BPS GBG 27082012
BPS GBG 27082012
Tahun 2012
Disiapkan oleh:
POKJA SANITASI KABUPATEN KULON PROGO
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa penyusun panjatkan atas terselesaikannya penyusunan
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012 ini. Buku Putih Sanitasi ini disusun dengan
memadukan hasil kajian Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan(studi EHRA) sebagai data primer, data
sekunder sektor sanitasi dari SKPD terkait, serta kajian kelembagaan terkait masalah sanitasi.Pada akhirnya
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo memberikan gambaran kondisi sanitasi saat ini (current situation)
serta memuat gambaran mengenai lokasi atau area prioritas untuk penanganan masalah sub sektor drainase,
air limbah, persampahan, maupun air bersih, dan tertuang dalam peta sanitasi Kabupaten Kulon Progo.
Informasi data primer diperoleh langsung di lapangan melalui studi EHRA (Environmental Health Risk
Assesment) yang dilakukan dengan melibatkan langsung sebagian masyarakat sebagai obyek
studi(responden). Sementara data sekunder yang ditampilkan dalam Buku Putih ini merupakan data dari
SKPD terkait. Sedangkan kajian kelembagaan merupakan persepsi SKPD dalam melihat kondisi sanitasi saat
ini.
Buku putih sanitasi sebagai dokumen sanitasi saat ini merupakan titik tolak bagi penyusunan rencana tidak
(action plan) untuk jangka waktu lima tahun ke depan.Rencana tindak tersebut nantinya dituangkan dalam
penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kulon Progo.
Tim Pokja Sanitasi Kabupaten Kulon Progo selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada Satuan
Kerja Perangkat Daerah, enumertor, koordinator/sanitarian kecamatan dan semua pihak serta komponen
masyarakat yang telah membantu baik dalam pikiran, tenaga, maupun waktu dalam penyusunan Buku Putih
Sanitasi Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Buku Putih ini masih banyak terdapat kesalahan baik dalam
penulisan maupun substansinya. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat sangat penyusun harapkan
demi perbaikan Buku Putih ini. Namun yang menjadi harapan penyusun semoga Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kulon Progo ini membawa manfaat dan dapat menjadi tonggak dalam merumuskan rencana
tindak sektor sanitasi ke depan, menuju masyarakat yang sejahtera, yang mampu meningkatkan derajat
kesehatan, serta mampu mempertahankan kelestarian lingkungan.
Bab 4: Program Pengembangan Sanitasi Saat Ini dan yang Direncanakan .........................
4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene ...........................................................
4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik....................................................................................
4.3 Peningkatan Pengelolaan Persampahan ..............................................................................................
4.4 Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan ...................................................................................
4.5 Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi...............................................................................................
Daftar Tabel
Daftar Peta
Daftar Gambar
Daftar Istilah
Secara umum pengelolaan sanitasi di Indonesia, yang meliputi pengelolaan sampah, air limbah
domestik, dan drainase lingkungan, hingga saat ini belum dapat terselenggara dengan baik. Akibat yang
ditimbulkan dari buruknya pengelolaan sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara
terus menerus dan meningkatnya berbagai macam penyakit yang terkait dengan buruknya sanitasi, yang
pada akhirnya akan mengancam kesehatan masyarakat.
Berbagai upaya pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas sanitasi telah
dilakukan. Pada bulan November Tahun 2007 telah diselenggarakan Konferensi Sanitasi Nasional yang
merintis kesepakatan untuk menyiapkan langkah-langkah penting bagi pembangunan sanitasi ke depan,
sejalan dengan pencapaian sasaran dalam Millenium Development Goals (MDGs). Kemudian pada tahun
2008 dalam pertemuan International Year of Sanitation, telah disepakati adanya upaya peningkatan
kesadaran dan komitmen pemerintah di semua tingkat pemerintahan terhadap pembangunan sanitasi.
Selanjutnya pada bulan April tahun 2009 diselenggarakan Konvensi Strategi Sanitasi Perkotaan dengan
tujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan sasaran pembangunan sanitasi, serta menyandingkan dan
mengenalkan pendekatan strategi sanitasi kota yang lebih praktis.
Dari upaya di atas, dicapai kesepakatan untuk menyelenggarakan program pendampingan sanitasi
kepada provinsi dan kabupaten berupa Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP),
melalui pendekatan penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) yang sesuai dengan kebutuhan
pemerintah kabupaten dan masyarakat melalui proses bottom-up dengan kerangka kebijakan dan strategi
nasional yang ditetapkan oleh pemerintah pusat yang bersifat top-down, sehingga diperlukan sinkronisasi dan
sinergisitas keduanya.
PPSP sebagai program pembangunan sanitasi menyeluruh yang terintegrasi dari pusat dan daerah,
akan melibatkan seluruh stakeholder sanitasi, baik dari pemerintah maupun swasta di seluruh tingkatan
pemerintahan. Mengingat keterbatasan sumber daya yang ada serta kebutuhan pendampingan yang intens di
masing-masing provinsi dan kabupaten, maka pelaksanaan PPSP diselenggarakan secara bertahap yang
dilaksanakan mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 di kota megapolitan, metropolitan besar dan
sedang, ibukota provinsi, serta kawasan perkotaan di wilayah kabupaten yang kondisi sanitasinya rawan.
Dengan mempertimbangkan kondisi sanitasi yang belum terkelola dengan baik, serta adanya
kecenderungan semakin menurunnya kualitas lingkungan, maka Kabupaten Kulon Progo menyampaikan
surat minat untuk turut serta dalam program PPSP bersama-sama dengan sejumlah kabupaten di seluruh
Indonesia. Oleh karena berbagai tahapan kegiatan telah dilalui, seperti mengikuti kampanye edukasi,
advokasi,dan pendampingan baik dari pusat maupun provinsi, Serta pengembangan kelembagaan dan
peraturan terkait dengan program PPSP. Pokja Sanitasi Kabupaten Kulon Progo selanjutnya melangkah pada
tahapan ketiga yaitu penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK).
Menurut Denny W. Lukman, Sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit dengan cara
menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan
penyakit tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sanitasi adalah usaha untuk membina dan menciptakan
suatu keadaan yg baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat; sedangkan sanitasi
lingkungan adalah cara menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu
tanah, air, dan udara
Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Sanitasi adalah usaha pencegahan
penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan
rantai perpindahan penyakit, dengan cara meningkatkan kualitas pengelolaan perumahan,
pengelolaan kotoran, dan penyediaan air bersih ke arah yang baik, sehingga terbebas dari
pencemaran teradap tanah, air, dan udara sebagai lingkungan hidup manusia.
Dalam penyusunan Buku Putih ini, upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dan
lingkungan adalah sebagai tujuan akhir pembangunan sanitasi. Oleh karena itu ruang lingkup
pembahasan masalah sanitasi dalam Program PPSP Kabupaten Kulon Progo meliputi pengelolaan
masalah air limbah domestik (grey and black water), persampahan (municipal solid waste), drainase
lingkungan, kampanye Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta promosi Hygienis.
Wilayah kajian dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo adalah dengan
menitikberatkan pada wilayah perkotaan, mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Kulon
Progo Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo
tahun 2011 - 2031, Dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) Kecamatan di Wilayah
Kabupaten Kulon Progo, serta Perda Kabupaten Kulon Progo nomor 4 tahun 1988 tentang
Penetapan Batas Wilayah Kota. dapun wilayah kajian yang dimaksud adalah:kota Wates sebagai
ibukota kabupaten (meliputi kecamatan Wates dan Pengasih), 10 ibukota kecamatan (IKK) yang
meliputi Temon, Panjatan, Galur, Lendah, Sentolo, Nanggulan,Girimulyo, Kokap, Samigaluh,
Kalibawang, Serta unit permukiman Dekso sebagai bagian dari kecamatan Kalibawang yang
berkembang cukup pesat dan tumbuh menjadi kota dan sudah dilengkapi dengan Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan (RDTRK Kota Dekso).
Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kulon Progo tahun 2011 – 2016 yang
hendak dicapai dalam tahap kedua Pembangunan Jangka Panjang Daerah adalah “Terwujudnya
Kabupaten Kulon Progo yang sehat, mandiri, berprestasi, adil, aman, dan sejahtera
berdasarkan iman dan taqwa”. Untuk mencapai visi tersebut maka dirumuskan misi pembangunan
sebagai berikut:
1. Mewujudkan sumber daya manusia berkualitas tinggi dan berakhlak mulia melalui peningkatan
kemandirian, kompetensi, keterampilan, etos kerja, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan
kualitas keagamaan.
2. Mewujudkan peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah yang berorientasi
pada prinsip-prinsip good government dan good governance.
3. Mewujudkan kemandirian ekonomi daerah yang berbasis pada pertanian dalam arti luas,
industri, dan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan bertumpu pada pemberdayaan
masyarakat.
4. Meningkatkan infrastruktur wilayah.
5. Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan secara optimal dan berkelanjutan.
6. Mewujudkan ketenteraman dan ketertiban melalui kepastian, perlindungan dan penegakan
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 1-7
hukum.
Dari visi tersebut di atas, menunjukkan bahwa salah satu sasaran yang ingin dicapai untuk
lima tahun ke depan adalah terwujudnya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, baik sehat
jasmani, maupun rohani, sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam
lingkungan yang bersih dan nyaman. Peningkatan kualitas kesehatan aparatur dan kelembagaan
pemerintah pun diharapkan akan mampu meningkatkan dalam memberikan pelayanan prima,
dengan bertumpu pada prinsip transparansi, dan menunjung tinggi akuntabilitas.
Sedangkan kaitannya dengan pembangunan sanitasi, misi 1, 2, dan 4 perlu kiranya menjadi
pertimbangan. Arah pembangunan yang bertumpu pada upaya pencapaian pembangunan manusia
(SDM), peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur, serta upaya untuk meningkatkan
infrastruktur wilayah merupakan titik masuk dalam pembangunan sanitasi ke depan.
Sementara ditinjau dari sisi tata ruang, tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana
tercantum dalam pasal 2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo tahun 2011 – 2031
adalah untuk mewujudkan daerah sebagai basis komoditas pertanian didukung pariwisata,
pertambangan, serta industri bahari dengan mensinergikan wilayah bagian selatan, tengah, dan
utara. Dari 10 kebijakan penataan ruang wilayah Daerah, yang mendukung program pengembangan
sanitasi adalah kebijakan ke 8 yaitu pemantapan prasarana wilayah pada sistem perkotaan sesuai
dengan daya dukung dan daya tampung. Strategi yang akan ditempuh pada kebijakan ke-8 yaitu 1)
meningkatkan pelayanan transportasi; 2) mengembangkan prasarana telekomunikasi; 3)
meningkatkan jaringan energi listrik dengan memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan; 5)
meningkatkan keterpaduan sistem jaringan pengelolaan lingkungan; 6) menjaga keterkaitan
pembangunan sektoral antar pusat pelayanan dalam satu kesatuan wilayah yang terpadu; 7)
mengembangkan pusat pertumbuhan baru; 8) mengembangkan permukiman perkotaan yang
mendukung nilai budaya lokal. Dengan demikian posisi strategi sanitasi sesuai dengan strategi ke-5
dan ke-8, yaitu meningkatkan keterpaduan sistem jaringan pengelolaan lingkungan, dan
mengembangkan permukiman perkotaan yang mendukung nilai budaya lokal.
1.3 Tujuan
1.3.1 Sebagai dokumen yang menggambarkan kondisi dan profil sanitasi Kabupaten Kulon Progo pada
saat ini, ditinjau dari aspek teknis, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, dsb.
1.3.2 Sebagai profil dan gambaran pemetaan karakteristik & kondisi sanitasi, serta prioritas/arah
pengembangan kabupaten/kota & masyarakat.
1.3.3 Untuk menjadi baseline-data terkait kondisi sanitasi kabupaten/kota mutakhir yang akan digunakan
dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten /Kota (SSK), serta keperluan pemantuan dan
evaluasi (monev) pembangunan sektor sanitasi.
1.4 Metodologi
Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan buku putih ini adalah metode studi literatur, metode
pengumpulan data yang tersedia di SKPD-SKPD, metode interview untuk memperoleh data primer, metode
observasi lapangan serta dokumentasi. Dalam pengumpulan data sekunder sering dijumpai 2 data yang
berbeda. Untuk itu penggunaan data yang digunakan dilakukan dengan kesepakatan-kesepakatan tentang
data mana yang akan dipergunakan sebagai basis hitungan atau kajian. Dari data yang diperoleh, dilakukan
observasi lapangan untuk memperoleh perbandingan data sekunder dengan kondisi terkini yang ada. Selain
itu, dilakukan pula studi penelitian/kajian untuk memperoleh data primer langsung di lapangan. Metode
pencarian data primer dilakukan dengan Studi EHRA dan SSA. Selanjutnya melalui analisis data primer,
sekunder, serta persepsi SKPD terkait sanitasi, dilakukan penetapan area beresiko sanitasi.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 1-8
1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya Dengan Dokumen Perencanaan Lain
Penyusunan Buku Putih Sanitasi dan SSK Kabupaten Kulon Progo, tidak boleh lepas dari semua
dokumen perencanaan yang ada di daerah, seperti Rencana Pembangunan Janga Panjang Daerah (RPJPD),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), maupun Rencana Strategis (Renstra) SKPD
Pengampu masalah pembangunan Sanitasi.
Penyusunan RPJMD Kulon Progo 2011-2016 mempunyai hubungan dan konsisten dengan dokumen
perencanaan pembangunan sesuai dengan arahan pasal 5 UU No 25 tahun 2004. RPJMD Kabupaten Kulon
Progo 2001-2016 harus mengacu pada RPJM Nasional 2010-2014 dan RPJMD Provinsi DIY 2009-2013 yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di Kabupaten Kulon Progo. Untuk menjaga kesinambungan
pelaksanaan pembangunan daerah, RPJMD Kulon Progo 2011-2016 berpedoman pada RPJPD Kulon Progo
2005-2025. RPJMD Kulon Progo 2011-2016 digunakan sebagai pedoman untuk penyusunan Rencana
Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Kulon Progo.
Sebagai bagian dari sistem perencanaan pembangunan, Buku Putih Sanitasi dan SSK Kabupaten Kulon
Progo memuat perencanaan pembangunan sanitasi untuk 5 tahun ke depan (2013-2017). Oleh karena itu
Buku Putih dan SSK harus bisa mewarnai RPJMD Kulon Progo 2011-2016. Sehingga nantinya seluruh
rencana pembangunan sanitasi dapat dibreak down oleh SKPD-SKPD teknis dalam pelaksanaan
pembangunan sanitasi, dan selanjutnya dituangkan ke dalam Rencana Kerja SKPD. Dengan demikian arah
pembangunan sanitasi bersifat menyeluruh bersinergi dan terpadu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
diagram berikut:
pedoman
Undang-undang
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Peraturan Daerah
1) Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 03 Tahun 1997 Tentang Pengendalian
Pembuangan Limbah Cair
2) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 157a/Kpts/1998 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
3) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 281/Kpts/1998 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
4) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 65 Tahun 1999 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
5) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 24 Tahun 2000 Tentang Kegiatan
Wajib Izin Pembuangan Limbah Cair Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
6) Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 32 Tahun 2000 Tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 1997 Tentang
Pengendalian Pembuangan Limbah Cair
7) Perda Kab. Kulon Progo no. 04/1988 tentang Penetapan Batas Wilayah kota kabupaten Kulon Progo
8) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 8 tahun 1993 tentang Bangunan
9) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 16 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025.
10) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pengawasan dan
Pemeriksaan Kualitas Air
11) SK Bupati No. 691/1991 tentang Pembentukan Badan Pengelola Kebersihan Kota
12) SK Bupati No. 245/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Penunjukan Tanah Pangonan di Desa
Ringinardi sebagai TPA
Kabupaten Kulon Progo secara geografis terletak antara 70 38'42" – 70 59'3" Lintang Selatan dan
1100 1'37" – 1100 16'26" Bujur Timur, merupakan bagian wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang
terletak di bagian paling barat serta dibatasi oleh :
Secara fisiografis, di sisi timur Kabupaten Kulon Progo dibatasi oleh Sungai Progo yang memisahkan
kabupaten ini dengan Kabupaten Sleman dan Bantul. Sungai Progo merupakan sungai terbesar yang
melintasi Provinsi DIY dengan hulu di Gunung Sumbing Kabupaten Wonosobo dan bermuara di Samudera
Hindia. Sungai ini mempunyai pengaruh besar terhadap perekonomian penduduk di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, terutama di sekitar aliran sungai yang dimanfaatkan untuk budidaya sektor pertanian.
Luas area kabupaten Kulon Progo adalah 58.628,311 Ha yang meliputi 12 kecamatan dengan 87
desa, 1 kelurahan dan 917 pedukuhan. Kecamatan terluas adalah Samigaluh dan Kokap, masing-masing
yaitu 12% dari total wilayah Kabupaten, sedangkan wilayah terkecil adalah Kecamatan Wates. Dari luas total
kabupaten, 24,89 % berada di wilayah Selatan yang meliputi Kecamatan Temon, Wates, Panjatan dan Galur,
38,16 % di wilayah tengah yang meliputi Kecamatan Lendah, Pengasih, Sentolo, Kokap, dan 36,97 % di
wilayah utara yang meliputi Kecamatan Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh. Tabel 2.1. berikut
ini memberikan informasi luas wilayah tiap kecamatan di Kabupaten kulon Progo.
Tabel 2.1
Nama, Luas Wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan
Kondisi geohidrologi di Kabupaten Kulon Progo bervariasi mengikuti geomorfologi dan geologinya.
