4.1. Hasil
4.1.1. Gambaran Lokasi pengambilan data
Profil RSUD Dr.Adjidarmo di Kabupaten Lebak pada tanggal 1 Mei 1952
didirikan oleh Dr. Adjidarmo diprakarsai. Pada waktu dimana tenaga dokter yang ada
adalah Dr. Adjidarmo dan Dr. Hank (seorang dokter dari Jerman). Pada tahun 1984 Rumah
Sakit Umum didirikan di Daerah Kabupaten Lebak yang sebelumnya merupakan Rumah
Sakit kelas D diubah menjadi Rumah Sakit kelas C, dimana berdasarkan Peraturan Daerah
Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 29 Tahun 1996, maka tetapkan dokter
Adjidarmo sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lebak. Diputusankan
2008 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo Milik
peningkatan kelas Rumah Sakit dari Kelas C menjadi Kelas B yang di tindaklanjutin
Peraturan Daerah dengan tema pembukaan, Organisasi, dan Tata Kerja RSUD
Dr.Adjidarmo pada Nomor 10 tahun 2008. Terdapat beberapa klinik rawat jalan yaitu
Klinik Penyakit Dalam, Klinik Penyakit Jantung, Klinik Penyakit Paru-paru, Klinik Anak,
Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Klinik Telinga Hidung Tenggorokan (THT),
Klinik Bedah Mulut, Klinik Saraf , Klinik Gigi, Klinik Kesehatan Jiwa / Psikiatri, Klinik
Orthopedi dan Traumatologi, Klinik Bedah, Klinik Fisioterapi, Klinik Bedah Saraf, Klinik
Mata, dan Klinik Seroja (VCT & CST). Fasilitas perawatan atau ruang rawat yang ada
diantara lain : kelas VVIP, kelas VIP, kelas 1, kelas 2, dan kelas 3, serta didukung oleh
tenaga Medik Spesialis, umum dan penunjang kesehatan lainnya yang profesional. Adapun
salah satu ruangan Flamboyan. Yang terdiri dari kelas 2 dan kelas 3. Penelitian berada di
ruang Flamboyan, yang merupakan ruang nifas, diruang Flamboyan terdiri dari 16 kamar
dengan kapasitas 43 beds, saat ini ruangan nifas yang berada RSUD Adjidarmo dialihkan
ke ruangan Flamboyan, yang awal mula ruang nifas berada di ruang jeruk dengan alasan
ada beberapa ruangan yang mengalami renovasi, sehingga ruangan yang dialihkan untuk
pindah adalah ruang nifas. Semenjak adanya pademi pada masa Covid-19 ini di RSUD
Dr. Adjidarmo bertambah IGD khusus Scrining Covid-19 untuk Swab capiler, antigen dan
PCR . dan ada tempat khusus ruangan untuk mensterilkan perawat dengan bahan steril dan
tempat duduk berjarak 1 meter RSUD Dr. Adjidarmo beralamatkan di Jl.Iko Dr.Adjidarmo
Pengambilan data dilakukan di ruang Flamboyan pada tanggal 11 Mei – 13 Mei 2022.
ISTRI SUAMI
Nama Ny. J Tn. A
Umur 20 tahun 39 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan MTS SD
Pekerjaan Guru Paud Petani
Alamat Kp Babagan jati, Desa Cibungur kecamatan Leuwidamar.
2) Riwayat Kesehatan
3) Riwayat Kontrasepsi
1. Mulai terasa mules: tanggal 10 Mei 2022, pasien mengatakan keluar air
ketuban pukul 05.00 WIB dan dibawa ke bidan pukul 06.00. pasien belum
terasa mules, pasien mulai terasa mules pada pukul 10.00 WIB.
