Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
Persalinan sectio caesarea adalah persalinan buatan yang bertujuan untuk melahirkan bayi
dengan pembedahan insisi pada bagian dinding perut dan dinding rahim dengan berat saraf
rahim diatas 500 gr dan harus dalam keadaan utuh.(Sumelung et al., 2014)
Pembedahan Sectio caesarea adalah opsi pertama yang akan dilakukan tenaga medis untuk
menyelamatkan ibu dan janinnya. Sectio Caesarea dilakukan karena ibu maupun bayi memiliki
indikasi gawat maternal seperti gawat janin, prolapsus tali pusat, pre-eklamsi,letak lintang,
cephalopelvic disproportion (CPD), ketuban pecah dini (KPD), persalinan tidak maju, panggul
Salah satu dari indikasi dilakukannya pembedahan sectio caesarea adalah ketuban pecah
dini. Ketuban pecah dini menjadi salah satu penyebab persalinan lama bahkan dapat
Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan pecahnya selaput ketuban ada tanda persalinan,
pada primi pembukaan kurang dari 3 cm sedangkan pada multipara pembukaan kurang dari 5
Ketuban Pecah Dini masih belum diketahui secara jelas penyebabnya, maka tidak bisa
insiden KPD berhubungan dengan beberapa faktor seperti inkompetensi serviks, infeksi pada
vagina, kehamilan ganda, fisiologi dari selaput amnion, trauma, stress maternal dan fetal
data World Health Organization (WHO) rata-rata pembedahan sectio caesarea sebuah negara
mencapai 5-15% per 1000 kelahiran di dunia. Pada rumah sakit pemerintah memiliki 11%
kejadian sectio caesarea sementara rumah sakit swasta lebih besar dan mencapai 30%.
Sedangkan di Indonesia sekitar sebesar 9,8 persen dari total 49.603 kelahiran sepanjang tahun
2010 sampai dengan 2013(Sihombing et al., 2017). Sedangkan kasus Sectio caesarea dengan
indikasi ketuban pecah dini mencapai 4,5% sampai 7,6 % dari seluruh kehamilan. Prevalensi
komplikasi KPD aterm mencapai 8% , sedangkan KPD preterm mencapai 1% dari seluruh
kehamilan di dunia. Kejadian ini lebih sering terjadi di amerika dan afrika(Mellisa et al,2021)
Provinsi Banten memiliki total persalinan Sectio caesarea 58,5 % dari 21.965 kasus persalinan
pada tahun 2015. Kasus terbanyak terjadi di ota Serang sebanyak 4.915 kasus , kemudian
Angka persalinan di Kabupaten Lebak salah satunya adalah di RSUD Dr. Adjidarmo pada
tahun 2021 dengan total angka persalinan sebanyak 3.023 jiwa, pada 10 besar indikasi di ruang
Flamboyan dengan Pre-eklampsia berat sebanyak 565 jiwa, distosia partus kala I dengan
jumlah 398 jiwa, indikasi dengan Ketuban pecah diri sebanyak 339 jiwa, distosia partus kala
II 320 jiwa, kemudian indikasi dengan Riwayat SC sebanyak 311 jiwa, Oligohidromnion
dengan jumlah 369 jiwa, presentasi bokong 200 jiwa, Partus spontan penyulit sebanyak 199
jiwa, indikasi dengan hemoragic antepartum sebanyak 128 jiwa, dan partus spontan dengan
jumlah 194 jiwa. Menurut data yang di dapat pre-eklampsia berat menduduki peringkat
pertama dengan 18,69%, di urutan kedua pada indikasi 10 besar adalah distosia partus I dengan
13,16%, lalu oligohidromnion 12,20% , KPD dengan 11,21%, indikasi dengan distosia partus
kala II 10,58%, Riwayat SC dengan 10,18%, presentasi bokong 6,61%, kemudian Partus
dengan penyulit sebanyak 6,58%, indikasi pada partus spontan sebanyak 6,41%. dan indikasi
Persalinan sectio caesarea saat ini banyak bukan karena indikasi medis. Kampanye untuk
menekan jumlah kelahiran caesar sudah di lakukan oleh para ahli kesehatan. Karena dampak
pada operasi sectio caesarea ini cukup berat dan beresiko , seperti infeksi, luka pada organ,
perdarahan, kompikasi akibat obat bius, bahkan kematian. (Isnaniah & Rizani, 2014)
Kejadian KPD memiliki faktor risiko pada pasien berkulit hitam, perokok, ekonomi dan
status sosio yang rendah, pasien yang memiliki penyakit infeksi seksual menular , pernah
melahirkan prematur, riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya , distensi uterus,
perdarahan pervaginam. Selain itu ketuban pecah dini juga bisa diakibatkan oleh prosedur ikat
rahim,amnionsentesis terutama Ketuban pecah dini aterm. Pada ketuban pecah dini paterm
memiliki faktor risiko infeksi atau inflamasi koriodesidua dan jumlah kolagen dari membrane
amnion yang menurun. Ketuban pecah dini dapat menimbulkan komplikasi pada neonates
seperti prematuritas, respiratory distress syndrome, perdarahan intraventrikel, sepsis,
Mengingat peran perawat ikut serta dalam mengatasi masalah kesehatan yang dapat
dilakukan dalam kasus ini yaitu memberikan asuhan keperawatan agar menjaga kesehatan ibu
juga bayi dan mencegah terjadinya komplikasi pasca persalinan. Dalam hal ini peneliti sebagai
calon perawat menyarankan solusi bagi klien dengan : secara promotif memberikan edukasi
kesehatan mengenai nutrisi yang harus dipenuhi setelah operasi dan menganjurkan ibu untuk
mengganti perban setiap tiga hari sekali dan memeriksakan lukanya di fasilitas kesehatan
terdekat. Secara kuratif dengan minum obat secara teratur sesuai dengan instruksi dokter dan
Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan
Pasien Secti Caesarea dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini yang mengalami Nyeri Akut di
Masalah pada karya tulis ilmiah ini di batasi Asuhan Keperawatan Pasien Sectio Caesarea
dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini yang mengalami Nyeri Akut di RSUD Adjidarmo,Lebak.
1.3 TUJUAN
5) Melakukan evaluasi Pasien Sectio Caesarea dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini
1.4 MANFAAT
1.4.1 TEORITIS
Karya Tulis Ilmiah dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk pengembangan
ilmu Keperawatan Khususnya pada Pasien sectio caesarea dengan Indikasi Ketuban Pecah
Dini.
1.4.2 PRAKTIS
1) Bagi perawat
Karya Tulis Ilmiah dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan Asuhan
Keperawatan pada pasien sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini.
kesehatan Khususnya bagi pasien sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini.
3) Bagi Institusi
Karya Tulis Ilmiah dapat digunakan sebagai bahan kajian dan informasi tentang
sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini untuk peneliti selanjutnya.