Anda di halaman 1dari 92

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN

BICARA DAN MOTORIK HALUS ANAK BALITA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS PADANG CERMIN KAB. PESAWARAN

TAHUN 2021

SKRIPSI

Disusun Oleh

ANGGUN SULISTIAWATI
142012017228

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2021
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN

BICARA DAN MOTORIK HALUS ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PADANG CERMIN KAB. PESAWARAN

TAHUN 2021

Laporan Tugas Akhir


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pedidikan
pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Oleh :

ANGGUN SULISTIAWATI
142012017228

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN REGULAR


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2021

ii
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN


BICARA DAN MOTORIK HALUS ANAK BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PADANG CERMIN KAB. PESAWARAN
TAHUN 2021

Yang diajukan oleh

ANGGUN SULISTIAWATI
142012017228

Telah disetujui tanggal :

Oleh :

Pembimbing I

Ns. Yusnita, S.Kep.,M.Kes


NBM. 1292409

Pembimbing II

Ns. Desi Kurniawati, M.Kep.,Sp.Kep.An


NBM. 1073799

iii
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi Penelitian
Telah diperiksa dan disetujui untuk ujian hasil tim penguji sidang.

Judul Proposal : Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan


Bicara Dan Motorik Halus Anak Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Padang Cermin Kab. Pesawaran Tahun 2021
Nama Mahasiswa : Anggun Sulistiawati
NIM : 142012017228

Disetujui Pada Tanggal : …………………………

MENYETUJUI

Pembimbing I

Ns. Yusnita, S.Kep.,M.Kes


NBM. 1292409

Pembimbing II

Ns. Desi Kurniawati, M.Kep.,Sp.Kep.An


NBM. 1073799

iv
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
penulis mampu menyelesaikan penyusunan proposal penelitian dengan maksimal
dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Bicara
Dan Motorik Halus Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Cermin
Kab. Pesawaran Tahun 2021”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan.
Dalam proses penulisan dan penyusunan proposal ini tidak lepas dari
dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Drs. H. Wanawir Am, M.M, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung.
2. Elmi Nuryati, M.Epid selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu Lampung dan sebagai koordinator mata kuliah
metodologi penelitian.
3. Ns. Desi Ari Madi Yanti, M.Kep.,Sp.Kep.Mat selaku Ketua Program Studi S1
Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Lampung.
4. Ns, Yusnita, S.Kep.,M.Kes, selaku pembimbing I yang senantiasa
memberikan arahan untuk penulis.
5. Ns. Desi Kurniawati, M.Kep.,Sp.Kep.An, selaku pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan memberikan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan proposal penelitian ini.
6. Orangtua tersayang yang selalu memberikan dukungan dan doa serta
memfasilitasi semua keperluan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal ini.
7. Teman seperjuangan Prodi S1 Ilmu Keperawatan Reguler angkatan 9 yang
senantiasa memberikan semangat dan masukan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan proposal penelitian.
8. Almamater tercinta Universitas Muhammadiyah Pringsewu yang penulis
sayangi.

Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun. Besar harapan penulis agar proposal ini dapat
bermanfaat bagi pembaca semua.

Pringsewu, 2021

Penulis,

v
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN................................................. iii
PERSETUJUAN UJIAN PROPOSAL......................................................... iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Balakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
D. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Anak Balita.............................................................................. 9
B. Konsep Pola Asuh................................................................................. 22
C. Kerangka Teori..................................................................................... 29
D. Kerangka Konsep.................................................................................. 30
E. Hipotesis............................................................................................... 30

BAB III METODELOGI PENELITIAN


A. Desain Penelitian.................................................................................. 31
B. Variabel Penelitian................................................................................ 31
C. Definisi Operasional............................................................................. 32
D. Populasi dan Sampel............................................................................. 33
E. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 34
F. Etika Penelitian..................................................................................... 35
G. Instrument dan Metode Pengumpulan Data.......................................... 36
H. Metode Pengolahan Data...................................................................... 39
I. Analisis Data......................................................................................... 40
J. Jalannya Penelitian................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

vi
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Perkembangan motorik kasar berdasarkan kelompok umur............. 12
Tabel 2.2 Milestone perkembangan motorik halus dan red flag....................... 13
Tabel 2.3 Tahap Perkembangan Bicara Pada Balita......................................... 15
Tabel 3.1 Definisi Operasional......................................................................... 32

vii
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori............................................................................. 29
Gambar 2.2 Kerangka Konsep.......................................................................... 30

viii
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pra Survey


Lampiran 2 Surat Balasan Pra Survey
Lampiran 3 Informed Consent
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5 Kuesioner
Lampiran 6 Lembar Konsul

ix
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Balakang

Masa balita merupakan periode dimana memerlukan perhatian, kasih sayang,

gizi, perlindungan, keamanan dan pemantauan tumbuh kembang yang

optimal. Pada masa ini anak balita memiliki perkembangan, pertumbuhan

sangat pesat dan merupakan periode krusial serta fundamental bagi kehidupan

selanjutnya. Selain itu, masa balita disebut sebagai golden periode karena

pada fase ini perkembangan kognitif, bicara, psikologis atau emosional, sosial

dan motorik berkembang pesat (Santoso, 2017).

Anak balita pada tahapan perkembangan awal memerlukan perhatian khusus

diantaranya yaitu perkembangan motorik halus dan kasar. Hal tersebut dapat

berguna untuk mendeteksi secara dini gangguan keterlambatan atau

peyimpangan perkembangan, sehingga upaya pencegahan preventif, promotif,

dan kuratif dapat dilakukan segera. Gangguan tumbuh kembang anak apabila

tidak dilakukan penanganan segera dan tepat dapat menyebabkan

terhambatnya perkembangan selanjutnya serta menurunkan kualitas sumber

daya manusia dimasa depan (Andriyani, 2017).

Berdasarkan data UNICEF populasi anak usia dini secara global lebih dari

200 juta (Santoso, 2017) dan WHO melaporkan 5-25% anak mengalami

gangguan perkembangan difungsi otak minor, motorik halus (Andriyani,

2017). Di Indonesia populasi anak pada tahun 2018 mencapai 79,55 juta atau

1
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
2

30,1% dari total penduduk 264,14 juta jiwa dan total populasi usia balita

dibawah lima tahun sebesar 21,9 juta jiwa 27,6% dari total penduduk usia 0-

17 tahun (BPS, 2018). Gangguan perkembangan pada usia balita di Indonesia

diantaranya motorik kasar sebesar 8,8%, motorik halus 6,2%, sedangkan di

Provinsi Lampung gangguan perkembangan pada anak balita berdasarkan

hasil Stimulus Deteksi Dini Tumbuh Kembang balita didaptkan gangguan

perkembangan motorik kasar sebesar 19,7% dan motorik halus 16,2%

(Fatimah, 2017).

Perkembangan anak dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal

diantaranya keturunan, kesehatan, kecukupan nutrisi, kesempatan berlatih dan

motivasi. Sedangkan faktor eksternal yaitu pengetahuan, sikap, perilaku,

pendidikan orang tua, keluarga sosial ekonomi, budaya, lingkungan anak,

petugas kesehatan dan pola asuh orang tua (Soetjiningsih, 2013). Pola asuh

merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua dan cara orang tua

dalam memberikan bimbingan, mengarahkan, menasehati, memberikan

semangat, dorongan, dukungan kepada anak dalam kehidupan sehari-hari.

Pengasuhan orang tua merupakan salah satu foktor yang erat kaitanya dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak (Yulita, 2014).

Pola asuh orang tua kepada anak terbagi kedalam tiga kelompok yaitu pola

asuh demokratis, otoriter dan permisif. Pola asuh demokratis yaitu orang tua

memberikan kebebsan kepada anak untuk mengekspresikan kemampuanya

sesuai dengan aturan orang tua, selain itu mengutamakan dukungan kasih

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


3

sayang, emosional dengan struktur dalam membimbing dan membesarkan

anak. pola asuh demokratis membuat anak lebih mandiri, mempunyai

hubungan yang positif dengan keluarga dan lingkungan sosialnya serta lebih

percaya diri pada potensi yang dimiliki. Sedangkan pola asuh otoriter yaitu

orang tua membuat berbagai aturan yang harus di patuhi oleh anak sehingga

anak tidak mampu mengembangkan dirinya secara maksimal. Pola asuh

permisif yaitu pola asuh orang tua yang tidak perduli dengan anak, pola asuh

ini membuat anak menjadi manja, suka menuntutu, kurang percaya diri, dan

mudah frustasi. Tujuan utama dari pola asuh yaitu untuk menguatkan,

mempertahankan dan menigkatkan kehidupan fisik, lingkungan sosial anak

dan kesehatan khususnya membantu anak mencapai tumbuh kembang sesuai

dengan usianya dengan normal ( Shochib, 2011).

Anak yang mendapatkan pola asuh yang baik dari orangtuanya dengan

mendapatkan kasih sayang penuh, ciuman, pelukan, mendapatkan pujian,

melatih emosi, mempunyai pengaruh terhadap perkembangan motorik halus,

motorik kasar dan personal sosialnya (Soetjiningsih, 2012). Sejalan dengan

penelitian (Andriyani, 2017) menyampaikan bahwa orangtua terutama ibu

yang menerapkan pola asuh yang baik terutama pola asuh demokratis pada

anaknya sebesar 89,6% perkembangan anak baik motorik halus dan kasar

sesuai dengan tahapan usianya. Penelitian dilakukan (Santoso,2017)

mengemukakan bahwa pola asuh orang tua yang positif yaitu dengan

memberikan dukungan, motivasi, memberikan keluasaan anak dalam

berkespresi sesuai dengan aturan moral dan agama mempunyai dapak besar

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


4

terhadap ketepatan perkembangan dan pertumbuhan anak balita, hasil

penelitian ini menunjukan 65,6% orang tua memberikan pola asuh positif dan

sesuai perkembangan anak sebesar 65,6%, nilai statistik yang didapat p-value

0,006.

Hasil penelitian (Fatimah, 2012) menginformasikan bahwa pola asuh orang

tua demokratis dapat memaksimalkan perkembangan anak dan pola asuh

otoriter mempunyai dampak negatif pada anak saat remaja memiliki tingkat

prestasi kurang memuaskan, namun disisi positifnya anak dengan pengasuhan

otoriter jauh lebih disiplin. Hasil penelitian ini menyampaikan orang tua

dengan pola asuh buruk mempunyai anak dengan perkembangan normal

14,3%, meragukan 85,75%, pola asuh sedang dengan perkembangan anak

normal 80%, meragukan 20% sedangkan pola asuh baik perkembangan anak

normal 86,4% dan meragukan 18,6%. Menurut (Tricia, 2010) mengemukakan

bahwa pola asuh orang tua akan membentuk karakter dan kepribadian dalam

perkembangan anak. perilaku anak merupakan cerminan atau reaksi perilaku

yang ditunjukan oleh orang tua kepada kepada anak. Pengasuhan orang tua

yang seimbang antara demokratis, otoriter dan permisif dapat membantu anak

memaksimalkan perkembangan dan pertumbuhanya sesuai usianya.

Stimulasi motorik halus penting untuk perkembangan anak, seperti

kemampuan dasar berbicara sebagai dasar permulaan. Ini sejalan dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sihiyah Zuhrita dan Nidia

Mufidati 2017, mengatakan bahwa kemampuan dasar berbicara merupakan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


5

kemampuan yang harus dikembangkan dalam perkembangan bahasa anak.

Kemampuan perkembangan dengan menstimulasi motorik halus dapat

mempengaruhi perkembangan bicara anak (Azizah, 2020).

Berdasarkan prasurvey yang dilakukan peneliti didapatkan data 958 Anak

Balita dan 116 anak usia 1-3 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Padang

Cermin Kabupaten Pesawaran tahun 2021, peneliti melakukan wawancara

kepada 15 ibu yang mempunyai anak usia balita didapatka 10 (66,7%) orang

dari 15 orang diantaranya mengatakan anaknya belum dapat berbicara dan

bahasa. 5 dari 15 responden mepunyai anak usia 3-5 tahun mengatakan

anaknya belum dapat meragkai kata-kata 3-5 kata menjadi kalimat dan baru

bisa berbicara 2 sampai 3 kata. Sedagkan 2 dari 15 responden mempunyai

anak usia 4-5 tahun anaknya sudah mampu meragkai kata menjadi kalimat dan

sudah mampu diajak berbincag-bincang. Sedagkan 13 dari 15 responden

memiliki anak usia 3-5 tahun untuk perkembangan motorik halus seperti

mencoret-coret, melempar benda secara vertical dan menyusun balok mainan

dibuat jemabatan sudah mampu dilakukan secara mandiri meskipun dalam

penyusunanya tidak sempurna dan untuk 2 dari 15 responden untuk

perkembangan motik halus pada anaknya masih cenderung lambat seperti

tidak mampu menyusun balok dibuat jembatan, melempar benda secara

vertical.

Dampak pemberian pola asuh yang salah terhadap anak, jika anak dipaksa

untuk melakukan sesuatu yang menurut si anak bosan atau membosankan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


6

maka anak melakukan sesuatu tindakan yang negative (Warsito,2012).

Berdasarkan uraian latar belakang mengenai permasalahan perkembangan

pada anak balita maka peneliti tertarik dan akan melakukan penelitian tentang

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Bicara Dan

Motorik Halus Anak Balita.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka masalah yang diteliti dalam

penelitian ini adalah. Apakah ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap

Perkembangan Bicara Dan Motorik Halus Balita Di Wilayah Kerja

Puskesmas Padang Cermin Kab. Pesawaran Tahun 2021?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Bicara Dan

Motorik Halus Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Cermin Kab.

Pesawaran Tahun 2021

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui karakteristik responden usia, pendidikan, pekerjaan ibu dan

usia, jenis kelamin anak.

b. Diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan perkembangan

bicara anak balita

c. Diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan perkembangan

motorik halus

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


7

d. Diketahui distribusi frekuensi respon bicara dan bahasa pola asuh

orangtua

e. Diketahui hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan

bicara dan motorik halus anak balita

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian sebagai berikut.

1. Lingkup Materi

Pada penitian ini adalah hubungan pola asuh orang tua dengan

perkembangan bicara dan motorik halus anak balita

2. Lingkup Sasaran

Sasaran dalam penelitian ini adalah anak usia balita.

3. Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan diwilayah kerja puskesmas padang cermin kab.

pesawaran

4. Lingkup Waktu

Penelitian Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s.d Mei tahun

2021 ini dilakukan selama 3 hari.

5. Lingkup Metode

Penelitian ini menggunakan Jenis penelitian dalam metode deskriptif

analitik dengan pendekatan cross sectional

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


8

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai

hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan balita dan dapat

menjadikan penemuan baru untuk membuat hak paten, poster dan leaflet.

2. Bagi Responden

Diharapkan responden dapat mengetahui tentang hubungan pola asuh

orang tua dengan perkembangan balita agar nantinya dapat menagani

permasalahan perkembangan anak terutama masalah motorik halus dan

motrik kasar pada anak.

3. Bagi Institusi pendidikan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi anak

untuk mengembangan penelitian hubungan pola asuh orang tua dengan

perkembangan balita dalam lingkup keperawatan anak.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat memperdalam pengetahuan dan wawasan

tentang hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan balita, serta

penelitian selanjutnya dapat meneliti dengan variable berbeda.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Anak Balita

1. Definisi Anak Balita

Anak balita adalah individu yang berada dalam satu rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga usia remaja. Masa anak

merupakan masa tumbuh kembang yang dimulai dari usia neonatus (0-28

hari), bayi (1-12 bulan), toddler (1-3 tahun), pra sekolah (3-5 tahun).

Anak balita merupakan individu yang rentan karena mengalami masa

pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks terjadi sepanjang masa

kanak-kanak, dalam perkembangan anak memiliki ciri fisik (berat badan

dan tinggi badan), kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial

(Andriana, 2017).

2. Tumbuh Kembang Anak Balita

Tumbuh kembang anak balita berlangsung secara teratur, saling

berkaitan, dan berkesinambungan dimulai sejak masa konsepsi sampai

dengan dewasa. Setiap anak akan mengalami suatu pola tertentu yang

merupakan tahapan pertumbuhan dan perkembangan, ciri-ciri

pertumbuhan dan perkembangan anak diantaranya (Moersintowarti,

Sularyo, Hariyono, & Ranuh, 2012).

9
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
10

a. Tahapan pertumbuhan

Anak balita pada masa ini pertumbuhan berlangsung stabil, terjadi

perkembangan dengan aktifitas jasmani, keterampilan yang

meningkat, dan proses berfikir. Pertumbuhan merupakan perubahan

dalam bentuk individu yang dapat di ukur seperti berat (gram, pon,

kilogram), ukuran panjang (cm), jumlah, besar, umur tulang, tingkat

sel, organ dan keseimbangan metabolik serta perkembangan adalah

kemampuan yang menigkat baik secara kognitif (daya ingat,

kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah), motorik,

keterampilan, kemampuan fungsi tubuh dan organ (Nurleni, 2017)

b. Tahap perkembangan anak

Anak balita mempunyai tahap dan tugas perkembangan diantaranya ;

keterampilan motorik halus (menggambar, menulis, memegang

benda, melempar, menangkap dan melambai), motorik kasar

(berjalan, berlari, keseimbangan dan kordinasi), bahasa dan sosial.

Selain itu anak mempunyai keinginan untuk bermain tinggi,

melakukan latihan dengan kelompok sebayanya, senang bertanya,

menciptakan dan meniru sesuatu, melakukan penjelajahan serta

terjadi masa transisi emosi antara anak pra sekolah dengan orang tua

(Setiyaningrum, 2017).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


11

3. Ciri-Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Balita

Menurut (Cahyaningsih, 2011) ciri-ciri pertumbuhan dan perkembanan

anak balita sebagai berikut :

a. Pertumbuhan anak balita

1. Perubahan ukuran

Bertambahnya umur anak akan terjadi pula penambahan berat

badan, tinggi badan, lingkar kepala, dada, abdomen, dan organ

tubuh akan bertambah besar sesuai kebutuhan tubuh.

2. Perubahan proposi

Proposi tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda

dibandingkan tubuh anak ataupun orang dewasa. Titik pusar tubuh

bayi baru lahir dan balita kurang lebih setinggi umbilicus,

sedangkan orang dewasa titik pusar tubuh terdapat kurang lebih

setinggi simphisis pubis.

3. Adanya ciri-ciri baru seperti reflex primitive dan gigi susu.

4. Kecepatan pertumbuhan yang teratur

5. Masing-masing organ mempunyai pola pertumbuhan yang

berbeda

b. Perkembangan anak balita

Perkembangan anak balita terjadi secara stimultan dengan

pertumbuhan. Pertumbuhan merupakan hasil interaksi kematangan

susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya antara lain

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


12

meliputi perkembangan sisitem neuromuskuler, bicara, emosi dan

sosial. Ciri-ciri perkembangan diantaranya ; perkembangan melibatkan

perubahan, perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya,

mempunyai pola yang tetap, memiliki tahapan yang berurutan,

mempunyai kecepatan perkembangan yang berbeda, berkorelasi

dengan pertumbuhan (Cahyaningsih, 2011).

Perkembangan pada anak usia dibawah lima tahun atau balita sebagai

berikut :

1. Perkembangan motorik kasar dan halus

Perkembangan motorik merupakan perkembangan kontrol

pergerakan badan melalui koordinasi aktivitas saraf pusat, saraf

tepi, dan otot. Perkembangan motorik kasar merupakan aspek

perkembangan lokomosi (gerakan) dan postur (posisi tubuh).

motorik halus merupakan koordinasi halus pada otot-otot kecil

yang menyebabkan suatu peran utama, kemampuan motorik halus

dipengaruhi oleh matangnya fungsi motorik, dan koordinasi

neuromuskular yang baik, fungsi visual yang akurat, dan

kemampuan intelek nonverbal (Muamanah, 2018).

Tabel 2.1
Perkembangan motorik kasar berdasarkan kelompok umur
Usia Kemampuan Perkembangan
1. Berbalik dari telungkup ke telentang
3-6
2. Mengangkat kepala setinggi 90º
bulan
3. Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
6-9 1. Duduk sendiri (dalam sikap bersila)
bulan 2. Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian
berat badan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


13

3. Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang


1. Mengangkat badannya ke posisi berdiri
9-12 2. Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di
bulan kursi
3. Dapat berjalan dengan dituntun
1. Berdiri sendiri tanpa berpegangan
12-18 2. Membungkuk untuk memungut mainan kemudian
bulan berdiri Kembali
3. Berjalan mundur 5 langkah
18-24 1. Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik
bulan 2. Berjalan tanpa berhuyung-huyung
24-36 1. Jalan menaiki tangga sendiri
bulan 2. Dapat bermain dengan menendang bola kecil
1. Berdiri dengan satu kaki selama 2 detik
36-48
2. Melompat dengan kedua kaki diangkat
bulan
3. Mengayuh sepeda roda tiga
1. Berdiri pada satu kaki selama 6 detik
48-60
2. Melompat-lompat dengan satu kaki
bulan
3. Menari
60-72 1. Berjalan lurus
bulan 2. Berdiri dengan satu kaki selama 11 detik
Sumber : Lipkn. Motor Development and Disfunction, (2009)
dalam Soetjiningsih (2016).

Tabel 2.2
Milestone perkembangan motorik halus dan red flag
Umur Rata Red Flag
Keterampilan Motorik Halus
Rata (Bulan) (Bulan)
Mencoret-coret 17,5
Menumpuk 3 kubus keatas 21,3 24
Membangun rangkaian balok secara
22,3
horizontal
Melempar horizontal dan vertical 25,1
Membangun rangkaian balok secara
29,6
vertical
Membangun jembatan dengan 3 kubus 31,1
Menggambar lingkaran 32,6
Menggambar orang dengan kepala
35,7
ditambah 1 bagian
Sumber : Lipkn. Motor Development and Disfunction, (2009)
dalam Soetjiningsih (2016).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


14

2. Berbicara

Perkembangan bicara adalah suatu perkembangan yang

keberlanjutan, terus menerus dan kualitasnya semakin lama

semakin baik. Pembagian perkembangan bicara dibagi menjadi

beberapa periode yaitu priode pra lingual atau praverbal, periode

lingual dini atau awal verbal, periode diferensiasi, dan periode

pematangan (Palupi, 2015).

Menurut (Febrida, 2018) perkembangan bicara anak dibawah lima

tahun sebagai berikut :

a. Egosentric Speech

Fase ini terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak

berbicara kepada dirinya sendiri atau monolog. Pada akhir

tahun ke dua anak sudah dapat mengucapkan kalimat yang

terdiri dari dua atau tiga kata, selain itu anak mampu

mengikuti intruksi sederhana dan menggulang kata-kata yang

didegarnya. Perkembangan berbicara anak dalam hal ini

sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan

berpikirnya.

b. Usia akhir tahun ke tiga

Pada fase ini anak sudah mampu mengikuti intruksi dengan

dua atau tiga langkah. Selain itu anak sudah bisa

mengidentifikasi kata dan mengenali benda umum atau

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


15

gambar sederhana serta sudah bisa berbicara dengan baik dan

jelas saat Bersama orang diluar keluarga.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


16

c. Akhir tahun ke empat

Fase ini anak sudah mampu melemparkan pertanyaan abstrak

mengapa? dan sudah mengerti sama dan berbeda. Selain itu

anak sudah mampu Menyusun kalimat dengan tata bahasa

yang benar, namun sering kali pada usia ini anak sering salah

dalam mengucapkan kata.

d. Socialized speech

Fase ini terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya

atau pun lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan adaptasi sosial anak.

Berkenaan dengan hal tersebut terdapat 5 bentuk socialized

speech yaitu:

1. Saling tukar informasi untuk tujuan bersama

2. Penilaian terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain

3. Perintah, permintaan, ancaman

4. Pertanyaan

5. Jawaban

Tabel 2.3 Tahap Perkembangan Bicara Pada Balita

Tingkatan Usia Kemampuan


Pra bicara 0-10 - Perkembagan suara persepsi dan hasil.
bulan - Perkembangan isyarat.
- Penambahan persepsi suara; bicara bayi
merupakan hasil menangis dan keributan;
bermain dengan suara termasuk
mengulang bicara dengan orang lain
yang dimulai usia 3 bulan ; antara enam
sampai sepuluh bulan dapat
menggunakan konsonan dan huruf vocal

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


17

terbatas.
Kata pertama 10-13 - Pengertian kata tunggal.
memunculkan bulan - Menghasilkan kata tunggal.
nama - Perbedaan individual dalam penggunaan
kata tunggal.
- Fungsi isyarat sebagai kata.
- Perhatian dapat diarahakan dengan nama
obyek lihat anjing, Ami, anjing; mulai 13
bulan menerima kosakata dari 17 sampai
dengan 97 kata
Kombinasi 18-24 - Penggunaan satu kata tunggal dengan arti
kata bulan kompleks untuk ungkapan multi kata.
Contoh: “susu” artinya dapat minta susu
atau meminta ASI.
- Penggunaan kombinasi kata untuk
kalimat, contoh: mama kue maksudnya
mama minta kue.
Tata bahasa 20-30 - Kecepatan memperoleh morfem.
bulan - Perkembangan bahasa yang unik pada
usia ini, seperti mulai menggunakan kata
ganti saya, kita, dia, kamu.
- Penggunaan kalimat dalam pola dan
aturan yang teratur.

