HIPERTENSI
HIPERTENSI
DI SUSUN OLEH
Dian rohaety
NIP. 19781023 200801 2 008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadapan Allah SWT atas karunia-Nya, saya
dapat menyelasaikan karya ilmiah dengan judul “Diet Hipertensi untuk
Mengontrol Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi”. Karya Ilmiah
Akhir Ners ini merupakan prasyarat untuk kenaikan pangkat Saya menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbaga pihak, dari masa
pengumpulan data hingga penyusunan karya ilmiah ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan karya ini. Oleh karena itu, saya mengucapka terima kasih
kepada:
1. Allah SWT yang telah menuntun penulis dan memberi kekuatan dalam
menjalani fase kehidupan dan untuk menyelesaikan ini.
CIREBON,
Penulis
ABSTRAK
Tingginya prevalensi hipertensi pada masyarakat perkotaan dipicu oleh gaya hidup. Perubahan
gaya hidup tersebut adalah perubahan pola makan yang menjadi lebih banyak gula, garam, lemak,
dan rendah serat. Pravelensi hipertensi meningkat seiiring dengan peningkatan usia. Perawat perlu
memberikan intervensi dalam aspek manajemen diet untuk lansia dengan hipertensi. Karya ilmiah
ini dibuat berdasarkan asuhan keperawatan keluarga yang telah diberikan selama 7 minggu untuk
mengontrol tekanan darah. Perawat menerapkan manajemen diet untuk mengontrol tekanan
darah. Hasilnya terdapat penurunan tekanan darah 10 mmHg pada diastole. Diet hipertensi pada
lansia tercapai sebagian karena ada faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan yaitu
kepatuhan.
ABSTRACT
vii
i
DAFTAR
ISI
JUDUL.................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.................................vi
ABSTRAK........................................................................................................viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xii
1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................7
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................8
1.3.1. Tujuan Umum.......................................................................................8
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................8
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................8
1.4.1 Pendidikan Keperawatan................................................................8
1.4.2 Pelayanan Keperawatan..................................................................9
1.4.3 Penelitian Selanjutnya....................................................................9
1.4.4. Bagi keluarga.......................................................................................9
2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................10
2.1. Konsep Keperawatan Perkotaan..................................................................10
2.1.1. Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan. 10
2.1.2. Masalah Gaya Hidup dan Hipertensi yang Terjadi di Perkotaan.....12
2.2. Keluarga dengan Lansia...............................................................................13
2.2.1. Keluarga dengan Lansia...................................................................13
2.2.2. Lansia sebagai Agregat Rawan (Vulnerable)...................................14
2.3. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi..........................15
2.3.1. Pengkajian keluarga.........................................................................15
2.3.2. Diagnosis Keperawatan....................................................................17
2.3.3. Skoring Masalah Keluarga...............................................................19
2.3.4. Perencanaan Keperawatan................................................................20
2.3.5. Implementasi Keperawatan..............................................................21
2.3.6 Evaluasi Keperawatan......................................................................27
2.3.6. Peran Perawat Keluarga...................................................................28
2.3.7 Peran Perawat Komunitas................................................................29
ix
DAFTAR
ISI
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah..........................................................16
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO.........................................17
Tabel 2.3 Cara Membuat Skoring Penentuan Priotitas...............................19
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu masalah kesehatan yang disebutkan pada daerah perkotaan adalah
Penyakit Tidak Menular (PTM). PTM terjadi akibat dari gaya hidup yang buruk.
WHO mempublikasikan pravalensi peningkatan tekanan darah pada penduduk
dunia yaitu 29,2 % laki-laki dan 24,8% pada wanita pada tahun 2008 (World
Health Statistic, 2013). Lebih lanjut Hasil Riskesdas (2013) menyebutkan
bahwa angka hipertensi secara nasional dari cakupan nakes terhadap 36,8 persen
penduduk yaitu 25,8 persen. Prevalensi hipertensi berdasarkan terdiagnosis
tenaga kesehatan dan pengukuran terlihat meningkat seiring dengan
bertambahnya umur (Riskesdas, 2013).
1
kematian. Hipertensi juga menyumbang
1
2
57 juta kecacatan atau 3,7% dari total kecacatan (Global Health Observatory,
2014). Indonesia melalui hasil riset Riskesdas (2013) menunjukan angka
kejadian stroke meningkat dari 8,3 per1000 pada tahun 2007 menjadi 12,1
per1000 pada tahun 2013.
Lansia sendiri sebagai agregat yang besar saat ini mengalami permasalahan
PTM cukup besar. Lansia merupakan kelompok yang rawan dan berisiko karena
ketidaktahuannya mengenai program yang ada atau karena lansia tidak tahu
bagaimana mengakses pelayanan kesehatan (Lundy & Janes, 2009). Lansia
dengan penurunan fisik dan psikologis memerlukan bantuan dalam menghadapi
masalah-masalah kesehatan dirinya. Lansia secara fisik mengalami perubahan
dalam ketebalan pembuluh darah dan juga penurunan fisik lainnya yang
mengakibatkan pompa jantung meningkat. Lansia secara psikologis terjadi
perubahan seperti kehilangan, pekerjaan, penghasilan, kebutuhan eksistensi
yang dapat memperngaruhi dan menjadi stressor pada lansia.
Pravalensi hipertensi di perkotaan lebih tinggi dari pedesaan yaitu 26,1 persen
dari 25,5 persen. Pravelensi Provinsi hipertensi tertinggi yaitu di Bangka
Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur
(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Depok sebagai salah satu Kabupaten Kota di
Jawa Barat berdasarkan profil kesehatan tahun 2012 digambarkan bahwa
hipertensi merupakan penyakit PTM terbesar yaitu sebesar 53,9 persen.
3
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi peningkatan tekanan darah oleh
pemerintah baik pada tingkat nasional hingga lokal telah dilakukan. Upaya
Pemerintah pusat dalam hal ini yaitu mengembangkan upaya promotif dan
preventif tanpa mengesampingkan kuratif-rehabilitatif. Upaya tersebut didapat
dalam pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas. Puskesmas memiliki program
untuk menanggulangi PTM. Pusat Pembinaan Terpadu (Posbindu) juga
merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan pada
lansia dan masyarakat. Profil Kesehatan Depok (2013) menggambarkan sebagai
upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan pra usila dan usila yaitu
memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan baik di
puskesmas dan posyandu lansia. Upaya ini menghasilkan lansia yang terlayani
kesehatannya berjumlah 36,56 persen. Kegiatan yang telah dilakukan
pemerintah depok yaitu melakukan pelatihan kader Posbindu guna
meningkatkan keterampilan kader dalam melayani lansia. Dinas Kesehatan Kota
Depok pada tahun 2011 juga telah memberikan seminar kepada 200 lansia yang
berasal dari 11 kecamatan untuk menginformasikan seputar kesehatan lansia.
Puskesmas Santun Lansia pada tahun 2013 telah dilaksanakan di lima
Puskesmas, salah satunya Puskesmas Sukatani.
Keluarga Bapak R (28 th) memiliki nenek N (68 tahun). Keluarga Bapak R
merupakan keluarga extended family dan memiliki masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan diri terkait hipertensi pada lansia.
