A 2019
LAPORAN ANTARA
KATA PENGANTAR
Sehubungan kontrak kerja antara KORLANTAS POLRI dengan PT. TEKNIK
EKSAKTA, mengenai pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Pembangunan
Indonesia Safety Driving Center (ISDC) di Polda Gorontalo maka bersama ini kami
sampaikan:
LAPORAN ANTARA
Dengan Laporan Antara ini, diharapkan akan dapat memenuhi dan membantu
tercapainya sasaran pekerjaan. Demikian kami ucapkan terima kasih atas
kepercayaan yang diberikan untuk penyelesaian pekerjaan ini.
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................ 2
1.3 Sasaran .................................................................................................. 3
1.4 Ruang Lingkup Pekerjaan ...................................................................... 3
1.5 Output atau Hasil Perencanaan ............................................................ 4
1.6 Gambaran Lokasi Pekerjaan .................................................................. 6
1.7 Dasar Hukum Pelaksanaan Kegiatan .................................................... 7
1.8 Metodologi dan Rencana Kerja .............................................................. 8
1.9 Uraian Tahapan Perencanaan ............................................................. 10
1.10 Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan ..................................................... 11
DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN
Gbr 1.1 Lokasi Kegiatan Pembangunan Indonesia Safety Driving Center
(ISDC) di Gorontalo ....................................................................... 6
Gbr 1.2 Kerangka Metodologi dan rencana kerja ....................................... 9
Gbr 1.3 Penugasan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung ....................... 17
Gbr 1.4 Struktur Organisasi Konsultan PT. TEKNIK EKSAKTA ............... 18
Gbr 1.5 Jadwal Kegiatan Perencanaan ISDC........................................... 19
DAFTAR TABEL
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. KRITERIA DESAIN
Tabel 2.1 Penggolongan Kendaraan Berdasar MKJI ................................ 22
Tabel 2.2 Penggolongan Kendaraan Berdasar Pedoman Teknis .............. 22
Tabel 2.3 Penggolongan Kendaraan Berdasar PT. Jasa Marga ............... 22
Tabel 2.4 Data/Parameter Golongan Kendaraan, LHR,
Pertumbuhan Lalu Lintas ........................................................... 23
Tabel 2.5 Faktor Distribusi Lajur ................................................................ 24
Tabel 2.6 Reability (R) disarankan ............................................................ 28
Tabel 2.7 Standar Normal Deviation (ZR) ................................................. 28
Tabel 2.8 Terminal Serviceability Index ..................................................... 29
Tabel 2.9 Loss of Support Factors (LS) ..................................................... 30
Tabel 2.10 Quality of Drainage .................................................................... 32
Tabel 2.11 Koefisien Pengaliran C (Binkot) ................................................. 33
Tabel 2.12 Koefisien Pengaliran C (Hidrologi) ............................................. 33
Tabel 2.13 Drainage Coefficient (Cd) .......................................................... 34
Tabel 2.14 Load Transfer Coefficient .......................................................... 35
BAB III. METODOLOGI PERENCANAAN
BAB IV. SURVEY DAN ANALISIS DATA
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Koordinat dan Elevasi ISDC ......................... 69
Tabel 4.2 Nilai Daya Dukung Tanah Hasil Sondir S.1 ............................... 79
Tabel 4.3 Nilai Daya Dukung Tanah Hasil Sondir S.3 ............................... 80
Tabel 4.4 Nilai Daya Dukung Tanah Hasil Sondir S.4 ............................... 81
Tabel 4.5 Kelebihan dan Kekurangan antara Jenis Perkerasan Lentur
dan Perkerasan Kaku ................................................................ 94
Tabel 4.6 Summary of DCP Test ............................................................... 95
Tabel 4.7 Tabel Tebal Plat Beton .............................................................. 96
Tabel 4.8 Taksiran Hitungan Plat Beton 18mm ....................................... 102
BAB
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, Direktorat Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas Korlantas
Polri memprogramkan kegiatan pembangunan ISDC sebagai sarana dan pusat
pendidikan lalulintas sehingga tujuan dari Undang-Undang 22 tahun 2009 dapat
terlaksana dengan baik dan menjamin keamanan dan keselamatan berlalulintas.
Laporan ini akan menguraikan dengan jelas tentang perencanaan pembangunan
ISDC di Gorontalo secara detail sampai pada pelaksanaan kegiatan konstruksi
dengan berdasarkan pada standar yang ada.
1.2.2 TUJUAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah ketersediaan perencanaan teknis pembangunan
Indonesia Safety Driving Center (ISDC) yang berwawasan lingkungan, serta
dokumen pelelangan sesuai dengan rencana menggunakan standar prosedur
yang berlaku guna tercapainya mutu pekerjaan perencanaan, tercapainya
penyelesaian penanganan masalah-masalah yang sifatnya khusus serta
1.3 SASARAN
Sasaran yang dicapai dari pekerjaan ini adalah :
1. Tersediannya dokumen perencanaan teknis pembangunan Gedung dan
Bangunan Indonesia Safety Driving Center (ISDC) yang efektif dan efisien
yang dapat di pertanggungjawabkan secara cepat, tepat, akurat, transparan
dan akuntabel.
2. Tercapainya Penyelesaian penanganan masalah sehingga tingkat
pelayanan ISDC yang diinginkan selama umur rencana dapat tercapai.
1. Laporan Pendahuluan
4. Laporan Akhir/DED
6. Animasi dan 3D
16. Peraturan dan standar-standar teknis seperti : PBI, SNI, SKBI, dan SKSNI
17. Dokumen Pemilihan Jasa Kosultan perencanaan pembangunan ISDC
Gorontalo T.A. 2019 tanggal 11 Mei 2019.
2. Tahapaan Pra-Rancangan
4. Tahapaan Rencana Detail, Rencana Kerja dan Syarat dan Rencana Anggaran
Biaya.
5. Tahap Pelelangan
a) Tenaga Ahli
Hasil perencanaan dan penyusunan laporan dari Konsultan akan diasistensikan
kepada Project Officer (Pihak Pengguna Jasa), dan untuk setiap laporan yang
tersusun dipresentasikan/dilakukan pembahasan dihadapan Tim Teknis.
Tenaga Ahli yang dibutuhkan untuk Pekerjaan ini meliputi :
1) Ketua Tim (Team Leader)
Penanggung Jawab kegiatan bertanggung jawab terhadap kegiatan secara
keseluruhan. Penanggung Jawab Kegiatan adalah seorang sarjana teknik
Sipil ahli jalan yang telah berpengalaman dalam bidangnya sekurang-
kurangnya 10 (Sepuluh) tahun.
Tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan semua
kegiatan dan personil yang terlibat dalam pekerjaan ini sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik serta mencapai hasil yang
diharapkan.
Mempersiapkan petunjuk pelaksanaan kegiatan, baik dalam tahap
pengumpulan data, pengolahan dan penyajian akhir dari hasil
keseluruhan pekerjaan.
3) Ahli Struktur.
Perencana Ahli Struktur bertanggung jawab dalam bidang Sipil, yang terdiri
dari 1 (satu) orang Tenaga Ahli Sipil Struktur. Perencana Ahli sipil bangunan
adalah sarjana teknik Sipil/Struktur yang telah berpengalaman dalam
bidangnya sekurang-kurangnya 8 (Delapan) Tahun;
6) Ahli Mekanikal/Elektrikal
Perencana Ahli Mekanikal/Elektrikal bertanggung jawab dalam bidang
Mekanikal/Elektrikal, yang terdiri dari 1 (satu) orang Tenaga Ahli
Mekanikal/Elektrikal. Perencana Ahli Mekanikal/Elektrikal adalah sarjana
teknik Mesin atau Elektro yang telah berpengalaman dalam bidangnya
sekurangkurangnya 8 (Delapan) Tahun.
Tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
Mendukung dan memberi input terhadap design yang dihasilkan
Konsultasi dengan team design lainnya
Mengadakan review dan diskusi
Mengumpulkan serta mengolah data dan informasi lapangan
Perencanaan jaringan air bersih
Perencanaan jaringan Air Kotor
Mempersiapkan bahan-bahan untuk pemaparan
Bertanggungjawab atas hasil perencanaan pada bidangnya
Mendukung dan memberi input terhadap design yang dihasilkan
Memberikan informasi kepada Elektrikal & Quantity Surveyor
Konsultasi dengan team design lainnya
Mengadakan review dan diskusi
Mengumpulkan serta mengolah data dan informasi lapangan
Perencanaan jaringan PJU
Perencanaan jaringan telepon
Perencanaan jaringan Instalasi Listrik di Dalam Gedung
c) Tenaga Pendukung
Dalam pelaksanaan setiap pekerjaan, diperlukan beberapa tenaga pendukung
berupa drafter Caad untuk membantu dalam desain, Surveyor yang akan
membantu dalam melakukan pemetaan lahan di lapangan dan administrasi.
A. TENAGA AHLI
1 Team Leader
2 Ahli Sipil Bangunan
3 Ahli Sipil Struktur
4 Ahli Geoteknik
5 Ahli Arsitektur
6 Ahli Geodesi
7 Ahli Mekanikal
C. TENAGA PENDUKUNG
1 Cost Estimator
2 Surveyor
3 Drafter Cad
4 Administrasi
5 Operator Komputer
1 TAHAP PENDAHULUAN
1.1 PERSIAPAN
● Mobilisasi
● Koordinasi dan Konfirmasi
● Persiapan Data-data Sekunder
2 TAHAP ANTARA
2.1 SURVEY DETAIL
● Survey Topografi
● Survey Goteknik
3 TAHAP AKHIR
3.1 ANALISIS
● Penyelidikan Tanah
● Perencanaan Struktur Bangunan
● Perencanaan Teknis Perkerasan Beton
● Perencanaan Fasum
● Perencanaan Mekanikal Elektrikal
BAB
KRITERIA DESAIN
No. Golongan
kendaraan
1 Golongan 1
2 Golongan 1 au
3 Golongan 2 a
4 Golongan 2 a au
5 Golongan 2 b
Data yang dibutuhkan untuk perencanaan dari parameter lalu-lintas harian rata-
rata dan pertumbuhan lalu-lintas tahunan, untuk memudahkan dalam analisis,
disajikan dalam suatu tabel (lihat Tabel 2.4.), dalam tabel ini digabungkan
sekalian data / parameter vehicle damage factor (VDF).
Data yang dibutuhkan untuk perencanaan dari parameter lalu-lintas harian rata-
rata dan pertumbuhan lalu-lintas tahunan, untuk memudahkan dalam analisis,
disajikan dalam suatu tabel (lihat Tabel 2.4.), dalam tabel ini digabungkan
sekalian data / parameter vehicle damage factor (VDF).
Jenis kendaraan.
Damage factor.
Umur rencana.
Faktor distribusi arah : DD = 0,3 – 0,7 dan umumnya diambil 0,5 (AASHTO
1993 hal. II-9). Faktor distribusi lajur (DL), mengacu pada Tabel 2.5.(AASHTO
1993 halaman II-9).
Tabel 2.5. : Faktor distribusi lajur (DL).
1 100
2 80 – 100
3 60 – 80
4
dimana :
W18 = Traffic design pada lajur lalu-lintas, Equivalent Single
Axle Load. LHRj = Jumlah lalu-lintas harian rata-rata 2
arah untuk jenis kendaraan j.
VDFj = Vehicle Damage Factor untuk jenis kendaraan j.
DD = Faktor distribusi arah.
DL = Faktor distribusi lajur.
N1 = Lalu-lintas pada tahunpertama jalan dibuka.
Nn = Lalu-lintas pada akhir umur rencana.
dimana :
Wt = Jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif
W18 = Beban gandar standar kumulatif selama 1 tahun.
n = Umur pelayanan, atau umur rencana UR (tahun).
g = perkembangan lalu-lintas (%)
a) Pelat beton
b) Wet lean concrete Kuat tekan (benda uji silinder 15 x 30 cm) : fc’ =105
kg/cm2 Sc’ digunakan untuk penentuan paramater flexural strength, dan
fc’ digunakan untuk penentuan parameter modulus elastisitas beton (Ec).
Peramalan lalu-lintas.
Pelaksanaan konstruksi.
Reliability (R) mengacu pada Tabel 2.6. (diambil dari AASHTO 1993
halaman II-9).
Standard normal deviate (ZR) mengacu pada Tabel 2.7. (diambil dari
AASHTO 1993 halaman I-62).
Standard deviation untuk rigid pavement : So = 0,30 – 0,40 (diambil dari
AASHTO 1993 halaman I-62).
R (%) ZR R (%) ZR
50 - 93 -
0,000 1,476
60 - 94 -
0,253 1,555
75 - 96 -
0,674 1,751
80 - 97 -
0,841 1,881
85 - 98 -
1,037 2,054
90 - 99 -
1,282 2,327
91 - 99,9 -
1,340 3,090
92 - 99,99 -
1,405 3,750
2) Serviceability
MR = 1.500 x CBR
MR
k=
19,4
MR = Resilient modulus.
No Tipe material LS
1. Cement Treated Granular Base ( E = 1.000.000 – 2.000.000 psi ) 0–1
2. Cement Aggregate Mixtures ( E = 500.000 – 1.000.000 psi ) 0–1
3. Asphalt Treated Base ( E = 350.000 – 1.000.000 psi ) 0–1
Pendekatan nilai modulus reaksi tanah dasar dari referensi / literatur adalah
Pendekatan nilai Modulus Reaksi Tanah Dasar (k) dapat menggunakan hubungan
nilai CBR dengan k. Diambil dari literatur Highway Engineering (Teknik Jalan
Raya), Clarkson H Oglesby, R Gary Hicks, Stanford University & Oregon State
University, 1996.
5700
Dimana :
Ec = Modulus elastisitas beton (psi).
fc’ = Kuat tekan beton, silinder (psi).
Kuat tekan beton fc’ ditetapkan sesuai pada Spesifikasi pekerjaan (jika ada
dalam spesifikasi). Di Indonesia saat ini umumnya digunakan : fc’ = 350
kg/cm2.
5) Flexural Strength
Flexural strength (modulus of rupture) ditetapkan sesuai pada Spesifikasi
pekerjaan. Flexural strength saat ini umumnya digunakan : Sc’ = 45 kg/cm2 =
640 psi.
Penetapan variable pertama mengacu pada Tabel 2.10. (diambil dari AASHTO
1993 halaman II-22), dan dengan pendekatan sebagai berikut :
a) Air hujan atau air dari atas permukaan jalan yang akan masuk kedalam
pondasi jalan, relatif kecil berdasar hidrologi yaitu berkisar 70 – 95 %air
yang jatuh di atas jalan aspal / beton akan masuk ke sistem drainase
(sumber : BINKOT Bina Marga & Hidrologi Imam Subarkah). Kondisi ini
dapat dilihat acuan koefisien pengaliran pada Tabel 2.11. & 2.12.
b) Air dari samping jalan yang kemungkinan akan masuk ke pondasi jalan,
inipun relatif kecil terjadi, karena adanya road side ditch, cross drain, juga
muka air tertinggi di-desain terletak di bawah subgrade.
c) Pendekatan dengan lama dan frekuensi hujan, yang rata-rata terjadi
hujan selama 3 jam per hari dan jarang sekali terjadi hujan terus menerus
selama 1 minggu.
Maka waktu pematusan 3 jam (bahkan kurang bila memperhatikan butir b.)
dapat diambil sebagai pendekatan dalam penentuan kualitas drainase,
sehingga pemilihan mutu drainase adalah berkisar Good, dengan
pertimbangan air yang mungkin masih akan masuk, quality of drainage
diambil kategori Fair.