Pada wilayah tengah dan utara memiliki potensi air tanah yang rendah. Kemiringan lereng yang terjal
menyebabkan air hujan yang diterima permukaan tanah cepat mengumpul di saluran-saluran sungai dan
mengalir di daerah hilir. Pada kondisi seperti ini air hujan tidak sempat terinfiltrasi ke dalam tanah dalam
jumlah yang cukup. Di sisi lain, geologi di Perbukitan Kulon Progo didominasi oleh material berupa breksi
andesit, tuf, tuf lapili, aglomerat, dan sisipan aliran lava andesit. Material tersebut terbentuk oleh adanya
aktivitas gunung api purba pada kala tersier dan bersifat impermeable (tidak tembus air). Akibatnya, material
tersebut tidak mampu menyimpan dan mengalirkan air sehingga cadangan airtanah di wilayah ini sangat
minim. Keberadaan air tanah pada wilayah ini ditemukan pada perlapisan yang sangat dalam (> 25 meter)
dan hanya ditemukan pada rekahan-rekahan batuan. Pemenuhan kebutuhan air penduduk Kulon Progo di
wilayah perbukitan ini pada umumnya berasal dari mata air yang banyak ditemukan di tekuk-tekuk lereng.
Kondisi hidrologi yang berbeda terjadi di wilayah selatan. Pada wilayah ini relatif datar dan secara
geomorfologis merupakan wilayah dataran alluvial dari beberapa hilir sungai dan merupakan wilayah pesisir.
Wilayah ini merupakan daerah akumulasi air permukaan maupun air tanah. Material penyusun yang bersifat
relatif porus membentuk sistem akuifer penyimpan air tanah yang cukup bagus. Air tanah ditemukan pada
kedalaman kurang dari 7 meter.
Ketersediaan air permukaan di Kabupaten Kulon Progo banyak dipengaruhi oleh aliran sungai.
Sungai Progo merupakan sungai terbesar yang memberikan suplaI air permukaan. Air sungai ini terutama
banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertanian. Selain Sungai Progo, terdapat beberapa aliran
sungai yang mengalir, seperti Sungai Tinalah di Kecamatan Samigaluh dan Sungai Kayangan di Kecamatan
Girimulyo. Hilir Sungai Tinalah dan Sungai Kayangan berakhir masuk ke aliran sungai Progo.
Menurut data Statistik BPDAS Serayu Opak Progo Tahun 2010, Kabupaten Kulon Progo masuk ke
dalam tiga DAS besar dan 18 sub DAS. Adapun nama DAS dan sub DAS tersebut beserta luasannya dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2
Nama DAS, Sub DAS dan Luasannya di Kabupaten Kulon Progo
Daerah Aliran Sungai Progo dengan sungai utama Kali Progo memiliki daerah pengaliran
seluas 8.894 hektar, dengan debit maksimum 381,90 m³/detik dan debit minimum 13,00 m³/detik.
Daerah Aliran Sungai Serang dengan sungai utama Kali Serang dengan anak–anak sungainya,
memiliki daerah pengaliran seluas 3.635,75 hektar, dengan debit maksimum 153,6 m³/detik dan
debit minimum 0.03 m³/detik. Kedua sungai tersebut telah dimanfaatkan untuk irigasi persawahan
seluas 9.351 ha.
Di Kabupaten Kulon Progo terdapat satu danau buatan yaitu Waduk Sermo. Lokasi Waduk
Sermo ini terletak di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo. Luas genangan waduk ini adalah
seluas 157 Ha. Waduk ini dibuat dengan membendung Kali Menguri dan anak-anak cabangnya, Kali
Pantaran, Kali Kembang, Kali Papon dan sungai-sungai kecil yang bermuara di Kali Ngrancah.
Waduk Sermo berfungsi sebagai suplai irigasi sawah yang berada di Kecamatan Temon, Wates dan
Pengasih.
INSET
9200000 mU
9200000 mU
270000 mT 360000 450000 540000 mT
9270000 mU
9270000 mU
LAUT JAWA
9180000
9180000
PROP.
9090000 mU
9090000 mU
DI. YOGYAKARTA
SAMUDERA HINDIA
KAB. TEMANGGUNG
KAB. MAGELANG
G. Merapi
E lo
S.
9160000
9160000
PROPINSI PROPINSI JAWA TENGAH
JAWA TENGAH
KAB. SLEMAN
KOTA
YOGYAKARTA
S. Oyo
S. Seran g
9120000 mU
9120000 mU
o go
Pr
S.
ak
Op
S.
DAS SERANG KAB. GUNUNG KIDUL
SA
MU
DE
U RA
HI
ND
IA
B T DAS OPAK DAS OYO
S
0 5 10 15 20 KM
Gambar 2.1. Lokasi Kabupaten Kulon Progo dalam DAS Progo dan DAS Serang
Iklim merupakan rata-rata kondisi cuaca dalam periode yang panjang. Suhu dan curah hujan
merupakan dua unsur iklim yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Suhu rata-rata di Kabupaten Kulon
Progo berkisar 25-29 0C. Berdasarkan analisis data curah hujan bulanan tahun 2006-2010, diketahui bahwa
curah hujan tahunan di Kabupaten Kulon Progo mencapai di atas 1.907,4 mm pada tahun2007. Curah hujan
tertinggi umumnya terjadi pada Bulan Desember, sedangkan terendah terjadi pada Bulan Agustus. Nilai ini
mengikuti pola distribusi musim di Indonesia, yaitu bulan-bulan basah pada musim penghujan (November-
April) dan bulan-bulan kering pada musim kemarau (Mei-Oktober).
Curah hujan dan hari hujan dari tahun 2006-2010 menurut 5 stasiun hujan di Gejagan, Singkung,
Gembongan, Beji, Brosot Kabupaten Kulon Progo adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3
Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 2005-2010
Menurut Stasiun Hujan di Kabupaten Kulon Progo
250
200
HARI HUJAN RATA-
150 RATA
CURAH HUJAN
100 RATA-RATA
50
0
2006 2007 2008 2009 2010
Data jumlah penduduk kabupaten Kulon progo tahun 2009 -2010 merupakan hasil pendataan Badan
Pusat Statistik Kabupaten Kulon progo, sedangkan data tahun 2011 diperoleh dari hasil Pendataan Keluarga
Miskin Kabupaten Kulon progo yang dilaksanakan dengan mengacu Perbup No 39 tahun 2011, jumlah
Penduduk Kabupaten Kulon Progo pada bulan Desember tahun 2011 sebanyak 473.397 jiwa. Adapun
persebaran penduduk tiap kecamatan tahun 2009 -2011 seperti tecantum dalam tabel berikut:
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Bulan Desember 2009 – 2011
Sedangkan proyeksi penduduk Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2017 disajikan dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 2.5
Proyeksi Penduduk Tiap Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2017
R Jumlah Penduduk
No Kecamatan
(%) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 Temon 0.81 32,899 33,165 33,434 33,705 33,978 34,253 34,531
2 Wates 0.81 52,717 53,144 53,574 54,008 54,446 54,887 55,331
3 Panjatan 0.7 41,885 42,178 42,473 42,771 43,070 43,372 43,675
4 Galur 0.51 34,668 34,845 35,023 35,201 35,381 35,561 35,742
5 Lendah 0.67 41,647 41,926 42,207 42,490 42,774 43,061 43,350
6 Sentolo 0.77 50,669 51,059 51,452 51,848 52,248 52,650 53,055
7 Pengasih 0.81 53,632 54,066 54,504 54,946 55,391 55,840 56,292
8 Kokap -0.57 39,380 39,156 38,932 38,710 38,490 38,270 38,052
9 Girimulyo -0.24 27,022 26,957 26,892 26,828 26,764 26,699 26,635
10 Nanggulan 0.68 31,967 32,184 32,403 32,624 32,845 33,069 33,294
11 Kalibawang 0.1 31,538 31,570 31,601 31,633 31,664 31,696 31,728
12 Samigaluh 0.05 35,373 35,391 35,408 35,426 35,444 35,462 35,479
Kab. Kulon Progo 0.66 473,397 475,669 477,953 480,247 482,552 484,868 487,195
Sumber : diolah dari hasil pendataan kemiskinan dan Kabupaten Kulon Progo 2011
Salah satu indikator ekonomi dalam pencapaian tingkat kesejahteraan adalah aktifitas perputaran
uang di suatu wilayah. Berdasarkan Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 Pasal 6 ayat(1), dijelaskan bahwa
ada empat sumber Pendapatan Asli Daerah yang memegang peranan penting dalam pengelolaan keuangan
daerah, yaitu (i) pajak daerah , (ii) retribusi daerah, (iii) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
(iv) serta lain–lain pendapatan asli daerah yang sah. Kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah di
Kabupaten Kulon Progo mengalami peningkatan. Namun tingkat ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat
(DAU) masih sangat besar.
Dana Perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari APBN, yang terdiri dari
Dana Bagi hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Serta Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Perimbangan
ini merupakan transfer dana dari Pemerintah Pusat dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Proporsi Dana
Perimbangan yang sangat besar terhadap kontribusi APBD menunjukkan bahwa Kabupaten Kulon Progo
masih sangat tergantung terhadap Pemerintah Pusat.
Sedangkan lain-lain pendapatan daerah yang sah di APBD, terdiri dari pendapatan hibah, dana hasil
bagi pajak dengan provinsi, dana penyesuaian dan otonomi khusus, Serta bantuan keuangan dari provinsi
maupun pemda lainnya. Adapun gambaran mengenai APBD Kabupaten Kulon Progo 5 tahun terakhir adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.6.
Ringkasan Realisasi APBD 5 Tahun terakhir
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-
dana dan kebijaksanaan yang ditempuh untuk membelanjakan dana tersebut dalam rangka melaksanakan
pembangunan. Atau dengan kata lain, kebijakan fiscal adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
penerimaan atau pengeluaran Negara.
Dari semua unsur APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran Negara dan pajak yang dapat
diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiskal. Contoh kebijakan fiskal adalah apabila perekonomian
nasional mengalami inflasi,pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara
memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan. Cara demikian disebut
dengan pengelolaan anggaran.
Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini dilakukan dengan jalan
memperbesar dan memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerintah (Tr), dan
jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah, sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional (Y)
dan tingkat kesempatan kerja (N).
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 54/PMK/2012 tanggal 16 April 2012, indeks fiskal daerah diatur
oleh menteri keuangan dengan maksud untuk perencanaan lokasi dan alokasi Dana Urusan Bersama (DUB)
serta penentuan besaran penyediaan Dana daerah untuk Urusan Bersama (DDUB), seperti pelaksanaan
bantuan langsung masyarakat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dan
Perkotaan. Dalam perhitungan pemerintah menggunakan fiskal daerah (data kemampuan daerah, data
transfer ke daerah, dan data belanja pegawai negeri sipil) serta non fiskal daerah seperti jumlah penduduk,
persentasi jumlah penduduk miskin, indeks kemahalan konstruksi. Besaran Indeks fiskal dan kemskinan
Tabel 2.8.
Data Indeks Ruang Fiskal Kabupaten Kulon Progo 5 Tahun Terakhir
Salah satu indikator makro untuk melihat kinerja perekonomian secara riil di suatu daerah
digambarkan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang dihitung berdasarkan perubahan PDRB atas dasar harga
konstan pada tahun yang bersangkutan terhadap tahun sebelumnya.Pada tahun 2010 nilai PDRB atas dasar
harga berlaku sebesar 3.55 triliun rupiah atau meningkat sekitar 248,113 miliar rupiah dibandingkan dengan
nilai pada tahun 2009. Sedangkan berdasarkan atas harga konstan, nilai PDRB Kabupaten Kulon Progo
tahun 2010 naik 65,934 miliar rupiah dari tahun sebelumnya atau sebesar 1,728 triliun rupiah.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2010 digambarkan oleh laju
pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2010 dibandingkan dengan nilai PDRB atas dasar
harga konstan pada tahun 2009. Pada tahun 2010 perekonomian Kabupaten Kulon Progo mengalami
peningkatan sebesar 3,97 persen. Dibandingkan tahun 2009, laju pertumbuhan tahun 2010 melambat 0,74
poin. Melambatnya laju pertumbuhan ini disebabkan karena melambatnya pertumbuhan pada sektor
pertanian dan sektor jasa-jasa yang mempunyai kontribusi yang dominan pada total pembentukan PDRB.
Sehingga melambatnya kedua sektor tersebut berpengaruh pada pertumbuhan secara keseluruhan.
Secara sektoral, sembilan sektor pembentukan PDRB mengalami pertumbuhan positif. Di tahun
2010 sektor pertambangan dan penggalian mengalami laju pertumbuhan paling tinggi sebesar 8,81 persen.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 25
Pada urutan kedua sektor keuangan persewaan, dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 8,55
persen disusul oleh sektor listrik, gas, dan air bersih yang tumbuh mencapai 6,52 persen.
Gambar 2.4. Peranan Sektoral PDRB Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kabupaten Kulon Progo
tahun 2009 sebesar 3,286 triliun rupiah. Dengan jumlah penduduk sebesar 374.921 jiwa, PDRB per kapitanya
mencapai Rp. 8.765.255. PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi nilai tambah (PDRB) atas dasar
harga berlaku dengan jumlah penduduknya. PDRB per kapita merupakan salah satu indikator untuk menilai
kemakmuran penduduk. Dilihat dari komposisi nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2010, sektor
dengan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Kulon Progo adalah sektor pertanian
sebesar 24,11 persen; diikuti sektor jasa-jasa sebesar 19,92 persen dan di posisi ketiga yaitu sektor
perdagangan, hotel, dan restoran dengan kontribusi sebesar 16,40 persen. Sedangkan sektor dengan
kontribusi terkecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih dengan sumbangan kontribusinya sebesar 0,86
persen.
Tabel 2.9
Data Perekonomian Umum Daerah Tahun 2007-2010
Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, penataan ruang
diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai
strategis kawasan.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 26
Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah
kabupaten dan kawasan strategis kabupaten serta pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis
kabupaten menjadi wewenang pemerintah daerah kabupaten dalam penyelenggaraan penataan ruang.
Penataan ruang dengan pendekatan nilai strategis kawasan dimaksudkan untuk mengembangkan,
melestarikan, melindungi dan/atau mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan
yang bersangkutan demi terwujudnya pemanfaatan yang berhasil guna, berdaya guna, dan berkelanjutan.
Penetapan kawasan strategis pada setiap jenjang wilayah administratif didasarkan pada pengaruh yang
sangat penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan, keamanan, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan, termasuk kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Pengaruh aspek kedaulatan negara,
pertahanan, dan keamanan lebih ditujukan bagi penetapan kawasan strategis nasional, sedangkan yang
berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, yang dapat berlaku untuk penetapan
kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten, diukur berdasarkan pendekatan ekternalitas,
akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan yang bersangkutan.
Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah dilakukan melalui perizinan pemanfaatan ruang,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan
sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai
dengan rencana tata ruang. Izin pemanfaatan ruang wilayah diatur dan diterbitkan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan masing-masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi
adminstratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda. Ketentuan pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah Kabupaten Kulon Progo berisi tentang ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan,
ketentuan pemberian insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi. Ketentuan pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.
Konsep pengembangan sistem perkotaan di Kabupaten Kulon Progo dipaduserasikan dengan konsep sistem
kota-kota di daerah dalam konteks wilayah serta keterkaitannya satu sama lain, baik secara spasial maupun
fungsional terhadap Provinsi DIY.
Berikut ini merupakan rencana pengembangan sistem perkotaan Kabupaten Kulon Progo seperti yang tertulis
dalam Raperda Kabupaten Kulon Progo tentang RTRW tahun 2011-2031 :
a. pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) berada di Perkotaan Wates;
b. pengembangan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi:
1. Perkotaan Temon;
2. Perkotaan Brosot;
3. Perkotaan Sentolo;
4. Perkotaan Nanggulan; dan
5. Perkotaan Dekso.
c. pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi:
1. Perkotaan Panjatan;
2. Perkotaan Lendah;
3. Perkotaan Kokap;
4. Perkotaan Girimulyo;
5. Perkotaan Kalibawang; dan
6. Perkotaan Samigaluh.
Rencana fungsi pusat pelayanan sistem perkotaan meliputi:
a. PKWp Perkotaan Wates dengan fungsi pelayanan pusat pemerintahan, pendidikan, kesehatan,
olahraga, perdagangan, dan jasa;
b. PKL Perkotaan Temon dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan pertanian, pariwisata, industri,
perkebunan, dan agropolitan;
c. PKL Perkotaan Brosot dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan pariwisata, industri, dan
pertambangan;
d. PKL Perkotaan Sentolo dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan industri, perkebunan, dan
peternakan;
e. PKL Perkotaan Nanggulan dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan perikanan, pertanian, dan
agropolitan; dan
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 27
f. PKL Perkotaan Dekso dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan pertanian, perkebunan, dan
agropolitan.
Perkotaan yang akan ditetapkan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) meliputi:
a. perkotaan Temon;
b. perkotaan Wates;
c. perkotaan Panjatan;
d. perkotaan Galur;
e. perkotaan Lendah;
f. perkotaan Sentolo;
g. perkotaan Kokap;
h. perkotaan Nanggulan;
i. perkotaan Girimulyo;
j. perkotaan Kalibawang; dan
k. perkotaan Samigaluh.
Kondisi dan perkembangan sosial dan budaya di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2011 dapat
dipantau melalui indikator ketersediaan fasilitas pendidikan masyarakat.
Tabel 2.10
Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia SD dan SMP/MTs Tahun 2006-2010
b. Persentase Sekolah Pendidikan Dasar (SD/MI dan SMP/MTs) Kondisi Bangunan Baik
Data menunjukkan adanya kerusakan baik ringan maupun berat pada bangunan sekolah SD/MI dan
SMP/MTs di Kabupaten Kulon Progo pada Tahun 2010. Kecamatan Wates merupakan kecamatan
dengan jumlah kerusakan bangunan SD/MI terbanyak, yaitu 23 rusak ringan dan 23 rusak berat, dan
Nanggulan merupakan kecamatan dengan jumlah kerusakan ringan terbanyak pada bangunan SMP/MTs.
