkan konsep tersebut memerlukan pengolahan emosi dan suasana
agar dapat menyampaikan pesan atau isi dari karya yang disajikan.

26
3.2.7 Mode Penyajian
Mode penyajian merupakan upaya koreografer dalam menyajikan
karya tarinya sesuai dengan isi yang akan disampaikan. Jacqueline Smith
dalam buku yang diterjemahkan oleh Ben Suharto menjelaskan bahwa
penyajian karya tari dapat diungkapkan secara representasional atau
simbolis (Smith, 1985:29).
Karya tari Ngresek ini menggunakan mode penyajian secara
representasional dan simbolis. Koreografer ingin menghadirkan gerak-
gerak verbal atau nyata untuk menambah variasi dan mempermudah
penonton dalam menerima maksud yang disampaikan, namun tetap
mempertimbangkan kebutuhan gerak yang sesuai dengan konsep,
sedangkan simbolis dimunculkan untuk menyampaikan subteks gerak
dalam karya tari, supaya penonton bebas dalam mengimajinasikan gerak
yang disajikan, sehingga memunculkan beragam interpretasi atau multi
tafsir, namun masih tetap dalam satu linear.
3.2.8 Penari
Koreografer dalam menentukan penari dengan jumlah skala kecil atau
besarnya bersifat relatif, tergantung pada isi koreografi, teknik dan bentuk
(Hadi, 2014:83). Pada karya tari Ngresek ini menggunakan penari dengan
jumlah sembilan. Sembilan penari yang didalamnya terdapat 6 penari putri
dan 3 penari putra ini menyimbolkan masyarakat. Jumlah penari putri lebih
banyak daripada penari putra dikarenakan perilaku ghibah lebih banyak
dilakukan oleh perempuan atau putri, namun juga tidak terkecuali bahwa
laki-laki juga banyak yang melakukan ghibah tersebut, dengan jumlah yang
semakin banyak maka akan semakin mendukung suasana ghibah menjadi
lebih hidup.
Peran penari dalam sajian karya tari yang bersifat nonliteral lebih
mengutamakan jumlah penari untuk mempertimbangkan komposisi yang
berhubungan dengan keruangan (Hadi, 2007:52). Jumlah sembilan penari
tidak menyimbolkan sesuatu yang konkret atau mengartikan pakem serta
syarat tertentu, selain menggambarkan masyarakat ghibah jumlah penari

27
ganjil yaitu sembilan bertujuan supaya tercipta bentuk nonsimetris,
sehingga koreografer lebih bebas dalam berkreasi dan mendapatkan variasi
yang beragam.
3.2.9 Teknik
Teknik merupakan usaha mengatur dan melakukan seluruh proses
baik secara fisik ataupun mental yang dapat diwujudkan oleh penari
berdasarkan kontroling ketubuhannya, penari juga harus mengenali
beberapa keterampilan teknik bentuk, teknik medium dan teknik instrumen
(Hadi, 2014:49). Pada karya tari ini koreografer memerlukan penari yang
menguasai teknik kontrol ketubuhan dari segi kelenturan, ketahanan,
kekuatan atau power, keseimbangan, ketepatan dan olah pernafasan yang
baik supaya dapat mengekspresikan bentuk yang diinginkan oleh
koreografer. Koreografer dalam karya ini juga membutuhkan penari yang
tidak hanya baik dari segi ketubuhan saja, tetapi harus berani mengeluarkan
ekspresi atau mimik wajah, emosional, dan teknik vokal. Oleh karena itu
memerlukan waktu yang cukup panjang dalam berproses untuk
mendapatkan teknik dan bentuk yang diharapkan.
3.2.10 Gaya
Gaya atau style yang dimaksud adalah suatu bentuk corak atau ciri
khas pada gaya gerakan atau koreografi yang dapat tercipta melalui
beberapa faktor seperti kepribadian, tipe tubuh, latar sejarah, segi geografis,
dan nilai-nilai budaya (Hadi, 2014:53). Gaya atau style sebuah karya tidak
selalu terletak pada gerakan saja, tetapi dapat berupa musik, rias dan busana,
dan juga konsep atau tampilan visual yang dapat dikenali dan menjadi ciri
khas dari koreografer. Pada karya tari koreografer memunculkan gaya yang
tercipta dari kebiasaan, pengalaman ketubuhan, nilai budaya, serta proses
eksplorasi dan improvisasi yang disesuaikan dengan konsep karya.
Pada karya tari ini koreografer memunculkan gaya yang disesuaikan
dengan pengalaman koreografer saat melakukan ghibah bersama teman-
temannya. Pengalaman ghibah tersebut juga dialami oleh para penari,
sehingga untuk memunculkan gaya yang diinginkan akan lebih mudah

28
karena terdapat motivasi yang dialami langsung oleh penari. Koreografer
kemudian melakukan analisis mengenai bahasa tubuh, ekspresi dan
perasaan atau emosional yang tampak saat itu, selanjutnya koreografer
mengolah dan menata menjadi sebuah bentuk yang orisinal dan khas untuk
disajikan.
3.2.11 Tata Teknik Pentas
Tata teknik pentas merupakan unsur pendukung dalam sebuah karya,
yang berarti segala sesuatu yang dapat menunjang atau mendukung
tampilan visual dalam menyampaikan maksud atau pesan suatu karya. Tata
teknik pentas biasanya berhubungan dengan stage atau panggung, yang
meliputi jenis panggung yang digunakan sebagai tempat pertunjukan,
setting atau dekorasi panggung, serta lighting atau tata lampu yang dipilih
dan diatur sedemikian rupa sesuai dengan konsep yang akan diwujudkan.
Pada karya tari ini menggunakan jenis panggung proscenium. Bentuk
panggung proscenium ini hanya dapat dilihat dan dinikmati dari satu arah
saja, pada jenis panggung ini terdapat jarak yang memisahkan antara penyaji
dan penonton (Santosa, 2008:389). Meskipun demikian, pemisahan jarak
tersebut tidak menjadi penghalang bagi pemain atau penyaji untuk bisa
melakukan kontak atau komunikasi dengan penonton. Pemisahan jarak
tersebut juga dapat membantu koreografer untuk menghadirkan efek artistik
yang mampu menghadirkan kesan. Kesan ilusi dan imajinasi yang beragam
dapat tercipta karena perspektif yang ditampilkan melalui panggung
proscenium, serta didukung dengan lighting yang berfungsi bukan hanya
sebagai penerang, tetapi pada karya tari ini lighting juga digunakan untuk
mendukung suasana, baik suasana emosional, perubahan waktu maupun
maksud lain yang diatur dengan pemilihan warna-warna tertentu sesuai
dengan kebutuhan artistik koreografi.
3.2.12 Tata Rias dan Busana
Tata rias merupakan salah satu aspek yang mendukung sebuah
penampilan pemain dalam suatu karya. Pada karya tari ini tata rias
digunakan bukan untuk menampilkan karakter seorang tokoh, melainkan

29
tata rias digunakan untuk membantu menyempurnakan penampilan dan
mempertegas bentuk wajah saja (Santosa, 2008:273).
Tata busana yang digunakan pada karya tari ini yaitu berupa celana
kulot panjang berwarna putih sebagai simbol dari kebersihan, bahwa pada
dasarnya manusia memiliki kepribadian yang bersih sebelum tercemari
dengan berbagai pikiran dan percakapan sampah, yang kemudian dapat
mengotori hati serta pikiran manusia yaitu dengan ghibah. Bahan yang
digunakan untuk busana tersebut adalah menggunakan kain sifon. Kain
sifon ini memiliki karakteristik kain yang ringan terawang. Busana pada
bagian samping kanan dan kiri celana ditambahkan kain yang dijahit hingga
setengah paha atas saja dan sisanya dibiarkan jatuh terurai, hal itu bertujuan
untuk memunculkan kesan flowy dan desain tertinggal ketika penari
melakukan gerak seperti mengangkat kaki, berlari, melompat kemudian
duduk, dan lain sebagainya. Busana tersebut dikenakan oleh penari putra
maupun putri, yang membedakan adalah pada busana atasan. Penari putri
mengenakan penutup dada berupa singlet atau kaos kutang, sedangkan
penari putra tidak menggunakan busana atasan atau ngligo.
Busana untuk pemusik juga perlu dipikirkan, pada karya ini busana
untuk pemusik menggunakan celana kombor putih dan atasan berupa singlet
berwarna putih. Busana sengaja dibedakan agar lebih variasi dan pemilihan
bahan yang memiliki tekstur ringan sebagai busana karena menyesuaikan
dengan busana sehari-hari yang terkesan lebih santai. Selain itu Rambut
juga perlu ditata dan diatur agar lebih rapi sesuai dengan keinginan
koreografer. Pada karya tari ini rambut penari putra hanya cukup dirapikan,
sedangkan untuk penari putri rambut diikat satu yang tinggi, hal itu
bertujuan agar memunculkan desain tertinggal namun tetap rapi dan tidak
menggangu saat melakukan bergerak.
3.2.13 Iringan Musik
Iringan musik memiliki hubungan yang erat dengan tari. Musik dan
tari sama-sama berasal dari naluri atau dorongan yang ritmis manusia.
Iringan musik pada pertunjukan tari terdapat dua jenis berdasarkan

30
sumbernya, yaitu iringan musik internal yang merupakan bunyi-bunyian
yang bersumber dari penari itu sendiri, dan iringan musik eksternal atau
musik yang bersumber dari luar penari (Murgiyanto, 1983:43-44).
Pada karya tari ini menggunakan musik eksternal dan internal. Musik
eksternal yaitu dengan menghadirkan perpaduan musik modern dan
tradisional untuk mendukung dan memunculkan suasana yang dibutuhkan
pada setiap adegan. Musik internal yang dihadirkan dari penari langsung
berupa suara atau vokal baik secara melodis maupun secara verbal.
Koreografer harus mempertimbangkan kesesuaian iringan dengan konsep,
karena ghibah sangat identik dengan ucapan maka koreografer memilih
menghadirkan unsur vokal pada karya tari ini supaya dapat menguatkan
suasana yang ingin disajikan. Karya tari dengan bentuk dance theatre
memiliki kebebasan dalam menghadirkan bentuk baik gerak maupun
instrumen secara verbal, instrumen bahkan sah-sah saja apabila ingin
dihadirkan dalam panggung, tetapi koreografer harus mempertimbangkan
kembali kepentingan dan keterkaitan dengan konsep karyanya.
3.2.14 Properti
Properti merupakan unsur pendukung tari yang dapat membantu
koreografer dalam memperjelas konsep dan menyiratkan pesan yang ingin
disampaikan. Pada karya tari ini menggunakan properti berupa plastik
sampah atau trashbag berwarna silver, sampah plastik dan bibir-bibiran.
Properti tersebut disesuaikan dengan konsep yang dapat menyampaikan
pesan untuk mengungkapkan makna ghibah yang merupakan perilaku
nyampah. Kehadiran properti tersebut dapat secara jelas menyampaikan
maksud koreografer, namun juga dapat menimbulkan multitafsir dari
penonton, meskipun demikian yang ingin disampaikan dan yang diterima
oleh penonton tetap pada satu linear.
3.3 Proses Kekaryaan
3.3.1 Rangsang Awal
Sebuah rangsang dapat diartikan sebagai suatu stimulus yang menjadi
trigger atau pemicu dalam berfikir, membangkitkan semangat, dan

31
memotivasi kegiatan, baik melalui rangsang auditif, visual, gagasan, rabaan
atau kinestetik (Smith, 1985:20). Pada karya tari Ngresek ini, koreografer
ide gagasan melalui rangsang visual yang terjadi dilingkungan dan
pengalaman empiris yang dialami oleh koreografer, yaitu melakukan ghibah
saat berkumpul dengan teman-temannya. Koreografer merasa terdapat
fenomena yang membuat koreografer menjadi dilema. Koreografer sadar
bahwa perilaku ghibah atau membicarakan keburukan orang lain tersebut
merupakan perilaku yang buruk, tetapi disisi lain koreografer juga merasa
dengan adanya ghibah tersebut malah bisa menambah keakraban suatu
pertemanan, menjadi topik pembicaraan yang tidak ada habisnya.
Koreografer kemudian mencoba merenungkan kembali bahwasanya lebih
baik jika suatu pembicaraan itu membahas tentang suatu hal yang dapat
bermanfaat, daripada melakukan ghibah yang merupakan perilaku tidak
bermanfaat dan hanya merugikan. Selanjutnya, koreografer menemukan ide
berdasarkan rangsangan tersebut dan mencoba untuk mewujudkannya
dalam sebuah karya tari.
3.3.2 Eksplorasi
Eksplorasi merupakan langkah awal dalam proses penciptaan karya
tari yang dilakukan dengan cara penjajagan pada suatu objek atau fenomena
eksternal untuk direspon supaya mendapat bentuk yang kreatif dan orisinal
(Hadi, 2014:70). Pada karya tari ini, koreografer melakukan tahap
eksplorasi diawali dengan menganalisis tentang bagaimana orang yang
sedang ghibah, kemudian koreografer memberikan stimulus atau motivasi
serta nilai-nilai yang akan diwujudkan kepada penari. Berdasarkan motivasi
dan nilai yang sudah diberikan, maka koreografer dan penari dapat
melakukan eksplorasi gerak seluas mungkin untuk mendapatkan bentuk
yang sesuai.
3.3.3 Improvisasi
Improvisasi merupakan suatu gerak yang dilakukan secara spontanitas
oleh penari maupun koreografer yang bersifat sementara atau tidak tetap
(Smith, 1985:31). Tahap improvisasi ini lebih bebas dalam melakukannya,