Untuk kondisi khusus, misalnya sistem drainase sangat buruk, muka air
tanah terletak cukup tinggi mencapai lapisan tanah dasar, dan sebagainya,
dapat dilakukan kajian tersendiri.
Excellent 2 jam
Good 1 hari
Fair 1 minggu
Poor 1 bulan
Very poor Air tidak terbebaskan
2. Bahu jalan :
- Tanah berbutir halus 0,40 – 0,65
- Tanah berbutir kasar 0,10 – 0,20
- Batuan masif keras 0,70 – 0,85
- Batuan masif lunak 0,60 – 0,75
Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990,
Binkot, Bina Marga, Dep. PU, 1990.
7) Load Transfer
Load transfer coefficient (J) mengacu pada Tabel 2.14. (diambil dari AASHTO
1993 halaman II-26), dan AASHTO halaman III-132.
Pavement type
1. Plain jointed & jointed 3.2 3.8 – 4.4 2.5 – 3.1 3.6 – 4.2
reinforced
2. CRCP 2.9 – 3.2 N/A 2.3 – 2.9 N/A
2) Beban Mati.
Beton bertulang sebesar 2400 kg/m3.
Adukan dari semen per cm tebal sebesar 21 kg/m2.
Dinding pasangan batu merah setengah batu 250 kg/m2.
Asbes dan penggantung 18 kg/m2.
Penutup atap genting dengan reng dan usuk 40 kg/m2.
Penutup lantai per cm tebal 24 kg/m2.
3) Beban Angin.
Beban angin untuk atap 25 kg/m2.
1) Metode Teresteris
Pada dasamya pemetaan topografi ini terbagi atas tiga macam
pekerjaan, yaitu pengukuran topografi, pengolahan data ukuran dan
pencetakan peta. Dalam metode teritris ini, semua pekerjaan
pegukuran topografi dilakukan dilapangan dengan menggunakan
peralatan ukur seperti : Theodolit; waterpas; alat ukur jarak; serta
peralatan modem lainnya (GPS, total station dan lainya). Pengukuran
topografi adalah pengukuran posisi dan ketinggian titik-titik kerangka
pemetaan serta pengukuran detail topografi, sehingga dapat
digambarkan diatas bidang datar dalam skala tertentu. Yang dimaksud
dengan kerangka pemetaan adalah jaringan titik kontrol (X, Y) dan (h)
yang akan digunakan sebagai referensi pengukuran dan titik kontrol
pengukuran (Subagio, 2000).
2) Metode Fotogrametris
Pengukuran detail topografi (pengukuran situasi) selain dapat
dilakukan langsung dilapangan dapat pula dilakukan dengan teknik
pemotretan dari udara sehingga dalam waktu yang singkat dapat
terukur atau terpotret daerah yang seluas mungkin. Dalam
metode fotogametri ini, pengukuran dilapangan masih diperlukan
khususnya untuk menentukan titik kontrol tanah yang diprlukan dalam
proses fotogametris selanjutnya. Pada dasarnya metode
fotogametris ini mencakup fotogametris metrik dan interprestasi citra.
Fotogametris metrik merupakan ilmu dan teknik pengukuran citra,
sedangkan interprestasi citra merupakan pengenalan serta identifikasi
suatu objek pada foto. Dengan metode fotogametris ini, pengukuran
tidak perlu dilakukan lansung dilapangan tetapi cukup dilaksanakan di
laboratorium melalui pengukuran pada citra foto.
Peta topografi adalah jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan
detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern.
Sebuah peta topografi biasanya terdiri dari dua atau lebih peta yang
tergabung untuk membentuk keseluruhan peta. Sebuah garis kontur
merupakan kombinasi dari dua segmen garis yang berhubungan
namun tidak berpotongan, ini merupakan titik elevasi pada peta
topografi. Pusat Informasi Peta Topografi Kanada memberikan definisi
untuk peta topografi sebagai berikut: Sebuah peta topografi adalah
representasi grafis secara rinci dan akurat mengenai keadaan alam di
suatu daratan. Penulis lain mendefinisikan peta topografi dengan
membandingkan mereka dengan jenis lain dari peta, mereka dibedakan
dari skala kecil "peta sorografi" yang mencakup daerah besar, "peta
planimetric" yang tidak menunjukkan elevasi, dan "peta tematik" yang
terfokus pada topik tertentu.
Gambar 2.2.
Peta Rupa Bumi (RBI) adalah salah satu contoh peta topografi
karena menyajikan informasi ketinggian melalui garis kontur
Peta topografi dikategorikan berdasarkan skala dan jenis. Dan skala peta
topografi dibagi ke dalam empat kategori. Yaitu skala kecil, menengah,
besar, dan detil/teknis/kadaster.
1) Kecil. Peta dengan skala 1:1.000.000 dan lebih kecil digunakan untuk
perencanaan umum dan untuk studi strategis. Peta skala kecil standar
memiliki skala 1:1.000.000. Peta ini meliputi area yang sangat besar
dengan mengorbankan detail.
2) Menengah. Peta dengan skala lebih besar dari 1:1.000.000 tetapi lebih
kecil dari 1:75.000 digunakan untuk perencanaan operasional. Peta ini
mengandung detail dengan jumlah sedang. Peta skala menengah
standar memiliki skala 1:250.000. Ada juga peta dengan skala
1:100.000.
3) Besar. Peta dengan skala 1:75.000 dan lebih besar digunakan untuk
perencanaan taktis, administrasi, dan logistik. Peta jenis inilah yang
sering ditemukan dan digunakan pihak militer. Peta skala besar standar
1:50.000, namun banyak daerah telah dipetakan dengan skala
1:25.000.
Prinsip Keja DCP adalah bahwa kecepatan penetrasi dari konus ketika ditekan
oleh kekuatan standar, sebanding dengan kekuatan bahan yang diukur. Bila
lapis perkerasan jalan memiliki kekuatan yang berbeda, lingkunga lapisan-
BAB
METODOLOGI PERENCANAAN
3.1 TEKNIS PENGUMPULAN DATA
Di dalam tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai awal (inisiasi)
dari seluruh rangkaian kegiatan yang direncanakan. Hasil tahap persiapan ini
akan sangat mempengaruhi proses yang dilakukan dalam tahap selanjutnya.
Secara umum kegiatan utama di dalam tahap persiapan ini, yakni :
1) Mobilisasi
2) Koordinasi & Konfirmasi
3) Persiapan data-data sekunder
Jenis data yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi data sekunder dan data
primer. Data sekunder dikumpulkan dari dokumen-dokumen yang ditebitkan
instansi berwenang maupun dari sumber yang relevan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Data primer diperoleh dari pengumpulan langsung di
lapangan, baik melalui pengukuran terestris maupun pengambilan sampel
lapangan sesuai dengan kebutuhan. Pada Sub Bab ini teknik beserta jenis data
yang dikumpulkan diuraikan secara rinci.
1. Data Topografi
Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data peta topografi yang
sudah ada. Peta topografi yang dikumpulkan harus menampilkan kondisi tata
guna lahan pada daerah studi, dimana kondisi tataguna lahan akan
berpengaruh terhadap desain perencanaan.
2. Data Geologi
Data geologi dalam hal ini adalah peta geologi yang berisi informasi satuan
B. Survey Detail
Untuk mengetahui secara rinci semua asumsi yang digunakan dalam tahap
perencanaan serta mendapat parameter penting bagi perencana,
diperlukan serangkaian studi detail pengumpulan data. Kegiatan yang
dilakukan pada tahapan ini meliputi :
1) Titik Kontrol Tanah
a) Titik Kontrol Horizontal
Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem
poligon.
Titik ikat BM harus dijadikan sebagai titik poligon. Sisi poligon
Tujuan survey topgrafi adalah untuk mengukur selisih tinggi (ΔH) tiap patok
yang telah ditentukan sehingga apabila ketinggian awal diketahui maka
ketinggian titik-titik lain dapat diketahui/dicari. Alat yang digunakan :
1) Persawat ukur Total Station
2) Prisma Poligon
3) Alumunium Tripod
4) Prisma Single
5) Pole stik
6) Kompass
7) Meteran 50 m
8) GPS
Ketentuan teknis :
1) Jarak antara 2 titik tidak terhalang atau terpengaruh oleh hambatan-
hambatan, misalnya : Undulasi udara, Fatamorgana, bangunan-
bangunan, pohon, dsb.
2) Pada waktu pembacaan pole stick tidak berdiri diatas patok, melainkan
diatas tanah.
3) Ketinggian titik awal (BM0) telah di tentukan
Langkah/Tahapan :
1) Mensetting alat
Stabilkan kedudukan pesawat agar kedudukannya tidak bergerak.
Setimbangkan nivo melalui penyetel (3 Sekrup Penyetel)
Pada Total station, semua data sudut telah terekam oleh alat TS. Tidak ada
perhitungan manual mengenai sudut apabila menggunakan TS.
Perkerasan beton semen sebagai perkerasan kaku bersifat sebagai single layer
system, yang terdiri atas Plat Beton Mutu Tinggi sebagai lapis pondasi, yang
berfungsi memikul seluruh beban lalu lintas di atasnya untuk diteruskan ke tanah
dasar pada daerah yang relatif jauh lebih luas dibandingkan dengan perkerasan
lentur, sehingga tegangan maksimum yang diterima oleh tanah dasar sangat
kecil (0,2 – 0,3 kg/cm2 ). Lapis pondasi bawah (lean concrete atau batu pecah)
disini tidak diperhitungkan memikul beban (berfungsi non-struktural).
Gambar 3.4. Distribusi tegangan akibat beban lalu lintas pada permukaan Tanah
Dasar (Subgrade) oleh Perkerasan Kaku (Rigid Pavement).
Sambungan dibuat pada arah melintang dan pada arah memanjang plat beton.
Secara lebih khusus dapat disebutkan, fungsi sambungan pada arah melintang
adalah untuk mengakomodasi gerakan susut dari plat beton; sedangkan fungsi
sambungan pada arah memanjang adalah untuk mengakomodasi gerakan
lenting dari pelat beton akibat panas-dingin pada siang dan malam hari.
sambungan yang dekat. Pada perkerasan kaku dengan tulangan (JRCP), dan
bahkan pada perkerasan kaku dengan tulangan menerus (CRCP) dimana tidak
diperlukan sambungan susut, retak-retak susut akan terjadi tetapi lebarnya
dibatasi dengan cara dipegang oleh besi tulangan.
Pada setiap sambungan pada umumnya diperkuat dengan besi sebagai tulangan
sambungan, yang berfungsi sebagai penyambung plat beton yang sudah putus
(akibat retak). Tulangan sambungan melintang susut (contraction joint), dan
tulangan sambungan melintang pelaksanaan (construction joint) disebut Dowel
(Ruji); sedangkan tulangan sambungan memanjang disebut Tie Bar (Batang
Pengikat).
Sambungan diupayakan sesuai dengan pola retak alami plat beton, dan pada
setiap celah sambungan (bekas penggergajian / saw cut) harus diisi dengan joint
sealant. Dalam konstruksi perkerasan beton semen dikenal dua jenis tulangan
sesuai dengan fungsinya, yaitu Tulangan Sambungan dan Tulangan Plat Beton.
Bahan pengisi (Filler) untuk sambungan ekspansi (Expansion Joint Filler) harus
menerus dari acuan ke acuan, dibentuk sampai tanah dasar (subgrade) dan
sampai bertemu sambungan memanjang. Bila menggunakan bahan pengisi
sambungan pracetak (Freform Joint Filler) harus disediakan dengan panjang
yang sama dengan lebar jalan atau sama dengan lebar satu lajur. Bahan pengisi
yang rusak atau yang sudah diperbaiki tidak boleh digunakan lagi.
Bahan pengisi sambungan ini harus ditempatkan pada posisi vertikal. Alat bantu
atau pemegang yang disetujui harus digunakan untuk menjaga agar bahan
pengisi tetap pada garis dan alinyemen yang semestinya, selama penghamparan
dan finishing beton. Perubahan posisi akhir sambungan tidak boleh lebih dari 5
mm pada alinyemen horisontalnya menurut garis lurus. Bila bahan pengisi
dipasang berupa bagian-bagian, maka diantara unit-unit yang berdekatan tidak
boleh ada celah. Pada sambungan ekspansi itu tidak boleh ada sumbatan atau
gumpalan beton.
Penggergajian dilakukan sedalam tidak kurang dari 1/4 tebal plat beton dan tegak
lurus pada permukaan plat beton, di tempat-tempat yang telah ditentukan. Untuk
beton dengan perkuatan serat baja (steel-fiber reinforcement) kedalaman
penggergajian adalah 1/3 tebal plat beton. Penggergajian harus dilakukan antara
jam ke-4 sampai jam ke-18 setelah pengecoran plat beton, maksimum sampai
jam ke-24. Kecepatan penggergajian tergantung pada kekerasan beton dan
kualitas gergaji (saw blade) yang dipergunakan. Biasanya sekitar 1 meter per
menit untuk penggergajian sampai dengan 50 mm. Pada waktu penggergajian,
perlu diperhatikan:
1) Harus tepat lokasi (diberi tanda sebelumnya pada bekisting);
2) Harus tepat kedalaman (1/4 tebal plat);
3) Harus tepat waktu (antara jam ke-4 sampai jam ke-24)
Bila dalam waktu penghentian itu campuran beton tidak cukup untuk membuat
perkerasan sepanjang minimum 3 m, maka kelebihan beton pada sambungan
sebelumnya harus dipotong dan dibuang Sambungan Pelaksanaan dibuat
dengan cara memasang bekisting melintang dan dowel antara plat yang dicor
sebelumnya dengan plat yang dicor berikutnya.
Apabila campuran beton diangkut dengan alat angkut yang tidak bergerak (non-
agitating), jangka waktu terhitung mulai semen dan air dimasukkan ke dalam
mesin pengaduk hingga selesai pengangkutan ke lokasi pengecoran tidak boleh
melebihi 45 menit untuk beton normal dan tidak boleh melebihi 30 menit untuk
beton yang memiliki sifat mengeras lebih cepat atau temperatur beton ≥ 30 o C.
Apabila menggunakan truck mixer atau truck agitator maka jangka waktu tersebut
dapat diijinkan hingga 60 menit untuk beton normal tetapi harus lebih pendek lagi
untuk beton yang mengeras lebih cepat atau temperatur beton ≥ 30 o C.
Penuangan campuran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi
segregasi. Tinggi jatuh campuran beton harus dijaga antara 0,90 – 1,50 m
tergantung dari konsistensi (nilai slump) campuran beton.
Setelah sambungan dan tepian selesai dirapikan, dan sebelum bahan perawatan
(curing) digunakan, permukaan beton harus dibuat bertekstur dengan cara
dikasarkan. Pengkasaran permukaan beton ini dapat dilakukan dengan salah
satu dari dua cara berikut:
Cara brushing dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar tidak
kurang dari 450 mm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru adalah
100 mm dengan masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat harus
Cara lain, ialah dengan menutup seluruh permukaan yang terbuka dengan burlap
atau karung goni yang selalu dibasahi sekurang-kurangnya selama 7 hari. Curing
compound harus disemprotkan segera selama permukaan beton belum
mengering.