No SD/MI SMP/MTs
Kecamatan Jumlah Rusak Rusak Jumlah Rusak Rusak
Baik Baik
Sekolah Ringan Berat Sekolah Ringan Berat
1 Girimulyo 2397 18 8 6 53 13 3
2 Kalibawang 24
116 16 3 7 42 3 3
3 Sentolo 32
114 29 3 7 52 13 1
4 Samigaluh 32
137 31 13 7 47 5 5
5 Pengasih 36
171 28 3 5 34 3 3
6 Panjatan 31
180 14 5 4 40 1 4
7 Lendah 33
160 32 15 4 28 13 4
8 Nanggulan 26
129 12 11 7 31 27 6
9 Temon 27
153 15 5 5 49 0 0
10 Wates 42
237 23 23 12 100 2 6
11 Galur 28
148 18 3 6 54 3 4
12 Kokap 42
166 41 8 6 39 8 0
Kab. Kulon Progo 1,808 277 100 76 569 91 39
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011
Tabel 2.12
Kondisi Bangunan SMA/MA/SMK Tahun 2010
SMA/MA/SMK
No Kecamatan Jml Rusak
Baik Rusak Berat
Sekolah Ringan
1 Girimulyo 2 12 2 0
2 Kalibawang 4 45 1 0
3 Sentolo 4 39 0 0
4 Samigaluh 4 27 2 0
5 Pengasih 6 79 2 0
6 Panjatan 1 9 0 0
7 Lendah 3 33 3 4
8 Nanggulan 4 46 0 0
9 Temon 6 50 9 0
10 Wates 15 199 11 5
11 Galur 5 22 3 4
12 Kokap 2 12 0 0
Kab. Kulon Progo 56 573 33 13
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011
Tabel 2.13
Angka Kemiskinan dan Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Kulon Progo
Dari data di atas tampak bahwa angka kemiskinan tertinggi ada di Kecamatan Girimulyo (37.91%),
Kokap (37.72%), dan Samigaluh (30.48%). Sedangkan angka kemiskinan yang terendah adalah di
Kecamatan Wates sebesar 11.96%. Sementara itu jumlah jiwa miskin terbesar terdapat di Kecamatan Kokap
(14,853 jiwa), Sentolo (13,133 jiwa), serta Pengasih (11,474 jiwa).
Berdasarkan LPPD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009, kinerja urusan lingkungan permukiman
kumuh di Kabupaten Kulon Progo mencapai 0,01%. Angka tersebut dapat diartikan bahwa hampir tidak ada
permukiman kumuh di Kabupaten Kulon Progo. Pada tabel berikut ini dapat dilihat kinerja capaian untuk
urusan lingkungan permukiman kumuh
Dalam rangka penyelenggaraan dan optimalisasi pelayanan kepada masyarakat serta meningkatkan
kinerja Pemerintah Daerah, diperlukan Organisasi Perangkat Daerah yang proporsional, efisien dan efektif
dengan tetap mempertimbangkan kewenangan, karakteristik, potensi dan kebutuhan Daerah;
Organisasi dan tata kerja Lembaga Teknis Daerah seperti diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kulon
Progo Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
sudah tidak sesuai ketentuan/peraturan perundang-undangan. Untuk menindaklanjuti amanat Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, perlu menetapkan
Peraturan Daerah; Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c,
perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah;
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah yang telah di tindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo
Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2008 Nomor 1 Seri E), Pemerintah Daerah dalam hal ini Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah. Telah dibentuk a) unsur pendukung tugas Bupati yang disebut dengan
Lembaga Teknis Daerah,b) unsur pelaksana tugas teknis badan yang melaksanakan kegiatan teknis
operasional dan /atau kegiatan teknis penunjang yang mempunyai 1 (satu) atau beberapa wilayah kerja Unit
Pelaksana Teknis Badan. 3)Jabatan Fungsional yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan
hak seorang Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya
didasarkan pada keahlian dan/atau ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri dan untuk kenaikan pangkatnya
disyaratkan dengan angka kredit.
Lembaga Teknis Daerah yang dibentuk sesuai Peraturan Daerah nomor 1 tahun 2008 yaitu:
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
2. Badan Kepegawaian Daerah.
3. Inspektorat Daerah.
4. Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa Perempuan dan Keluarga Berencana;
5. Kantor Penanaman Modal;
6. Kantor Lingkungan Hidup;
7. Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan;
8. Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat;
9. Kantor Perpustakaan; dan
10.Kantor Arsip dan Dokumentasi.
SKPD yang terkait dengan fungsi regulator (pengaturan dan pengarahan aturan sanitasi serta
perencanaan sanitasi) dan operator sanitasi (penyediaan dan pendistribusian layanan sanitasi serta
pemantauan dan evaluasi program/kegiatan pengelolaan sanitasi) adalah:
a. Bappeda
b. Dinas Kesehatan
c. Dinas Pekerjaan Umum
d. Kantor Lingkungan Hidup
Peran dan fungsi SKPD terkait ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 2.15.
Peran dan Fungsi SKPD Terkait Sanitasi di Kabupaten Kulon Progo
Banyak penafsiran bahwa sehat itu harus memiliki peralatan penunjang kesehatan yang lengkap dan memadai,
sehingga tetap membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Langkah yang paling sederhana untuk menjaga kesehatan
sekaligus mencegah penyakit adalah hanya dengan melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau yang disingkat
PHBS.
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan
dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan.
3.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene
PHBS rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga, agar tahu, mau dan mampu
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Terdapat 10 indikator PHBS di dalam rumah tangga, yakni 1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, 2)
Memberi bayi ASI Eksklusif, 3) Menimbang Balita setiap bulan, 4) Menggunakan Air Bersih, 5) Mencuci tangan pakai
sabun, 6)Gunakan Jamban Sehat, 7) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu, 8) Makan buah dan sayur setiap
hari, 9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari, 10) Tidak merokok di dalam rumah.
PHBS alami skala rumah tangga, memang mudah dalam teori, namun dalam pelaksanaannya memang
butuh banyak dukungan, mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar, hingga pemerintah. Banyak tantangan
yang dihadapi dalam menerapkan PHBS di lingkungan keluarga. Seperti masih banyaknya iklan rokok yang ada di
media cetak maupun elektronik, makanan dan minuman cepat saji yang kurang sesuai dengan prinsip gizi seimbang,
belum adanya monitoring evaluasi terpadu tentang kegiatan PHBS ini. Selain itu, kawasan padat penduduk di kota-
kota besar dan juga banyaknya penduduk musiman yang menimbulkan permasalahan pada kehidupan sosial dan
ekonomi juga merupakan tantangan tersendiri dalam penerapan PHBS.
Oleh karena itu, upaya penerapan sepuluh PHBS di lingkungan keluarga, tentu sangat tergantung dari
kesadaran dan peran aktif masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.upaya mewujudkan lingkungan yang sehat
akan mendukung pola perilaku kehidupan masyarakat yang sehat secara kerkesinambungan.
Berdasarkan Studi EHRA di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat beberapa hal keterkaitan indikator PHBS
dengan kebiasaan masyarakat terutama dalam sektor sanitasi dan penyediaan air bersih sebagai berikut :
a. Persampahan
Pengelolaan sampah rumah tangga masih sangat memprihatinkan, terutama sampah yang dihasilkan
semakin lama semakin komplek dan tidak dapat ditangani dengan sistem persampahan yang ada. Maka untuk
menangani limbah sampah rumah tangga terutama skala kabupaten perlu ada peran serta masyarakat.
Pengelolaan sangat penting dilakukan di tingkat rumah tangga dengan pemilahan sampah, pemanfaatan kembali
atau penggunaan ulang sampah, misalnya dijadikan bahan baku kerajinan atau dijadikan kompos. Dari hasil Studi
EHRA dapat diketahui kondisi Pengelolaan sampah di lingkungan menurut klaster seperti pada grafik di bawah ini :
Dari grafik 3.17 dapat diketahui bahwa pengelolaan sampah di Kabuapten Kulon Progo didominasi degan
cara pembakaran terlihat dari cluster kabupaten sebesar 65,8% dan hal ini tersebat di cluster lain kecuali di cluster 3
yang didominasi dilubang tanah dengan
dengan angka 65%. Dari grafik diatas dapat dilihat pula jenis pengelolaan sampah di
Kabupaten Kulon Progo berturut turut 1) dikumpulkan oleh kolektor formal 1,0%, 2) dikumpulkan dan dibuang ke
TPS 4,4%, 3) dibunag ke dalam lubang dan ditutp dengan tanah 4,8%, 4) 4) dibuang ke dalam lubang tetapi tidak
ditutup dengan tanah 14%, 5) dibuang ke lahan kosong/kebun 8,3% sedang untuk yang lain kurang begitu
sigbnifikan dibawah 1% yaitu dibuang ke sungai, dibiarkan membusuk dan dibuang ketepat lainya.
Sungai/pantai/laut
Kebun/pekarangan
27.5 Selokan/parit/got
Lubang galian
6.5 5.2
2.5.0.0.0.0.0.0.0 .8.02.1.0.0.01.7.4 .0.5.0.01.0.01.0 .0.0.0.0.0.0.0 .01.2.0.0.4.8.6 Lainnya,
KULON
Pertanyaan Jawaban CLUSTER 0 CLUSTER 1 CLUSTER 2 CLUSTER 3
PROGO
Tangki septik 97,5 85,0 87,5 97,5 87,9
Pipa sewer ,0 1,7 ,5 ,0 1,0
Kemana Cubluk/lobang tanah ,0 10,4 7,5 2,5 7,9
tempat
Langsung ke drainase ,0 ,4 ,5 ,0 ,4
penyaluran
Sungai/danau/pantai 2,5 1,7 1,5 ,0 1,5
buangan
akhir tinja? Kolam/sawah ,0 ,4 ,0 ,0 ,2
Kebun/tanah lapang ,0 ,0 ,5 ,0 ,2
Tidak tahu ,0 ,4 2,0 ,0 1,0
0-12 bulan yang lalu ,0 2,9 1,7 ,0 2,0
D6. Kapan 1-5 tahun yang lalu 5,1 5,4 7,4 10,3 6,6
tangki septik Lebih dari 5-10
10 tahun yang lalu 5,1 2,0 1,7 ,0 2,0
terakhir Lebih dari 10 tahun 5,1 ,5 1,7 ,0 1,3
dikosongkan Tidak pernah 82,1 86,3 77,1 17,9 76,6
Tidak tahu 2,6 2,9 10,3 71,8 11,6
Dari tabel diatas dapat dilihat sebagai berikut: tangki septic 87,9%, ke cubluk 7,9%, dan ke Sungai 1,5% dari tabel
diatas juga dapat dilihat dari 87,9% tangki septic yang ada tidak pernah dikuras atau 76,6% sedang yang lainya
dikuras dalam rentang waktu yang berbeda
berbeda-beda.
c. Drainase Lingkungan
Kondisi saluran air rumah tangga merupakan indikator yang menjadi peranan penting pada Survey EHRA,
karena saluran air yang tidak memadai beresiko memunculkan penyakit terutama deman berdarah dan malaria.
Dalam pelaksanaan Survey EHRA masalah saluran air m menjadi
enjadi pengamatan tersendiri yang dilakukan oleh
enumerator untuk mengamati keberadaan saluran air di sekitar rumah responden. Saluran air yang dimaksud adalah
yang digunakan untuk membuang air bekas penggunaan rumah tangga.
Enumerator juga mengamati darii dekat apakah air di saluran itu mengalir, apa warna airnya, dan melihat apakah
terdapat tumpukan sampah di dalam saluran air itu. Sedangkan saluran air yang memadai ditandai dengan aliran air
yang lancar, warna air cenderung bening atau bersih, dan tidak adanya tumpukan sampah di dalamnya.
100.0
100.0 90.8 88.5
88.8
67.5
50.0
.0 9.2 32.5
11.5
.0 11.2
Cluster 0
Cluster 1
Cluster 2
Cluster 3
Kulon Progo
Ya Tidak
100.0
90.0
80.0
70.0
60.0
50.0 CLUSTER 0
40.0 CLUSTER 1
30.0
20.0 CLUSTER 2
10.0 CLUSTER 3
.0
KULON PROGO
Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya
Ya Tidak
21.5
8.8
.0 1.3 .0
Secara umum, sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kabupaten Kulon Progo berasal dari
3 (tiga) sumber air minum utama yaitu 1) sumur yang terdiri dari sumur dalam dan sumur gali, 2) air ledeng PDAM,
dan 3) mata air.
1. Mencuci tangan dengan air mengalir & sabun sebelum makan dan sesudah BAB
2. Mengkonsumsi makanan jajanan higienis di warung sekolah/ kantin sekolah
3. Menggunakan jamban dengan tangki septik/lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir akh
4. Berolah raga rutin paling lama 1 kali seminggu
5. Melakukan PSN (pemberangtasan sarang nyamuk) dengan 3M atau 3M Plus di sekolah paling lama setiap
1 minggu sekali
6. Tidak merokok selama berada di sekolah
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan palin
palingg lama 6 bulan sekali dan mencatat hasilnya
dalam KMS Anak Sekolah atau buku catatan
8. Senantiasa membuang sampah di tempat sampah.
Berdasarkan kajian PHBS oleh Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta yang dilaksanakan pada tahun 2011,
baru 32,85% sekolah dasar
sar dinyatakan ber
ber-PHBS atau memenuhi ke-delapan
delapan indikator tersebut. Salah satu indikator
yang menjadi penyebab utama gugurnya sekolah menjadi sekolah ber ber-PHBS
PHBS adalah perilaku siswa dalam
mengkonsumsi makanan jajanan di warung sekolah atau kantin sekolah. Banyak kita jumpai di lingkungan sekitar
sekolah adalah menjamurnya pedagang yang menjajakan makanan. Pangan jajanan anak sekolah (PJAS) memiliki
potensi masalah seperti penambahan bahan berbahaya, bahan tambahan pangan (BTP) yang melebihi batas aman,
sertaa kontaminan kimia dan mikroba patogen (rhodamine, metanil yellow, formalin, borax, pemanis buatan, dan
cemaran mikrobia) yang dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Sebab lain gugurnya sebagai sekolah ber- ber
PHBS adalah kurangnya siswa melakukan kebias
kebiasaan
aan untuk mencuci tangan dengan air mengalir & sabun sebelum
makan dan sesudah buang air besar (BAB),sekolah tidak menyediakan jamban dengan tangki septik/lubang
Jumlah Jumlah Sumber Air Bersih Fas. Cuci Persediaan Siapa yang membersihkan toilet
Jumlah Toilet/WC Jml Tempat Kencing
Siswa Guru PDAM SPT SGL Tangan Sabun Siswa Guru Pesuruh
Nama Sekolah
Siswa Siswa Siswa Siswa
L P L P S K T S K T S K T Guru Guru Y T Y T L P L P L P
L P L P
SMAN 1 Wates 181 385 26 22 √ - - - - - - - - 3 7 8 3 7 8 √ - √ - √ - √ √ √ -
SMAN 1 Temon 115 177 13 15 - - - √ - - - - - 3 1 1 3 4 4 √ - √ - √ √ √ √ √ √
SMAN 1 Pengasih
SMAN1 Lendah 144 320 21 23 - - - - - - √ - - 2 3 4 2 3 4 - √ - - - - - - √ -
SMAN 1 Kokap 59 63 16 13 √ - - - - - - √ - 3 2 2 3 2 2 √ - √ - - - - - √ √
Kecamatan Galur :
SDN 1 Bunder 43 35 3 6 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 1 Pandowan 69 72 1 7 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 1 Sungapan 84 74 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 2 Bunder 55 49 4 5 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 2 Pandowan 32 33 3 5 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 2 Sungapan 33 49 2 7 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 3 Brosot 42 34 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 3 Sungapan 35 18 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN Brosot 161 166 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
Kecamatan Girimulyo :
SDN 1 Giripurwo 40 49 - - - - - - - √ - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 1
82 84 - - - - - - - √ - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
Jonggrangan
SDN 1 Sokomoyo 39 32 - - - - - - - √ - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 2 Giripurwo 42 46 - - - - - - - √ - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 2
62 42 - - - - - - - √ - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
Jonggrangan
SDN2 Sokomoyo 70 62 - - - - - - - √ - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN Cublak 44 62 - - - - - - - √ - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN Jatiroto 24 28 - - - - - - - √ - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN Dukuh 54 52 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
Kec. Panjatan
SDN 1 Depok 71 53 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 1 Kanoman 42 48 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 2 Depok 34 41 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 2 Kanoman 47 46 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN Bojong 53 45 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN Bojong Baru 35 31 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN Bugel 61 72 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN Cerme 56 39 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN Depok 46 41 - - - - - - √ - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
Kec. Pengasih :
SDN 1 Janturan 70 65 √ - - - - - - - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 1 Kalipetir 33 36 √ - - - - - - - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 1 Karangsari 78 76 √ - - - - - - - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 1 Ngulakan 58 50 √ - - - - - - - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 1 Pengasih 61 65 √ - - - - - - - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 2 Janturan 64 66 √ - - - - - - - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SDN 2 Kalipetir 57 40 √ - - - - - - - - 2 1 1 - - - - - - √ √ √ - - √ -
SPT = Sumur Pompa Tangan S = Selalu Tersedia Air K = Kadang- kadang Tersedia Air T = Tidak Tersedia Air
SGL = Sumur Gali
Sarana sanitasi subsektor air limbah di Kabupaten Kulon Progo secara kuantitas dan kualitas belum
memenuhi kebutuhan masyarakat. Masih banyak sarana air limbah kurang memenuhi ditinjau dari aspek kesehatan
lingkungan terutama di kawasan pedesaan seperti masih menggunakan closet cemplung (cubluk), penyedotan
lumpur tinja hanya terbatas di wilayah kota Wates, dan sarana pernbuangan akhir lumpur tinja (Instalasi Pengolahan
Limbah Terpadu/ IPLT) hanya tersedia di RSUD Wates.
Dalam pengelolaan limbah cair domestik di Kabupaten Kulon Progo sebagian besar masyarakat masih
menggunakan sistem onsite (setempat) serta sebagian kecil sudah menggunakan sistem komunal untuk
pengelolaan black water. Sedangkan untuk grey water sebagian besar rumah tangga masih melakukan pembuangan
ke lahan terbuka, drainase, saluran irigasi, bahkan ke sungai. UPTD Kebersihan dan Pertamanan yang ada di Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Kulon Progo juga melayani penyedotan lumpur tinja kepada masyarakat, walaupun
frekuensinya masih sangat kecil. Lumpur tinja tersebut untuk sementara masih dibuang di lokasi TPA Banyuroto
dengan jalan membuat lubang galian. Sementara itu di tahun 2011 Pemerintah Kabupaten Kulon Progo memperoleh
bantuan dari APBN melalui Satker PBL Provinsi DI Yogyakarta berupa pembangunan Instalasi Pengolah Lumpur
Tinja (IPLT), namun hingga tahun 2012 masih perlu dilakukan penyempurnaan sehingga belum dapat dioperasikan.
