Anda di halaman 1dari 38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Gambaran Lokasi pengambilan data
Profil RSUD Dr.Adjidarmo di Kabupaten Lebak pada tanggal 1 Mei 1952

didirikan oleh Dr. Adjidarmo diprakarsai. Pada waktu dimana tenaga dokter yang ada

adalah Dr. Adjidarmo dan Dr. Hank (seorang dokter dari Jerman). Pada tahun 1984 Rumah

Sakit Umum didirikan di Daerah Kabupaten Lebak yang sebelumnya merupakan Rumah

Sakit kelas D diubah menjadi Rumah Sakit kelas C, dimana berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 2 IPD-DPRD/1984 dan dimana Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah di TK I

Jawa Barat Nomor 118-342/SK1132.HNK/84 tanggal 20 Juni 1984. melalui Peraturan-

Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 29 Tahun 1996, maka tetapkan dokter

Adjidarmo sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lebak. Diputusankan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 651/Menkes/SK/VII/2008 tanggal 16 Juli

2008 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo Milik

Pemerintah Kabupaten Lebak Provinsi Banten, maka RSUD Dr.Adjidarmo mendapatkan

peningkatan kelas Rumah Sakit dari Kelas C menjadi Kelas B yang di tindaklanjutin

Peraturan Daerah dengan tema pembukaan, Organisasi, dan Tata Kerja RSUD

Dr.Adjidarmo pada Nomor 10 tahun 2008. Terdapat beberapa klinik rawat jalan yaitu

Klinik Penyakit Dalam, Klinik Penyakit Jantung, Klinik Penyakit Paru-paru, Klinik Anak,

Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Klinik Telinga Hidung Tenggorokan (THT),

Klinik Bedah Mulut, Klinik Saraf , Klinik Gigi, Klinik Kesehatan Jiwa / Psikiatri, Klinik

Orthopedi dan Traumatologi, Klinik Bedah, Klinik Fisioterapi, Klinik Bedah Saraf, Klinik
Mata, dan Klinik Seroja (VCT & CST). Fasilitas perawatan atau ruang rawat yang ada

diantara lain : kelas VVIP, kelas VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3, serta didukung oleh

tenaga Medik Spesialis, umum dan penunjang kesehatan lainnya yang profesional. Adapun

salah satu ruangan Flamboyan. Yang terdiri dari kelas 2 dan kelas 3. Penelitian berada di

ruang Flamboyan, yang merupakan ruang nifas, diruang Flamboyan terdiri dari 16 kamar

dengan kapasitas 43 beds, saat ini ruangan nifas yang berada RSUD Adjidarmo dialihkan

ke ruangan Flamboyan, yang awal mula ruang nifas berada di ruang jeruk dengan alasan

ada beberapa ruangan yang mengalami renovasi, sehingga ruangan yang dialihkan untuk

pindah adalah ruang nifas. Semenjak adanya pademi pada masa Covid-19 ini di RSUD

Dr. Adjidarmo bertambah IGD khusus Scrining Covid-19 untuk Swab capiler, antigen dan

PCR . dan ada tempat khusus ruangan untuk mensterilkan perawat dengan bahan steril dan

tempat duduk berjarak 1 meter RSUD Dr. Adjidarmo beralamatkan di Jl.Iko Dr.Adjidarmo

Jatmiko No.1 Rangkasbitung Lebak-Banten (Website RSUD Dr.Adjidarmo).

Pengambilan data dilakukan di ruang Flamboyan pada tanggal 11 Mei – 13 Mei 2022.

4.1.2. Pengkajian (karakteristik Partisipan)


1) Identitas Klien
Tabel 4.1 Identitas Klien

ISTRI SUAMI
Nama Ny. J Tn. A
Umur 20 tahun 39 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan MTS SD
Pekerjaan Guru Paud Petani
Alamat Kp Babagan jati, Desa Cibungur kecamatan Leuwidamar.

2) Riwayat Kesehatan

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit

RIWAYAT PENYAKIT PASIEN/KELUARGA


Riwayat penyakit sekarang Pasien mengatakan keluar air ketuban pada tanggal 10
mei 2022 pagi pukul 05.00 WIB. Kemudian dibawa ke
bidan pada pukul 06.00 WIB setelah itu pasien
merasakan mules pada pukul 10.00 WIB, kemudian di
rujuk ke Rumah sakit pukul 21.00 WIB dan dilakukan
operasi cesar pada pukul 23.00 WIB
Saat dikaji pasien mengeluh nyeri pada luka post op sc
, nyeri skala 8(0-10) nyeri terasa saat bergerak nyeri
seperti ditusuk- tusuk , pasien tampak meringis
kesakitan. Nyeri berkurang setelah minum obat atau
diberikan obat dan Colostrume belum keluar.
Riwayat penyakit dahulu Pasien mengatakan bahwa ini kehamilan pertamanya.
Sebelumya pasien belum pernah di rawat di rumah
sakit. Saat sakit Pasien hanya berobat dibidan dan
puskesmas terdekat.
Riwayat keluarga Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat diabetes
jantung hipertensi atau Asma dan penyakit menular
lainnya seperti HIV, hepatitis.

3) Riwayat Kontrasepsi

Jenis KB: KB suntik 3 bulan

Waktu penggunaan : 1 tahun dari tahun 2020-2021

Alasan berhenti : ingin mempunyai anak

Rencana KB : KB suntik 3 bulan.

4) Riwayat Kehamilan sekarang

1. HPHT : 4 Agustus 2021

2. PNC : dilakukan 5 kali di posyandu

3. Tanggal perkiraan persalinan : 11 Mei 2022

4. Keluhan selama kehamilan : pasien mengatakan mual pada semester pertama.

5. Diagnosa kehamilan : G1 P0 A0 , dengan kehamilan aterm (40 minggu)

5) Riwayat persalinan sekarang

1. Mulai terasa mules: tanggal 10 Mei 2022, pasien mengatakan keluar air

ketuban pukul 05.00 WIB dan dibawa ke bidan pukul 06.00. pasien belum

terasa mules, pasien mulai terasa mules pada pukul 10.00 WIB.

2. Dilakukan pemeriksaan oleh : Dokter dengan indikasi infeksi vagina


3. Jenis tindakan yang dilakukan : Sectio caesar

4. Tanggal persalinan : 10 mei 2022

5. Tipe persalinan : Sectio Caesarea

6. Lama persalinan : pasien masuk ruang operasi pada pukul 23.00-23.30 WIB

7. Jumlah persalinan : ± 400 cc

8. Perawatan dan pengobatan yang diberikan : Anestesi spinal

9. Jenis kelamin bayi : laki-laki dengan berat 3220 gram dan panjang 50 cm

10. Apgar score : 7- 10 (bayi dapat menyesuaikan diri di luar rahim)

6) Data Nifas

1. Keluhan utama saat dikaji : pasien mengatakan nyeri luka post op sc skala

8(0-10) nyeri terasa saat bergerak nyeri seperti ditusuk- tusuk , pasien tampak

meringis kesakitan. Nyeri berkurang setelah minum obat atau diberikan obat.

2. Rooming in : rooming in tidak dilakukan karena bayi mengalami caput

succedaneum.