Acuan dari beton yang baru dihamparkan tidak boleh dibongkar sebelum
mencapai waktu paling sedikit 12 jam. Acuan harus dibongkar dengan hati-hati
agar beton tidak rusak. Setelah dibongkar, bagian sisi plat beton harus dirawat
(curing). Daerah rongga (honey comb) yang kecil harus dibersihkan, dibasahi dan
ditambal / didempul dengan adukan semen kental dengan perbandingan 1
semen dan 2 agregat halus. Rongga yang besar dianggap sebagai kerusakan,
harus dibongkar dan diganti. Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0
m panjangnya atau kurang dari lebar seluruh lajur yang terkena pembongkaran.
Bagian yang tersisa dari pembongkaran yang berdekatan dengan sambungan
yang panjangnya kurang dari 3,0 m harus ikut dibongkar dan diganti.
BAB
Selain titik titik tetap di atas juga dipasang patok-patok di lapangan yang dijadikan
sebagai titik berdiri instrumen (titik bantu) berupa patok-patok kayu dengan
diameter ± 5 cm dan panjang 40 cm serta di tanam kuat-kuat dengan bagian
yang muncul di permukaan tanah masih tampak secukupnya dan mudah
ditemukan kembali.
Pengukuran cross section dan long section dilakukan pada daerah ISDC dengan
uraian sebagai berikut:
Cross section diukur dengan interval 20 meter sepanjang alinemen lahan
pekerjaan
Long section diukur dengan interval 25 meter sepanjang alinemen lahan
pekerjaan.
Berikut hasil perhitungan koordinat dan elevasi dari lokasi pekerjaan ISDC.
Kordinat Elevasi
No Keterangan
X Y Z
1 67835 503679 3,22 BM 0
2 67834,995 503688,961 3,379 UTARA
3 67776,345 503730,344 5,97 BM.1
4 67783,887 503755,905 6,515 BM.2
5 67804,662 503749,531 4,987 BM.3
6 67823,496 503742,864 3,951 BM.4
7 67842,274 503735,893 3,382 BM.5
8 67861,045 503728,959 3,113 BM.6
9 67879,914 503722,44 2,688 BM.7
10 67868,268 503699,89 2,343 BM.8
11 67855,411 503678,469 2,159 BM.9
12 67849,331 503655,131 1,644 BM.10
13 67788,462 503725,068 5,705 BM.10
14 67782,285 503703,003 4,971 BM.11
15 67777,203 503679,03 3,851 BM.11
Kordinat Elevasi
No Keterangan
X Y Z
19 67793,963 503611,87 1,631 BM.15
20 67813,916 503609,387 1,025 BM.16
21 67845,148 503654,66 2,127 P. ALAT
22 67844,487 503658,545 1,964 P.ALAT
23 67845,107 503654,653 2,133 BS
24 67840,96 503631,606 1,086 BM.17
25 67836,155 503605,475 0,44 BM.18
26 67781,565 503745,684 6,205 CP.1
27 67800,66 503738,241 5,244 CP.2
28 67818,061 503731,053 4,223 CP.3
29 67832,781 503721,202 3,652 CP.4
30 67853,949 503711,586 3,169 CP.5
31 67797,898 503722,095 5,34 CP.6
32 67817,643 503712,929 4,348 CP.7
33 67831,174 503705,826 3,823 CP.8
34 67849,066 503695,422 3,259 CP.9
35 67795,969 503699,563 4,738 CP.10
36 67811,279 503695,124 4,043 CP.11
37 67828,534 503688,679 3,452 CP.12
38 67841,676 503684,13 3,197 CP.13
39 67849,587 503681,462 2,536 CP.14
40 67791,628 503680,366 4,281 CP.15
41 67803,683 503677,778 3,895 CP.16
42 67816,629 503671,999 3,417 CP.17
43 67831,764 503668,675 2,429 CP.18
44 67842,711 503664,306 2,031 CP.19
45 67843,468 503651,766 2,077 CP.20
46 67839,572 503652,907 2,783 CP.21
Kordinat Elevasi
No Keterangan
X Y Z
58 67758,425 503635,051 3,028 CP
59 67777,905 ,503630.721 2,247 CP
60 67793,414 503630,041 2,204 CP
61 67813,679 503626,591 2,137 CP
62 67831,364 503619,511 1,952 CP
63 67858,019 503720,752 2,49 SUNGAI MATI
64 67877,815 503716,299 0,66 SUNGAI MATI
65 67848,586 503724,508 2,756 SUNGAI MATI
66 67859,398 503707,654 2,482 SUNGAI MATI
67 67870,366 503702,66 1,059 SUNGAI MATI
4.2.1 Sondir
Bentang alam lokasi pelaksanaan sondir Rencana Pembangunan
ISDC Polda Gorontalo di Desa Tinelo, Kecamatan Telaga Biru,
Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo merupakan satuan daerah
pedataran aluvial, yang dipengaruhi aktivitas pengendapan Danau
Limboto. Satuan ini mempunyai kemiringan medan relatif rendah,
bersudut lereng ≤ 15% dengan elevasi < 200,0 meter di atas muka
laut (lihat Gambar 4.12).
2) Pondasi Bawah
Bahan Pondasi bawah dapat berupa :
Bahan Berbutir
Beton Kurus giling padat (lean rolled concrete)
Campuran Beton Kurus (lean mix concrete)
Lapis pondasi bawah perlu diperlebar sampai 60 cm di luar tepi
perkerasan beton semen. Tebal lapisan pondasi minimun 10 cm yang
paling sedikit mempunyai mutu sesuai dengan SNI 03-6388-2000 dan
AASHTO M-155 serta SNI 03-1743-1989. Bila direncanakan
perkerasan beton semen bersambung tanpa ruji, pondasi bawah harus
menggunakan campuran beton kurus.
Material berbutir tanpa pengikat harus memenuhi persyaratan sesuai
SNI 03-6388-2000. Persyaratan dan gradasi pondasi bawah harus
sesuai dengan kelas B. Sebelum pekerjaan dimulai, bahan pondasi
bawah harus diuji gradasinya.
3) Beton Semen
Kekuatan beton semen harus dinyatakan dalam nilai kuat tekan beton
umur 28 hari, yang di dapat dari hasi pengujian laboratorium. Dalam
perencanaan ISDC, di gunakan kuat tekan beton fc- 20 Mpa. Semen
yang akan digunakan untuk pekerjaan beton harus dipilih dan sesuai
dengan lingkungan dimana perkerasan akan dilaksanakan.
4) Umur Rencana
Umumnya perkerasan beton semen dapat direncanakan dengan umur
rencana 20 tahun sampai 40 tahun.
6) Sambungan
Sambungan pada perkerasan beton semen ditujukan untuk :
Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan
oleh penyusutan, pengaruh leting serta beban lalulitas.
Memudahkan pelaksanaan
Mengakomodasi gerakan pelat.
Sambungan yang digunakan dalam perencanaan ISDC ada
sambungan dowel, dengan menggunakan besi D14
Untuk panjang pelat kurang dari 5 atau 6 m (20 ft), maka volume tulangan
bisaanya bisa diabaikan. Lapisan CTB (cement treated base) menambah
daya dukung struktur perkerasan, dan membantu transfer beban melintasi
sambungan, baik sambungan dowel, maupun tanpa dowel.
Dari data CBR diatas, yang paling minimum adalah 15.40 dan terbesar
adalah 52.87 , data yang dipakai untuk desain adalah yang terkecil. Jika
perkerasan direncanakan menggunakan perkerasan lentur maka pondasi
bawah lebih tebal dibandingkan dengan perkerasan kaku. Pasalnya dengan
CBR tanah dasar 15.40 harus diperbaiki menjadi persyaratan CBR standard
perkerasan jalan yaitu 6%. Jika menggunakan perkerasan kaku pondasi
lebih tipis karena dapat distabilisasi dengan beton kurus (lean concrete).
Maka dapat di simpulkan bahwa pada pekerjaan Pembangunan ISDC
Gorontalo digunakan Perkerasan Kaku dengan perhitungan struktur beton
sebagai berikut:
Ruji/Dowel D28-300
3600
Lajur Kiri
ARAH MELINTANG
7200
Tie Bar Ø 16 -550
3600
Lajur Kanan
Bahu Dalam
ARAH MEMANJANG
5000 5000
Bahan Penutup
Selubung Plastik/
Cat anti Karat
180
Bahan Penutup
Selubung Plastik/
Cat anti Karat
180
350 350
Membran
(polyethene) Tie Bars Ø16 mm
Dari grafik dan tabel perhitungan beton bertulang, (Ir. W.C Vis). Maka
digunakan tulangan Ø6 – 100 (As = 262,7mm²) (dapat
menggunakan wire mash ukuran 5,4 x 2,1 m2)
5400
2100
b) Tulangan melintang
. . . .
.
.
, ( , ) , , .
As = 80,4 mm2/m'
Asmin = 0,1% x 180 x 1000 = 180 mm2/m' > Asperlu. Dari grafik dan
tabel perhitungan beton bertulang, (Ir. W.C Vis) Maka digunakan
tulangan Ø6– 100 (As = 262,7mm²). (dapat menggunakan wire mash
ukuran 5,4 x 2,1 m2)
a) Tulangan memanjang
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan: % rusak fatik lebih kecil dari 100% (tebal
pelat aman) , dari tebal taksiran pelat beton 16, 17, dan 18 mm, Maka tebal pelat
3) Analisa Struktur
Referensi dan peraturan yang digunakan dalam perencanaan
struktur antara lain :
4) Perencanaan Plat
A. Data Perencanaan Plat
Pengecoran plat direncanakan cor ditempat ( cast in site )
dengan bantuan perancah dan bekisting.
Mutu beton K 250 ( f’c = 20 Mpa ).
Elastisitas beton sesuai SK SNI T–15–1991–03,pasal
3.1.5 yaitu: Ec = 4700 f ' c = 21019,04 Mpa.
B. Perhitungan Pembebanan
1) Plat lantai ( hf =125 mm ).
Beban mati ( qd ).
Berat sendiri plat = 0,125 x 2400 = 300 kg/m2.
Penutup lantai = 0,5 x 24 = 12 kg/m2.
Spesi lantai =2 x 21 = 42 kg/m2.
Plafound & penggantung = 18 kg/m2.
qd = 372 kg/m2.
Beban hidup diasumsikan sama semua sebesar ( ql ) = 250
kg/m2.
Beban terfaktor ( qu )
qu = 1,2 (372 ) + 1,6 ( 250 ) = 846 kg/m2.
3000
A B C D E F G H I
400 400 400 400 400 400 300 300
1 1
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
400
400
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
2 2
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120
400
400
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
3 3
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
1900
300
Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120
4
700
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120 Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
400
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
5 5
Ø 10 - 120 Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
400
Ø 10 - 120
Ø 10 - 120 Ø 10 - 120
Ø 10 - 120
6
Terjepit 4 sisi
Lx= 4 m - 0,25 m = 3,75 m
Ly= 4 m - 0,25 m = 3,75 m
Ly/Lx= 4 m/4 m = 1
Mtx= -0,001qLx2 x 36 = -463,52 kgm
2
Mlx= 0,001qLx x 36 = 463,52 kgm
Mly= 0,001qLx2 x 36 = 463,52 kgm
Mty= -0,001qLx2 x 36 = -463,52 kgm
Terjepit 2 sisi
Lx= 4 m - 0,25 m = 3,75 m
Ly= 7 m - 0,25 m = 6,75 m
Ly/Lx= 7 m/4 m = 1,8
Mtx= -0,001qLx2 x 84 = -1081,55 kgm
2
Mlx= 0,001qLx x 84 = 1081,55 kgm
2
Mly= 0,001qLx x 50 = 643,78 kgm
2
Mty= -0,001qLx x 50 = -643,78 kgm
Terjepit 4 sisi
Lx= 3 m - 0,25 m = 2,75 m
Ly= 4 m - 0,25 m = 3,75 m
Ly/Lx= 1,36
Mtx= -0,001qLx2 x 53 = -366,98 kgm
2
Mlx= 0,001qLx x 53 = 366,98 kgm
2
Mly= 0,001qLx x 38 = 263,12 kgm
2
Mty= -0,001qLx x 38 = -263,12 kgm
Terjepit 2 sisi
Lx= 2,75 m
Ly= 3,75 m
Ly/Lx= 1,36
Mtx= -0,001qLx2 71 = -491,62 kgm
2
Mlx= 0,001qLx x 71 = 491,62 kgm
2
Mly= 0,001qLx x 51 = 353,14 kgm
Mty= -0,001qLx2 x 51 = -353,14 kgm
rmin = 0,01
Mu = 10815525 Nmm
Mu/f = 13519406,25 Nmm
tinggi effektif plat d = 125 - 25 - 14/2 = 93 mm
0,85 ′ 600 0,03
OPQ 0,75 R
T 600 U T
XW
VW 1,56
YZ
0,85 ′ 2V W
O5[4\] 1− 1 − 0,01
T 0,85 ′
Luas tulangan perlu:
As perlu = 0,006844 x 1000 x 93 = 636,45 mm2
fplat = 12 mm
0,25cZ 1000 177,70 mm
^M_MN M+%M_ %`aM+bM+
5[4\]
Dipakai tulangan φ 12-120 mm
Ss = 1,2g
Koefisien situs Fa = 1,02
S D1
Ts = = 0,61275
S DS
T
S a = S DS 0,4 + 0,6 = 0,3264
T 0
T Sa
0 0.3264
0.12255 0.816
0.61275 0.816
0.71275 0.70151
0.81275 0.6152
0.91275 0.5478
1.01275 0.49371
1.11275 0.44934
1.21275 0.41229
1.31275 0.38088
1.41275 0.35392
1.51275 0.33052
1.61275 0.31003
1.71275 0.29193
1.81275 0.27582
1.91275 0.2614
2.01275 0.24842
2.11275 0.23666
2.21275 0.22596
2.31275 0.21619
2.41275 0.20723
2.51275 0.19899
2.61275 0.19137
2.71275 0.18432
2.81275 0.17776
2.91275 0.17166
3.01275 0.16596
3 Ø16
E. DATA PERENCANAAN
MATERIAL PROPERTIES
Kuat tekan beton fc' = 20,00 MPa
Mutu baja tulangan longitudinal (ulir) fy = 240 MPa
Mutu baja tulangan sengkang (polos) fy = 240 MPa
DIMENSI BALOK
Lebar balok b= 250 mm
Tinggi balok h= 400 mm
Diameter tulangan longitudina (ulir) D= 16 mm
Diameter tulangan sengkang (polos) P= 8 mm
Selimut beton ts = 25 mm
MOMEN LENTUR DAN GAYA GESER AKIBAT BEBAN
TERFAKTOR
Momen lentur maksimum akibat beban
terfaktor Mu+ = 29,000 kNm
Maximum negative bending moment caused by
the factored loads, Mu - = 29,000 kNm
Gaya geser maksimum akibat beban
terfaktor Vu = 60,455 kN
3. TULANGAN GESER
Gaya geser maksimum akibat beban terfaktor, Vu = 60,455 kN
Faktor reduksi kapasitas geser, f= 0,75
Tegangan leleh tulangan sengkang, fy = 240 MPa
-3
Kuat geser beton, V c = (√ f c ' ) / 6 * b * d * 10 = 66,523 kN
Kekuatan geser beton desain, f * Vc = 49,892 kN
BALOK PANJANG
4 Ø16
A. DETAIL BALOK
MATERIAL PROPERTIES
Kuat tekan beton fc' = 20,00 MPa
Mutu baja tulangan longitudinal (ulir) fy = 240 MPa
Mutu baja tulangan sengkang (polos) fy = 240 MPa
DIMENSI BALOK
Lebar balok b= 250 mm
Tinggi balok h= 400 mm
Diameter tulangan longitudina (ulir) D= 16 mm
Diameter tulangan sengkang (polos) P= 8 mm
Selimut beton ts = 25 mm
3. TULANGAN GESER
Gaya geser maksimum akibat beban terfaktor, Vu = 49,218 kN
Faktor reduksi kapasitas geser, f= 0,75
Tegangan leleh tulangan sengkang, fy = 240 MPa
-3
Kuat geser beton, V c = (√ f c ' ) / 6 * b * d * 10 = 62,703 kN
Kekuatan geser beton desain, f * Vc = 47,027 kN
BALOK ATAP
3 Ø14
3 Ø14 Ø8-120
A. DETAIL BALOK
MATERIAL PROPERTIES
Kuat tekan beton fc' = 20,00 MPa
Mutu baja tulangan longitudinal (ulir) fy = 240 MPa
Mutu baja tulangan sengkang (polos) fy = 240 MPa
DIMENSI BALOK
Lebar balok b= 200 mm
Tinggi balok h= 300 mm
Diameter tulangan longitudina (ulir) D= 14 mm
Diameter tulangan sengkang (polos) P= 8 mm
Selimut beton ts = 25 mm
B. PERHITUNGAN PENULANGAN
Untuk : f c ' ≤ 30 MPa, b1 = 0,85
Untuk : f c ' > 30 MPa, b 1 = 0.85 - 0.05 * ( f c ' - 30) / 7 = -
Faktor bentuk dari distribusi tegangan beton, b1 = 0,85
Faktor redusksi kapasitas lentur, f = 0,80
3. TULANGAN GESER
Gaya geser maksimum akibat beban terfaktor, Vu = 13,000 kN
Faktor reduksi kapasitas geser, f= 0,75
Tegangan leleh tulangan sengkang, fy = 240 MPa
-3
Kuat geser beton, V c = (√ f c ' ) / 6 * b * d * 10 = 38,460 kN
Kekuatan geser beton desain, f * Vc = 28,845 kN
As = 1608 mm2
Jika sumbu netral terletak pada jarak dari c dari serat tekan:
Regangan masing-masing tulangan : ε si = 0.003 * ( c - d i ) / c
Tegangan masing-masing tulangan :
Untuk | ε si | < f y / E, maka : f si = e si * E s
Untuk | ε si | ³ f y / E, maka : f si =| ε si | / e si * f y
H. PERENCANAAN PONDASI
1) DATA PERENCANAAN
Dari hasil penyelidikan tanah dilapangan maupun di laboratorium dapat diketahui
data-data tanah yang ada. Dengan demikian dapat ditentukan kedalaman dan jenis
pondasi yang akan digunakan sesuai dangan daya dukung tanah.
Dalam perencanaan ini dipilih jenis pondasi dengan spesifikasi sebagai berikut:
Jenis pondasi :Foot plat ( pondasi dangkal setempat ) dengan ukuran
dimensi ( 1,2 x1,2 ) Meter.
Kedalaman :± 1,2 meter dengan tegangan ijin tanah berdasarkan nilai
tekanan conus terkecil ( qc ) sebesar 50 kg/cm}2 yang doperoleh dari hasil
sounding test dengan data secara lengkap terlampir.
Mutu beton :Dipakai mutu beton dengan karakteristik sebesar 250 kg/cm2 ( K
250 ).
Mutu baja :Digunakan mutu baja sesuai pasar yaitu baja polos dengan
tegangan leleh ( fy ) = 240 Mpa.
B. DESAIN PONDASI
F k1 =
F k2 =
d e 5 h e ;
"Q U 246720 kg = 246,72 ton
fg fg
= 2467,2 kN
> 49,101 ton
OK!!!
Pembesian pondasi:
digunakan diameter tulangan (f ) = 16 mm
jarak antar tulangan digunakan (s ) = 150 mm
Mutu baja tulangan (f y ) = 240 Mpa
Mutu beton yang digunakan (f c ) = 20 MPa
2
As= 0,25 x 3,14 x 16 x (1200/150 + 1) = 1809,55737 mm2
T 21,2889102 mm
M
0,85 ′ i
M
jXW j T Z− 57102871,16 Nmm = 5710,3 kgm
2
"] 49101 3,40979167 kg/cm2
k]
1200 e 1200
q = s u x 100 cm = 340,979167 kg/cm = 34098 kg/m
B. Pekerjaan Gedung 36 x 19 m
1) Pekerjaan Tanah, Pasir dan Pondasi Rp. 317.582.809,-
2) Struktur Lantai 1 Elv. +1.00 s/d Elv. +4.00 Rp. 295.530.317,-
3) Struktur Lantai 2 Elv. +4.00 s/d Elv. +8.00 Rp. 1.022.606.448,-
4) Pasang Lantai,Dinding dan Plesteran Rp. 1.330.318.806,-
5) Pasang Kusen,Daun Pintu dan Jendela Rp. 369.317.284,-
6) Pasang Rangka,Plafond dan Atap Rp. 500.112.316,-
7) Struktur Baja Kanopi teras dan Parkir Rp. 175.414.745,-
8) Pengecatan Rp. 189.336.820,-
9) Plumbing dan Sanitasi Rp. 163.602.547,-
10) Instalasi Listrik Rp. 90.914.270,-
11) Taman dan Pelengkap Rp. 107.869.580,-
BAB I
PEKERJAAN PERSIAPAN
Pasal 1
PERSYARATAN KHUSUS
Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Pelaksana adalah :
1. Melaksanakan pekerjaan pembersihan lokasi, sesuai yang tertera dalam
gambar teknis dan bill of quantity.
2. Pengadaan, pengamanan dan pengawasan segala macam alat dan
bahan yang digunakan dalam pelaksanaan.
3. Pemasangan, pengetesan dan pemeliharaan semua bahan dan peralatan
sesuai batas waktu yang telah ditentukan.
4. Pengerahan tenaga kerja sesuai kebutuhan, keahlian dan keterampilannya.
5. Bersedia kerja lembur apabila kondisi pekerjaan menuntut untuk itu.
Pasal 2
GAMBAR – GAMBAR
1. Seluruh gambar-gambar pelaksanaan secara lengkap (arsitektur, struktur,
mekanikal dan elektrikal, serta spesifikasi teknis) dapat diperoleh melalui
pengawas lapangan atas sepengetahuan pemberi kerja.
2. Pelaksana wajib meneliti dan memahami seluruh proses dan teknis
pekerjaan ini sehingga dapat menyesuaikan program dan bekerja secara
integral dan simultan.
3. Pelaksana wajib membuat gambar kerja pelaksanaan (shop drawing) dibuat
dalam rangkap 3 (tiga); 1 (satu) set untuk Pelaksana, 1 (satu) set untuk
pengguna jasa dan 1 (satu) set untuk pengawas lapangan.
Pasal 3
PEKERJAAN SARANA TAPAK
Pekerjaan ini meliputi :
1. Penyediaan air dan daya listrik untuk bekerja.
2. Air untuk bekerja harus disediakan penyedia jasa dengan membuat sumur
pompa di tapak proyek atau disuplai dari luar.
3. Air harus bersih, bebas dari bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya
yang merusak.
4. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Pengguna
Jasa.
Pasal 4
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a) Pekerjaan pembersihan sebelum pelaksanaan b. Pekerjaan perlindungan
instalasi beksisting
b) Pekerjaan pembuatan Tugu Patok Dasar (Bench Mark)
c) Pekerjaan penentuan peil P 0.00 e. Pengukuran tapak
d) Dan/atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja
2. Persyaratan Pelaksanaan
a) Pekerjaan pembersihan sebelum pelaksanaan
b) Pekerjaan ini meliputi pembersihan area proyek dari semua kotoran dan
sampah baik sampah organik maupun anorganik yang nantinya akan
mengganggu dan atau menurunkan kualitas pekerjaan diatasnya.
c) Pekerjaan perlindungan terhadap instalasi eksisting
Pekerjaan ini meliputi perlindungan instalasi eksisting yang berada di
dalam Tapak Proyek dan dinyatakan oleh Pengguna Jasa/Perencana
masih berfungsi. Dalam hal ini Penyedia Jasa harus menjaga dan
memeliharanya dari gangguan/cacat.
Jalur instalasi eksisting yang masih berfungsi harus dipindahkan, maka
Penyedia jasa harus melakukan pekerjaan ini sesuai dengan putusan
tertulis dari Pengguna Jasa/Perencana.
d) Pembuatan Tugu Patok Dasar (Bench Mark)
Letak tugu patok dasar ditentukan oleh Pengguna Jasa.
Tugu Patok Dasar dibuat dari bahan beton bertulang berpenampang 20
x 20 cm, tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 1,00 m dengan bagian
yang muncul di atas muka tanah secukupnya untuk memudahkan
pengukuran selanjutnya.
Tugu Patok dasar dibuat permanen, tidak dapat diubah, diberi tanda
yang jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari
Pengguna Jasa untuk membongkarnya.
4. Pengukuran Tapak
a) Penyedia jasa diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran
kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan
mengenai peil ketinggian tanah, letak bangunan yang ada, letak batas-batas
tanah dengan menggunakan alat optik dan sudah ditera kebenarannya oleh
pihak yang terkait.
b) Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan di lapangan
yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Pengguna
Jasa/Pengawas Lapangan untuk dimintakan keputusannya.
c) Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat
waterpass/theodolit tipe T2.
d) Penyedia jasa harus menyediakan Theodolit tipe T2/Waterpass beserta
petugas yang melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Pengguna
Jasa/Pengawas Lapangan.
e) Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah
disetujui oleh Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan.
f) Instalasi yang sudah ada dan masih berfungsi harus diberi tanda yang jelas
dan dilindungi dari kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi akibat
pekerjaan proyek ini, untuk itu harus dicantumkan dalam gambar pengukuran.
g) Penyedia jasa bertanggungjawab atas segala kerusakan akibat pekerjaan
yang sudah dilaksanakannya.
h) Gambar pengukuran tapak rumah dinas harus mendapat
persetujuan/pengesahan Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan antara lain
memuat :
1) Sistem koordinat, sesuai ketentuan gambar.
2) Peil setiap titik simpul koordinat dan transisi dengan interval ketinggian 25
cm.
3) Rencana lokasi Barak Kerja, tempat menyimpan bahan terbuka,
tempat menyimpan bahan tertutup, sumber air, dan MCK.
Pasal 5
KANTOR DIREKSI LAPANGAN
1. Lingkup Pekerjaan
a) Kantor Direksi Lapangan cukup representatif untuk bekerja dan aman untuk
menyimpan dokumen proyek selama pelaksanaan proyek.
b) Luas dan peralatan yang harus disediakan untuk Direksi Lapangan minimal
harus memenuhi persyaratan administrasi.
Pasal 6
PAGAR PENGAMAN DAN PAPAN NAMA PROYEK
1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor lebih dulu membuat pagar untuk
pengaman, atas biaya kontraktor.
2. Papan Nama Proyek dipasang sesuai dengan petunjuk Direksi dan menjadi beban
Kontraktor dan telah diperhitungkan dalam penawaran Kontraktor.
BAB II
PEKERJAAN STRUKTUR
Pasal 1
PEKERJAAN GALIAN TANAH, TIMBUNAN DAN PEMADATAN
Umum
1. Uraian
a) Pekerjaan ini mencakup penggalian, penimbunan pengambilan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk
konstruksi timbunan.
b) Segala perubahan dan spesifikasi ini harus dikonsultasikan secara tertulis
kepada Konsultan dan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan untuk memulai pekerjaan.
c) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam pasal ini adalah timbunan dari
tanah. Adapun tanah hasil galian pondasi sebagian digunakan untuk timbunan
bangunan yang harus memenuhi spesifikasi yang ditentukan oleh
Direksi/Konsultan dan sebagian pula dibuang. Timbunan tanah bekas galian
dibuang ketempat yang sudah ditentukan.
2. Survei.
a) Sebelum pekerjaan galian dan timbunan dimulai, harus dilakukan survei
topografi. Level yang disepakati harus dicatat dan ditandatangani oleh
Direksi/Konsultan dan Kontraktor.
b) Kontraktor harus memuat hasil survei dalam bentuk gambar tampak dan
penampang dengan skala yang disetujui oleh Konsultan. Konsultan akan
memverifikasi dan memeriksa gambar tampak dan penampang untuk dijadikan
acuan pekerjaan.
3. Peralatan
Kontraktor harus mengajukan metode kerja termasuk output kerja harian, jumlah,
type dan kapasitas peralatan yang akan dioperasikan kepada Direksi/Konsultan.
Semua peralatan yang dipersyaratkan dalam dokumen lelang harus berada di
lokasi dan dapat beroperasi pada saat-saat yang diperlukan. Pemilihan peralatan
harus mempertimbangkan kondisi lapangan dan lingkungan.
Pekerjaan Timbunan.
1. Lingkup.
a) Pekerjaan ini terdiri dari galian, pengambilan, pengangkutan, penempatan dan
pemadatan tanah untuk timbunan. Galian dan timbunan pada umumnya
diperlukan sesuai garis kelandaian dan ketinggian dari penampang melintang
yang telah disetujui.
b) Pekerjaan galian pondasi harus sesuai dengan gambar bestek baik
kedalamannya maupun dimensinya, dan dipastikan tetap terjaga dari genangan
air untuk memudahkan pengecorannya.
c) Timbunan/urugan kering menggunakan material Tasirtu sesuai gambar
rencana dan harus memenuhi kepadatan yang diisyaratkan pada spesifikasi ini.
d) Pekerjaan timbunan kering harus dilakukan sesuai elevasi gambar rencana.
2. Toleransi Dimensi
a) Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah pemadatan tidak akan
melebihi tinggi 10 mm atau 20 mm lebih rendah dari yang ditentukan atau
disetujui.
b) Semua permukaan timbunan akhir yang tidak terlindung harus cukup halus dan
rata serta mempunyai kemiringan yang cukup untuk menjamin pengaliran
bebas dari air permukaan.
c) Permukaan lereng timbunan yang selesai tidak akan berbeda dari garis profil
yang ditentukan dengan melebihi 10 cm dari ketebalan yang dipadatkan.
d) Timbunan tidak dihamparkan dalam ketebalan lapisan yang dipadatkan
melebihi 30 cm.
3. Standar Rujukan.
a) Kontraktor harus menyelesaikan semua pengujian dibawah pengawasan
Konsultan dan harus mengajukan laporan dalam waktu 1 (satu) minggu setelah
masing-masing pengujian dilaksanakan.
b) Pengujian mencakup :
1) Analisis Saringan : AASHTO T 88 – 78
2) Pemadatan Lapangan : AASHTO T 99 – 74
3) Penetapan Batas Cair Tanah : AASHTO T 89 – 69
4) Penetapan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah : AASHTO T 90 – 70
5) CBR : AASHTO T 193 – 72
6) Unit Weight :
7) Water Content : ASTM d 2216
8. Pembatasan Cuaca.
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan
turun, dan tak ada pemadatan yang boleh dilakukan setelah hujan atau sebaliknya
bila kadar air bahan-bahan material berada di luar batas yang ditentukan.
9. Royalti Bahan-bahan.
Bila bahan-bahan timbunan didapat dari luar daerah milik, Kontraktor harus
membuat semua pengaturan yang diperlukan dan membayar semua biaya dan
royalti kepada pemilik tanah dan pejabat sebelum mengeluarkan bahan-bahan.
10. Bahan-Bahan.
a. Sumber Bahan-bahan.
Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang disetujui.
b. Bahan Timbunan.
1) Bahan timbunan terdiri dari timbunan tanah yang digali dan disetujui oleh
Konsultan sebagai bahan-bahan yang memenuhi syarat untuk penggunaan
dalam pekerjaan permanen. Material yang digunakan adalah material silty
clay yang memenuhi klasifikasi USCS sebagai material CL, ML, atau SM
(khusus untuk timbunan di bawah muka air tanah). Clay fraction (< 0.002
mm) bahan-bahan timbunan harus memenuhi minimal 25% yang ditunjukkan
dari hasil analisis saringan.
2) Tanah yang mempunyai sifat mengembang (shrinkage) sangat tinggi yang
mempunyai suatu nilai aktivitas lebih besar daripada 1,0 atau suatu derajat
pengembangan yang digolongkan oleh AASHTO T 258 sebagai sangat tinggi
atau ekstra tinggi, tidak akan digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai
Aktivitas harus diukur sebagai Indeks Plastisitas, IP (AASHTO T90) dan
Persentase Ukuran Tanah Liat (AASHTO T88).
Indeks Plastisitas, IP (AASHTO T90) dari material timbunan harus lebih kecil
dari 15 % dan batas cair, LL harus lebih kecil dari 45 % (AASHTO T90).
Bahan-bahan timbunan tidak mengandung mineral Montmorillonite yang
ditunjukkan dari hasil test mineralogi.
c. Pemadatan
1) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka setiap
lapisan harus dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat yang
cocok dan layak serta disetujui oleh Konsultan sampai suatu kepadatan yang
memenuhi persyaratan yang ditentukan.
2) Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air bahan-
bahan berada dalam batas antara 2 % lebih daripada kadar air optimum (wet
of optimum). Kadar air optimum tersebut harus ditentukan sebagai kadar air
di mana kepadatan kering maksimum diperoleh bila tanah tersebut
dipadatkan sesuai dengan AASHTO T-180.
3) Semua timbunan batuan harus ditutup dengan lapisan dengan tebal 20 cm
dari bahan-bahan yang bergradasi baik yang berisi batu-batu tidak lebih
besar dari 5 cm dan mampu mengisi semua sela-sela bagian atas timbunan
batuan. Lapisan penutup ini harus dibangun sesuai dengan persyaratan
untuk timbunan tanah.
4) Setiap lapisan timbunan yang ditempatkan harus dipadatkan sebagaimana
ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh Konsultan sebelum
lapisan berikutnya ditempatkan.
5) Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan ke arah
sumbu areal reklamasi dengan suatu cara yang sedemikian rupa sehingga
setiap bagian menerima jumlah pemadatan yang sama.
6) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai/dimasuki oleh alat pemadat
biasa, harus ditempatkan dalam lapisan horisontal dari bahan-bahan lepas
tidak lebih dari 15 cm tebal dan seluruhnya dipadatkan dengan
menggunakan alat pemadat tangan mekanis (mechanical tamper) yang
disetujui. Perhatian khusus harus diberikan guna menjamin pemadatan yang
memuaskan di bawah dan di tepi pipa untuk menghindari rongga-rongga dan
guna menjamin bahwa pipa ditunjang sepenuhnya.
timbunan yang sudah diuji dan diterima. Apabila terbukti bahwa timbunan
tersebut mengalami penurunan mutu sehingga tidak memenuhi Spesifikasi
Teknik ini, maka Kontraktor wajib atas biayanya sendiri memperbaiki
timbunan tersebut sampai memenuhi Spesifikasi Teknik ini, maka Kontraktor
wajib atas biayanya sendiri memperbaiki timbunan tersebut sampai
memenuhi Spesifikasi Teknik ini dan menanggung biaya pengujian yang
diperintahkan Direksi Teknik.
3) Lapisan yang lebih dari 30 cm di atas ketinggian elevasi muka air rata-rata
harus dipadatkan sampai 95 % dari standar maksimum kepadatan kering
yang ditentukan sesuai dengan AASHTO T-180. Untuk tanah yang
mengandung lebih dari 10 % bahan-bahan yang tertahan pada ayakan 3/4
inch, kepadatan kering maksimum yang dipadatkan harus disesuaikan untuk
bahan-bahan yang berukuran lebih besar sebagaimana diarahkan oleh
Tenaga Ahli/Insinyur.
4) Pengujian kepadatan dengan uji sand cone harus dilaksanakan untuk setiap
500 m2 pada setiap lapisan timbunan yang dipadatkan sesuai dengan ASTM
D-1556 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan bahwa kepadatan
kurang dari kepadatan yang disyaratkan maka Kontraktor harus
membetulkan pekerjaan tersebut.
c. Percobaan Pemadatan
1) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan metoda
untuk mencapai tingkat pemadatan yang ditentukan. Dalam hal bahwa
Kontraktor tidak mampu untuk mencapai kepadatan yang disyaratkan, maka
pemadatan berikutnya belum boleh dilaksanakan, kecuali dengan seizin
Konsultan Pengawas.
2) Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan jumlah lintasan alat
pemadat dan kadar air harus diubahubah sampai kepadatan yang ditentukan
tercapai dan disetujui Konsultan. Hasil percobaan lapangan ini kemudian
harus digunakan untuk menentukan jumlah lintasan yang disyaratkan, jenis
alat pemadat dan kadar air untuk semua pemadatan yang selanjutnya.
13. Pengukuran.
a. Timbunan akan diukur sebagai jumlah meter kubik bahan-bahan yang
dipadatkan yang diterima lengkap di tempat. Volume yang diukur harus
didasarkan pada gambar penampang melintang yang disetujui dari profil tanah
atau profil galian sebelum suatu timbunan ditempatkan serta pada garis,
kelandaian dan ketinggian dari pekerjaan timbunan akhir yang ditentukan dan
disetujui. Metoda perhitungan volume bahan-bahan harus merupakan metoda
Pasal 2
PEKERJAAN BETON BERTULANG
1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan beton bertulang yang akan dilaksanakan dengan mutu beton yang akan
dipersyaratkan dalam gambar kerja yaitu :
Pondasi Foot plat 120 x 120 cm (K-250)
Dinding Core (Tabung Lift) Tebal 20 cm (K-250)
Sloof 20 x 25 cm (K-250)
Sloof 15 x 20 cm (K-250)
Sloof 15 x 15 cm (K-250)
Kolom 30 x 30 cm (K-250)
Kolom 15 x 15 cm (K-175)
Balok 25 x 40 cm (K-250)
Balok 20 x 25 cm (K-250)
Plat Lantai 12 cm (K-250)
Balok Latei 15 x 15 cm.
Ring Balok 15 x 20 cm.
Balok – balok beton bangunan lain yang ditunjukkan dalam gambar.
Sebelum melakukan pengecoran beton Kontraktor Pelaksana harus melakukan
Mix Design, untuk menguji material yang digunakan dalam pelaksanaan
pembuatan beton.
2. Persyaratan Material.
Referensi.
SKBI-2.3.53.1987
SNI 03-1727-1989
SNI 03-1728-1989
SNI 03-1736-1989
SNI 03-1750-1990
SNI 03-1756-1990
SNI 03-2461-1991
SNI 03-2495-1991
SNI 03-2834-1992
SNI 03-2847-1992
SNI 03-2854-1992 SPEK SMP 18 I/12
SNI 03-2914-1992
SNI 03-3976-1995
SK SNI S-36–1990–03
SK SNI T-28-1991-03
SK SNI T-15-1992-03
3. Persyaratan Material.
a. Portland Cement Composit (PCC).
Semua PCC yang digunakan harus PCC dengan merk standar yang disetujui
oleh badan yang berwenang dan memenuhi persyaratan PCC tipe I sesuai
spesifikasi yang termuat dalam SNI dan harus sesuai dengan kondisi di
lapangan. Semua pekerjaan harus menggunakan satu macam merk PCC, PCC
harus disimpan dengan baik, dihindarkan dari kelembaban sampai tiba saatnya
untuk dipakai. PCC yang telah mengeras atau membatu tidak boleh digunakan,
PCC harus disimpan sedemikan rupa sehingga mudah untuk diperiksa dan
diambil contohnya.
b. Batu Split/Kerikil.
Batu split/kerikil dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta tidak
mengandung bahan yang merusak dalam bentuk ataupun jumlah yang cukup
banyak, yang dapat memperlemah kekuatan beton. Split/kerikil harus
memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada SNI 1734-1989, atau daftar berikut
ini :
Split/Kerikil Pasir
Ayakan % Lewat Ayakan
(Berat Kering)
Ayakan % Lewat Ayakan
(Berat Kering)
30 mm 100 - 10 mm 100
25 mm 90 – 100 5 mm 90 – 100
15 mm 25 – 60 2.5 mm 80 – 100
5 mm 0 – 10 1.2 mm 50 – 90
2.5 mm 0 – 5 0.6 mm 25 – 60
0.3 mm 10 – 30
0.15 mm 2 – 10
c. Air.
Air harus bersih dan bebas dari bahan organik, alkali, garam, asam dan
sebaiknya air tersebut dapat diminum.
e. Besi Tulangan.
1) Tulangan besi harus mempunyai diameter yang sesuai dengan gambar
rencana dan bebas dari karat, dengan Mutu Baja Tulangan dibawah Ø 10
mm, menggunakan jenis BJTP-24 (fy=240 MPa), sedangkan diatas Ø 10
mm, menggunakan jenis BJTD-40 ((fy=400 MPa).
Semua dimensi/ukuran besi tulangan yang akan digunakan merupakan
dimensi sebenarnya sesuai keterangan gambar
2) Besi untuk tulangan penyimpanannya harus bebas dari kontaminasi
langsung dengan udara, tanah lembab, aspal, olie (minyak) dan gemuk.
a) Banyaknya air yang digunakan dalam adukan beton harus cukup. Waktu
pengadukan beton harus tetap dan normal sehingga menghasilkan beton
yang homogen tanpa adanya bahan-bahan yang terpisah satu dengan
yang lainnya. Jumlah air dapat diubah sesuai dengan keperluannya
dengan melihat perubahan keadaan cuaca atau kelembaban bahan
adukan (agregat) untuk mempertahankan hasil yang homogen,
kekentalan dan kekuatan beton yang dikehendaki.
b) Pengujian kekentalan adukan beton (slump) dan pelaksanaannya sesuai
dengan SNI-3976-1995. Slump yang digunakan dalam proyek ini adalah
8 – 12 cm sesuai yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas. Untuk
maksud dan alasan tertentu, dengan persetujuan Konsultan Pengawas
dapat dipakai nilai slump yang menyimpang dari ketentuan di atas asal
dipenuhi hal-hal sebagai berikut :
Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi.
Tidak terjadi pemisahan dari adukan.
Beton yang dapat dikerjakan dengan baik (workability).
c. Persyaratan Bekisting.
1) Bekisting atau perancah harus digunakan bila diperlukan untuk membatasi
adukan beton dan membentuk adukan beton menurut garis dan permukaan
yang diinginkan. Kontraktor harus bertanggungjawab atas perencanaan yang
memadai untuk seluruh bekisting.
2) Pada bagian tertentu Konsultan Pengawas akan memerintahkan Kontraktor
untuk membuat shop drawing dari bekisting.
3) Semua bahan yang akan digunakan/dipasang harus mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas.
4) Papan bekisting harus terbuat dari plywood, papan yang rata dan halus,
dalam keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan
permukaan yang sempurna seperti terperinci dalam spesifikasi ini.
5) Toleransi yang diijinkan adalah ± 3 mm untuk garis dan permukaan.
Bekisting harus demikian kuat dan kaku terhadap beban dan lendutan
adukan beton yang masih basah dan getaran terhadap beban konstruksi.
Bekisting harus tetap menurut garis dan permukaan yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas sebelum pengecoran.
6) Bekisting harus kedap air, sehingga dijamin tidak akan timbul sirip atau
adukan kelur dari sambungan.
7) Pembongkaran dilakukan setelah beton telah mencapai kekuatan setara
dengan umur beton 28 hari dan harus dengan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas. Pembongkaran dilaksanakan dengan statis, tanpa
goncangan atau kerusakan pada beton.
d. Pengecoran Beton.
1) Pengecoran harus dengan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas dan
dilaksanakan pada waktu Konsultan Pengawas atau Direksi yang ditunjuk
serta Pengawas Kontraktor yang ada di tempat kerja.
2) Beton tidak boleh dicor bilamana keadaan cuaca buruk yang dapat
menggagalkan pengecoran dan pengerasan yang baik, seperti ditentukan
oleh Konsultan Pengawas.
3) Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke dalam
papan bekisting yang tinggi/dalam, yang dapat menyebabkan terlepasnya
split/kerikil dari adukan beton. Beton juga tidak boleh dicor dalam bekisting
yang dapat mengakibatkan penimbunan adukan pada permukaan bekisting
di atas beton yang sudah dicor.
g. Perawatan Beton.
Beton yang selesai dicetak harus dijaga dalam keadaan basah selama
sekurang-kurangnya 14 hari setelah dicor, yaitu dengan cara penyiraman air,
karung goni basah, atau cara-cara lain yang ditentukan oleh Konsultan
Pengawas. Air yang yang digunakan dalam perawatan harus memenuhi
spesifikasi air untuk campuran beton.
Pasal 3
PEKERJAAN STRUKTUR ATAP
a. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan struktur atap yang akan dilaksanakan yaitu :
1) Untuk Rangka Kuda-kuda menggunakan Baja WF 400.200.8.16 Berat Baja
66 Kg, dengan sistem struktur menggunakan Strektang dan Crosstang yang
akan menghubungkan antara kuda-kuda dengan jarak antar kuda-kuda 350
cm.
2) Gording yang digunakan yaitu Baja CNP 200.75.20.3,2 Berat Baja 7,91 Kg,
dipasang pada kuda-kuda dengan jarak yang telah ditentukan dalam gambar
kerja.
b. Persyaratan bahan.
Jenis baja yang akan digunakan harus sesuai dengan mutu standar yang
dipersyaratkan dalam SNI 03-1729 2002 dimana struktur baja dikatakan aman
apabila memenuhi persyartan baja untuk konstruksi kuda-kuda harus bebas dari
kontaminasi langsung dengan udara, tanah lembab, aspal, olie (minyak) dan
sebaginya.
BAB III
PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pasal 1
PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURAN
1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan Adukan Pasangan Batu gunung.
b. Pekerjaan Adukan Pasangan Batu Bata.
c. Pekerjaan Adukan Lain Seperti Tercantum Dalam Gambar Kerja.
2. Persyaratan Bahan.
a. Semen.
Sesuai persyaratan dalam Bab II Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Struktur.
b. Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam,
keras, bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan-bahan
organis.
c. Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa,
garam dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
3. Persyaratan Pelaksanaan.
a. Campuran Dalam Adukan.
Pasal 2
PEKERJAAN PASANGAN BATU GUNUNG
a. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
1) Pekerjaan Pondasi Pasangan Batu gunung.
2) Pekerjaan pasangan batu gunung lainnya seperti tercantum dalam gambar
kerja.
b. Persyaratan Bahan.
1) Batu gunung.
Batu gunung yang digunakan harus batu pecah dari jenis yang keras,
bersudut runcing dan tidak porous.
2) Semen.
Sesuai Pasal 1 Butir 1.2.1 bab ini.
3) Pasir.
Sesuai Pasal 1 Butir 1.2.2 bab ini.
4) Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik,
basa, garam dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
c. Persyaratan Pelaksanaan.
5) Profil atau Bentuk Pondasi.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi, harus dibuat profil/bentuk
pondasi dari bambu atau kayu pada setiap ujung yang bentuk dan
ukurannya sesuai dengan gambar kerja dan telah mendapat persetujuan
dari Direksi/Konsultan Pengawas.
6) Galian Pondasi.
Galian pondasi harus telah disetujui secara tertulis oleh Direksi/Konsultan
Pengawas. Kemudian dasar galian harus diurug dengan pasir urug setebal
10 cm, disiram sampai jenuh, diratakan dan dipadatkan sampai benar-
benar padat. Di atas lapisan pasir tersebut diberi pasangan batu gunung
kosong yang dipasang sesuai dengan gambar kerja.
7) Pasangan Batu gunung.
Pasangan batu gunung untuk pondasi menggunakan adukan dengan
campuran 1Pc : 4Ps, terkecuali disyaratkan kedap air seperti tercantum
dalam gambar kerja.
8) Adukan.
Adukan harus membungkus batu gunung sedemikian rupa sehingga tidak
ada bagian dan pondasi yang berongga atau tidak padat khususnya pada
bagian tengah.
9) Jarak.
Pada perletakan kolom beton atau kolom praktis harus ditanamkan stek-
stek tulangan kolom dengan diameter dan jumlah besi yang sama dengan
jumlah tulangan pokok pada kolom beton atau kolom praktis tersebut. Stek-
stek harus tertanam dengan baik dalam pondasi sedalam minimum 70 cm
atau sesuai dengan ukuran dalam gambar kerja. Demikian pula dengan
bagian stek yang tidak tertanam atau mencuat keatas sepanjang minimum
70 cm atau sesuai dengan ukuran dalam gambar kerja.
Pasal 3
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA
a. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
1) Pekerjaan Dinding Bata ½ Batu.
2) Pekerjaan pasangan batu lainnya seperti tercantum dalam gambar kerja.
b. Persyaratan Bahan.
1) Batu Bata.
Batu bata yang dipakai adalah batu bata merah dari mutu yang terbaik,
dengan pembakaran sempurna dan merata.
2) Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1 bab ini
3) Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2 bab ini.
4) Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3 bab ini.
c. Persyaratan Pelaksanaan Pasangan Batu Bata.
1) Detail Bentuk Profil.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail
bentuk profil, sambungan dan hubungan dengan material lain dan
melaksanakannya sesuai dengan yang tercantum didalam gambar kerja.
2) Sebelum Pemasangan.
Sebelum pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih dulu
sehingga jenuh. Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas
batu bata tersebut.
3) Aduk Perekat/Spesi.
a) Aduk perekat/spesi untuk pasangan batu bata kedap air adalah
campuran 1Pc : 3 Ps untuk :
Dinding pasangan bata daerah basah.
Dinding pasangan bata yang langsung berhubungan dengan luar.
Saluran.
b) Untuk semua pasangan batu bata terhitung dari P + 0.20 ke atas, dipakai
aduk perekat/spesi campuran 1Pc : 4Ps, terkecuali yang disyaratkan
kedap air seperti yang tercantum di dalam gambar kerja.
c) Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan Pasal 1 dalam bab
ini.
4) Ketebalan Aduk Perekat/Spesi.
Pemasangan harus sedemikiin rupa sehingga ketebalan aduk
perekat/spesi harus sama setebal 1 cm. Semua pertemuan horizontal dan
vertikal harus terisi dengan baik dan penuh.
5) Pemasangan Dinding Pasangan Bata.
Pemasangan dinding pasangan bata dilakukan bertahap, setiap tahap
terdiri maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom dan balok
praktis.
Persyaratan pelaksanaan kolom dan balok praktis, mengacu pada
pelaksanaan pekerjaan beton di bab lain dalam buku ini.
6) Pelaksanaan Pemasangan Batu Bata.
Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapih, sama tebal, Iurus, tegak
dan pola ikatan harus terjaga baik diseluruh pekerjaan. Pertemuan sudut
antara dua dinding harus rapih dan siku seperti tercantum dalam gambar
kerja.
7) Pekerjaan Pemasangan Batu Bata Vertikal dan Horizontal.
Pekerjaan pemasangan batu bata harus benar vertikal dan horizontal.
Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur tepat. Untuk
Pasal 4
PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL
a. Lingkup Pekerjaan.
1) Pekejaan Beton Bertulang. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a) Pembuatan kolom praktis 15 x 20 cm.
b) Pembuatan kolom praktis 15 x 15 cm.
2) Pekerjaan Beton Tumbuk. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a) Pembuatan lantai kerja Rabat beton tumbuk sekeliling bangunan.
b. Persyaratan Bahan.
1) Besi Beton.
Mutu tulangan yang dipakai adalah dari mutu BJTP-24 (fy=240 MPa) untuk
diameter yang lebih kecil dari 10 mm dan BJTP-40 (fy=400 MPa) untuk
diameter yang lebih besar dari 10 mm. Besi beton harus bersih dari lapisan
minyak, lemak, dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi
harus bulat serta memenuhi persyaratan NI-2. Diameter besi beton yang
dipasang harus sesuai dengan gambar kerja. Besi beton yang tidak
memenuhi persyaratan harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja dalam
waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.
Kawat pengikat besi beton adalah baja lunak dan tidak disepuh/dilapis
seng. Diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.4 mm. Kawat
pengikat harus memenuhi syarat-syarat dalam NI-2 (PBI-1971).
2) Semen.
3) Pasir.
Pasir yang dipakai harus pasir beton.
4) Koral beton/split.
Koral beton/split yang dipakai harus barsih, bersudut tajam, tidak berpori
serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat NI-2.
Penyimpanan/ penimbunan koral beton/split dengan pasir harus dipisahkan
satu dengan yang lain, sehingga kedua bahan tersebut dijamin
mendapatkan perbandingan adukan beton yang disyaratkan.
5) Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3 bab ini.
e) Pengecoran Beton.
Sebelum pelaksanaan pangecoran, Kontraktor diwajibkan
melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan
menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran
dan ketinggian, pemeriksaan panulangan, dan penempatan penahan
jarak. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan
Direksi/ Konsultan Pengawas. Pengecoran harus dilakukan dengan
menggunakan alat panggetar beton untuk menjamin beton cukup padat
dan harus dihindarkan dari terjadinya cacat pada beton seperti keropos
dan sarang-sarang koral/split yang dapat memperlemah konstruksi.
Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat penghentian tersebut harus disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas. Penyambungan beton lama dengan baton
baru harus memakai adukan perekat CALBOND. Permukaan beton lama
yang akan diteruskan pengecorannya harus dikasarkan, dilapis dengan
adukan perekat CALBOND yang pembuatannya sesuai dengan
persyaratan pabrik pembuat, selanjutnya langsung dilakukan
pengecoran baru.
f) Pekerjaan Pembongkaran Acuan/Bekisting.
Pekerjaan pembongkaran acuan/bekisting hanya boleh dilakukan
dengan ijin tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas. Setelah bekisting
dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun pada permukaan
baton tanpa persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.
g) Pekerjaan Pembuatan Kolom Praktis.
Pemasangan kolom praktis untuk :
Setiap pertemuan dinding pasangan batu bata.
Dinding pasangan batu bata ½ batu pada bagian dalam dan luar
bangunan sesuai yang dipersyratkan dalam gambar kerja.
Dinding pasangan batu bata ½ batu pada bagian luar dan tepi luar
bangunan setiap luas 9 m2.
Dan atau seperti yang tercantum dalam gambar kerja.
Ukuran kolom praktis adalah sesuai pada gambar.
Pasal 5
PEKERJAAN PLESTERAN
a. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
1) Plesteran aci halus untuk dinding pasangan bata dan permukaan beton.
2) Plesteran kedap air.
3) Plesteran biasa.
4) Plesteran kasar untuk dinding pasangan bata yang tertanam dalam tanah
dan untuk dinding batas dengan tetangga yang terlihat.
5) Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam gambar kerja.
b. Perawatan Bahan.
1) Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1 bab ini.
2) Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2 bab ini.
3) Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3 bab ini.
c. Persyaratan Pelaksanaan.
1) Campuran Plesteran.
Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume.
Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan dinding
pasangan bata atau bidang beton telah disetujui secara tertulis oleh
Direksi/Konsultan Pengawas.
2) Jenis Plesteran.
a) Plesteran kasar adalah pesteran permukaan tidak dihaluskan. Campuran
plesteran kasar adalah campuran kedap air, yaitu 1Pc : 2Ps dipakai untuk
menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam didalam tanah
hingga kepermukaan tanah dan atau lantai.
b) Plesteran biasa adalah campuran 1Pc : 5Ps. Adukan plesteran ini untuk
pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup semua
permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan
tidak kedap air seperti tercantum didalam gambar kerja.
c) Plesteran kedap air adalah campuran 1Pc : 3Ps. Adukan plesteran ini
untuk :
Menutup semua adukan dinding pasangan pada bagian luar dan tepi
luar bangunan.
harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberikan ikatan yang lebih
baik terhadap bahan/material yang akan digunakan tersebut. Untuk setiap
pertemuan bahan/material yang berbeda jenisnya pada satu bidang datar,
harus diberi naat/celah dengan ukuran lebar 0.7 cm dalam 0.5 cm. Untuk
permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pecembungan
bidang tidak boleh melebihi 5 mm, untuk setiap jarak 2 m. Ketebalan
plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom seperti
yang dinyatakan dan dicantumkan dalam gambar kerja. Tebal plestetan
adalah minimal 1,5 cm dan maksimum 2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 2,5
cm, maka diharuskan menggunakan kawat yang diikatkan/dipaku
kepermukaan dinding pasangan yang bersangkutan, untuk memperkuat
daya lekat plesteran. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan
setelah selesai pemasangan instalasi pipa listrik, pipa plumbing untuk
seluruh bangunan.
4) Pemeliharaan.
Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
dengan wajar. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan
plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari terik panas
matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah
penguapan air secara cepat. Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh)
hari setelah pengacian selesai. Kontraktor harus selalu menyiram dengan
air sekurang-kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh, selama plesteran
belum dilapis dengan bahan/material akhir, Kontraktor wajib memelihara
dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran dengan
biaya ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat diklaim sebagai
pekerjaan tambah. Tidak dibenarkan pakerjaan peyelesaian dengan
bahan/material akhir di atas permukaan plesteran dilakukan sebelum
plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu, cukup kering, bersih dari retak,
noda dan cacat lain superti yang disyaratkan tersebut diatas. Apabila hasil
pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh Direksi/Konsultan
Pengawas, maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai
disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Biaya untuk perbaikan tersebut
Pasal 6
PEKERJAAN PASANGAN KERAMIK
a. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
1) Pekerjaan Urugan Pasir di Bawah Pasangan Lantai.
2) Pekerjaan Lantai Kerja di Bawah Pasangan Keramik.
3) Pekerjaan Keramik Pada Dinding Km/Wc.
4) Pekerjaan Keramik Lainnya Seperti Tercantum Dalam Gambar Kerja.
b. Persyaratan Bahan.
1) Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1 bab ini.
2) Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2 bab ini.
3) Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3 bab ini.
4) Keramik (Ceramic Tile).
a) Jenis Penutup lantai yang digunakan yaitu Granit 60 x 60 cm
Permukaan : Licin (Polished)
Jenis : Homogeneus Style
Warna : ditentukan pada saat pelaksanaan
Ukuran : 60 x 60 cm
Kualitas : Kelas 1
Produk : ditentukan oleh Direksi/Pengawas
Jenis Plint yang digunakan yaitu Plint Keramik 10 x 40 cm dan 10 x 30 cm,
serta tidak dibenarkan menggunakan plint dari keramik yang dibelah-belah.
b) Jenis Penutup Lavatory Non slip untuk km/wc, lazed untuk dinding
km/wc.
Ketebalan : 6 mm.
Permukaan : Kasar (Unpolised)
Granit yang telah terpasang harus segera dibersihkan dari bercak noda
aduk parekat dan aduk pengisi siar dengan lap/kain yang dibasahi dengan
air bersih dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat pekerjaan lain.
6) Setelah Pemasangan.
Selama 3 x 24 jam setelah pemasangan, Granit harus dihindarkan dari
injakan/ pemberian beban.
7) Kerusakan atau Cacat.
Bila terjadi kerusakan/cacat, Kontaktor diwajibkan untuk memperbaiki
kembali dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan. Biaya untuk pekerjaan
ini adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai
pekerjaan tambah.
Pasal 7
PEKERJAAN PENGECATAN DAN MENI BESI
a. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
1) Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding.
Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata, beton yang
ditampakkan.
2) Pekerjaan Pengecatan Permukaan Baja dan Besi (Meni)
Pekerjaan pengecatan permukaan Baja dan Besi seperti tercantum dalam
gambar kerja.
3) Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding.
Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata, beton yang
ditampakkan dan langit-langit. Semua permukaan dinding pasangan batu
dan permukaan beton yang tampak/exposed seperti yang tercantum dalam
gambar kerja.
4) Pekerjaan Pengecatan Baja dan Besi.
Semua pekerjaan logam yang terpasang seperti yang tercantum dalam
gambar kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Semua bagian/permukaan yang tampak/exposed dicat sampai dengan
cat finish.
b. Persyaratan Bahan.
1) Cat Tembok.
Ekterior : menggunakan jenis cat waterless
Interior : menggunakan jenis bahan easyclean
2) Cat Meni Besi dan baja
3) Kualitas Cat Tembok
Bahan cat adalah jenis terbaik yang mempunyai daya rekat dan tingkat
kerapatan yang baik.
4) Cat Politur.
Memakai melamik bahan dari produk yang cukup baik tingkat
penyerapannya
5) Plamir.
Bahan dan kualitas utama, mutu terbaik.
6) Keaslian Cat.
Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dan produk tersebut diatas
mengenai kemurnian cat yang akan dipergunakan. Pembuktian berupa :
Segel kaleng.
Test BD.
Test laboratorium.
Hasil akhir pengecatan.
Biaya untuk pembuktian ini dibebankan kepada Kontraktor. Hasil tes
kemurnian ini harus mendapatkan rekomendasi tertulis dari produsen dan
diserahkan ke Direksi/Konsullan Pengawas.
7) Contoh Pengecatan.
Kontraktor harus menyiapkan contah pengecatan tiap warna dan jenis cat
pada bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2 Pada bidang-bidang
tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah
lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan terakhir).
8) Cat Cadangan.
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas, untuk
kemudian diteruskan ke Pemberi Tugas, minimal 2 Galon tiap warna dan
jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan
mencantumkan dengan identitas cat yang ada di dalamnya. Cat ini akan
dipakai sebagai cadangan oleh Pemberi Tugas untuk perawatan.
c. Persyaratan Pelaksanaan.
1) Tebal Cat.
Lakukan dengan cara terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila
dispesifikasikan lain. Tebal minimum dari tiap lapisan jadi (finish) minimum
sama dengan syarat yang dispesifikasikan pabrik. Pengecatan harus rata,
tidak bertumpuk, tidak bercucuran, atau ada bekas yang menunjukkan
tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan.
2) Peralatan Pelindung.
Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun
atau membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus
menyediakan peralatan pelindung, misalnya : masker, sarung tangan dan
sebagainnya, yang harus dipakai waktu pelaksanaan pekerjaan.
3) Keadaan Cara Pengecatan.
Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca
yang lembab atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup.
Terutama untuk pelaksanaan di dalam ruangan bagi cat dengan bahan
dasar beracun atau membahayakan manusia, maka dalam ruangan
tersebut harus mempunyai ventilasi yang cukup atau pergantian udaranya
lancar. Di dalam keadaan tertentu, misalnya untuk ruangan tertutup,
Kontraktor harus memakai kipas angin/fan untuk memperlancar
pergantian/aliran udara.
4) Peralatan.
Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara
tekan/vacuum cleaner, semprotan dan sebagainya harus tersedia dari
mutu/kualitas terbaik dan jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.
5) Cat Dasar.
Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas.
Penyemprotan hanya boleh dilakukan bila disetujui Direksi/Konsultan
Pengawas.
6) Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan
kain kering terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas terkecuali disyaratkan lain dalam spesfikasi
ini.
7) Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk
komponen bahan/material logam, harus dilakukan sebelum komponen
tersebut terpasang.
8) Standard Pengecatan (Mock-Up)
Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan
pada satu bidang untuk setiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-
bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material dan
cara pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai “mock-up” ini
ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Jika masing-masing bidang
tersebut telah ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas dan Perencana,
maka bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan
Pekejaan Pengecatan.
9) Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Direksil Konsultan Pengawas harus
diulang dan diganti. Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila
ada cat dasar atau cat finish yang kurang menutupi atau lepas
sebagaimana ditunjukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Biaya untuk hal
ini ditanggung Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan
tambah.
10) Selama pelaksanaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga ahli/supervisi
dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat
di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
11) Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata, Beton, Langit-
langit dan Tripleks :
a) Sebelum pelaksanaan :
Pasal 8
PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU ALUMINIUM
a. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
1) Pekerjaan kusen aluminium untuk pintu dan jendela.
2) Pekerjaan rangka daun pintu dan daun jendela aluminium.
3) Pekerjaan pintu kaca tempered pada pintu utama dan yg lainnya sesuai
petunuk pada gambar kerja
4) Pekerjaan kusen, rangka daun pintu dan jendela lengkap lainnya sesuai
tercantum dalam gambar kerja.
b. Persyaratan Bahan
1) Persyaratan Bahan.
2) Pintu kaca Entrance menggunakan Frameless Tempered 12 mm.
Jenis Tempered Glass tebal 12 mm
Patc Pitting PT-30 (4 x 17 cm)
Floorhinges
Handle Pintu Kaca
Grendel Cylinder Dead Lock 4123
3) Kusen Pintu Alluminium
Spesifikasi Rangka Alluminium :
Jenis : Ranggka Alluminium
Rangka : 40 x 100 mm
Kaca Pintu : 5 mm Bening
Kaca Jendela : 5 mm Bening
c. Persyaratan Pelaksanaan.
1) Umum.
Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar
kerja dan melakukan pengukuran lapangan. Tipe jendela yang terpasang
harus sesuai dengan Daftar Tipe yang tertera dalam gambar kerja dengan
memperhatikan ukuran-ukuran, bentuk profil, material, detail arah bukaan
dan lain-lain. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan membuat
“shop drawing” dan membuat contoh jadi (mock-up) detail hubungan bagian
untuk pintu, jendela mempunyai toleransi ukuran untuk tinggi dan lebar
adalah 1 mm dan untuk diagonal adalah 2 mm. Profil aluminium harus
dilindungi terutama dari retak, bercak noda atau goresan pada permukaan
yang tampak selama pabrikasi maupun pemasangan. Pengelasan
diperkenankan menggunakan Non Activated Gas (Argon) dari arah bagian
dalam agar dalam sambungan tidak tampak oleh mata. Sekrup harus
dipasang sedemikian rupa, sehingga tidak terlihat dari luar, menggunakan
sekrup anti karat/stainless steel, tiap sambungan harus kedap air. Untuk
pemegang profil dan perlengkapan lain dari profil aluminium yang akan
kontak dengan permukaan metal (besi, tembaga dan lain-lain), maka
permukaan metal bersangkutan harus diteri lapisan chromium untuk
menghindari kontak korosi.
Toleransi pemasangan profil aluminium dengan dinding adalah 10-25 mm,
kemudian celah yang terjadi diberi beton ringan (grout). Agar kedap air dan
kedap suara sekeliling tepi profil diberi lapisan sealant, profil yang
bersentuhan dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plesteran
diberi lapisan “Anti Corrosive Treatment” dengan insulating varnish seperti
Asphaltic Varnish. Setelah pemasangan profil-kusen aluminium dan
jendela, maka sekeliling kusen yang berhubungan langsung dengan
permukaan dinding perlu diberi lapisan Vynil tape untuk mencegah korosi
selama masa pembangunan.
Profil aluminium harus terpasang dengan kuat pada setiap hubungan
bersudut 90 derajat Apabila tidak terpenuhi, Kontraktor harus membongkar,
biaya yang timbul adalah tanggungan Kontraktor. Semua sistem dan
mekanisme yang disyaratkan dalam gambar kerja harus berfungsi dengan
sempurna. Daun pintu dan jendela harus dapat dibuka dengan sempurna,
apabila terjadi kemacetan Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki,
biaya yang timbul adalah tanggungan Kontraktor. Pada daun pintu
ganda/double door, untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran
udara terutama pada ruang yang dikondisikan, hendaknya dipasang
Mohair, jika perlu dapat digunakan Synthetic Rubber atau bahan dari
Synthetic Resin. Kaca harus diteliti dengan seksama pada saat terpasang,
Pasal 9
PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA ALLUMINIUM
(ALAT PENGGANTUNG DAN KUNCI)
a. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi :
1) Pekerjaan Perlengkapan Pintu dan Jendela Aluminium.
Pekerjaan perlengkapan pintu dan jendela Alluminium seperti tercantum
dalam gambar kerja.
b. Persyaratan Bahan.
Semua alat penggantung dan pengunci (hardware) yang digunakan harus
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam buku spesifikasi ini. Apabila
terjadi perubahan atau penggantian, harus mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu secara tertulis dari Pemberi Tugas. Kontraktor wajib mengajukan
contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas dan
6) Door Closer.
Spesifikasi : Lengan dapat disetel untuk menahan pintu tetap terbuka
(hold open”) pada posisi tertentu sesuai dengan pilihan.
Memiliki pengatur kecepatan menutup sehingga
kecepatan tersebut konstan. Tipe Hidroulik “Automatic
back-check”.
Pemakaian : Semua pintu ruang ber- AC atau sesuai dengan gambar
kerja.
7) Grendel Tanam Putar.
Pemakaian : Pintu kayu dengan dua daun/pintu ganda sesuai dengan
gambar Perlengkapan Pintu Dorong.
d. Perlengkapan Jendela Jungkit.
1) Casement.
Mekanisme : Kombinasi dari prinsip engsel dan hak angin, sudut
bukaan hingga 135 derajat
Pemakaian : Jendela Aluminium Jungkit
Spesifikasi : Bahan dari baja difinish dengan Elektor Galvanized
Ukuran : 900 mm.
Kemampuan menahan beban daun jendela untuk :
Maks. Tinggi : 1525 mm, Maks. berat : 14,50 kg.
Agar dapat sesuai dengan jendela, Kontraktor harus
meminta kejelasan tipe ini kepada pabrik pembuat.
2) Slot.
Spesifikasi : Spring knip.
Pemakaian : Semua jendela jungkit.
Warna : Ditentukan kemudian.
e. Kehandalan Kerja.
Seluruh perangkat perlengkapan pintu dan jendela ini harus bekerja dengan
baik sebelum dan sesudah pemasangan. Untuk itu, harus dilakukan pengujian
secara kasar dan halus.
f. Persyaratan Pelaksanaan.
1) Shop Drawing.
Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan dengan
keadaan dilapangan. Di dalam shop drawing harus jelas dicantumkan
semua data yang diperlukan termasuk keterangan produk, cara
pemasangan atau detail-detail khusus yang belum tercakup secara lengkap
didalam gambar dokumen kontrak sesuai dengan standarisasi pabrikasi,
dan pemasangannya untuk setiap pintu dan jendela.
Shop drawing harus disetujui dahulu oleh Direksi/Konsultan Pengawas
sebelum dilaksanakan. Pemasangan semua perangkat perlengkapan pintu,
jendela dan bovenlicht khususny lockcase, handle dan blackplate harus rapi
dan sesuai dengan letak posisi yang telah ditentukan dalam gambar kerja
dan atau petunjuk Direksi/Konsullan Pengawas. Apabila hal tersebut tidak
tercapai, maka Kontraktor wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya.
2) Engsel.
Pemasangan :
Engsel atas : + 28 cm (as) dari permukaan atas pintu.
Engsel bawah : + 28 cm (as) dari permukaan bawah pintu.
Khusus pintu toilet/peturrasan dan janitor ,adalah + 32 cm (as) dari
permukaan bawah pintu.
3) Door Stopper.
Pemasangan :
Untuk pintu toilet/peturrasan, dipasang pada dinding dengan minimum
ketinggian 155 cm dan 6 cm dari tepi daun pintu.
Untuk pintu lain dipasang pada lantai, letaknya diatur agar daun pintu dan
kunci tidak membentur dinding pada saat pintu terbuka.
Pasal 10
PEKERJAAN PLAFON
a. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
1) Pekerjaan Plafon Gypsumboard tebal 9 mm untuk semua ruangan kecuali
KM/WC dan Pantry
2) Pekerjaan (GRC) Glass-fibre Reinforced Cement Board 4 mm.
3) Pekerjaan langit-langit untuk ruang KM/WC dan Pantry atau sesuai gambar
kerja.
b. Perawatan Bahan.
1) Gypsumboard
Tebal : 9,00 mm.
Ukuran panel : 120 x 240 cm.
2) Glass-fibre Reinforced Cement Board (GRC) 4 mm
Tebal : 4,00 mm.
Ukuran panel : 120 x 240 cm.
3) Rangka Langit-langit.
Konstruksi Metal Furing.
Ukuran dan dimensi sesuai dengan gambar kerja.
Bahan harus memenuhi persyaratan bahan dengan kuat tekan
c. Persyaratan Pelaksanaan.
1) Rangka Langit-langit.
Persyaratan pelaksanaan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
Bahan rangka yang digunakan untuk pemasangan plafond adalah Baja
Ringan Pola rangka penggantung langit langit sesuai dengan gambar
rencana dan diperhatikan benar-benar peilnya. Bagian permukaan rangka
langit-langit yang akan dipasang rangka langit-langit harus rata permukaan,
Penggantung rangka langit-langit adalah klem besi strip dengan
kawat/kabel baja yang diikatkan ke stek penggantung langit-langit dengan
wartelmur. Stek penggantung langit-langit dari besi beton berdiameter 6
mm, diikatkan ketulangan pelat lantai atau balok beton, telah dipasang pada
saat pengeoxan. Panjang stek dan jarak penggantungan sesuai dengan
gambar kerja.
2) Langit-langit .
Plafon Gibsumboard 9 mm yang dipasang yang telah dipilih dengan baik,
bentuk, dan ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian yang retak,
gompal atau cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas. Gibsumboard dan Plafon GRC dipasang
dengan cara pemasangan sesuai dengan standard yang dikeluarkan oleh
pabrik pembuatnya, pemakuan dengan paku khusus untuk Gibsumboard
Plafon GRC, dan pola pemasangan sesuai gambar kerja. Setelah selesai
terpasang, bidang permukaan langit-langit harus lurus, rata waterpass dan
tidak bargelombang, sambungan antar panel saling tegak lurus. Toleransi
kecembungan adalah 0,5 mm untuk jarak 2 m. Penyelesaian akhir adalah
dicat. Pekerjaan pengecatan harus sesuai dengan Pasal Pekerjaan Cat.
3) Peralatan-peralatan Yang Terpasang.
Pada pekerjaan ini, Kontraktor harus mengadakan koordinasi dari berbagai
disiplin lain untuk dapat mengkoordinasikan peralatan-peralatan yang harus
terpasang pada panel langit-langit tersebut, seperti armatur lampu, Kabel
Try, grill AC. Titik Penginderaan Kebakaran, Sprinkler dan lain-lain.
Pasal 11
PEKERJAAN ALLUMINIUM COMPOSSIT PANEL (ACP)
a. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang ACP (Alluminium Compossit Panel) meliputi :
1) Pekerjaan rangka ACP menggunakan besi Holow 7,5 x 7,5 Tebal 4,5 mm
2) Pekerjaan panel ACP jarak 120 x 60 cm
3) Pekerjaan Finishing Nat ACP
b. Persyaratan Bahan.
Jenis, ukuran, warna sesuai dengan petunjuk gambar serta Spesifikasi Teknis
ini dan telah disetujui oleh Pemberi Tugas. Segala contoh yang telah disetujui
oleh Pemberi Tugas harus diserahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas.
Semua bahan yang terpasang sesuai dengan contoh yang telah disetujui.
Pemasangan semua unit ACP harus lengkap dengan sistem pabrikasi.
c. Persyaratan Pelaksanaan.
1) Koordinasi Kerja.
Pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti gambar, uraian dan persyaratan
pekerjaan, spesifikasi serta patunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.
Diperlukan koordinasi kerja dengan disiplin lain terutama yang
bersangkutan dengan pekerjaan pemasangan, baik jadwal pekerjaan
maupun posisi meletakkan peralatan ditempat.
2) Pemasangan Bahan.
Semua peralatan sebelum dan sesudah dipasang harus disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas dan dijaga dari kerusakan atau hilang
sebelum masa penyerahan tiba. Pada saat pemasangan peralatan,
perhatikan semua ukuran, peil, pola dan syarat lain untuk pemasangan
pada rangka ACP. Peralatan harus dipasang dengan rapi sesuai dengan
pola ACP yang tertera pada gambar. Pemasangan ACP dan Nat harus
dilakukan dengan hati-hati dan cermat agar tidak terdapat bekas carat atau
noda.
3) Pemasangan Rangka Hollow.
Pemasangan rangka harus dibuat secara presisi untuk mendapatkan garis
tengah besi hollow sebagai dudukan ACP supaya tidak miring, panel ACP
dapat terpasang dengan rapi jika rangka yang terpasang cukup baik dan
dapat menyatu (tidak miring) pada sisinya.
4) Pemeriksaan atau Pengujian
Sebelum pekerjaan Nat ACP diadakan pemeriksaan/pengujian oleh
Direksi/Konsultan Pengawas untuk memriksa sekrup jangan sampai ada
yang terpasang miring.
Pasal 12
PEKERJAAN SANITAIR
a. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pengadaan dan pemasangan :
1) Pekerjaan Kloset Duduk Monoblock + Jet Washer.
2) Pekerjaan Kloset Jongkok Monoblock + Jet Washer.
3) Pekerjaan Wastafel Keramik dan Kaca Cermin tebal 5 mm
4) Pekerjaan Kran Dinding.
5) Floor Drain.
6) Pipa Gip dan PVC.
b. Persyaratan Bahan.
Jenis, ukuran, warna sesuai dengan petunjuk gambar serta Spesifikasi Teknis
ini dan telah disetujui oleh Pemberi Tugas. SegaIa contoh yang telah disetujui
oleh Pemberi Tugas harus diserahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas.
Semua bahan yang terpasang sesuai dengan contoh yang telah disetujui.
Pemasangan semua unit sanitair harus lengkap dengan fixtures (kran, pipa
drain dan sebagainya)
c. Persyaratan Pelaksanaan.
1) Koordinasi Kerja.
Pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti gambar, uraian dan persyaratan
pekerjaan, spesifikasi serta patunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.
Diperlukan koordinasi kerja dengan disiplin lain terutama yang
bersangkutan dengan pekerjaan pemasangan, baik jadwal pekerjaan
maupun posisi meletakkan peralatan ditempat.
