Sri Budiarti
NIM: E2401211060 Asisten Praktikum:
Paralel: ST13.1 1. Muhammad Aby PR. (G34180057)
Hari, Tanggal: Senin, 18 Oktober 2021 2. Aas Ratnasari (G34180104)
3. Aditya Prima F. (E34190065)
4. Paulina Ratualisa S. (G84190031)
LATAR BELAKANG
Isolasi DNA bertujuan untuk memisahkan DNA dari partikel-partikel lainnya seperti
lipid, protein, polisakarida, dan zat lainnya. Isolasi DNA berguna untuk beberapa analisis
molekuler dan rekayasa genetika. Metode isolasi DNA yang bisa digunakan sangat banyak,
akan tetapi tahapan isolasi DNA pada semua bahan dan semua metode itu sama, yakni lisis
sel atau jaringan yang efektif, denaturasi kompleks nukleoprotein, dan inaktivasi nuklease
(Hariyadi et al. 2018). Isolasi DNA dapat dilakukan pada semua makhluk hidup dan juga
virus. Salah satu tantangan dalam isolasi DNA yakni isolasi DNA pada organisme hewan
mamalia. Mamalia memiliki kompleksifitas jaringan dan organ yang sangat tinggi, sehingga
ditemukan berbagai macam kendala dalam proses pengerjaan isolasi DNA pada hewan
mamalia seperti terlalu banyaknya lipid dan protein yang menyusun suatu jaringan, dan
adanya enzim nuklease pada beberapa organ hewan yang juga dapat merusak asam nukleat
(Cseke et al. 2012).
Elektroforesis adalah suatu teknik pemisahan molekul selular berdasarkan ukurannya,
dengan menggunakan medan listrik yang dialirkan pada suatu medium yang mengandung
sampel yang dipisahkan. Teknik ini dapat digunakan dengan memanfaatkan muatan listrik
yang ada pada makromolekul, misalnya DNA yang bermuatan negatif. Jika molekul yang
bermuatan negatif (DNA) dilewatkan melalui suatu medium, misalnya gel agarose, kemudian
dialiri arus listrik dari satu kutub ke kutub yang berlawanan muatannya (positif), maka
molekul tersebut akan bergerak dari kutub negatif ke kutub positif melalui membran matriks
gel agarose positif. Kecepatan gerak molekul tersebut tergantung pada nisbah muatan
terhadap massanya serta tergantung pula pada bentuk molekulnya (Yuwono 2006).
Suatu teknik sintesis dan amplifikasi DNA secara in vitro disebut Polymerase Chain
Reaction (PCR). Teknik PCR dapat digunakan untuk mengamplifikasi segmen DNA dalam
jumlah jutaan kali hanya dalam beberapa jam. Komponen yang diperlukan pada proses PCR
yakni templat DNA, kemudian sepasang primer suatu oligonukleotida yang komplementer
dengan urutan nukleotida DNA templat, lalu dNTPs (Deoxynucleotide triphospate), buffer
PCR, magnesium klorida (MgCl2) dan enzim polimerase DNA (Handoyo dan Rudiretna
2001).
TUJUAN
Praktikum ini bertujuan mempelajari teknik isolasi DNA untuk mendapatkan DNA yang
dapat digunakan sebagai template PCR, Mempelajari teknik elektroforesis gel agarose untuk
memisahkan fragmen DNA, dan mempelajari teknik amplifikasi DNA dengan Polymerase
Chain Reaction.
Isolasi DNA
2. Mengapa campuran buffer lisis dan sampel perlu diinkubasi pada suhu tertentu?
Jawaban : Karena digunakan untuk mengatur kestabilan dalam pemisahan jaringan dan
membrane sel untuk mendapatkan gen DNA, karena jika suhu inkubasi yang digunakan
terlalu tinggi maka dapat merusak DNA, sedangkan jika suhu terlalu rendah maka membran
serta jaringan sel tidak dapat hancur. (Langga et al. 2012).
5. Pada tahapan setelah pemberian ethanol dingin dan disentrifugasi, di bagian mana DNA
berada?
Jawaban : Setelah tahapan pemberian etanol dingin dan disentrifugasi, DNA terletak pada
bagian dasar tabung yang digunakan pada proses supernatant DNA yang dimana DNA yang
terpisah dari cairan supernatant dan terletak pada DNA pelet.