3. Asi diberikan setelah lahir : asi belum diberikan karena belum dilakukan

rooming in ibu dan bayi

4. Pemberian asi ekslusif : pasien mengatakan bayinya akan diberi ASI ekslusif

hingga umur 6 bulan.

5. Perawatan bayi oleh :

- Mengganti popok : bidan yang merawat.

- Memandikan bayi : oleh bidan yang merawat.

- Merawat tali pusat : pasien mengatakan belum mengetahui cara merawat

tali pusat bayi.


7) Pola Kebiasaan Sehari-hari

Tabel 4.3 Pola Kebiasaan sehari – hari


. Pasien
No. Pola Sebelum Sakit Saat sakit
1 2 3 4
1 Pola makan dan minum Pasien mengatakan Pasien mengatakan
makan 3 kali sehari makan makanan dari
rumah sakit nasi dan
bubur, makan 2 kali
sehari dan makanan di
habiskan. Pasien
mengatakan
menghabiskan minum
aqua gelas habis 3 gelas.
2 Pola istirahat dan tidur Pasien mengatakan Pasien mengatakan tidur
biasanya tidur pukul hanya ± 5 jam akibat
22.00 malam nyeri yang membuat
tidak nyaman istirahat.
3 Personal hygiene Pasien mengatakan mandi Pasien mengatakan belum
2 kali sehari dan rajin mandi dan sikat gigi dari
menjaga kebersihan dua hari yang lalu, karena
gerakannya terbatas
(pasien belum dapat turun
ke kamar mandi)

4 Eliminasi Pasien mengatakan sering Pasien mengatakan belum


BAK BAK selama hamil dan berani turun ke kamar
BAB sehari sekali kadang mandi karena masih nyeri
dua hari sekali. di area operasi, pasien
BAB tampak terpasang DC
dengan volume urine
±800 cc urine berwarna
kuning jernih , pasien
mengatakan belum BAB
sejak dua hari yang lalu
dan hanya buang Angin
saja.
5 Pola Aktivitas Pasien mengatakan Pasien mengatakan hanya
mengerjakan pekerjaan tidur dan berbaring saja
rumah saja. karena massih terasa sakit
pada luka post SC .

8) Kemampuan Perawatan Diri

a) Pasien mengatakan tidak mengetahui cara merawat buah dada dan tidak

melakukannya.

b) Pasien mengatakan tidak mengetahui cara merawat perineumnya dan tidak

melakukan perawatan perineum.

c) Pasien mengatakan tidak mengetahui cara merawat vulva nya dan tidak

melakukan vulva hygiene.

9) Keadaan Psikososial

Tabel 4.4 keadaan Psikologis

Pasien
No. pola Sebelum sakit Setelah sakit
1. Keadaan emosi Pasien merasa Pasien merasa
senang karena cemas dengan
keluarga kecilnya lukanya
akan lengkap
2. Hubungan dengan bayi Pasien merasa Pasien merasa
senang akan cemas dengan
bertemu dengan keadaan bayinya
bayinya karena belum
rooming in
3. Hubungan dengan suami Pasien merasa Pasien merasa
suaminya sangat bersyukur dengan
menyayanginya suaminya yang
tanggap dengan
keadaan ibu dan
bayinya.
4. Hubungan dengan keluarga Pasien merasa Pasien merasa
keluarganya percaya keluarganya
menantikan akan membantu
kelahiran bayinya. merawat bayinya.
Hubungan pasien
dengan keluarga
sangat baik

10) Pemeriksaan fisik ( pendekatan head to toe)

Tabel 4.5 Pemeriksaan fisik

Observasi Pasien
Pemeriksaan Fisik
1. Tanda – tanda vital
a. Kesadaran Compos mentis.
b. Tekanan darah 110/80 mmhg
MAP : (110+(2x80) = 270 = 90
3 3
Kesimpulan: MAP minimal 70 mmHg
mempunyai perfusi ginjal yang memadai.

68x/menit
c. Nadi
d. Suhu 37°C
e. RR
15x / menit
2. Antropometri

a. Berat badan
b. Tinggi badan 58 kg
c. IMT 156 cm
IMT : 1,56 x 1,56 = 23,8
58
Kesimpulan : pasien tidak mengalami
kekurangan energi kronis
3. Pemeriksaan Head to toe

a. Kulit Saat di inspeksi warna kulit sawo matang


dengan distribusi merata di seluruh
permukaan kulit dan terdapat perlukaan di
bagian dinding depan perut dengan
keadaan luka tampak tertutup perban. Saat
di palpasi turgor kulit elastis.

Saat di Inspeksi warna rambut hitam


b. Rambut merata di seluruh permukaan kepala, tidak
terdapat ketombe. Saat di palpasi bagian
rambut tidak terdapat benjolan dan lesi.

c. Kepala Saat di Inspeksi keseimbangan ukuran


kepala dengan badan tampak proporsional,
pasien dapat menggerakkan kepala ke
segala arah sesuai dengan arahan perawat.

d. Mata Saat di inspeksi mata tampak simetris


antara kanan dan kiri. Konjungtiva tidak
anemis dan sklera tidal ikterik pupil
mengecil saat di beri rangsang cahaya,
Pasien tidak menggunakan kaca mata,
dapat membaca buku dengan jarak yang di
tentukan.

e. Hidung Hidung tampak simetris, dengan septum


berada di tengah, tidak terdapat pernafasan
cuping hidung. Selaput mukosa tampak
lembab da tidak terdapat sumbatan / sekret
yang keluar.

f. Gigi dan mulut Saat di inspeksi oral hygiene terdapat


karies pada gigi dan tidak tampak gigi
yang tanggal juga gigi berlubang. Mukosa
bibir berwarna pink

g. Leher Tidak tampak pembesaran kelenjar getah


bening dan reflek menelan baik.

h. Dada Dada tampak simetris , tidak terdapat


kelainan bentuk dada. Saat di palpasi tidak
ada edema, benjolan, dan lesi.
Perkembangan paru antara kiri dan kanan
sama. Pada saat diperkusi batas ics 2 dan
batas bawah ics 5 sonor, saat diauskultasi
tidak terdengan suara nafas abnormal.
Suara Paru vesikuler dan pada Jantung
tidak terdapat suara tambahan seperti
gallop atau murmur.

i. Buah dada Pada saat di inspeksi bauh dada tampak


simetris antara kanan dan kiri . Tidak
terdapat hyperpigmentasi di area areola
dan putting. Putting susu sudah tampak
menonjol, ibu siap menyusui. Saat di
palpasi colostrum tampak belum keluar
dan puting tampak sedikit kotor.

j. Abdomen Pada saat di inspeksi warna kulit sawo


matang, bentuk perut tidak menggantung.
Terdapat luka post Sesar di permukaan
perut. Luka tertutup perban dengan adanya
rembesan darah pada permukaan perban.
Saat di auskultasi bising usus terdengar 5x
/ menit. Saat di palpasi tinggi fundus uteri
masih 1 jari di bawah pusat. Saat akan di
perkusi pasien meringis ke sakitan. Perkusi
tidak dapat dilakukan. Pada kandung
kemih tampak terpasang DC dengan
volume urine 800 cc berwarna kuning ke
emasan.
Pada vulva Tampak Pengeluaran lochea
k. Vulva dengan Jumlah ± 100cc, berwarna Rubra
dan berbau anyir. vulva tampak kotor,
terdapat bekas darah menempel di sekitar
genetalia.

l. Perineum Keadaan perineum tampak utuh.

m. Rektum Saat di inspeksi tidak terdapat tanda- tanda


hemoroid.