Nenek N memiliki hipertensi sejak dua tahun yang lalu dengan tekanan darah
180/110 mmHg. Status hipertensi nenek N berdasarkan WHO termasuk kategori
hipertensi Berat. Nenek N mengonsumsi obat Captopril 1x12,5 mg yang
diminum setiap hari. Nenek N tidak merasakan tanda dan gejala seperti pusing,
mata kunang-kunang, sulit tidur, dan sesak napas. Nenek N memiliki riwayat
dirawat karena tekanan darah >200/110 dan saat itu merasakan gejala pusing,
mata kunang-kunang, dan sulit tidur. Pola makan Nenek N sejak muda dan
hingga saat ini sangat menyukai makanan yang gurih dan asin. Nenek N makan
2xsehari dengan lauk pauk yang gurih dan ikan asin. Beliau setiap hari
mengonsumsi makanan ikan asin dan merasa tidak enak jika makan tanpa ikan
asin. Cemilan yang selalu dimakan nenek N yaitu kerupuk gurih. Pola olahraga
yaitu Nenek N tidak berolahraga rutin.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi (2013) dalam salah satu seminar Gizi
menyampaikan prinsip dalam upaya penanggulan PTM yaitu dengan
melaksanakan pencegahan pada semua siklus kehidupan yaitu dengan
memenuhi gizi dan kesehatan agar tidak terjadi gangguan pertumbuhan. Prinsip
selanjutnya yaitu menerapkan Pedoman Gizi Seimbang yang difokuskan pada
peningkatan konsumsi sayur dan buah, pangan hewani dengan mengurangi
lemak serta minyak dan membatasi gula dan garam. Selanjutnya menggerakan
masyarakat untuk melakukan aktifitas fisik dan menimbang berat badan secara
teratur. Hal ini dikuatkan oleh rekomendasi AHA mengenai pencegahan dan
penurunan tekanan
8
darah melalui diet yang dilakukan pada lansia menunjukan hasil yang baik.
Lansia mampu melakukan diet hipertensi secara berkesinambungan terutama
dalam hal menurunkan berat badan berlebih dan pengurangan garam dalam
jangka waktu yang lama (AHA ,2006).
merupakan salah satu upaya dalam asuhan keperawatan keluarga yang bertujuan
untuk memberikan pemahaman kepada keluarga tentang pentingnya mengelola
makanan pada lansia. Pengelolaan makanan pada lansia bertujuan juga untuk
menurunkan tekanan darah lansia baik diastole ataupun sistole sehingga dapat
mengontrol tekanan darah. Tulisan ini akan menjawab pertanyaan apakah
dengan intervensi diet hipertensi mampu mengontrol tekanan darah Nenek N
pada keluarga Bapak R.
Bab ini memaparkan beberapa teori yang disusun secara sistermatis sebagai
landasan teori dalam penyusunana karya ilmiah ini. Tinjauan pustakan dalam
karya ilmiah ini mengenai konsep keperawatan atau kesehatan masyarakat
perkotaan, keluarga dengan lanjut usia, dan strategi asuhan keperawatan
keluarga lanjut usia dengan hipertensi.
10
11
Kemiskinan di dalam kota berkaitan erat dengan rendahya kualitas hidup dan
peningkatan masalah kesehatan di rentang semua usia. Beberapa masalah
kesehatan tersebut yaitu peningkatan angka kematian ibu dan angka kematian
anak (Jones. 2006), dan kematian karena penyakit kardiovaskular, penyakit
ginjal, dan angka bunuh diri (Cheung & Hwang, 2004 dalam Lundy & Janes,
2009). Pada abad 20 an masyarakat perkotaan berkontribusi terhadap
peningkatan kasus obesitas, kurangnya keterikatan sosial, meningkatnya stress
karena kemacetan dan kehidupan yang penuh dengan tekanan, tidak memiliki
waktu untuk berolahraga, dan masyarakat yang lebih individual.
dasar yaitu adanya puskesmas dan rumah sakit pada tingkat lanjut. Selain
fasilitas kesehatan masyarakat perkotaan juga mudah terpapar dengan beragam
informasi kesehatan melalui televisi, media cetak, dan elektronik, serta akses
teknologi.
Penyakit tidak menular atau penyakit kronis biasanya mulai muncul pada usia
dewasa tengah setelah paparan yang cukup lama terhadap gaya hidup yang
buruk. Gaya hidup yang mempengaruhi adalah penggunaan rokok, kurang
aktifitas fisik, dan konsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh, gula, garam, dan
makanan sejenis fast food (Steyn & Damasceno, 2006). Gaya hidup ini
meningkatkan risiko seperti hipertensi, dislipidemia, diabetes, dan obesitas.
ada saat ini diperkirakan bekerja untuk merawat lansia (Simon, 1998 dalam
Stanhope & Lancester, 2000). Lansia di Indonesia adalah orang yang telah
menginjak usia 60 tahun atau lebih. Lansia memiliki karakteristik terhadap
adanya proses penuaan baik secara fisik ataupun psikologis.
Keluarga merupakan suatu keterikatan dua orang atau lebih yang diikat oleh
kebersamaan dan ikatan emosional serta yang mengidentifikasi diri sebagai
bagian dari keluarga (Whall, 1986 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Keluarga bergabung bersama diikat oleh perkawinan, darah, adopsi, dan lainnya
yang berada dalam satu rumah (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Oleh
karena itu keluarga merupakan keterikatan dua orang atu lebih dimana ada
kebersamaan dan diikat oleh perkawinan, darah, adopsi dan cara lainnya yang
saling menyatukan diri dan mengidentifikasi sebagai keluarga.
Selanjutnya yang kelima perawat mengkaji (5) fungsi keluarga: fungsi afektif,
fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, (6) stres dan koping keluarga:
18
stresor jangka panjang dan stresor jangka pendek serta kekuatan keluarga,
respon keluarga terhadap stres, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi
yang disfungsional, (7) pemeriksaan fisik: tanggal pemeriksaan fisik dilakukan,
pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga, aspek
pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher,
thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem genetalia, kesimpulan
dari hasil pemeriksaan fisik, (8) harapan keluarga: terhadap masalah kesehatan
keluarga, terhadap petugas kesehatan yang ada (Friedman, Bowden, & Jones,
2003).
Pengkajian status kesehatan pada lansia harus melihat berbagai dimensi yang
mempengaruhi lansia jangka panjang dan komprehensif. Perawatan yang efektif
dari perawat bergantung pada pengkajian yang tepat terhadap status kesehatan
lansia. Instrument yang digunakan harus dapat menjabarkan kondisi
kemampuan, kerusakan yang dialami klien, dan level kapasitas lansia yang
dapat berfungsi (Stanhope & Lancaster, 2000). Dimensi yang perlu ada dalam
pengkajian yaitu sumber sosial, sumber ekonomi, kesehatan fisik, kesehatan
mental, sumber ekonomi, dan kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari
(Stanhope & Lancaster, 2000).
(Stanhope & Lancaster, 2000). Penyakit kronis yang salah satunya hipertensi,
penyelesaian masalah atau penyembuhan tidak selalu diharapkan. Oleh karena
itu aktivitas keperawatan harus lebih holistik, memfasiltiasi fungsi,
kesejahteraan, dan masalah psikologis (Stanhope & Lancaster, 2000) . Lansia
dengan penyakit kronik lebih mengutamakan healing daripada curing. Healing
adalah proses unik yang dihasilkan pada perubahan tubuh/pikiran/dan motivasi.
Sedangkan curing adalah proses untuk menghilangkan tanda dan gejala.
Eliopoulus (1997 dalam Stanhope & Lancester. 2000) ada beberapa tujuan pada
perawatan lansia dengan masalah kronik yaitu; mempertahankan atau
meningkatkan kapasitas perawatan diri, memanajemen penyakit secara efektif,
mendorong kemampuan healing diri, mencegah komplikasi, menunda kerusakan
dan penurunan fungsi, mendorong klien dapat mencapai kualitas hidup yang
tinggi sebisa yang klien capai, dan mempersiapkan klien meninggal dengan
tenang, damai, serta penuh rasa terhormat.
Asupan garam harus dikurangi karena dapat menurunkan tekanan darah secara
nyata. Secara umum, individu biasanya mengonsumsi lebih banyak garam dari
kebutuhan tubuh. Idealnya, setiap hari hanya boleh mengonsumsi satu sendok
teh saja atau sekitar 5 gram per hari(Vitahealth, 2004). Pada klien yang telah
terkena hipertensi asupan garam dikurangi sesuai dengan tekanan darah; tekanan
darah 140-160 mmHg yaitu ½ sendok teh; tekanan darah 160-180mmHg yaitu
¼ sendok teh, dan lebih dari 180 mmHg yaitu tidak boleh menggunakan garam
(Kemenkes, 2011). Salah satu cara yang dianjurkan untuk mengurangi rasa
tawar adalah dengan menambah bumbu yang mengandung sedikit garam dan
memisahkan garam dari masakan (Kemenkes, 2011).