2) Peralatan Yang Disetujui.
Semua peralatan sebelum dan sesudah dipasang harus disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas dan dijaga dari kerusakan atau hilang
sebelum masa penyerahan tiba. Pada saat pemasangan peralatan,
perhatikan semua ukuran, peil, pola dan syarat lain untuk pemasangan di
Pasal 13
PEKERJAAN PERLINDUNGAN
a. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pengadaan dan pemasangan :
Pekerjaan Sealant.
Pekerjaan Grouting.
Pekerjaan Waterprofing.
1) Pekerjaan Sealant.
a) Semua celah pada sambungan unit saniter dan “accesoriesnya”
terhadap dinding lantai maupun antara pipa.
b) Semua celah pada kaca dengan rangka dan dinding.
c) Semua celah pada kusen alluminium.
2) Pekerjaan Grouting.
Semua pekerjaan penutup celah yang terjadi pada bahan material metal
yang tertanam dalam beton maupun pasangan bata.
3) Pekerjaan Waterprofing.
Pelapisan dengan bahan/material waterprofing untuk :
a) Bahan/material waterprofing lembaran untuk permukaan atas plat atap
beton.
b) Bahan/material waterprofing cair untuk permukaan atas lantai 1 (satu)
semua km/wc.
b. Persyaratan Bahan.
1) Pekerjaan Sealant.
Bahan sealant harus sesuai dengan kegunaan, fungsi dan bahan/material,
tahan cuaca, kedap air, tahan terhadap garam dan alkali, bersifat elastis
untuk menghadapi perubahan temperatur, tahan benturan, dan berdaya
lekat tinggi dan berbahan dasar dari silikon.
2) Pekerjaan Grouting.
Bahan grouting dari jenis non shrink dan non-metalic dengan pemakaian
dicampur semen.
3) Pekerjaan Waterprofing.
Tipe waterprofing yang digunakan adalah jenis bubuk semen dengan
campuran liquid kemudian dicampur dengan merata menggunakan mesin
pengaduk sehingga merata dengan baik.
Waterprofing diaplikasikan dengan kuas pada plat atap dengan merata
dilakukan sebanyak 2 (dua) kali.
Produk : Tipe bubuk dengan cairan (liquid)
4) Penyerahan Bahan/Material.
Penyerahan bahan/material ditempat pekejaan harus dalam keadaan
masih utuh, tertutup baik dan tersegel dalam kemasannya serta berlabel
seperti waktu diterima dari distributor/pabrik. Jika dalam keadaan cacat atau
rusak, maka bahan/material tersebut tidak diperkenankan untuk dipakai.
c. Persyaratan Pelaksanaan.
1) Kebersihan Bahan/Material.
Sebelum pelaksanaan, permukaan dan semua bahan/material yang
termasuk dalam pekerjaan harus bersih dan bebas dari debu, minyak, air
dan noda maupun kotoran lainnya, pail atau elevasi permukaan tersebut
sudah disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.
Apabila dari bahan/material yang dipakai ada yang mengandung bahan
dasar yang beracun atau membahayakan kesehatan keselamatan
manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung (seperti
: masker, sarung tangan, dan sebagainnya) yang harus dipakai pada waktu
pelaksanaan pekerjaan.
Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga
ahli/supervisi dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung
Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah. Prosedur
palaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi pabrik.
2) Pekerjaan Sealant.
Sepanjang permukaan yang akan diberi sealant harus kering betul, bersih
bebas dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan, partikel
bahan/material yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya.
Permukaan bahan harus sudah difinish. Tidak diperkenankan
melaksanakan pekerjaan ini di dalam ruangan tertutup karena sealant
memerlukan kelembaban atmosfir untuk mengeras. Dalam pelaksanaan
pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan cara pemasangan dan jenis
sealant yang dibedakan berdasarkan macam/jenis material yaitu :
a) Material keramik/kaca.
b) Material metal.
c) Material kayu.
d) Material beton.
e) Material Alluminium Compossit Panel
f) Material Acrylic
g) Permukaan aduk plestetan dan lain-lain.
3) Pekerjaan Grouting.
a) Persiapan Permukaan.
Metal yang tertanam telah diberi cat dasar atau cat anti karat, terkecuali
untuk baja stainless steel, persyaratan ini tidak berlaku. Permukaan
lubang pada beton maupun pasangan batu bata harus bersih dan bebas
dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan/semen, partikel
bahan/material yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya.
Sebelum pemberian grouting, permukaan lubang harus dibasahi terlebih
dahulu tetapi tidak diperkenankan ada butiran air diatas permukaan
tersebut pada waktu pelaksanaan grouting.
b) Pelaksanaan.
Aduk grouting diisikan dari satu arah menerus hingga seluruh
celah/lubang tertutup padat, tidak ada rongga, rata permukaan agar tidak
terbentuk rongga udara. Apabila celah/lubang berukuran kecil, pengisian
aduk grouting dapat mempergunakan corong/alat lain.
c) Perawatan/curing dan Perbaikan.
Permukaan aduk grouting harus dilindungi dari pengeringan dan
pengerasan yang terlalu cepat dengan cara ditutup dengan kain basah.
4) Pekerjaan Waterprofing.
a) Persiapan permukaan.
Bekisting pada bagian/sisi bawah pelat lantai dan pelat atap beton harus
sudah dilepas agar tidak menghambat butir-butir air dalam beton untuk
keluar. Perawatan beton minimum telah melewati 7 hari dari yang
disyaratkan pekerjaan beton struktural.
Permukaan harus betul-betul kering sebelum pelaksanaan lapisan
waterprofing. Seluruh permukaan harus sudah bebas dari minyak, retak
Lapisan pelindung.
Apabila diperlukan lapisan pelindung, dibuat dari lapisan (screed) kedap
air 1Pc : 3Ps dengan tulangan kawat kasa ayam. Tebal lapisan minimal
3 cm dan maksimal 8 cm.
Pengujian.
Kontrator harus melaksanakan pengujian kebocoran setelah selesai
pekerjaan lapisan waterprofing.
Cara pengujian dengan menuangkan air kepermukaan yang telah
tertutup lapisan waterprofing hingga ketinggian + 50 mm dan dibiarkan
selama 3 x 24 jam.
Perbaikan Lapisan Waterprofing.
Pasal 14
PEKERJAAN SISTEM PLUMBING
a. Lingkup Pekerjaan.
Bangunan gedung pada umumnya merupakan bangunan yang dipergunakan
oleh manusia untuk melakukan kegiatannya, agar supaya bangunan gedung
yang dibangundapat dipakai, dihuni, dan dinikmati oleh pengguna, perlu
dilengkapi dengan prasaranalain, yang disebut prasarana
bangunanatauutilitas bangunan.
Utilitas Bangunan merupakan kelengkapan dari suatu bangunan gedung,
agarbangunan gedung tersebut dapat berfungsi secara optimal. Disamping itu
penghuninyaakan merasa nyaman, aman, dan sehat.
Air bersih dari Ground Watertank akan dipompa melalui pipa menuju Top
Watertank, dengan kapasitas penampungan atap +/- 4.000 Liter. Akan
dialirkan menuju lantai-lantai bangunan menggunakan pompa tekan
sehingga tekanannya dapat terjaga.
2) Kotoran Cair
a) Sistem pendistribusian air kotor dari lavatory dari floor drain dialirkan
langsung kedalam Saft menuju pipa pembuangan Ø 4”, menuju saluran
keliling bangunan dan disalurkan menuju Riol Kota.
b) Sistem pendistribusian air kotor dari lavatori dari Wastafel dan Urinoir
dialirkan langsung menuju pipa pembuangan Ø 4”, melalui shaft menuju
saluran keliling bangunan.
c) Sistem pendistribusian kotoran padat dari KM/WC dari Closet dialirkan
langsung menuju pipa pembuangan Ø 4”, melalui shaft menuju
septicktank bangunan.
3) Kotoran Padat (Tinja)
Bak penampung kotoran padat menggunakan Biological Filter Septic Tank
yang terbuat dari bahan fiberglass, dan merupakan Septic Tank Fiber
Glass, yang mengusung produk ramah lingkungan. dilengkapi media
kontak yang dirancang khusus dan dilengkapi dengan system disinfektan
yang penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan sehingga
buangannya tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dengan
spesifikasi :
Kapasitas : 6-8 Orang
Dimensi : 200 x 100 150 Cm
Volume : 3.000 Liter
Bahan : Fiebrglass Tebal 3 mm
Pendistribusian kotoran padat dari closet dengan pipa Ø 4”, melalui shaft
menuju septick Tank Biofill.
4) Sampah
Penanggulangan sampah pada bangunan kantor sebaiknya dipisahkan
antara sampah organik dan an-organik, yaitu sampah dapur (pantri) dan
sampah kertas pada ruang kerja. Dalam hal ini sampah kering yang
direkomendasikan akan dibuang melalui shaft sampah, untuk sampah
organik hasil buangan dapur atau pantry akan diberikan perlakuan khusus
dikarenakan sampah tersebut akan berbau busuk jika terlalu lama
mengendap.
Sampah organik penangannya yaitu dengan mengumpulkan dengan
kantong sampah dan dibuang secara manual ke tempat sampah terdekat.
Untuk sampah kering penanganannya akan dibuang lelahui shaft sampah
kemudian diangkut menuju tempat sampah.
BAB IV
PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL
Pasal 1
SISTEM ELEKTRIKAL
1. Lingkup Pekerjaan.
a. Umum.
Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik
dalam spesifikasi ini maupun yang tertera dalam gambar, dimana bahan dan
peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada
spesifikasi ini. Bila ternyata terdapat perbedaan-perbedaan antara spesifikasi
bahan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan
pada pasal dibawah ini, maka merupakan kewajiban Kontraktor untuk
mengganti bahan atau peralatan tersebut sehinggai sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dan disetujui Direksi/Pengawas Lapangan.
b. Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Mekanikal Electrikal.
Sebagai tertera dalam gambar-gambar rencana, Kontraktor pekerjaan ME ini
harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam
keadaan baik dan siap dipergunakan.
Garis besar lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai betikut :
1) Pengadaan dan Pemasangan :
2. Standard/Rujukan.
a. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1987)
b. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)
c. International Electrotechnical Commission (IEC)
d. SPLN.
diperhitungkan untuk besar arus tanpa menyebabkan suhu yang lebih dati
65° C.
4) Setiap busbar copper harus diberi warna sesuai peraturan PLN, lapisan
yang dipergunakan untuk memberi warna busbar dan saluran harus dari
jenis yang tahan terhadap kenaikan suhu yang diperbolehkan.
5) Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting dalam
kotak tahan getaran, untuk Ampermeter dan Voltmeter dengan ukuran 96
x 96 mm dengan skala linear dan ketelirian 1% dan bebas dari pengarus
induksi serta ada sertifikasi tera dari LMK/PLN (minimum 1 buah untuk
setiap jenis alat ukur).
6) Ukuran dari tiap-tiap panel harus disesuaikan dengan keadaan dan
keperluan serta semua persyaratan yang berlaku sesuai dengan yang
telah disetujui Perencana.
b. Kabel Tegangan Rendah.
1) Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan min.
0,6 KV untuk kabel NYM, NYY, NYMHY, Coaxial Kabel, Kabel UTP Cat6
dengan spesifikasi :
a) Conductor : Plain wpper (NYM & NYY), solid or stranded (NYY),
b) Insultaion : PVC
c) Core Filter : Compound Elastic/Soft PVC
d) Sheat : PVC.
20) Semua kabel yang dipasang diatas langit-langit harus diletakkan pada
Cable Ladder.
21) Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beron harus
dibuatkan sleeve dan pipa galvanis dengan diameter minimum 2 ½ kali
penampang kabel.
22) Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak kontak harus didalam
kotak terminal yang terbuat dan bahan yang sama dengan bahan
konduitnya dan dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimana tebal
kotak terminal tadi minimum 4 cm.
23) Setiap pamasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih
1m disetiap ujungnya.
24) Penyusunan konduit diatas cable leadder harus rapi dan tidak saling
menyilang.
25) Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak kontak harus didalam
kotak penyambungan dan memakai alat penyambung barupa las-dop
merk Legrand atau 3 m dengan memberi isolasi terlebih dahulu. Warna
isolasi harus sama dengan warna kabelnya.
b. Lampu Penerangan.
1) Jenis lampu yang digunakan yaitu jenis lampu SL
2) Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana
plafond dan tata lampu serta disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
3) Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka plafond
yang terbuat dari bahan aluminium.
c. Kotak Kontak dan Saklar.
1) Kotak kontak dan saklar yang akan dipakai adalah type pemasangan
masuk dan dipasang pada ketinggian 50 cm dari level lantai, untuk kotak
kontak biasa 150 cm dari level lantai, dan untuk kotak kontak AC dipasang
dengan ketinggian yang sesuai dari lantai.
2) Kotak kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang lembab harus
type water dicht (bila ada).
d. KWH Meter.
1) Penempatan KWH meter baik dalam panel-panel utama maupun yang
terpasang dalam sub-sub panel harus diletakkan sedemikian rupa
sehingga mudah dilihat/dibaca dengan baik.
2) Koordinasi penempatan KWH meter ditentukan kemudian dilapangan
setelah disepakati barsama Arsitek.
e. Lampu Penerangan.
1) Pemasangan lampu penerangan disesuaikan dengan rencana plafond
Arsitek dan disetujui Pengawas Lapangan.
2) Lampu tidak diperkenankan memberi beban pada rangka plafond yang
terbuat dan bahan aluminium.
3) Tiang lampu penerangan luar dipasang tegak lurus.
4) Lampu penerangan luar dibuat dengan pondasi dan dipasang kotak
pengaman (fuse box ) pada ketinggian maximum 50 cm dari tanah.
5. Pengujian.
a. Umum.
Sebelum semua peralatan utama dan sistem dipasang, harus diadakan
pengujian secara individual. Peralatan tersebut baru dapat dipasang setelah
dilengkapi dengan sertifikatkat pangujian yang baik dari pabrik yang
bersangkutan dan LMK/PLN sarta instansi lain yang berwenang untuk itu.
Setelah paralatan tersebut dipasang, harus diadakan pengujian secara
menyeluruh dari sisbm, untuk menjamin bahwa sistem berfungsi dengan baik.
Semua biaya untuk mendapatkan sertifikat Iulus pengujian dan peralatan
untuk pengujian yang perlu disediakan oleh Kontraktor menjadi tanggung
jawab Kontraktor sandiri.
b. Peralatan dan Bahan.
Peralatan dan bahan Instalasi Listrik yang harus diuji.
1) Panel-panel tegangan rendah.
Panel-panel tersebut harus dilengkapi dengan sertifikat Iulus pengujian
dan pembuat panel yang menjamin bahwa setiap peralatan dalam panel
tersebut berfungsi baik dan bekerja sempurna dalam keadaan operasional
a) Terminal Block
b) MCCB, MCB
c) Pembuat Panel
d) Kabel
e) Conduit High Impact
f) Konduit PVC, AW
g) GIP Med. Class
h) Cable Mark
i) Lampu :
RMI AL + Keranjang
SL Type Downlight
SL Bulb Type Baret
SL Type Spot Flood Light
j) Kotak Kontak
k) Kotak Kontak Industry/Isolating Switch
l) Saklar Biasa
m)Saklar Photosell untuk lampu yang berada diluar gedung
n) Metal Conduit
o) Cable Leadder/Tray