Bentuk kaki dan tangan tampak simetris


n. Ekstermitas kanan dan kiri . warna kuku kaki dan
tangan berwarna merah muda dengan CRT
<2 detik. Tidak terdapat oedema dan
varises. Saat dilakukan pemeriksaan
homan sign pasien tidak merasakan adanya
rasa nyeri saat telapak kaki di dorong ke
arah kepala

11) Data penunjang

a) Diagnosa medis

P1 A0 post secsio cesarea atas indikasi ketuban pecah dini hari ke- 0

b) Pemeriksaan Khusus

Tabel 4.5 Hasil Laboratorium

No. Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan Interpretasi


1 Leukosit 23,070 3600 - 11000 /µL Tinggi
2 Eritrosit 4,14 3,80 - 5,20 10^6/µL Normal
3 Hematokrit 35,1 35,0 - 47,0 % Normal
4 MCU 84,8 80,0 - 100,0 Normal
5 MCH 28,7 26,0 - 34,0 Pq Normal
6 MCHC 33,9 32,0 – 36,0 g/dL Normal
7 Trombosit 303 150 - 440 10^3/µL Normal
Masa protombin
8 PT (pasien ) 9,5 94-11,3 Detik Rendah
9 PT (nilai kontrol ) 11,9
10 APTT mix
11 APTT pasien 25,6 23,4 - 31,5 Detik Normal
12 Gula darah 104 70 - 130 mg/dL

Program diet : diit lunak

Terapi yang diberikan

Tabel 4.6 Obat yang diberikan

No. Nama obat Dosis, jenis Indikasi Kontraindikasi Efek samping


pemberian
1 Infus RL 500 cc via Digunakan Tidak dapat Dapat
intravena untuk digunakan pada menyebabkan
mengatasi pasien yang trombosis
kekurangan mengalami vena, diare,
cairan akibat pembengkakan demam,sakit
kehilangan di anggota perut,sakit
banyak darah tubuh karena kepala dan
adanya mual.
penumpukan
cairan.
2 Oxytocin 2 ampul x10 Digunakan Tidak dapat Dapat
ml via bolus untuk digunakan pada menyebabkan
mengontol induksi kontraksi
perdarahan persalinan yang rahim
dan induksi tidak berlebihan,
partus, karena memungkinkan perdarahan
obat ini dikerjakan rahim, mual
mengandung pervaginam. dan muntah.
hormon yang Misalkan pada
dapat kasus CPD .
meningkatkan Pemberian
kontraksi harus berada di
uterus. bawah
pengawasan
tenaga medis.
3 Cefotaxime 2 x 1 gram Cefotaxime Tidak dapat Dapat
via bolus adalah obat digunakan pada menyebabkan
antibiotik pasien yang mual,muntah,
untuk memiliki alergi nyeri atau
penyakit yang terutama alergi bengkak di
disebabkan penicilin. area
infeksi bolus,diare.
bakteri,
seperti infeksi
saluran
kemih,
infeksi
pernafasan ,
dan
mencegah
infeksi pada
luka operasi
4 Katesse 3 x 25 mg Digunakan Tidak dapat Dapat
via bolus untuk digunakan pada menyebabkan
membantu pasien dengan mengantuk,
meredakan kondisi gagal sakit kepala,
nyeri, seperti jantung, mual dan
nyeri pasca penyakit hati, muntah.
operasi, nyeri radang usus,
haid, nyeri atau dehidrasi
sendi akut. berat.
5 Kalnex 3 x 100 mg Kalnex Sebaiknya Dapat
via bolus digunakan jangan meneybabkan
sebagai obat digunakan pada gangguan
untuk pasien yang nafsu makan,
menghentikan sedang tekanan
pendarahan mengkonsumsi darah rendah,
akibat obat hormon , sakit kepala
mimisan, atau atau dan
pasca operasi. tromboembolik gangguan
pencernaan
6 Sulfaferos 2x 150 mg Adalah obat Tidak dapat Dapat
Via oral yang digunakan pada menyebabkan
berbentuk pasien dengan susah BAB,
suplemen hemakromatosis sakit perut.
untuk atau sindrom
mengatasi kelebihan zat
anemia besi.
karena di
dalamnya
mengandung
zat besi.

4.1.3 Analisis data


Tabel 4.7 Analisa data

No. Data Etiologi Problem


1 DS: Agen pecederaan fisik Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri di bagian (prosedur invasi)
luka post op SC dengan nyeri skala
8(0-10) nyeri terasa saat bergerak
DO:
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak memegangi daerah
luka

2 DS: Efek prosedur invasi Risiko infeksi


- Pasien mengatakan nyeri pada luka
post SC
DO:
- Luka tertutup balutan dengan bercak
darah
3 DS: Tidak rawat gabung Meyusui tidak efektif
- Pasien mengatakan ingin segera
menyusui bayinya
DO:
- Rooming in belum dilakukan
- Colostrum ibu belum keluar
- Asi tidak menetes/ memancar
4 DS: Kurang terpapar Defisit pengetahuan
- Pasien mengatakan belum informasi
mengetahui cara merawat tali pusat
bayi.
DO:
- Pasien tampak kebingungan saat
ditanya mengenai perawatan tali
pusat bayi.
5 DS: kelemahan Defisit perawatan diri
- Pasien mengatakan belum mandi
sejak kemarin
DO:
- Pasien tidak mampu mandi dan ke
toilet secara mandiri
- Pasien tampak berbaring saja di
tempat tidur
- Kebutuhan pasien di bantu di
tempat tidur.

Prioritas diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik

2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasi

3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan tidak rawat gabung.

4. Defisit perawatan diri: Mandi berhubungan dengan kelemahan

5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya Informasi.


4.1.4 Rencana Keperawatan
Tabel 4.8 Rencana Keperawatan

No. Tanggal/ Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi berdasarkan SIKI
hari berdasar SLKI
1 Rabu, 11 Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan Asuhan Manajemen nyeri
Mei 2022 pencederaan fisik (prosedur invasif) keperawatan 3x24 jam nyeri Observasi :
DS: akut teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi dan karakteristik nyeri
- Pasien mengatakan nyeri di hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
bagian luka post op SC dengan a. Keluhan nyeri 3. Identifikasi faktor yang mempererat dan
nyeri skala 8(0-10) nyeri terasa menurun dengan memperingan nyeri.
saat bergerak skala 3(0-10) Teraupetik :
DO: b. Meringis menurun 4. Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pasien tampak meringis c. Sikap protektif Edukasi :
- Pasien tampak memegangi menurun 5. Ajarkan teknik non farmakologi untuk
daerah luka mengurangi nyeri (teknik nafas dalam)
Kolaborasi :
6. Kolaborasi pemberian katesse 3x25 mg

2 Rabu, 11 Risiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Perawatan luka
Mei 2022 efek prosedur invasif keperawatan 3x24 jam Observasi :
DS: masalah risiko infeksi teratasi 1. Monitor karakteristik luka
- Pasien mengatakan nyeri pada dengan kriteria hasil. (drainase,warna, bau)
luka post SC a. Nyeri menurun 2. Monitor tanda-tanda infeksi.
DO: dengan skala 3(0- Teraupetik :
- Luka tertutup balutan dengan 10) 3. Rawat luka dengan teknik steril.
bercak darah b. Pengetahuan Edukasi :
tentang standar 4. Anjurkan kecukupan nutrisi
asupan nutrisi yang Kolaborasi :
tepat meningkat 5. Kolaborasi dengan pemberian cefotaxime.
2 x 1 gram
3 Rabu, 11 Menyusui tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan asuhan Pijat laktasi
Mei 2022 dengan tidak rawat gabung keperawatan 1x24 jam , Observasi :
DS: masalah menyusui tidak 1. Identifikasi keinginan ibu untuk menyusui.
- Pasien mengatakan ingin segera efektif teratasi dengan Terapeutik :
menyusui bayinya kriteria hasil: 2. Posisikan ibu dengan nyaman
DO: a. Perlekatan bayi pada 3. Berikan perawatan payudara
- Rooming in belum dilakukan payudara ibu Edukasi :
meningkat. 4. jelaskan manfaat perawatan payudara.
- Colostrum ibu belum keluar b. Tetesan/ pancaran
- Asi tidak menetes/ memancar ASI meningkat
c. Suplai ASI adekuat

4 Rabu , 11 Defisit perawatan diri (mandi) Setelah dilakukan asuhan Dukungan perawatan diri (mandi)
Mei 2022 berhubungan dengan kelemahan keperawatan 1x24 jam , Observasi :
masalah defisit perawatan 1. Monitor kebersihan tubuh
DS: diri teratasi dengan kriteria Terapeutik :
- Pasien mengatakan masih nyeri hasil : 2. Fasilitasi mandi
saat bergerak a. Kemampuan mandi 3. Anjurkan aktivitas fisik secara bertahap
DO: meningkat 4. Pertahankan kebiasaan kebersihan
- Pasien tampak tidak mampu b. Mempertahankan Edukasi
mandi dan ke toilet secara kebersihan diri 5. Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak
mandiri c. Gerakan terbatas mandi bagi kesehatan.
- Pasien belum turun dari tempat menurun
tidur Kelemahan fisik menurun
- Kebutuhan pasien di bantu di
tempat tidur.
5 Rabu , 11 Defisit pengetahuan berhubungan Edukasi kesehatan tentang perawatan tali pusat bayi
Mei 2022 dengan kurang terpaparnya informasi Setelah dilakukan asuhan dan cara memandikan Bayi.
mengenai perawatan tali pusat dan keperawatan 3x24 jam Observasi :
cara memandikan bayi. masalah defisit pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan kemampuan
teratasi dengan kriteria hasil: menerima informasi.
2. Sediakan materi dan media pendidikan
a. perilaku sesuai kesehatan
anjuran meningkat. 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
b. Pertanyaan tentang kesepakatan.
masalah yang 4. Jelaskan dan demonstrasikan cara
dihadapi menurun perawatan talipusat
5. Jelaskan dan demonstrasikan cara
memandikan bayi
6. Berikan kesempatan untuk bertanya.
Edukasi :
7. Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
4.1.5 Implementasi
Tabel 4.9 Implementasi

Diagnosa 12 Mei 2022 13 Mei 2022 14 Mei 2022 (homecare)


Keperawatan
Pasien
Nyeri akut 08.30 1. Mengidentifikasi lokasi 09.10 2.Mengidentifikasi skala
berhubungan dan karakteristik nyeri nyeri
dengan agen RS: pasien mengatakan RS: pasien mengatakan
pencederaan fisik. nyeri di area post SC, nyeri sudah berkurang .
nyeri terasa seperti skala nyeri 3(0-10)
ditusuk-tusuk. RO: pasien sudah tampak
RO: luka di area rileks, meringis sudah
simpisis pubis, luka jauh berkurang dan sudah
jahit akibat post SC dapat duduk dan
08.32 2. Mengidentifikasi skala bergerak.
nyeri
RS: pasien mengatakan 09.15 4. memfasilitasi istirahat
nyeri skala 8(0-10) dan tidur
RO: pasien tampak RS: pasien mengatakan
meringis saat bergerak. sudah bisa tidur dengan
08.35 3. Mengidentifikasi faktor nyaman.
yang memperberat dan RO: wajah pasien sudah
memperingan nyeri. lebih segar dan relaks
RS: pasien mengatakan
nyeri berkurang setelah 09.20 6. memberi obat katesse
diberi obat dan istirahat. RS: pasien mengatakan
RO: pasien tampak nyeri sudah berkurang
tenang saat tiduran dan setelah diberikan obat
meringis saat bergerak.
07.25 4. Memfasilitasi Istirahat RO: pasien sudah tidak
dan tidur. meringis
RS: pasien mengatakan
nyeri berkurang setelah
istirahat.
RO: pasien tampak
relaks saat istirahat.
08.45 5. Mengajarkan teknik
nonfarmakologi(teknik
nafas dalam) untuk
mengurangi nyeri.
RS: pasien mengatakan
jika nyeri terasa,
melakukan teknik nafas
dalam.
RO: pasien melakukan
kembali teknik nafas
dalam saat terasa nyeri.
12.00 6. Mengevaluasi kembali
tingkat nyeri.
RS: pasien mengatakan
nyerinya berkurang,
skala nyeri 5(0-10)
RO: pasien tampak
lebih relaks.

Risiko infeksi 08.40 1. Memonitor karakteristik 09.50 3. merawat luka


berhubungan luka(drainase, warna, (mengganti perban
dengan efek bau) dengan perban anti air)
prosedur invasif RS: pasien mengatakan RS: pasien mengatakan
masih terasa nyeri di sudah nyaman setelah
area post Sesar. lukanya diganti perban
RO: luka tampak RO: luka terlihat kering,
kering, tidak terdapat tidak ada pus,darah,
drainase/nanah
08.45 2. Memonitor tanda-tanda edema atau tampak
infeksi. bengkak kemerahan
RS: pasien mengatakan
lukanya tidak gatal 09.20 5. memberikan obat
RO: Luka tampak cefotaxime 1 gr
kering, tidak terdapat
tanda-tanda infeksi ( RO: obat masuk dengan
tidak ada edema, tidak lancar dan tidak ada
ada pus dan darah) reaksi alergi.
08.45 3. Melakukan Perawatan
Luka dengan teknik
steril
RS: pasien mengatakan
luka lebih nyaman
setelah dirawat luka.
RO: luka kering, tidak
ada pus, tidak ada
edema,
09.00 4. Menganjurkan
kecukupan nutrisi
RS: pasien mengatakan
tidak membatasi
makanan agar lukanya
cepat pulih.
RO: pasien dapat
menyebutkan kembali
apa yang disampaikan
perawat.