Serat yang didapatkan dari makanan sayur dan makanan rumahan dapat
memperlancar buang air besar dan menahan asupan natrium. Konsumsi serat 7
gram serat perhari dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik
sebanyak
5 poin (Vitahealth, 2004). Menghentikan rokok, kopi, dan alkhohol dapat
mengurangi beban jantung dan jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok
sebagaimana diketeahui dapat meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah
dengan mengendapkan kolesterol pada pembuluh darah jantung koroner.
26
Sedangkan alhohol dapat memacu tekanan darah. Selain itu kopi dapat memacu
detak jantung.
terasi, petis, garam, dan saus tomat; makanan yang mengandung alkhohol
misalnya durian dan tape.
Kebutuhan kalori pada lansia menurun dari kebutuhan pada tahap dewasa. RDA
(Recommended Daily Allowance) pada lansia (65-75 tahun) untuk laki-laki
sekitar 2300 kkal/hari sedangkan untuk wanita 1900 kkal/hari dan kebutuhan
vitamin serta mineral sama seperti kebutuhan saat dewasa. Pada usia diatas 75
tahun turun menjadi 2050 kkal/hari. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh
tingkat aktivitas lansia (Stanley, 2005).
Kebutuhan energi total diperlukan untuk metabolisme basal, aktivitas fisik dan
efek makanan atau pengaruh dinamik khusus (Almatsier, 2004). Ada beberapa
cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penderita hipertensi. Di
antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang
besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada
beberapa faktor seperti: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dll.
Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi
adalah sebagai berikut:
Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm,
rumus dimodifikasi menjadi :
Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
BB Normal = BB ideal ± 10 %
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT).Indeks
massa tubuh dapat dihitung dengan rumus:
IMT = BB(kg)/ TB2(m)
Klasifikasi IMT
< < BB Kurang < 18,5
<< BB Normal 18,5-22,9
<< BB Lebih ≥ 23,0
*WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective:RedefiningObesity and its Treatment dalam PERKI (2011)
pria. Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30
kal/ kg BB. Pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk
dekade antara 40 dan 59 tahun, dikurangi 10% untuk dekade antara 60 dan 69
tahun dan dikurangi 20%, di atas usia 70 tahun. Kebutuhan kalori dapat
ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik. Penambahan sejumlah 10%
dari kebutuhan basal diberikan pada kedaaan istirahat, 20% pada pasien dengan
aktivitas ringan, 30% dengan aktivitas sedang, dan 50% dengan aktivitas sangat
berat. Orang dengan kegemukan dikurangi 20-30% sedangkan bila kurus
ditambah sekitar 20-30%. Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori
yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kkal perhari untuk wanita dan 1200-
1600 kkal perhari untuk pria.
Selanjutnya hal yang penting dalam diet adalah komposisi dan jenis makanan.
Anjuran kebutuhan gizi dan pemenuhan nutrisi yaitu 13 gizi dasar dan
seimbang. Namun jika disimpulkan ada tiga kelompok makanan yang sangat
berperan penting atau paling utama yaitu karbohidrat, protein, dan sayur serta
buah (Almatsier, 2004).
Karbohidrat sederhana dan kompleks diperlukan 50-65% dari kebutuhan kalori.
Protein dibutuhkan oleh tubuh sekitar 10-15% dari kebutuhan kalori. Lemak
sekitar 10-25% dari kebutuhan lemak (Afifah, 2010). Pemilihan makanan
seperti yang dianjurkan yaitu memperhatikan makanan yang boleh dikonsumsi,
dibatasi, dan harus dihindari.
Faktor yang mempengaruhi diet hipertensi salah satunya adalah
kepatuhan.Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap
instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi yang ditentukan
baikik diet, latihan, pengobatan, atau menepati janji (Stanley, 2007). Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan klien dalam mengikuti petunjuk.
Feuer Stein (dalam Faktul, 2009; dalam Muhammadis, 2011) faktor yang
mempengaruhi adala pendidikan, akomodasi, modifikasi faktor lingkungan dan
sosial, perubahan model terapi, meningkatkan interaksi profesional kesehatan
dengan pasien, dan umpan balik. Notoatmodjo (2007 dalam Muhammadis 2011)
menjelaskan faktor
29
yang pendorong yatu: kepercayaan atau agama yang dianut, faktor geografis,
individu atau motivasi internal dan pengetahuan. Faktor penguat kepatuhan
menurut Notoatmodjo (2007 dalam Muhammadis, 2011) yaitu dukungan
petugas, dukungan keluarga, dan fasilitas kesehatan. Oleh karena itu pentingnya
keterlibatan individu dan keluarga dalam proses intervensi yang akan dilakukan.
mengelola kesehatan masyarakat dan menjadi penghubung klien yang perlu dirujuk ke rumah
sakit. Masalah kesehatan yang besar dapat diadvokasi oleh perawat kepada dinas kesehatan
setempat untuk diatasi atau ditindak lanjuti. Perawat juga dapat melakukan penelitian terhadap
kasus yang ada ataupun intevensi yang dilakukan untuk menambah pengetahuan dan
pengembangan ilmu keperawatan. Konsultasi terkait masalah kesehatan dapat diberikan oleh
perawat dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Perawat dapat juga menjadi agen pembaharu
dan manajer kasus yang ada di puskesmas (BPSDM, 2014).
34
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Keluarga Bapak R menganut agama Islam dan berasal dari suku Jawa. Bapak R
dan berasal dari dari Magetan. Sejak Kecil Bapak R tinggal di jakarta karena
nenek serta ibunya merantau ke jakarta. Bapak R dan istrinya baru saja menikah
tahun lalu. Lima tahun yang lalu orangtua laki-laki Bapak R meninggal. Sejak
saat itu Bapak R menggantikan menjadi kepala keluarga, mengurus ibu, adik,
dan neneknya. Bapak R dan istrinya tinggal serumah sementara sebelum dapat
membeli rumah sambil menunggu kelahiran anak pertamanya.
32
35
Nenek N mengatakan sejak muda sering bekerja keras dan begadang. Sejak
muda beliau terbiasa makan yang asin dan gurih. Saat ini keluarga mengatakan
pola makan Nenek N yaitu 1-2 kali perhari dengan 1/3-1 porsi. Nenek N
mengatakan hanya makan pagi jam 10.00 dan makan siang pukul 14.00, makan
malam jarang dilakukan. Makanan yang paling disukai yaitu ikan asin dan tahu
tempe. Ikan asin dikonsumsi setiap hari oleh Nenek N. Nenek N mengatakan
terbiasa makan asin dan gurih. Nenek N menyukai nasi yang lembut dan kuah
sayur. Cemilan yang sering dikonsumsi yaitu kripik yang selalu ada di
kamarnya. Nenek N mengatakan mengemil >3x perhari. Pantangan yang
dipatuhi yaitu sayur berwarna hijau, kacang-kacangan dan cabe. Keluarga
mengatakan Nenek N memang sering mengemil keripik dan yang gurih-gurih.
Keluarga mengatakan seringkali nenek N merasa masakan anaknya kurang asin
sehingga ia menambahkan garam. Tidak ada pantangan terhadap santan dan
makanan berlemak. Nenek N pantang dan tidak pernah makan daging kambing.
Berat badan nenek N 54 Kg dengan tinggi badan 145 cm, dengan IMT 25,6
kg/cm2 atau dikategorikan overweight.