Penggunaan 4-6 - Rata-rata dapat menggunakan 900-1000


kalimat tahun kosa kata yang berbeda.
- Menggunakan 4-5 kata dalam satu
kalimat yang dapat berbentuk kalimat
pernyataan, negatif, tanya, dan perintah.
- Anak usia 5 tahun sudah mulai
menggunakan kalimat yang beralasan
seperti saya menangis karena sakit.
- usia 6 tahun pembicaraan mereka mulai
berkembang dimana kosa kata yang
digunakan lebih banyak dan rumit.
Sumber : (KPSP, 2016).

3. Perkembangan Perilaku Emosi

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


18

Perkembangan perilaku emosional berhubungan dengan seluruh

aspek perkembangan anak. Perkembangan emosi merupakan

dasar perkembangan kepribadian di masa yang akan datang.

Setiap orang akan mempunyai emosi rasa senang, marah, kesal

dalam menghadapi lingkungan sehari-hari. Masing-masing anak

menujukan ekspresi yang berbeda sepanjang perkembangannya

(Ahmad Susanto, 2011). Salovey dalam Ahmad Susanto (2011),

membagi lima aspek kecerdasan emosional sebagai berikut:

a. Kesadaran diri, berarti mengenali perasaan sewaktu perasaan

ini terjadi yang merupakan dasar kecerdasan emosional.

b. Mengelola emosi, berarti menangani perasaan agar perasaan

dapat diungkapkan dengan tepat yang merupakan kecakapan

yang tergantung pada kesadaran diri.

c. Memotivasi diri sendiri merupakan kemampuan menata emosi

sebagai alat untuk mencapai tujuan.

d. Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri

emosional, merupakan keterampilan bergaul.

e. Membina hubungan, memiliki pemahaman dalam kemampuan

untuk menganalisa hubungan dengan orang lain.

4. Keterampilan sosial dan menolong diri sendiri

Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentunya dasardasar

kepribadian manusia, kemampuan pengindraan, berfikir,

keerampilan bahasa dan berbicara, dan bertingkah laku sosial.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


19

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial

anak usia dini yaitu (Muamanah, 2018) :

b. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang yang

ada disekitarnya dengan berbagai usia dan latar belakang.

c. Adanya minat dan motivasi untuk bergaul.

d. Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain yang

biyasanya menjadi midel untuk anak.

e. Adanya kemampuan komunikasi yang baik yang dimiki anak.

f. Mengembangkan empati dan kepedulian. Anak yang

mempunyai kemampuan empati cenderung lebih sosial dan

mudah bergaul dengan teman-temannya tidak terlalu agresif

serta, tidak pemalu dan tidak pemarah, tidak mudah cemas dan

khawatir, serta selalu merasa bahagia.

g. Pemecahan masalah. Sering kali orang tua tidak memberi

kebebasan kepada anak untuk menyelesaikan masalahnya

sendiri. Akibatnya, anak cenderung manja dan frustasi jika

keinginannya tidak segera diberikan.

h. Motivasi diri. Motivasilah yang nantinya akan menumbuhkan

sikap optimistis, antusiasme, percaya diri, dan tidak mudah

menyerah.

b. Faktor-Faktor Mempengaruhi Perkembangan Balita

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


20

Perkembangan bayi dan balita dipengaruhi oleh berbagai faktor

genetik dan faktor lingkungan seperti lingkungan pranatal, perinatal, dan

postnatal. Lingkungan pranatal meliputi riwayat gizi ibu saat hamil,

mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunisasi,

anoksia embrio. Pada lingkungan perinatal faktor asfiksia, trauma lahir,

hipoglikemia, hiperbilirubinemia, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),

infeksi dapat mempengaruhi perkembangan bayi dan balita (Sajedi F,

Doulabi, Vameghi, & Baghban, 2016).

a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Perkembangan batita sangat dipengaruhi oleh kondisi berat

badan pada saat lahir. Anak yang lahir dengan BBLR berisiko untuk

mengalami permasalahan dalam perkembangannya. Hal tersebut

disebabkan karena bayi dengan berat badan lahir

rendah lebih rentan terhadap penyakit infeksi sehingga akan

berdampak terhadap proses tumbuh kembangnya (Soetjiningsih &

Ranuh, 2015).

b. Status Gizi

Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang

anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena

makanan bagi anak, selain untuk aktivitas sehari-hari, dibutuhkan

juga untuk pertumbuhan. Ketahanan makanan (food security)

keluarga mempengaruhi status gizi anak. Satu aspek yang penting

yang perlu ditambahkan adalah keamanan pangan (food safety) yang

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


21

mencakup pembebasan makanan dari berbagai "racun" fisika, kimia

dan biologis, yang kian mengancam kesehatan (Soetjiningsih &

Ranuh, 2015).

Malnutrisi pada masa anak-anak mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan sel otak sehingga jumlah sel otak menurun.

Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh kekurangan gizi selama

kehamilan sampai usia 5 tahun. Anak-anak yang menderita

kekurangan gizi sejak usia dini umumnya mengalami kesulitan

menghadapi masa depan dan berpotensi memiliki kemampuan fisik

dan intelektual yang rendah serta produktivitas rendah (Warsito,

Khomsan, Hernawati, & Anwar, 2012).

c. Pekerjaan/pendapatan keluarga (orangtua)

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh

kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua

kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder

(Soetjiningsih & Ranuh, 2015). Status sosial ekonomi keluarga yang

rendah dapat dilihat dari pendapatan keluarga yang rendah.

Pendapatan yang rendah berpengaruh terhadap penyediaan makanan

oleh keluarga terhadap anak. Ketersediaan makanan sehat untuk anak

menjadi kurang terpenuhi. Pengentasan kemiskinan dapat

meningkatkan status gizi anak, khususnya balita. Status sosial

ekonomi rendah berhubungan secara signifikan dengan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


22

perkembangan anak balita, status sosial ekonomi rendah memiliki

peluang yang tinggi perkembangan anak balita tidak sesuai dengan

tahapan usianya dibandingkan dengan responden yang status sosial

ekonominya tinggi (IDAI, 2013).

d. Pendidikan orang tua

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting

dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik,

maka orang tua dapat menerima segala informasi dari Iuar terutama

tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga

kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya. Faktor

pendidikan orangtua terutama ibu sangat berpengaruh dalam

perkembangan anak balita, karena seorang ibu adalah subjek utama

dalam pengasuhan anak. Seorang ibu dengan pendidikan rendah tidak

mudah mengerti dan memahami kebutuhan anak dalam mendukung

perkembangan anak sesuai tahapan usianya. Berbeda dengan

orangtua yang berpendidikan tinggi, atau pengetahuan yang luas

maka orangtua memahami bagaimana harus memposisikan diri

dalam tahapan perkembangan anak (Soetjiningsih & Ranuh, 2015).

e. Jumlah Saudara

Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial

ekonominya cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan

kasih sayang yang diterima anak. Lebih-lebih kalau jarak anak terlalu

dekat. Pada keluarga yang sosial ekonominya kurang, jumlah anak

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


23

yang banyak dapat menyebabkan kurangnya kasih sayang dan

perhatian pada anak, selain kebutuhan dasar anak juga tidak

terpenuhi (Soetjiningsih & Ranuh, 2015).

c. Penyimpangan Pertumbuhan Masa Balita

Penyimpangan perkembangan pada anak usia balita dapat berupa

ganagguan emosi dan perilaku, keterlambatan berbicara dan berbahasa,

keterampilan sosial dan menolong diri sendiri, keterlambatan

perkembangan motorik halus dan motorik kasar. Penyimpangan

perkembangan dapat dilakukan skrining dengan menggunakan alat dever

decelotmental screening test dan emotional quotient, intelligence

quotient, social quotient alat ini digunakan untuk mengetahui dan

menetapkan batas-batas kemampuan kurang, normal, atau berbakat pada

anak sehingga penyimpangan perkembangan dapat di tatalaksanan

dengan tepat sesuai dengan penyimpangan perkembangan yang dialami

anak (Irwanto et al,. 2015).

B. Konsep Pola Asuh

1. Definisi Pola Asuh

Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku

orang tua dan anak dalam berinteraksi, bekomunikasi selama mengadakan

kegiatan pengasuhan. Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini, orang

tua akan memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah, dan hukuman,

serta tanggapan terhadap keinginan anaknya (Rahmawati, 2016). Pola

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


24

asuh orangtua dalam membantu anak untuk mengembangkan disiplin diri

adalah upaya orangtua yang diaktualisasikan terhadap penataan

lingkungan fisik, lingkungan sosial internal dan eksternal, pendidikan

internal dan eksternal, dialog dengan anak-anaknya, suasana psikologis,

sosiobudaya, perilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya pertemuan

dengan anak-anak, kontrol terhadap perilaku anak-anak, dan menentukan

nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku dan yang diupayakan kepada

anak-anak (Shochib, 2010).

2. Klasifikasi Pola Asuh

Pola asuh orang tua menurut (Tridhonanto & Agency, 2014) dibedakan

menjadi tiga jenis yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokrasi, dan pola

asuh laissez-faire, yaitu :

a. Pola Asuh Otoriter (Authoritarian Parenting)

Pola asuh otoriter adalah pola asuh orang tua yang lebih

mengutamakan membentuk kepribadian anak dengan cara

menetapkan standar mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan

ancaman-ancaman. Pola asuh otoriter memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang tua

2. Pengontrolan orang tua terhadap perilaku anak sangat ketat

3. Anak hampir tidak pernah memberi pujian

4. Orang tua yang tidak mengenal kompromi dan dalam

komunikasi biasanya bersifat satu arah.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


25

Pola asuh otoriter lebih banyak menerapkan pola asuhnya dengan

aspek-aspek sebagai berikut : Orang tua mengekang anak untuk

bergaul dan memilih-milih orang yang menjadi teman anaknya.

Orang tua memberikan kesempatan pada anaknya untuk berdialog,

mengeluh dan mengemukakan pendapat. Anak harus menuruti

kehendak orang tua tanpa peduli keinginan dan kemampuan anak.

Orang tua menentukan aturan bagi anak dalam berinteraksi baik di

rumah maupun di luar rumah. Aturan tersebut harus ditaati oleh anak

walaupun tidak sesuai dengan keinginan anak. Orang tua

memberikan kesempatan pada anak untuk berinisiatif dalam

bertindak dan menyelesaikan masalah. Orang tua melarang anaknya

untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Orang tua menuntut

anaknya untuk bertanggung jawab terhadap tindakan yang

dilakukannya tetapi tidak menjelaskan kepada anak mengapa anak

harus bertanggung jawab

Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh otoriter, anak memiliki

sifat dan sikap, seperti: mudah tersinggung, penakut, pemurung dan

merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh, mudah stress, tidak

mempunyai arah masa depan yang jelas, dan tidak bersahabat.

b. Pola Asuh Demokratis (Authoritative Parenting)

Pola asuh demokratis adalah pola asuh orang tua yang menerapkan

perlakuan kepada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


26

dengan cara memprioritaskan kepentingan anak yang bersikap

rasional atau pemikiran-pemikiran. Pola asuh demokrasi mempunyai

ciri-ciri, yaitu:

1. Anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan

kontrol internal

2. Anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan turut dilibatkan

dalam pengambilan keputusan

3. Menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak. Saat

orang tua menggunakan hukuman fisik, dan diberikan jika

terbukti anak secara sadar menolak melakukan apa yang telah

disetujui bersama, sehingga lebih bersikap edukatif

4. Memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu

mengendalikan mereka

5. Bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap

yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak

6. Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan

melakukan suatu Tindakan

7. Pendekatannya kepada anak bersifat hangat

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


27

Pola asuh demokratis menerapkan pola asuhannya dengan aspek-

aspek sebagai berikut :

1. Orang tua acceptance dan mengontrol tinggi

2. Orang tua bersikap responsif terhadap kebutuhan anak

3. Orang tua mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau

pertanyaan

4. Orang tua memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan

yang baik dan yang buruk

5. Orang tua bersikap realistis terhadap kemampuan anak

6. Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih

dan melakukan suatu Tindakan

7. Orang tua menjadikan dirinya sebagai model panutan bagi anak

8. Orang tua hangat dan berupaya membimbing anak

9. Orang tua melibatkan anak dalam membuat keputusan

10. Orang tua berwenang untuk mengambil keputusan akhir dalam

keluarga, dan

11. Orang tau menghargai disiplin anak

Dampak dari pola asuh ini bisa membentuk perilaku anak seperti :

memiliki rasa percaya diri, bersikap bersahabat, mampu

mengendalikan diri (self control), bersikap sopan, mau bekerja sama,

memiliki rasa ingin tahunya yang tinggi, mempunyai tujuan atau

arah hidup yang jelas, berorientasi terhadap prestasi.

c. Pola Asuh Primitif

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


28

Pola asuh primitif adalah pola asuh orang tua yang tidak peduli

kepada anaknya, apapun yang dilakukan oleh anak orang tua

memperbolehkanya. Dampak dari pola asuh tipe ini anak menjadi

manja, sangat menuntut, tidak percaya diri, dan mudah frustasi

(Andriyani, 2017). Ciri-ciri pola asuh primitif menurut Diana

Baumrinde yaitu: (1) kekuatan orang tua diperoleh dari anak; (2)

mengutamakan perasaan anak, bukan prilakunya; (3) terlalu percaya,

bahwa anak dapat mengatur diri dan menjalankan hidupnya; (4)

cenderung serba membolehkan, mengiyakan; (5) selalu menyediakan

dan melayani kebutuhan anak; (6) terlalu peduli dan mudah

menyediakan fasilitas kepada anak walaupun tidak sesuai kebutuhan;

dan (7) nyaris tak pernah ada hukuman (Rosyadi, 2013). Gaya

pengasuhan primitif memiliki ciri-ciri orang tua sangat terlibat dalam

kehidupan anak, tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali atas

mereka, orang tua cenderung membiyarkan anak-anak melakukan

apa saja yang mereka inginkan (Yudrik Jahja, 2011).

3. Faktor-Faktor Mempengaruhi Pola Asuh

a. Pendidikan orang tua

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan

mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan.

pendidikan diartikan sebagai pengaruh lingkungan atas individu

untuk menghasilkan perubahanperubahan yang tetap atau permanen

di dalam kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap. Orang tua yang

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


29

sudah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak

akan lebih siap menjalankan peran asuh, selain itu orang tua akan

lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan

perkembangan yang normal (Rahmawati, 2016).

b. Lingkungan

Lingkungan memberikan kontribusi yang signifikan pola pengasuhan

orang tua kepada anaknya. Orang tua dapat mencontoh

berbagaimacam pola asuh yang diberikan sanak saudara, tetangga

kepada anaknya masing-masing. Sehingga orang tua mencontoh pola

asuh yang diangap baik untuk diterapkan kepada anaknya

(Rahmawati, 2016).

c. Budaya

Budaya memiliki peranan penting dalam pengasuhan anak, sering

kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat

dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya

dalam mengasuh anak. Pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam

mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak

anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu

kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga

mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh

terhadap anaknya (Rahmawati, 2016).

C. Kerangka Teori

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


30

Kerangka teori merupakan rangkuman dari tinjauan pustaka yang digunakan

untuk mengidentifikasi setiap variabel yang akan diteliti berkaitan dengan

konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan kerangka

konsep penelitian . Kerangka teori dalam penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2.1
Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi Pertumbuh dan perkembang 1. Pertumbuhan


tumbuh kembang : - Peningkatan berat
anak balita
1. Faktor internal bdan, tinggi badan,
- Keturunan - Tulang, tingkat sel,
Jenis pola asuh orang tua
- Kesehatan organ
- Gizi 1. Pola asuh otoriter - Keseimbangan
- Motivasi dan 2. Pola asuh demokratis metabolik
kesempatan berlatih 3. Pola asuh primitif 2. Pekembangan
2. Faktor Eksternal - Perkembangan
- Pendidikan dan motorik halus dan
pengetahuan orang Faktor yang mempengaruhi
pola asuh orang tua kasar
tua - Berbicara
- Jumlah keluarga 1. Pendidikan orang tua - Perkembangan
- Sosial ekonomi 2. Lingkungan Perilaku Emosi
- Budaya 3. Budaya - Keterampilan sosial
- Lingkungan dan menolong diri
- Petugas kesehatan sendiri
- Pola asuh

Sumber : (Cahyaningsih, 2011), (Sajedi F, Doulabi, Vameghi, & Baghban, 2016),


(Soetjiningsih & Ranuh, 2015), (Tridhonanto & Agency, 2014),
(Rahmawati, 2016).

D. Kerangka Konsep

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


31

Kerangka konsep adalah uraian yang saling berkaitan antara konsep satu

dengan konsep lainnya atau variabel satu dengan variabel lainnya dari

masalah yang akan di teliti . Penyusunan kerangka konsep penelitian ini

sebagai berikut :

Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Variable Independen Variable Dependen

Pola Asuh Perkembangan berbicara dan


motorik halus

E. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian

atau sebuah steatment prediksi sementara yang menghubungkan

variable independen dan dependen . Berdasarkan kerangka konsep

tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha : Ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan

Bicara dan Motorik Halus Anak di wilayah kerja Puskesmas

Padang Cermin Kab. Pesawaran Tahun 2021

Ho : Tidak ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan

Perkembangan Bicara dan Motorik Halus Anak di wilayah

kerja Puskesmas Padang Cermin Kab. Pesawaran Tahun

2021

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan penelitian untuk

melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya

penelitian. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif, penelitian yang

akan peniliti lakukan yaitu dengan menggunakan survey analitik yaitu peneliti

yang menilai hubungan antara variable-variabel yang diteliti. Rancangan

penelitian menggunakan cross sectional yaitu dimana peneliti mengambil data

terhadap beberapa variabel penelitian dilakukan pada satu waktu .

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah karakteristik yang melekat pada populasi, bervariasi

antara satu orang dengan yang lainnya dan diteliti dalam suatu penelitian.

Variabel penelitian dikembangkan dari konsep atau teori dan hasil penelitian

terdahulu sesuai dengan fenomena atau masalah penelitian. Pada variabel

penelitian ada variabel bebas atau variabel independen dan variabel yang

terikat atau variabel dependen (Dharma, 2011). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah pola asuh orangtua dan variabel dependen perkembangan

bicara dan motorik halus pada anak balita.

C. Definisi Operasional

31
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
32

Definisi operasional merupakan uraian mengenai batasan dari variable

penelitian yang menjadikannya lebih konkrit dan mudah untuk diukur (Darma,

2013). Berdasarkan uraian diatas, maka definisi operasional penelitian ini

adalah :

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Variable Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
Independen
Pola Asuh Tindakan Kuesioner Mengisi 1. Demokratis : jika Ordinal
orangtua dalam kueioner nilai skor
memberikan jawaban 24–39
asuhan kepada kuesioner
anaknya. pernyataa 2. Otoriter : jika nilai
n dengan skor 40-55
skala
Likert 3. Primitif: jika nilai
dengan 3 skor 56-72
pilihan
jawaban
Dependen
Perkembangan Peningkatan Kuesioner Mengisi 1. Perkembangan Ordinal
bicara bicara atau kuesioner bicara anak
kemampuan anak jawaban normal jika score
untuk melakukan kuesioner 4-5
tugasnya sesuai pernyataa 2. Perkembangan
dengan usia anak n dengan bicara anak
skala meragukan jika
guttman. score 2-3
ya diberi 3. Perkembangan
skor 1 bicara anak
dan abnormal jika
pernyataa score ≤ 2
n tidak
diberi
skor 0
Perkembangan Merupakan Kuesioner Mengisi 1. Perkembangan Ordinal
motorik halus koordinasi halus kuesioner bicara anak
pada otot-otot jawaban normal jika score
kecil seperti kuesioner 4-5
mecoret, coret, pernyataa 2. Perkembangan
melempar atau n dengan bicara anak
kemampuan skala meragukan jika
motorik sesuai guttman. score 2-3
tahap ya diberi 3. Perkembangan
perkembangan skor 1 bicara anak
anak dan abnormal jika

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


33

pernyataa score ≤ 2
n tidak
diberi
skor 0

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau subjek yang diteliti (S.

Arikunto, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang

memiliki anak usia balita usia 1-3 tahun sebanyak 116 jiwa diwilayah kerja

Puskesmas Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteritis yang dimiliki oleh

populasi bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu

maka dapat menggunakan sampel dari populasi tersebut, untuk itu sampel

yang diambil dari populasi yang akan diambil sebagai sampel (Nursalam,

2013). Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik

purposive sampling. Purposive sampling merupakan non probability

sampling (sample non random) artinya pemilihan sampel yang

tidakdilakukan secara acak dan suatu metode pemilihan sampel yang

dilakukan berdasarkan maksuddan tujuan tertentu yang ditentukan oleh

peneliti (Dharma, 2013). Peneliti dalam menentukan besar sampel

menggunakan rumus slovin sebagai berikut :

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


34

Keterangan:
N = Total populasi
n = Jumlah sampel minimal
d2 = derajat kesalahan yang dapat ditolerir (1%)
Jumlah sample yang dibutuhkan berdasarkan rumus diatas adalah :
n= 116
1 + 116 (0,01)
n = 116
2.16
n = 53, 7 = 54 responden

Berdasarkan hasil perhitungan, jadi total sampel dalam penelitian ini yaitu

54 responden.

Berdasarkan keterangan diatas untuk menentukan sampel terdapat dua

kriteria yaitu:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Responden yang memiliki kelompok anak balita

2) Bersedia menjadi responden.

3) Balita yang berusia 1-3 tahun

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

1) Kelompok anak balita yang mengalami sakit atau gangguan

kesehatan

2) Kelompok anak yang bukan kelompok usia balita

E. Tempat dan WaktuPenelitian

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


35

1. Tempat

Penelitian ini akan dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Padang Cermin

kab. Pesawaran.

2. Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini waktu pengambilan data di lakukan pada bulan April

2021

F. Etika Penelitian

Etika penelitian artinya hak subjek penelitian dan yang lainya harus dilindungi.

Beberapa prinsip dalam pertimbangan etik meliputi, bebas eksplorasi,

kerahasiaan, bebas penderita, bebas menolak jadi responden, dan perlu surat

persetujuan (Nursalam, 2013).

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Sebelum penelitian peneliti memberikan lembar persetujuan ini akan

diberikan kepada setiap responden yang menjadi subjek penelitian dengan

memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian. Jika

responden bersedia atau pun tidak bersedia diteliti maka harus

menandatangani lembar persetujuan.

2. nonymity (Tanpa Nama)

Peneliti merahasiakan nama responden dan tidak mencantumkan nama pada

lembar pengumpulan data namun hanya nama inisial.

3. Right to Privacy (Hak Menjaga Kerahasiaan)

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


36

Peneliti memberikan jaminan untuk merahasiakan informasi yang diberikan

oleh responden.

4. Respect for justice an inclusiveness (Keadilan dan Keterbukaan)

Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh

perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama,

enis, dan sebagainya. Prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan

prosedur penelitian.

5. Blancing harm and benefits (Memperhitungkan manfaat dan Kerugian

yang ditimbulkan).

6. Asas kemanfaatan

Penelitian yang dilakukan mempertimbangkan manfaat dan resiko yang

mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang diperoleh

lebih besar daripada resiko/dampak negative yang akan terjadi.

7. Menghormati

Penelitian ini menjunjung tinggi martabat seseorang (subjek penelitian).

Dalam melakukan penelitian, hak asasi subjek harus dihargai.

(Notoatmodjo, 2010).

G. Instrument dan Metode Pengumpulan Data

1. Instrument

Instrumen penelitian merupakan cara atau alat untuk mengobservasi

mengukur, menilai dan mengumpulkan data dalam penelitian, instrument

penelitian ini sebagai berikut :

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


37

a. Kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara memberikan

daftar pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan beberapa pilihan jawaban

kepada responden terhadap setiap item pertanyaan yang diajukan metode

kuesioner tidak mengharuskan peneliti untuk bertatap muka langsung

dengan responden (Dharma, 2011). Kuesioner yang digunakan pada

penelitian ini adalah menggunakan kuesioner variabel pola asuh yang

terdiri dari 24 peryataan dengan membubuhi tanda checklist ( √ ) pada

salah satu kotak jawaban dengan keterangan: SL : selalu, KK : kadang-

kadang, TP : Tidak Pernah. Sedangkan pada variabel berbicara

menggunakan kuesioner yang berisi 15 pernyataan dengan tiap usia 5

pernyataan jawaban Ya Tidak dan pada variabel motorik halus

menggunakan kuesioner yang berisi 15 pernyataan dengan tiap usia 5

pernyataan jawaban Ya Tidak.

b. Validitas

Validitas adalah pengukuran yang berarti prinsip keandalan instrumen

dalam pengumpulan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur (Nursalam, 2013). Uji validitas alat pengumpulan data

menggunakan pearson product moment (r), dasar pengambilan keputusan

adalah valid jika r dihitung > r tabel dengan taraf signifikan 5%.

c. Uji Reabilitas

Reabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran. Reabilitas

menunjukan apakah pengukuran menghasilkan data yang konsistensi jika

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


38

instrument digunakan kembali secara berulang (Dharma, 2011). Kriteria

penukuran uji reabilitas dengan membandingkan nilai r table dengan

hasil r hasil (Cronbach Alpha), dan jika Cronbach Alpha lebih besar

dibandingkan dengan nilai r table, maka pertanyaan ditanyakan reliable.

Proses analisa tersebut menggunakan program SPSS for window

(Statistical Program for sosial Science).

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2013). Pengumpulan data ini dengan jenis data

primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran langsung pada subyek

sebagai sumber informasi yang dicari (S. Notoatmodjo, 2010).

Sebelum pengambilan data, peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan

maksud tujuan yang akan dilakukan selanjutnya peneliti mengklarifikasi

terlebih dahulu calon responden apakah sudah pernah menjadi responden

dalam penelitian ini sebelumnya dan menyesuaikan dengan identitas

responden, jika belum pernag menjadi responden makadicatat dalam daftar

dan peneliti melakukan observasi menggunakan lembar checklist.

a. Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian

ini

b. Peneliti meminta kesediaan dan persetujuan dalam inform concent

c. Peneliti memberikan lembar kuesioner yang harus diisi oleh reponden

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


39

d. Responden mulai untuk mengisi lembar kuesioner dan didampingi oleh

peneliti

e. Peneliti mengecek kembali lembar kueioner yang telah diisi oleh

responden

f. Peneliti menfalidasikembali atas pernyataan-pernyataan yang telah disi

oleh responden

H. Metode Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data perlu diolah

terlebih dahulu. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui suatu

proses dengan tahapan sebagai berikut (Sumantri, 2011) :

a. Editing

Proses editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian lembar

kuesioner sudah lengkap atau belum. Editing dilakukan di tempat

pengumpulan data, sehingga apabila ada kekurangan dapat segera

dilengkapi.

b. Coding

Yang dimaksud coding adalah usaha mengklasifikasi jawaban-jawaaban

atau hasil-hasil yang ada menurut macamnya. Klasifikasi dilakukan

denganjalan menandai masing-masing jawaban dengan kode berupa

centang, kemudian dimasukkan dalam lembar table kerjaguna

mempermudah membacanya dengan kode 0 dan 1.

c. Scoring

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


40

Pemberian nilai pada masing-masing jawaban dari pertanyaan yang

diberikan kepada responden sesuai dengan ketentuan penelitian yang telah

ditentukan.

d. Tabulating

Kegiatan memasukan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai

kriteria sehingga didapatkan jumlah data sesuai dengan kuesioner.

e. Cleaning

Pengecekan kembali datayang telah dimasukkan ke dalam komputer.

Peneliti tidak mendapati kesalahan data yang telah dimasukan dalam

komputer. Dalam melakukan pengumpulan data, penulis melakukan sendiri,

jadi tidak melibatkan observer.

I. Analisis Data

Analisa data adalah cara atau upaya yang digunakan untuk mengolah data

menjadi suatu informasi sehingga karakteristik data tersebut dapat di pahami

dan dimengerti serta bermanfaat terutama yang berkaitan dengan penelitian

(Nursalam, 2013), analisis data dalam penelitian adalah :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mengetahui persentase, dari hasil setiap

variabel ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi (Notoadmodjo,

2010). Variabel independen dalam penelitian ini adalah hubungan pola

asuh orangtua sedangkan variabel dependen nya yaitu perkembangan anak

balita.

2. Analisa Bivariat

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


41

Analisa bivariat digambarkan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Untuk menguji variabel bebas dan

variabel terikat pada penelitian ini menggunakan uji statistic chi square

karena menggunakan tingkat kemaknaan bila nilai p (P-valeu) < 0,05

maka Ha diterima, yang berarti adanya hubungan bermakna antara variabel

Independen dengan variabel dependen. Sedangkan bila nilai p (P-value) >

0,05 maka Ho ditolak, yang berarti tidak hubungan yang bermakna antara

variabel independen dan variabel dependen (Dharma, 2011).

J. Jalannya Penelitian

Penelitian merupakan urutan karya atau langkah-langkah yang dilakukan

selama penelitian dari awal hingga penelitian berakhir. Jalannya penelitian

yang dilakukan dalam penelitian ini pada dasarnya adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Persiapan merupakan rancangan yang berfungsi sebagai kerangka awal

dalam penelitian ini. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu :

a. Melakukan perizinan kepada pimpinan Universitas

Muhammadiyah Pringsewu Lampung Fakultas Kesehatan dan

kepala pekon desa

b. Melakukan prasurvey ditempat penelitian

c. Penyusunan dan pengumpulan proposan penelitian

d. Proses bimbingan proposal skripsi

e. Perbaiki sidang proposal

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


42

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan surat izin penelitian

b. Menentukan responden

c. Melakukan pengambilan data

d. Mengolah data

e. Menganalisis data

f. Proses bimbingan skripsi

g. Ujian sidang hasil

h. Perbaikan sidang hasil

3. Proses pengambilan dan pengolahan data dengan menggunakan

langkah-langkah :

a. Meminta surat izin penelitian dari institusi

b. Membuat surat peretujuan responden

c. Menyerahkan surat ketempat penelitian

d. Membagikan kuesioner kepada responen

e. Pengambilan data kuesioner

f. Pengolahan data melalui :

1) Penyuntingan data (Editing)

2) Memberi kode (Coding)

3) Memasukan data (Entry)

4) Mengecek kembali data (Cleaning)

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


43

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP

PERKEMBANGAN BICARA DAN MOTORIK HALUS DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG CERMIN KAB.

PESAWARAN

TAHUN 2021

SKRIPSI
DISUSUN OLEH

ANGGUN SULISTIAWATI
142012017228

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


xlv

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


PRINGSEWU LAMPUNG
TA 2021
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Puskesmas Padang Cermin merupakan Puskesma ke 10 di Kabupaten

Pesawaran yang sampai saat ini berdiri, dengan kode Puskesmas 1012262,

kategori pelayanan yaitu rawat jalan dan rawat inap. Puskesma Padanga

Cermin terletak di Jl. Kesehatan Dusun Tanjung Mas, Kecamatan Padang

Cermin Kabupaten Pesawaran. Puskesmas Padang Cermin selama masa

pandemi melakukan kegiatan penyebaran informasi kepada masyarakat

mengenai PHBS dan pencegahan penyebaran covid-19 dengan menggunakan

masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan

mengurangi mobilisasi diluar rumah.

Puskesmas Padang Cermin selama pandemi tidak berhenti untuk

menjalankan program yang telah dirancag sebelum pandemi covid-19 dari

Kementerian Kesehatan RI mengenai SDGs Desa untuk mencapai target

2025 Kabupaten Pesawaran bebas masalah gizi pada anak balita diantaranya

stunting, gizi kurang, gizi berlebih, malnutrisi, gizi buruk dan kerdil.

Pencapaian target tersebut Puskesmas Padang Cermin melakukan pemberian

makanan dan konseling ahli gizi kepada para orang tua yang mempunyai

anak usia balita.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Berdasarkan hasil data yang diperoleh berikut ini disajikan data

berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan ibu dan usia, jenis kelamin

anak serta pola asuh, berbicara, motorik halus responden terhadap

pola asuh orang tua dengan perkembangan bicara dan motorik halus di

wilayah kerja Puskesmas Padang Cermin Kab. Pesawaran Tahun 2021.

a. Karakteristik Responden

1. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Usia Responden

Tabel 4.1
Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Ibu

Dsitribusi Frekuensi Presentase

Usia (Tahun)
23-29 18 33,3%
30-36 21 38,9%
37-43 10 18,5%
44-50 2 3,7%
51-57 2 3,7%
65-71 1 1,9%

Total 54 100%

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui jumlah distribusi frekuensi karakteristik

responden berdasarkan usia ibu terbanyak pada kelompok usia 30-36

tahun sebanyak 21 orang (38,9%) dan jumlah terendah pada kelompok

usia ibu 65-71 tahun sebanyak 1 orang (1,9%).

2. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Pendidikan Responden

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Tabel 4.2
Dsitribusi Frekwensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan Ibu

Dsitribusi Frekwensi Presentase

Pendidikan
SD 9 16,6 %
SMP 19 35,2 %
SMA 26 48,1 %

Total 54 100%

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui jumlah distribusi frekuensi

karakteristik responden berdasarkan pendidikan terbanyak responden

berpendidikan SMA sebanyak 26 responden (48,1%) dan kurang dari

sebagian besar lainya adalah SD sebanyak 9 responden (16,6%).

3. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Pekerjaan Responden

Tabel 4.3
Dsitribusi Frekwensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan Ibu

Dsitribusi Frekwensi Presentase

Pekerjaan
IRT 39 72,2 %
Wiraswasta 15 27,8 %

Total 54 100%

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui jumlah distribusi frekuensi

karakteristik responden berdasarkan pekerjaan responden lebih dari

sebagian besar sebagai IRT sebanyak 39 responden (72,2%) dan

kurang dari sebagian besar lainya adalah wiraswasta sebanyak 15

responden (27,8%).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


4. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Usia Responden

Tabel 4.4
Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Anak

Dsitribusi Frekuensi Presentase

Usia (Bulan)
12-15 4 7,4%
16-19 5 9,3%
20-23 7 13%
24-27 14 25,9%
28-31 9 16,7%
32-35 9 16,7%
36-39 6 11,1%

Total 54 100%

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui jumlah distribusi frekuensi karakteristik

responden berdasarkan usia anak terbanyak pada kelompok usia 24-27

bulan sebanyak 14 orang (25,9%) dan jumlah terendah pada kelompok

usia 12-15 bulan sebanyak 4 orang (7,4%).

5. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.5
Dsitribusi Frekwensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin Anak

Dsitribusi Frekwensi Presentase

Jenis Kelamin Anak


Laki-Laki 25 46,3 %
Perempuan 29 53,7 %

Total 54 100%

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Berdasarkan tabel 4.5 diketahui jumlah distribusi frekuensi

karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin responden lebih

dari sebagian besar perempuan sebanyak 29 responden (53,7%) dan

kurang dari sebagian besar lainya adalah laki-laki sebanyak 25

responden (46,3%).

6. Pola Asuh Orang Tua

Tabel 4.6
Dsitribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua

Pola Asuh Frekuensi Presentase

Demokratis 5 9,3%
Otoriter 25 46,3%
Primitif 24 44,4%

Total 54 100%

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui jumlah distribusi frekuensi

karakteristik responden, terbanyak pola asuh orang tua memiliki pola

asuh otoriter sebanyak 25 (46,3%) dan kurang dari sebagian besar

lainya menerapkan pola asuh demokratis sebanyak 5 (9,3%).

7. Perkembangan Berbicara

Tabel 4.7
Dsitribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Perkembangan
Berbicara

Berbicara Frekuensi Presentase

Normal 25 46,3 %
Meragukan 21 38,9 %

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Abnormal 8 14,8%

Total 54 100%

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui jumlah distribusi frekuensi

karakteristik responden berdasarkan perkembangan berbicara anak,

terbanyak pada kategori normal sebanyak 25 anak (46,3%) dan kurang

dari sebagian lainya yaitu kategori abnormal sebanyak 8 anak

(14,8%).

8. Perkembangan Motorik Halus

Tabel 4.8
Dsitribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Perkembangan Motorik
Halus

Motorik Halus Frekuensi Presentase

Normal 28 51,9 %
Meragukan 16 29,6 %
Abnormal 10 18,5%

Total 54 100%

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui jumlah distribusi frekuensi

karakteristik responden berdasarkan perkembangan motorik halus,

lebih dari sebagian besar anak dalam perkembangan motorik halus

kategori normal sebanyak 28 anak (51,9%) dan kurang dari sebagian

lainya mempunyai perkembangan motorik halus abnormal sebanyak

10 anak (18,5%).

2. Analisis Bivariat

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan pola asuh

orang tua dengan perkembangan bicara dan motorik halus di wilayah

kerja Puskesmas Padang Cermin Kab. Pesawaran Tahun 2021. Penyajian

data penelitian disajikan pada tabel berikut :

a. Hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan bicara

Tabel 4.9
Hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan bicara di
wilayah kerja Puskesmas Padang Cermin Kab. Pesawaran
Tahun 2021

Pola Asuh Perkembangan Berbicara P


Total Value
Normal Meragukan Abnorma
l

N % N % N % N %

Demokratis 1 20 4 80 0 0 5 100 0,256

Otoriter 14 56 8 32 3 12 25 100

Primitive 10 41,7 9 37,5 5 20 24 100

Total 25 46,3 21 38,9 8 14,8 54 100

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa responden mendapatkan pola

asuh dari orang tua dengan sistem pola asuh primitif lebih tinggi anak

memiliki perkembangan berbicara abnormal sebanyak 5 anak (20%),

dibandigkan dengan pola asuh otoriter jumlah anak yang memiliki

perkembangan bicara abnormal lebih rendah yaitu 12% dan

demokratis 0%. Sedangkan perkembangan bicara anak dengan pola

asuh primitif lebih banyak dalam kategori perkembangan meragukan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


sebanyak 9 anak dan otoriter 8 anak dan terendah dengan pola asuh

demokratis yaitu 4 anak. Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-

Square didapatkan nilai p-value = 0.256 > 0.05. Artinya penelitian ini

menunjukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara pola asuh

orang tua dengan perkembangan bicara di wilayah kerja Puskesmas

Padang Cermin Kab. Pesawaran Tahun 2021. Hasil penelitian ini

menunjukan Ho diterima dan Ha ditolak.

b. Hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan motorik

halus

Tabel 4.10
Hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan motorik halus di
wilayah kerja Puskesmas Padang Cermin Kab. Pesawaran
Tahun 2021

Pola Asuh Perkembangan Motorik Halus P


Total Value
Normal Meragukan Abnorma
l

N % N % N % N %

Demokratis 2 40 0 0 3 60 5 100 0,007

Otoriter 17 68 4 16 4 16 25 100

Primitive 9 37,5 12 50 3 12,5 24 100

Total 28 51,9 16 29,6 10 18,5 54 100

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa responden mendapatkan pola

asuh dari orang tua dengan sistem pola asuh otoriter lebih tinggi anak

memiliki perkembangan motorik halus abnormal sebanyak 4 anak

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


dibandigkan dengan pola asuh primitive dan demokratis jumlah anak

yang memiliki perkembangan motorik halus abnormal lebih rendah

yaitu masing-masing 3 orang anak. Sedangkan pola asuh orang tua

primitive lebih tinggi perkembangan anak dalam kategori meragukan

sebanyak 12 anak dan otoriter 4 anak serta 0% dengan pola asuh

demokratis. Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square

didapatkan nilai p-value = 0.007 < 0.05. Artinya penelitian ini

menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara pola asuh orang

tua dengan perkembangan bicara di wilayah kerja Puskesmas Padang

Cermin Kab. Pesawaran Tahun 2021. Hasil penelitian ini menunjukan

Ha diterima dan Ho ditolak.

C. Pembahasan

1. Hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan bicara di


wilayah kerja Puskesmas Padang Cermin Kab. Pesawaran Tahun
2021

Hasil penelitian menunjukan bahwa penelitian ini tidak terdapat

hubungan antara variabel pola asuh orang tua dengan perkembangan

bicara pada anak dengan nilai p-value 0.256 > 0.05. Dilihat dari data

penelitian hasil penelitian menunjukan bahwa adanya terkaitan antara

pola asuh orang tua dengan perkembangan bicara anak ditunjukan dengan

jumlah anak dengan pola asuh primitive lebih tinggi memiliki

perkembangan abnormal sebanyak 20,8% dan pola asuh otoriter 12%.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Dilihat dari hasil penelitian menunjukan orang tua anak lebih banyak

menerapkan pola asuh otoriter 46,3% dan primitive 44,4%. Kedua pola

asuh yang terbanyak diterapkan kepada anak pada usia dini sebenarnya

tidak tepat untuk diterapkan, hal tersebut dapat menyebabkan anak takut,

sulit bergaul dengan lingkungan sosial dan teman sebayanya, manja,

curigaan dengan orang baru dan suasana baru dan sulit beradaptasi

dengan lingkungan sekitar. Selain itu, anak juga takut untuk berbicara dan

menunjukan perkembangannya, kondisi ini dapat menjadi masalah

dikemudian hari dari segi perkembangan berbicara dan psikolis anak,

maka perlu adanya kesadaran orang tua dalam mengubah pola asuh

kepada anaknya dalam pengasuhan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Jane

Puput Candrasari, 2014) menyampaikan bahwa hasil penelitian

menunjukan tidak ada hubungan pola asuh orang tua dengan

perkembangan bahasa atau bicara anak dengan nilai p-value 0.054.

Selaras dengan penelitian (Restiyani, 2013) mengatakan bahwa

perkembangan bicara anak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, hasil

penelitian menunjukan bahwa masih banyak orang tua yang belum

menerapkan pola asuh yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak

khususnya perkembangan dalam berbicara dan bahasa. Anak yang

mengalami gangguan perkembangan berbicara ditandai dengan sulit

melafalkan masih terbata-bata atau hanya menyebutkan satu dua kata

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


yang monoton, kosakata masih kurang banyak dan sikap bicara dan tata

krama yang kurang baik pada lawan bicara.

Menurut Dhinie (2005) dalam Restiyani, (2013) mengatakan aspek

perkembangan bicara dan kebahasaan terdiri dari ketepatan ucapan

(pelafalan), penekanan atau penempatan nada dan durasi yang sesuai,

pemilihan kata, ketepatan sasaran pembicaraan (tata krama). Yang mana

Slavin (2011) mengatakan bahwa perkembangan bahasa lisan atau bicara

sangat dipengaruhi oleh jumlah dan kuantitas pembicaraan yang

dilakukan orang tua dengan anak-anak mereka. Hal ini tentunya berkaitan

erat dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua, pola asuh orang tua

otoriter dan primitive akan cenderung lebih rendah dalam mengajak

bicara anak dibandigkan dengan pola asuh demokratis.

Pendapat tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Baumrind

dalam Meliana (2012) ada 3 pola asuh yang dapat diterapkan. Yang

pertama demokratis yaitu pola asuh yang memberi dukungan tinggi dan

mempunyai ekpektasi yang tinggi kepada anak. Mereka membantu anak

untuk belajar bertanggung jawab dan memikirkan konsekuensi dari

perbuatannya. Lebih penting lagi, orang tua demokratis akan memonitor

perilaku anak untuk memastikan bahwa anak mengikuti aturan dan

harapan orang tuanya. Orang tua demokratis juga memberikan pilihan

pada anak. Kedua, otoriter, yaitu pola asuh yang mempunyai gaya otoriter

cenderung memberi dukungan rendah, tetapi mempunyai ekspektasi yang

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


tinggi terhadap anak. Orangtua seperti ini selalu berusaha mengontrol dan

memaksakan kehendaknya pada anak. Dan yang ketika adalah permisif

yaitu pola asuh yang cenderung memberi dukungan tinggi, tetapi

mempunyai ekspektasi yang rendah terhadap anak. Orang tua permisif

menyerahkan kontrol sepenuhnya pada anak. Kalau pun mereka

menetapkan aturan, biasanya tidak diterapkan secara konsisten orang tua

tidak menciptakan batasan, disiplin, atau tuntutan perilaku anak. Pola

asuh orang tua yang diterapkan pada anaknya sejatinya untuk memantau

tubuh kembang anak agar tercapai optimal apabila menerapkan pola asuh

yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Aspek perkembangan anak yang memerlukan perhatian dan pola asuh

orang tua yang sesuai dengan kebutuhan anak adalah perkembangan

bahasa dan bicara. Gangguan pada sektor bicara dan bahasa merupakan

salah satu masalah yang paling sering terjadi pada anak terutama pada

masa balita. Perkembangan bicara dan bahasa merupakan indikator

seluruh perkembangan anak, karena perkembangan berbahasa sensitif

terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya sebab

melibatkan perkembangan kognitif, sensori motorik, psikologis, emosi

dan lingkungan sekitar (Soetjiningsih, 2013).

Sejalan dengan penelitian (Miftakhur Rohmah, Nita Dwi Astikasari, &

Iriyanti Weto, 2018) menyampaikan hasil penelitian menunjukkan hampir

setengah responden memiliki pola asuh dalam kategori permisif, yaitu 15

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


responden (46,9%) dan sebagian besar responden memiliki keterlambatan

bicara dalam kategori dicurigai terlambat bicara, yaitu 20 responden

(62,5%). Peneliti menyampaikan bahwa pemberian stimulasi melalui pola

asuh yang tepat oleh keluarga sangat penting bagi perkembangan balita,

mengingat keluarga merupakan lingkungan sosial terdekat dari balita

sehingga sering berinteraksi dengan balita. Semakin baik stimulasi yang

diberikan oleh keluarga maka semakin baik pula perkembangan balita.

Untuk itu diperlukan upaya pemberian informasi dan motivasi kepada

keluarga agar dapat menberikan stimulasi secara optimal. Hal-hal yang

dapat dilakukan orang tua untuk mengoptimalkan perkembangan bicara

dan bahasa anak antara lain rajin berbicara dan berkomunikasi dengan

anak danmembacakan cerita adalah cara yang baik untuk meningkatkan

kosakata anak. Bayi dan anak kecil biasanya tertarikpada cerita yang

bersajak. Sembari membaca, anak dapat diajak menunjuk gambar dan

menyebut nama benda yang ditunjuk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam

menerapkan pola asuh dalam kategori otoriter dan permisif. Hal ini dapat

disebabkan karena orang tua anak kurang dapat memahami cara

pemenuhan kebutuhan anak dalam arti pola asuh dengan tepat.

Kebanyakan orang tua dalam memperlakukan anak didasari oleh rasa

belas kasihan sehingga muncul kecenderungan orang tua dalam

melaksanakan pola asah cenderung otoriter yaitu segala sesuatu harrus

kehendak orang tua dan membatasi aktivitas dan ekpresi anak dalam

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


melakukan sesuatu sesuai keinginanya, serta pola asuh permitif yaitu

membiarkan anak bertindak sesuka hatinya tanpa ada arahan dari orang

tua karena orang tua kasihan dengan anaknya. Hal ini berdampak pada

terjadinya permasalahan pada anak dimana anak semakin sulit

dikendalikan dan perkembangannya tidak terlatih dengan baik.

Peneliti berpendapat bahwa pola asuh yang dinilai memiliki pengaruh

baik terhadap perkembangn anak adalah pola asuh demokratis, dimana

sikap orang tua dalam memberikan pengasuhan pada anak dengan cara

memberikan kesempatan pada anak untuk membuat pilihan yang

disukainya. Orang tua dengan pola asuh demokratis percaya akan

kemampuan mereka dalam memandu anak, tetapi juga menghargai

keputusan mandiri, minat, pendapat, dan kepribadian anak. Interaksi dan

respon yang diberikan oleh orang tua berperan penting dalam

perkembangan bahasa anak.

Pola asuh demokratis mampu membuat anak-anak lebih mudah mencapai

kemampuan berbahasa karena anak menerima contoh berbahasa

berekspresi dan berperilaku yang baik dari keluarga sehingga komunikasi

serta interaksi yang terjalin akan meningkatkan perbendaharaan kata,

keberanian dan keterampilan berkomunikasi dengan baik. Keterlambatan

bicara (Speech delay) pada anak usia 12-39 bulan diketahui bahwa

sebagian besar responden memiliki keterlambatan bicara dalam kategori

perkembangan meragukan, yaitu 21 responden (38,9%) dan abnormal 14

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


responden (14,8%). Keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa

sebaiknya dapat dikenali oleh orang tua sedini mungkin, agar tatalaksana

yang diberikan dapat memaksimalkan kapasitas bicara dan bahasa yang

dimiliki anak.

Peneliti berpendapat bahwa pola asuh dari orang tua yang tidak tepat
sangatlah berpengaruh besar terhadap perkembangan bicara usia anak
balita, seperti pola asuh yang diterapkan oleh orangtua anak di wilayah
kerja Puskesmas Padang Cermin Kab. Pesawaran Tahun 2021 yakni
sebagian besar orangtua menggunakan pola asuh otoriter yang bersifat
pemaksaan, keras dan kaku dimana sebagian orangtua yang
menginginkan anak sealu mematuhi perintahnya tanpa mau tahu perasaan
si anak. Pola asuh tersebut bepengaruh kepada anak, anak menjadi takut,
sulit bergaul dengan lingkungan sosial dan temannya, anak menjadi lebih
curiga jika bertemu dengan orang baru dan suasana baru serta anak akan
sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Selain itu, anak juga takut
untuk berbicara, pendiam, takut mengungkapkan pendapatnya dan sulit
menunjukan perkembangannya, kondisi ini dapat menjadi masalah
dikemudian hari dari segi perkembangan berbicara dan psikolis anak yang
dialami.

2. Hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan motorik halus


di wilayah kerja Puskesmas Padang Cermin Kab. Pesawaran Tahun
2021

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pola asuh dari orang tua

dengan sistem pola asuh otoriter lebih tinggi anak memiliki

perkembangan motorik halus abnormal sebanyak 4 anak dibandingkan

dengan pola asuh primitive dan demokratis jumlah anak yang memiliki

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


perkembangan motorik halus abnormal lebih rendah yaitu masing-masing

3 orang anak. Sedangkan pola asuh orang tua primitive lebih tinggi

perkembangan anak dalam kategori meragukan sebanyak 12 anak dan

otoriter 4 anak serta 0% dengan pola asuh demokratis. Hasil uji statistik

dengan menggunakan Chi-Square didapatkan nilai p-value = 0.007 < 0.05

yang artinya ada hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan

motorik halus anak.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Abid Ahsanul A, Anafrin

Yugistyowati, & Muhammad Ischaq Nabil As, 2015) menyampaikan

hasil penelitian yang menunjukan anak dengan kategori menyimpang

sebanyak 8 anak (22,9%) dan kategori normal sebanyak 27 anak (77,1%).

Analisis Kolmogorov Smirnov diperoleh hasil nilai P=0,002 (P<0,05)

artinya ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan

motorik halus. Nilai koefisien korelasi 0,530 dengan kekuatan hubungan

sedang. Selaras dengan penelitian (Aulia Rizki Corry Solikhah, 2017)

menyampaikan hasil analisa univariat dan bivariate pola asuh permisif

(40%), demokratis (31.7%), otoriter (28,7%) dan perkembangan motorik

halus normal (65%), peringatan (26,7%), terlambat (8,3%) dengan nilai

pvalue 0,036 (p= value < 0,05). Hal ini berarti ada hubungan pola asuh

orang tua dengan perkembangan motorik halus pada anak prasekolah.

Pemantauan perkembangan perlu dilakukan sejak dini agar dapat segera

mengenali gangguan perkembangan anak sehingga perkembangan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


kemampuan gerak, bicara, sosialisasi dan kemandirian pada anak

berlangsung optimal sesuai umur anak. Perkembangan motorik halus

anak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perkembangan sistem

syaraf yang mengontrol aktivitas motorik, kondisi fisik yang bagus,

motivasi yang kuat, lingkungan yang kondusif, aspek psikologis, bakat

dan potensi, usia serta jenis kelamin (Rahyubi, 2014).

Perkembangan motorik halus dan kasar yang lambat dapat disebabkan

oleh beberapa hal, salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik

adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuscular. Namun tidak

selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya

penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat

mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik.

Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh agen sosialnya. Hal yang

paling utama dalam proses perkembangan adalah keluarga yaitu orangtua

dan saudara kandung. Anak sebagai bagian dari anggota keluarga, dalam

pertumbuhan dan perkembangan tidak akan terlepas dari lingkungan yang

merawat dan mengasuhnya (Wahni dalam Endra 2012).

Menurut Ki Hajar Dewantoro, keluarga adalah pendidik yang pertama

dan utama. Anak menghabiskan 80 % harinya bersama keluarga dan

lingkungannya. Sehingga pendidikan dan pengetahuan pertama dan

dominan akan berasal dari keluarga serta lingkungannya. Pengaruh

keluarga akan menjadi cerminan bagi anak, dan lingkungan ikut berperan.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Penjabaran tersebut menghasilkan suatu kesimpulan bahwa pemberian

stimulasi untuk mengembangkan kemampuan motorik merupakan hal

yang urgen atau penting (Suryanti dalam Endra et al, 2012).

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh peran orangtua dalam

mendidik dan mengasuh anaknya. Pola asuh demokratis dapat

memberikan stimulus yang dapat diterima anak dengan baik. Ibu

mempunyai pengetahuan yang cukup dan keterampilan dalam

memberikan rangsangan pada anaknya, sehingga perkembangan motorik

anak akan lebih optimal. Apabila sebagian perkembangan anak masih

kurang atau dibawah normal dan dalam tahap peringatan pada tahap

perkembangannya, dapat dipengaruhi pengetahuan bagaimana cara

berinteraksi dengan anak selama mengasuhnya. Stimulus yang diberikan

melalui pola asuh yang baik dapat mengembangkan motorik halus anak

dengan lebih baik. Setiap anak adalah individu yang unik karena faktor

bawaan dan pola asuh orangtua yang berbeda, maka pencapaian

kemampuan anak juga berbeda. Maka sangat penting untuk memilih jenis

pola asuh yang tepat agar perkembangan motorik halus anak menjadi

normal sesuai tahap perkembangan (Wulan Diana, 2019).

Menurut Depkes RI (2006) dalam Reni Oktavia Sari (2015), motorik

halus merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan

dilakukan oleh otototot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

Dalam hal perkembangan motorik halus, anak dapat dilatih

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


ketrampilannya melalui berbagai aktivitas yang menunjang. Beberapa

kegiatan yang menunjang diantaranya corat-coret di kertas, yang akan

berkembang menjadi coretan benang kusut, kemudian menjadi garis

lurus, lengkung dan seterusnya. variabel yang mempengaruhi

perkembangan motorik anak, diantaranya adalah faktor genetik, gizi, pola

asuh orang tua dan perbedaan ras/etnik atau budaya.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sari, 2015)

menyampaikan bahwa anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan

teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang

kurang/tidak mendapat stimulasi. Anak dengan keadaan yang normal,

meskipun ketrampilan motorik halus dapat berkembang dengan

sendirinya, namun stimulasi tetap diberikan untuk lebih mengasah

ketrampilan tersebut sehingga dapat berkembang dengan lebih baik lagi.

Peneliti berpendapat bahwa dalam melakukan pola asuh memerlukan

perhatian ekstra karena pola asuh berperan dalam pembentukan

kepribadian seperti tingkat aktivitas untuk perkembangan motorik halus

anak. Pola asuh orang tua menyangkut tentang bagaimana orang tua

mampu memahami karakteristik anak sehingga dalam interaksi anak tidak

merasa tertekan dan tersiksa karena mengeluh bentuk pola asuh yang

diterapkan tidak sesuai dengan dirinya. Anak usia balita masih

membutuhkan dukungan dan dorongan dari orang dewasa untuk

mengembangkan ketrampilan motoriknya dengan memberikan

pengalaman berlatih sehingga anak termotivasi untuk bertindak kreatif,

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


pemilihan jenis pola asuh yang tepat akan membuat perkembangan

motorik halusnya normal.

Peneliti perpendapat perkembangan motorik yang dialami oleh anak

sangat dipengaruhi oleh peran orangtua dalam mendidik dan mengasuh

anaknya. Stimulus yang diberikan melalui pola asuh yang baik dapat

mengembangkan motorik halus anak dengan lebih baik. Anak dengan

usia balita masih sangat membutuhkan dukungan dan dorongan dari

orangtuanya untuk mengembangkan ketrampilan motoriknya dengan

memberikan stimulasi pada anak sehingga anak termotivasi untuk

bertindak kreatif. Pemberian stimulasi pada anak yang bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan motorik anak diberikan dari orangtua

melalui pola asuah yang terarah dan teratur akan lebih cepat anak

berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat

stimulasi melalui pola asuh dari orangtuanya.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Diketahui distribusi frekuensi karakteristik reponden berdasarkan usia

ibu terbanyak berusia 30-36 tahun (38,9%), pendidikan ibu terbanyak

SMA sebanyak 26 responden (48,1%), pekerjaan ibu sebagian besar

IRT sebanyak 39 responden (72,2%) dan usia anak terbanyak pada

kelompok usia 24-27 bulan sebanyak 14 responden (25,9% serta )lebih

dari sebagian besar responden anak berjenis kelamin perempuan

sebanyak 29 responden (53,7%).

2. Diketahui distribusi pola asuh orang tua terbanyak menerapkan pola

asuh otoriter sebanyak 25 responden (46,3%).

3. Diketahui distribusi perkembangan bicara anak terbanyak memiliki

perkembangan dalam kategori normal sebanyak 25 responden (46,3%).

4. Diketahui distribusi perkembangan motorik halus anak terbanyak

memiliki perkembangan dalam kategori normal sebanyak 28

responden (51,9%).

5. Tidak ada hubungan hubungan pola asuh orang tua dengan

perkembangan berbicara di wilayah kerja Puskesmas Padang Cermin

Kab. Pesawaran Tahun 2021 dengan nilai p-value 0.256

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


DAFTAR PUSTAKA

Abid Ahsanul A, Anafrin Yugistyowati, Muhammad Ischaq Nabil As. (2015).


Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Motorik Halus
Anak Usia Pra Sekolah di TK PKK 85 Utami Madisiswi Gonjen
Tamantirto Kasihan Bantul. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata
Yogyakarta.
Ahmat Susanto. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam
Berbagai Aspeknya, Jakarta: Kencana.

Andriyani, S. Y. M. (2017). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan


Perkembangan Anak Prasekolah di R.A Almardiyah Rajamandala Bulan
Juli 2016. SNIJA.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta


Rineka Cipta

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Atin Sagita Rahmat (2018) Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan
Perkembangan Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ranomeeto
Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2018. Skripsi Poltekes Kemenkes
Kendari.
Aulia Rizki Corry Solikhah. (2017). Hubungan Pola Asuh Orang Dengan
Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Prasekolah di Paud Pelita
Bangsa Jakarta Selatan. Skripsi.
BPS. (2018). Potret Pemenuhan Hak-Hak Anak Indonesia. Kompaspedia.

Dian Adriyana. (2017). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak Edisi 2.
Pererbit Salemba Medika, Jagaraksa Jakarta Selatan.

Dharma, K. K. (2011 ). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta Timur:


Trans Info Jakarta

Dharma, K. K. (2013). Metodologi Penelitian Keperawatan Jakarta: Trans Info


Media.

Dwi Sulistyo Cahyaningsih. (2011). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan


Remaja. Penerbit : Cv Trans Info Media, Jakarta Timur.

Endra et al. 2012. Hubungan Pola Asuh Orangtua Terhadap perkembangan


motorik anak usia 3-4 tahun. Jurnal Keperawatan STIKES Telogorejo
Semarang.
Erna Setiyaningrum, S.S.T.,M.M.,M.Pd.K. (2017). Buku Ajar Tumbuh Kembang
Anak Usia 0-12 Tahun. Penerbit : Indomedia Pustaka ISBN 978-602-6417-
11-4.

Fatimah, L. (2017). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak
di R.A Darussalam Desa Sumber Mulyo Jogoroto Jombang. D-III
Kebidanan FIK UNIPDU Jombang.

Febrida, M. (2018). Bicara Anak di Lima Tahun Pertama. haibunda.com.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


H.A Rahmat Rosyadi. (2013). Pendidikan Islam Anak Usia Dini (Konsep praktik
PAUD Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

IDAI. (2013). Mengenal Keterlambatan Umum pada Anak. 2013.

Indry Yanti Azizah (2020). Hubungan Antara Riwayat Stimulasi Motorik Halus
Terhadap Kemampuan Baca Tulis Anak Usia 5 – 6 Tahun Di Tk Aisyiyah
Ambarawa Pringsewu Tahun 2020. Skripsi Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung

Irwanto et al,. (2015). Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak. Naskah Lengkap


Continuing Education, Ilmu Kesehatan Anak XXXVI Kapita selekta Ilmu
Kesehatan Anak VI.

Jane Puput Candrasari. (2014). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan
Perkembangan Basa Anak Prasekolah di RA Semai Benih Bangsa Al-Fikri
Manca Bantul Yogyakarta. Naskah Publikasi STIKes ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
Meliala, Andyda. 2012. Successful Parenting. Bogor: By.PASS. Nawawi, Hadari.
2007. Metode Penelitian Bidang Sosisal. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Miftakhur Rohmah, Nita Dwi Astikasari, & Iriyanti Weto. (2018). Analisis Pola
Asuh Orang Tua Dengan Keterlambatan Bicara Pada Anak Usia 3-5
Tahun. Oksitosin, Kebidanan, Vol. V, No. 1, Februari 2018: 32-42.
Moersintowarti B. Narendra, Titik S. Sularyo, Soetjiningsih, Hariyono Suyitno, Ig.
N. Gede Ranuh. (2012). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Buku Ajar
Edisi Revisi, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Penerbit Cv. Sagung Seto,
Jakarta.

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta

Nurleni. (2017). Pengaruh Edukasi Mengatasi Ketidak Mauan Anak Untuk


Makan. Fakultas Kesehatan , UMP, 2017.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Palupi, Y. (2015). Perkembangan Bahasa pada Anak. Proseding Seminar
Nasional PGSD UPY.

Rahmawati Setiya Wulandari. (2016). Pola Asuh Anak Usia Dini” (Studi Kasus
Pada Orang Tua Yang Mengikuti Program Bina Keluarga Balita (Bkb) Di
Kelurahan Kutoarjo Kabupaten Purworejo). Pendidikan Luar Sekolah
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Rahyubi. 2014. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung


: Nusamedia.
Reni Oktavia Sari. (2015). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan
Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 4-6 Tahun Di Tk Dharma
Wanita Suruhan Lor Kecamatan Bandung Kabupaten Tulungagung. J.
Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. II, No. 3, Desember 2015 :
170 – 177.
Restiyani. (2013). Hubungan Pola Asuh Dengan Perkembangan Bicara Anak Usia
4-5 Tahun TK Al-Falah Mempawah. Artikel Penelitian Universitas
Tanjungpura.
Rosmiyati, A., Susilawati,. (2017). Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan
perkembangan motorik pada bayi usia 6 bulan di BPS Maria Suroso
Bandar Lampung Tahun 2017. Jurnal Dunia Kesmas, Volume 6, Nomor 4,
Oktober 2017.

Sajedi F, Doulabi M, Vameghi R, Baghban AA. (2016). Development of Children


in Iran : A Systematic Review and ;8(8):145–61.

Slavin, Robert E, diterjemahkan oleh Marianto Samosir. 2011. Psikologi


Pendidikan. Jakarta: Indeks.
Santoso, S. (2017). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Anak
Usia Prasekolah di TK IT Al-Muhajirin Sawangan Magelang. Naskah
Publikasi.

Shochib, M. (2011). Pola Asuh Orang Tua. Jakarta: Rineka Cipta.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Siti Muamanah. (2018). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan
Sosial Emosional Anak Usia 4-5 Tahun Di Desa Bandar Abung
Kecamatan Abung Surakarta, Kabupaten Lampung Utara.

Supartini. (2012). Buku Ajaran Konsep Dasar Keperawatan Anak Jakarta :


EGC.Soetjiningsih, 2016. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang Anak (Laboratorium Ilmu Kesehatan


Anak). Surabaya : Universitas Airlangga.

Soetjiningsih. (2013). Tumbuh Kembang Anak Jakarta : EGC.

Soetjiningsih & Ranuh. (2015). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Swarjana, I. K. (2015). Metodelogi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Penerbit :


Cv. Andi Offset, Yogyakarta.

Tridhonanto, Al. (2014). Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Jakarta: PT


Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Tricia, N., Rand, Conger, Laura, Scaramella & Lenna L. Ontai,. (2010).
Intergenerational Continuity In Parenting Behavior : Mediating Patways
and Chil Effects. PMC2748920.

Warsito O, Khomsan A, Hernawati N, Anwar F. (2012). Relationship Between


Nutritional Status, Psychosocial Stimulation, and Cognitive Development
in Preschool Children in Indonesia. Nutr Res Pract. 2012;6(5):451–7.

Wulan Diana. (2019). Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Perkembangan


Motorik Halus Anak Usia Prasekolah Di PAUD Harapan Bunda Surabaya.
Jurnal Ilmiah : J-HESTECH, Vol. 2 No. 1, Bulan Juni Tahun 2019,
Halaman 51 – 60.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Yulita. (2014). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak
Balita di Posyandu Sakura Ciputat Timur Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi.

L
A
M
P
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
I
R
A
N

LEMBAR KUISIONER PENELITIAN


HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN

BICARA DAN MOTORIK HALUS ANAK BALITA DI PADANG

CERMIN KAB. PESAWARAN TAHUN 2021

Kode Responden :

Kuesioner Data Demografi


Kuesioner berikut ini menanyakan tentang data pribadi bapak/ibu dan data tentang
anak bapak/ibu. Isilah tanda checklist (√) pada satu kotak jawaban dan yang
menurut bapak/ibu paling tepat, sesuai dengan keadaan bapak/ibu saat ini.
Data Responden
1. Nama Responden

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


2. Umur responden

3. Pendidikan terakhir

( ) SD/sederajat
( ) SMP/sederajat
( ) SMA/sederajat
( ) Perguruan tinggi/sederajat

4. Pekerjaan
( ) IRT
( ) Wiraswasta
( ) Pegawai Swasta
( ) PNS

Kuesioner Pola Asuh Orang Tua

Kuesioner berikut terdiri dari beberapa pernyataan untuk mengetahui pola asuh
yang diberikan oleh orang tua. Kuesioner ini terdiri dari 24 peryataan. Isilah
dengan tanda checklist ( √ ) pada salah satu kotak jawaban yang menurut
bapak/ibu paling tepat.
Keterangan:
SL : Selalu
KK : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
NO PERNYATAAN
SL KK TP
1 Saya mengatur segala kegiatan anak saya
2 Saya memberikan perintah apapun yang saya inginkan
kepada anak saya.
3 Saya mewajibkan disiplin dalam segala hal pada anak
saya.
4 Apabila anak saya tidak mematuhi peraturan yang saya
berikan, maka saya akan menghukumnya.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


5 Saya mengatur pergaulan anak saya.
6 Apapun peraturan yang saya berikan, maka anak saya
tidak boleh membantah dan harus mematuhinya.
7 Apabila anak saya tidak mengerjakan tugas sekolah,
saya akan menghukumnya tanpa penjelasan darinya.
8 Saya memberikan bimbingan dengan penuh perhatian
9 Saya membina hubungan yang baik dengan anak saya.
10 Saya tidak menekan anak saya untuk melakukan sesuatu
yang saya inginkan
11 Saya akan mendengarkan alasan anak saya ketika
melakukan kesalahan.
12 Saya menyisihkan sebagaian waktu saya untuk
berkomunikasi dengan anak saya.
13 Saya memberikan alasan kepada anak saya, apabila
saya melarangnya bermain.
14 Saya memberikan pertimbangan serta penjelasan yang
dapat diterima oleh anak saya sebelum saya memenuhi
keinginan anak saya
15 Saya tidak mewajibkan disiplin dalam segala hal pada
anak saya
16 Apapun yang menjadi keinginan anak saya akan saya
penuhi tanpa mempertimbangkan baik ataupun
buruknya lebih dahulu.
17 Saya tidak perduli dengan anak saya.
18 Saya sangat memanjakan anak saya.
19 Saya dan anak saya akrab dalam hal apapun.
20 Saya berbicara kepada anak saya tanpa mengeluarkan
kata-kata kasar.
21 Saya memberikan dorongan untuk meningkatkan
potensi anak saya.
22 Saya tidak mewajibkan disiplin dalam segala hal pada
anak saya
23 Apapun yang menjadi keinginan anak saya akan saya
penuhi tanpa mempertimbangkan baik atau buruknya
terlebih dahulu
24 Saya tidak perduli dengan anak saya
Sumber : ( Harahap, Risma dalam Rahmat, 2018)

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Kuesioner Perkembangan Bicara
Pada Anak 1-3 Tahun
Kode Responden :
1. Data Responden
Umur Anak :
Jenis Kelamin :

2. Kuesioner Perkembangan Anak Balita


Kuesioner ini berisi 15 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan bicara yang telah
dicapai oleh anak. Sasaran KPSP anak usia 1-3 tahun. Isilah dengan tanda checklist ( √ )
pada salah satu kotak jawaban “Ya” atau “Tidak” yang sesuai dengan perkembangan
anak.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


SKRINING / PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN ANAK MENGGUNAKAN
KUESIONER PRA SKRINING
PERKEMBANGAN (KPSP)

Tujuan skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah
pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30,36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum
mencapai umur skrining tersebut, minta ibu dating kembali pada umur skrining yang terdekat
untuk pemeriksaan rutin. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan
KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda.
Alat / instrument
1. Formulir KPSP menurut umur, berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan
yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.

2. Alat Bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tennis, kerincingan,
kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit
kecil berukuran 0,5-1 cm.

Cara menggunakan KPSP


1. Pada waktu pemeriksaan / skrining, anak harus dibawa.

2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir.

3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.

NO PERNYATAAN YA TIDAK
Usia (12 BULAN-21 BULAN)
1 tahun
1. Apakah anak dapat mengatakan 2 suku kata yang
sama,misalnya “ma-ma”, “da-da”
2. Sebut 2-3 kata yang dapatditiru oleh anak ( tidak perlu
kata-kata yang lengkap).
Apakah ia mencoba meniru menyebutkan kata-kata
tadi?
3. Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia
memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan “mama” jika
memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bila anak mengatakan
salah satu diantaranya.
4. papa” ketika ia memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan
“mama” jika memanggil/melihat ibunya?
5. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata yang
mempunyai arti selain “papa” dan “mama”?.
Usia (22 BULAN-31 BULAN)
2 tahun
1. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata yang
mempunyai arti selain "papa" dan "mama"?

2. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


menunjuk dengan benar paling seclikit satu bagian badannya
(rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian
badan yang lain)?
3. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau
membantu mengangkat piring jika diminta?
4. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara seperti
“minta minum”, “mau tidur”? “Terimakasih” dan “Dadag”
tidak ikut dinilai.
5. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini tanpa
bantuan?

Usia (32 BULAN – 40 BULAN)


3 tahun

1. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat


berbicara seperti “minta minum”; “mau tidur”? “Terimakasih”
dan “Dadag” tidak ikut dinilai.
2. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar- gambar ini
tanpa bantuan?

3. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat


dengan telunjuk atau mata pada saat memberikan perintah
berikut ini:
“Letakkan kertas ini di lantai”. “Letakkan kertas ini di kursi”.
“Berikan kertas ini kepada ibu”.
Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah tadi?
4. Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tanpa dibantu?
Jawab TIDAK jika ia hanya menyebutkan sebagian namanya
atau ucapannya sulit dimengerti.

5. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau


membantu mengangkat piring jika diminta?

Sumber : (KPSP dalam Rahmat, 2018)

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


KUISIONER
MOTORIK HALUS

NO PERNYATAAN YA TIDAK
Usia (12 BULAN – 21 BULAN)
1 tahun
1. Letakan pensil ditelapak tangan bayi. Coba ambil pensil
tersebut dengan perlahan lahan, apakah anda mengalami
kesulitan saat mengambilnya kembali?
2. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti
kacang dengenmeremas diantara ibu jari dan telunjuk?
3. Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan
dua kubus kecil yang ia pegang? Kerincingan
bertangkai dan tutup panel tidak ikut dinilai.
4. Jika anda menggelindingkan bola ke anak, apakah ia
menggelindingkan/melemparkan kembali bola pada
anda?
5. Apakah anak dapat meletakkan satu kubus di atas Gerak
halus Ya Tida kubus yang lain tanpa menjatuhkan
kubus itu?
Usia (22 BULAN – 31 BULAN)
2 tahun
1. Apakah anak dapat meletakkan 1 buah kubus di atas
kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu?
2. Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok,
atau celananya?
3. Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA
jika ia naik tangga dengan posisi tegak atau
berpegangan pada dinding atau pegangan tangga.
Jawab TIDAK jika ia naik tangga dengan merangkak
atau anda tidak membolehkan anak naik tangga atau
anak harus berpegangan pada seseorang.
4. Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola
tenis) ke depan tanpa berpegangan pada apapun?
5. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri
atau membantu mengangkat piring jika diminta?

Usia (32 BULAN – 40 BULAN)


3 tahun

1. Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret


kertas tanpa bantuan/petunjuk?

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


2. Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu di
atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu?

3. Buat garis lurus ke bawah sepanjang


sekurangkurangnya 2.5 cm. Suruh anak menggambar
garis lain di
samping garis tsb.

4. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di


atas yang lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut?

5. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri


atau membantu mengangkat piring jika diminta?

Sumber : (KPSP dalam Rahmat, 2018)

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : ANGGUN SULISTIAWATI
Nim : 142012017228
Adalah mahasiswi Program S1Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pringsewu, akan melakukan penelitian dengan
judul :
“HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP
PERKEMBANGAN BICARA DAN MOTORIK HALUS ANAK BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG CERMIN KAB.
PESAWARAN TAHUN 2021”
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua
terhadap perkembangan bicara dan motorik halus anak balita di wilayah kerja
puskesmas padang cermin kab. pesawaran tahun 2021. Informasi yang
diberikan akan dirahasiakan danhanya untukkepentingan. Apabila responden
menyetujui, saya mohon untuk mendatangani lembar persetujuan dan
menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti.
Demikian penjelasan ecara singkat mengenai penelitian yang akan saya
lakukan, atas kerjasamanya dan ketersediaan responden dalam penelitian saya
ucapkan terimakasih.

Hormat Saya

Anggun Sulitiawati

Universitas Muhammadiyah Pringsewu


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya dari peneliti serta mengetahui manfaat

penelitian yang berjudul “HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP

PERKEMBANGAN BICARA DAN MOTORIK HALUS ANAK BALITA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG CERMIN KAB. PESAWARAN TAHUN

2021”. Maka saya menyatakan (bersedia/tidak bersedia) diikut sertakan dalam

penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak

manapun.

,………………2021

Responden

(………………)

Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Anda mungkin juga menyukai