Menyusui tidak 07.40 1. Mengidentifikasi


efektif keinginan ibu untuk
berhubungan menyusui
dengan tidak rawat RS: pasien mengatakan
gabung. bayinya sudah di
rooming in.
RO: bayi sudah di
rooming in.
09.30 2. Memposisikan ibu
dengan nyaman
RS: pasien mengatakan
posisinya sudah nyaman
RO: pasien nyaman saat
duduk di kursi
09.35 3. Melakukan perawatan
payudara
RS: pasien mengatakan
ASI nya sudah keluar
setelah dilakukan
perawatan payudara dan
bayinya sudah bisa
menyusu
RO: ASI keluar banyak
dan bayinya sudah bisa
menyusu
09.45 4. Menjelaskan manfaat
tindakan perawatan
payudara
RS: pasien mengatakan
perawatan payudara
dapat digunakan untuk
mengeluarkan ASI.
RO: pasien dapat
menyebutkan kembali
apa yang disampaikan
perawat.

Defisit perawatan 07.35 1. Memonitor kebersihan


diri (mandi ) tubuh
berhubungan RS: pasien mengatakan
dengan kelemahan. belum mandi dari
kemarin
RO: pasien tampak
kucel
08.00 2. Memfasilitasi mandi
dan vulva Hygiene
RS: pasien mengatakan
setelah mandi badannya
lebih segar dan daerah
vaginanya sudah bersih
dan nyaman.
RO: kulit tampak
bersih, vulvanya bersih
08.10 3. Menganjurkan aktivitas
fisik secara bertahap
RS: pasien mengatakan
mau duduk saja saat
dimandikan dan mau
belajar untuk berdiri
RO: pasien duduk saat
dimandikan dan mulai
belajar berdiri agar
dapat mandi sendiri di
sore hari.
08.30 4. Menganjurkan
Mempertahankan
kebiasaan kebersihan
RS: pasien mengatakan
mau mandi sendiri
untuk besok.
RO: pasien sudah dapat
berdiri dan berjalan ke
kamar mandi.
08.35 5. menjelaskan manfaat
mandi dan dampak
tidak mandi bagi
kesehatan.
RS: pasien mengatakan
mandi untuk kebersihan
diri apabila tidak mandi
kebersihan akan kurang
terjaga dan terasa
kurang nyaman.
RO: pasien dapat
menjelaskan kembali
apa yang disampaikan
perawat.
Defisit 10.35 1. Mengidentifikasi 10.00 6. Mengidentifikasi 09.30 2. Menyediakan
pengetahuan kesiapan kemampuan kesiapan media pendidikan
berhubungan menerima informasi kemampuan kesehatan tentang
dengan kurang tentang perawatan tali menerima cara memandikan
terpaparnya pusat. informasi bayi baru lahir.
informasi RS: pasien mengatakan tentang RS: pasien
mengenai mau menerima memandikan mengatakan
perawatan tali pendidikan kesehatan bayi memandikan bayi
pusat dan cara mengenai perawatan tali RS: Pasien harus hati- hati, harus
memandikan bayi. pusat bayi. mengatakan menjaga tali pusat
RO: pasien tampak siap diajarkan saat agar tetap kering dan
mendengar bersama dirumah saja. tidak boleh
keluarganya. RO: pasien dan menggunakan bedak
10.38 2. Menyediakan materi keluarga tampak karena dapat terhirup
dan media pendidikan mengajukan oleh bayi.
kesehatan tentang permohonan RO: pasien dapat
perawatan tali pusat. untuk diajarkan mendemonstrasikan
RS: pasien mengatakan memandikan kembali apa yang
tujuan dari perawatan bayi ketika disampaikan perawat.
tali pusat adalah sudah dirumah.
mencegah infeksi
RO: pasien tampak
mempraktik kan cara
perawatan tali pusat.
10.30 3. Menjadwalkan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
RS: pasien mengatakan
sudah kontrak dengan
perawat.
RO: Pasien siap
menerima pendidikan
kesehatan mengenai
perawatan tali pusat.
10.40 4. Berikan kesempatan
untuk bertanya /
mendemonstrasikan
kembali cara perawatan
tali pusat.
RS: pasien mengatakan
perawatan tali pusat
untuk mencegah infeksi
,tanda-tanda infeksi
terdapat nanah dan
demam.
RO: pasien
mendemonstrasikan
kembali cara merawat
tali pusat.
10.45 5. Menjelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan.
RS: pasien mengatakan
mengerti mengenai
konsep perawatan tali
pusat.
RO: pasien dapat
mendemonstrasikan
kembali

4.1.6 Evaluasi
Tabel 4.10 Evaluasi
Diagnosa Keperawatan Hari 1 ( 12 Mei 2022) Hari 2 (13 Mei 2022) Hari 3 (14 Mei 2022)

Nyeri akut berhubungan dengan S: pasien mengatakan nyeri S: pasien mengatakan nyeri
agen pencederaan fisik. sudah berkurang skala 5(0-10) sudah berkurang dengan skala
nyeri 3(0-10) dan
O: pasien sudah tidak takut
bergerak ,meringis berkurang O: pasien sudah tidak meringis,
dan sedikit rileks dan sikap sikap protektif sudah
protektif berkurang.
berkurang, pasien dapat duduk
A: nyeri akut belum teratasi dan berdiri sendiri

P: intervensi 2,4,6 dilanjutkan A: masalah nyeri akut teratasi

2. Mengidentifikasi skala nyeri P: intervensi dihentikan

4. Menfasilitasi istirahat dan


tidur

6. Memberikan obat katesse


Risiko infeksi berhubungan S: S: pasien mengatakan nyaman
dengan efek prosedur invasif -pasien mengatakan lukanya setelah perbannya diganti, nyeri
tidak gatal dan kering skala 3(0-10)
- pasien mengatakan nyeri
berkurang. O: luka tampak kering, tidak
keluar pus atau nanah dan
O: luka tampak kering tidak ada darah, tidak tampak bengkak
tanda infeksi (kemerahan , kemerahan.
bengkak)
A: masalah risiko infeksi
A: risiko infeksi tidak menjadi teratasi dan tidak menjadi
aktual aktual

P: intervensi 3 dan 5 dilanjutkan P: intervensi dihentikan.

3. Perawatan Luka dengan


teknik steril

5. Memberi obat cefotaxime 3x


1 gr

Menyusui tidak efektif S: pasien mengatakan bayinya


berhubungan dengan ASI tidak sudah bisa di susui. ASI nya
adekuat. sudah keluar dan sangat terbantu
dengan dilakukannya perawatan
payudara.
O: bayi tampak menyusu pada
ibunya, tetesan ASI meningkat
dan keduanya payudara sudah
mengeluarkan ASI. Suplai ASI
ibu sudah Adekuat.

A: masalah Menyusui tidak


efektif teratasi

P: intervensi dihentikan ,
dilanjutkan oleh pasien dirumah.

Defisit perawatan diri (mandi ) S: pasien merasa nyaman setelah


berhubungan dengan mandi dan akan mandi sendiri
kelemahan. besok, pasien juga mengatakan
sudah bisa duduk dan berdiri

O: kulit tampak bersih dan vulva


bersih, aktivitas pasien
meningkat.

A: masalah defisit perawatan diri


(mandi) teratasi

P: intervensi dihentikan.
Defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurang S: pasien mengatakan tujuan S: pasien mengatakan ingin di S: pasien mengatakan
terpaparnya informasi mengenai perawatan tali pusat adalah ajarkan cara memandikan bayi memandikan bayi harus hati-
perawatan tali pusat dan cara mencegah infeksi di rumah saja. hati, harus menjaga tali pusat
memandikan bayi. agar tetap kering dan tidak
O: pasien melakukan O: pasien dan keluarga tampak boleh menggunakan bedak
demonstrasi ulang cara merawat mengajukan permohonan untuk karena dapat terhirup oleh
tali pusat bayi. diajarkan cara memandikan bayi
bayi ketika sudah di rumah.
O: pasien melakukan
A: Masalah defisit Pengetahuan A: masalah defisit pengetahuan demonstrasi ulang cara
belum teratasi belum teratasi memandikan bayi .
P: intervensi 6 dilajutkan P: intervensi 2 dilanjutkan A: Masalah defisit
6, identifikasi kesiapan dengan homecare. Pengetahuan tentang
kemampuan menerima informasi 2. menyediakan media memandikan bayi teratasi
tentang memandikan bayi pendidikan kesehatan tentang
cara memandikan bayi baru
lahir. P: intervensi dihentikan.
4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 PENGKAJIAN
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data pada pasien Ny.J, mengatakan

nyeri di bagian luka post op SC dengan nyeri skala 8(0-10) nyeri terasa saat bergerak,

pasien tampak meringis, pasien tampak memegangi daerah luka, luka tertutup balutan

dengan bercak darah. Pasien mengatakan ingin segera bertemu bayinya karena setelah

melahirkan rooming in belum dilakukan, colostrum ibu belum keluar. Pasien juga

mengatakan belum mandi sejak 2 hari. Pasien mengatakan belum mengetahui cara merawat

tali pusat bayi dan memandikan bayi karena pasien tampak kebingungan saat ditanya

mengenai perawatan tali pusat bayi

Menurut Mardiawati (2017) Sectio Caesaria adalah suatu pembedahan guna

melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus.

Persalinan dengan pembedahan sectio caesarea akan menyebabkan nyeri pada

perut ibu. Nyeri ini berasal dari sayatan pembedahan saat proses persalinan

berlangsung.(Yanti & Kristiana, 2019)

Operasi sesar memiliki dampak kesehatan yang cukup berat seperti infeksi,

perdarahan, luka pada organ, komplikasi dari obat bius juga kematian(Isnaniah &

Rizani, 2014).

Pada pemeriksaan secara fisik payudara pada ibu post sesar ,apakah payudara ibu

tampak bengkak, memiliki bentuk simetris, payudara tegang, terdapat nyeri tekan, kedua

puting menonjol, areola hitam, warna kulit tidak merah, ASI belum keluar atau ASI

sedikit.(Ramandanty, 2019)

Pola-pola fungsi kesehatan Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Hal ini dapat

digunakan untuk mengkaji seberapa pedulinya klien mengenai kesehatannya juga


untuk menggali pengetahuan kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,

dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya menjaga kebersihan

tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.(KHUNI’ IZATI,

2020)

Setelah di dapatkan fakta dan teori dapat dilihat bahwa terdapat persamaan. Hal ini

dikarenakan operasi sectio caesarea memiliki dampak luka pada area depan perut dan

dinding rahim. Luka tersebut menjadi penyebab dari nyeri yang dialami pasien dan

akan menimbulkan komplikasi seperti infeksi jika tidak di rawat dengan benar. Pada

teori pentinya mengkaji keadaan payudara ibu untuk mempersiapkan proses menyusui

bayi pasien setelah melahirkan serta menggali pengetahuan pasien tentang perawatan

post partum .

4.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Hasil dari pengkajian didapatkan lima diagnosa keperawatan yang relevan yaitu

: Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik, Risiko infeksi berhubungan

dengan efek prosedur invasi, Menyusui tidak efektif berhubungan dengan tidak rawat

gabung, Defisit perawatan diri: Mandi berhubungan dengan kelemahan dan Defisit

pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya Informasi.

Sedangkan menurut Nurarif dan Kusuma (2015) diagnosa yang mungkin muncul

pada pasien post sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini adalah

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas (mokus

dalam jumlah berlebihan), jalan nafas alergi(respon obat anestesi), Nyeri akut berhubungan

dengan agen injuri fisik( pembedahan,trauma jalan lahir,episiotomi), Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan kurangnya kebutuhan nutrisi post partum.
Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang pengetahuan ibu,

terhentinya proses menyusui. Gangguan eliminasi urine, Gangguan pola tidur berhubungan

dengan kelemahan,Risiko infeksi berhubungan dengan faktor risiko : episiotomi, laserasi

jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan, Defisit perawatan diri berhubungan dengan

kelelahan post partum, Konstipasi, Risiko syok (hipovolemi) , Risiko pendarahan,

Defisiensi pengetahuan : perawatan post partum berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang penanganan post partum.

Jadi dapat disimpulkan antara fakta dan teori terdapat kesenjangan secara fakta,

dimana diagnosa yang muncul hanya lima diagnosa keperawatan. Hal ini dikarenakan

berdasarkan analisa data yang aktual hanya memunculkan lima diagnosa keperawatan

aktual sesuai dengan kondisi pasien.

4.2.3 RENCANA KEPERAWATAN

Pada pasien Ny.J rencana keperawatan pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisik akan dilakukan intervensi keperawatan yaitu

Identifikasi lokasi dan karakteristik nyeri, Identifikasi skala nyeri , Identifikasi faktor

yang mempererat dan memperingan nyeri, Fasilitasi istirahat dan tidur, Ajarkan teknik

non farmakologi untuk mengurangi nyeri (teknik nafas dalam), Kolaborasi pemberian

katesse 3x25 mg. Pada diagnosa ke dua risiko infeksi berhubungan dengan efek

prosedur invasi direncanakan intervensi keperawatan yaitu Monitor karakteristik luka

(drainase,warna, bau),Monitor tanda-tanda infeksi, Rawat luka dengan teknik steril,

Anjurkan kecukupan nutrisi dan Kolaborasi dengan pemberian cefotaxime. 2 x 1 gram.

Untuk diagnosa ke tiga menyusui tidak efektif berhubungan dengan tidak rawat

gabung akan dilakukan rencana keperawatan yaitu Identifikasi keinginan ibu untuk
menyusui, Posisikan ibu dengan nyaman, Berikan perawatan payudara, jelaskan

manfaat perawatan payudara. Sedangkan diagnosa ke empat defisit perawatan diri

(mandi) berhubungan dengan kelemahan akan dilakukan rencana keperawatan yaitu

Monitor kebersihan tubuh, Fasilitasi mandi , Anjurkan aktivitas fisik secara

bertahap,Pertahankan kebiasaan kebersihan ,Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak

mandi bagi kesehatan. Dan untuk diagnosa ke lima defisit pengetahuan berhubungan

dengan kurang terpapar informasi memiliki rencana keperawatan Identifikasi kesiapan

kemampuan menerima informasi,Sediakan materi dan media pendidikan

kesehatan,Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, Berikan kesempatan

untuk bertanya, Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) menjelaskan bahwa intervensi yang dapat

dilakukan untuk masalah nyeri akut yaitu Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri ,Identifikasi respon nyeri

non verbal ,Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri ,Identifikasi

pengetahuan dan keyakinn tentang nyeri ,Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon

nyeri ,Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup ,Monitor keberhasilan terapi

komplementer yang sudah diberikan ,Monitor efek samping penggunaan analgetik

,Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, Kontrol lingkungan

yang memperberat rasa nyeri , Fasilitasi istirahat dan tidur ,Pertimbangkan jenis dan

sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri ,Jelaskan penyebab perode,

dan pemicu nyeri ,Jelaskan strategi meredakan nyeri ,Anjurkan memonitor nyeri secara

mandiri ,Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat ,Kolaborasi pemberian

analgetic jika perlu. Pada diagnosa risiko infeksi berhubungan dengan meliputi
Monitor karakteristik luka (mis.drainase, warna, ukuran, bau) Monitor tanda-tanda

infeksi ,Lepaskan balutan dan plester secara perlahan ,Cukur rambut di sekitar daerah

luka, Bersihkan dengan cairan nacl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan

,Bersihkan jaringan nektrotik Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu ,Pasang

balutam sesuai dengan jenis luka ,Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan

luka ,Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase ,Jadwalkan perubaham posisi

setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien ,Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgbb/hari

dan protein 1,25- 1,5 g/kgbb/ hari ,Berikan suplemen vitamin dan mineral ,Berikan

terapi tens (stimulus saraf transkutaneous), Jelaskan tanda dan gejala infeksi Anjurkan

mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein ,Ajarkan prosedur perawatan luka

secara mandiri, Kolaborasi pemberian antibiotic. Sedangkan untuk diagnosa menyusui

tidak efektif memiliki rencana keperawatan Monitor kondisi mamae dan puting ,

Identifikasi keinginan ibu untuk menyrusui, Identifikasi pengethauan ibu tentang

menyusui , Posisikan ibu dengan nyaman, Pijat mulai dari kepala, leher, bahu,

punggung dan payudara, Pijat dengan lembut, Pijat secara melingkar, Pijat secara rurin

setiap hari, Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui dengan

memberikan rujukan pujian terhadap perilaku positif ibu, Libatkan suami dan keluarga,

Jelaskan tujuan dan prosedur Tindakan, Jelaskan manfaat Tindakan. Diagnosa ke

empat yaitu defisit perawatan diri meliputi Identifikasi usia dan budaya dalam

melakukan kebersihan diri, Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan , Monitor

kebersihan tubuh(mis. Rambut, mulut, kulit, kuku), Monitor integritas kulit, Sediakan

peralatan mandi ( mis. Sabun, sikat gigi, shampo, pelembab kulit), Sediakan

lingkungan yang aman dan nyaman, Fasilitasi mnggosok gigi , Fasilitasi mandi,
Pertahankan kebiasaan diri, Berikan bantuan seusai tingkat kemandirian, Jelaskan

manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap kesehatan, Ajarkan kepada keluarga

cara memandikan pasien. Dan untuk diagnosa terakhir defisit pengetahuan yaitu

Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi, Identifikasi faktor-faktor

yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat,

Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan, Jadwalkan pendidikan kesehetan

sesuai kesepakatan, Berikan kesempatan untuk bertanya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya fakta dan teori memiliki persamaan.

Namun demikian penulis melakukan modifikasi pada beberapa intervensi sesuai

dengan kondisi yang dialami pasien. Sebagai contoh pada intervensi masalah risiko

infeksi penulis menambahkan intervensi luaran tentang anjuran nutrisi yang tepat,

dimana untuk mempermudah proses penyembuhan luka. Pada masalah defisit

perawatan diri penulis menambahkan kriteria hasil sesuai kebutuhan pasien.

4.2.4 IMPLEMENTASI

Pada saat dilakukan implementasi pada pasien Ny.J seluruh intervensi dilaksanakan

sehingga tidak ada intervensi yang tidak dilakukan. Implementasi yang dilakukan pada

tanggal 12 Mei 2022 untuk diagnosa nyeri akut semua intervensi dilaksanakan

Identifikasi lokasi dan karakteristik nyeri, Identifikasi skala nyeri , Identifikasi faktor

yang mempererat dan memperingan nyeri, Fasilitasi istirahat dan tidur, Ajarkan teknik

non farmakologi untuk mengurangi nyeri (teknik nafas dalam) kecuali dalam

memberikan obat. Pada diagnosa risiko infeksi semua intervensi dilakukan : Monitor

karakteristik luka (drainase,warna, bau), Monitor tanda-tanda infeksi, Rawat luka

dengan teknik steril, Anjurkan kecukupan nutrisi kecuali memberikan antibiotik.


Kemudian untuk diagnosa menyusui tidak efektif tindakan yang dilakukan meliputi

Identifikasi keinginan ibu untuk menyusui, Posisikan ibu dengan nyaman, Berikan

perawatan payudara, jelaskan manfaat perawatan payudara. Diagnosa defisit perawatan

diri semua intervensi dilakukan yaitu memonitor kebersihan tubuh, Fasilitasi mandi,

Anjurkan aktivitas fisik secara bertahap Pertahankan kebiasaan kebersihan, Jelaskan

manfaat mandi dan dampak tidak mandi bagi kesehatan. Sedangkan pada diagnosa

defisit pengetahuan semua intervensi yang dilakukan yaitu yaitu identifikasi kesiapan

kemampuan menerima informasi, menyediakan materi dan media pendidikan

kesehatan, menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, memberikan

kesempatan untuk bertanya, Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi

kesehatan.

Implementasi yang dilakukan pada tanggal 13 Mei 2022 untuk diagnosa nyeri akut

yang dilakukan adalah mengidentifikasi skala nyeri, memfasilitasi istirahat dan tidur,

memberikan obat. Pada diagnosa risiko infeksi tindakan yang dilakukan yaitu merawat

luka dengan mengganti perban dan memberikan obat antibiotik. Sedangkan untuk

diagnosa defisit pengetahuan adalah Mengidentifikasi kesiapan kemampuan menerima

informasi tentang memandikan bayi. Implementasi yang dilakukan secara homecare

yaitu mengacu pada diagnosa defisit pengetahuan dengan tindakan menyediakan

media pendidikan kesehatan tentang cara memandikan bayi baru lahir.

Implementasi adalah realisasi dari rencana keperawatan untuk mencapai tujuan

yang telah di tetapkan. Kegiatan ini meliputi pengumpulan data berkelanjutan,

observasi respons klien selama dan setelah tindakan , serta menilai data yang

baru.(Nurarif & Kusuma, 2015)


Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) menjelaskan bahwa intervensi yang dapat

dilakukan untuk diagnosa nyeri akut yaitu Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri ,Identifikasi respon nyeri

non verbal ,Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri ,Identifikasi

pengetahuan dan keyakinn tentang nyeri ,Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon

nyeri ,Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup ,Monitor keberhasilan terapi

komplementer yang sudah diberikan ,Monitor efek samping penggunaan analgetik

,Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, Kontrol lingkungan

yang memperberat rasa nyeri , Fasilitasi istirahat dan tidur ,Pertimbangkan jenis dan

sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri ,Jelaskan penyebab perode,

dan pemicu nyeri ,Jelaskan strategi meredakan nyeri ,Anjurkan memonitor nyeri secara

mandiri ,Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat ,Kolaborasi pemberian

analgetic jika perlu. Pada diagnosa risiko infeksi meliputi Monitor karakteristik luka

