731878f3-95d1-433c-8b7f-5208b785b356
731878f3-95d1-433c-8b7f-5208b785b356
MODUL
KEPERAWATAN ANAK
Disusun Oleh:
Safrianti Zulma
NR2214201034
PRODI S1 KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR
Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
nikmat, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan modul ini dengan judul
"Keperawatan Anak Secara Umum". Adapun modul " Keperawatan Anak Secara
Umum" ini telah kami usahakan dapat disusun dengan sebaik mungkin dengan
mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan modul ini dapat
diselesaikan secara tepat waktu. Modul ini dibuat untuk memenuhi tugas dari dosen
Ibu Fitri Diana Astuti, S.Kep., Ns. M.Kep. selaku dosen Keperawatan Anak.
Untuk itu kami tidak lupa untuk menyampaikan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam penulisan moduh ini. Terlepas dari
upaya kami untuk menyusun modul ini dengan sebaik-baiknya, kami tetap menyadari
bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari segi penggunaan kosa-kata, tata
bahasa maupun kekurangan- kekurangan lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami selaku penulis membuka selebar-lebarnya
bagi pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran kepada kami agar
kami dapat memperbaiki kualitas modu ini. Kami berharap semoga modul "
Keperawatan Anak Secara Umum" ini bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang
tertuang dalam modul ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya oleh para pembaca.
Safrianti Zulma
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
PENDAHULUAN........................................................................................................3
2
PENDAHULUAN
3
KEPERAWATAN ANAK SECARA UMUM
Pada dasarnya, setiap asuhan pada anak yang dirawat dirumah sakit
memerlukan keterlibatan orang tua (Platt, 1959 dan Farrell, 1992).
Waktu kunjungan bagi orang tua terhadap anaknya harus terbuka selama
4
24 jam, tersedia aktivitas bermain dan layanan pendidikan kesehatan
pada orang tua yang terprogram secara reguler. Anak membutuhkan
orang tua selama proses hospital.
Terjadi perpisahan antaraorang tua dengan anaknya karena harus
dirawat dirumah sakit dapat menimbulkan dampak psikologis pada anak.
Apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dirawat dirumah sakit,
orang tua menjadi stress. Hal ini terjadi seperti satu lingkaran setan.
(Supartini, 2000).
Etos asuhan yang berpusat pada keluarga pada dasarnya karena
asuhan dan pemberi rasa aman dan nyaman orang tua terhadap anaknya
merupakan asuhan keperawatan anak dirumah sakit sehingga asuhan
keperawatan pada anak dirumah sakit harus berpusat dpada konsep anak
sebagai bagian dari keluarga dan keluarga sebagai pemberi dukungan
yang paling baik bagi anak selama proses hospitalisasi (Departement of
Health, 1991).
B. Pengaplikasian Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis pada anak saat sakit dan
dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga
kondisi tersebut menjadi faktor stresor bagi anak dan keluarganya
(Kristiyanasari, 2014). 5
Hospitalisasi adalah suatu keadaan tertentu atau darurat yang
mengharuskan seorang anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi
perawatan sampai pemulangannya ke rumah (Supartini, 2014).
Menurut Cromaria (2015) tanda dan gejala hospitalisasi anak terdiri
dari:
1. Fisik, yang ditandai dengan: peningkatan denyut nadi atau HR,Peningkatan
terhadap situasi tertentu yang relative kecil, luapan kemarahan, cepat marah,
permusuhan, kurang minat, menarik diri, apatis, tidak bisabangun di pagi
hari, cenderung menangis, menyalahkan orang lain,sikap mencurigakan,
khawatir, depresi, sinis, sikap negatif, menutupdiri dan ketidakpuasan.
3. Intelektual, yang ditandai dengan menolak pendapat orang lain, dayahayal
Pada tahap ini anak-anak bereaksi secara agresif terhadap perpisahan dengan
orangtua. Mereka menangis dan berteriak memanggil orangtua mereka,
menolak perhatian dari orang lain, dan kedukaan mereka tidak dapat
ditenangkan. Perilaku yang diobservasi seperti: menangis, berteriak, mencari
orangtua, memegang orangtua dengan erat, dan menghindari kontak mata
dengan orang lain.Selain itu pada anak usia pra sekolah perilaku yang dapat
diobservasi seperti: menyerang orang asing dengan verbal, menyerang orang
asing dengan fisik, mencoba kabur untuk mencari orangtua, dan mencoba
menahan orangtua untuk tetap tinggal. Perilaku-perilaku tersebut dapat
berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa hari. Protes seperti
menangis, dapat berlangsung hanya berhenti bila lelah dan pendekatan orang
asing dapat mencetuskan peningkatan stres.
2. Tahap putus asa. 6
Selama tahap ini tangisan berhenti dan muncul depresi. Anak tersebut
menjadi begitu aktif, tidak tertarik bermain atau terhadap makanan, dan
menarik diri dengan orang lain. Perilaku yang dapat diobservasi seperti:
tidak aktif, menarik diri dengan orang lain, depresi/sedih, tidak tertarik
dengan lingkungan,tidak komunikatif, mundur ke perilaku awal
(mengompol, mengisap ibu jari, menggunakan dot dan botol). Lamanya
perilaku tersebut berlangsung secara bervariasi. Kondisi fisik anak dapat
semakin memburuk karena menolak untuk makan, minum, atau bergerak.
3. Tahap pelepasan.
Sebagian besar kecemasan yang terjadi pada anak pertengahan sampai anak
periode prasekolah adalah cemas karena perpisahan. Hubungan anak dengan
ibu sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa
kehilangan terhadap orang yang terdekat bagi diri anak. Selain itu,
lingkungan yang belum dikenal akan mengakibatkan perasaan tidak aman
dan rasa cemas.
2. Kehilangan control.
8
C. Peran Perawat Anak dalam Berbagai Tata Pelayanan
kesehatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak ,perawat mempunyai
peran dan fungsi sebagai perawat anak di antaranya :
Pemberi perawatan
Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keparawatan
anak, sebagai perawat anak , pemberi pelayanan keperawatan dapat
dilakukan dengan memenuhi kebutuhan dasar anak seperti
kebutuhan asah, asih, dan asuh.
Sebagai advocate keluarga
Selain melakukan tugas utama dalam merawat anak , pearawat juga
mampu menjadi advocat keluarga sebagai pembela keluarga dalam
beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai klien.
Pendidikan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak , perawat harus
mampu menjadi peran pendidik, sebab beberapa pesan dan cara
mengubah perilaku pada anak atau keluarga harus selalu dilakukan
dengan pendidikan kesehatan khususnya dalam keperawatan.
Melalui pendidikan ini diupayakan anak tidak lagi mengalami
gangguan yang sama dan dapat mengubah perilaku yang tidak
sehat.
Pencegah penyakit
Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan
keperawatan sehingga setiap dalam melakukan asuhan
keperawatan yang harus selalu mengutamakan tindakan
pencegahan terhadap timbulnya masalah baru sebagai dampak dari
9
penyakit atau masalah yang diderita.
Konseling
Merupakan upaya perawat dalam melaksanakan perannya dengan
memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah yang
dialami oleh anak maupun keluarga. Berbagai masalah tersebut
dihararapkan mampu diatasai dengan cepat dan harapan pula tidak
terjadi kesenjangan antara perawat, keluarga maupun anak itu
sendiri. Konseling ini dapat memberikankemandirian keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatan.
Kolaborasai
Merupakan tindakan kerja sama dalam menentukan tindakan yang
akan dilaksanakan perawat dengan tim kesehatan lain. Pelayanan
keperawatan tidak akan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh tim
perawat tetapi harus melibatkan tim kesehatan lain seperti dokter,
ahli gizi, psikolog, dan lain-lain, mengingat anak merupakan
induvidu yang kompleks yang membutuhkan perhatian dalam
perkembangan.
Pengambilan keputusan etik
Dalam mengambil keputusan , perawat mempunyai peran yang
sangat penting, sebab perawat selalu berhubungan dengan anak
kurang lebih 24 jam selalu di samping anak, maka peran sebagai
pengambilan keputusan etik dapat dilakukan oleh perawat, seperti
akan melakukan pelayanan keperawatan.
Peneliti
Peran ini sangan penting dimiliki oleh semua perawat anak.
Sebagai peneliti perawat harus melakukan kajian-kajian
keperawatan anak, yang dapat dikembangkan untuk perkembangan
teknologi keperawatan. Peran sebagai peneliti dapat dilakukan
dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan anak (Wong,
10
D.L, 1995)
D. Konsep Perawatan pada Penyakit Akut, Kronik dan
Mengancam Kehidupan
Penyakit kronis dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan lansia, dalam hal ini
kesehatan jiwa yaitu kecemasan. Kecemasan merupakan suatu perasaan dimana
seseorang merasa tidak aman dan terancam atas suatu hal atau keadaan (Stuart,
2013).
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju
11
ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau penyakit
terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan,
tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang di katakan di atas tadi
penyakit terminal ini mengarah kearah kematian. (White, 2002).
Pasien terminal adalah pasien yang dalam keadaan menderita penyakit dengan
stadium lanjut yang penyakit utamanya tidak bisa diobati kembali dan bersifat
progresif (meningkat). Pengobatan yang diberikan hanya bersifat menghilangkan
gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup, dan pengobatan penunjang
lainnya (Ali Yafie, 1996 : 34 )
A. Respon dari Penyakit Kronis
Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit
kronis yang dideritanya oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009),
yaitu:
a. Penolakan (Denial)
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti
jantung, stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan
memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu berat
(menolak untuk mengakui bahwa penyakit yang diderita sebenarnya berat) dan
menyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera sembuh dan hanya akan memberi
efek jangka pendek (menolak untuk mengakui bahwa penyakit kronis ini belum
tentu dapat disembuhkan secara total dan menolak untuk mengakui bahwa ada efek
jangka panjang atas penyakit ini, misalnya perubahan body image).
b. Stress
Ketika tubuh terus menerus bereaksi menghadapi stress dalam kehidupan
sehari-hari, maka dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Stres yang
berlebihan mengganggu hampir setiap sistem dalam tubuh. Hal ini dapat
melemahkan sistem kekebalan tubuh, mengganggu pencernaan dan sistem
reproduksi, meningkatkan tekanan darah, meningkatkan risiko serangan jantung
dan stroke, mempercepat proses penuaan dan membuat lebih rentan terhadap
banyak masalah kesehatan mental dan fisik .
12
c. Kematian
Penyakit kronis menyebabkan kematian pada penderitanya. di Indonesia.
Kecenderungan kematian akibat penyakit tidak menular seperti kanker, diabetes,
jantung, dan PPOK terus meningkat pada setiap tahunnya (Kementerian Kesehatan
RI, 2012). Keadaan tersebut menimbulkan kecemasan pada individu yang
menderitanya.
d. Putus asa
Pada komponen kognitif, seseorang yang putus asa cara berpikirnya akan
terganggu. Ia mengalami kesulitan untuk merealisasikan rencana-rencana yang
telah disusun dan kesulitan dalam menyadari cara-cara alternatif untuk mengatasi
masalahnya. Ia juga tidak yakin orang lain mampu menolongnya untuk
mendapatkan solusi atas permasalahan yang dihadapi (Kastenbaum & Kastenbaum,
1971; Lynch, 1965; Stotland, 1969 dalam Farran, dkk, 1995). Komponen afektif
dan kognitif ini kemudian mempengaruhi cara individu bertingkah laku.
B. Pencegahan dan Penanganan Penyakit Kronis
Sekarang ini pencegahan penyakit diartikan secara luas. Dalam pencegahan
penyakit dikenal pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Djauzi, 2009).
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat
agar tetap sehat atau 11 mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Secara garis
besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum (melalui pendidikan
kesehatan dan kebersihan lingkungan) dan pencegahan khusus (ditujukan kepada
orang-orang yang mempunyai risiko dengan melakukan imunisasi). Pencegahan
sekunder merupakan upaya untuk menghambat progresivitas penyakit, menghindari
komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan yang dapat dilakukan melalui
deteksi dini dan pengobatan secara cepat dan tepat. Pencegahan tersier
dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi.
Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan
fungsi organ yang mengalami kecacatan (Budiarto & Anggreni, 2007) meliputi ;
jauhi alkohol, tidur cukup dan Ketahui riwayat keluarga
Dominasi penyakit pada anak di Indonesia mulai bergeser dari penyakit akut
menjadi penyakit kronis. Perawatan jarak jauh (home hospital) merupakan tren
pada anak dengan penyakit kronis yang membutuhkan perawatan kontinu dalam
waktu yang lama. Artikel ini bertujuan untuk menggali potensi penerapan sistem
mobile–health di Indonesia. Telaah literatur dari artikel ini didapatkan dari
PubMed, CINAHL, dan Medline sejak tahun 2004-2014. Mobile–health
merupakan aplikasi yang menawarkan integrasi berbagai fungsi perawatan
melalui penggunaan telepon pintar. Beberapa negara percontohan seperti
Amerika Serikat, Swedia, dan Jepang telah membuktikan kontribusi mobile –
health dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Indonesia sejauh ini belum
melakukan pengembangan mobile – health di berbagai layanan kesehatan.
Penggunaan telepon pintar di Indonesia telah meluas untuk berbagai tujuan,
sehingga aplikasi mobile – health untuk pelayanan keperawatan anak sangat
mungkin dan mudah diterapkan. Perawat anak di Indonesia hendaknya mulai
mengambil inisiatif untuk mengenali aplikasi program, melakukan riset, dan
kolaborasi dengan beberapa profesi terkait agar dapat berkontribusi terhadap
perbaikan pelayanan kesehatan di masa yang akan datang
15
F.Peran Keluarga, Sosial, Ekonomi, Budaya, dan Religi pada Peningkatan
Kesehatan Anak
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?esrc=s&q=&rct=j&sa=U&url=https://repo.stikesicme-
jbg.ac.id/4437/6/Keperawatan%2520Anak
%2520I.pdf&ved=2ahUKEwiQ1LyM5IuAAxXEU2wGHbkwDv0QFnoECAQQAg
&usg=AOvVaw07LeFA4FXlXBedkvZ3uX-b
https://www.google.com/url?esrc=s&q=&rct=j&sa=U&url=https://repositori.uin-
alauddin.ac.id/12536/1/kep
%2520anak.pdf&ved=2ahUKEwiQ1LyM5IuAAxXEU2wGHbkwDv0QFnoECAEQAg&us
g=AOvVaw1sAjo59CM16XyvbFNremDY
https://www.google.com/url?esrc=s&q=&rct=j&sa=U&url=http://repository.itsk-
soepraoen.ac.id/306/3/BAB
%2520II.pdf&ved=2ahUKEwjJwKfE7YuAAxVyzTgGHZheDVgQFnoECAkQAg&usg=A
OvVaw22KLuKGSlf-X3VMKn63BWp
https://www.google.com/url?esrc=s&q=&rct=j&sa=U&url=https://id.scribd.com/
document/438531401/PERAN-PERAWAT-
ANAK&ved=2ahUKEwjcvKzx9YuAAxUC7TgGHdkdAVEQFnoECAQQAg&usg=AOvV
aw0H8Nz3d8bWHKPBRcyV4Nht
https://www.google.com/url?esrc=s&q=&rct=j&sa=U&url=https://jki.ui.ac.id/index.php/
jki/article/download/
447/583&ved=2ahUKEwiCgsqMiIyAAxV_U2wGHbaFDXsQFnoECAUQAg&usg=AOvV
aw2RU2jRb4vV0gSyOFhj-EZw
https://www.bing.com/ck/a?!
&&p=49a8568bc6ea36e8JmltdHM9MTY4OTIwNjQwMCZpZ3VpZD0xZDVkZTkwMS1h
18
NDUxLTZlYTktMjlkYi1mOGY1YTUzNDZmM2YmaW5zaWQ9NTE4NA&ptn=3&hsh=
3&fclid=1d5de901-a451-6ea9-29db-
f8f5a5346f3f&psq=pengaruh+sosial+ekonomi+pada+kesehatan+anak&u=a1aHR0cHM6Ly
93d3cucmVzZWFyY2hnYXRlLm5ldC9wdWJsaWNhdGlvbi8zNDY4MjY0MDVfUEVSQ
U5fU09TSUFMX0VLT05PTUlfS0VMVUFSR0FfREFMQU1fTUVOQU5HR1VMQU5HS
V9LRVNFSEFUQU5fQU5BS19ESV9JTkRPTkVTSUE&ntb=1