6. Lama persalinan : pasien masuk ruang operasi pada pukul 23.00-23.30 WIB
9. Jenis kelamin bayi : laki-laki dengan berat 3220 gram dan panjang 50 cm
6) Data Nifas
1. Keluhan utama saat dikaji : pasien mengatakan nyeri luka post op sc skala
8(0-10) nyeri terasa saat bergerak nyeri seperti ditusuk- tusuk , pasien tampak
meringis kesakitan. Nyeri berkurang setelah minum obat atau diberikan obat.
succedaneum.
3. Asi diberikan setelah lahir : asi belum diberikan karena belum dilakukan
4. Pemberian asi ekslusif : pasien mengatakan bayinya akan diberi ASI ekslusif
a) Pasien mengatakan tidak mengetahui cara merawat buah dada dan tidak
melakukannya.
c) Pasien mengatakan tidak mengetahui cara merawat vulva nya dan tidak
9) Keadaan Psikososial
Pasien
No. pola Sebelum sakit Setelah sakit
1. Keadaan emosi Pasien merasa Pasien merasa
senang karena cemas dengan
keluarga kecilnya lukanya
akan lengkap
2. Hubungan dengan bayi Pasien merasa Pasien merasa
senang akan cemas dengan
bertemu dengan keadaan bayinya
bayinya karena belum
rooming in
3. Hubungan dengan suami Pasien merasa Pasien merasa
suaminya sangat bersyukur dengan
menyayanginya suaminya yang
tanggap dengan
keadaan ibu dan
bayinya.
4. Hubungan dengan keluarga Pasien merasa Pasien merasa
keluarganya percaya keluarganya
menantikan akan membantu
kelahiran bayinya. merawat bayinya.
Hubungan pasien
dengan keluarga
sangat baik
Observasi Pasien
Pemeriksaan Fisik
1. Tanda – tanda vital
a. Kesadaran Compos mentis.
b. Tekanan darah 110/80 mmhg
MAP : (110+(2x80) = 270 = 90
3 3
Kesimpulan: MAP minimal 70 mmHg
mempunyai perfusi ginjal yang memadai.
68x/menit
c. Nadi
d. Suhu 37°C
e. RR
15x / menit
2. Antropometri
a. Berat badan
b. Tinggi badan 58 kg
c. IMT 156 cm
IMT : 1,56 x 1,56 = 23,8
58
Kesimpulan : pasien tidak mengalami
kekurangan energi kronis
3. Pemeriksaan Head to toe
a) Diagnosa medis
P1 A0 post secsio cesarea atas indikasi ketuban pecah dini hari ke- 0
b) Pemeriksaan Khusus
No. Tanggal/ Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi berdasarkan SIKI
hari berdasar SLKI
1 Rabu, 11 Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan Asuhan Manajemen nyeri
Mei 2022 pencederaan fisik (prosedur invasif) keperawatan 3x24 jam nyeri Observasi :
DS: akut teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi dan karakteristik nyeri
- Pasien mengatakan nyeri di hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
bagian luka post op SC dengan a. Keluhan nyeri 3. Identifikasi faktor yang mempererat dan
nyeri skala 8(0-10) nyeri terasa menurun dengan memperingan nyeri.
saat bergerak skala 3(0-10) Teraupetik :
DO: b. Meringis menurun 4. Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pasien tampak meringis c. Sikap protektif Edukasi :
- Pasien tampak memegangi menurun 5. Ajarkan teknik non farmakologi untuk
daerah luka mengurangi nyeri (teknik nafas dalam)
Kolaborasi :
6. Kolaborasi pemberian katesse 3x25 mg
2 Rabu, 11 Risiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Perawatan luka
Mei 2022 efek prosedur invasif keperawatan 3x24 jam Observasi :
DS: masalah risiko infeksi teratasi 1. Monitor karakteristik luka
- Pasien mengatakan nyeri pada dengan kriteria hasil. (drainase,warna, bau)
luka post SC a. Nyeri menurun 2. Monitor tanda-tanda infeksi.
DO: dengan skala 3(0- Teraupetik :
- Luka tertutup balutan dengan 10) 3. Rawat luka dengan teknik steril.
bercak darah b. Pengetahuan Edukasi :
tentang standar 4. Anjurkan kecukupan nutrisi
asupan nutrisi yang Kolaborasi :
tepat meningkat 5. Kolaborasi dengan pemberian cefotaxime.