(mis.drainase, warna, ukuran, bau) Monitor tanda-tanda infeksi ,Lepaskan balutan dan

plester secara perlahan ,Cukur rambut di sekitar daerah luka, Bersihkan dengan cairan

nacl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan ,Bersihkan jaringan nektrotik Berikan

salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu ,Pasang balutam sesuai dengan jenis luka

,Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka ,Ganti balutan sesuai jumlah

eksudat dan drainase ,Jadwalkan perubaham posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi

pasien ,Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgbb/hari dan protein 1,25- 1,5 g/kgbb/

hari ,Berikan suplemen vitamin dan mineral ,Berikan terapi tens (stimulus saraf

transkutaneous), Jelaskan tanda dan gejala infeksi Anjurkan mengkonsumsi makanan

tinggi kalori dan protein ,Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri, Kolaborasi
pemberian antibiotic. Sedangkan untuk diagnosa menyusui tidak efektif memiliki

rencana keperawatan Monitor kondisi mamae dan puting , Identifikasi keinginan ibu

untuk menyrusui, Identifikasi pengethauan ibu tentang menyusui , Posisikan ibu

dengan nyaman, Pijat mulai dari kepala, leher, bahu, punggung dan payudara, Pijat

dengan lembut, Pijat secara melingkar, Pijat secara rurin setiap hari, Dukung ibu

meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui dengan memberikan rujukan pujian

terhadap perilaku positif ibu, Libatkan suami dan keluarga, Jelaskan tujuan dan

prosedur Tindakan, Jelaskan manfaat Tindakan. Diagnosa ke empat yaitu defisit

perawatan diri meliputi Identifikasi usia dan budaya dalam melakukan kebersihan diri,

Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan , Monitor kebersihan tubuh(mis. Rambut,

mulut, kulit, kuku), Monitor integritas kulit, Sediakan peralatan mandi ( mis. Sabun,

sikat gigi, shampo, pelembab kulit), Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman,

Fasilitasi mnggosok gigi , Fasilitasi mandi, Pertahankan kebiasaan diri, Berikan

bantuan seusai tingkat kemandirian, Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi

terhadap kesehatan, Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien. Dan untuk

diagnosa terakhir defisit pengetahuan yaitu Identifikasi kesiapan dan kemampuan

menerima informasi, Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan

menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat, Sediakan materi dan media

pendidikan Kesehatan, Jadwalkan pendidikan kesehetan sesuai kesepakatan, Berikan

kesempatan untuk bertanya.

Pada dasarnya implementasi pada pasien tidak ada perbedaan dengan yang ada

pada teori namun penulis mengadakan beberapa modifikasi atas kebutuhan pasien

dengan melibatkan keluarga pasien dalam rangka membantu meningkatkan kesehatan


pasien. Karena implementasi yang telah dilakukan berdasarkan kondisi pasien dan

mengacu pada Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018).

4.2.4 EVALUASI

Setelah implementasi dilakukan, didapatkan hasil akhir yaitu melalui evaluasi

dalam bentuk evaluasi perkembangan pasien. Adapun hasil dari Evaluasi masalah

nyeri akut teratasi pada hari ke dua dengan hasil nyeri sudah berkurang, pasien sudah

tidak meringis, sikap protektif sudah berkurang, pasien dapat duduk dan berdiri sendiri.

Untuk masalah risiko infeksi sudah teratasi pada hari ke 2 dengan catatan dilihat

kembali perkembangan luka pasien dengan dilakukan mengganti perban setelah tiga

hari sejak pasien pulang. Hasil evaluasi untuk masalah risiko infeksi adalah nyeri

menurun dan pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat. Pada

masalah keperawatan menyusui tidak efektif teratasi pada hari pertama karena bayi

sudah dapat rawat gabung dengan ibunya sehingga pasien dapat segera menyusui

bayinya. Pasien juga mengatakan ASI nya sudah keluar dan sangat terbantu dengan

dilakukannya perawatan payudara. Sehingga hasil evaluasi yang didapatkan perlekatan

bayi pada payudara ibu meningkat, tetesan ASI meningkat dan keduanya payudara

sudah mengeluarkan ASI. Suplai ASI ibu sudah Adekuat. Kemudian untuk masalah

defisit perawatan diri sudah dapat teratasi pada hari pertama. Dengan hasil kemampuan

mandi kemampuan mandi meningkat , mempertahankan kebersihan diri meningkat

gerakan terbatas menurun dan kelemahan fisik menurun. Pasien merasa nyaman setelah

mandi dan akan mandi sendiri besok, pasien juga mengatakan sudah bisa duduk dan

berdiri , pasien tampak nyaman dan sudah ke kamar mandi untuk BAK dan kebersihan

diri. Sedangkan pada defisit pengetahuan teratasi pada hari ke tiga dengan kriteria hasil
perilaku sesuai anjuran meningkat, pertanyaan tentang masalah yang dihadapi

menurun. pasien mengatakan tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah infeksi,

pasien mengatakan memandikan bayi harus hati- hati, harus menjaga tali pusat agar

tetap kering dan tidak boleh menggunakan bedak karena dapat terhirup oleh bayi dan

pasien melakukan demonstrasi ulang perawatan tali pusat dan cara memandikan bayi.

Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan perubahan pada

keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap

perencanaan.(Nurarif & Kusuma, 2015)

Menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019), untuk nyeri akut mempunyai kriteria

hasil yaitu Keluhan nyeri menurun , Meringis menurun , Sikap protektif menurun.

Pada diagnosa risiko infeksi memiliki kriteria hasil Nyeri menurun, Pengetahuan

tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat. Diagnosa menyusui tidak efektif

memiliki kriteria hasil Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat. Tetesan/

pancaran ASI meningkat dan Suplai ASI adekuat. Untuk diagnosa defisit perawatan

diri krtieria hasil yang dinginkan meliputi Kemampuan mandi meningkat,

Mempertahankan kebersihan diri dan Gerakan terbatas menurun. Sedangkan untuk

defisit pengetahuan memiliki kriteria hasil perilaku sesuai anjuran meningkat dan

Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun.

Dengan demikian disimpulkan antara fakta dan teori tidak terdapat kesenjangan

karena dimana evaluasi yang dilaksanakan mengacu pada tujuan dan kriteria hasil.

Yaitu masalah keperawatan nyeri akut dapat teratasi pada hari kedua, dengan kriteria

hasil yang sudah di rencanakan dan implementasi sesuai dengan teori dan telah

mendapat tujuan dan kriteria hasil yang di inginkan. Untuk masalah risiko infeksi
teratasi pada hari ke dua sesuai dengan kriteria tujuan dan hasil yang sesuai dengan

teori. Pada masalah menyusui tidak efektif juga sudah teratasi pada hari pertama

implementasi dengan kriteria hasil sesuai pada teori. Masalah defisit perawatan diri

dapat teratasi pada hari pertama setelah dilakukannya implementasi, sehingga kriteria

hasil yang di inginkan sudah tercapai. Kemudian untuk masalah defisit pengetahuan

juga sudah teratasi pada hari ke tiga saat homecare, sesuai dengan teori yaitu perilaku

sesuai anjuran meningkat dan Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun.

Anda mungkin juga menyukai