Elektroforesis
Jawaban : Fragmen DNA dapat terpisah dengan satu sama lain disebabkan oleh adanya
perbedaan kecepatan fragmen yang berbeda ukuran ketika bergerak melalui pori-pori gel
agarosa. Ukuran molekul yang lebih besar menyebabkan perpindahan molekul menurun dan
membutuhkan energi perpindahan yang cukup besar dibanding molekul lain yang memiliki
ukuran yang lebih kecil (Harahap 2018).
6. Mengapa fragmen DNA yang berukuran lebih besar akan berada dekat dengan kutub
negatif?
Jawaban : DNA memiliki muatan yang konsisten untuk rasio massa, sehingga ukuranmolekul
DNA merupakan faktor utama yang mempengaruhi migrasi melalui matriks gel. Molekul
DNA bermigrasi melalui pori-pori kecil yang terbentuk dalam padatan gel agarosa. Secara
umum, molekul yang lebih kecil bergerak lebih cepat dan bermigrasi lebih jauh dari molekul
kecil karena memiliki gesekan yang lebih rendah saat bergerak menuju elektroda positif.
Konsentrasi yang rendah pada gel agarosa memberikan resolusi yang lebih baik untuk
fragmen besar, dengan memberikan pemisahan yang lebih besar antara band yang secara
ukuran tidak terlalu jauh berbeda. Konsentrasi gel yang lebih tinggi, di sisi lain, dapat
mengurangi kecepatan migrasi fragmen panjang yang sementara itu dapat memfasilitasi
pemisahan yang lebih baik pada fragmen DNA kecil.
Berdasarkan tabel tersebut memperlihatkan bahwa proses hasil PCR suhu annealing
o
56 C menjadi suhu optimal pada percobaan kali ini, waktu yang lebih lama pun berpengaruh
kepada hasil, bersamaan dengan semakin banyak siklus maka semakin besar juga hasil yang
diperoleh.
5. Pada suhu berapa utas DNA bisa terpisah, dan pada suhu berapa utas DNA bisa disintesis?
Jawaban : Utas DNA terpisah pada proses denaturasi yang membutuhkan suhu 94°C,
sedangkan sintesis utas DNA terjadi pada proses ekstensi primer yang dilakukan pada suhu
72°C.
6. Berapa molekul DNA yang terbentuk dari satu molekul DNA yang diamplifikasi dengan
PCR setelah 35 siklus
Jawaban : Banyak molekul DNA yang terbentuk setelah melakukan amplifikasi dengan PCR
sebanyak 35 siklus sebanyak 6,6 μL.
10. Kondisi PCR seperti apa dari simulasi yang anda kerjakan yang menghasilkan produk
paling optimum?
Jawaban : Pada dasarnya, hasil PCR yang optimal bisa didapat dengan mengoptimalkan
prosesnya. Optimalisasi tersebut dilakukan dengan cara memvariasikan kondisi yang
digunakan pada PCR tersebut, seperti jenis Polimerase DNA, suhu, konsentrasi, larutan
buffer, dan waktu.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Aslinda, W., Ahmad, A. 2016. Isolasi dan karakterisasi agarosa dari makroalga merah
Euchema cottoni untuk pemisahan fragmen DNA. Online Journal of Natural Science.
5(3):307-317.
Cseke, Leland J., Joseph R. H. 2012. Laboratory Methods in Cell Biology. USA (US):
Academic Press.
Handoyo, D., Rudiretna, A. 2001. Prinsip umum dan pelaksanaan Polymerase Chain
Reaction (PCR). Unitas. 9(1):17-29.
Langga, I.F., Restu, M. and Kuswinanti, T., 2012. Optimalisasi suhu dan lama inkubasi
dalam ekstraksi DNA tanaman bitti (Vitex cofassus Reinw) serta analisis keragaman
genetik dengan teknik RAPD-PCR. J. Sains & Teknologi, 12(3), 265-276.
Mulyani, Y., Purwanto, A. and Nurruhwati, I., 2011. Perbandingan beberapa metode isolasi
DNA untuk deteksi dini koi herpes virus (KHV) pada ikan mas (Cyprinus carpio
L.). Jurnal Akuatika, 2(1).
Yulianti, E. 2006. Pengembangan teknik isolasi DNA tumbuhan menggunakan detergen
komersial. Seminar Nasional MIPA. ).[diakses 24 Okt 2021]. doi:
http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/11869
Yuwono T. 2006. Teori Dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction. Yogyakarta: Penerbit
ANDI.