Pola BAK Nenek N 1 kali sehari konsistensi agak lembek, terkadang sulit
mengeluarkan jika tidak makan buah. Namun tidak merasakan perih atau sakit
ketika mengeluarkan. Pola minum Nenek N yaitu 5 gelas ukuran 350 cc perhari,
36
malam hari 3 gelas ukuran 350 cc. Nenek N mengatakan buang air kecil 1 kali
pada malam hari dan terjaga. Keluarga mengatakan nenek N tidak terbiasa
minum air putih, jadi air yang diminum selalu seduhan teh. Jika buang air kecil
Nenek N berhati-hati. Nenek N sering merasa sering pipis dan sedikit yang
keluar. Meski sering buang air kecil Nenek N mengatakan tidak mengalami
masalah. Pola berkemih anggota lain dikatakan tidak ada yang bermasalah. Ibu
S yang sedang hamil 34 minggu juga sering BAK namun mengatakan dapat
mengatasinya.
Pola istirahat Nenek N malam hari pukul 21.30 sudah ketempat tidur. Namun
baru terlelap tidur 21.00WIB. Terjaga pukul 04.00 wib dengan lama tidur sekitar
5-8 jam dan terjaga terkadang-kadang untuk pipis. Ibu mengatakan cukup puas
dengan kualitas tidurnya. Ketika bangun ia merasakan segar. Selama sebelum
terlelap Nenek N tidak sering memikirkan hl-hal yang sedih. Anggota keluarga
lain seperti Bapak R tidur tidak menentu, biasanya tidur pukul 01.00 WIB. Ibu S
dan Ibu E tidur pukul 22 hingga 05.00. Anggota keluarga lainnya tidur pukul
22.00 WIB dan tidak merasa ada gangguan saat tidur.
Pola olahraga yang dilakukan Nenek N tidak rutin. Setiap pagi biasanya
berjemur sambil melihat kolam ikan dan menggerakan badan, dilakukan 5 menit
perhari. Keseimbangan nenek N masih baik. Meski ada senam setiap hari
minggu di depan rumahnya, ia tidak mengikuti karena senam dirasakan berat.
Anggota keluarga lain yang senam adalah ibu E yang aktif senam setiap hari
minggu. Ibu S yang sedang hamil juga sering berjalan setiap pagi 30 menit,
sering mengajak nenek N namun nenek tidak mau. Setiap malam hari sakit
panas pada kakinya. Gaya berjalan normal dan tidak berpegangan dengan
dinding. Tempat tidur tidak ada penyangga. Suasana rumah terang. Nenek N
masih ingin melakukan kegiatan seperti menyuci ataupun membalik pakaian
yang dijemur.
Afeksi keluarga terlihat sangat akrab dan terbuka satu sama lain. Sesekali
anaknya sering bercanda sambil mengingatkan nenek N. Selama 4 kali
kunjungan nenek N masih tidak melakukan anjuran perawat untuk mengurangi
garam dan ikan asin. Hal ini dikarenakan keluarga masih menyediakan menu
makanan ikan asin.
Rumah nenek N terlihat nyaman, di teras terdapat sedikit kolam ikan. Ventilasi
terbuka lebar dan kamar mandi tanpa undakan. Kamar nenek N memang tampak
lebih gelap dan tidak rapih. Namun jika diperhatikan barang kebutuhan nenek N
sudah didekatkan dan disesuaikan dengan jangkauannya.
Stressor jangka pendek yang sedang dihadapi keluarga adalah harapan adik
kedua Bapak S agar dapat pekerjaan, istri bapak S yang akan melahirkan, dan
kondisi kesehatan nenek N. Cara yang dilakukan untuk menghadapi stressor
tersebut yaitu dengan berdiskusi dan melakukan persiapan serta membuat sistem
pendukung termasuk meminta saran kepada kader kesehatan.
Tujuan khusus tiga setelah dilakukan kunjungan 2x45 menit keluarga mampu
merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi dengan menyebutkan 4
dari 6 cara mengontrol tekanan darah, keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5
cara perawatan hipertensi dan keluarga mampu mendemonstrasikan teknik
relasasi nafas dan menyusun menu sehat diet hipertensi. Keluarga mampu
memilah
40
pembuluh darah, dan kondisi air atau darah. Penyebab yang berasal dari jantung
adalah orang yang memiliki kelainan jantung sehingga ada perubahan tekanan.
Sedangkan penyebab yang ada di pembuluh darah misalnya seperti usia yaitu
nenek N sudah lanjut usia sehingga pembuluh darah lebih tebal yang
mengakibatkan upaya untuk jantung memompa menjadi lebih. Sedangkan
penyebab dari darah yaitu adanya perubahan kondisi misalnya banyak kolesterol
yang dibawa darah yang akhirnya menempel pada dinding pembuluh darah, atau
banyaknya natrium atau zat garam di antara sel yang mengakibatkan ditariknya
cairan masuk kedalam pembuluh darah sehingga tekanan menjadi lebih tinggi.
Keluarga dengan antusias mendengarkan penjelasan perawat dan mengatakan
memahami penyebab tekanan darah tinggi pada nenek N.
Perawat setelah mengenalkan masalah juga mengajarkan tanda dan gejala serta
mendiskusikan apa yang dialami oleh nenek N. Selanjutnya Perawat dan
keluarga mengidentifikasi kategori tekanan darah nenek N. Setelah itu perawat
dan keluarga mendiskusikan penyebab hipertensi yaitu akan mengakibatkan
pembuluh darah pecah di otak karena tekanan yang terlalu tinggi, gangguan
ginjal, gangguan jantung, dan gangguan mata. Stroke yang terjadi dapat
mengakibatkan masalah kesehatan sosial dan ekonomi bagi keluarga. Perawat
memotivasi keluarga untuk merawat nenek N.
N misalnya ikan segar 1 potong, daging ayam 1 potong sedang, daging sapi 1
ptg sedang, tempe 1 potong sedang, tahu 1 potong kecil, telur ayam 1 butir.
Protein yang harus dihindari adalah daging kambing dan jero-jeroan yang tinggi
lemak dan tidak baik untuk hipertensi
dan sering makan ikan asin.Tanda dan gejala Hipertensi yang dialami Nenek N
jika tekananan darah diatas 200 mmHg maka mata berkunang-kunang, jantung
berdebar-debar, pusing, dan sulit tidur. Keluarga dan Nenek N mengatakan
bahwa dirinya dengan tensi diatas 150 tidak merasakan pusing . Ibu E
mengatakan bahwa akibat dari Hipertensi yang tidak dirawat yaitu stroke,
penyakit jantung, dan ginjal. Oleh karena itu keluarga mengatakan ingin
merawat, mengontrol, dan mencegah perburukan hipertensi pada nenek N.
Keluarga mengatakan ingin merawat nenek N dengan masalah hipertensi dengan
mau mendengarkan informasi dari perawat. Keluarga dan Nenek N mengatakan
bahwa cara perawatan Hipertensi adalah dengan mengecek tekanan darah
sebulan sekali, tidak merokok, beraktifitas, makan yang sehat, dan tidak stress .
Nenek N mengatakan cara perawatan seharus dilakukan oleh dirinya adalah
makanan yang rendah garam, dan olahraga. Nenek N mengatakan untuk
memberi ketenangan yaitu salah satu nya dengan teknik relaksasi. Nenek N
mengatakan tarik nafas dalam bisa menenangkan
Keluarga dan nenek N menyebutkan cara untuk merawat hipertensi kompres
hangat untuk nyeri, mengurangi makanan asin, menghadapi stress dengan
relaksasi, dan rutin berolahraga . Ibu E mengatakan makanan nenek N harus
terdiri dari zat tenaga yaitu karbohidrat, sumber pembangun yaitu protein, dan
sumber pengatur yaitu mengenadung vitamin dan mineral. Keluarga
mengatakan diet hipertensi adalah pengaturan pola makan dan jenis makanan
dengan tetap memberikan gizi seimbang dan beragam. Ibu E dan Nenek N
mengatakan mau melakukan diet hipertensi secara perlahan. Nenek N dan
keluarga mengatakan makanan yang dibolehkan yaitu makanan segar, makanan
yang diolah tanpa atau sedikit garam, vetsin, dan kaldu bubuk, sumber protein,
dan susu segar. Bahan makanan yang dibatasi dikatakan kelaurga adalah
pemakaian garam dapur dan penggunaan bahan makanan seperti soda kue.
Nenek N mengatakan garam seharusnya dengan tekanan darah 180mmHg tidak
boleh digunakan, namun ia mengatakan akan sulit dilakukan. Sehingga nenek N
dan keluarga akan mencoba mengurangi bertahap.
46
Selanjutnya keluarga mengatakan tanda dan gejala bahaya hipertensi yaitu tiba-
tiba jatuh, tiba-tiba pusing berat, dan tiba2 sulit bicara, ketika hal ini terjadi
Nenek N harus segera di bawa ke palayanan kesehatan. Keluarga mengatakan
jenis fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi adalah Puskesmas, Posyandu,
Rumah sakit, mantri, bidan, dokter. Nenek N mengatakan bahwa manfaat
fasilitas kesehatan adalah mendapatkan informasi tentang sarana pemeriksaan,
pengobatan, dan perawatan Hipertensi. Nenek N mengatakan bahwa akan pergi
ke posbindu setiap bulannya.
Kunjungan berikutnya keluarga mengatakan sudah tidak membeli ikan asin lagi
dan mengurangi mecin atau tidak memakai mecin pada makanannya. Penyajian
makan memang dirasakan sulit jika harus dipisah untuk makanan nenek N,
sehingga keluarga mengurangi garam juga sedikit. Ibu E dan Ibu S mengolah
makanan yang segar seperti ikan, ayam, tahu dan tempe. Nenek N mengatakan
juga tidak lagi makan ikan asin. Saat dilakukan evaluasi, Ibu E dan nenek N
dapat menjelaskan kembali apa itu diet hipertensi dan contoh makanan yang
boleh, tidak boleh, serta harus dihindari. Keluarga Bapak R terlihat melakukan
penyajian menu diet hipertensi. Secara kognitif Ibu E dapat memahami setiap
penjelasan dengan mudah dan memiliki kemampuan untuk menyebutkan
kembali, meski Nenek N tidak mengingat banyak namun ia menyebutkan hal-
hal penting terkait hipertensi dengan cukup baik. Selama proses pemberian
asuhan keperawatan dan pembimbingan keluarga, terjadi stressor dalam proses
keluarga yaitu keluarga menerima anggota baru yaitu cucu Nenek S sehingga
penyajian menu diet hipertensi dan perawatan lainnya sedikit terganggu.
Namun, keluarga menyadari harus tetap mempertahankan status sehat Nenek N.
BAB IV
ANALISIS SITUASI
Bab ini akan menjelaskan analisis yang diawali dengan uraian profil lahan
praktik, analisis masalah keperawatan dengan konsep keperawatan kesehatan
masyarakatt perkotaan, serta analisis diet hipertensi dengan penelitian yang
sebelumnya, dan alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan.
Luas wilayah Kelurahan Sukatani 508,60 km2 dengan jumlah total penduduk
adalah 57941 jiwa dengan jumlah perempuan 29.152 orang dan laki-laki
berjumlah 28.789. Jumlah Rukun Tetangga 184 RT dengan 26 Rukun Warga.
Jumlah kepala keluarga 16840 Jiwa dengan jumlah kepadatan penduduk
12215/km2. Sebagian besar beragama Islam dengan 38484 orang memeluk
agama islam. Angka kematian penduduk sukatani 198 dan Angka Kelahiran
114. Jumlah penduduk yang datang sebesar 654 orang dan penduduk yang
pindah 246 orang.
Keluarga merupakan suatu keterikatan dua orang atau lebih yang diikat oleh
kebersamaan dan ikatan emosional serta yang mengidentifikasi diri sebagai
bagian dari keluarga (Whall, 1986 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Pernyataan ini sesuai untuk menggambarkan keluarga Bapak R sebagai sebuah
keluarga. Keluarga Bapak R terdiri dari 1 kepala keluarga, 1 orang istri, 2 orang
adiknya, 1 orang nenek, dan 1 orang ibunya yang tinggal dalam satu rumah yang
sama. Berdasarkan tipe keluarga, keluarga Bapak R termasuk keluarga Besar
(Friedman, Bowden, dan Jones. 2003). Keluarga ini termasuk keluarga dengan
50
lansia dimana salah satu anggota keluarga telah memasuki usia lanjut usia dan
menghadapi tahap tumbuh kembang lansia.
kesehatan. Hal ini didukung oleh penataan peran anggota keluarga yang jelas.
Bapak R sebagai kepala keluarga bertugas mencari nafkah dan mengambil
keputusan. Sedangkan Ibu S sebagai ibu rumah tangga bertugas membantu
mertuanya dalam mengurus rumah tangga. Anak Nenek N yang tinggal
disebelah rumah selalu siap menyediakan kendaraan dan akomodasi nenek N
untuk pergi jauh.
Tanda dan gejala hipertensi yang dialami klien dengan hipertensi yaitu kepala
pusing berat terutama pada tengkuk, cemas yang berlebihan, nafas pendek, dan
pandangan yang kabur (AHA, 2012). Nenek N dengan tekanan darah 180/110
mmHg dalam tiga kali pengukuran tidak merasakan tanda dan gejala seperti
pusing pada tengkuk, pandangan kabur, nafas pendek, ataupun jantung berdegup
lebih kencang. Namun nenek N pernah mengalami hipertensi krisis dimana
nenek N merasakan kepala yang sangat berat dan jantung yang berdegup
kencang sehingga dibawa kerumah sakit dan tekanan darah nenek N 220/110
mmHg. Hal ini sesuai dengan pernyataan AHA (2012) bahwa pada studi yang
terbaru menyatakan bahwa tekanan darah tinggi tidak selalu menyebabkan sakit
kepala kecuali dalam kasus hipertensi krisis yaitu sistolik diatas 180mmHg dan
diastolik diatas 110 mmHg. Oleh karena itu AHA (2012) menyarankan sakit
kepala atau kurangnya sakit bukan indikator yang dapat diandalkan untuk
mengatakan tekanan darah tinggi. Kontrol tekanan darah ke pelayanan
kesehatan dan Posbindu merupakan indikator yang penting untuk dilakukan
terutama pada usia lanjut. Nenek N mengeluhkan meskipun ia sudah meminum
obat yang diberikan dokter tekanan darah saat diperiksa tidak pernah turun dan
seringkali naik.
obat dan belum merasakan efektifitas perawatan lain yang dapat menurunkan
tekanan darah. Analisis ini sesuar dengan diagnosa NANDA (2014) yaitu
Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri dengan batasan karakteristik
kurangnya pengetahuan keluarga mengenai hipertensi dan cara perawatannya,
gagal memasukan regimen terapetik kedalam aktivitas harian, gagal untuk
memulai perilaku menurunkan faktor risiko, ketidakefektifan permilihan
aktivitas harian untuk mencapai tujuan kesehatan, melaporkan keinginanan
untuk mengontrol penyakit, melaporkan kesulitan untuk melakukan manajemen
terapetik pada masalah.
menyebutkan kembali definisi, tanda dan gejala, penyebab, dan akibat serta cara
perawatan. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2010 dalam
Muhammadis, 2011) yang menjelaskan bahwa pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui
indra yang dimiliki.
seimbang dan beragam serta rendah garam atau natrium. Gizi seimbang berasal
dari karbohidrat, protein, dan lemak.
dan mencegah kenaikan tekanan darah (AHA, 2011). Target penurunan tekanan
darah pada lansia 140-145/90-95 mmHg (AHA, 2011). Pengurangan garam
dapat menurunkan 7,6/3,3 mmHg, multi treatment non farmakologi dalam suatu
penelitian menunjukan perubahan 4,2/4,9 mmH (Maddens, Imam, & Ashkar.
2005). Penelitian di kanadia dengan melibatkan lansia dengan menerapkan
multifaktor treatment nonfarmokologik dapat menurunkan tekanan darah 11/8
mmHg setelah 12 bulan intervensi (Rabkin, 1994). Pada Nenek N perubahan
tekanan darah selama intervensi 5-10 mmHg dengan intervensi manajemen diet.
Anjuran perawatan selain obat medis selalu dianjurkan oleh tenaga kesehatan
untuk mendorong efektifitas manajemen pengobatan. Namun, pada kenyataanya
banyak pasien yang tidak melakukan anjuran tersebut. Ada beberapa faktor yang
dapat mengakibatkan hal ini yaitu kurangnya pengetahuan, belum adanya
kepercayaan kesehatan mengenai hipertensi, dan kurangnya motivasi untuk
patuh terhadap regimen pengobatan.
Orang dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih mudah memahami dan
mematuhi perilaku diet dibandingan dengan orang yang tingkat pendidikannya
rendah (Ouyang, 2007). Tingkat pendidikan nenek N yang lulus SD dan
keluarga yang rata-rata SMA membuat memahami informasi yang diberikan
terkait dengan hipertensi. Hal ini terlihat dari Ibu E dan Nenek N yang
menyebutkan kembali definisi, tanda dan gejala, penyebab, akibat, dan cara
perawatan yang
59
tepat. Perubahan perilaku nenek N untuk melakukan diet sudah juga dilakukan
yaitu pada seminggu pertama setelah dilakukan intervensi diet nenek dan
keluarga melakukan intevensi sesuai yang direncanakan.
Ellis (2010) mengatakan bahwa klien yang rutin melakukan cek kesehatan
memiliki kepatuhan lebih tinggi dibandingkan dengan klien yang tidak
mengecek kesehatan secara rutin. Meskipun perawat melakukan cek tekanan
darah secara ruitn namun kepatuhan diet hipertensi kurang hal ini terlihat
adanya sulitnya nenek N mempertahankan tekanan darah yang turun 5 mmHg
pada minggu ke 5 pada sistole. Namun nenek N mampu mempertahankan
tekanan darah diastole turun 10 mmHg.
Keluarga masih menyediakan makanan seperti ikan asin dan makanan yang
gurih untuk anggota keluarga lain namun ini seringkali membuat nenek tidak
bisa menghindari untuk mencicip. Selain itu adanya tugas perkembangan
keluarga lain seperti kelahiran anggota keluarga baru membuat perubahan dalam
penyajian dan pengaturan makanan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab penutup ini menguraikan kesimpulan dan saran dari hasil analisi situasi
yang dijabarkan oleh penulis pada bab sebelumnya. Pada bagian ini diuraikan
kesimpulan dari hasil analisis situasi, sehingga dapat diketahui hasil dari karya
ilmiah. Setelah itu, bab ini akan menguraikan saran untuk penulisan selanjtunya
agar lansia dengan hipertensi pada keluarga dapat melakukan perawatan dan
pengontrolan tekanan darah.
5.1. SIMPULAN
Kesehatan Perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena penduduk
kota di Indonesia yang semakin pesat. Perkembangan yang cukup pesat juga
diiringi dengan peningkatan permasalahan pada perkotaan. Permasalahan ini
adalah akibat dari arus urbanisasi dan kegagalan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya baik dari segi ekonomi, sosial, kesehatan, dan kesejahteraan.
Perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan berdampak pada pola makan yang
tidak memenuhi kebutuhan, pola kerja, stress, beban hidup, dan tuntutan
pekerjaan yang mengakibatkan kebiasaan masyarakat berubah. Kebiasaan yang
terus menerus dilakukan dapat mengakibatkan perluasan Penyakit Tidak
Menular salah satunya hipertensi.
5.2. SARAN
5.2.1. Puskesmas/Perawat Komunitas
Puskesmas perlu mengembangkan media promosi kesehatan terkait hipertensi
pada keluarga dengan lansia hipertensi. Edukasi dapat dilakukan pada saat lansia
melakukan kunjungan ke Puskesmas dan dilakukan pencatatan serta motivasi
untuk mengontrol tekanan darah. Sehingga akan meningkatkan dukungan dan
kontrol dari tenaga kesehatan. Perawat kesehatan masyarakat dari Puskesmas
perlu mengoptimalkan pembinaan keluarga dengan lansia yang memiliki
kerentanan terhadap Penyakit Tidak Menular melalui asuhan keperawatan
keluarga secara rutin dan berkelanjutan, serta melibatkan institusi pendidikan
keperawatan dalam mengatasi masalah hipertensi pada lansia. Puskesmas juga
dapat menerapkan media promosi yang sesuai dengan lansia sehingga mudah
62
dipahami oleh lansia. Diet hipertensi dapat menjadi materi edukasi perawat di
Puskesmas terutama berkaitan dengan penjelasan mengapa makanan yang tinggi
garam tidak dibolehkan sehingga dapat meningkatkan kepatuhan untuk
melakukan diet hipertensi.
5.2.4. Keluarga
Keluarga perlu meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan lansia dengan
aktif bertanya dan berkonsultasi pada petugas kesehatan. Keluarga diharapkan
dapat tetap mempertahankan diet hipertensi yang telah dilakukan. Anggota
keluarga lain selain nenek yang sakit juga diharapkan dapat memberikan
dukungan agar Nenek N patuh terhadap diet hipertensi dengan tidak
menyediakan makanan yang dilarang dan dihindari. Keluarga diharapkan
mampu menyediakan menu makanan dengan rendah garam pada nenek. Setelah
itu keluarga dan lansia diharapkan dapat melakukan cara perawatan lainnya
seperti manajemen stress, melakukan aktifitas fisik rutin dengan olahraga ringan
pada lansia. Lansia juga diharapkan selalu melakukan kunjungan ke posyandu
untuk melakukan pemeriksaan fisik terutama tekanan darah, berat badan,dan
tinggi badan.
63
5.2.5. Masyarakat/Kader
Kader diharapkan dapat melakukan kunjungan keluarga yang berisiko
hipertensi. Kader juga diharapkan dapat memotivasi keluarga untuk kontrol ke
Puskesmas. Selanjutnya kader diharapkan dapat memberikan edukasi kepada
masyarakat ataupun individu mengenai hipertensi
64
DAFTAR PUSTAKA
Allender,J. A. , Rector, C., & Warner, K.D. (2010). Community health nursing :
promoting and protecting the public’s health. Lippincott: Williams &
Wilkins
BPS. (2010). Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010
tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia.
http://www.bps.go.id/download_file/MFD/MFD_2010_Buku_3.pdf diunduh
pada 1 Juli 2014 pukul 11.30 WIB.
Dinas Kota Depok. (2012). Profil Kesehatan Kota Depok. Dinkes Depok
Ellis, G. E. (2010). An Assesment of the factors than affect the self care
behaviour of diabetes. Birmingham: ProQuest Information and Learning
Company.
65
Feinstein, L. & dkk. (2005). What are the Effects of Education on Healh?.
diunduh pada 2 Juni 2013 http://www.oecd.org/edu/country-
studies/37425753.pdf
Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing :
research, theory and practice. (4th ed). California: Appleton and Lange.
Kaakinen, Duff, Coehlo, Hanson, R.J., Duff, V.G., Coehlo, D. P., Hanson, S. M.
H. (2010). Familiy Health Care Nursing. Philadelphia: Davis Company
Lundy, K. S., & Janes, S. (2009). Community Health Nursing; Caring For the
Public’s Health. UK: Joanes & Barlett International Publisher.
Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed).
Philippine : Argonauta Corporation.
Sines, D., Saunders, M., dan Burford, J., F. (2013). Community Health Care
Nursing: Fourth Edition. US. America: Wiley-Blackwell
Steyn, K., & Damasceno, A. (2006). Lifesityle and Related Risk Factor For
Chronic Diseases. www.ncbi.com 02 Juli 2014 Pukul 19.00
Stanhope, M., & Lancester, J. (2000). Community & Public Health Nursing.
USA: Mosby elsevier
I. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga :R
2. Alamat : RT 03 RW 22
3. Komposisi Keluarga :
Genogram
Ny.N
(68)
E
(46)
S(23 Y
) (19)
R B
(28) (24)
Keterangan:
= laki-laki meninggal = Wanita meninggal
= Tinggal Bersama
4. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Bpk. R merupakan keluarga besar yang terdiri atas keluarga
inti dengan lansia. Keluarga Bpk. R adalah keluarga yang dibentuk (family
of procreation). Pengambilan keputusan oleh Bpk.R bersifat demokratis,
sesekali bp. R otoriter untuk beberapa hal penting. Norma yang digunakan
bilateral, suami dan istri saling mempengaruhi. Meski bapak R adalah
seorang anak, namun dalam keputusan beliau melibatkan ibunya yang
sudah ditinggalkan bapaknya.
5. Suku
Suku yang diterapkan sehari-hari yaitu suku jawa. Bahasa yang digunakan
sehari-hari bahasa jawa dan bahasa indonesia. Tidak ada pantangan
makanan terkait dengan budaya, keluarga mengatakan semakin tua
memang sudah seharusnya mengurangi. Acara-acara yang merupakan adat
istiadat selalu dilakukan. Kebiasaan kebudayaan yang berkaitan yaitu
konsumsi jamu-jamu atau rempah ketika mengalami sakit, seperti minum
kunir, jahe, dll. Keluarga tinggal di lingkungan yang beragam suku yaitu
jawa, betawi, dan sumatera. Keluarga meyakini pada usia tua adalah wajar
adanya penurunan, saat tua merupakan buah pada saat upaya muda.
6. Agama
Agama yang dianut oleh keluarga adalah islam . Nenek N sering
melakukan ibadah solat, tidak ada halangan untuk ibadah yang dilakukan.
Klien mengatakan beribadah dapat membuat dirinya lebih tenang dan
mengharapkan tuhan menyelesaikan masalah-masalahnya. Nilai utama
dalam hidup yang dipegang klien bahwa harus berbuat baik dengan orang
lain dan berpikir positif tentang orang lain. Anggota keluarga lainnya
mengatakan sering beribadah. Keluarga lainnya tampak rajin beribadah
untuk yang perempuan, namun untuk Bp. R sendiri dan adiknya tidak
tampak mengerjakan solat lima waktu. Hal ini dibenarkan oleh Ibu E
anaknya yang laki-laki hanya solat jum’at.
Hubungan keluarga harmonis antar ibu dan anak, maupun anak dan anak.
Anak Nenek N tinggal berdekatan dan sering berkomunikasi. Anak
pertama nenek N banyak membantu masalah keuangan untuk anak kedua
sangat membantu terkait tenaga.
III. Lingkungan
13. Karakteristik rumah
Rumah satu lantai merupakan milik Nenek N dengan luas tanah 150 m2
dan luas bangunan 150 m2. Denah rumah terdiri atas 2 kamar tidur, 2
ruangan yang disekat, 1 ruang tengah, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Pada
setiap kamar terdapat jendela yang langsung berhadapan dengan udara dari
luar. Setiap hari terlihat keluarga membuka jendela. Ventilasi terdapat
pada setiap kamar dan ruangan. Lantai rumah semen licin. Ruang tamu
tidak tersusun rapi, halaman tidak tampak sampah, terdapat kolam dengan
ikan yang bersih, dapur tidak tertata, tidak ada meja makan. Televisi dan
alas tampak berada diruang tengah. Kabel listrik berada dibelakang
televisi dan tidak tampak kabel yang melintasi diruangan.
Kamar tidur Bapak R dan anaknya tampak kasur berada pada lantai.
Sedangkan kasur di kamar Nenek N menggunakan dipan. Hal ini
dikatakan Nenek N karena beliau sudah tidak bisa jika harus duduk
dilantai atau jongkok, sehingga harus sejajar dengan pahanya. Kamar
Nenek N terdapat baju dan peralatan dirinya yang tidak disusun rapi.
Lampu kamar Nenek N menggunakan neon dan lampu pijar. Saat siang
hari kamar tampak sangat gelap karena kamarrnya hanya berupa sekat
tanpa jendela. Saat malam hari Nenek N menghidupkan lampu neon.
Benda-benda di kamar Nenek N masih diletakan beberapa jauh dari
jangkauan. Misalnya di lemari yang tinggi.
Keadaan rumah agak rapi dan bersih karena keluarga biasa membersihkan
rumah setiap hari seperti menyapu, mengepel, dan membersihkan tempat
tidur ataupun dapur.
Pembuangan sampah diletakan di suatu tempat dalam tong sampah besar,
lalu setiap 1 hari diangkut oleh petugas ke TPA. Air yang digunakan yaitu
air sumur yang menggunakan pompa jet. Air yang kotor mengalir melalui
selokan yang telah dibuat. Jamban yang digunakan yaitu jamban jongkok
di kamar mandi. Kamar mandi luas, ada jarak 50 cm untuk masuk kamar
mandi. Kamar mandi terang tidak licin. Kondisi air bersih dan segar.
Keluarga mengatakan kebersihan lingkungan juga menjadi kunci untuk
kesehatan, oleh karena itu lingkungan mesti dijaga untuk tetap bersih rapi
dan sehat.
D H
F G
Keterangan:
A = Kamar tidur Anak R dan Istri
B = Ruang beribadah dan tempat
menyetrika C = Kamar tidur Nenek N
D = Kamar tidur Ibu E dan An. Y
E= Ruang tamu
F= Ruang tengah dan ada dipan An. B
G= Dapur
H= kamar mandi
Khususnya pola makan Nenek N yaitu 1-2 kali perhari dengan 1/3-1 porsi.
Nenek N mengatakan hanya makan pagi jam 10.00 dan makan siang pukul
14.00, makan malam jarang dilakukan. Makanan yang paling disukai yaitu
ikan asin dan tahu tempe. Ikan asin dikonsumsi setiap hari oleh Nenek N.
Nenek N mengatakan terbiasa makan asin dan gurih. Nenek N menyukai
nasi yang lembut dan kuah sayur. Cemilan yang sering dikonsumsi yaitu
kripik yang selalu ada di kamarnya. Nenek N mengatakan mengemil >3x
perhari. Pantangan yang dipatuhi yaitu sayur berwarna hijau, kacang-
kacangan dan cabe. Keluarga mengatakan Nenek N memang sering
mengemil keripik dan yang gurih-gurih. Keluarga mengatakan seringkali
nenek N merasa masakan anaknya kurang asin sehingga ia menambahkan
garam. Tidak ada pantangan terhadap santan dan makanan berlemak.
Nenek N pantang dan tidak pernah makan daging kambing. Pola makan
anggota keluarga lain tidak ada pantangan. Ibu Z yang sedang hamil
makan lebih sering sehat dan bergizi. Ibu E sudah mengurangi makanan
yang hijau dan selain itu tidak ada pantangan. Anak lainnya makan
3xsehari dengan menu yang dibuat oleh ibunya dan tidak pernah
mengalami maag.
Pola BAK Nenek N 1 kali sehari konsistensi agak lembek, terkadang sulit
mengeluarkan jika tidak makan buah. Namun tidak merasakan perih atau
sakit ketika mengeluarkan. Pola minum Nenek N yaitu 5 gelas ukuran 350
cc perhari, malam hari 3 gelas ukuran 350 cc. Nenek N mengatakan buang
air kecil 1 kali pada malam hari dan terjaga. Keluarga mengatakan nenek
N tidak terbiasa minum air putih, jadi air yang diminum selalu seduhan
teh. Jika buang air kecil Nenek N berhati-hati. Ny.P sering merasa sering
pipis dan sedikit yang keluar. Meski sering buang air kecil Nenek N
mengatakan tidak mengalami masalah. Pola berkemih anggota lain
dikatakan tidak ada yang bermasalah. Ibu Z yang sedang hamil 34 minggu
juga sering BAK namun mengatakan dapat mengatasinya.
Pola istirahat Nenek N malam hari pukul 21.30 sudah ketempat tidur.
Namun baru terlelap tidur 21.00WIB. Terjaga pukul 04.00 wib dengan
lama tidur sekitar 5-8 jam dan terjaga terkadang-kadang untuk pipis. Ibu
mengatakan cukup puas dengan kualitas tidurnya. Ketika bangun ia
merasakan segar. Selama sebelum terlelap Nenek N tidak sering
memikirkan hl-hal yang sedih. Anggota keluarga lain seperti Bapak R
tidur tidak menentu, biasanya tidur pukul 01.00 WIB. Ibu Z dan Ibu E
tidur pukul 22 hingga 05.00. Anggota keluarga lainnya tidur pukul 22.00
WIB dan tidak merasa ada gangguan saat tidur.
Pola olahraga yang dilakukan Nenek P tidak rutin. Setiap pagi biasanya
berjemur sambil melihat kolam ikan dan menggerakan badan, dilakukan 5
menit perhari. Keseimbangan nenek N masih baik. Meski ada senam
setiap hari minggu di depan rumahnya, ia tidak mengikuti karena senam
dirasakan
berat. Anggota keluarga lain yang senam adalah ibu E yang aktif senam
setiap hari minggu. Ibu Z yang sedang hamil juga sering berjalan setiap
pagi 30 menit, sering mengajak nenek N namun nenek tidak mau. Setiap
malam hari sakit panas pada kakinya. Gaya berjalan normal dan tidak
berpegangan dengan dinding. Tempat tidur tidak ada penyangga. Suasan
rumah terang. Nenek N masih ingin melakukan kegiatan seperti menyuci
ataupun membalik pakaian yang dijemur.
Data Objektif
Tekanan darah: 170/90 – 180/110 mmHg
BB = 54 kg
TB = 145 cm
IMT = 25,6 kg/m2 (overweight)
Nadi: 84x/menit kuat, reguler
Bunyi jantung: BJ 1 , BJ 11
Normal
Mengonsumsi obat captopril 12,5mgx1
Analisa Data
DATA SUBJEKTIF: Resiko gangguan mobilisasi fisik Nenek N
“kadang terasa tidak nyaman di kakinya, dengan gout
terasa panas dan cenat cenut terutama
malam hari “
“Ketika merasa tidak nyaman pada
kakinya, maka ia cenderung diam dan
menghentikan aktivitasnya”
“ asam urat menurut keluargadalah karena
sayur warna hijau, tidak mengetahui
kenapa jadi nyeri, tandanya nyeri pada
kaki, sekarang saya pantang dengan tidak
makan hijau, tapi kok tidak berubah
nyerinya”I
“saya hanya mencegah dengan tidak
makan hijau”
“nenek memang minum airnya sedikit 3
gelas ukuran 350 ml dan tidak bisa air
putih, pasti seduhan teh”
“ saya tidak melakukan perawatan
sederhana, kecuali hanya diistirahatkan
saja jika kebas itu kembali menyerang
terkait masalah penumpukan asam urat
pada dirinya:
DATA OBJEKTIF:
Asam urat : 7 mg/dl
Tidak ada gangguan gaya berjalan.
Tampak tidak bisa berlama-lama duduk
dengan kaki dilipat
Sulit berdiri dari duduk
Kekuatan otot 5555
5555
5555 5555
DS: Kesiapan meningkatkan adaptasi
“ nenek sudah mengetahui dirinya tua, peningkatan usia lanjut
makanya sekarang sudah tidak bekerja
berat, dan kegiatan yang dilakukan tidak
jauh-jauh” kata anaknya
“ saya dulu ini bekerja di pasar, namun
sejak anak mapan dan saya mulai tua saat
ini sudah tidak melakukan aktivitas berat”
“ saya sadar sudah lansia, sehingga lebih
banyak menghabiskan waktu untuk
beribadah, makanya ikut pengajian
sekalian hiburan bertemu teman”
“selama suami tidak ada saya banyak
bercerita ke Allah SWT dan kepada anak-
anak”
“kebutuhan sehari-hari dipenuhi sama
anak-anak, terutama anak terakhir yang
belum menikah”
“saya sangat puas dengan kehidupan
sekarang dan berharap anak-anak saya
sukses”
“alhamdulillah anak-anak saya kompak
dan selalu membantu jika saya perlu
berobat”
“sekarang saya sering kontrol ke dokter”
“saya merasa puas dengan hidup saya dan
wajar dengan penurunan yang ada”
DO:
‐ Nenek bertanya mengenai perubahan
pada lansia seperti sulit memulai
tidur, dan jika terjaga tidak bisa tidur
lagi.
‐ Nenek bertanya mengenai
perubahan BAK, makan, kekuatan
badan
‐ Nenek ingin meningkatkan
pengetahuan mengenai
perubahan normal yang terjadi
pada lansia
Angka
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat masalah 2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 Masalah berisiko karena tekanan
: darah nenek N 180/110 tidak
Risiko merasakan tanda dan gejala. Ada
riwayat tekanan darah mencapai 220
merasakan pusing. Jika tidak diatasi
akan mengakibatkan stroke
TOTAL 4 2/3
SKOR
Angka
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat masalah 2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 Masalah saat ini sedang dirasakan.
: Data subjektif bahwa sering merasa
Risiko nyeri saat malam hari. Data objektif
nenek tampak meringisi,Namun
masih dapat beraktifitas. Nenek Nkan
berhenti melakukan aktifitas dan
membaluri yang hangat pada bagian
yang sakit
Angka
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat masalah 1 3 1 1/3 x 1 = 1/3 Masalah saat ini tidak dirasakan.
: potensial Nenek merasakan perubahan dan
mengatasi
Kemungkina
n masalah 2 2 2 2/2 x 2 = 2 Tingkat pendidikan keluarga yang
untuk diubah cukup tinggi (SMA) sehingga dapat
: mudah dengan mudah menangkap
penjelasan perawat, ada motivasi
dari diri nenek untuk dapat
mengatasi, sumber ekonomi
keluarga cukup. Di sekitar rumah
keluarga pun terdapat fasilitas
pelayanan kesehatan
(Posyandu, bidan, & Puskesmas).
Potensi
masalah Potensi masalah sudah diadaptasi
untuk 3 3 1 3/3 x 1 = 1 dengan keluarga hanya perlu
dicegah : ditingkatkan
baik
Menonjol-
nya masalah : Tidak perlu segera ditangani
tidak segera 1 2 1 1/2 x 1 = 1/2
ditangani
TOTAL 3 5/6
SKOR
DIAGNOSA KEPERAWATAN
“penyebabnya
karena makan Respon verbal
Keluarga mampu Keputusan keluarga untuk Motivasi keluarga untuk mengatasi masalah
kolesterol tinggi mengambil keputusan yang dihadapi.
merawat dan mengatasi
dan makan garam” untuk mengatasi Nenek masalah hipertensi. Beri reinforcement positif atas
yang kurang mampu keputusan yang diambil keluarga.
“tandanya pusing, memelihara
mata kunang- kesehatannya.
kunang”
Mengonsumsi obat
captopril 12,5mgx1
IMPLEMENTASI RENCANA KEPERAWATAN
PADA KELUARGA NENEK N
(berdasarkan diagnosa prioritas)
CATATAN PERKEMBANGAN I:
Tanggal
Implementasi Evaluasi
1. Stroke A:
2. Serangan jantung
TUK I, II tercapai
3. Risiko jatuh
4. Penglihatan menurun
5. Kerusakan ginjal
P: Evaluasi Tuk 1‐2 dan lanjutkan intervensi
6. Kematian
pada TUK 3
P:
Masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan diri teratasi
sebagian
P: