Anda di halaman 1dari 10

Nama : Kiki Rizky Amelia

Tugas : Evaluasi Isi Khotbah Pendeta Henry Parera


Dosen : Soerono, M.Th., M.Div.
Mata Kuliah : Pelayanan Pelepasan dan Kesembuhan
Mid Exam

Membebaskan Roh yang terpenjara

A. Sisi Positif

Evaluasi isi khotbah Pdt. Henry Parera dari sisi posisi positif. Ada beberapa hal positif

yang dapat diambil dari penyampaian khotbah Pdt. Henry Parera ini. Ciri khas pengkhotbah dari

Gereja pentakosta karismatik adalah penyampaian khotbah yang berapi-api. Beliau memiliki

cara penyampaian khotbah yang berapi-api, terlebih lagi ia merupakan seorang yang lahir dan

besar di latar besar keluarga Indonesia timur yang memiliki nada bicara yang keras dan

menggelegar. Sehingga tidak heran kalau caranya menyampaikan khotbah berapi-api. Selain

berapi-api, Pdt Henry ini juga merupakan pengkhotbah yang berinteraksi dengan jemaat yang

mendengar khotbahnya sehingga banyak jemaat yang tidak ragu untuk merespon khotbah beliau.

Jemaat juga menjadi ikut bergairah dalam mendengarkan khotbah beliau. Meskipun khotbahnya

berapi-api dan terkesan seperti sedang marah-marah karena nada suaranya tinggi, tetapi jemaat

tidak menjadi takut dengan beliau karena ia memberikan sisipan lelucon yang membuat jemaat

tidak menjadi tegang dan murah menerima isi khotbah dari beliau.

Pdt. Henry Parera merupakan salah satu pengkhotbah yang “nge-Roh” saat sedang

menyampaikan Firman. Hal ini terlihat jelas dari cara penyampaiannya berkhotbah dan memilih

kata-kata untuk disampaikan juga dari caranya menyembah Tuhan. Beliau juga sangat

mengandalkan pekerjaan Roh Kudus. Hal ini terlihat ketika beliau tiba-tiba mengundang

seseorang untuk maju ke depan untuk di doakan, dan setelah selesai berdoa ia melanjutkan untuk

menutup khotbahnya.
B. Sisi Negatif

Evaluasi sisi negatif setelah mendengarkan khotbahnya adalah ketika menafsirkan teks

kebenaran Firman Allah beliau tidak memperhatikan konteks dari ayat Alkitab yang ia ambil.

Sehingga terkesan seperti beliau tidak menggali teks ke dalam bahasa mula-mula terlebih dahulu

untuk mengetahui maksud mula-mula dari penulis.

Meskipun ia adalah seorang yang sepertinya sangat mengandalkan pekerjaan Roh

Kudus dalam penyampaian khotbahnya, tetapi di satu sisi dalam khotbahnya ia lebih banyak

membahas pekerjaan roh jahat ketimbang kuasa Roh Kudus. Hal ini terlihat dari pembahasan

khotbahnya yang lebih banyak membahas pekerjaan roh jahat dan menjadikan khotbahnya

bersifat satansentris ketimbang Kristussentris.

Pdt. Henry Parera dalam menyusun kerangka khotbahnya tidak sistematis seperti

struktur khotbah yang dipelajari dalam Homiletika. Hal tersebut menjadikan khotbah beliau

tidak memiliki alur yang jelas dan ada hal-hal yang mungkin sebenarnya itu di luar dari kerangka

khotbahnya, namun kemudian ia sampaikan kepada jemaat karena beliau meyakini kalau hal

tersebut adalah pekerjaan Roh Kudus. Dari apa yang telah saya dengarkan dari khotbah Pdt.

Henry Parera ini, saya melihat sepertinya beliau membangun teologi kesembuhan dalam

pelayanannya. Hal ini dilihat dari kesaksiannya menengking roh jahat pada beberapa jemaat dari

cerita pengalamannya dan menjadikan orang tersebut sembuh secara jasmani dan rohani.

Amsal 20:27. Beliau mengatakan kalau manusia terdiri dari tiga bagian: tubuh, jiwa,

dan roh. Tubuh berhubungan dengan fisik, jiwa berhubungan dengan pikiran, perasaan, dan

kehendak. Ini adalah area yang cukup penting dalam diri manusia. Seseorang datang ke Gereja

karena ada stimulus dipikiran setiap orang untuk datang dan mengalami mukjizat dari Tuhan.

Roh manusia adalah pelitanya Tuhan.


Pdt. Henry mengatakan kalau ketika Allah menciptakan manusia, Ia harus turun dari

tahta-Nya dan mengotori tangan-Nya dengan debu dan tanah untuk membentuk manusia sesuai

gambar dan rupa-Nya. Tanah dan debu juga termasuk dalam hasil karya ciptaan-Nya yang

disebutkan-Nya sangat baik adanya (Kej 1:9-10).

Ia menempatkan pengalaman pribadinya ke dalam kerangka khotbahnya seperti sedang

menceritakan kalau dirinya yang paling benar dan berpengalaman daripada orang lain. Sehingga

banyak dari cerita pengalamannya yang seperti sedang menunjukkan kehebatannya.

Beliau mengatakan dalam Mazmur 40:1-3 lubang yang gaduh digambarkan sebagai

gambarakan dari jiwa atau roh dari orang-orang tertentu yang terperosok ke dalamnya dan

tertawan di dalamnya. Beliau mengatakan kalau orang yang tidak dapat menyembah dan tidak

bisa bernyanyi adalah orang-orang yang rohnya terikat oleh kuasa kegelapan. Karena tanda

orang yang bebas, ia dapat dengan bebas menari, menyanyi, dan bersukacita.

Ciri-ciri orang yang terpenjara: mereka sering melamun, seperti ada yang hilang, sering

merasa sendiri padahal sering berada di tempat ramai, sering merasa tersiksa atau menderita dan

seringkali orang itu tinggal dalam sungai kesakitan tanpa ia tahu sebabnya. Padahal seperti yang

telah dipelajari dalam kelas-kelas perkuliahan bahwa tidak semua hal adalah disebabkan oleh roh

jahat. Bisa jadi ketika seseorang melamun dan sering merasa sendiri bukan karena disebabkan

oleh roh jahat, tetapi karena orang tersebut sedang memiliki beban kehidupan yang mengganggu

pikirannya sehingga ia tidak fokus dalam melakukan kegiatan yang sedang dijalani.

Pdt. Henry Parera mengklaim kalau dirinya memiliki karunia kerasulan. Sehingga

baginya tidak membutuhkan waktu lama untuk berbicara dengan orang-orang yang sedang

diganggu oleh roh atau sedang mengalami kesakitan, karena ia berbicara langsung kepada roh

dari orang tersebut untuk mengikuti apa yang dikehendaki olehnya. Ia dapat berbicara dengan
roh seseorang dengan cara memukul pundak dari orang tersebut. Dalam cerita pengalamannya di

bagian ini, saya sama sekali dia tidak mendengar bahwa hal itu dapat terjadi dengan tujuan agar

nama Tuhan ditinggikan dan dimuliakan. Ia hanya terus menekankan kehebatan karunia

kerasulannya dalam melayani seseorang yang ia rasa diganggu oleh roh jahat.

Ketika seseorang putus asa, maka roh orang itu sedang terpenjara. Dan seseorang yang

bakatnya belum terasah, berarti dia adalah orang yang rohnya masih terpenjara. Tetapi ketika

bakat orang tersebut telah terasah sesuai dengan standart dari Pdt. Henry Parera maka dapat

dikatakan kalau rohnya telah dibebaskan.

Ketika seseorang memiliki tingkat kelupaan yang teramat tinggi, itu artinya roh orang

itu sedang tertawan. Seseorang yang sering merasa kesulitan atau kesusahan dan ada bahaya

yang selalu mengikat kehidupannya, orang yang sakit dan menjadi ketergantungan kepada obat,

artinya ada roh sakit penyakit yang mengikat kehidupannya. Banyak orang yang terpenjara

dalam roh berkali-kali mengalami kepahitan yang berulang. Orang yang mengalami disleksia

atau buta huruf adalah orang yang terikat dalam roh. Kemudian beliau menyambungkan dengan

pengalamannya bahwa ada seorang ibu yang tidak bisa baca tulis, tetapi setelah didoakan maka

roh itu terlepas dan mulut dari ibu tersebut yang tadinya kaku menjadi dapat membaca. Ketika ia

menyerang roh yang mengikat dalam diri seseorang yang dapat mengubahkan seseorang secara

fisik.

Saat ada seorang ibu yang sedang hamil, kemudian ibu itu sakit hati kepada seseorang,

maka roh sakit hati tersebut dapat turun ke anak. Dalam hal ini sebenarnya tidak dapat dikatakan

kalau itu merupakan roh sakit hati. Karena dalam ilmu psikologi, ketika ada seorang ibu yang

sedang mengandung kemudian merasakn perasaan-perasaan tertentu yang mempengaruhi emosi,

perasaan, dan pikirannya maka emosi tersebut dapat dirasakan oleh janin sebab posisi janin
dalam kandungan sangat dekat dengan jantung ibu. Ritme dari detak jantung ibu pasti akan

berubah ketika ia merasakan perasaan tertentu yang berbeda dengan biasanya yang pasti

terdengar jelas oleh janin. Karena itulah emosi ibu juga dapat menentukan perasaan dan

kesehatan janin.

Pdt. Henry Parera mengatakan kalau seseorang yang masih terikat suatu masalah,

penderitaan, atau kesakitan adalah mereka yang belum sepenuhnya terlepas dari ikatan roh jahat.

Bennett dalam pendapatnya mengatakan “Jika tidak sembuh, itu berarti mereka belum

sepenuhnya terbuka terhadap kesembuhan yang mereka butuhkan. Kita harus terus mematahkan

halangan-halangan yang membuat kita tidak menerima kesembuhan itu.” Artinya semua orang

yang masih memiliki penyakit atau masalah dalam kehidupannya, mereka adalah orang-orang

yang masih terbelenggu oleh kuasa jahat. Hanya ada sedikit orang atau bahkan tidak ada satupun

orang di dunia ini yang tidak memiliki masalah dalam hidupnya dan berarti tidak ada orang di

dunia ini yang sudah benar-benar terlepas dari kuasa kegelapan sekalipun seseorang telah lahir

baru dan menerima baptisan Roh Kudus, tetapi kalau orang tersebut masih memiliki persoalan

dalam hidupnya berarti ia belum benar-benar lepas dari kuasa roh jahat.

Sepanjang saya mendengarkan video khotbah dari Pdt. Henry Parera yang berjudul

“Membebaskan Roh yang Terpenjara” ini, saya melihat sepertinya beliau menggunakan

pendekatan pelepasan (Pentakosta-Kharismatik) yang melihat roh jahat sebagau sumber masalah

utama sehingga harus diusir dengan disertai dengan manifestasi (kekerasan, muntah, teriak, dsb)

lalu diikuti dengan inner-healing. Pdt. Henry Parera ini menganggap kalau pelepasan adalah

satu-satunya cara agar seseorang dapat terlepas dari ikatan roh jahat.
Kesimpulan yang saya dapat dari khotbah ini adalah hanya orang yang tidak memiliki

pergumulan dan sakit penyakit yang tidak dibelenggu oleh kuasa jahat. Dan dalam khotbah ini

dia hanya sedang menunjukkan kehebatan karunia kerasulannya kepada para jemaatnya.

Final Exam

Kutuk Generasi

A. Sisi Positif

Evaluasi positif dari khotbah yang satu ini tidak jauh berbeda dengan khotbah yang

sebelumnya karena penyampai khotbah masih merupakan orang yang sama hanya temanya saja

yang berbeda. Dalam khotbah yang satu ini ia juga memiliki Roh yang berapi-api seperti cara

penyampaian khotbah yang sering disampaikan oleh pengkhotnah-pengkhotbah pentakosta

karismatik. Beliau adalah seorang yang lahir dan dibesarkan dari keluarga Indonesia timur. Hal

ini terlihat dari logatnya dalam berbicara dan caranya menyampaian Firman Tuhan. Pdt. Henry

Parera ini menyampaikan khotbahnya dengan memiliki interaksi dan dialog yang hidup dengan

jemaatnya. Jemaat juga menjadi tidak ragu untuk merespon setiap pertanyaan dan kata-kata

dalam khotbah beliau. Bila dilihat dari postur mimik wajah dan bahasa tubuhnya ketika

menyampaikan Firman Tuhan, beliau terlihat sangat ekspresif dan menghayati setiap kata-kata

yang disampaikannya. Hal ini membuat jemaat dengan mudah dapat mengerti dan memahami

maksud dari isi khotbahnya.

Sebuah pernyataan yang benar ketika beliau menceritakan kakaknya dalam memerangi

roh jahat yang mengikutinya dengan menggunakan seluruh perlengkapan senjata Allah. Karena

dalam Efesus 6:11 dikatakan “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kamu
dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis.” Dan dikatakan dalam Efesus 1:19-22 bahwa

pemulihan Kristus menjadi dasar kemenangan atas kuasa kegelapan.

B. Sisi Negatif

Dalam khotbah ini Pdt. Henry Parera kurang memperdulikan konteks penulis mula-

mula menuliskan teks tersebut. Beliau hanya mengambil sebuah ayat tanpa melihat konteks

menyeluruh dari pembahasan tersebut. Sehingga terdapat beberapa ayat yang sebenarnya keluar

dari konteks maksud mula-mula penulis.

Jika diperhatikan dari keseluruhan video khotbahnya yang berdurasi 1:11:29 jam ini,

beliau hanya menggunakan 36 menit pertama untuk berkhotbah, sisanya ia habiskan untuk

berdoa, menyanyi dan menyembah Tuhan. Memang tidak ada yang salah dari pembagian waktu

tersebut. Hal yang mau saya soroti adalah dari 36 manit durasi khotbahnya, mungkin sekitar

setengah dari khotbah beliau tersebut membahas tentang pelepasan yang dialami oleh Pak

Barnabas dan beberapa jemaat lainnya. Sehingga selain ada kekeliruan dalam menafsirkan teks

Firman Tuhan, khotbah yang ia sampaikan ini seperti hanya dipermukaan saja dan tidak

mendalami teks Alkitab.

Khotbah ini sepertinya lebih berfokus kepada pekerjaan yang roh jahat lakukan dan

pengalaman pelayanan pelepasan yang dilakukan oleh Pdt. Henry Parera ketimbang membahas

tentang pekerjaan Allah Tritunggal dalam melawan kuasa roh jahat. Seperti beliau sedang

menunjukkan kuasanya yang sanggup mengusir roh jahat dan mengubahkan seseorang dari sisi

fisik dan rohani.

Terdapat satu hal yang menurut saya merupakan kesalahan fatal. Beliau mengatakan

dalam Galatia 3:13, kalau Yesus telah mati di kayu salib untuk menanggung semua dosa umat

manusia sehingga kuk kutuk keturunan juga telah ditanggungkan kepadanya. Tetapi kemudian
ia menceritakan kalau kakaknya adalah seorang yang telah dibabtis dengan Roh Kudus dan

berbicara menggunakan bahasa lidah masih memiliki kuk kutuk keturunan yang baru diketahui

beberapa saat yang lalu. Dan selama kutuk itu belum ketahuan ternyata ada roh jahat yang terus

mengikutinya selama bertahun-tahun sehingga mengakibatkan kakaknya menjadi seorang yang

tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya. Dan setelah kutuk keturunan itu telah dilepaskan dan

roh jahat itu diusir daripadanya, kakaknya menjadi dapat mengendalikan hawa nafsunya. Jadi

dengan demikian, apabila seseorang yang telah dipenuhi oleh Roh Kudus masih memiliki kutuk

keturunan dalam dirinya dan masih ada roh jahat yang mengikutinya, pertanyaannya apakah

baptisan itu benar-benar dari Roh Allah? Karena Roh Allah adalah kudus Ia tidak dapat bersatu

dengan roh jahat. Dan Roh Kudus memiliki kuasa yang setara dengan Allah itu sendiri, kalau

memang itu adalah baptisan Roh Kudus mengapa Roh Kudus yang mempunyai kuasa lebih besar

dari semua roh yang ada di dunia ini tidak menghancurkan roh jahat itu? Dan kenapa Pdt. Henry

ini dapat melepaskan roh jahat itu dari diri kakaknya? Apakah kuasanya lebih besar dari kuasa

Roh Kudus yang diam dalam diri kakaknya? Saya rasa mereka perlu mempertanyakan apakah

itu benar-benar baptisan Roh Kudus atau bukan. Setiap pribadi jemaat, meskipun telah lahir baru

harus dilayani pelepasan kutuk keturunan olehnya, agar tidak lagi terikat oleh kuasa roh jahat.

Merrill Unger dalam pendapatnya mengatakan “Seorang yang dirasuk setan adalah seorang yang

kehendaknya telah dikuasai oleh setan.” Seberapa jauh kegiatan Iblis dalam diri Pak Barnabas

sehingga ia dapat dirasuk setan? Sebelumnya telah dikatakan kalau Pak. Barnabas telah dibaptis

oleh Roh Kudus dan dipenuhi oleh Roh Allah, tetapi mengapa ia masih dapat dirasuk setan dan

kemudian tidak dapat mengontrol hawa nafsu pribadinya ketika melihat ada wanita di depannya?

Sementara dalam kelas perkuliahan disebutkan bahwa ada dua penyebab seseorang dapat dirasuk

setan. Yang pertama karena belum dilahirkan baru di dalam Kristus sehingga ia belum memiliki
materai darah Yesus yang membuatnya menjadi milik Allah 100% (Yoh 1:12) dan yang kedua

terlibat dalam okultisme. Iblis selalu berusaha untuk menarik perhatian manusia kepada

kuasanya melalui berbagai macam cara, salah satunya melalui aktivitas okultis.

Ketika seseorang terlahir ke dunia, ia lahir dari dua keluarga berbeda yang juga

membawa kedua kutuk keturunan itu dalam diri sang anak. Beliau sendiri mengatakan kalau

dirinya baru saja mengerti apa yang terjadi dalam silsilah keluarganya pada saat ia

menyelesaikan puasanya. Ia mengatakan kalau ternyata selama ini ia hanya mengetahui

sebagian dari dosa kutuk keturunan keluarga yang ada pada dirinya.

Dalam Keluaran 20:5 dikatakan “Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah

kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan

kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-

orang yang membenci Aku.” Ayat ini sering digunakan sebagai landasan yang untuk mengklaim

adanya kutuk keturunan. Padahal dalam ayat ini tidak terdapat istilah “kutuk keturunan”, Allah

hanya sedang memperingatkan dosa penyembahan berhala yang bisa memiliki dampak besar

sampai ke generasi-generasi berikutnya.

Pdt. Henry Parera mengatakan dalam Keluaran 34:7 “Yang meneguhkan kasih setia-

Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi

tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan

kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat”

dan dalam Bilangan 14:18 “TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-

limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang

yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya,

kepada keturunan yang ketiga dan keempat.” Pdt. Henry menafsirkan kedua ayat ini kalau
ternyata memang benar ada kutuk keturunan yang diberikan oleh bapa-bapa kepada anak-

anaknya, sehingga hal ini perlu dilepaskan dengan doa dan puasa. Karena kutuk keturunan

hanya dapat dilepaskan dengan doa pelepasan oleh para hamba-hamba Tuhan.

KESIMPULAN

Pdt. Henry Parera dalam khotbahnya ingin menyampaikan kepada jemaatnya bahwa

Yesus telah mati di kayu salib untuk menanggung semua dosa umat manusia termasuk dengan

dosa kutuk keturunan. Tetapi tidak semua dosa telah di tanggung dan diampuni oleh-Nya.

Setiap orang percaya harus mendapatkan pelayanan pelepasan agar terlepas dari semua dosa

kutuk keturunan yang ada dalam silsilah keluarga.

Anda mungkin juga menyukai