32
improvisasi juga bisa didapatkan melalui adanya dorongan motivasi,
sehingga penari akan merespons dengan menyalurkan ekspresi alaminya
serta energi dari dalam dirinya (Hawkins, 2003:29). Pada proses penciptaan
karya ini, tahap improvisasi hampir sama dengan tahap eksplorasi yaitu
dengan memberikan stimulus atau motivasi untuk bergerak, tetapi
perbedaannya pada proses improvisasi ini koreografer dan penari lebih
bebas, spontan dan random atau acak dalam melakukan gerakan. Gerak
yang dihasilkan secara spontan dan acak tersebut bisa menjadi inspirasi baru
untuk mengolah kreativitas dan menambah pembendaharaan gerak menuju
tahap berikutnya.
3.3.4 Analisis dan Evaluasi
Setelah melalui tahap eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan atau
komposisi, maka langkah yang dilakukan koreografer selanjutnya yaitu
menganalisis dan mengevaluasi. Tahap evaluasi menjadi sebuah praduga
pertimbangan pengetahuan, baik segi bentuk maupun materi yang
didapatkan melalui sebuah pengalaman (Smith, 1985:31). Pada proses
penciptaan karya tari ini, koreografer harus memeriksa kembali komposisi
yang telah dibuat secara berkala, sehingga koreografer dapat mengetahui
dan merasakan bagian-bagian yang belum berkesinambungan. Evaluasi
yang harus dilakukan secara intens oleh koreografer dapat diterapkan ketika
kerja studio, koreografer dapat mengevaluasi saat proses berlangsung atau
ketika selesai melakukan proses studio dengan cara mengambil video
latihan dan melakukan evaluasi, supaya dapat mendeteksi bagian yang
kurang tepat. Demi tercapainya suatu karya yang memuaskan, koreografer
seharusnya tidak hanya mengevaluasi pada gerak saja, tetapi juga harus
mempertimbangkan ketepatan musik, suasana, teknis panggung dan
sebagainya.
3.3.5 Seleksi dan Penghalusan
Setelah melalui tahap awal hingga evaluasi, maka tahapan
selanjutnya adalah penyeleksian dan penghalusan. Tahap ini bertujuan
untuk menganalisa kembali hasil karya yang diperoleh dari beberapa

33
tahapan sebelumnya. Apabila terdapat bagian yang kurang sesuai dengan
konsep karya, maka koreografer perlu melakukan perbaikan dan
penghalusan hingga tercapai goals atau keinginan koreografer. Pada tahap
ini memerlukan waktu yang sering untuk melakukan latihan dari awal
hingga akhir secara berulang-ulang supaya koreografer dapat mengamati
tingkat kelayakan sebuah karya tari untuk disajikan kepada penonton.
3.3.6 Penyampaian Materi Karya
3.3.6.1 Teknik Penyampaian Gagasan
Penyampaian gagasan merupakan sebuah teknik penting dalam proses
studio, teknik ini dilakukan dengan cara menyampaikan ide gagasan atau
konsep karya kepada seluruh tim pendukung karya tari tersebut. Teknik
penyampaian gagasan ini bertujuan agar penari, tim artistik, penata musik
dan elemen pendukung lainnya memiliki persepsi atau tafsir yang sama
terhadap konsep karya yang akan diwujudkan, sehingga dapat
memunculkan motivasi untuk membangun kerja sama yang baik dan jelas
arahnya dalam penciptaan sebuah karya tari.
3.3.6.2 Teknik Demonstrasi
Teknik demonstrasi digunakan oleh koreografer dalam meyampaikan
materi kepada penari ketika proses studio berlangsung. Teknik ini dilakukan
dengan cara koreografer memeragakan gerak yang telah diciptakan dan siap
untuk ditirukan atau bahkan dikembangkan oleh penari. Koreografer juga
dapat melakukan teknik ini dengan cara memberikan contoh bentuk yang
dapat merangsang penari untuk mendapatkan bentuk gerak.
Pada karya tari ini materi yang disampaikan oleh koreografer bukan
hanya berupa bentuk gerak saja, tetapi juga tentang cara penari dalam
mengeluarkan ekspresi dan emosi yang diharapkan oleh koreografer. Olah
vokal juga dilakukan secara demonstrasi oleh koregrafer dalam
menyampaikan bahan yang akan diolah oleh penari. Pada karya ini
koreografer memberikan instruksi kepada penari untuk melakukan materi
yang telah diberikan secara berulang-ulang, hal ini bertujuan agar penari

34
dapat memahami dengan betul mengenai bentuk, penjiwaan, dan rasa yang
ingin dicapai oleh koreografer sesuai dengan kebutuhan koreografinya.
3.3.6.3 Teknik Latihan Penari
Teknik yang digunakan untuk melatih penari adalah teknik drill, yaitu
teknik yang dilakukan secara berulang-ulang dan secara terus menerus,
sampai sesuai dengan bentuk gerak yang diinginkan oleh koreografer.
3.3.6.4 Teknik Evaluasi
Teknik evaluasi merupakan teknik yang penting dilakukan dalam
proses penciptaan sebuah karya tari. Koreografer dapat melihat dan menilai
karyanya untuk dipilah bagian-bagian yang kurang tepat agar dapat
dilakukan perbaikan dan menghasilkan karya yang memuaskan. Pada karya
tari ini koreografer melakukan teknik evaluasi pada setiap proses kerja
studio berlangsung. Koreografer melakukan pengamatan saat proses
rehearsal atau latihan dan melakukan evaluasi untuk memperbaiki sesuatu
yang dirasa kurang tepat. Koreografer juga melakukan teknik evaluasi
melalui pengamatan video, pada akhir rehearsal koreografer merekam atau
mengambil video dari hasil kerja studio yang telah dilakukan. Selanjutnya,
koreografer dan penari menyaksikan hasil rekaman tersebut agar bisa
mengetahui serta menemukan kekurangan yang perlu dilakukan perbaikan
pada proses kerja studio.

35
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KARYA
4.1 Deksripsi Karya
4.1.1 Deskripsi Isi
Karya Ngresek merupakan sebuah karya tari garapan baru yang
disajikan dalam bentuk pertunjukan dance theatre pada panggung
proscenium. Karya ini mengangkat perilaku ghibah yaitu menggunjing
atau membicarakan keburukan orang lain dibelakangnya yang
dianalogikan dengan sampah, karena merupakan perilaku yang dianggap
tidak bermanfaat dan hanya merugikan
No. Adegan Sub Tema Gambaran Sub Tema
1. Introduksi Seseorang - Penggambaran manusia dengan beban
yang pikiran yang menyimpan obrolan-
mengalami obrolan sampah yang dapat mengotori
depresi pikiran dengan dengan hal negatif.
sebagai - Penggambaran perilaku manusia
dampak dari dalam membuat/menyebarkan sampah
ghibah dengan ghibahnya.
Adegan 1 Orang yang - Menggambarkan suasana lingkungan
mengghibah berisi manusia yang melakukan
ghibah.
- Ghibah dilakukan dengan jumlah
orang yang lebih banyak
- Sikap manusia ketika seseorang yang
sedang dibicarakan datang atau berada
didekat mereka.
- Sikap nyinyir manusia ketika yang
seseorang yang dighibahkan pergi atau
tidak ada.

36
- Ghibah yang dilakukan melalui media
sosial
- Gambaran manusia yang terlihat
gembira dan penuh semangat ketika
ghibah.
- Gambaran manusia yang saling
menunjuk satu sama lain, yang berarti
meskipun orang terdekat sekalipun
memungkinkan untuk mengghibahkan
kita.
Adegan 2 Penolakan - Penggambaran seseorang yang
terhadap mengamati perilaku orang lain yang
kebiasaan sedang melakukan ghibah.
ghibah - Gambaran seseorang dalam
menasehati orang lain agar tidak
melakukan ghibah.
- Secara tidak sadar orang tersebut juga
melakukan ghibah, namun ia tidak mau
mengakui bahwa ia gemar
mengghibah.
- Gambaran ghibah yang dapat
mempengaruhi manusia untuk
menjatuhkan orang lain dengan
ucapannya.
Adegan 3 - Manusia - Gambaran orang yang mengeluarkan
yang kata-kata atau ucapan buruk yang tidak
mengeluarka diharapkan dan bisa mengganggu
n bau mulut orang lain.
akibat abab - Penggambaran manusia yang
seharusnya lebih banyak melihat

37
dari kedalam diri sendiri dan melakukan
mulutnya. instrospeksi agar sadar dan
- Berkaca menghindari ghibah.

Adegan 4 - Kemunculan - Penggambaran refleksi dari diri


sosok negatif seseorang yang melakukan ghibah.
- Penggambara Bahwa pengaruh buruk dari ghibah
n dampak dapat merusak jiwa manusia, yang
negatif yang mana pengaruh buruk itu bisa muncul
ditimbulkan melalui energi atau aura yang
akibat ghibah dikeluarkan.
- Kondisi - Gambaran sisi seseorang yang
manusia dighibahkan bisa mengalami kondisi
yang mental yang tidak sehat, seperti kurang
mengalami percaya diri, muncul perasaan
kelemahan canggung, overthingking atau berpikir
mental terlalu berlebihan yang bisa
mengganggu pikiran dan depresi
hingga berlarut-larut.
Adegan 5 - Ghibah yang - Menggambarakan keadaan dimana
sulit untuk seseorang ketika memilih untuk
dihilangkan menahan diri dan diam, tetapi ghibah
tapi dapat tetap saja tidak bisa untuk dihilangkan,
dihindari. dan tetap muncul.
- Gambaran orang yang melakukan
ghibah merupakan seseorang yang
berisik dan senang bila menyebarkan
aib orang lain, terlebih jika dapat
mempengaruhi orang lain untuk ikut
membenci seseorang.

38
4.1.2 Deskripsi Bentuk
4.1.2.1 Struktur Penyajian/Skenario Penyajian
Skenario penyajian adalah sebuah rangkaian gambaran cerita dalam
sebuah karya tari yang dapat membantu untuk menyampaikan pesan atau
makna dalam sebuah karya. Skenario penyajian karya tari Ngresek sebagai
berikut:
Tabel 2. Skenario Karya Tari Ngresek
No. Adegan Motivasi Suasana Keterangan
1. Introduksi - Penggambaran Tenang Pada adegan ini,
manusia dengan Riuh semua pemain
beban pikiran baik penari
yang maupun
menyimpan pemusik
obrolan-obrolan menggunakan
sampah yang properti
dapat mengotori trashbag sebagai
pikiran dengan penutup kepala
dengan hal sambil
negatif. menggumam
- Penggambaran atau
perilaku menggerutu,
manusia dalam serta melakukan
membuat/meny interaksi dengan
ebarkan sampah penonton.
dengan Kemudian
ghibahnya. properti sampah
juga dihadirkan
di pangung
dengan
menjatuhkannya
dari atas.

39
Adegan 1 Penggambaran Ramai, Melakukan
kegiatan ghibah bising ghibah dan
berinteraksi
antara penari
dengan pemusik
yang
dimunculkan
melalui ekspresi
wajah, gesture,
serta kata-kata
verbal.
Adegan 2 Pengambaran Miris, Menggunakan
Menolak sedikit motif gerak
kesadaran tegang saling
menunjuk, gerak
efek, bersama
dan saling
melempar.
Selain itu juga
terdapat momen
mengeluarkan
abab.
Adegan 3 Adegan berkaca Sunyi Properti
pada diri trashbag
dibentangkan
oleh pemusik
dan penari
melakukan motif
gerak berkaca.

40
Adegan 4 Penggambaran Tegang, Penari dan
dampak negatif kacau, pemusik
yang ditimbulkan tertekan mengenakan
akibat ghibah properti bibir-
bibiran untuk
mendukung
maksud pada
adegan ini, serta
menggunakan
gerak-gerak
simbolis dan
representatif
dengan
didukung vokal
dari pemusik.
Adegan 5 Menggambarkan Sunyi, Penari
keadaan dimana Deep memainkan
seseorang ketika properti sampah
memilih untuk berupa botol air
menahan diri dan mineral dengan
diam, tetapi pemusik.
ghibah tetap saja
tidak bisa untuk
dihilangkan, dan
tetap muncul.

4.1.2.2 Uraian Gerak


Elemen gerak dalam sajian karya tari memiliki peran yang paling
utama. Pada struktur uraian gerak mengandung urutan penyajian dalam
suatu karya yang dijelaskan atau dijabarkan secara singkat, namun tidak
mengurutkan gerakan sesuai sususan penyajian, melainkan hanya

41
menguraikan gerak pokok atau utama dalam penyajian secara keseluruhan.
Gerak- gerak utama yang diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3. Uraian Gerak Karya Ngresek


NAMA
NO. HITUNGAN URAIAN GAMBAR KET.
RAGAM
BAGIAN RAGAM I
1. Lampah Berjalan pelan introduksi
Jemblung menuju ke stage
dengan trashbag
yang
dikembungkan
menutupi kepala,
sambil mengomel
sepanjang menuju
ke stage.
Kemresek Meremas trashbag introduksi
yang menutupi
kepala, dengan
gerak tubuh pelan,
sambil terus
mengomel.
3. Buka 1-4 clue lirik vokal introduksi
kresek “tersembu…”,
penari berkumpul
dengan arah
hadap masing-
masing.
lirik vokal “nyi”,
semua penari

42
6 hadap depan.
(kosong) penari
diam.
7 Properti diangkat
keatas, hingga
8 properti terlepas
dari kepala.
BAGIAN RAGAM II
4. Gegibahan 5-8 Properti Adegan 1
diturunkan diikuti
gerak tubuh
merunduk dengan
kaki sedikit
ditekuk.
2x8 Penari berpencar
menghampiri
pemusik sambil
memunguti
sampah yang
berjatuhan dan
dimasukkan ke
dalam trashbag.
3x8+ 6 Penari dan
pemusik
melakukan
adegan ghibah.
7-8+1x4 Semua penari dan
pemusik pause
pada pose masing-

43
masing, dengan
5-8+(3x8) tolehan ke kiri.
Dari kiri depan
muncul penari 1
yang berjalan
lurus menuju
settwing kanan
dengan meremas
kresek disertai
tolehan.
6. Rumpita 3x8+3 Salah satu penari
dari arah pemusik
memanggil penari
lain untuk diajak
mengghibahi
penari 1.
4-5 Penari 6 memberi
isyarat untuk diam
dengan jari
telunjuk kanan
berada dibibir
sambil berdesis.
Penari 6
6 menunjuk
kekanan, diikuti
tolehan canon
penari 2, 5, dan 8.
Penari 7 dan 9
7 menoleh
Penari 3 dan 4
8 menoleh.

44
7. Meledak 2x8 Dari posisi kae,
semua penari
berdiri, mekar dan
tertawa serta
melanjutkan
ghibah nya.
8. Rumpita 1x8+4 Penari rafli
menoleh ke arah
kanan, kemudian
mengajak menuju
pojok kiri
panggung untuk
menggibah
kembali. Namun
dengan posisi
berkumpul lebih
rapat dengan
suara berbisik.
9. Meledak 2x8 IDEM
Diakhiri semua
penari duduk
menunduk.
10. P.info 2x8+4 Penari
mneggerakkan
kepala toleh kiri-
kanan membuat
garis imajiner ke
pojok arah
pemusik.

45
Penari toleh kiri
dengan posisi
tangan kanan
lurus dipojok
bawah depan
seperti memegang
ponsel. Kemudian
penari
menggerakkan
ponsel secara
random dengan
patah-patah.
Selanjutnya
penari menoleh ke
arah pemusik lagi
dengan pelan.
1-4 Setelah itu penari
menahan tawa
atau tertawa kecil
1-4 Kristian tertawa
dengan keras,
kemudian penari
lain mengarahkan
tangan ke arah
kris dengan gerak
menutup jari,
sembari teriak
huss.

46
13. Bungkam 1-2 Kedua kaki
ditekuk. Kaki
kanan menyilang
ke kaki kiri depan.
Telapak tangan
kiri berada
didepan mulut dan
tangan kanan
berada di
belakang kepala.
14. ukelan 3-6 Kedua tangan
dibuka ke arah
atas sambil kaki
kiri diangkat dan
ukel keluar, lalu
ukel ke dalam
sambil turun ke
bawah 45 derajat
dengan kaki kiri
menyilang
kekanan depan.
15. Usep 7-8 Kaki sedikit
melompat ke
kanan dengan
tangan kiri
diayunkan ke
kanan membentuk
lingkaran seperti
mengusap.

47
16. Roll 1-4 Tekuk kaki kanan
bokong lalu berguling
17. Sirig bahu 1-8 Kemudian berdiri,
angkat bahu
sebelah kanan lalu
Genjotan 1-8+4 berjalan kecil-
kecil menuju ke
posisis masing-
masing.
Selanjutnya
jatuhkan atau
langkahkan kaki
kanan napak dan
kaki kiri jinjit
lakukan
bergantian sambil
menuju posisi.
18. Gulo 1-4 Posisi awal Kaki
klopo tutup sambil
tolehan ke depan,
kemudian buka
kanan sambil
kepala toleh
kekanan, lakukan
sebanyak 2x.
19. Buka toleh 5-8 IDEM lakukan
kiri sekali saja dengan
arah buka kiri atau
tanjak, sambil

48
kepala toleh
kekiri.
20. Head 1-2 Posisi kaki berdiri
kruyuk lurus, dengan
tangan kiri berada
diatas kepala
membentuk siku-
siku, jari
mengarah ke
kanan. Tangan
kanan berada di
samping kanan
dengan siku
menempel di
pinggul kanan dan
lengan bawah
sampai jari
menghadap ke
kanan. Jemari
kedua tangan
bergerak seperti
meremas.
3-6 Setelah itu badan
mendak sedikit
lalu berdiri lagi
sembari tangan
kiri bergerak
melintasi muka
dan membentuk
Head kruyuk
diatas kepala,

49
namun jemari
tidak meremas,
dan tangan kanan
diam siap
disamping.
7-8 Kemudian kedua
tangan siap
disamping, dan
kepala ngulo ke
arah kiri-kanan-
tengah, diiringi
dengan badan dari
atas mendak
kebawah.
21. 1-2 Tangan kanan
lurus diatas dan
tangan kiri lurus
kearah samping
kiri dengan
gerakan meremas
dan ditarik
kedalam sembari
mengangkat kaki
kiri
22. Pose 3-4 Kaki sedikit
ajakan ditekuk menjadi
level tengah
dengan gerak
melambaikan
tangan kanan-kiri,

50
tangan seperti
mengajak.
23. Duding 5-8 Posisi badan dan
level berbeda-
beda dengan
tangan yang
saling menunjuk
BAGIAN RAGAM III
24. Manungso 1-4 Penari masuk dan
melihat keadaan
manusia di
lingkungannya.
Penari
mendengarkan
obrolan,
5-8 kemudian
mengayunkan
tangan kirinya dan
berlari menuju
kubu berikutnya
dan memberikan
sentuhan gerak
melempar tangan
penari lain ke atas
yang kemudian
direspon oleh
penari lainnya.
1-8 Selanjutnya
tangan kanan
mengalir keatas

51
dengan tubuh
berputar sambil
berpindah tempat
ke kubu
berikutnya,
sambil
mengayunkan
tangan kanan dan
memberikan efek
pada penari lain,
lalu
menggerakkan
tangan capit
pithing bersama.
25. Bungkam 1-8 IDEM
26. Hempas: 2X8 Kaki sedikit
Mendak dibuka paralel,
kedua tangan
yang menutup
mulut kemudian
turun dan siap,
sembari badan
mendak.
Doyong 1x8 Lalu badan hoyog
kiri atau condong ke
kiri dengan kaki
kanan lurus dan
kaki kiri ditekuk.
IDEM
kebalikannya.

52
Doyong 1x8
Kanan Berlari ke kanan,
badan hadao ke
kanan, kedua
tangan diluruskan
sambil
mengangkat kaki
kanan.
Selanjutnya roll
belakang menuju
ke kiri
27. Ngabab 1-4 Posisi badan level
bawah, yaitu kaki
jengkeng kiri.
Lutut kaki kanan
menyentuh lantai,
lutut kaki kiri
tidak menyentuh.
Kepala ndangak
atau menghadap
ke atas, kemudian
ngabab atau
menghembuskan
nafas melalui
mulut.
28. 1 Buka kaki kanan
sedikit dan buka
kedua tangan ke
samping kanan
dan kiri dengan

53
siku didekat
badan dan jari
menghadap ke
atas.
2-5 Arahkan badan ke
kanan tangan
mengikuti, dan
angkat kaki kiri
kemudian seperti
tendang ke kanan,
lalu kembali lagi
ke posisi hadap
depan.
Selanjutnya
6 duduk posisi
jengkeng dengan
tangan kanan
lurus dipojok
kanan atas, dan
tangan kiri lurus
kekanan, tolehan
mengikuti tangan.
Kemudian hadap
berdiri hadap
7-8 belakang sambil
ndangak.
BAGIAN RAGAM IV
29. Rolling 2x8 Penari menuju
down level bawah
dengan

54
menggunakan
teknik rolling
down yaitu
dengan
menggulung
badan nya yang
diawali dari
kepala punggung
hingga kaki secara
bertahap dan
mengalir.
Diiringi oleh
pemusik yang
berdiri sambil
membentangkan
trashbag.
30. Kaca 1-8+4 Pemusik berdiri
membawa
trashbag sebagai
kaca, dan penari
melakukan
adegan kaca.
Penari roll
bokong dan
menuju ke depan
trashbag. Kedua
tangan seperti
menyentuh kaca,
tangan kiri lebih
tinggi daripada
tangan kanan.

55
Mengulurkan
tangan kiri
kesamping
dengan cepat
menariknya
kembali, lalu roll
bokong dan
berdiri, kemudian
mengulurkan
tangan kiri ke
depan lalu
diangkat secara
pelan, sampai
diatas kepala lalu
ditarik secara
cepat.
Ganti tangan kiri
yang lurus ke
pojok kiri depan
atas dengan posisi
kedua kaki rapat
ditekuk (level
tengah).
Posisi badan
berdiri tegak
kembali dengan
tangan kanan
lurus keatas lalu
turun secara pelan
dengan telapak
tangan berada

56
ditelinga,
kemudian badan
sedikit
dimiringkan
kekanan hingga
terangkat kaki kiri
seperti akan
terjatuh, lalu kaki
kiri disilang
didepan kaki
kanan dan buka
kaki kanan.
Setalah itu tangan
ganti memegang
telinga dan kaki
kanan diangkat,
berganti doyong
ke kiri dan
bergeser ke kiri.
Posisi tubuh
berdiri tegak lalu
dada dibusungkan
kedalam disertai
kedua kaki
ditekuk,
kemudian tangan
kanan dijulurkan
kedepan dan
diputar keatas
hingga ke
belakang, lalu

57
ditarik secara
cepat dan buka
kaki kiri hingga
hadap belakang.
Kaki kiri ditekuk
sedikit hingga
badan sedikit
miring seperti
sedang mengintip,
selanjutnya tutup
kaki kiri badan
lurus, lalu buka
kaki kiri dan
hadap depan
dengan tangan
kanan diatas,
melakukan
gerakan
mengintip.
Setelah itu tangan
kanan lurus
kesamping kiri
dan tubuh
berpindah seakan
ikut tertarik oleh
tangan.
32. Rangkaian 1-2 Tangan kiri
ragam kedepan dengan
geculan: telapak tangan
Geculan 1 seperti gerak
menyapa, lalu

58
ganti tangan kiri
menunjuk ke
pojok kiri atas.
3-4 Selanjutnya kedua
tangan
membentuk
teropong di mata
dan bergerak toleh
5-8 kekiri. Kemudian
jari telunjuk
kanan berada
dibibir sambil
berucap ssttt.
33. Ssttt jalan 1-8 IDEM hanya saja
dilakukan dengan
berjalan
beriringan.
34. Ssttt 1-8 Melangkah kaki
duduk kiri-kanan-kiri
kemudian
berbalik arah dan
duduk.
Dilakukan
sebanyak 2x
Duduk yang
terakhir kedua
penari sebelah kiri
masih menghadap
ke kanan,
kemudian

59
berbalik secara
pelan kekiri, dan
mencolek penari
paling ujung agar
segera berbalik
arah.
Selanjutnya
berlari menuju ke
kiri.
35. Geculan 2 1-2 Penari paling
ujung kanan
memanggil penari
yang berlari
kearah kiri.
3-6 Keempat penari
segera menuju ke
arah penari paling
ujung kanan, dan
7-8 penari paling
ujung kanan
berpindah kearah
tengah depan
kemudian duduk
berderetan.
1-8 Melakukan gerak
melambaikan
tangan kiri-kanan,
dan capit pithing
kanan-kiri-
bersamaan.
Kemudian sstt

60
menunjuk
kedepan atau arah
penonton.
Lakukan 2x
36. Back Roll 1-4 IDEM
37. Transisi 1-8 Badan
dibusungkan
kedalam dan
merunduk lalu
berjalan kecil-
kecil
BAGIAN RAGAM V
38. Rangkaian 1-2 1 penari
ragam terlempar, 4
werno- Penari lain keluar
werno: dari balik trashbag
pemusik dengan
bergerak
improvisasi
menjadi sosok
lain yang
menakutkan.
3-6 Penari yang
terlempar
melakukan gerak
shaking atau
tremor.
39. Woah 7-8 Tangan kanan
diatas seperti
menangkap

61
sesuatu, tangan
kiri berada
dibawah kiri.
Kemudian tangan
kanan menyilang
ke tangan kiri dan
berputar.
40. Rangkaian 1-8+4 1 penari ditengah
ragam posisi duduk
ngawur berlutut dengan
menutup kepala.
Penari lain
bergerak
menertawakan
penari ditengah.
41. Saling 1-8 Kelima penari
menyakiti melakukan gerak
saling menyakiti,
dengan
menjambak,
mendorong dan
menarik tetapi
dengan masih
mengghibah.
42. 1-8 penari berdiri
tegak dengan
kepala
mendongak ke
atas dan menekuk

62
kaki juga badan
hingga kebawah.
43. Ghibah 1-4 Melakukan gerak
mengghibah
dengan menujuk
dan interaksi
dengan level atas.

Melakukan gerak
tangan disekitar
Mendenga 5-6 telinga dengan
rkan toleh kanan-kiri
dilakukan
beberapa kali
dengan level
bawah-menengah

Murung 7-8+4 Berada di level


bawah. Kedua
tangan dibuka
membentuk
setengah
lingkaran dan
bergandengan,
kemudian kedua
tangan keatas dan
menjatuhkan
tangan serta badan
ke arah kiri.
Selanjutnya
bangun kembali

63
dengan badan
miring kekanan
dan
menghentakkan
kepala, lalu
berdiri.
44. 1-8 Posisi badan
berdiri tegak
dengan kaki
sedikit dibuka,
kedua tangan
lemas berada
dibelakang kaki
untuk menyangga.
Badan
mendongak keatas
seperti mau
kayang (kayang
berdiri).
45. Roll 1-4 IDEM lalu berdiri
bokong dengan
mengangkat kaki
kiri, kemudian
roll bokong lagi.
Transisi 1-8 Posisi badan
berdiri tegak
dengan kaki
sedikit dibuka
dengan
mengangkat

64
kedua tangan
sedikit dibuka.
Kemudian turun
secara perlahan
dan menuju posisi
tidur miring.

46. Rangkaian 2x8 Berdiri


Head menghadap ke
boom pojok kanan
depan. Buka kaki
kiri hingga tanjak
dengan kedua
tangan terlungkup
dikepala.
Lalu berdiri
dengan tangan
siap. Kemudian
duduk jengkeng,
badan merunduk.

1-8 berdiri tegak lalu


terjatuh, lakukan
secara bergantian.
Hingga 1 orang
ditengah berdiri
dan membuka
tangan sambil
berputar secara
pelan, yang

65
kemudian
memberikan efek
pada penari
dibawah pada
posisi tertidur
miring, kaki
melangkah
menggeser badan.

1-8 Posisi badan


berdiri tegak
hadap ke pojok
kiri belakang,
kedua tangan
dibuka dengan
mengangkat kaki
1-4 kiri. Lalu kembali
ke posisi tegak.
Kemudian putar
kiri menjadi
hadap pojok kiri
depan.

Head 1-8 IDEM 2x


boom
Head 1-8 Berdiri tegak.
boom Melakukan ragam
berpindah pusing dengan
berpindah didepan
tiap penari lain.

66
lakukan sebanyak
3x

Head 1-8 IDEM dilakukan


boom 2 orang dengan
miror level atas dengan
berhadapan lawan
arah. Dilakukan
2x.

BAGIAN RAGAM VI
47. Ngresek 1-8+4 Semua penari
berdiri dengan
kaki lurus tetapi
badan ditekuk
kebawah dengan
lemas. Lalu
berjalan dengan
posisi tersebut,
kemudian menuju
keposisi tertidur
miring secara
perlahan.

2x8 1 penari
membawa sampah
plastik dan
meremas sampah
tersebut hingga
mengeluarkan

67
suara. Gerakan
tersebut dilakukan
diatas kepala
pemusik
slenthem, hingga
pemusik terangkat
badannya.
Pemusik yang lain
kemudian berebut
plastik yang ada
hingga fade out
cahaya.

4.1.2.3 Pola Lantai


Pola lantai pada karya Ngresek ini banyak menggunakan pola
berkelompok, karena disesuaikan dengan konsep ghibah dalam karya,
serta untuk memperkuat gerak secara kelompok. Selain itu, pola terpecah
atau terbagi juga diterapkan untuk menampilkan beberapa beberapa titik
fokus dan gerak-gerak yang yang ingin lebih ditonjolkan. Berikut pola
lantai yang digunakan dalam penyajian karya tari Ngresek:
Tabel 4. Simbol pada Karya Ngresek
No. Gambar Keterangan No. Gambar Keterangan
1. Penari 1 Yusfia Pemusik 1
tabah
2. Penari 2 Pemusik 2
Namira diki
3. Penari 3 Rafli Pemusik 3
khotib
4. Penari 4 Melly Pemusik 4
jaja

68
5. Penari 5 Pemusik 5
Sukma uus
6. Penari 6 Pemusik 6
Kristian petrik
7. Penari 7 Risma Pemusik 7
rian
8. Penari 8 Rike Pemusik 8
lintang
9. Penari 9 Pemusik 9
Virdha kenya
10. Level atas (no Pemusik 10
collour) Udin
11. Level bawah Pemusik 10
(block collour) Omeng
12. Arah hadap kluncing

13. Arahintasan Kecapi

14. - Properti Kendang


trashbag bolong dan
bila gelar. kendang
- gelembung banyuwangi
15. Keyboard Slenthem

Laptop midi Gambang


Marakas Bass

Tabel 5. Pola Lantai Karya Ngresek

69
NO. NAMA
POLA LANTAI
RAGAM
1. Lampah
Jemblung

Penari 2 dan 5 on stage diantara instrumen dengan posisi duduk


dan mengenakan properti trashbag yang digelembungkan
dikepala dan bergerak mengayunkan kepala ke kanan-kiri.

(clue kluncing) Semua pemusik dan penari memasuki


panggung dari berbagai arah. Pemusik dari side wing kanan dan
kiri, serta penari dari arah audience. Semua pemain menuju
panggung dengan menggunakan properti trashbag yang
digelembungkan dikepala, sambil bergumam atau menggerutu.

70
2. Kemresek

Pada posisi tersebut pemusik mulai melepas properti dan


memainkan instrumen, diikuti penari yang melakukan gerak
meremas properti.

(clue lirik vokal “ada yang…”) penari mendekat dan merapat


ditengah dengan posisi yang sama.

71
3. Buka kresek

(clue lirik vokal “tersembunyi”) penari hadap depan dan


mengangkat properti keatas hingga terbuka.

Penari berpindah tempat menghampiri pemusik sambil


memunguti sampah yang dimasukkan ke dalam trashbag.

4. Gegibahan

72
Penari melakukan interaksi ghibah dengan pemusik.

Penari 1 masuk panggung berjalan lurus hingga out, dengan


meremas sampah plastik.

5. Rumpita-
meledak

Penari melakukan gesture ghibah secara verbal.

73
penari berpindah ke posisi pojok kiri depan dan melakukan
adegan yang sama.

6. Rumpita-P.info

Pola lantai ini dilakukan mulai ragam rumpita hingga rangkaian


ragam P.info

74
Perpindahan dilakukan pada ragam roll bokong dan transisi
sirig bahu.

7. Genjotan

Transisi sirig menuju pola ini dilakukan dengan gerak genjotan.

Penari 7 dan 9 berpindah ke pojok kiri depan dengan berlari.

75
8. Gulo klopo

Dua penari dipojok kiri depan melakukan gerak pose ghibah,


dan penari lainnya melakukan rangkaian ragam gulo klopo.

Penari berpindah untuk membuat pola tiga titik fokus atau tiga
kelompok.
9. Dudingan

76
Pola ini dilakukan dengan gerak saling menunjuk, dan level
yang berbeda.

Penari 5 dan 7 berpindah, kemudian disusul masuknya penari 1


dari side wing kiri tengah.
10. Manungso

Penari 1 melakukan gerak moving hingga menuju pola ini.

77
Semua penari berpindah membentuk dua baris depan belakang
denagn pola horisontal. Penari berpindah sambil melakukan
gerak bungkam.

11. Hempas

Penari membentuk pola horisontal dan melakukan rangkaian


gerak hempas.

Penari 3 dan 9 keluar panggung melalui side wing kanan. Penari


2 dan 6 keluar melalui side wing kiri.

78
12. Ngabab–rolling
down

Pola ini dilakukan mulai dari ragam ngabab dengan posisi


duduk sampai ragam rolling down.

Pemusik mulai berdiri membentangkan properti, dilanjutkan


penari berpindah posisi.
13. Kaca

79
Semua pemusik berdiri dengan membentangkan trashbag dan
diikuti penari merespon dengan gerak berkaca.

Penari 7 melakukan gerak sambil berpindah tempat.


14. Kaca

Penari berpindah membentuk posisi lurus sejajar di pojok kiri


depan.

80
15. Mindik-mindik

Penari melakukan ragam mindik-mindik pada pola lanti ini


dengan posisi duduk.

Semua penari berpindah posisi kesamping kanan sambil


melakukan gerak mindik-mindik.
16.

81
Penari berpindah menuju panggung tengah bagian depan
17. Geculan 2

Pola lantai ini dugunakan pada rangkaian ragam geculan, yaitu


gerak geculan 2, dengan posisi duduk.

Semua penari melakukan roll belakang, kemudian berpindah


menuju posisi di pojok kanan depan.

82
18. Transisi-(werno-
werno)

Penari dengan sikap merunduk sebagai transisi menuju adegan


klimaks.

Penari 5 jatuh ke dead center, diikuti oleh penari lain yang


berlari mendekat.
19. Rangkaian
ragam ngawur

83
Penari ditengah duduk didekat penari 8 dengan melakukan
gerak depresi. penari lain melakukan gerak mentertawakan.

Semua penari berpindah dipojok kiri depan. Diikuti oleh empat


penari yang mucnul dari belakang mendekat ke depan.
20. Rangkaian
ragam ngawur

Pola ini masih dalam rangkaian ragam ngawur

Penari berpindah dibagi menjadi 3 kelompok pada titik kanan


depan, dead center, dan kiri belakang.

84
21.

Penari pada posisi kanan depan penggambaran dampak, penari


tengah penggambaran pihak pendengar, penari bagian kiri
belakang dengan level atas gambaran perilaku ghibah.

Penari berpindah menuju posisi selanjutnya dengan gerak roll


bokong.
22. Rangkaian
gerak head
boom

Semua penari berpencar dengan posisi berdiri dan arah hadap


yang berbeda, memenuhi panggung.

85
Penari 6, 8 dan 9 jalan berpindah menuju posisi diantara
pemusik. Penari lain berjalan dengan posisi duduk sambil
merapat.
23. Ngresek

Semua penari berada pada posisi tidur atau level bawah. Pada
pola ini terfokus pada penari 6 yang berdiri dibelakang pemusik
3 dengan meremas sampah plastik.

4.1.2.4 Tata Rias dan Busana


Tata rias merupakan salah satu unsur pendukung dalam seni
pertunjukan yang pada umumnya bertujuan untuk mempertegas dan
memperkuat karakter wajah serta mendukung konsep karya yang akan
disajikan. Pada karya tari Ngresek tata rias yang diterapkan yaitu rias
natural dengan sedikit mempertajam mata dan mempertegas garis wajah
saja supaya tetap terlihat oleh penonton dari jarak jauh.

86
Warna eye shadow yang digunakan adalah warna coklat muda dan
sedikit coklat tua untuk memberikan warna gradasi agar tidak terkesan
menjadi block. Selanjutnya ditambahkan eyeliner pada garis bulu mata dan
ujung kelopak mata, hal itu bertujuan untuk mempertegas garis mata agar
terlihat lebih tajam. Alis juga diberikan tambahan warna coklat tua agar
tidak pucat dan membantu wajah lebih proposional, begitu juga dengan
shading pada hidung. Lipstik yang digunakan memilih warna yang tidak
merona, yaitu warna bata agar terlihat lebih fresh dan tidak menor. Alat
dan bahan untuk perlengkapan make up yaitu foundation, bedak, pensil
alis, eyeliner, eye shadow, maskara, brush, dan lipstik.
Busana pada karya tari ini juga sederhana yaitu dengan
menggunakan singlet atau kaos kutang dan celana panjang/kulot berwarna
putih. Pemilihan kostum demikian bukan tanpa alasan, tetapi dipikirkan
dan disesuaikan dengan konsep yang diinginkan koreografer. Koreografer
memilih kostum singlet dan celana kulot tersebut disesuaikan dengan tema
ghibah yang dekat dengan masyarakat dan kehidupan sehari-hari, sehingga
pemilihan kostum ini bertujuan untuk menghadirkan suasana realistis agar
terkesan lebih santai dan mendekati suasana aktivitas hari biasa. Warna
putih yang dipilih sebagai simbol dari kebersihan, bahwa pada dasarnya
manusia memiliki kepribadian yang bersih sebelum tercemari dengan
berbagai percakapan sampah yang kemudian dapat mengotori hati dan
juga pikiran manusia yaitu dengan ghibah.

87
Gambar 4. Tata rias karya Ngresek

(Dokumentasi Natasya, 10 Juni 2023)

Tabel 6. Teknik tata rias


Alat dan
NO. Gambar Desain Warna Teknik
Bahan
Bagian Basic
1. - Miccelar - Bersihkan
water wajah
- Foundation - Sawo menggunakan
no.4 matang micellar
- Beauty - Natural water dan
blender cuci muka
- Bedak - Ivory sebelum
tabur menggunakan
- Bedak make up.
padat - Aplikasikan
- Spons foundation
bedak menggunakan
beauty

88
blender
secara merata
dengan cara
ditap-tap atau
ditepuk,
jangan
digeser agar
hasilnya lebih
merata dan
menempel.
Penggunaan
foundation
cukup tipis
saja.
- Selanjutnya
gunakan
bedak tabur
dan bedak
padat dengan
cara yang
sama yaitu di
tap-tap.
Bagian Mata
2. - Pensil alis - Dark - Gambar garis
brown tepi pada alis
- Eye - Coklat terlebih
shadow tua, dahulu
coklat dengan
muda mengikuti
- Brush bentuk alis

89
asli.
- Eye liner
- Hitam Kemudian isi
- Maskara
- Hitam bagian tengah
ke ujung
lancip alis
dengan pensil
alis, isi penuh
bingkai alis
tersebut. Paa
bagian ujung
pangkal arsir
tipis dan
gunakan sikat
alis untuk
membaur
agar lebih
natural.
- Aplikasikan
eye shadow
warna coklat
tua terlebih
dahulu
menggunakan
brush.
Ratakan
mengikuti
kelopak mata
dan bagian
pangkal
ditimpa eye
shadow

90
warna coklat
tua.
- Tambahkan
eyeliner pada
bagian bawah
kelopak mata
dan lekukan
atas kelopak
mata untuk
memberi
aksen tajam.
Bagian Hidung dan Pipi
3. - Eye - Coklat - Berikan eye
shadow tua shadow
- Bedak - Putih coklat pada
putih tulang
- Highlighter hidung,
- Brush dengan cara
- Blush on - Merah membuat
muda garis dari
ujung bawah
hidung ditarik
menuju alis
menggunakan
brush dengan
cara dibaur.
Isi bagian
tengah tulang
hidung
dengan

91
sedikit bedak
putih untuk
memberi
shading atau
bayangan
pada hidung.
- Bubuhkan
blush on pada
bagian tulang
pipi kanan
dan kiri,
selanjutnya
tambahkan
highlighter
pada ujung
hidung dan
tulang pipi
atas agar
memberi
kesan
glowing.
Bagian bibir
5. - Lipstik - Rosy - Tahap akhir
brown yaitu
memakai
lipstik
menggunakan
aplikator
yang terdapat
pada

92
lipstiknya,
dan dioleskan
secara merata
mengikuti
bentuk bibir.
Bisa
ditambahkan
ombre warna
merah gelap
pada bibir
bagian dalam
serta lip glosh
agar lebih
fresh.

Gambar 5. Tata busana wanita karya Ngresek


(Dokumentasi Natasya, 10 Juni 2023)

93
Gambar 6. Tata busana pria karya Ngresek
(Dokumentasi Natasya, 10 Juni 2023)
Tabel 7. Teknik tata busana
No Nama Gambar Cara Menggunakan
1. Short Short adalah bagian pertama
yang dikenakan sebagai
dasar sebelum memakai
pakaian berikutnya yaitu
celana, dikarenakan bahan
celana yang terawang
sehingga memerlukan
adanya short sebelum
memakai celana.

94
2. Celana Celana kulot putih yang
kulot terbuat dari sifon dikenakan
setelah memakai short. Cara
memakai sangat mudah
seperti memakai celana pada
umumnya dengan pinggang
karet yang lebih fleksibel
pada ukuran tubuh penari.
Kemudian ikat tali yang
terdapat pada bagian sayap
kanan dan kiri celana kulot.
Celana ini dipakai oleh
penari pria maupun wanita
3. Singlet Selanjutnya untuk
wanita / singlet/kutang ini dikenakan
Kutang oleh wanita. Cara
memakainya cukup mudah
dengan memasang pada
badan dan menutup kancing
yang terdapat dibagian
depan.
4. Celana Celana kombor putih ini
kombor dikenakan oleh pemusik.

95
5. Singlet pria Setelah mengenakan celana
kombor maka pemusik
memakai singlet pria
dengan singlet tidak
dimasukkan, agar terlihat
lebih santai.

6. Singlet Singlet hitam dikenakan


hitam oleh pemusik wanita

7. Lembar 2 lembar kain putih dipasang


kain putih di sisi kanan dan kiri sebagai
variasi untuk memberi efek
menutup sedikit lengan.

4.1.2.5 Properti
Properti merupakan suatu alat pendukung berupa benda yang dapat
membantu sebuah sajian pertunjukan untuk menyampaikan isi atau pesan,
memperjelas konsep karya, dan sebagai simbol. Pada karya tari Ngresek
properti yang digunakan yaitu berupa plastik trsahbag, sampah plastik
(plastik dan botol air mineral), dan bibir-bibiran. Properti tersebut dipilih
dan digunakan sebagai penguat pada konsep Ngresek yang ingin
dihadirkan oleh koreografer. Selain itu properti ini digunakan sebagai
simbol untuk maksud-maksud tertentu yang diinginkan koreografer.
a. Properti
Penggunaan properti trashbag pada karya ini sebagai penguat
dari konsep nyampah secara verbal, dengan penggunaan yang sesuai

96
fungsi trashbag pada umumnya yaitu sebagai wadah atau tempat
sampah. Selain itu properti ini juga digunakan dengan cara
digelembungkan atau mengisinya dengan angin hingga
menggelembung, setelah itu kepala dimasukkan pada trashbag yang
menggelembung tersebut, dan tangan harus memegang erat pada
bagian bawah trashbag untuk mencegah angin keluar yang
menyebabkan trashbag bisa kempes. Penggunaan ini memiliki
maksud bahwa manusia dengan kepalanya yang membesar karena
dipenuhi dengan pikiran-pikiran buruk terhadap orang lain. Pikiran
buruk itu dapat disimbolkan juga dengan wujud trashbag yang
digunakan, karena trashbag sebagai tempat sampah yang merupakan
tempat dari segala hal yang tidak berguna, tidak diinginkan, dan
menjijikan. Penggunaan selanjutnya pada properti trashbag ini yaitu
sebagai simbol kaca. Simbol kaca dapat diwujudkan dengan cara
membentangkan trashbag menjadi bentuk memanjang keatas,
sehingga membentuk persegi panjang yang kemudian direspon oleh
penari untuk menguatkan adegan tersebut.

Gambar 7. Digelembungkan, dibentangkan dan


b. Sampah Plastik
Pada karya ini sampah digunakan sebagai wujud dari nyampah
secara verbal. Sampah jenis plastik yang dihadirkan berupa kantong
kresek dan botol air mineral yang kosong. Properti sampah plastik
yang dihadirkan sebagai perwakilan dari sampah yang ada. Pemilihan

97
sampah jenis plastik ini bukan tanpa alasan, selain lebih higenis dan
mudah untuk dibawa serta diolah, koreografer memilih sampah jenis
ini untuk dimanfaatkan keuntungan yang didapat. Kelebihan dari
sampah jenis plastik ini yaitu dapat mengeluarkan bunyi yang berisik
atau kemresek jika diremas. Oleh karena itu sampah plastik ini sesuai
dengan konsep pada karya tari Ngresek ini. Koreografer tertarik pada
bunyi berisik yang dihasilkan, karena bunyi tersebut dapat menjadi
simbol, yaitu melambangkan manusia-manusia yang berisik dengan
segala hal yang diucapkan berupa sesuatu yang tidak berguna
layaknya sampah. Sedangkan, botol air mineral yang kosong dipilih
oleh koreografer sebagai penguat, karena bunyi yang dihasilkan lebih
nyaring, sehingga maksud yang diinginkan koreografer dapat
tersampaikan.
c. Bibir-bibiran
Bibir- bibiran terbuat dari bahan karet silikon atau silicon
rubber yang dibentuk menyerupai bibir asli dengan ukuran yang lebih
besar, kemudian ditambahkan warna merah agar lebih merona.

Gambar 7. Bentuk properti bibir-bibiran.


4.1.2.6 Tata Teknik Pentas
Tata teknik pentas merupakan unsur pendukung yang penting dalam
sebuah karya, hal itu karena berkaitan dengan segala sesuatu yang dapat
menunjang atau mendukung tampilan visual dalam menyampaikan maksud
atau pesan dari suatu karya. Bentuk-bentuk panggung juga beragam, seperti
panggung proscenium, arena, thrust, dan terbuka, masing-masing memiliki
titik-titik tertentu baik lemah maupun kuat sesuai dengan kriteria setiap

98
panggung. Pada karya Ngresek, koreografer memilih panggung proscenium
sebagai tempat pertunjukanya, karena panggung proscenium memiliki
pemisahan jarak antar pemain atau penyaji dengan penonton (Santosa,
2008:389). Hal tersebut yang dapat membantu koreografer untuk
menghadirkan efek artistik yang mampu memunculkan kesan seperti
didalam bingkai. Koreografer memiliki pandangan bahwa kesan ilusi dan
imajinasi yang beragam dapat tercipta karena perspektif yang ditampilkan
melalui panggung proscenium. Bentuk ruang dari panggung ini yang
didukung dengan adanya settwings dikanan dan kiri panggung juga
memberikan kesan perspektif mendalam dan jauh, serta menjadi kesan
tersendiri bagi penonton ketika melihat pemain keluar-masuk secara cepat
maupun perlahan melalui sisi kiri dan kanan bagian depan, tengah maupun
belakang panggung. Selain itu, karya tari Ngresek yang disajikan dalam
bentuk dance theatre pada panggung proscenium ini kemudian menjadi
sebuah tantangan bagi koreografer, sebab dengan adanya jarak yang
membatasi penyaji dan penonton, koreografer dituntut agar tetap mampu
menjalin kontak atau komunikasi dengan penonton tanpa menampilkan
batasan, sehingga jarak tersebut akan terasa menjadi bias.
Gambar 8. Panggung proscenium

(Dokumentasi online, 14 Juni 2023)

99
4.1.2.7 Tata Cahaya
Tata cahaya atau yang biasa disebut dengan lighting merupakan
unsur pendukung berupa lampu yang dibutuhkan dalam suatu seni
pertunjukan, sebab selain sebagai penerangan penataan lampu dapat
menunjang kekuatan terhadap suasana dan adegan pada suatu sajian karya
(Murgiyanto, 1983:109-110). Lighting juga dapat membantu menciptakan
suasana diatas panggung, baik suasana emosional, perubahan waktu
maupun maksud lain yang diatur dengan pemilihan warna-warna tertentu
sesuai dengan kebutuhan artistik koreografi. Pada karya tari “Ngresek”
tata cahaya ini sudah diletakan dan disesuaikan dengan kebutuhan suasana
tari, sehingga dapat memberikan kesan kepada penonton dan dapat
membangun imajinasi penonton akan maksud suasana di setiap adegan.
Jenis lampu yang digunakan adalah lampu par64 sebanyak 14 lampu,
parLED dengan jumlah 24 lampu, fresnel LED 6 lampu.

100
Gambar 9. Lighting

Tabel 8. Tata Cahaya Karya Ngresek


No Adegan Suasana Warna Titik Keterangan Gambar
lampu fokus
(parLE lampu
D) (par64)
1. Introduksi Tenang - Boom Semua pemain
masuk ke
panggung dengan
memakai
trashbag yang
digelembungkan
dikepala dan
sampah yang
berjatuhan.
Adegan ini
penggambaran

101
manusia yang
memiliki beban
pikiran akibat
terlalu sering
ghibah dan
berpikir buruk
terhadap orang
lain. pada bagian
ini menggunakan
lampu boom sisi
kanan dan kiri.
2. Adegan 1 Ramai, Hijau Back Penggambaran
bising Light + kegiatan ghibah
Boom yang dilakukan
(right dilingkungan
and left) dengan berbagai
karakter dan
kelompok. Pada
adegan ini penari
melakukan aksi
dengan pemusik
diarea pemusik
yaitu belakang.
Lampu yang
digunakan parled
hijau jatuh dari
atas disertai
dengan lampu
boom bagian
kanan dan kiri,
yang

102
memberikan
kesan bahwa
ghibah yang
bertumbuh
dilingkungan
masyarakat.

Oranye Boom 1 penari muncul


+ hijau dari side wing
sedikit kanan depan dan
berjalan lurus
menuju side wing
kiri depan sambil
meremas sampah
hingga
mengeluarkan
bunyi. Sedangkan
penari dan
pemusik pause
menoleh fokus ke
arah penari yang
muncul.
Penggambaran
ketika seseorang
yang dibicarakan
atau dighibahkan
datang maka
semua akan
terdiam seketika,
dan disimbolkan
dengan bunyi

103
remasan sampah
yang
menggambarkan
orang-orang itu
sedang
membicarakan
sesuatu yang
berisik dan
kotor/buruk
seperti sampah.
Lampu boom
tetap menyala
dan ditambah
dengan lampu
parled belakang
dengan
perpaduan warna
oranye + sedikit
hijau dengan
tingkat
pencahayaan
sedikit redup
yang
menggambarkan
suasana hangat
dalam ghibah
yang
menumbuhkan
rasa iri terhadap
sesuatu

104
Pada adegan ini
P info Hijau + Dead merupakan
sedikit Center, penggambaran
kuning Back dari ghibah
Light dengan jarak jauh
yang ditunjukkan
dengan gerak
seperti
mengirimkan
pesan melalui
media
sosial/ponsel.
Menggunakan
lampu hijau
dengan intensitas
ditebalkan dan
sedikit pemberian
lampu warna
kuning, yang
memberikan
kesan
menyalurkan
sebuah energi
ghibah melalui
pesan yang
dikirim dengan
harapan orang
lain meskipun
dalam jarak jauh
tetap bisa
melangsungkan

105
ghibah, apalagi
jika ditemukan
info terbaru,
sehingga
berusaha secepat
mungkin untuk
menyebarkannya.
Selain itu juga
memberikan
kesan ceria
karena ghibah
dapat disalurkan.
Pada adegan ini
juga
menggunakan
lampu fresnel
untuk menerangi
bagian depan
karena pada
adegan ini posisi
penari berada di
pojok kanan
bagian depan.
3. Adegan 2 Miris, Hijau + Dead Penggambaran
center,
sedikit sedikit seseorang yang
middle,
tegang kuning back light menyadari bahwa
semua orang
melakukan
ghibah dan ia
berada
dilingkungan itu.

106
Ketika bertemu
teman pasti ada
topik ghibah,
begitu juga
dengan bertemu
orang
selanjutnya.
Meskipun dalam
dirinya menolak
tetapi pada
akhirnya ia juga
bergabung dalam
kegiatan ghibah
tersebut. Adegan
ini menggunakan
lampu fokus par
64 di dead center
dengan intensitas
rendah dan lampu
par led berwarna
hijau sedikit
kuning sebagai
suasananya
dengan intensitas
rendah.
4. Adegan 3 Sunyi biru Middle + Penggambaran
dead tentang berkaca
center pada diri,
Adegan ini
menggunakan
lampu par led

107
bagian tengah
dengan warna
biru dan
pemberian lampu
pada dead center
sebagai fokus
untuk penari di
titik tengah.

Ceria Kuning Middle Pada adegan ini


+ menampilkan
Oranye keceriaan dan
adegan guyonan
dengan gerak
isyarat seperti
mengajak
berkomunikasi
pada penonton.
Adegan ini
menggunakan
lampu par led
bagian tengah
dengan warna
kuning dan
oranye yang
berintensitas
rendah/tipis.
Lampu fresnel
sebagai penerang
bagian depan.

108
5. Adegan 4 Tegang, Kuning- Boom, Penggambaran
kacau, oranye foot light tentang dampak
tertekan dari ghibah, dan
gambaran buruk
dalam diri
manusia yang
ghibah. 4 penari
berada dibalik
trashbag sebagai
kaca yang
kemudian
kelanjutan dari
adegan mengaca,
mereka muncul
dengan gerak
seperti setan,
perwujudan dari
hati dan jiwa
dalam diri
manusia yang
terkotori oleh
ghibah sehingga
memberikan aura
yang negatif atau
buruk dalam
dalam diri
manusia. 5 penari
melakukan aksi
dampak dari
adanya ghibah
yaitu sifat benci

109
terhadap
seseorang,
menertawakan
orang lain,
hingga saling
menyakiti sesama
teman. Adegan
menggunakan
lampu par led
berwarna kuning
ke- oranye-
oranyean sebagai
suasana yang
terkesan panas.
Lampu footlight
bagian tengah
juga digunakan
untuk memberi
cahaya pada
penari dilevel
bawah.

Ungu, Foot light Penggambaran


kuning up right dalam suatu
ke and left pertemanan
oranye saling
menjatuhkan dan
menyakiti dengan
mengghibahkan
satu sama lain,
yang

110
menimbulkan
kesalahpahaman
dan rasa benci
antar teman.
Adegan ini
menggunakan
lampu par led
berwarna ungu
dan kuning ke
oranye-oranyean
sebagai lampu
suasana psikologi
dan sesuatu yang
tidak disangka-
sangka, dan ironi.

deep Ungu Fresnel Penggambaran


center dampak buruk
buruk dari ghibah
yaitu timbul
stress atau
perasaan
tertekan.
3 penari
dibelakang
menggambarkan
sifat ghibah
dengan lidah
yang tajam untuk
menggunjing
orang lain.

111
Sedangkan penari
yang berada
didepan sebagai
orang yang
pernah
mengghibah
sekaligus
dighibahkan
sehingga
mengalami
tekanan diri.
Adegan ini
menggunakan
lampu par led
berwarna ungu
dengan
intensitras tinggi
sehingga warna
semakin pekat
untuk
mendukung
suasana agar
terkesan lebih
deep. Lampu
fresnel digunakan
untuk menambah
penerangan agar
wajah tetap
terlihat dari jarak
pandang
penonton.

112
6. Adegan 5 Sunyi, - Boom Penggambaran
deep back ketika kita sudah
right and berusaha untuk
left, diam dan berhenti
fresnel menggunjing,
tapi ternyata
ghibah itu tetap
ada dan sulit
untuk
dihilangkan.
Adegan ini
menggunakan
lampu boom dan
fresnel sebagai
penerang dengan
intesitas rendah.

4.1.2.8 Iringan Tari


Musik tari merupakan unsur pendukung yang penting dalam sajian
pertunjukan tari. Musik tari berfungsi sebagai penentu tempo yang
menggantikan hitungan, sebagai clue dalam bergerak, dan bisa menjadi
pembangun suasana pada karya tari. Suasana yang tercipta kemudian
memungkinkan terjadi adanya dinamika pada suatu adegan. Selain itu,
musik tari juga berfungsi untuk menyampaikan pesan dalam sebuah karya
tari diluar gerak atau yang tidak bisa disampaikan dengan gerak. Pesan
tersebut dapat dituangkan yaitu melalui lirik vokal maupun instrumen yang
mengandung maksud dari koreografer, yang dapat disampaikan pada
audience melalui musik tari.
Pada karya Ngresek ini musik tari yang digunakan ada dua jenis
yaitu musik internal yang merupakan bunyi-bunyian yang bersumber dari
penari itu sendiri, dan iringan musik eksternal atau musik yang bersumber

113
dari luar penari. Musik internal yang dihasilkan penari pada karya ini
berupa suara asli dari penari, dan melalui bunyi properti trashbag, serta
sampah plastik yang dimainkan. Sedangkan musik eksternal yang
dihasilkan pada karya ini melalui bunyi dari alat musik kendang
banyuwangi, kendang bolong, sintren, kecapi, balungan gantung gayor,
kluncing, slenthem, gambang, keyboard, marakas dan didgeridoo midi.
Berikut rangkaian instrumen atau alat musik yang digunakan
sebagai musik tari pada karya Ngresek.
Tabel 9. Iringan Tari
Nama Alat
No Gambar Cara Main
Musik
1. Kendang Cara memainkan
banyuwangi kendang dengan cara
dipukul pada bagian
permukaan kulit
menggunakan telapak
tangan
2. Kendang Bolong Dimainkan dengan cara
dipukul pada bagian
permukaan kayu, bisa
menggunakan tangan
kosong atau dengan
bantuan kayu pemukul.
3. Sintren Dimainkan dengan cara
dipetik dan juga
digenjreng.

4. Kecapi Cara memainkan alat


musik kecapi adalah
dengan cara dipetik.

114
5. Balungan Dimainkan dengan cara
Gantung Gayor digoyangkan saja,
sehingga masing-
masing wilangan akan
bertumbukan dan
mengahsilkan bunyi.
Cara berikutnya yaitu
dengan dipukul
menggunakan alat
pemukul besi agar bunyi
yang dihasilkan lebih
nyaring.
6. Kluncing/Triangle Cara memainkan
kluncing yaitu dengan
memukul alat yang
berbentuk segitia
menggunakan pemukul
besinya.
7. Slenthem Slenthem dimainkan
dengan cara dipukul
menggunakan kayu
berbentuk bulat yang
dilapisi kain
8. Gambang 2 Gambang dimainkan
dengan cara dipukul
menggunakan kayu
berbentuk bulat yang
dilapisi kain dengan
gagang yang lebih
panjang dan kecil.

115
9. Keyboard Keyboard dimainkan
dengan cara ditekan
pada tiap kunci nada.

10. Marakas 4 Cara memainkan


marakas adalah dengan
cara dikocok.

11. Didgeridoo Midi Didgeridoo merupakan


alat musik tiup panjang
terbuat dari kayu yang
berasal dari australia.
Musik yang dihasilkan
didgerido berupa
dengungan yang
menarik. Karena alat
musik ini tidak bisa
dihadirkan maka suara
didgeridoo tetap
dihadirkan melalui midi
yang direcord dan
disimpan pada laptop.
Sehingga cara
memainkannya melalui
laptop yang di klik
tombol play untuk
menyalakan bunyi
didgeridoo.

Tabel 10. Bagian Musik Per-Adegan Karya Ngresek

116
No Adegan Suasana Musik
1. introduksi Tenang Vokal intro
riuh
2. Adegan 1 Ramai, bising Ken kan kon ken
3. Adegan 2 Miris, sedikit tegang Manungso
4. Adegan 3 Sunyi Grond
5. Klimaks Tegang, kacau, tertekan Vokal Werno-werno
6. Penurunan dan Sunyi, Deep Senyap
ending

Tabel 11. Partitur Musik Karya Ngresek

117
118
119
120
121
122
4.2 Pembahasan
Karya Tari Ngresek merupakan sebuah karya yang mengusung fenomena
sosial sekaligus pengalaman empiris koreografer, yaitu tentang perilaku
membicarakan keburukan serta urusan pribadi dari orang lain atau yang biasa
disebut ghibah. Sisi buruk orang lain yang dibicarakan sesungguhnya adalah
topik pembicaraan yang tidak bermanfaat, tidak menguntungkan dan tidak
berguna. Namun pada kenyataannya masyarakat lebih menyukai topik
semacam itu dalam sebuah perbincangan, daripada diskusi mengenai hal-hal
yang lebih penting dan berbobot. Pembicaraan saat ghibah dengan bahan yang
arah nya semakin negatif atau buruk, maka semakin menambah ketertarikan
dan keseruan saat ghibah tersebut.
Perilaku ghibah seperti ini tidak memberikan timbal balik yang positif,
justru akan menimbulkan dampak negatif terhadap berbagai pihak. Seorang
penyebar ghibah akan berpotensi dipandang buruk oleh pendengarnya, karena
dianggap sebagai orang yang nyinyir, tidak bisa menjaga rahasia dan suka
mengumbar aib orang. Begitu juga bagi pendengar akan berdampak bisa
terpengaruhi oleh informasi buruk yang diterima, sehingga dapat timbul
kebencian pada seseorang yang dibicarakan. Selain, itu dampak lainnya juga
dapat menyebabkan kesalah pahaman dan konflik sosial yang menjauhkan
hubungan pertemanan, serta dampak buruk berupa depresi bagi seseorang yang
dighibahkan, maupun gangguan psikologis lainnya yang tidak disadari ketika
ghibah.
Koreografer kemudian mengibaratkan ghibah sebagai perilaku yang
nyampah, karena percakapan yang berisi keburukan itu tidak memberikan
pengaruh yang baik, tetapi malah menimbulkan kerugian. Oleh karena itu
koreografer mengaitkan ghibah dengan sampah menjadi dua analogi, yaitu
perilaku ghibah atau membicarakan sisi buruk orang lain tersebut sebagai
perilaku yang nyampah, dan ucapan atau kata-kata yang keluar saat ghibah itu
adalah sampah.
Perilaku nyampah dari ghibah dalam menyebarkan keburukan orang lain
yang tidak berguna tersebut kemudian menjadi titik fokus pada karya tari

123
Ngresek ini, yang akan diwujudkan dan dikemas dalam bentuk pertunjukan
dance theatre. Bentuk atau genre dance theatre merupakan genre yang dapat
menyatukan berbagai macam unsur seni, seperti tari, musik, teater, rupa dan
unsur seni lainnya yang bisa dituangkan secara verbal maupun abstrak, bentuk
ini juga lebih bebas untuk menuangkan ide dan tidak terbatas pada apapun.
Genre ini mempermudah koreografer untuk mewujudkan konsep ghibah dalam
sebuah pertunjukan tari. Pada karya Ngresek, dance theatre dapat dirasakan
dan ditemukan pada beberapa adegan yang banyak menggunakan unsur
dramatisasi yang dikembangkan, dan dimunculkan melalui ekspresi atau
mimik wajah, gesture, vokal atau suara secara langsung tanpa dubbing, serta
interaksi yang dilakukan antar penari, penari dengan pemusik, dan penari
dengan penonton baik dari jarak jauh maupun dekat. Oleh sebab itu koreografer
harus cermat dalam menyusun skenario dan segi dramatik agar dapat
membangun dinamika suasana yang sesuai pada setiap adegannya.
Penyusunan skenario pada karya tari Ngresek ini mengalami beberapa
perubahan seiring berjalannya proses pembentukan karya. Perubahan tersebut
terletak pada pergantian motivasi skenario yang disesuaikan kembali dengan
konsep dan dipertimbangkan lagi pada kontinyuitas atau keterkaitan antar
adegan agar menjadi satu kesatuan yang utuh. Pergantian dari motivasi tersebut
tidak berdampak pada jumlah adegan dan desain dramatik, sebab suasana yang
dihasilkan masih berada di tingkat dinamika yang sesuai, namun tentu
berpengaruh terhadap suasana maupun durasi pada setiap adegan atau babak
pertunjukan karya tari Ngresek.
Analisis adegan introduksi, sebelumnya adegan ini menggambarkan
tentang kesadaran seseorang dengan menolak adanya ghibah dan menutup diri
terhadap ghibah tersebut. Namun terjadi perombakan pada adegan ini menjadi
penggambaran flashback tentang manusia dengan pikiran yang dipenuhi oleh
hal-hal yang buruk hingga menjadi beban akibat ghibah. Motivasi tersebut
divisualisasikan dengan semua penari dan pemusik yang berada diluar
panggung mulai memasuki arena pertunjukan dengan berjalan secara perlahan
dan menggunakan trashbag yang digelembungkan dikepala, disertai suara

124
menggerutu atau menggumam dari penari maupun pemusik. Pada bagian ini
penari yang masuk dari arah audience mengajak penonton untuk berinteraksi
dengan mendekat dan mempengaruhi penonton untuk ghibah. Penari yang
muncul dari audience tersebut dimaksudkan bahwa ghibah itu juga berasal dari
penonton sebagai masyarakat dan dilakukan oleh mereka dengan antusias. Hal
itu membuktikan bahwa ghibah begitu diminati oleh manusia pada umumnya.
Setelah semua pemain memasuki stage dan ditandai perubahan musik, sampah-
sampah mulai dijatuhkan dari catwalk panggung, sementara penari melakukan
gerak meremas gelembung trashbag dikepalanya sebagai simbol percakapan
ghibah yang berisik dan mengganggu dikepala.
Adegan 1 menggambarkan tentang kegiatan ghibah yang dimulai dengan
penari membuka gelembung trashbag dikepalanya, kemudian berpencar
menghampiri para pemusik sambil memunguti sampah yang berjatuhan dan
dimasukkan kedalam trashbag. Bagian ini menyimbolkan manusia yang
berada pada lingkungan ghibah dan membuka dirinya untuk menerima segala
informasi tentang bahan atau aib seseorang. Penari selanjutnya melakukan
adegan interaksi ghibah dengan pemusik, sampai salah satu penari muncul dari
side wings kiri depan dengan berjalan lurus sembari meremas sampah plastik
hingga mengeluarkan bunyi, sedangkan penari dan pemusik terdiam atau pause
dengan pandangan yang tertuju pada salah satu penari yang berjalan tersebut
hingga penari keluar panggung melalui side wing kanan depan. Hal itu
menggambarkan reaksi pengghibah ketika seseorang yang dibicarakan datang.
Fokus pada salah satu penari juga diperkuat dengan bantuan lampu boom yang
menyorot ke arah penari tersebut. Pada adegan satu ini, berikutnya penari
melakukan gerak ngrumpi secara verbal yang ditata dengan menggunakan
komposisi merapat ditengah dengan menonjolkan gesture-gesture nyinyir
ketika ghibah, dan seseorang memberi clue berdesis agar diam dan menunjuk
kearah penari yang keluar tadi dan diikuti tolehan dari penari lain secara canon.
Komposisi pecah yang kemudian dilakukan oleh penari dengan tertawa
memberikan kesan ledekan dan suasana gembira saat mengghibah.
Koreografer menciptakan bentuk lain dengan motivasi yang sama yaitu

125
membuat lingkaran kecil sambil merunduk untuk memunculkan suasana
ghibah yang dilakukan dengan berbisik atau berbicara lirih, sehingga secara
otomatis orang akan mendekat agar bisa mendengarkan kalimat yang
dibicarakan. Komposisi tersebut kemudian dibuat membuka menjadi lingkaran
besar dengan aksi tertawa seperti gerak sebelumnya. Adegan satu ini lebih
menampilkan suasana yang ramai dan berisik untuk menggambarkan kondisi
manusia yang menggebu-gebu dan perasaan senang saat ghibah. pada sisi lain
adegan ini juga menyajikan gerak saling menunjuk satu sama lain, sebagai
simbol dari orang yang melakukan ghibah bahkan bisa membicarakan
keburukan dari teman terdekat sekalipun, serta kita sebagai penggibah juga
tentu pernah menjadi topik perghibahan.
Adegan 2 pada karya ini menggambarkan perilaku manusia yang
menolak sadar bahwa dirinya juga melakukan ghibah, tetapi dia malah
menasehati dan menyadarkan orang lain untuk menghindari ghibah. Motivasi
itu diwujudkan dengan salah satu penari yang muncul dan menghampiri
kedelapan penari yang dibagi menjadi tiga kubu atau kelompok, dengan pose
para penari yang saling menunjuk satu sama lain. salah satu penari menasehati
dengan cara memberi gerak efek pada tiap kubu yang kemudian direspon oleh
kubu tersebut, hingga ditandai semua penari menutup mulut yang
menggambarkan manusia pada dasarnya mengetahui bahwa ghibah merupakan
perbuatan yang buruk, namun mereka tetap melakukan hal tersebut karena
sudah menjadi kebiasan. Keadaan terburuknya seseorang yang melakukan
ghibah dapat menjauhkan pertemanan, bahkan juga bisa menjatuhkan harga
diri temannya yang ditampilkan dengan gerak menghempaskan tangan serta
badan, yang direspon oleh penari bagian tepi yang seakan terkena efek dari
hempasan tersebut dan dilakukan dengan gerak terlempar serta roll belakamg,
dan diakhiri posisi penari dengan kepala mendongak keatas sambil
mengeluarkan abab.
Adegan 3 merupakan kelanjutan dari adegan sebelumnya yang masih
memiliki keterkaitan dengan kesadaran, yaitu menggambarkan tentang adegan
berkaca diri. Pada bagian ini divisualisasikan dengan pemusik yang

126
membentangkan properti trashbag menjadi bentuk memanjang secara vertikal.
Bentuk tersebut membantu memperkuat gerak mirror dan gerak berkaca lain
yang dilakukan oleh penari. Properti bibir-bibiran dikenakan pada adegan ini
oleh semua pemain, menggambarkan manusia yang terlalu banyak bicara atau
ghibah yang disimbolkan dengan bibir yang lebar dan merah merona. Adegan
ini berikutnya terdapat koreografi gecul untuk berkomunikasi kepada penonton
dengan menggunakan gerak seperti bahasa isyarat yang telah mengalami
proses distorsi. Gerak gecul tersebut pada adegan ini dimunculkan sebagai
selingan untuk menurunkan dinamika, karena penurunan suasana ini berfungsi
sebagai pengantar sebelum menuju pada adegan klimaks.
Adegan 4 atau klimaks merupakan puncak konflik pada karya tari
Ngresek yang mengilustrasikan tentang dampak negatif dari ghibah. pada
adegan ini terbagi menjadi dua fokus, yaitu pada lima penari bagian depan dan
pada pemusik serta empat penari yang berada dibelakang atau diwilayah
pemusik. 5 penari didepan melakukan gerak yang menggambarkan depresi,
tekanan pikiran dan mental, saling menjatuhkan dan berbagai dampak-dampak
buruk yang ditimbulkan akibat ghibah. adegan ini diawali dengan penari
bergerak melempar ke arah kiri dan direspon dengan efek terjatuh kekiri oleh
salah satu penari. Sedangkan, Empat penari yang keluar panggung akibat
terlempar pada part sebelumnya, dihadirkan kembali dengan muncul dari balik
trashbag yang dibentangkan oleh pemusik. Penari tersebut muncul dengan
gerak dan ekspresi yang mengarah ke bentuk seperti setan atau pengaruh jahat
sebagai gambaran pantulan dari sisi buruk manusia yang melakukan ghibah
ketika berkaca. Gambaran buruk tersebut juga menjadi simbol manusia yang
dapat berganti-ganti mimik wajah dan tutur kata untuk berkamuflase saat
ghibah, seperti ketika berbicara dengan raut muka tersenyum, tetapi dalam
hatinya menyimpan rasa iri dan benci. Pengaruh lainnya ditampilkan dengan
gerak saling menyakiti saat ghibah. Hal ini bermakna bahwa dalam satu
pertemanan atau circle yang senang ghibah ternyata mereka juga saling
memiliki rasa benci dan mengghibahkan satu sama lain. koreografer membagi
3 kelompok yaitu pada titik pojok kiri belakang panggung yang

127
menggambarkan gesture ghibah, dead center merupakan gambaran dari
manusia yang menjadi pendengar atau suka mendengarkan ghibahan dari
berbagai pihak, dan bagian pojok kanan depan yang mewujudkan kondisi
tertekan seseorang yang dibicarakan. Penurunan suasana juga dihadirkan pada
adegan 4 ini, namun tetap dalam motivasi yang sama yaitu dampak buruk dari
ghibah yang lebih menekankan pada sisi stres manusia dengan keributan
dikepala yang mengganggu psikis orang tersebut hingga mencapai titik lelah
seseorang yang ditandai dengan penari berbaring miring secara perlahan.
Adegan ini yang menjadi transisi menuju adegan selanjutnya.
Adegan 5 merupakan bagian penyelesaian dalam karya tari ini yang
menggambarkan tentang ghibah yang sulit untuk dihilangkan begitu saja dari
kebiasaan masyarakat. Adegan ini divisualisasikan dengan semua penari dan
pemusik terdiam, kemudian dari sisi kanan belakang muncul salah satu penari
yang berjalan secara perlahan menuju salah satu pemusik sambil meremas
sampah dan menghasilkan bunyi ditengah suasana yang hening. Pada adegan
tersebut memiliki makna bahwa ketika seseorang telah memilih untuk diam
dan menutup diri dari perilaku ghibah ini, namun pada kenyataannya ghibah
masih saja muncul dan sulit untuk dihilangkan secara langsung. Adegan
penyelesaian atau anti klimaks ini diakhiri dengan pemusik yang menerima
smapah dari salah satu penari tersebut, dan diikuti adegan pemusik yang
mengambil sampah plastik yang digunakan sebagai lapisan instrumen
sebelumnya, bahkan adegan ini dilakukan dengan aksi saling berebut dan
menimbulkan kericuhan dengan tanda lighting yang fade out kemudian
menjadi ending pada karya tari Ngresek ini.
Gerak merupakan elemen utama yang mendasar dalam sajian karya tari.
Gerak dalam karya Ngresek ini tercipta dari proses pengembangan dari
eksplorasi gesture manusia ketika melakukan ghibah, seperti lirikan atau
tatapan mata, bibir yang nyekebhek, dan ekspresi wajah yang nyinyir atau
mengintimidasi. Selain itu, gesture tubuh yang mendekat atau merapat dengan
komunikasi lirih atau berbisik, yang kemudian diolah dan dikembangkan
hingga menjadi motif ragam gerak karya Ngresek. Pencarian teknik gerak juga

128
dilakukan pada proses studio, karena teknik gerak berperan penting bagi penari
dalam melakukan gerakan. Teknik gerak yang digunakan seperti, teknik roll
samping, roll belakang dan rolling down. Adapun teknik kunci yang memiliki
pengaruh besar pada bentuk gerak, karena dalam teknik kunci selain untuk
menyeimbangkan tubuh, juga berfungsi sebagai penekanan terhadap gerak
yang memberi kesan kuat, serta agar gerak yang dilakukan terlihat lebih jelas
dan sesuai tempo. Komposisi gerak yang dihasilkan selanjutnya diseleksi
kembali untuk dan disesuaikan dengan konsep karya. Ragam gerak tersebut
dilakukan oleh enam penari putri dan tiga penari putra untuk memunculkan
momen dan suasana ghibah secara nyata, sekaligus memperkuat suasana
berisik yang mengganggu. Penari dengan jumlah sembilan dan pemusik
berjumlah sepuluh yang berada diatas panggung itu, memberikan kesan penuh
dan semrawut diatas panggung pada beberapa momen menandakan bahwa
konsep ngresek dapat diwujudkan pada bagian tersebut. Selain itu, pola lantai
juga sebagai elemen penting pada karya tari Ngresek. Pola lantai dapat
memberikan beberapa titik fokus penari dalam bergerak serta memberi variasi
dalam karya tari ini.
Unsur pendukung yang dapat menunjang sajian pertunjukan pada karya
tari ini yaitu tata rias dan busana. Tata rias yang diterapkan pada karya ini
menggunakan rias natural dengan perpaduan eye shadow berwarna coklat tua
dan coklat muda, yang diaplikasikan dengan teknik dibaur supaya
mendapatkan gradasi warna yang membaur natural dan tidak ngeblock,
selanjutnya Eye liner ditambahkan untuk mempertajam mata. Lipstik yang
digunakan juga natural dengan pemilihan jenis warna rose brown agar terlihat
fresh dan tidak menor. Penataan rambut penari putra pada karya ini cukup
dengan merapikannya saja, sedangkan untuk penari putri rambut diikat satu
yang tinggi supaya memberi desain tertinggal namun tetap rapi dan tidak
menggangu penari saat melakukan gerak.
Pada karya tari Ngresek busana yang dikenakan cukup sederhana, karena
karya ini berangkat dari fenomena kehidupan sosial, sehingga disesuaikan
dengan konsep koreografer yang ingin menampilkan suasana santai seperti

129
kehidupan sehari hari. Tata busana pada karya tari ini mengalami perubahan,
yang pada awalnya menggunakan dress kemudian beralih menggunakan celana
kulot panjang. Perubahan tersebut dikarenakan koreografer
mempertimbangkan lagi kecocokan pemusik yang dihadirkan dipanggung
apabila mengenakan dress, sehingga busana diubah untuk mencapai
keselarasan antara penari dan pemusik. Busana yang digunakan berupa celana
kulot panjang berwarna putih sebagai simbol dari kebersihan, yang berarti
bahwa manusia pada dasarnya memiliki kepribadian yang bersih sebelum
ternodai dengan berbagai hal-hal buruk dan percakapan sampah, yang dapat
mengotori pikiran serta hati manusia dengan ghibah. Bahan yang digunakan
untuk busana tersebut adalah menggunakan kain sifon yang memiliki karakter
ringan dan terawang. Pada bagian samping kanan dan kiri celana ditambahkan
kain sepanjang celana yang dijahit dibagian setengah paha atas saja dan sisanya
dibiarkan jatuh terurai, hal itu bertujuan untuk memunculkan kesan flowy dan
desain tertinggal ketika penari melakukan gerak seperti mengangkat kaki,
berlari, melompat kemudian duduk, dan lain sebagainya. Busana tersebut
dikenakan oleh penari putra maupun putri, yang membedakan adalah pada
busana atasan. Penari putri mengenakan berupa singlet atau kaos kutang
sebagai penutup dada, sedangkan penari putra tidak menggunakan busana
atasan atau ngligo.
Unsur pendukung lainnya yang diperlukan untuk membantu
menyampaikan isi pada karya tari Ngresek adalah properti. Properti yang
digunakan berupa trashbag, bibir-bibiran, dan sampah plastik karena dirasa
sesuai dengan konsep karya ghibah sebagai perilaku nyampah yang menjadi isi
dari karya ini. Properti trashbag pada umumnya berwarna hitam supaya
sampah didalamnya tidak terlihat dan mengganggu orang lain, namun pada
karya ini trashbag memiliki warna silver. Warna perak atau silver pada properti
trashbag ini tidak memiliki simbol atau makna khusus. Warna silver yang
dipilih bertujuan supaya warna dan bentuk trashbag dapat terlihat jelas dari
pandangan penonton, sehingga properti dibuat dengan ukuran yang lebih besar
yaitu 100 cm × 150 cm. Trashbag dengan kriteria seperti itu sulit untuk

130
ditemukan, oleh karena itu koreografer mencari akal dengan membuat properti
trashbag dari bahan plastik mulsa. Cara membuat trashbag cukup mudah,
dengan memotong plastik sesuai ukuran dan direkatkan menggunakan selotip
berukuran besar yang berwarna bening. Koreografer membuat beberapa lubang
yang sedikit besar pada salah satu sisi trashabg dan menutupnya dengan selotip
bening, tujuannya agar penari tetap dapat melihat arah meskipun intensitas
kurang jelas atau sedikit buram. Tujuan lain lubang itu diberi selotip lagi
supaya trashbag dapat menyimpan udara saat digelembungkan. Properti
trashbag pada karya tari ini digunakan sebagaimana fungsi dari trashbag
secara umum, yaitu sebagai wadah atau tempat sampah untuk menampilkan
visual nyampah secara verbal. Penggunaan kedua yakni menggelembungkan
trashbag dengan cara seperti menangkap udara, kemudian kepala dimasukkan
dalam trashbag dan tutup dengan rapat agar udara tidak habis dan trashbag
tetap menggelembung. Penggunaan dengan cara ini memiliki makna berupa,
gambaran dari manusia yang dipenuhi oleh ucapan dan pikiran negatif akibat
menerima cerita keburukan dari orang lain ketika melakukan ghibah. Bentuk
ini juga dikembangkan dengan gerak meremas gelembung pada kepala
tersebut, sebagai simbol dari isi kepala yang berisik dan mengganggu. Bentuk
ketiga yaitu dengan membentangkan trashbag secara vertikal sebagai wujud
dari kaca, untuk memperkuat adegan. Properti yang terakhir yaitu bibir-bibiran
yang berbentuk sedikit lebih besar dengan warna merah merona. Properti ini
mendukung gambaran manusia yang banyak bicara atau ghibah.
Tata teknik pentas juga menjadi bagian penting dalam sebuah karya.
Pertunjukan karya tari Ngresek ini disajikan pada panggung proscenium,
karena terlihat seperti didalam bingkai yang memisahkan jarak penampil dan
penonton, bisa membantu koreografer untuk menghadirkan efek artistik yang
mampu menciptakan kesan ilusi dan imajinasi karena perspektif yang
ditampilkan melalui panggung proscenium. Jarak yang menjadi pemisah antara
penyaji dengan penonton mampu ditembus oleh koreografer, dengan
memunculkan beberapa spektakel salah satunya berupa penari yang memulai
pertunjukan muncul melalui arah audience dan memecahkan suasana dengan

131
berinteraksi bersama penonton secara langsung. Pada panggung proscenium
dilengkapi dengan penataan cahaya yang dibutuhkan dalam sajian pertunjukan
tari, seperti pemberian lampu boom kanan dan kiri saat adegam pertama yang
bermaksud untuk membangun suasana tenang dan memfokuskan pemain yang
memasuki panggung dari berbagai arah dengan kepala yang menggelembung.
Penataan lampu pada karya tari ini menggunakan lampu par64 sebanyak 14
lampu sebagai pemberi fokus diarea panggung, parLED sejumlah 24 lampu
deengan beragam warna yang berfungsi sebagai pemberi suasana, dan fresnel
LED sebanyak 6 lampu yang terletak di bagian depan atas panggung yang
berguna sebagai penerangan.
Unsur pendukung berikutnya yaitu musik iringan. Pada karya tari
Ngresek ini menggunakan instrumen musik modern seperti bass, keyboard,
didgeridoo yang dihadirkan melalui midi, dan instrumen tradisional seperti,
kendang banyuwangi, kendang bolong, sintren, kecapi, balungan gantung
gayor, kluncing, slenthem, gambang, dan marakas. Musik tersebut
berpengaruh sebagai pemberi tempo dan clue bagi penari. Selain itu, musik ini
juga berperan dalam membangun suasana untuk menciptakan dinamika tiap
adegan pada karya tari, dengan didukung adanya vokal untuk bisa
menyampaikan isi dari karya selain melalui gerak. Pada adegan introduksi
vokal pertama kali masuk dengan tempo pelan dan pemilihan nada yang
memberi suasana tenang, kemudian disusul didgeridoo midi yang dibunyikan
memberikan kesan sedikit berat, dalam dan mencekam. Suasana tersebut
dibutuhkan koreografer untuk mendukung kondisi manusia yang memikul
beban dikepalanya akibat ghibah. Pada adegan satu musik berubah menjadi
lebih menyenangkan, hangat atau gayeng dalam bahasa jawa. Musik dengan
alunan yang gembira tersebut dapat membangun suasana ghibah yang berisik,
ditambah lirik vokal yang dinyanyikan, serta didukung dengan suara verbal
penari dan pemusik yang melakukan ghibah secara nyata semakin
menghidupkan suasana ghibah tersebut. Perpaduan alat musik sintren,
balungan gayor, kluncing pada adegan satu dengan ragam gerak P.info tersebut
berperan sebagai pemberi aksen dalam tari, dan dibantu oleh kecapi sebagai

132
pemberi tempo. Pada adegan dua musik sedikit diturunkan dengan dibunyikan
secara pelan dan vokal dimainkan untuk membangun suasana. Selanjutnya
ketika vokal telah selesai, musik yang dimainkan hanya gambang untuk
memberi suasana sedikit tenang bercampur tegang. Pada adegan tiga musik
hening sejenak untuk memberi keadaan sunyi dan disusul bunyi didgeridoo
midi untuk menambah dalam suasana kesunyian tersebut, tetapi pada adegan
ini juga dapat dirasakan adanya perasaan seperti mencekam dan tertekan.
Sebelum menuju adegan berikutnya, terdapat koreografi gecul yang di dukung
permainan musik menyenangkan dan memberi kesan usil, lucu atau gecul.
Koreografi ini guna mencairkan suasana sebagai transisi menuju puncak
klimaks. Musik mulai dinaikkan pada adegan klimaks karena menggambarkan
tentang dmapak negatifdari ghibah yang diperkuat dengan vokal dan semua
instrumen yang dimainkan, sehingga membangun suasana kekacauan yang
menegangkan dan memberi perasaan tertekan pada adegan depresi. Adegan
klimaks ini diakhiri dengan musik hening. Pada musik hening ini menjadi tanda
mulai memasuki adegan lima, yaitu dengan suasana yang turun lebih jauh dari
adegan klimaks. Suasana hening pada adegan ini dilakukan dengan tidak
satupun musik yang dimainkan yang menggambarkan berhentinya kegiatan
ghibah tersebut, hanya tersisa penari yang membunyikan properti sampah
plastik dengan cara meremas ditengah keheningan sebagai tanda munculnya
ghibah lagi disaat manusia berusaha untuk menutup diri dari perilaku tersebut,
tetapi ghibah masih muncul lagi dan sebagai bukti bahwa ghibah tidak bisa
dihilangkan secara langsung, tetapi sebaiknya dikurangi dan dihindari. Musik
pada karya tari ini lebih banyak menggunakan permainan vokal, karena sesuai
dengan konsep ghibah yang lebih identik dengan bersuara, maka vokal pada
karya ini berperan penting untuk menyampaikan pesan-pesan yang tersirat
dalam gerak tiap adegan melalui lirik.

133
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Karya tari Ngresek merupakan karya yang mengusung tema dari
fenomena sosial ghibah yang sekaligus menjadi pengalaman empiris
koreografer. Ghibah memiliki konotasi yang negatif, karena merupakan
aktifitas bertukar informasi yang mengandung topik pembahasan tentang
keburukan orang lain. Perilaku tersebut tidak memiliki pengaruh yang baik
terhadap diri sendiri ataupun orang lain, sebaliknya ghibah hanya akan
menimbulkan dampak buruk yang menyebabkan munculnya kebencian dan
kesalahpahaman akibat terpengaruh oleh ucapan yang membahas keburukan
orang lain tersebut, bahkan dapat berakhir dengan terputusnya tali
persaudaraan dan dampak terburuknya berpengaruh pada gangguan psikologis.
Kebiasaan negatif dari ghibah tersebut yang seharusnya dihindari, oleh karena
itu koreografer menganalogikan ghibah sebagai perilaku nyampah, sebab
terdapat kesamaan sampah dengan perilaku tersebut, yaitu sama-sama tidak
bermanfaat dan hanya merugikan saja.
Karya tari Ngresek ini mengungkapkan tentang makna ghibah sebagai
perilaku yang nyampah. Analogi pada karya ini diwujudkan melalui
pengolahan ekspresi, gesture ghibah yang dikembangkan, dan aksi ghibah yang
dilakukan secara verbal, serta dengan memunculkan simbol-simbol yang dapat
menyampaikan pesan dari karya ini. Berdasarkan hal itu, mode penyajian pada
karya ini yaitu simbolis dan representatif yang memudahkan koreografer dalam
menata gerak maupun konsep agar mudah diterima oleh penonton.
Pertunjukan karya tari Ngresek disajikan dalam bentuk kemasan dance
theatre. Alasan koreografer memilih bentuk pertunjukan ini selain ingin
mencoba sesuatu yang baru dan belum banyak digunakan dalam pertunjukan
tari di universitas negeri surabaya yaitu, dengan adanya kebebasan dalam
menuangkan ide yang tidak ada batasan, dan dapat menyatukan unsur seni lain
seperti unsur musik dan teater yang dihadirkan diatas panggung untuk saling
interaksi dan bersinergi, sehingga hal itu mempermudah koreografer dalam

134
membantu mewujudkan konsep ghibah menjadi bentuk sajian karya tari
Ngresek ini. Konsep karya yang ingin divisualisasikan memerlukan
perancangan skenario yang terdiri dari adegan introduksi yang
menggambarkan kondisi manusia yang memiliki beban dalam kepala yang
berisi ucapan sampah yang tidak berguna dan hanya mengganggu. Adegan 1
menggambarkan suasana aktivitas ghibah dilingkungan sekitar, kemudian
adegan 2 mewujudkan situasi manusia yang menyadarkan orang lain terhadap
perilaku ghibah yang tidak baik, tetapi manusia sering tidak mengakui bahwa
dirinya juga melakukan ghibah tersebut. Adegan 3, menggambarkan tentang
manusia yang harus lebih banyak berkaca dan melakukan introspeksi diri, agar
dapat menyadari bahwa ghibah yang dilakukan dapat menimbulkan dampak
buruk. Pada adegan 4 kemudian dimunculkan berbagai dampak yang
ditimbulkan akibat ghibah. kemunculan dampak ini menjadi puncak klimaks
dari karya ini, dilanjutkan dengan adegan 5 atau anti klimaks yang
menggambarkan situasi seseorang yang berusaha untuk diam dan menahan diri
untuk tidak melakukan ghibah, namun disisi lain ghibah terus bermunculan
dilingkungan sekitarnya. Adegan-adegan tersebut disusun untuk memunculkan
alur karya dengan berbagai suasana yang berbeda pada tiap adegan. Alur karya
tersebut kemudian menciptakan dinamika suasana yang membentuk desain
dramatik kerucut ganda pada sajian karya tari ini.
Pengungkapan isi dari karya ini ditunjang oleh beberapa unsur
pendukung, seperti tata rias dan busana yang sederhana untuk mewujudkan
suasana santai pada kehidupan sehari-hari. Panggung prosceium yang
dilengkapi penataan cahaya berupa lampu par64, parLED dan fresnel LED
yang dibutuhkan untuk membantu membangun suasana selama pertunjukan
berlangsung. Suasana pada setiap adegan juga dapat dimunculkan melalui
bantuan instrumen kecapi, kendang bolong, kendang banyuwangi, sintren,
kluncing, slenthem, balungan gantung gayor, gambang, keyboard, bass
marakas, dan olah vokal yang dimainkan untuk membangun suasana yang
diinginkan. Selain itu, musik internal yang berasal dari kata verbal dan

135
permainan properti yang dilakukan oleh penari menjadi satu kesatuan yang
utuh dalam menyampaikan makna dari sebuah pertunjukan karya tari Ngresek.
5.2 Saran
Saran ini ditujukan kepada para pelaku seni, terutama bagi koreografer
muda yang akan mulai menciptakan sebuah mahakaryanya agar lebih
memperbanyak lagi dalam melakukan research terhadap tema yang akan
diusung. Reseacrh tersebut yang dapat membantu untuk memperbanyak materi
dan dapat mematangkan sebuah konsep karya. Seorang koreografer juga
diharapkan lebih berani untuk mengambil resiko atas pilihannya, dan tidak
takut untuk mencoba sesuatu hal yang baru bagi dirinya.

136

Anda mungkin juga menyukai