2 x 1 gram
3 Rabu, 11 Menyusui tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan asuhan Pijat laktasi
Mei 2022 dengan tidak rawat gabung keperawatan 1x24 jam , Observasi :
DS: masalah menyusui tidak 1. Identifikasi keinginan ibu untuk menyusui.
- Pasien mengatakan ingin segera efektif teratasi dengan Terapeutik :
menyusui bayinya kriteria hasil: 2. Posisikan ibu dengan nyaman
DO: a. Perlekatan bayi pada 3. Berikan perawatan payudara
- Rooming in belum dilakukan payudara ibu Edukasi :
meningkat. 4. jelaskan manfaat perawatan payudara.
- Colostrum ibu belum keluar b. Tetesan/ pancaran
- Asi tidak menetes/ memancar ASI meningkat
c. Suplai ASI adekuat
4 Rabu , 11 Defisit perawatan diri (mandi) Setelah dilakukan asuhan Dukungan perawatan diri (mandi)
Mei 2022 berhubungan dengan kelemahan keperawatan 1x24 jam , Observasi :
masalah defisit perawatan 1. Monitor kebersihan tubuh
DS: diri teratasi dengan kriteria Terapeutik :
- Pasien mengatakan masih nyeri hasil : 2. Fasilitasi mandi
saat bergerak a. Kemampuan mandi 3. Anjurkan aktivitas fisik secara bertahap
DO: meningkat 4. Pertahankan kebiasaan kebersihan
- Pasien tampak tidak mampu b. Mempertahankan Edukasi
mandi dan ke toilet secara kebersihan diri 5. Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak
mandiri c. Gerakan terbatas mandi bagi kesehatan.
- Pasien belum turun dari tempat menurun
tidur Kelemahan fisik menurun
- Kebutuhan pasien di bantu di
tempat tidur.
5 Rabu , 11 Defisit pengetahuan berhubungan Edukasi kesehatan tentang perawatan tali pusat bayi
Mei 2022 dengan kurang terpaparnya informasi Setelah dilakukan asuhan dan cara memandikan Bayi.
mengenai perawatan tali pusat dan keperawatan 3x24 jam Observasi :
cara memandikan bayi. masalah defisit pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan kemampuan
teratasi dengan kriteria hasil: menerima informasi.
2. Sediakan materi dan media pendidikan
a. perilaku sesuai kesehatan
anjuran meningkat. 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
b. Pertanyaan tentang kesepakatan.
masalah yang 4. Jelaskan dan demonstrasikan cara
dihadapi menurun perawatan talipusat
5. Jelaskan dan demonstrasikan cara
memandikan bayi
6. Berikan kesempatan untuk bertanya.
Edukasi :
7. Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
4.1.5 Implementasi
Tabel 4.9 Implementasi
4.1.6 Evaluasi
Tabel 4.10 Evaluasi
Diagnosa Keperawatan Hari 1 ( 12 Mei 2022) Hari 2 (13 Mei 2022) Hari 3 (14 Mei 2022)
Nyeri akut berhubungan dengan S: pasien mengatakan nyeri S: pasien mengatakan nyeri
agen pencederaan fisik. sudah berkurang skala 5(0-10) sudah berkurang dengan skala
nyeri 3(0-10) dan
O: pasien sudah tidak takut
bergerak ,meringis berkurang O: pasien sudah tidak meringis,
dan sedikit rileks dan sikap sikap protektif sudah
protektif berkurang.
berkurang, pasien dapat duduk
A: nyeri akut belum teratasi dan berdiri sendiri
P: intervensi dihentikan ,
dilanjutkan oleh pasien dirumah.
P: intervensi dihentikan.
Defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurang S: pasien mengatakan tujuan S: pasien mengatakan ingin di S: pasien mengatakan
terpaparnya informasi mengenai perawatan tali pusat adalah ajarkan cara memandikan bayi memandikan bayi harus hati-
perawatan tali pusat dan cara mencegah infeksi di rumah saja. hati, harus menjaga tali pusat
memandikan bayi. agar tetap kering dan tidak
O: pasien melakukan O: pasien dan keluarga tampak boleh menggunakan bedak
demonstrasi ulang cara merawat mengajukan permohonan untuk karena dapat terhirup oleh
tali pusat bayi. diajarkan cara memandikan bayi
bayi ketika sudah di rumah.
O: pasien melakukan
A: Masalah defisit Pengetahuan A: masalah defisit pengetahuan demonstrasi ulang cara
belum teratasi belum teratasi memandikan bayi .
P: intervensi 6 dilajutkan P: intervensi 2 dilanjutkan A: Masalah defisit
6, identifikasi kesiapan dengan homecare. Pengetahuan tentang
kemampuan menerima informasi 2. menyediakan media memandikan bayi teratasi
tentang memandikan bayi pendidikan kesehatan tentang
cara memandikan bayi baru
lahir. P: intervensi dihentikan.
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 PENGKAJIAN
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data pada pasien Ny.J, mengatakan
nyeri di bagian luka post op SC dengan nyeri skala 8(0-10) nyeri terasa saat bergerak,
pasien tampak meringis, pasien tampak memegangi daerah luka, luka tertutup balutan
dengan bercak darah. Pasien mengatakan ingin segera bertemu bayinya karena setelah
melahirkan rooming in belum dilakukan, colostrum ibu belum keluar. Pasien juga
mengatakan belum mandi sejak 2 hari. Pasien mengatakan belum mengetahui cara merawat
tali pusat bayi dan memandikan bayi karena pasien tampak kebingungan saat ditanya
perut ibu. Nyeri ini berasal dari sayatan pembedahan saat proses persalinan
Operasi sesar memiliki dampak kesehatan yang cukup berat seperti infeksi,
perdarahan, luka pada organ, komplikasi dari obat bius juga kematian(Isnaniah &
Rizani, 2014).
Pada pemeriksaan secara fisik payudara pada ibu post sesar ,apakah payudara ibu
tampak bengkak, memiliki bentuk simetris, payudara tegang, terdapat nyeri tekan, kedua
puting menonjol, areola hitam, warna kulit tidak merah, ASI belum keluar atau ASI
sedikit.(Ramandanty, 2019)
Pola-pola fungsi kesehatan Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Hal ini dapat
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya menjaga kebersihan
2020)
Setelah di dapatkan fakta dan teori dapat dilihat bahwa terdapat persamaan. Hal ini
dikarenakan operasi sectio caesarea memiliki dampak luka pada area depan perut dan
dinding rahim. Luka tersebut menjadi penyebab dari nyeri yang dialami pasien dan
akan menimbulkan komplikasi seperti infeksi jika tidak di rawat dengan benar. Pada
teori pentinya mengkaji keadaan payudara ibu untuk mempersiapkan proses menyusui
bayi pasien setelah melahirkan serta menggali pengetahuan pasien tentang perawatan
post partum .
Hasil dari pengkajian didapatkan lima diagnosa keperawatan yang relevan yaitu
: Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik, Risiko infeksi berhubungan
dengan efek prosedur invasi, Menyusui tidak efektif berhubungan dengan tidak rawat
gabung, Defisit perawatan diri: Mandi berhubungan dengan kelemahan dan Defisit
Sedangkan menurut Nurarif dan Kusuma (2015) diagnosa yang mungkin muncul
pada pasien post sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini adalah
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas (mokus
dalam jumlah berlebihan), jalan nafas alergi(respon obat anestesi), Nyeri akut berhubungan
nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan kurangnya kebutuhan nutrisi post partum.
Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang pengetahuan ibu,
terhentinya proses menyusui. Gangguan eliminasi urine, Gangguan pola tidur berhubungan
jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan, Defisit perawatan diri berhubungan dengan
Jadi dapat disimpulkan antara fakta dan teori terdapat kesenjangan secara fakta,
dimana diagnosa yang muncul hanya lima diagnosa keperawatan. Hal ini dikarenakan
berdasarkan analisa data yang aktual hanya memunculkan lima diagnosa keperawatan
Pada pasien Ny.J rencana keperawatan pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik akan dilakukan intervensi keperawatan yaitu
Identifikasi lokasi dan karakteristik nyeri, Identifikasi skala nyeri , Identifikasi faktor
yang mempererat dan memperingan nyeri, Fasilitasi istirahat dan tidur, Ajarkan teknik
non farmakologi untuk mengurangi nyeri (teknik nafas dalam), Kolaborasi pemberian
katesse 3x25 mg. Pada diagnosa ke dua risiko infeksi berhubungan dengan efek
Untuk diagnosa ke tiga menyusui tidak efektif berhubungan dengan tidak rawat
gabung akan dilakukan rencana keperawatan yaitu Identifikasi keinginan ibu untuk
menyusui, Posisikan ibu dengan nyaman, Berikan perawatan payudara, jelaskan
mandi bagi kesehatan. Dan untuk diagnosa ke lima defisit pengetahuan berhubungan
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) menjelaskan bahwa intervensi yang dapat
dilakukan untuk masalah nyeri akut yaitu Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri ,Identifikasi respon nyeri
non verbal ,Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri ,Identifikasi
pengetahuan dan keyakinn tentang nyeri ,Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri ,Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup ,Monitor keberhasilan terapi
yang memperberat rasa nyeri , Fasilitasi istirahat dan tidur ,Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri ,Jelaskan penyebab perode,
dan pemicu nyeri ,Jelaskan strategi meredakan nyeri ,Anjurkan memonitor nyeri secara
analgetic jika perlu. Pada diagnosa risiko infeksi berhubungan dengan meliputi
Monitor karakteristik luka (mis.drainase, warna, ukuran, bau) Monitor tanda-tanda
infeksi ,Lepaskan balutan dan plester secara perlahan ,Cukur rambut di sekitar daerah
luka, Bersihkan dengan cairan nacl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
,Bersihkan jaringan nektrotik Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu ,Pasang
balutam sesuai dengan jenis luka ,Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
luka ,Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase ,Jadwalkan perubaham posisi
setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien ,Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgbb/hari
dan protein 1,25- 1,5 g/kgbb/ hari ,Berikan suplemen vitamin dan mineral ,Berikan
terapi tens (stimulus saraf transkutaneous), Jelaskan tanda dan gejala infeksi Anjurkan
mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein ,Ajarkan prosedur perawatan luka
tidak efektif memiliki rencana keperawatan Monitor kondisi mamae dan puting ,
menyusui , Posisikan ibu dengan nyaman, Pijat mulai dari kepala, leher, bahu,
punggung dan payudara, Pijat dengan lembut, Pijat secara melingkar, Pijat secara rurin
setiap hari, Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui dengan
memberikan rujukan pujian terhadap perilaku positif ibu, Libatkan suami dan keluarga,
empat yaitu defisit perawatan diri meliputi Identifikasi usia dan budaya dalam
kebersihan tubuh(mis. Rambut, mulut, kulit, kuku), Monitor integritas kulit, Sediakan
peralatan mandi ( mis. Sabun, sikat gigi, shampo, pelembab kulit), Sediakan
lingkungan yang aman dan nyaman, Fasilitasi mnggosok gigi , Fasilitasi mandi,
Pertahankan kebiasaan diri, Berikan bantuan seusai tingkat kemandirian, Jelaskan
manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap kesehatan, Ajarkan kepada keluarga
cara memandikan pasien. Dan untuk diagnosa terakhir defisit pengetahuan yaitu
yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat,
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya fakta dan teori memiliki persamaan.