3.2.1 Kelembagaan
Umumnya yang sangat berperan dalam pengelolaan air limbah adalah Pemerintah Kabupaten melalui
Dinas Pekerjaan Umum dan Kantor Lingkungan Hidup, peran dari pihak swasta dan masyarakat masih sangat
sedikit. Sedangkan sektor sanitasi merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat dimana akibat dari sanitasi yang
buruk akan berdampak domino bagi masyarakat itu sendiri.
Secara umum aspek legal formal yang menjadi landasan hukum bagi Pemerintah Kabupaten dan pihak
terkait dalam pengelolaan air limbah belum sebanding dengan tuntutan kebutuhan di tingkat masyarakat. Menurut
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakata Nomor 3 Tahun 1997 tentang Baku Mutu Air Limbah dan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
bahwa air buangan limbah yang akan di buang ke badan air harus sudah memenuhi baku mutu air limbah agar
tidak mencemari badan air. Sedangkan selama ini air buangan domestik tidak pernah dilakukan pemantauan
dengan menganalisis air buangan secara periodik baik secara fisik, kimia, biologi maupun bakteorologi.
Kondisi kajian Kelembagaan di Kabupaten Kulon progo seperti yang tercantum dalam Tabel 3.3 dan
Tabel 3.4 :
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI
Pemerintah Kabupaten Swasta Masyarakat
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan air limbah skala Dinas PU - -
kab/kota,
Menyusun rencana program air limbah dalam Dinas PU - -
rangka pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program air Dinas PU - -
limbah dalam rangka pencapaian target
PENGADAAN SARANA
Menyediakan sarana pembuangan awal air Dinas PU, Dinas Kesehatan Pengembang Rumah Tangga
limbah domestik Perumahan
Menyediakan sarana pengumpulan dan Dinas PU, Dinas Kesehatan Pengembang Rumah Tangga
pengolah awal (tangki Septik) Perumahan
Membangun sarana pengangkutan dari tangki Dinas PU UPTD Kebersihan Jasa Sedot WC -
septik ke IPLT (truk tinja) dan Pertamanan
Membangun jaringan atau saluran pengaliran Dinas PU, Satker PPLP - Rumah Tangga
limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor)
Membangun sarana IPLT dan atau IPAL Satker PPLP DIY
PENGELOLAAN
Menyediakan layanan sedot lumpur tinja Dinas PU UPTD Kebersihan Jasa Sedot WC -
dan Pertamanan
Mengelola IPLT dan atau IPAL Dinas PU UPTD Kebersihan - KSM SLBM/
dan Pertamanan SANIMAS
Melakukan Restribusi penyedotan lumpur tinja Dinas PU UPTD Kebersihan Jasa Sedot WC -
dan Pertamanan
Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah Kantor Pelayanan Terpadu - -
domestik, dan atau penyedotan air limbah (Dinas PU, Dinas
Perhubungan, Kantor LH)
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas Kantor Pelayanan Terpadu - -
teknis bangunan (tangki septik, dan saluran (Dinas PU Cipta Karya)
drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Mengatur prosedur penyediaan layanan air Dinas PU, Kantor LH - -
limbah domestik (jam pengangkutan, personil,
peralatan, dll)
Melakukan sosialisasi peraturan, dan Dinas PU, Kantor LH, Dinas - -
pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah Kesehatan
domestik
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran Kantor LH - -
pengelolaan air limbah domestik
MONITORING DAN EVALUASI
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap Dinas PU, Kantor LH - -
capaian target pengelolaan air limbah domestik
skala kab/kota
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap Dinas PU - -
kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air
limbah domestik
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap Kantor LH - -
baku mutu air limbah domestik
Ketersediaan Pelaksanaan
Peraturan Ada Tidak Efektif Blm Efektif/ Tdk Efektif/ Ket.
(sebutkan) Ada Dilaksanak Dilaksanak Dilaksanaka
an an n
Target capaian pelayanan - RPJMD - Efektif - - RPJMD/
pengelolaan air limbah domestik - Renstra sesuai Restra
di Kab/Kota ini - Perbup No. 78 Th capaian 2012 sd
2011 (SPM Bid. pertahun 2016
Pekerj. Umum dan
TR)
Kewajiban dan sanksi bagi PERDA Nomor : 3
Pemerintah Kab/Kota dalam Tahun 2008 ttg
penyediaan layanan pengelolaan Pembentukan - - - - -
air limbah domestik Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Daerah
Kewajiban dan sanksi bagi Tidak
Pemerintah Kab/Kota dalam ada
memberdayakan masyarakat dan - - - - -
badan usaha dalam pengelolaan
air limbah domestik
Kewajiban dan sanksi bagi Tidak
masyarakat dan atau ada
pengembang untuk menyediakan - - - - -
sarana pengelolaan air limbah
domestik di hunian rumah
Kewajiban dan sanksi bagi Perda No. 2 Tahun
Perda
industri rumah tangga untuk 2012 tentang
Belum disahkan
menyediakan sarana pengelolaan Industri Rumah - - -
Efektif Maret
air limbah domestik di tempat Tangga
2012
usaha
Kewajiban dan sanksi bagi kantor
untuk menyediakan sarana Tidak
- - - - -
pengelolaan air limbah domestik ada
di tempat usaha
Kewajiban penyedotan air limbah Tidak
domestic untuk masyarakat, ada
- - - - -
industri rumah tangga, dan kantor
pemilik tangki septik
Retribusi penyedotan air limbah Perda No. 10 tahun - Efektif
domestik 2011 ttg Pemakaian
Kekayaan Daerah - - -
sebesar 75.000,-/
kali sedot
Tatacara perizinan untuk kegiatan Tidak
pembuangan air limbah domestic ada
- - - - -
bagi kegiatan permukiman, usaha
rumah tangga, dan perkantoran
KEPALA
SEKERTARIS
SEKSI PERENCANAAN
SEKSI SEKSI TATA RUANG SEKSI PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAN PERUMAHAN DAN TATA RUANG
PEMELIHARAAN JEMBATAN PERMUKIMAN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL TERTENTU
Penyelenggaraan
UPTD Pengelolaan
Air Limbah
b. Harga / tarif.
Biaya penyedotan kakus yang dibebankan kepada konsumen berdasarkan Perda No. 10 tahun 2011 tentang
Pemakaian Kekayaan Daerah sebesar Rp 75.000,00/ 1 kali sedot
Kondisi umum penanganan limbah cair rumah tangga (limbah domestik) di Kabupaten Kulon Progo
dibedakan menjadi 2 sistem, yaitu pengelolaan limbah cair dari WC (black water), Serta limbah cair sisa kegiatas
mandi, mencuci dan kegiatan jenis lainnya (grey water).
Untuk penanganan air limbah domestik yang berasal dari sisa metabolisme tubuh manusia (blackwater)
umumnya dilakukan secara mandiri (onsite system). Adapun bentuk penanganan black water adalah sebagai berikut:
1. Jamban tuang siram pribadi (private pour-flush toilet) yang dihubungkan dengan tangki septik.
Effluent dari tangki septik dialirkan ke bidang resapan dalam tanah.
2. Jamban tuang siram pribadi yang dihubungkan dengan cubluk tunggal (cemplung tertutup).Limbah
cair dari WC dialirkan langsung ke bidang resapan.
3. Jamban cubluk pribadi (cemplung terbuka). Air limbah dari WC dialirkan langsung ke bidang
resapan (plengsengan)
Sarana sanitasi air wilayah Kabupaten Kulon Progo secara kuantitas dan kualitas belum memenuhi
kebutuhan masyarakat. Pelayanan dan penyediaan sarana prasarana pengelolaan air limbah kurang memenuhi
ditinjau dari aspek kesehatan lingkungan terutama di kawasan pedesaan seperti masih menggunakan closet
cemplung (cubluk), Pelayanan penyedotan lumpur tinja yang dilakuka oleh swasta maupun UPTD Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Kulon Progo masih terbatas di wilayah perkotaan Wates.
Untuk dapat mengetahui Sistem dan Cakupan Pelayanan Pengelolaan air limbah domestik di
Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada Gambar 3.1, Tabel 3.5 dan Tabel 3.6 :
(D)
(B) Pengumpulan (C) (E)
(A) ( Semi/
Produk Input dan Penampungan/ Pengangkutan Daur ulang dan atau
User Interface Pengolahan akhir
Pengolahan Awal / Pengaliran pembuangan akhir
terpusat )
Black Water
Tinja
Urine
Badan air/
Air tanah
Pembersi Bidang
h
Air
Penggelo
ntor
Kertas
SLBM
Pembersi
h
Kakus/ Tanah
Badan air/
Grey Water BABS tanah
Sungai
Air cucian
dapur
Badan air/
tanah
Air untuk Tempat
mandi cuci piring/
Badan air/
tanah
Air cucian
Badan air/
Air kamar tanah
Tempat
Cucian
pakaian/
mobil
A B C D E F
Input Pengolahan Pembuangan/
User Interface Penampungan Awal Pengaliran Kode/Nama Aliran
Akhir Daur Ulang
Black Water (Tinja, SLBM Komunal Tangki Septik - - Sungai Air Limbah AL 1
Urine,Air Bembersih, Air
Penggelontor,Kertas SLBM Komunal Tangki Septik - - Tanah Air Limbah AL 2
Pembersih) Jumbleng/ cemplung - - Tanah Air Limbah AL 3
WC Jongkok dan WC Duduk Tangki Septik - - Tanah Air Limbah AL 4
WC Jongkok dan WC Duduk Tangki Septik - - Sungai Air Limbah AL 5
BABS Sungai/ Kebun - - - Tanah Air Limbah AL 6
BABS Sungai/ Kebun - - - Sungai Air Limbah AL 7
Grey Water (Air Curah dari Tempat cuci piring/ makanan - - - Tanah Air Limbah AL 8
dapur,air untuk mandi, air
cucian ) Tempat cuci piring/ makanan - - - Sungai Air Limbah AL 9
Air kamar mandi - - - Tanah Air Limbah AL 10
Air kamar mandi - - - Sungai Air Limbah AL 11
Tempat cucian pakaian/ mobil - - - Sungai Air Limbah AL 12
dsb.
Tempat cucian pakaian/ mobil - - - Tanah Air Limbah AL 13
dsb.
Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data
a B c d e
SLBM Komunal Jumlah KK Pemanfaat,
User Interface 450 kk, 6 unit PU
Jumlah SLBM Komunal
WC Jongkok dan WC Duduk Jumlah WC Jongkok dan Dinkes ( Laporan tahunan
User Interface 90.329 kk
WC Duduk Puskesmas th 2011)
Kakus/ Cubluk Jumlah rumah Dinkes ( Laporan tahunan
User Interface
BABS Sungai/ Kebun
23.369 kk Puskesmas th 2011)
User Interface Tempat cuci piring/ makanan Jumlah ( kualitas)
71.095
User Interface Air kamar mandi Jumlah ( kualitas)
Dinkes ( Laporan tahunan
Rumah
Puskesmas th 2011)
User Interface Tempat cucian pakaian/ mobil dsb. Jumlah ( kualitas)
Tabel. 3.8
Penanganan Air Limbah di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011
Peran serta masyarakat di Kabupaten Kulon Progo dalam penanganan limbah cair masih terbatas pada
kesadaran untuk hidup sehat dengan membangun jamban dan tanki septik secara mandiri.Namun tingkat kesadaran
masyarakat untuk menggunakan jamban rumah tangga maupun jamban umum masih rendah. Sebagian masyarakat
masih membuang limbah cairnya langsung ke drainase, saluran irigasi, maupun ke sungai. Masih banyak terdapat
jamban umum/mck yang kurang terawat.
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah melakukan kegiatan untuk mendorong peran serta masyarakat dalam
penanganan pembangunan instalasi pengolahan limbah cair rumah tangga melalui program - program berbasis
masyarakat seperti Tabel 3.9 .
Kegiatan Program Sanimas dari tahun 2007 yang berada di 7 lokasi, semua lokasi menggunakan sistem MCK Plus
dengan pertimbangan :
Sekitar 80% masyarakat tidak memiliki jamban /WC sendiri di rumah
Pembangunan effluent air limbah dari pengolahan sangat mudah karena lokasi dekat sungai
Tabel 3.7
Pengelolaan Sarana Jamban dan MCK di masyarakat
RT RW Pddk Jamba Di Dikelol Dikelo Dikelol Dibangu Dikel Dikelola Dikelol Dikelol Dibangun
Miskin n kel a RW la a n ola RW a CBO a
Keluar ola CBO Lainya RT Lainya
ga RT
Temon 166 401 2.64 5.772 - - - - - - - - - -
2007
Wates 127 291 3.201 10.161 - - 14 - 2010 - - 4 - 2010
2011
Panjatan 200 402 3.502 8.823 - - - - - - - - - -
Galur 148 311 2.604 6.681 - - - - - - - - - -
Lendah 107 346 3.450 8.596 - - - - - - - - - -
Sentolo 176 355 4000 7.832 - - - - - - - - - -
Pengasih 171 361 4.782 9.411 - - - - - - - - - -
Kokap 153 469 4.830 8.176 - - - - 2011 - - 2 - 2011
Girimulyo 130 348 3.574 5.621 - - - - - - - - - -
Nanggulan 127 385 2.426 5.569 - - - - - - - - - -
Kalibawang 170 352 3.789 7.009 - - - - - - - - - -
Samigaluh 259 448 3.536 6.578 - - - - - - - - - -
Kecamatan Lokasi Jumlah pemakai Jml Fas. Persediaan Ada biaya Tempat buangan Kapan tangki
MCK Toilet Cuci sabun pemakaian air kotor septik
WC Tangan MCK dikosongkan
MCK PDAM SPT SGL
RT RW L P S K T S K T S K T L P L P Y T Y T Tangki Cubluk
septik
Temon - - 20 20 - - - - - - v - - 1 1 - - - - V - V - -
Wates 5 7 40 40 - - - - - - V - - 4 4 V - V - V - V - Tiap 5 tahun
Keterangan
PM = Pemberdayaan Masyarakat
JDR = Jender
MBR = Masyarakat Berpengahsailan Rendah
Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media merupakan upaya pengumpulan dan analisis data primer dan
sekunder untuk mendapatkan gambaran tingkat komunikasi di antara stakeholder dan peta media terkait
pengelolaan air limbah. Kajian ini diperlukan untuk menyusun Strategi Kampanye dan Komunikasi, di samping juga
bermanfaat sebagai sarana advokasi pengelolaan air limbah di Kabupaten Kulonprogo untuk stakeholder kunci,
yakni Pemerintah Kabupaten dan media massa.
Hasil identifikasi tentang pengalaman dan kapasitas Kabupaten Kulonprogo dalam menjalankan
kampanye/pemasaran pengelolaan air limbah serta sejauh mana Pemerintah Kabupaten Kulonprogo melakukan
penyampaian informasi kepada masyarakat dan mengetahui peran media massa dalam mendukung pengelolaan air
limbah mencakup beragam media cetak, audio-visual, luar ruang, internet seperti dalam Tabel 3.10 dan Tabel 3.11.
No Nama Media Jenis Acara Isu yang Pesan Kunci Pendapat Media
Diangkat
1 Suara Merdeka Artikel Mayoritas Sumur Mayoritas sumur gali di Naratif, perlu segera
di Kulonprogo wilayah Kabupaten mendapatkan
Tercemar E-coli Kulonprogo tercemar perhatian
bakteri Escherichia coli (E-
coli) yang dapat
menyebabkan penyakit
diare, melabihi ambang
batas
2 Radar Jogja Artikel Diare Serang dari hasil pendataan Keadaan KLB
1.496 Warga diketahui jumlah penderita penyakit diare
diare ada sebanyak 1.496
orang.
3 http://lppm.ugm.ac.id/sikib- Artikel Sosialisasi MCK SANIMAS PLUS (Sanitasi Positif
ugm/rumpin_hargotirto.yk Plus Masyarakat Plus) dibangun
bertujuan untuk sarana
kebersihan bagi
masyarakat baik dalam
Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) maupun
untuk fasilitas Mandi Cuci
Kakus (MCK) warga
masyarakat
4 Jogja TV Berita Pengelolaan Peningkatan strategi Naratif, perlu segera
limbah medis pengelolaan limbah mendapatkan
pada pelayanan perhatian
kesehatan swasta
Untuk meningkatkan pelayanan terhadap fasilitas sanitasi sector air limbah dibutuhkan kerjasama dengan
seluruh komponen Pemerintah Daerah, Masyarakat, LSM dan Dunia Usaha yang mempunyai kepedulian terhadap
pelayanan sanitasi. Berdasar pengalaman Pemerintah Kabupaten Kulonprogo atas pengelolaan Kerjasama yang
terkait sanitasi dan Mitra Potensial yang memungkinkan menyelenggarakan penyediaan fasilitas sanitasi
selengkapnya pada Tabel 3.12 dan Tabel 3.14 :
Kepedulian dunia usaha dalam pengelolaan air limbah domestik dan kegiatan kemitraan sangat
diperlukan untuk meningkatkan pelayanan pengelolaan air limbah kepada masyarakat. Hasil identifikasi terhadap
penyedia layanan yang sudah dilakukan tercantum dalam Tabel 3.14 :
Tabel 3.14 Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Kulon Progo
Tabel 3.15 Ringkasan pendapatan dan belanja dari subsektor air limbah domestik
1) Perlunya Perda Air Limbah untuk memaksimalkan pengelolaan subsektor air limbah.
2) Kelembangaan pengelola sub sektor air limbah, air minum dan drainase di bawah satu seksi
Penyehatan Lingkungan.
3) SDM yang ada di Seksi Penyehatan Lingkungan belum menangani pekerjaan secara spesifik.
4) Belum tersusunnya masterplan air limbah domestik.
5) Perlunya menambah mobil sedot tinja untuk meningkatkan pelayanan masyarakat.
6) Terbatasnya lahan untuk pembangunan IPAL Komunal di masyarakat.
7) Persepsi masyarakat bahwa pembangunan sarana air limbah belum merupakan kebutuhan yang
mendesak.
8) Masyarakat umumnya masih membuang limbah dilingkungan sekitar rumah.
9) Sebagaian masyarakat membuang limbah cair ke badan air dan saluran drainase.
10) Saluran pembuangan air limbah dan septictank di masyarakat belum sesuai dengan persyaratan
kesehatan.
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 5/ 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah, Pengelolaan Kebersihan dilaksanakan oleh UPTD Dinas Kebersihan
dan Pertamanan.
Tugas dan wewenang UPTD Kebersihan dan pertamanan
a. Membersihkan sampah pd jalan protokol& selokan di kota Wates.
b. Pengambilan sampah pada bin/tong kota Wates
c. Pengambilan sampah TPS-TPS kota ke TPA
d. Pengambilan sampah TPS-TPS Pasar dan sub terminal
e. Meratakan sampah dan mengurug dg tanah&pasir di TPA
f. Penyemprotan lalat di TPA
g. Pengelolaan 20 lokasi taman kota
Pada tahun 2012 jumlah personal UPTD Kebersihan & Pertamanan Kabupaten Kulon Progo terdiri dari 43 orang
PNS dan 30 orang tenaga kontrak.
Undang Undang No 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah
PP 16/2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum, yang di dalamnya mengatur masalah persampahan.
Perda Kab. Kulon Progo Nomor 5/ 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Dinas daerah.
Hasil Studi/ Kajian spesifik tentang Peta Pemangku Kepentingan Pengelolaan Persampahan dan Peta regulasi yang
menjadi landasan hokum untuk berpijak seperti dalam Tabel 3.16 dan Tabel 3.17
PEMANGKU KEPENTINGAN
Pemerintah Kabupaten
FUNGSI Swasta Masyarakat
Kulon Progo
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan sampah skala Dinas PU UPTD Kebersihan
- -
kab/kota, Dan Pertamanan
Menyusun rencana program persampahan dalam Dinas PU UPTD Kebersiahan
- -
rangka pencapaian target Dan Pertamanan
Menyusun rencana anggaran program persampahan Dinas PU UPTD Kebersiahan
- -
dalam rangka pencapaian target Dan Pertamanan
PENGADAAN SARANA
Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber Kantor LH
- Rumah Tangga
sampah
Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan Kantor LH
dari sumber sampah ke TPS) - Rumah Tangga
Ketersediaan Pelaksanaan
Efektif Blm Efektif/ Tdk Efektif/
Peraturan Tidak
Ada (sebutkan) Dilaksana Dilaksanak Dilaksanaka Ket.
Ada
kan an n
PERSAMPAHAN
Target capaian pelayanan RPJMD, Renstra - - Belum - RPJMD &
pengelolaan persampahan Efektif Renstra
di Kab/Kota ini Tahun 2012-
2016
Kewajiban dan sanksi bagi - Tidak - - - -
Pemerintah Kab/Kota dalam Ada
penyediaan layanan
pengelolaan sampah
Kewajiban dan sanksi bagi - Tidak - - - -
Pemerintah Kab/Kota dalam Ada
memberdayakan
masyarakat dan badan
usaha dalam pengelolaan
sampah
Kewajiban dan sanksi bagi - Tidak - - - -
masyarakat untuk Ada
mengurangi sampah di
hunian rumah dan
membuang ke TPS
Kewajiban dan sanksi bagi - Tidak - - - -
kantor/ unit usaha di Ada
kasasan komersial/ fasilitas
social/ fasilitas umum untuk
mengurangi sampah dan
mumbuang ke TPS
Pembagian kerja Perbup No. 95 - Efektif - - -
pengumpulan sampah dari Tahun 2008
sumber ke TPS dari TPS ke
TPA, pengelolaan di TPA
dan pengaturan waktu
pengangkutan sampah ke
TPA
Kerjasama pemerintah Berita Acara - - - - Antara Satker
kab/kota dengan swasta Penyerahan PPLP
atau pihak lain dalam Pengelolaan dengan Desa
pengelolaan sampah TPST Desa Pengasih
Pengasih
Retribusi sampah atau Draft Perda - - Belum - Menunggu
Kebersihan Retribusi Efektif pengesahan
Persampahan DPRD,
berlaku
efektif Juli
2012
Timbulan sampah di Kabupaten Kulonprogo berasal dari sampah pemukiman, pertokoan , pasar,
perkantoran, penyapuan jalan serta sampah dari sarana umum lainnya. Kabupaten Kulon Progo menghasilkan
sampah sebanyak 70-80 m3/hari atau sekitar 40 ton/hari, atau setara dengan ± 10 rit/hari. Kondisi sampah di
kabupaten Kulon Progo saat ini masih bercampur menjadi satu. Adapun karakteristik sampah kabupaten Kulon
Progo terdiri dari 55% organik, 15% plastik, 10% kertas, 0% metals, and 1% kayu, 1% kaca, 2% karet/kulit, 1%
kain , dan 5% lain-lain. Upaya meminimalisasi kehadiran sampah sudah dilakukan, dimana 5% - 10% sampah
yang dapat direcycle (didaur ulang) diambil pemulung ketika berada di transfer depo, sedangkan 90-95%
diangkut menuju ke TPA. Di TPA sendiri terdapat sejumlah pemulung yang mengumpulkan sampah yang masih
bernilai ekonomis, seperti kertas, plastik, gelas, maupun logam.
Timbulan sampah yang dihasilkan masyarakat setiap hari mestinya dapat ditangani oleh UPTD Kebersihan
dan Pertamanan. Berdasarkan data, persentase penanganan sampah mengalami peningkatan dari 87,50% di
tahun 2008 menjadi 93,33% di tahun 2010.
Berdasarkan data, penanganan sampah kota Wates yang meliputi pertokoan dan pasar sudah
mencapai 100%, artinya semua timbulan sampah setiap harinya sudah dapat diangkut ke TPA. Sedangkan
timbulan sampah di wilayah permukiman belum semuanya terangkut, hal ini disebabkan sebagian masyarakat
masih membakar sampah atau menimbun sampahnya di belakang rumah dengan cara membuat lubang di
tanah. Hal ini selain dapat menyebabkan pencemaran udara, lama kelamaan juga akan mencemari tanah
bahkan air tanah, yang pada akhirnya akan mengganggu kesehatan manusia. Adapun besarnya volume
timbulan sampah dan yang terangkut ke TPA dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Untuk menciptakan lingkungan yang bersih serta memberikan pelayananan kepada masyarakat di
bidang persampahan dibutuhkan sejumlah sarana dan prasarana, seperti tempat penampungan sampah
sementara (kontainer, bin/tong, bak permanen), alat pengangkut (gerobak, dumptruck, becak sampah), dan
sebagainya. Berikut ini sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Kulon Progo.
Kapasitas
No Prasarana dan Sarana Satuan Vol (Unit) Kondisi
(m3)
1. Pewadahan
a. Tong sampah Buah 120 0,1 Sedang
2. Pengumpulan
a. Gerobak sampah Buah 13 1 Sedang
b. Becak sampah Buah 1 1 Sedang
3. TPS pasangan Lks 14 1 s/d 2 Sedang
a. Transfer depo Lks 1 12 Sedang
b. Container Buah 14 6 Sedang
c. Mis blower Buah 1 6 Baik
d. Tempat tertutup Lks 13 6 ; 12
e. Tempat terbuka Lks 26 3-6 ; 8 Sedang
4. Pengangkutan
a. Dump truck besar Bh 3 8
b. Dump truck kecil Bh 2 6
c. Arm roll besar Bh 2 6 Sedang/baik
d. Arm roll kecil Bh 3 6
e. Mini truck (kijang) Bh 1 2
5. Pengolahan
a. Pengomposan
b. Daur ulang
6. TPAS Banyuroto
a. Luas area (ha) Ha 2.5 252.000 Sudah dioperasikan
b. Peralatan Buah 1 Sedang
7. Sarana penunjang
a. Kantor Buah 1 6 m2
b. Perbengkelan
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011
Sistem Pewadahan sampah di Kab. Kulon Progo baik di pemukiman, pasar, perkantoran, dan
perdagangan masih tercampur antara sampah basah dan kering. Berdasarkan jadwal/rute pengambilan
sampah TPS dan Container yang dilayani UPTD Balai Kebersihan DPU Kab. Kulon Progo, pelayanan
sampah mencakup seluruh wilayah Kota Wates, Pengasih, dan beberapa Container/TPS pasar diwilayah
Kab. Kulon Progo. Adapun Jadwal/Rute Pengambilan Sampah TPS dan Container yang dilayani UPTD
Balai Kebersihan DPU Kab. Kulon Progo sebagai berikut :
Volume
No. Nama Unit Pelayanan Armada Keterangan
(m3)
1. Transfer Depo 12 AB 931 C Tiap Hari ( 08.00 WIB)
2. Bin Sampah Jl. M. Dawam 0,1 AB 930 C Tiap Hari ( 08.00 WIB)
3. Bin Sampah Jl. Sutijab 0,1 AB 930 C Tiap Hari
4. TPS Pasar Burung Gawok 2 AB 930 C Tiap Hari
5. Bin Sampah Jl. Lingkar Gawok 0,1 AB 930 C Tiap Hari
6. TPS Gapensi 6 AB 930 C Tiap Hari
7. TPS Kedunggong 6 AB 930 C Tiap Hari
8. Bin Sampah Jl. Kudori 0,1 AB 930 C Tiap Hari
9. TPS Gayam 1,5 AB 930 C Tiap Hari
10. Bin Sampah Jl. Brigjen Katamso 0,1 AB 930 C Tiap Hari
11. Bin Sampah Jl. Sugiyono 0,1 AB 930 C Tiap Hari
12. TPS Perum Giripeni 6 AB 930 C 1 Minggu
13. Bin Sampah Jl. Diponegoro 0,1 AB 925 C Tiap Hari
14. Bin Sampah Jl. Sugiman 0,1 AB 925 C Tiap Hari ( 08.00)
15. TPS IKIP (Pasar Mergosari) 6 AB 925 C 5 hari X 1
16. TPS Pasar Hewan 6 AB 925 C 2 hari X 1
17. Bin Sampah Jl. Pengasih 0,1 AB 925 C 2 hari X 1
18. TPS SMP Pengasih/ Pasar. Pengasih 1 AB 925 C 2 hari X 1
19. TPS Kecamatan Pengasih 1,5 AB 925 C 2 hari X 1
20. TPS Polres 6 AB 925 C 2 hari X 1
21. Bin Sampah Jl. Bhayangkara 0,1 AB 925 C Tiap Hari
22. Bin Sampah Jl. Perwakilan 0,1 AB 925 C Tiap Hari
23. Bin Sampah Lingkar Alun-alun 2 AB 925 C Tiap Hari
24. TPS Rumah Dinas Bupati 1,5 AB 925 C Tiap Hari
25. TPS Rumah Sakit Umum 6 AB 925 C Tiap Hari
26. TPS Beji 6 AB 925 C Tiap Hari
27. Container Teteg Barat 12 AB 932 C Tiap Hari ( 08.00)
28. Container Terminal Wates 12 AB 932 C 2 hari X 1
29. Container Pasar Bendungan 6 AB 932 C 2 hari X 1(legi,pon,wage)
30. Container Jl. Stasiun (Pasar Senggol) 12 AB 932 C Tiap Hari
31. Container Gedung Kesenian 6 AB 932 C Bila ada kegiatan
32. Container Puskesmas Temon 6 AB 932 C 1 Minggu X 1
33. Container Pasar Wates 6 AB 938 C Tiap Hari ( 08.00)
34. Container Pemda 6 AB 938 C Tiap Hari
35. Container Komplek Gereja Katolik 6 AB 938 C Tiap Hari
36. Container Pasar Kelapa 6 AB 938 C 2 Hari X 1
37. Container Gereja Jawa 6 AB 938 C Tiap Hari
38. Container Masjid Taubat 6 AB 938 C Tiap Hari
39. Container Timur BPN 6 AB 932 C 3 Hari X 1
40. Container Pasar Sentolo 6 AB 938 C 2 Hari X 1
41. TPS Pasar Jombokan 6 AB 931 C 1 bulan X 2
42. TPS Pasar Pripih 6 AB 931 C 1 bulan X 1
43. TPS Pasar Glaeng 1,5 AB 931 C 1 bulan X 1
44. TPS Pasar Temon 1,5 AB 931 C 1 bulan X 1
45. TPS Pasar Panjatan 1,5 AB 931 C 1 bulan X 2
46. TPS Pasar Keongan 1,5 AB 931 C 1 bulan X 1
47. TPS Pasar Sewu Galur 1,5 AB 931 C 1 bulan X 2
48. TPS Pasar Legi 1,5 AB 931 C 1 bulan X 2
49. TPS Pasar Brosot 6 AB 931 C 1 bulan X 2
50. TPS Pasar Kranggan 1,5 AB 931 C 1 bulan X 2
51. TPS Pasar Kenteng 6 AB 931 C 1 bulan X 2
52. TPS Pasar Dekso 6 AB 931 C 1 bulan X 2
53. TPS Pasar Nanggulan 2 AB 931 C 1 bulan X 2
54. TPS Terminal Ngeplang 2 AB 931 C 1 bulan X 2
55. TPS Asrama BRIMOB 2 AB 931 C 1 bulan X 2
Sumber: UPTD Kebersihan dan Pertamanan Kab. Kulon Progo, 2011
2. TPA Banyuroto
TPA Banyuroto terletak di dusun Tawang desa Banyuroto kecamatan Nanggulan dengan luas area ±
1,4 Ha, berada pada ketinggian 970 - 990 m di atas permukaan laut dan secara astronomis terletak
pada 7o 45’ 10” dan 110o14’ BT. Jika dilihat letak kemiringannya > 40°. Kondisi lahan secara umum
merupakan tegalan dan jauh dari sumber-sumber mata air yang dimanfaatkan oleh masyarakat.
Kondisi topografi TPA terletak pada daerah topografi bergelombang, pada lahan perbukitan atas dan
sebagian ledokan dengan beda tinggi 10 meter.
Kompos
skala RT 3R di
TPST
Rumah
Tangga
Pasar/ TPA
Pertokoan
Sampah
organik/ Jalan
Transfer Reduce/
aniknor
Depo Pemulung
ganik
Taman/
Fasum
RS, Incinerator
Sampah
Puskesma
medis
(Semi)Pengo Pembuangan
Penampungan
Input User Interface Pengumpulan Setempat Pengangkutan lahan Akhir Akhir / Daur
Sementara (TPS)
terpusat Ulang
A b c d e f g
Pertokoan sekitar Jl. Sutijab Tong sampah Container Arm roll TPA
Pasar Burung Gawok (Gapensi ) Tong sampah Container Arm roll TPA
Permukiman & pertokoan Kedunggong Tong sampah TPS Dam truck TPA
Permukiman & pertokoan Jl Khudori Tong sampah Container Arm roll TPA
Permukiman & pertokoan Gayam Tong sampah TPS Dam truck TPA
Permukiman & pertokoan JL Gayam Tong sampah Container Arm roll TPA
Permukiman & pertokoan JL Brigjen
Tong sampah Container Arm roll TPA
Katamso
Permukiman & pertokoan JL Sugiyono Tong sampah Container Arm roll TPA
Permukiman Giripeni Tong sampah TPS Arm roll TPA
Permukiman & pertokoan JL Diponegoro Tong sampah TPS Dam truck TPA
Sampah Permukiman & pertokoan JL . Sugiman Tong sampah Container Arm roll TPA
Organik/ smph
Pasar Mergosari / IKIP Tong sampah TPS Arm roll TPA
anorganik
Pasar Hewan Tong sampah TPS Dam truck TPA
Produksi
Permukiman & pertokoan Desa Pengasih Tong sampah Motor Sampah kompos/
TPST Pemilahan
Perkantoran & pertokoan Sekitar Kantor
Tong sampah TPS Dam truck TPA
POLRES Ngramang
Perkantoran & Sekitar Jl Bayangkara Tong sampah TPS Dam truck TPA
Perkantoran & Sekitar Jl Perwakilan Tong sampah TPS Dam truck TPA
Perkantoran & Sekitar Rumdin Bupati Tong sampah TPS Dam truck TPA
RSU ( non medis) & Permukiman di Tong sampah & Kantong
TPS Dam truck
sekitar Plastik TPA
PasarTeteg Barat & sekitar Tong sampah Container Dam truck TPA
Terminal Wates Tong sampah Container Dam truck TPA
Pasar Bendungan Tong sampah Container Arm roll TPA
Kelompok Fungsi Teknologi yang Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Sumber Data
digunakan Data
A b C d e
Jumlah Pasar 20 unit
Pasar Jumlah sampah 72 m3 DPU UPTD Kebersihan
terangkut
Jumlah Terminal 1 buah
Terminal Jumlah sampah 6 m3 DPU UPTD Kebersihan
terangkut
User Interface
Rumah Tangga
Jml KK 94.208 KK DPU UPTD Kebersihan
perorangan
Pertokoan Jml Toko (ber-ijin) 829 Bappeda
Kantin/ RM Menjadi satu dg
Menjadi satu dg pasar/
pasar/ DPU UPTD Kebersihan
permukiman
permukiman
Tong sampah Jml Tong sampah 120 buah DPU UPTD Kebersihan
Pengumpulan Setempat
Container Jml Container 14 buah DPU UPTD Kebersihan
TPS Pasangan Jml TPS 14 buah DPU UPTD Kebersihan
Tempat Penampungan Tertutup Jml TPS 13 buah DPU UPTD Kebersihan
Sementara (TPS) Terbuka Jml TPS 26 buah DPU UPTD Kebersihan
Transfer depo Jml Transfer depo 1 buah DPU UPTD Kebersihan
Gerobak sampah Jml Gerobak sampah 13 buah DPU UPTD Kebersihan
Becak sampah Jml Becak sampah 1 buah DPU UPTD Kebersihan
Dump truck besar Jml Dump truck besar 3 buah DPU UPTD Kebersihan
Pengangkutan Dump truck kecil Jml Dump truck kecil 2 buah DPU UPTD Kebersihan
Arm roll besar Jml Arm roll besar 2 buah DPU UPTD Kebersihan
Arm roll kecil Jml Arm roll kecil 3 buah DPU UPTD Kebersihan
Mini truck (kijang) Jml Mini truck (kijang) 1 buah DPU UPTD Kebersihan
Nama TPA TPA Banyuroto DPU UPTD Kebersihan
TPA Kapasitas 252.000 m3 DPU UPTD Kebersihan
(Semi)Pengolahan Akhir Sampah terangkut 219 m3/ hari DPU UPTD Kebersihan
terpusat Jml 4 buah Dinkes
Incenerator Jml sampah medis
15,5 m3/hari Dinkes
dikelola
Pembuangan Akhir / DPU UPTD Kebersihan
Produksi kompos Jml produksi 250 kg/ bln
Daur Ulang
Tanah Jml kk - DPU UPTD Kebersihan
Daur ulang plastik Volume 15 m3/ hari DPU UPTD Kebersihan
Progo, Serang, DPU UPTD Kebersihan
Sungai Nama DAS
Bogowonto
Salah satu asas dalam Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang Pengeloaan sampah adalah asas
tanggung jawab. Masyarakat sebagai salah satu sumber sampah harus ikut memikul tanggung jawab terhadap
sampah yang dihasilkan. Peran masyarakat dalam pengelolaan sampah sangat penting terutama untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan lingkungannya.
1) Membersihkan lingkungan rumah sendiri,pekarangan.
2) Membersihkan jalan dan lingkungan sekitarnya serta tidak membuang sampah secara sembarangan
3) Menyediakan tempat sampah.
Dari Hal tersebut penangan pengelolaan sampah di Kabupaten Kulonprogo peran masyarakat masih rendah karena
tingkat kesadaran masyarakat masih rendah. Namun demikian ada beberapa kelompok yang telah melaksanakan
pengolahan sampah dengan 3 R walaupun belum maksimal seperti di satu kelurahan dan tiga desa. Hasilnya berupa
pupuk kompos,pupuk organik cair dan hasil kerajinan dari sampah anorganik.
Tabel 3.20
Pengelolaan persampahan di tingkat kelurahan/ kecamatan
Tabel 3.21
Pengelolaan Persampahan di tingkat kabupaten
Jenis Kegiatan Dikelolaa oleh Dikelola oleh Dikelola oleh Sektor Dikelola Pihak
kabupaten Masyarakat Formal di Tingkat Swasta
L P L P L P L P
Pengumpulan sampah dari rumah - - - - - - - -
Pemilahan sampah di TPS - - 6 - - - - -
Pengankutan sampah ke TPS - - - - - - - -
Pengangkutan sampah ke TPA 21 - 2 - - - - -
Pemilahan sampah di TPA - - 5 5 - - - -
Para penyapu jalan 17 3 - - - - - -
Upaya pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan upaya reduksi sampah di sumber penghasil sampah,
yaitu di lingkungan rumah tangga. Salah satu cara melakukan reduksi sampah di lingkungan rumah tangga adalah
dengan membentuk kelompok masyarakat pengolah sampah. Berikut adalah kelompok masyarakat di Kabupaten
Kulon Progo yang melakukan pengelolaan sampah berbasis masyarakat:
Tabel 3.23 Kegiatan komunikasi Tentang Persampahan yang ada di Kabupaten Kulon Progo
Dinas Khalayak
No Kegiatan Tahun Tujuan kegiatan Pesan kunci Pembelajaran
pelaks. sasaran
1 Konsultasi 2012 Dinas Mensosialisasikan Masyarakat Partisipasi Sampah adalah
publik Perda PU rencana perda retribusi masyarakat tanggung jawab
Retribusi persampahan dalam bersama antara
Persampahan pengeloaan masyarakat dan
(Radio sampah pemerintah serta
Binangun) swasta
2 Penyuluhan 2009 KLH Mensosialisasikan Masyarakat Meningkatkan -
Pengelolaan pengelolaan sampah kesadaran
Sampah Rumah rumah tangga dengan pengelolaan
Tangga benar sampah
Sumber: DPU CK, KLH
Pendapat
No Nama Media Jenis Acara Isu yang Diangkat Pesan Kunci
Media
1 Radio Binangun Taks show Perda Retribusi Perda Retribusi Positif
Sampah Sampah
2 Harian Jogja Berita Kulonprogo Nilai ekonomis Positif
Kampanyekan sampah dan
Sampah Jadi Barang Memperpanjang
Ekonomis umur TPA
3 KR Radio Berita DPRD Kudus Belajar Sistem pengelolaan -
Sampah Di Kulon sampah di Kulon
Progo Progo
4 www.kulonprogokab.go. Berita Bupati cita-citakan menghilangkan bak- positif
id adipura bak sampah pada
akhir 2012 ini, dan
pengelolaan
sampah di rumah-
rumah warga
5 Radar Jogja Berita Terapkan Lelang Peran serta KSM -
Kepedulian, Akui Sampah dalam
Kesadaran pengelolaan
Masyarakat Rendah sampah domestik di
Desa Pengasih
6 Tribun Jogja Berita Para pengusaha dari Selama ini sampah -
Swiss siap sering menjadi
menanamkan permasalahan di
modalnya di bidang banyak daerah.
pengolahan sampah di Namun, jika dikelola
Kabupaten baik dan
Kulonprogo profesional, sampah
bisa mendatangkan
pemasukan cukup
besar
7 Harian Seputar Berita Semakin peliknya Kabupaten -
Indonesia persoalan Kulonprogo menjadi
persampahan di pilot project
Bantul, sleman dan pengelolaan
Kota Yogyakarta sampah
Sumber: Media Center Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012
Tabel 3.26
Daftar Mitra Potensial Sanitasi Persampahan
Di Kabupaten Kulonprogo sudah ada Kelompok masyarakat yang melakukan pemilahan terhadap sampah dan
mengolahnya menjadi kompos walaupun baru satu yaitu di Desa Pengasih. Untuk kelompok pengelola sampah
plastik sudah ada di beberapa lokasi yaitu di Kecamatan Pengasih dan Kecamatan Panjatan.
Belanja investasi maupun untuk operasi dan pemeliharaan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten
Kulonprogo ( SKPD terkait ) maupun institusi lain yang berwenang dalam pengelolaan persampahan sejak lima
tahun terakhir , selengkapnya pada Tabel 3.28 :
Tabel 3.28
Ringkasan pendapatan (pendanaan) dan belanja dari subsektor pengelolaan persampahan
Tabel 3.29 : Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan
Pemangku Kepentingan
Fungsi
Pemerintah Kab. Swasta Masyarakat
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan Dinas PU Bidang Cipta - -
skala kab/kota Karya
Menyusun rencana program drainase lingkungan Dinas PU Bidang Cipta - -
dalam rangka pencapaian target Karya
Ketersediaan Pelaksanaan
KEPALA
SEKERTARIS
SEKSI
SEKSI SEKSI PERENCANAAN SEKSI
PEMBANGUNAN DAN PERUMAHAN DAN TATA RUANG PERENCANAAN
PEMELIHARAAN PERMUKIMAN TATA RUANG
JEMBATAN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL Penyelenggaraan
TERTENTU
UPTD Pengelolaan
Drainase
Grey Water
Badan air/
Air cucian tanah
dapur
Tempat Sungai
cuci Badan
piring/ air/ tanah
Tempat
Atap Sungai
cuci baju/
bangunan
mobil
tanah
Talang
Jalan
/Ruang Sungai
publik
Tanah
Sungai
Tabel 3.32
Sistem pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten Kulon Progo
Kelompok Fungsi Teknologi yang Jenis Data (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data
digunakan Sekunder
B b c d e
User Interface Tempat cuci piring/
Jumlah Tidak tersedia -
makanan
User Interface Kamar mandi Jumlah Tidak tersedia -
User Interface Tempat cuci baju/
Jumlah Tidak tersedia -
mobil
User Interface Talang Jumlah Tidak tersedia -
Pengaliran Drainase/ Sal Air Luas pelayanan 621,87 km2 Bappeda
Pembuangan/ Daur Tanah
-
Ulang
Sungai Nama DAS Bogowonto, Progo, DPU
Serang
Masyarakat/pihak swasta dalam perana penanganan drainase masih terbatas,terutama pada lingkungan
perumahan pribadi.Sehingga diharapkan semua pihak terutama pemangku kebijakan melakukan
kesepakatan/kesediaan untuk aktif dalam pembangunan organisasi pengelola/pemeliharaan saluran
drainase permukiman seperti : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat/PKK
Tabel 3.35
Kegiatan Komunikasi yang ada di Kabupaten Kulon Progo
Tabel 3.36
Media Komunikasi yang ada di Kabupaten Kulon Progo
No. Nama Media Jenis Isu yang diangkat Pesan Kunci Pendapat
Acara Media
1 Indosiar Berita Korban banjir di Kulonprogo
tidak di relokasi
2 Harian Jogja Berita Pendangkalan di sepanjang Pemdes Sukoreno Desak
drainase Rowo Jembangan Normalisasi Rowo
(Srikayangan) memicu Jembangan
munculnya banjir
3 http://sururudin.w Berita Bhakti Karangtaruna bangun Bhakti Karangtaruna 2007 Positif
ordpress.com Drainase dan Taman menggali
kepedulian
4 KR radio Berita Warga masyarakat pedukuhan masyarakat untuk Positif
Sengir bersama anggota memelihara jalan yang menggali
Kodim 0731 Kulonprogo dibangun, terutama drainase, kepedulian
melakukan pembangunan sehingga tanah maupun
corblock dan drainase ( TMMD lumpur di musim hujan tidak
) menutup corblock.
5 Majalah Trobos Berita Ribuan ayam mati menderita Air di kawasan itu memang Positif,
edisi Maret 2011 Malaria – like Disease (MLD) tidak bergerak karena dekat segera di
karena drainase yang buruk di pantai. Sangat kondusif bagi tindaklanjuti
wilayah pantai selatan perkembangan vektor.
6 http://www.nawasi Berita Limbah Laundry Di
s.com/, Tanggal Kulonprogo Mengkhawatirkan Belum mempunyai IPAL
06/26/2012, Komunal
sumber SoloPos
Sumber : Media Center Kab Kulonprogo
Untuk meningkatkan pelayanan fasilitas sanitasi sebagai prasarana dasar untuk meningkatkan
tingkat kesejahteraan masyarakat diperlukan kemitraan dengan pihak luar/ swasta/ dunia usaha. Adapun bentuk
kerjasama yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kulonprogo adalah ( Tabel 3.39 ):
Tabel 3.39
Penyedia layanan Pengelolaan Drainase Lingkungan di Kabupaten Kulon Porgo
Belanja investasi maupun untuk operasi dan pemeliharaan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten
Kulonprogo ( SKPD terkait ) maupun institusi lain yang berwenang dalam pengelolaan drainase cenderung
mengalami penurunan sejak lima tahun terakhir , selengkapnya pada Tabel 3.40 :
Tabel 3.40
Ringkasan pendapatan dan Belanja dari Subsektor pengolalaan Drainase Lingkungan
Kondisi saluran drainase Kabupaten Kulonprogo sering menghadapi permasalahan yang di hadapi antara
lain
1) Lemahnya kapasitas SDM manajemen sub sektor drainase.
2) Anggaran pengelolaan drainase yang bersumber dari APBD sangat kecil.
3) Kapasitas saluran drainase masih kurang sehingga berakibat terjadinya luapan.
4) Belum semua kawasan perkotaan memiliki saluran drainase.
5) Belum ada masterplan drainase di Kabupaten Kulon Progo.
6) Banyak terjadi pendangkalan pada saluran drainase.
7) Sudah terbangunnya sarana drainase tetapi sebagian besar sudah rusak dan belum berfungsi secara
optimal.
8) Lahan pembangunan drainase terkendala karena melintasi tanah milik warga.
9) Saluran drainase digunakan untuk pembuangan limbah rumah tangga.
10) Sebagian wilayah terjadi genangan pada saat musim penghujan.
Air bersih (clean water) adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Sedangkan air minum (drinking water) adalah air yang
melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002). Sumber air bersih dapat dibedakan atas : 1) Air
Hujan; 2) Air Sungai dan Danau; 3) Mata Air; 4) Air Sumur Dangkal; dan 6) Air Sumur Dalam.
Pencemaran air, udara, dan tanah masih belum tertangani secara optimal karena aktivitas pembangunan
yang kurang memerhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan. Pencemaran air di Kabupaten Kulon Progo pada
umumnya, adalah adanya indikasi tingginya bakteri coly, kandungan kapur, dan Fe. Pada lokasi-lokasi khusus,
terindikasi adanya logam berat pada kandungan air minum pada daerah penambangan emas Kokap dan
penggunaan pestisida yang kurang terkontrol pada daerah pertanian sangat menganggu keseimbangan kualitas air
tanah di sekitarnya. Pada musim kemarau panjang mengalami masalah kekeringan. Selain kekurangan air untuk
mengairi lahan pertanian, masyarakat pun menghadapi kekurangan suplai kebutuhan air untuk konsumsi dan
kebutuhan sanitasi (MCK).
Asumsi yang digunakan dalam menghitung jumlah pengguna air bersih adalah meliputi : a) jumlah
pelanggan PDAM; b) jumlah pengguna air dari mata air terlindung (SPAM Des); c) jumlah pengguna air bersih dari
sumur terlindung; dan d) jumlah pengguna air bersih dari Penampungan Air Hujan (PAH). Dari 114.878 rumah
tangga yang ada pada tahun 2010 terdapat sejumlah 64.620 rumah tangga yang telah menggunakan air bersih
sebagaimana dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Sistem
No Uraian Satuan Keterangan
Perpipaan
1 Pengelola PDAM
2 Tingkat Pelayanan 55,77 %
3 Kapasitas Produksi 112,12 Lt/detik
4 Kapasitas Terpasang 253,5 Lt/detik
5 Jumlah Sambungan Rumah (total) 14.117 SR
6 Jumlah Kran Air 28.234 Unit 1 SR = 2 Kran
7 Kehilangan Air (UFW) 23.50 %
8 Retribusi tariff (rumah Tangga) Rp 2.500 -
4.300/M3
9 Jumlah Pelanggan per Kecamatan
a) Temon 756 SR
b) Wates 2.535 SR
c) Panjatan 1.855 SR
d) Galur
692 SR
e) Lendah
f) Sentolo 1.172 SR
g) Pengasih 2.957 SR
h) Kokap 2.268 SR
i) Girimulyo 544 SR
j) Nanggulan 450 SR
k) Kalibawang 888 SR
l) Samigaluh -
Sumber : PDAM Kab. Kulonprogo, 2012
Gambar 3. 7 Peta cakupan Pelayanan Air Bersih ( Peta Jaringan PDAM )
SK E M A SISTE M PE LA Y A N A N
S is te m C le re n g
S is te m S e r m o
S is te m S e n to lo
S is te m G a lu r
S is te m B a n ja r o y o /
B a n ja ra r u m
U n it P e la y a n a n
S is te m G r a v ita s i
S is te m P o m p a
R e n c a n a S is tim L e n d a h
3.5.2. Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga
Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut
dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah
tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus
dikelola untuk mengurangi pencemaran.
Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;
1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah
maupun air di bawah permukaan tanah.
2. Tidak mengotori permukaan tanah.
3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.
7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda
terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak
pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap
pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil,
kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui
oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja.
Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di
daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
Industri rumah tangga seperti industri tempe, tahu, rumah makan, dan lain-lain perlu dikelola. Limbah dari
industri rumah tangga tersebut menimbulkan bau yang tidak enak dan mengganggu lingkungan sekitarnya.
1 2 3 4 5 6
I PENGOLAHAN PANGAN
1 Emping Garut Pengasih 56 Peresapan konvensional 29.25
2 Emping Garut Lendah 40 Peresapan konvensional 14.95
3 Emping Melinjo Pengasih 41 Peresapan konvensional 37.40
4 Emping Melinjo Wates 12 Peresapan konvensional 2.60
5 Emping Melinjo Galur 2 Peresapan konvensional 0.26
6 Emping Melinjo Lendah 9 Peresapan konvensional 1.14
7 Gula Kelapa Kokap 547 Peresapan konvensional 1,277.80
8 Gula Kelapa Kalibawang 400 Peresapan konvensional 551.90
9 Gula Kelapa Lendah 44 Peresapan konvensional 7.40
10 Gula Kelapa Sentolo 22 Peresapan konvensional 1.73
11 Jamu Tradisionnal Kokap 15 Peresapan konvensional 5.25
12 Jenang A lot Panjatan 8 Peresapan konvensional 1.05
13 Minyak Kelapa Galur 20 Peresapan konvensional 25.86
14 Minyak Kelapa Nanggulan 12 Peresapan konvensional 7.76
15 Pati Aci Pengasih 20 Peresapan konvensional 36.47
16 Slondok Ketela Kalibawang 133 Peresapan konvensional 355.35
17 Tahu basah Pengasih 36 IPAL 515.10
18 Tahu basah Sentolo 64 IPAL 2,165.35
19 Tahu basah Temon 3 IPAL 5.30
20 Tahu basah Galur 7 IPAL 44.30
21 Tahu basah Lendah 20 IPAL 135.65
22 Tempe Kedelai Lendah 57 Sumur Resapan 73.65
23 Tempe Kedelai Wates 16 Sumur Resapan 23.85
24 Tempe Kedelai Sentolo 14 Sumur Resapan 18.90
25 Tempe Kedelai Panjatan 21 Sumur Resapan 51.54
26 Wingko Kelapa Pengasih 1 Peresapan konvensional 0.35
Jumlah 1,620 5.390
II SANDANG DAN KULIT
27 Batik Temon 1 IPAL 7.40
28 Batik Lendah 16 IPAL 397.92
29 Bordir Wates 5 Peresapan konvensional 0.33
30 Konveksi Wates 1 Peresapan konvensional 0.62
31 Tenun Nanggulan 3 Peresapan konvensional 1.95
Jumlah 26 408
III KIMIA DAN BAHAN BANGUNAN
32 Bata Merah Lendah 7 Peresapan konvensional 212.50
33 Bata Merah Nanggulan 3 Peresapan konvensional 21.83
34 Genteng Kokap 70 Peresapan konvensional 2,405.30
35 Genteng Lendah 5 Peresapan konvensional 12.27
36 Genteng Kalibawang 7 Peresapan konvensional 24.05
37 Gerabah Lendah 6 Peresapan konvensional 2.03
38 Minyak Atsiri Samigaluh 14 Peresapan konvensional 72.23
Jumlah 112 2.750
IV LOGAM DAN JASA
39 Bengkel Las Wates 6 Peresapan konvensional 1.40
40 Kerajinan Kaleng Wates 8 Peresapan konvensional 0.95
41 Pende Besi Wates 15 Peresapan konvensional 8.35
Jumlah 29 11
V KERAJINAN DAN UMUM
42 Anyamaan Bambu Nanggulan 15 Peresapan konvensional 2.50
43 Anyamaan Bambu Kalibawang 28 Peresapan konvensional 10.90
44 Anyamaan Bambu Girimulyo 23 Peresapan konvensional 1.39
45 Anyamaan Bambu Lendah 24 Peresapan konvensional 11.09
46 Anyamaan Bambu Samigaluh 1 Peresapan konvensional 0.03
47 Anyaman Serat Sentolo 73 Peresapan konvensional 334.50
Tumbuhan
48 Anyaman Serat Nanggulan 38 Sumur Resapan 455.70
Tumbuhan
49 Anyaman Serat Kalibawang 9 Sumur Resapan 0.65
Tumbuhan
50 Anyaman Serat Panjatan 4 Sumur Resapan 4.70
Tumbuhan
51 Kerajinan Lapis Perak Lendah 3 Peresapan konvensional 0.13
52 Mebel Kayu Sentolo 4 Peresapan konvensional 0.15
53 Mebel Kayu Girimulyo 18 Peresapan konvensional 0.57
54 Mebel Kayu Kokap 10 Peresapan konvensional 0.20
55 Mebel Kayu Wates 6 Peresapan konvensional 0.18
56 Mebel Kayu Galur 9 Peresapan konvensional 0.19
57 Mebel Kayu Lendah 19 Peresapan konvensional 0.61
58 Mebel Kayu Pengasih 9 Peresapan konvensional 0.58
59 Mebel Kayu Temon 4 Peresapan konvensional 0.05
60 Sabut Kelapa Pengasih 16 Sumur Resapan 14.30
61 Sabut Kelapa Galur 5 Sumur Resapan 1.58
Jumlah 318 840
Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan dan ESDM Kab. Kulonprogo, 2012
Dari tabel di atas sudah dapat di perkirakan bahwa beberapa industri Rumah Tangga sudah melakukan
pengolahan limbah cair meskipun masih sederhana / konvensional, total Limbah Cair Industri Rumah tangga di
Kabupaten Kulonprogo mencapai 9.399 m3/hari, sehingga total limbah yang di hasilkan oleh Industri tersebut
pertahun mencapai 3.430.731 m3/tahun .
Limbah medis adalah limbah yang ditimbulkan oleh kegiatan yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
Sumber timbulan limbah medis diantaranya rumah sakit, puskesmas, tempat praktik dokter, serta pelayanan
kesehatan lainnya. Limbah medis umumnya berupa limbah padat (sampah medis) dan limbah cair. Di Kabupaten
Kulon Progo sampah medis dari puskemas dan rumah sakit swasta dimusnahkan dengan incinerator yang ada di
RSUD Wates, Puskesmas Galur II, Puskesmas Pengasih II, dan Puskesmas Kalibawang. Selain incinerator RSUD
Wates pun sudah mempunyai IPAL untuk mengolah dan menangani limbah cair agar tidak mencemari lingkungan.
Nama Fasilitas Kesehatan Lokasi Pengelolaan Jenis Pengolahan Limbah Medis Kapasitas
(m3/Hari)
Puskesmas Pengasih II Puskesmas Pengasih II Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Wates Puskesmas Pengasih II Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Temon I Puskesmas Pengasih II Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Temon II Puskesmas Pengasih II Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Lendah I Puskesmas Pengasih II Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Sentolo I Puskesmas Pengasih II Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Pengasih I Puskesmas Pengasih II Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Kokap I Puskesmas Pengasih II Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas kokap II Puskesmas Pengasih II Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Nanggulan Puskesmas Pengasih II Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Galur I Puskesmas Galur II Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Galur II Puskesmas Galur II Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Panjatan I Puskesmas Galur II Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Panjatan II Puskesmas Galur II Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Sentolo II Puskesmas Galur II Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Lendah I Puskesmas Galur II Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Lendah II Puskesmas Galur II Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Kalibawang Puskesmas Kalibawang Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Girimulyo I Puskesmas Kalibawang Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Girimulyo II Puskesmas Kalibawang Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Samigaluh I Puskesmas Kalibawang Incenerator ( Padat ) 0,25
Puskesmas Samigaluh II Puskesmas Kalibawang Incenerator ( Padat ) 0,25
RSUD Wates RSUD Wates Incenerator ( Padat ) 10
RSUD Wates RSUD Wates IPAL ( cair ) 1
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Kulonprogo, 2012
Dari tabel di atas, total sampah medis mencapai 15,5 m3/hari dan untuk limbah cair 1 m3/hari, sehingga
total limbah yang di hasilkan oleh fasilitas tersebut pertahun mencapai 5.657,5 m3/tahun untuk sampah
medis dan 365 m3/tahun untuk limbah cair.
BAB IV
PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI KABUPATEN KULON PROGO SAAT INI
DAN YANG SEDANG DIRENCANAKAN
4.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku atau tidakan yang
dipraktikan/dilakukan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga
atau kelompok masyarakat yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, untuk dapat menolong diri sendiri dalam
pembangunan bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
kesehatan masyarakatnya.
Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota keluarga institusi pendidikan yang terbagi
dalam Sasaran primer, yaitu sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan diubah perilakunya (murid dan
guru) yang bermasalah baik individu maupun kelompok, sasaran sekunder, yaitu sasaran yang dapat mempengaruhi
individu dalam institusi pendidikan yang bermasalah (kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan
sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait, PKK; serta Sasaran tersier, yaitu sasaran
yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan
kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan (Kepala Desa, Camat, Kepala Puskesmas,
guru, tokoh masyarakat dan orang tua murid).
Berdasarkan hasil KUA PPAS 2013, Program/Kegiatan terkait PHBS yang akan dilaksanakan di Dinas Kesehatan
Kabupaten Kulon Progo tahun 2013 adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian dampak/pencemaran (Pengelolaan Limbah)
2. monitoring evaluasi bantuan jambanisasi (Pendampingan cara pembuatan jamban yang benar)
3. Pelayanan Laboratorium di UPTD laboratorium Kesehatan
4. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
5. Pemberdayaan UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat)
6. Penyehatan sanitasi lingkungan
Tabel 4.1
Rencana Program dan Kegiatan PHBS dan Promosi Higiene Tahun 2013
Sumber SKPD
No Indikasi Biaya Sumber Dokumen
Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Pendanaan/ Penanggung
(Rp) Perencanaan
Pembiayaan Jawab
1 Pengendalian dampak/pencemaran Paket 1 10.211.000 APBD Dinkes APBD 2013
(Pengelolaan Limbah)
2 monitoring evaluasi bantuan Paket 1 10.000.000 APBD Dinkes APBD 2013
jambanisasi (Pendampingan cara
pembuatan jamban yang benar)
3 Pelayanan Laboratorium di UPTD Sampel 268 7.497.150 APBD Dinkes APBD 2013
laboratorium Kesehatan
4 Peningkatan Perilaku Hidup Bersih Kecmtn 12 13.564.300 APBD Dinkes APBD 2013
dan Sehat (PHBS) Lokasi 8
5 Pemberdayaan UKBM (Upaya Desa 88 58.947.500 APBD Dinkes APBD 2013
Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat)
6 Penyehatan sanitasi lingkungan kec, unit 3 36.099.900 APBD Dinkes APBD 2013
sampel. 900
300
JUMLAH 136.319.850
Adapun Program dan Kegiatan terkait PHBS untuk tahun 2012 yang sedang berjalan adalah:
1. Pengendalian dampak/pencemaran (Pengelolaan Limbah)
2. monitoring evaluasi bantuan jambanisasi (Pendampingan cara pembuatan jamban yang benar)
3. Pelayanan kualitas lingkungan(Pembentukan forum untuk memotivasi masyarakat dalam menjaga lingkungannya)
4. Pelayanan Laboratorium di UPTD laboratorium Kesehatan
5. Pengawasan Kualitas Lingkungan
6. Pengembangan desa siaga aktif
7. Pemberdayaan UKBM
8. Penyuluhan PHBS
Tabel 4.2
Program dan Kegiatan PHBS dan Promosi Higiene Tahun 2012
Program dan kegiatan terkait dengan pembangunan sanitasi subsektor air Limbah domestik di Kabupaten
Kulon Progo tidak banyak. Kegiatan ini bersifat fisik dan diampu oleh Dinas Pekerjaan Umum ataupun Satuan
Kerja PLP provinsi DIY. Adapun program/kegiatanyang akan dilaksanakan pada tahun 2013 adalah:
1. Penyediaan Sarana Sanitasi Dasar, yang di dalamnya lebih dominan untuk pembangunan sanitasi subsektor air
limbah.
2. Pembangunan /peningkatan infrastruktur air limbah sistem setempat/komunal (on-site)
Tabel 4.3
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2013
Sumber SKPD
No Indikasi Biaya Sumber Dokumen
Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Pendanaan/ Penanggung
(Rp) Perencanaan
Pembiyaan Jawab
1 Penyediaan Sarana kecamatan 3 1.054.980.200 APBD Dinas PU KUA PPAS 2013
Sanitasi Dasar
2 Pembangunan paket 1 1.040.000.000 APBN/APBD Satker PLP RPIJM Kab.KP
/peningkatan prov/APBD 2012-2016
infrastruktur air limbah Kab
sistem
setempat/komunal(on-
site)
JUMLAH 2.094.980.200
Adapun Program dan Kegiatan terkait Pengelolaan Subsektor Air Limbah untuk tahun 2012 yang sedang berjalan
adalah:
1. Monitoring evaluasi bantuan jambanisasi
2. Pengendalian dampak/pencemaran (pengolahan limbah)
3. Pengembangan kota Wates
4. Fasilitasi DAK Sanitasi
5. Pembangunan /peningkatan infrastruktur air limbah sistem setempat/komunal(on-site)
Tabel 4.4
Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2012
Biaya Lokasi
No Nama Program/kegiatan Satuan Volume Sumber Dana Pelaksana Kegiatan
(Rp) Kegiatan
4.3 Persampahan
Sesuai dengan hasil KUA PPAS tahun 2013, program dan kegiatan yang akan dilaksanakan terkait dalam
pembangunan sanitasi subsektor persampahan di Kabupaten Kulon Progo tahun 2013 adalah:
1. Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Persampahan.
2. Pemeliharaan Kebersihan Kota
3. Peningkatan prasarana dan sarana persampahan
4. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan
5. DED Peningkatan kinerja TPA Kab. Kulon Progo
6. Pembangunan infrastruktur Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)sistem 3R (Bank Sampahn & SIKIPAS)
7. Perencanaan Teknis dan DED 3R
8. Supervisi Pembangunan PS Terpadu 3R
9. Pemberdayaan masyarakat terkait pengelolaan sampah
10. Konsultan Teknis 3R
11. Konsultan Pemberdayaan Masyarakat terkait pengelolaan sampah.
Tabel 4.5
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2013
Sumber SKPD
No Nama Indikasi Biaya Sumber Dokumen
Satuan Volume Pendanaan/ Penanggung
Program/Kegiatan (Rp) Perencanaan
Pembiyaan Jawab
1 Peningkatan Operasi Unit 9 392.872.000 APBD Dinas PU KUA-PPAS 2013
dan Pemeliharaan
Prasarana dan Sarana
Persampahan
2 Pemeliharaan Orang 27 192.622.000 APBD Dinas PU KUA-PPAS 2013
Kebersihan Kota
3 Peningkatan prasarana Motor 3 75.000.000 APBD Dinas PU KUA-PPAS 2013
dan sarana sampah
persampahan roda 3
4 Peningkatan peran Lokasi 348.971.600 APBD KLH KUA-PPAS 2013
serta masyarakat dalam
pengelolaan
persampahan
5 DED Peningkatan Dokumen 1 550.000.000 APBN/APBD Satker PLP RPIJM Kab.KP
kinerja TPA Kab. Kulon Kab 2012-2016
Progo
6 Pembangunan Paket 1 800.000.000 APBN/APBD Satker PLP RPIJM Kab.KP
infrastruktur Tempat Kab 2012-2016
Pengolahan Sampah
Terpadu (TPST)sistem
3R (Bank Sampahn &
SIKIPAS)
7 Perencanaan Teknis paket 1 56.000.000 APBN Satker PLP RPIJM Kab.KP
dan DED 3R 2012-2016
8 Supervisi paket 1 25.000.000 APBN Satker PLP RPIJM Kab.KP
Pembangunan PS 2012-2016
Terpadu 3R
9 Pemberdayaan 30.000.000 APBN Satker PLP RPIJM Kab.KP
masyarakat terkait 2012-2016
pengelolaan sampah
10 Konsultan Teknis 3R paket 1 12.600.000 APBN Satker PLP RPIJM Kab.KP
2012-2016
11 Konsultan paket 1 20.000.000 APBN Satker PLP RPIJM Kab.KP
Pemberdayaan 2012-2016
Masyarakat terkait
pengelolaan sampah
JUMLAH 2.503.065.500
Adapun program dan kegiatan yang sedang berjalan pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:
1. Pengadaan kontainer sampah
2. DAK dan Pendampingan DAK (sumur resapan, gerobak sampah, komposter, biopori,tong sampah)
3. Peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan
4. Pemeliharaan Kebersihan kota.
5. Peningkatan Prasarana dan sarana persampahan
6. Peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan
7. Pembangunan infrastruktur Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) sistem 3R
8. Perencanaan Teknis dan DED 3R
9. Supervisi Pembangunan PS Terpadu 3R
10. Pemberdayaan masyarakat terkait pengelolaan sampah
11. Konsultan Teknis 3R
12. Konsultan Pemberdayaan terkait pengelolaan sampah
13. Alat pengolah sampah (sAIIG Hibah Australia)
14. Pembangunan TPST (sAIIG Hibah Australia)
Tabel 4.6
Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2012
Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai prasarana kota yang
dilandaskan pada konsep drainase yang berwawasan lingkungan. Berlainan dengan paradigma lama yang
prinsipnya mengalirkan limp asan air hujan ke badan air penerima secepatnya, tetapi prinsipnya agar air hujan yang
jatuh ditahan dulu agar lebih banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan buatan/alamiah
seperti kolam tandon, waduk lapangan, sumur-sumur resapan, penataan lansekap dan lain-lain. Hal tersebut
bertujuan memotong puncak banjir yang terjadi sehingga dimensi saluran lebih ekonomis, dapat juga membantu
menambah sumbersumber air baku.
Program dan kegiatan yang akan dilaksanakan terkait subsektor drainase di Kabupaten Kulon Progo tahun 2013
hanyalah pemeliharaan terhadap saluran drainase yang sudah ada. Adapun program dan kegiatan tersebut adalah
sebagai berikut:
• Rehabilitasi, Pemeliharaan Saluran Drainase / Gorong-Gorong
Tabel 4.7
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Tahun 2013
Sumber SKPD
No Indikasi Biaya Sumber Dokumen
Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Pendanaan/ Penanggung
(Rp) Perencanaan
Pembiyaan Jawab
Untuk pada tahun 2012, program dan kegiatan yang sedang berjalan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Kulon progo yaitu:
1. Rehabilitasi, Pemeliharaan Saluran Drainase/Gorong-Gorong
2. Masterplan dan DED drainase Kabupaten Kulon Progo
Tabel 4.8
Kegiatan Pengelolaan Drainase Tahun 2012
Program/Kegiatan SKPD yang terkait dengan sanitasi diantaranya penyediaaan air bersih. Penyediaan air bersih di
Kabupaten Kulon Progo selain diusahakan oleh masyarakat dengan membuat sumur gali dan mata air, juga
disediakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM Tirta Binangun). Sumber air baku bagi PDAM diperoleh dari
mata air Desa Clereng, Waduk Sermo, dan Sungai Progo.
Untuk tahun 2013, program dan kegiatan yang akan dilaksanakan cukup banyak, diantaranya:
Sumber SKPD
No Indikasi Biaya Sumber Dokumen
Nama Program/Kegiatan Satuan Vol Pendanaan/ Penanggun
(Rp) Perencanaan
Pembiyaan g Jawab
Pengelolaan Air Bersih
Penyediaan Sarana Air
Bersih (Dusun Nyemani
Desa Sidoharjo Samigaluh,
1 Dusun Kalibuko I dan Desa 3 1.966.050.400
APBD Dinas PU
Kalibuko II, Desa Kalirejo KUA PPAS 2013
Kokap, Desa Banjaroyo)
Fasilitasi Penguatan
Kapasitas dan SDM RPIJM Kab.KP
2 Satker
Bidang Air Minum Paket 1 50.000.000 APBN 2012-2016
PKPAM
Penyusunan/Review
Rencana induk bidang Air 100.000.000 RPIJM Kab.KP
3 Dokumen 1 APBN Satker
Minum 2012-2016
PKPAM
Pembangunan/peningkata
n SPAM IKK di Kaw MBR 1.300.000.000 APBN/APBD RPIJM Kab.KP
4 Paket 1 Satker
(Sidorejo) KP 2012-2016
PKPAM
Pembangunan/peningkata
n SPAM IKK di Kaw MBR 1.950.000.000 APBN/APBD RPIJM Kab.KP
5 Paket 1 Satker
(Karangwuni) KP 2012-2016
PKPAM
Pembangunan/peningkata 9.652.500.000
APBN/APBD
n SPAM IKK Kalbawang RPIJM Kab.KP
6 Paket 1 Prov/APBD- Satker
2012-2016
KP PKPAM
Pembangunan SPAM
250.000.000 RPIJM Kab.KP
7 Desa Rawan Air Desa 7 APBD-Prov Satker
2012-2016
PKPAM
Pembangunan SPAM
Desa Rawan Air 850.000.000 APBN/APBD RPIJM Kab.KP
8 Desa 1 Satker
(Hargorejo) -KP 2012-2016
PKPAM
Pembangunan SPAM
Desa Rawan Air 450.000.000 APBN/APBD RPIJM Kab.KP
9 Desa 1 Satker
(Pagerharjo) -KP 2012-2016
PKPAM
Pembangunan SPAM
Desa Rawan Air 450.000.000 APBN/APBD RPIJM Kab.KP
10 Desa 1 Satker
(Kebonharjo) -KP 2012-2016
PKPAM
Pembangunan SPAM
Desa Rawan Air 1.050.000.000 APBN/APBD RPIJM Kab.KP
11 Desa 1 Satker
(Banjaroyo)) -KP 2012-2016
PKPAM
Pembangunan SPAM
Desa Rawan Air 450.000.000 APBN/APBD RPIJM Kab.KP
13 Desa 1 Satker
(Jatimulyo) -KP 2012-2016
PKPAM
Pembangunan SPAM
550.000.000 APBN/APBD RPIJM Kab.KP
14 Desa Rawan Air Desa 1 Satker
-KP 2012-2016
PKPAM
Pembangunan SPAM
550.000.000 APBN/APBD RPIJM Kab.KP
15 Desa Rawan Air Desa 1 Satker
-KP 2012-2016
PKPAM
Pamsimas
440.000.000 APBN/APBD RPIJM Kab.KP
16 Desa 2 Satker
-KP 2012-2016
PKPAM
Pembangunan/peningkata
n SPAM di kawasan
550.000.000 APBN/APBD RPIJM Kab.KP
17 Pelabuhan Perikanan ( TPI Paket 1 Satker
-KP 2012-2016
Karangwuni ) PKPAM
Pembangunan/peningkata
n SPAM di kawasan
550.000.000 APBN/APBD RPIJM Kab.KP
18 Pelabuhan Perikanan (TPI Paket 1 Satker
-KP 2012-2016
Bugel ) PKPAM
Pembangunan/peningkata
n SPAM di kawasan
550.000.000 APBN/APBD RPIJM Kab.KP
19 Pelabuhan Perikanan (TPI Paket 1 Satker
-KP 2012-2016
Jangkaran ) PKPAM
Pembangunan/peningkata
n SPAM di kawasan
550.000.000 APBN/APBD RPIJM Kab.KP
20 Pelabuhan Perikanan (TPI Paket 2 Satker
-KP 2012-2016
Trisik ) PKPAM
Sedangkan untuk tahun 2012, program dan kegiatan terkait sanitasi yang sedang berlangsung adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.10
Kegiatan Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi Tahun 2012
17 Pemantauan Kualitas
21.794.900
Lingkungan (kualitas Paket 1 APBD KP KLH
air)
Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman
18 Fasilitasi Penguatan
Kapasitas Pemda
laporan 1 APBN Kab/kota Satker PLP
dalam Bidang PLP ( 5
Kab/ Kota )
19 Fasilitasi Penguatan
300.609.000
Kapasitas Bidang Paket 1 APBN Kab/kota Satker PLP
PLP
20 Monitoring&evaluasi
Reguler bidang PLP
Paket 1 APBN Kab/kota Satker PLP
32.316.000
22 Monitoring&evaluasi 32.316.000
Paket 1 APBN Kab/kota Satker PLP
DAK bidang PLP
23 Penyuluhan
10.000.000
pengendalian polusi leaflet 1000 APBD KP KLH
dan pencemaran
24 Pelayanan kualitas Kalibawang,
14.071.000
lingkungan kecamatan 3 APBD Kokap, Dinkes
Samigaluh
Bidang Pengelolaan Limbah Medis
25 Pengelolaan Limbah 31.601.075
paket 1 APBD Puskesmas Dinkes
Medis
JUMLAH 9.179.696.100
BAB V
INDIKASI PERMASALAHAN DAN
POSISI PENGELOLAAN SANITASI KABUPATEN KULON PROGO SAAT INI
Area berisiko sanitasi ditentukan berdasarkan tingkat resiko sanitasi dengan menggunakan data sekunder,
data primer hasil studi EHRA, serta hasil penilaian oleh SKPD terkait sanitasi.
Penentuan area berisiko sanitasi berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat
risiko sebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD. Data sekunder yang dimaksud
adalah data-data mengenai ketersediaan layanan fasilitas air bersih, sanitasi, data umum meliputi Sambungan
Rumah dan Hidran Umum (PDAM/BPAM/HIPPAM); jumlah jamban; nama kelurahan, jumlah RT & RW, jumlah
populasi, luas administratif, luas terbangun; Jumlah KK miskin; serta luas genangan.
Penentuan area berisiko berdasarkan Penilaian SKPD diberikan berdasarkan pengamatan, pengetahuan
praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota pokja kota/kabupaten yang mewakili SKPD terkait sanitasi,
seperti Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum. Dinas Pendidikan, Kantor Lingkungan Hidup, Dinas
Perindag ESDM, dan Bagian Humas TI Setda Kabupaten Kulon Progo.
Adapun penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan menilai dan memetakan
tingkat resiko berdasarkan: kondisi sumber air; pencemaran karena air limbah domestik; pengelolaan persampahan
di tingkat rumahtangga; kondisi drainase; aspek perilaku (cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penangan air
minum, buang air besar sembarangan).
Proses penentuan area berisiko dimulai dengan melakukan analisis terhadap data sekunder, diikuti dengan
penilaian atau persepsi SKPD SKPD, dan analisis data primer berdasarkan hasil studi EHRA. Penentuan area
berisiko dilakukan bersama-sama seluruh anggota Pokja menentukan kesepakatan-kesepakatan berdasarkan hasil
dari ketiga data tersebut.
Metode yang digunakan untuk menentukan area resiko berdasarkan data sekunder dilaksanakan dengan
metode SWOT. Adapaun hasil dari penentuan area berisiko berdasarkan tingkat/derajat risiko disajikan dalam
bentuk tabel dan peta.
Wilayah Prioritas
Area
No Kelurahan/ Penyebab utama risiko **)
Berisiko *) Kecamatan
Desa
Wates Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Wates Bendungan PHBS , Persampahan, Air Limbah, Drainase Lingkungan, Air Bersih
Giripeni PHBS , Persampahan, Air Limbah, Drainase Lingkungan, Air Bersih
Sentolo Salamrejo PHBS , Persampahan, Air Limbah, Drainase Lingkungan, Air Bersih
1. Risiko 4
Kanoman PHBS , Persampahan, Air Limbah, Drainase Lingkungan, Air Bersih
Panjatan
Panjatan PHBS , Persampahan, Air Limbah, Drainase Lingkungan, Air Bersih
Kranggan PHBS , Persampahan, Air Limbah, Drainase Lingkungan, Air Bersih
Galur
Tirtorahayu PHBS , Persampahan, Air Limbah, Drainase Lingkungan, Air Bersih
Triharjo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Wates
Karangwuni Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Kalidengen Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Jangkaran Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Sindutan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Palihan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Glagah Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Temon Kedundang Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Kulur Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Kaligintung Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Janten Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Karangwuluh Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Demen Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Sentolo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Banguncipto Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Sentolo
Tuksono Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Sukoreno Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Ngargosari Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Kebonharjo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Purwoharjo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Samigaluh
Sidoharjo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Pagerharjo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Banjarsari Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
2. Risiko 3
Pengasih Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Karangsari Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Sendangsari Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Margosari Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Kedungsari Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Tawangsari Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Pengasih Sidomulyo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Gotakan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Tayuban Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Pleret Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Panjatan
Bugel Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Bojong Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Krembangan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Wijimulyo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Kembang Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Nanggulan Banyuroto Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Donomulyo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Tanjungharjo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Jatirejo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Sidorejo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Wahyuharjo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Bumirejo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Lendah Gulurejo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Ngentakrejo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Hargorejo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Hargomulyo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Kokap Kalirejo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Hargowilis Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Hargotirto Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Banjarharjo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Banjaroyo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Kalibawang
Banjarasri Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Banjararum Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Giripurwo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Jatimulyo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Girimulyo
Purwosari Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Pendoworejo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Brosot Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Karangsewu Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Nomporejo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Pandowan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Galur Banaran Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Ngestiharjo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Wates Sogan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Kulwaru Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Temon Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
wetan
Temon Temon kulon Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Plumbon Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Kebonrejo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Demangrejo Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Sentolo Srikayangan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
3. Risiko 2 Kaliagung Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Samigaluh Gerbosari Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Cerme Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Panjatan Garongan Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Depok Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Nanggulan Jatisarono Air Limbah, PHBS , Persampahan, Air Bersih, Drainase Lingkungan
Ket :
*) Risiko 4 ; Risiko Sangat Tinggi Risiko 2 ; Risiko Sedang/ Menengah
Risiko 3 ; Risiko Tinggi Risiko 1 ; Risiko Rendah
**) Urutan berdasarkan prioritas
Dari tabel di atas tampak bahwa ada 8 desa/ kelurahan di 4 Kecamatan yang berisiko Sangat
Tinggi; yaitu Desa Wates, Giripeni,dan Bendungan (Kecamatan Wates); Desa salamrejo (Kecamatan
Sentolo); Desa Kanoman dan Panjatan (Kecamatan Panjatan); serta Desa Kranggan dan Tirtorahayu
(Kecamatan Galur). Adapun 65 desa di 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Kulon Progo berisiko Tinggi,
serta 15 desa di 6 kecamatan berisiko sedang/menengah.
Penentuan penyebab utama risiko pada masing- masing desa ditentukan melalui hasil Studi EHRA
(data primer). Dari tabel di atas ada fenomena dimana untuk area beresiko sangat tinggi, PHBS menjadi issue
prioritas untuk ditangani, kemudian diikuti upaya penanganan masalah persampahan. Sedangkan untuk area
beresiko tinggi maupun sedang/menengah penanganan masalah air limbah menjadi issue utama penanganan
dan diikuti masalah PHBS dan penanganan persampahan.
Sebagai gambaran penyebaran area beresiko sanitasi disajikan dalam gambar 5.1 berikut:
Gambar 5.1 Peta Area Berisiko Sanitasi
5.2 Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Kulon Progo saat ini
Pokja Sanitasi Kabupaten Kulonprogo dalam melakukan analisis terhadap issue pengelolaan
sanitasi yang dilakukan dengan menggunakan Metode Analisis SWOT. Metode SWOT dipilih karena dengan
metode ini dapat menentukan cara yang paling baik, realistis, dapat dilaksanakan, serta menumbuhkan
semangat kebersamaan dan menyatukan kepentingan- kepentingan stakeholder dalam mencapai tujuan.
Analisis issue Sanitasi Kabupaten Kulonprogo dilakukan dengan cara mengidentifikasi kekuatan (strength),
kelemahan (weakness), peluang (opportunity), serta ancaman (threat).
5.2.1 Posisi Pengelolaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) terkait Sanitasi saat ini
Hasil analisis SWOT terhadap issue strategis yang muncul dari masalah PHBS diperoleh hasil
seperti ditunjukkan pada gambar ber berikut:
Lingkungan Mendukung
(+)
o
Pemeliharaan Pertumbuhan
Agresif Stabil
BERTAHAN PERTUMBUHAN
Pemeliharaan Pertumbuhan
Selektif Cepat
Internal Internal
Ф ( 0.45, -0.15)
W S
Lemah (-) Kuat (+)
Berputar
Diversifikasi
Besar-besaran
RASIONALISASI DIVERSIFIKASI
T Diversifikasi
Ceruk
Terpusat
Lingkungan tidak/kurang
Mendukung (-)
Gambar 5.1 Posisi Pengelolaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS )
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa Pengelolaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di
Kabupaten Kulonprogo saat ini pada titik koordinat X = 0,45 dan Y = -0,15 atau pada posisi Diversifikasi
besar-besaran. Hal ini menujukkan bahwa kekuatan sedikit lebih besar daripada kelemahan yang ada,
sedangkan tantangan yang muncul sedikit lebih besar dari pada peluang yang ada. Oleh karena itu selain
mengelola kekuatan dan peluang yang sudah ada, perlu dilakukan upaya mengubah kelemahan menjadi
kekuatan, seperti upaya meningkatkan rasio jumlah toilet dengan jumlah siswa, sosialisasi aspek kesehatan
dalam penyedotan tanki septik, Penyediaan tempat sampah tertutup untuk kantin sekolah, Peningkatan
penyediaan air yang mencukupi untuk toilet sekolah, serta Penyediaan fasilitas wastafel untuk cuci tangan di
Hasil analisis SWOT terhadap issue strategis yang muncul dari masalah Pengelolaan Air Limbah
diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada gambar ber berikut:
Lingkungan Mendukung
(+)
o
Pemeliharaan Pertumbuhan
BERTAHAN Agresif Stabil
PERTUMBUHAN
RASIONALISASI DIVERSIFIKASI
Ceruk Diversifikasi
T
Terpusat
Lingkungan tidak/kurang
Mendukung (-)
Posisi Pengelolaan Air Limbah di Kabupaten Kulonprogo saat ini pada Sumbu X = 0,45 dan Sumbu Y =
0,30 atau terletak pada kuadran I dengan posisi Pertumbuhan Cepat. Hal ini menujukkan bahwa kekuatan
sedikit lebih besar daripada kelemahan yang ada, sedangkan peluang yang muncul sedikit lebih besar dari
pada tantangan yang ada. Oleh karena itu untuk memberikan akselerasi bagi pengelolaan air limbah secara
lebih cepat maka dilakukan upaya meminimasi kelemahan dan tantangan yang ada, seperti Penyusunan
Perda Air Limbah, Peningkatan kelembagaan subsektor Air Limbah yang terintegrasi dengan Air Minum, dan
Drainase di Seksi Penyehatan Lingkungan. Peningkatan Jumlah SDM pengelola Subsektor air limbah,
Penyusunan Master Plan Air Limbah Domestik Kabupaten Kulon Progo, Penambahan armada mobil sedot
tinja. Peningkatan persepsi masyarakat akan perlunya kebutuhan pembangunan sarana air limbah yang
sesuai dengan persyaratan kesehatan.
Hasil analisis SWOT terhadap issue strategis yang muncul dari masalah Pengelolaan Persampahan
diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada gambar ber berikut:
Lingkungan Mendukung
(+)
o
Pemeliharaan Pertumbuhan
BERTAHAN Agresif Stabil
PERTUMBUHAN
Ф ( 0.55; 0,5 )
Pemeliharaan
Pertumbuhan
Selektif
Cepat
Internal Internal
W S
Lemah (-) Kuat (+)
Berputar
Diversifikasi
Besar-besaran
RASIONALISASI DIVERSIFIKASI
Ceruk Diversifikasi
T
Terpusat
Lingkungan tidak/kurang
Mendukung (-)
Gambar 5.3 Posisi Pengelolaan Persampahan
Posisi Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Kulonprogo saat ini berada pada koordinat Sumbu X =
0,55 dan Sumbu Y = 0,5 atau terletak pada kuadran I dengan posisi Pertumbuhan Cepat. Hal ini
menujukkan bahwa issue kekuatan sedikit lebih besar daripada issue kelemahan yang ada, sedangkan
peluang yang muncul sedikit lebih besar dari pada tantangan yang ada. Oleh karena itu untuk memberikan
akselerasi bagi pengelolaan persampahan secara lebih cepat maka dilakukan upaya meminimasi kelemahan
dan tantangan yang ada, seperti penambahan armada truk pengangkut sampah, peningkatan kapasitas
transfer depo, Penyusunan Perda pengelolaan persampahan, penyusunan masterplan dan data base
persampahan, peningkatan pengelolaan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), sosialisasi Perda
retribusi sampah, Penambahan tenaga operasional pelayanan sampah bagi masyarakat, serta upaya
mengubah tantangan yang ada menjadi peluang seperti Sosialisasi warga masyarakat dalam Penempatan
TPS (Tempat Penampungan Sampah Sementara), Penggalangan dana pengoperasioan TPST dan Bank
sampah kelompok masyarakat di luar APBN, Pengurangan cemaran sampah di sungai dan badan air,
Peningkatan peranserta masyarakat dalam mengelola sampah, dan penyadaran masyarakat akan manfaat
sampah secara ekonomis.
Hasil analisis SWOT terhadap issue strategis yang muncul dari masalah Pengelolaan Drainase
diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada gambar ber berikut:
Pemeliharaan
Pertumbuhan
Selektif Cepat
Internal Internal
Lemah (-)
W S Kuat (+)
Berputar Ф (0,05;-0,06)
Diversifikasi
Besar-besaran
RASIONALISASI DIVERSIFIKASI
Ceruk Diversifikasi
T Terpusat
Lingkungan tidak/kurang
Mendukung (-)
Posisi Pengelolaan Drainase di Kabupaten Kulonprogo saat ini pada Sumbu X = 0,05 dan Sumbu Y = -
0,06 atau pada posisi Diversifikasi besar-besaran. Hal ini menujukkan bahwa issue kekuatan sedikit lebih
besar daripada kelemahan yang ada, sedangkan tantangan yang muncul sedikit lebih besar dari pada
peluang yang ada. Oleh karena itu selain mengelola kekuatan dan peluang yang sudah ada, perlu dilakukan
upaya mengubah kelemahan menjadi kekuatan, seperti Peningkatan fasilitas dan pemeliharaan drainase,
peningkatan jumlah SDM pengelola subsektor drainase, peningkatan kapasitas SDM subsektor drainase,
Peningkatan anggaran pengelolaan drainase yang bersumber dari APBD, Peningkatan kapasitas saluran
drainase, peningkatan cakupan saluran drainase kawasan perkotaan, Penyusunan masterplan drainase
Kabupaten Kulon Progo, Pengurangan pendangkalan saluran drainase, Peningkatan fungsi dan perwatan
saluran drainase, dan penyusunan Perda drainase.
Sedangkan tantangan yang ada yang bisa diubah menjadi peluang diantaranya pembangunan saluran
drainase di sekitar tanah milik warga, pencegahan pembuangan limbah rumahtangga di saluran drainase,
pengurangan genangan banjir pada musim penghujan, serta pencegahan penyumbatan saluran drainase
oleh gulma dan eceng gondok.