dengan kondisi yang dialami pasien. Sebagai contoh pada intervensi masalah risiko
infeksi penulis menambahkan intervensi luaran tentang anjuran nutrisi yang tepat,
4.2.4 IMPLEMENTASI
Pada saat dilakukan implementasi pada pasien Ny.J seluruh intervensi dilaksanakan
sehingga tidak ada intervensi yang tidak dilakukan. Implementasi yang dilakukan pada
tanggal 12 Mei 2022 untuk diagnosa nyeri akut semua intervensi dilaksanakan
Identifikasi lokasi dan karakteristik nyeri, Identifikasi skala nyeri , Identifikasi faktor
yang mempererat dan memperingan nyeri, Fasilitasi istirahat dan tidur, Ajarkan teknik
non farmakologi untuk mengurangi nyeri (teknik nafas dalam) kecuali dalam
memberikan obat. Pada diagnosa risiko infeksi semua intervensi dilakukan : Monitor
Identifikasi keinginan ibu untuk menyusui, Posisikan ibu dengan nyaman, Berikan
diri semua intervensi dilakukan yaitu memonitor kebersihan tubuh, Fasilitasi mandi,
manfaat mandi dan dampak tidak mandi bagi kesehatan. Sedangkan pada diagnosa
defisit pengetahuan semua intervensi yang dilakukan yaitu yaitu identifikasi kesiapan
kesehatan.
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 13 Mei 2022 untuk diagnosa nyeri akut
yang dilakukan adalah mengidentifikasi skala nyeri, memfasilitasi istirahat dan tidur,
memberikan obat. Pada diagnosa risiko infeksi tindakan yang dilakukan yaitu merawat
luka dengan mengganti perban dan memberikan obat antibiotik. Sedangkan untuk
observasi respons klien selama dan setelah tindakan , serta menilai data yang
dilakukan untuk diagnosa nyeri akut yaitu Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri ,Identifikasi respon nyeri
non verbal ,Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri ,Identifikasi
pengetahuan dan keyakinn tentang nyeri ,Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri ,Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup ,Monitor keberhasilan terapi
yang memperberat rasa nyeri , Fasilitasi istirahat dan tidur ,Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri ,Jelaskan penyebab perode,
dan pemicu nyeri ,Jelaskan strategi meredakan nyeri ,Anjurkan memonitor nyeri secara
analgetic jika perlu. Pada diagnosa risiko infeksi meliputi Monitor karakteristik luka
(mis.drainase, warna, ukuran, bau) Monitor tanda-tanda infeksi ,Lepaskan balutan dan
plester secara perlahan ,Cukur rambut di sekitar daerah luka, Bersihkan dengan cairan
nacl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan ,Bersihkan jaringan nektrotik Berikan
salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu ,Pasang balutam sesuai dengan jenis luka
,Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka ,Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase ,Jadwalkan perubaham posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi
pasien ,Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgbb/hari dan protein 1,25- 1,5 g/kgbb/
hari ,Berikan suplemen vitamin dan mineral ,Berikan terapi tens (stimulus saraf
tinggi kalori dan protein ,Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri, Kolaborasi
pemberian antibiotic. Sedangkan untuk diagnosa menyusui tidak efektif memiliki
rencana keperawatan Monitor kondisi mamae dan puting , Identifikasi keinginan ibu
dengan nyaman, Pijat mulai dari kepala, leher, bahu, punggung dan payudara, Pijat
dengan lembut, Pijat secara melingkar, Pijat secara rurin setiap hari, Dukung ibu
terhadap perilaku positif ibu, Libatkan suami dan keluarga, Jelaskan tujuan dan
perawatan diri meliputi Identifikasi usia dan budaya dalam melakukan kebersihan diri,
mulut, kulit, kuku), Monitor integritas kulit, Sediakan peralatan mandi ( mis. Sabun,
sikat gigi, shampo, pelembab kulit), Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman,
bantuan seusai tingkat kemandirian, Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi
terhadap kesehatan, Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien. Dan untuk
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat, Sediakan materi dan media
Pada dasarnya implementasi pada pasien tidak ada perbedaan dengan yang ada
pada teori namun penulis mengadakan beberapa modifikasi atas kebutuhan pasien
4.2.4 EVALUASI
dalam bentuk evaluasi perkembangan pasien. Adapun hasil dari Evaluasi masalah
nyeri akut teratasi pada hari ke dua dengan hasil nyeri sudah berkurang, pasien sudah
tidak meringis, sikap protektif sudah berkurang, pasien dapat duduk dan berdiri sendiri.
Untuk masalah risiko infeksi sudah teratasi pada hari ke 2 dengan catatan dilihat
kembali perkembangan luka pasien dengan dilakukan mengganti perban setelah tiga
hari sejak pasien pulang. Hasil evaluasi untuk masalah risiko infeksi adalah nyeri
menurun dan pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat. Pada
masalah keperawatan menyusui tidak efektif teratasi pada hari pertama karena bayi
sudah dapat rawat gabung dengan ibunya sehingga pasien dapat segera menyusui
bayinya. Pasien juga mengatakan ASI nya sudah keluar dan sangat terbantu dengan
bayi pada payudara ibu meningkat, tetesan ASI meningkat dan keduanya payudara
sudah mengeluarkan ASI. Suplai ASI ibu sudah Adekuat. Kemudian untuk masalah
defisit perawatan diri sudah dapat teratasi pada hari pertama. Dengan hasil kemampuan
gerakan terbatas menurun dan kelemahan fisik menurun. Pasien merasa nyaman setelah
mandi dan akan mandi sendiri besok, pasien juga mengatakan sudah bisa duduk dan
berdiri , pasien tampak nyaman dan sudah ke kamar mandi untuk BAK dan kebersihan
diri. Sedangkan pada defisit pengetahuan teratasi pada hari ke tiga dengan kriteria hasil
perilaku sesuai anjuran meningkat, pertanyaan tentang masalah yang dihadapi
menurun. pasien mengatakan tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah infeksi,
pasien mengatakan memandikan bayi harus hati- hati, harus menjaga tali pusat agar
tetap kering dan tidak boleh menggunakan bedak karena dapat terhirup oleh bayi dan
pasien melakukan demonstrasi ulang perawatan tali pusat dan cara memandikan bayi.
keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
Menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019), untuk nyeri akut mempunyai kriteria
hasil yaitu Keluhan nyeri menurun , Meringis menurun , Sikap protektif menurun.
Pada diagnosa risiko infeksi memiliki kriteria hasil Nyeri menurun, Pengetahuan
tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat. Diagnosa menyusui tidak efektif
memiliki kriteria hasil Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat. Tetesan/
pancaran ASI meningkat dan Suplai ASI adekuat. Untuk diagnosa defisit perawatan
defisit pengetahuan memiliki kriteria hasil perilaku sesuai anjuran meningkat dan
Dengan demikian disimpulkan antara fakta dan teori tidak terdapat kesenjangan
karena dimana evaluasi yang dilaksanakan mengacu pada tujuan dan kriteria hasil.
Yaitu masalah keperawatan nyeri akut dapat teratasi pada hari kedua, dengan kriteria
hasil yang sudah di rencanakan dan implementasi sesuai dengan teori dan telah
mendapat tujuan dan kriteria hasil yang di inginkan. Untuk masalah risiko infeksi
teratasi pada hari ke dua sesuai dengan kriteria tujuan dan hasil yang sesuai dengan
teori. Pada masalah menyusui tidak efektif juga sudah teratasi pada hari pertama
implementasi dengan kriteria hasil sesuai pada teori. Masalah defisit perawatan diri
dapat teratasi pada hari pertama setelah dilakukannya implementasi, sehingga kriteria
hasil yang di inginkan sudah tercapai. Kemudian untuk masalah defisit pengetahuan
juga sudah teratasi pada hari ke tiga saat homecare, sesuai dengan teori yaitu perilaku
sesuai anjuran meningkat dan Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun.