Anda di halaman 1dari 46

KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

PANDUAN
PENANGANAN, PENGAWASAN
DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT
DI INDONESIA

OLEH

KOMISI PENGKAJIAN
DAN PENELITIAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA

JAKARTA
2017

i
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

ii
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

KATA PENGANTAR
KETUA KOMISI PENGKAJIAN DAN
PENELITIAN

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum wr. wb.
Di era reformasi yang ditandai dengan demokratisasi
dan kebebasan berpendapat, fenomena aliran sesat cen­
de­rung meningkat di tengah-tengah umat. Aliran sesat
me­rupakan penafsiran dan pengembangan pemikiran
dan pemahaman keagamaan yang bertentangan dengan
al-­Q ur’an dan Sunnah Rasulullah S.a.w.
Paham dan gerakan aliran sesat menimbulkan bentu­
r­­an dan konflik sosial sehingga meresahkan umat yang
mengganggu kerukunan masyarakat dan bangsa. Untuk
itu, kesamaan sikap dan tindakan dalam menghadapinya
merupakan sebuah keniscayaan.
Salah satu peran MUI adalah mengawal dan
menjamin akidah dan ibadah umat agar terhindar dari
kesesatan, dan yang terlanjur sesat agar kembali pada
jalan yang benar. Pelaksanaan peran tersebut memerlukan
panduan. Dalam hal aliran sesat, panduan ini berjudul
Panduan Penanganan, Pengawasan dan Pembinaan Aliran
Sesat di Indonesia.
Panduan ini menjadi pedoman bagi Majelis Ulama

iii
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

Indonesia (MUI) dan pihak terkait dalam menghadapi


aliran sesat dengan standar yang dapat dipertanggung-
jawabkan. Buku Panduan ini disusun dengan harapan
penanganan, pengawasan dan pembinaan aliran sesat
dapat dilakukan secara arif dan bijaksana.
Akhirnya, atas arahan Dewan Pimpinan MUI dan
kerjasama pihak terkait, terutama peserta Rapat Kerja
Nasional Komisi Pengkajian dan Penelitian yang di­se­
leng­garakan pada 2 hingga 4 September 2016 di Jakarta,
buku ini selesai disusun, dan untuk itu kami mengucapkan
terima kasih.
Billahittaufiq wal hidayah
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Jakarta, Juni 2017


Komisi Pengkajian dan Penelitian

Ketua,
Prof. Dr. H. Utang Ranuwijaya, MA

iv
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

KATA SAMBUTAN
KETUA UMUM MAJELIS ULAMA IN­
DONESIA

Assalamu’alaikum wr. wb.


Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, wash-shalatu wassala­
mu ‘ala Muhammadin, wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah saya
me­nyambut baik selesainya penyusunan Panduan Pe­
na­nga­nan, Pengawasan dan Pembinaan Aliran Sesat di
In­do­nesia, yang selama ini kita inginkan kehadirannya.
Keha­diran buku panduan ini sangat penting sebagai
salah satu acuan bagi MUI.
Aliran dan gerakan aliran sesat, dan/atau yang
di­­­ni­lai oleh masyarakat sebagai aliran sesat dapat ber­
dampak pada keresahan hingga konflik sosial. Ke­kerasan
fisik ka­dangkala tak terhindarkan akibat konflik tersebut.
Kare­na itulah MUI berkewajiban mengawal akidah dan
iba­dah umat dengan menyusun Panduan ini.
Dalam kerja-keja di MUI, Komisi Pengkajian dan
Penelitian bagaikan pasukan awal yang diterjunkan. Hasil
kajian dan penelitian tersebut menjadi masukan tindak
lanjut pemberian taushiyah hingga penetapan kesesatan
sebuah aliran oleh Komisi Fatwa bilamana diperlukan,
dan pembinaan oleh gabungan komisi-komisi terkait
di bawah koordinasi Komisi Pengkajian dan Penelitian,

v
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

terutama jika sebuah aliran telah difatwakan sesat.


Panduan ini diharapkan men­jadi pegangan dalam
menyelesaikan masalah aliran sesat secara bijaksana (bil
hikmah), nasihat yang baik (mau­’idlatil hasanah), dan
melalui dialog dengan cara se­ba­ik-baiknya (wa jadilhum
billatiy hiya ahsan).
Saya harapkan Panduan ini dapat menjadi rujukan
dalam menangani aliran sesat oleh MUI Pu­sat dan
Daerah, serta pihak terkait. Semoga panduan ini
bermanfaat adanya. Kepada semua pihak, terutama
Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat dan Da­
e­rah, yang telah bekerja keras sehingga terbit Panduan
ini, saya ucapkan terima kasih.

Wabillahittaufiq wal hidayah, Wallahu muwaffiq ila aq­


wamith-thariq.
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Jakarta, Juli 2017


Majelis Ulama Indonesia

Ketua Umum,
Prof. Dr. K.H. Ma’ruf Amin

vi
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR KETUA KOMISI
PENGKA­JIAN DAN PENELITIAN ................... iii

KATA SAMBUTAN
KETUA UMUM MUI ............................................ v

DAFTAR ISI ......................................................... vii

PENDAHULUAN .................................................. 1
1. Latar Belakang ..................................................... 1
2. Tujuan Penulisan dan Kegunaan .......................... 2

PENGERTIAN, SEBAB LAHIR, KRITERIA


DAN TIPOLOGI ALIRAN SESAT ...................... 5
Beberapa Pengertia Istilah ……..........................…. 5
Faktor Penyebab Lahir Aliran Sesat ………............. 5
Kriteria Aliran Sesat ……….……............................ 5
Tipologi Komunitas Aliran Sesat ……...........……... 6

IDENTIFIKASI ALIRAN SESAT ......................... 8


Identifikasi Identitas Aliran Sesat ............................. 8
Inventarisasi Ajaran Aliran Sesat .............................. 8
Dampak Pengaruh Aliran Sesat ................................ 8
Metode dan Teknik Assessment Kebutuhan
Aliran Sesat ............................................................... 9

vii
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

BENTUK PENANGANAN, PENGAWASAN


DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT ............... 10
Bentuk Penanganan .................................................. 10
Bentuk Pengawasan .................................................. 11
Bentuk Pembinaan ................................................... 11

MEKANISME PENANGANAN, PENGAWA-


SAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT ....... 13
Mekanisme Penanganan ........................................... 13
Mekanisme Pengawasan ........................................... 13
Mekanisme Pembinaan ........................................... 13

VI. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN


REKOMENDASI .................................................. 16
Pemantauan .............................................................. 16
Evaluasi ..................................................................... 16
Rekomendasi ........................................................... 16

PENUTUP .............................................................. 18

DAFTAR KEPUSTAKAAN .................................. 18

viii
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam perjalanan sejarah Islam telah muncul ber­
bagai aliran yang berbasis pada faham-faham keagamaan,
baik dalam aspek akidah maupun dalam aspek syariah/
ibadah. Dalam aspek akidah muncul aliran seperti Asy­
’ariyah dan Maturidiyah. Dalam aspek fikih muncul
aliran seperti Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah, dan
Ha­na­­bilah. Kemudian muncul juga aliran tasawuf dan
ta­rikat.
Dalam perkembangan Islam tersebut lahir pula ali­
ran-aliran yang disebut sesat, meskipun pelabelannya
da­tang kemudian, seperti aliran khawarij, Inkarussunnah
dan Ahmadiyah. Di antara berbagai aliran yang muncul
itu, ada yang masih dalam bingkai Islam sesuai Al Quran
dan Sunnah, ada pula yang telah keluar dari Islam
(murtad). Masing-masing pihak tersebut menganggap
ke­lompoknya benar, sedangkan yang lain sesat dan salah.
De­ngan sikap demikian dapat memicu terjadinya konflik,
tindak kekerasan bahkan hingga pembunuhan.
Sejalan dengan euphoria reformasi yang ditandai
de­ngan hadirnya prinsip kebebasan yang didukung oleh
beberapa pegiat Hak Asasi Manusia (HAM), potensi
aliran sesat di Indonesia ibarat fenomena gunung es, yang
sering kali timbul tenggelam, dan melakukan peru­bahan

1
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

bentuk sehingga tidak mudah dikenali. Hal ini jelas sa­


ngat berdampak pada tumbuh-suburnya aliran dan pe­
mikiran sesat. Karena itu dituntut upaya penanganan,
pengawasan dan pembinaan aliran sesat secara serius
dari MUI dan semua pihak terkait secara terintegrasi
dan komprehensif.
Upaya penanganan selama ini cenderung parsial dan
dinilai belum maksimal, karena masing-masing pihak
berjalan sendiri-sendiri dan belum memiliki Standard
Operating Procedure (SOP) yang baku dan terintegrasi,
baik dalam metode maupun pendekatan, serta kesinam­
bungannya. Dampak aliran sesat merugikan dan me­
resahkan masyarakat, mengganggu ketertiban umum dan
kelancaran pembangungan bangsa, karena sering terjadi
kerawanan sosial dan gangguan keamanan, sebagai akibat
dari penyimpangan atau penyelewengan dan penodaan/
penistaan ajaran agama. Berdasarkan hal-hal tersebut,
maka aliran sesat perlu ditangani, diawasi dan dibina
dengan menggunakan suatu Panduan yang baku.

2. Tujuan dan Kegunaan


Pada dasarnya Panduan ini memuat pengertian ter­
kait aliran sesat, sebab lahirnya, kriteria dan tipologi ko­
munitas aliran sesat, bentuk, mekanisme, sistem pe­man­
tauan, evaluasi dan rekomendasi terhadap aliran se­sat.
Tujuan Panduan ini disusun untuk (1) dijadikan
acu­an dalam menangani, mengawasi dan membina alir­
an sesat secara tepat dan cepat; (2) Untuk mengetahui

2
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

ben­tuk-bentuk, mekanisme penanganan, pengawasan


dan pembinaan aliran sesat.
Panduan ini digunakan (1) sebagai tuntunan bagi
MUI dan pihak terkait lainnya dalam upaya mencegah
dan mengembalikan pengikut aliran sesat ke jalan yang
benar dengan penuh kesadaran dan secara sukarela;
(2) menanamkam kesadaran kepada masyarakat dalam
meng­hadapi aliran sesat agar tidak bertindak main
ha­kim sendiri dan tidak melakukan kekerasan terhadap
pengikut aliran sesat.

3
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

4
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

II
PENGERTIAN, SEBAB LAHIR,
KRITERIA DAN TIPOLOGI ALIRAN
SESAT

1. Beberapa Pengertian Istilah


Sebelum membahas pengertian aliran sesat terlebih
dahulu akan dikutip pendapat Rasulullah S.a.w terkait
prediksi akan munculnya beragama aliran dalam Islam.
Rasulullah S.a.w sudah memberikan peringatan dan ciri-
ciri aliran yang menyimpang dari ajaran Islam.

‫عَ ْن َابِي نَجِ ْي ٍح ال ِع ْرب َا ِض ْب ِن َسا ِر َي َة َر ِض َي الل ُه عَ ْن ُه َق َال َوعَ َظن َا‬
‫َر ُس ْو ُل الل ِه َص َّلى الل ُه عَ ِل ْي ِه َو َس َّل َم َم ْو ِع َظ ًة َوجِ َل ْت ِم ْن َها ْال ُق ُل ْو ُب َو َذ ِر َف ْت‬
‫ِم ْن َها ا ْل ُع ُي ْونُ َف ُق ْل َنا َيا َر ُس ْو َل الل ِه َك َأ�ن ََّها َم ْو ِع َظ ٌة ُم َود ٍَّع َف َأ� ْو َص َنا َق َال‬
‫الطاعَ ِة َو �إِنْ َت َأ� َّم َر عَ َل ْي ُك ْم‬ َّ ‫ُا ْو ِص ْي ُك ْم ِب َت ْق َوى الل ِه عَ َّز َو َج َّل َو‬
َّ ‫الس ْم ِع َو‬
‫عَ ْب ٌد َف ِإ� َّن ُه َم ْن َي ِع ْش ِم ْن ُك ْم َب ْع ِد ْي َف َس َي َرى الل ُه اِخْ ِتل َا ًفا َك ِث ْي ًرا َف َع َل ْي ُك ْم‬
‫ب ُِس َّن ِت ْي َو ُس َّن ِة خُ َل َفا ِء ال َّر ِاش ِد ْي َن ا ْل َم ْه ِد ِي ْي َن عَ ُّضوا عَ َل ْي َها بِاال َّن َواجِ ِذ‬
‫ات ْال ُا ُم ْو ِر َف إ�ِنَّ ُك َّل ِبدْ عَ ٍة َض َلا َل ٌة (رواه داود والترميذي‬ ِ ‫َو اِ َّي ُاك ْم َو ُم ْح َد َث‬
)‫وقال حديث حسن صحيح‬
“Dari Abu Najih al-‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu
dia berkata: Rasulullah S.a.w memberikan nasehat kepada

5
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

kami yang membuat hati kami bergetar dan air mata


berlinang. Maka kami bertanya, “ Ya Rasulullah seakan-
akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka berilah
ka­mi wasiat. Rasulullah S.a.w bersabda: Saya wasiatkan
ke­pada kalian bertaqwa kepada Allah, tunduk dan patuh
kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian
seorang budak. Karena di antara kalian yang hidup setelah
ini akan menyaksikan banyaknya perbedaan pendapat.
Hen­daklah berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran
Khu­lafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah
de­ngan geraham (genggamlah dengan kuat). Hendaklah
kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena
semua perkara bid’ah adalah sesat.” (Hr. Abu Dawud dan
Turmudzi, dia berkata: hasan shahih)

‫َس َت ْف َت ِر ُق هَ ِذ ِه ْال ُا َّم ُة عَ َلى َثل َا ِث َو َس ْب ِع ْي َن ِف ْر َق ًة ُك ُّل َها ِفى ال َّنا ِر اِل َّا‬
‫َواجِ َد ًة ِق ْي َل َم ْن ِه َي َبا َر ُس ْو َل الل ِه؟ َق َال َم ْن َكانَ عَ َلى ِمث ِْل َما َانَا‬
‫ وفى رواية ِق ْي َل َف َم ْن ال َّناجِ َية ؟ َق َال َما َان َا عَ َل ْي ِه‬.‫عَ َل ْي ِه ا ْل َي ْو َم َو َا ْص َحاب ِْي‬
)‫ (رواه الترميدي‬.‫َو َا ْص َحاب ِْي‬
“Rasulullah S.a.w bersabda: Umat ini akan terpecah
menjadi 73 golongan semuanya masuk neraka kecuali satu.
Ditanya, siapa dia ya Rasulullah? Rasulullah S.a.w men­
jawab: Yaitu orang-orang yang mengikuti sebagaimana aku
lakukan saat ini dan para sahabat. Dalam riwayat lain,
ditanya Rasulullah S.a.w: Siapa yang selamat? Rasulullah
S.a.w menjawab: Yaitu apa yang aku lakukan dan para
sahabatku. (Hr. Tirmidzi)”

6
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

Dari penjelasan hadits di atas maka dapat dipahami


bahwa akan terjadi perbedaan pendapat pada umat umat
Islam bahkan akan muncul aliran-aliran baru dalam Is­
lam. Karena itu, perlu dikaji dan diteliti munculnya ali­­
r­­­­an-aliran dalam Islam sehingga dapat teridentifikasi
ali­r­­an-aliran yang menyimpang dalam Islam.
a. Aliran Sesat
Aliran ialah suatu paham atau pemikiran yang dianut
dan diamalkan oleh pengikutnya. Dalam sejumlah
bu­ku telah dirumuskan pengertian aliran sesat.
Dalam buku Mengawal Aqidah Umat: Fatwa MUI
tentang Aliran Sesat di Indonesia oleh MUI disebutkan
bahwa aliran sesat ialah paham atau pemikiran yang
dianut dan diamalkan oleh sebuah kelompok yang
ber­tentangan dengan akidah dan syariat Islam, serta
dinyatakan oleh MUI menyimpang berdasarkan dalil
syar’i (MUI, 2007: 3).
Dalam buku Penjelasan Ciri-ciri Utama Ajaran oleh
Bagian Penerangan dan Penyelidikan Jawatan Ke­­ma­
juan Islam Malaysia dikemukakan, bahwa aliran se­
sat ialah ajaran atau amalan yang dibawa oleh orang-
orang Islam atau orang-orang bukan Islam yang di­
dakwahnya kepada ajaran Islam, tetapi sebenarnya
ajaran atau amalan tersebut berlawanan dengan aki­
dah dan syariat Islam berdasarkan al-Qur’an dan As-
Sunnah (2010:3).
Dalam buku Panduan Pola Penanganan Aliran dan
Gerakan Keagamaan Baru di Indonesia digunakan

7
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

istilah gerakan keagamaan bermasalah, yaitu gerakan


keagamaan yang nyata-nyata melawan hukum, me­
lawan konstitusi, mendorong makar dan men­do­rong
konflik sosial (Puslitbang Kehidupan Keagamaan,
2011: 4).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas yang di­
maksud dengan aliran sesat di sini ialah paham atau
pemikiran yang dianut oleh seseorang atau kelom­
pok orang yang bertentangan dengan ajaran Islam
berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah S.a.w
yang dapat mendorong terjadinya masalah dan konflik
sosial yang dinyatakan oleh MUI.

b. Komunitas Aliran Sesat


Komunitas sekurang-kurangnya mempunyai tiga
un­sur dasar, yaitu: wilayah atau tempat berhimpunnya
sekelompok orang; organisasi atau institusi sosial
yang menyediakan kesempatan bagi pengikutnya
be­­­r­interaksi satu sama yang lain, dan adanya minat
atau­ pun kepentingan yang sama. Minat dan kepen­
ti­ngan yang sama dalam Komunitas aliran sesat
merupakan keyakinan terhadap paham/pemikiran itu
bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah Ra­
su­lullah S.a.w yang dapat mendorong terjadi masalah
dan konflik sosial.

c. Penanganan Aliran Sesat


Penanganan, menurut Kamus Besar Bahasa Indo­
nesia berarti proses, cara, perbuatan menangani;
peng­garapan (Kemendikbud: 2016). Penanganan

8
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

ju­ga dapat dimaknai sebagai merencanakan suatu pe­


ker­­jaan untuk siap dilaksanakan sesuai standar yang
telah ditetapkan untuk mencapai tujuan. Selain itu
juga berarti pemberian pelayanan dan jaminan per­
lindungan kepada pemeluk agama dan kepercayaan
masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan
(Asry, 2014: 3).
Penanganan Aliran Sesat yang dimaksud dalam Pan­
du­an ini ialah pelayanan dan jaminan melalui langkah-
lang­kah perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pem­binaan paham dan amalan terhadap penganut aliran
sesat agar kembali kepada jalan yang benar (ruju’ ilal haq)
sesuai al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah S.a.w.

d. Pengawasan Aliran Sesat


Pengawasan (controlling) dari perspektif manajemen
ialah salah satu fungsi manajemen yang mengukur
dan melakukan koreksi atas kinerja atau upaya yang
sedang dilakukan dalam rangka menyakinkan atau
memastikan tercapainya tujuan sesuai rencana yang
telah ditetapkan (Nur Aedi, 2014: 2). Pengawasan
dari perspektif administrasi juga memastikan bahwa
sesuatu yang dikerjakan sesuai dengan yang dikendaki
(Sutisna dalam Nur Aedi, 1989: 240). Karena itu,
yang namanya pengawasan merupakan aktivitas pe­
meriksaan untuk mengetahui apakah semua ber­jalan
sesuai rencana, dan menemukan kelemahan-ke­le­­
ma­ha­ n untuk dilakukan perbaikan dan pencegahan
agar kelemahan atau kesalahan tersebut tidak terulang
kem­bali. Dengan demikan pengawasan tidak dapat

9
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

dipisahkan dari perencanaan.


Dari pengertian dan penjelesan pengawasan di atas,
disimpulkan bahwa pengawasan aliran sesat da­lam
Panduan ini ialah pengawasan terhadap aktifitas
kelompok aliran sesat sebagai upaya me­mastikan
perubahan paham dan pengamalan ajaran agama dari
sesat ke jalan yang benar sesuai al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah S.a.w.

e. Pembinaan Aliran Sesat


Pembinaan berarti membangun sesuatu yang diper­
lukan dari yang tak ada menjadi ada, dan/atau mem­
perbaiki kepada yang lebih baik. Jadi pembinaan
ali­­r­an sesat di sini ialah upaya dakwah pencerahan
un­tuk meluruskan paham dan pengamalan yang telah
dianut sebelumnya agar sesuai dengan al-Qur’an dan
Sunnah Rasulullah S.a.w.

f. Faktor Penyebab Lahir Aliran Sesat


Faktor dominan yang menjadi penyebab lahirnya ali­
ran sesat ialah adanya individu atau kelompok:
1) Menafsirkan dalil naqli tanpa dasar ilmu dan ka­
i­dah yang muktabarah.
2) Menafsirkan dalil naqli sesuai kehendak nafsu.
3) Mengaburkan ajaran agama yang benar secara se­
ngaja.
4) Terpengaruh pemikiran dari luar Islam seperti
pe­mi­kiran orientalis dan kaum zindik yang me­

10
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

nimbulkan bias pemahaman keagamaan dan pola


pikir liberal.
5) Terpengaruh ajaran dan tardisi dari luar Islam
seperti animisme, dinamisme dan budaya lokal
yang mengarah pada kemusyrikan.
6) Gangguan kejiwaan (psikis) para pendiri kelom­
pok/aliran.
7) Terpengaruh oleh ajaran-ajaran yang menyim­
pang.

Aliran sesat dapat berkembang luas, karena beberapa


faktor, antara lain:
1) Kurangnya kedekatan umat terhadap ulama.
2) Penyusupan agenda asing untuk kepentingan ide­
o­logi, budaya, ekonomi dan politik.
3) Kondisi lemahnya akidah memudahkan umat
ter­je­rumus dalam penyimpangan akidah.
4) Kondisi lemahnya ekonomi umat dapat menye­
babkan terjerumus dalam penyesatan dan pemur­
tadan.
5) Pemahaman agama yang tidak bersumber dari
para ulama, memicu lahirnya aliran/paham baru
yang menyimpang.
6) Dakwah yang bersifat eksklusif.
7) Para pendiri aliran sesat pandai memanipulasi
si­tua­si melalui pendekatan dan metode dakwah
yang menjanjikan, seperti memberi solusi ter­­ha­

11
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

dap persoalan yang melilit secara instan.

g. Kriteria Sesat
Rapat Kerja Nasional MUI tahun 2007 telah me­
ne­tapkan Pedoman Identifikasi Aliran Sesat dengan
me­rumuskan kriteria sesat. Suatu paham atau aliran
keagamaan dinyatakan sesat jika memenuhi salah
satu dari 10 kriteria, sebagai berikut:
1) Mengingkari salah satu rukun iman yang 6 (enam)
yakni beriman kepada Allah, kepada malaikat-
Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-
Ra­sul-Nya, kepada hari akhirat, kepada qadha
dan qadar, dan rukun Islam yang 5 (lima) yakni
me­ngucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan
sha­lat, mengaluarkan zakat, berpuasa pada bulan
Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji.
2) Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak
se­suai dengan dalil syar’i (al-Qur’an dan al Sun­
nah).
3) Meyakini turunnya wahyu setelah al-Qur’an.
4) Mengingkari otoritas dan atau kebenaran al-
Qur­’an.
5) Melakukan penafsiran al-Qur’an yang tidak ber­
dasarkan kaidah-kaidah tafsir.
6) Mengingkari kedudukan hadits Nabi sebagai
sum­ber ajaran Islam.
7) Menghina, melecehkan dan atau merendahkan
para nabi dan rasul.

12
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

8) Mengingkari Nabi Muhammad S.a.w sebagai


Na­­bi dan Rasul terakhir.
9) Mengubah, menambah dan atau mengurangi
po­­kok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh
sya­riah seperti haji tidak ke Baitullah, shalat far­
dhu tidak lima waktu.
10) Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i,
seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan
kelompoknya (MUI, Mengawal Akidah Umat,
2007: 16-17).
h. Tipologi Komunitas Aliran Sesat
Komunitas aliran sesat dalam penanganan MUI ter­
bagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu: (1) Komunitas
yang diselesaikan dengan taushiyah tanpa melalui
fat­­wa, karena kesediaan pengikut aliran sesat tersebut
untuk dibina oleh MUI dan menyatakan kembali ke
jalan yang benar (ar-ruju’ ilal-haq). (2) Komunitas
yang diselesaikan dengan fatwa dan aliran sesat ini
dinyatakan sesat dan menyesatkan.

13
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

14
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

III
IDENTIFIKASI ALIRAN SESAT

Sebuah aliran dinyatakan sesat atau tidak diperlukan


identifIkasi atau pengenalan terlebih dahulu melalui
ka­­jian, penelitian dan komunikasi langsung terkait de­
ngan:
1. Identifikasi Identitas Aliran
a. Nama Aliran.
b. Nama Tokoh Pendiri Aliran.
c. Tahun Didirikan.
d. Lokasi atau Alamat.
e. Latar Belakang Didirikan.
f. Nama Pimpinan.
Nama pimpinan aliran sesat terutama pada waktu
dilakukan identifikasi.
g. Pengikut Aliran.
Jumlah anggota dan ciri-cirinya.
h. Status Hukum.
Kepemilikan badan hukum. Misalnya ormas so­
sial keagamaan dan yayasan sosial atau budaya.

2. Inventarisasi Ajaran Aliran Sesat


a. Pokok Ajaran
Ajaran pokok yang dijadikan sumber inven­
tarisasi didasarkan pada referensi atau rujukan

15
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

yang dapat dipertanggung jawabkan, seperti


dari dokumen resmi aliran dan pernyataan
pemimpin dan pengikutnya seperti yang diper­
oleh melalui wawancara dan observasi. Jika
bersumber dari masyarakat harus dikonfirmasi
(tabayun) kepada tokoh atau pengikut aliran
sesat tersebut.
b. Metode Penyiaran
Penyiaran ajaran atau paham aliran sesat
meng­gunakan pendekatan dan metode apa
sa­ja. Misalnya pendekatan agresif dan ofen­sif.
Pen­de­katan agresif adalah pendekatan dengan
pe­maksaan pahamnya kepada orang lain.
Ada­pun pendekatan ofensif lebih mengede­
pan­kan pendekatan terbuka, melalui diskusi
dan perdebatan publik.

c. Dampak Aliran Sesat


Dampak penyiaran dan pengembangan aliran
sesat mencakup, antara lain:
1) Wilayah pengaruh aliran sesat: lokal, na­
sional regional, dan transnasional atau
internasional seperti memiliki perwakilan
di luar negeri atau bagian dari organisasi
di luar negeri.
2) Bentuk respon masyarakat: apatis/tidak
meresahkan, meresahkan masyarakat, dan
telah diambil tindakan untuk mengatasi

16
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

dampak aliran sesat tersebut.


3) Bentuk korban. Korban dari aliran sesat
seperti stress, keluarga cerai atau beran­
takan, kerugian materi, kehilangan keya­
kinan terhadap akidah Islam (agnostic)
dan korban jiwa.

3. Metode dan Teknik Assessment Aliran Sesat


1) Metode menggunakan teknik wawancara (in-
terview), observasi dan dialog dalam mengung­
kapkan kebutuhan pengikut aliran sesat.
2) Menempatkan pengikut aliran sesat bukan
hanya sebagai obyek perekrutan, melainkan
juga subyek untuk melakukan perubahan di­
rinya sendiri.
3) Mengungkapkan kebutuhan dominan peng­
ikut aliran sesat melalui pendekatan human­
istik dan kearifan lokal. Misalnya selama ini
belum tersentuh dakwah oleh para dai, cara-
cara dakwah yang tidak menarik, himpitan
ekonomi, pendidikan agama yang rendah, pe­
mahaman agama yang dangkal, dan terjerat
oleh pengaruh kepentingan politik.

17
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

18
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

IV
BENTUK PENANGANAN,
PENGAWASAN DAN PEMBINAAN
ALIRAN SESAT

1. Bentuk Penanganan
1) Indikasi adanya penyimpangan oleh suatu ke­
lompok atau aliran, disampaikan melalui pen­
gaduan oleh individu dan masyarakat kepada
MUI atau MUI menemukan adanya indikasi
meresahkan masyarakat karena terdapat ajaran
dan kegiatan mengembangkan dan mengajar­
kan ajaran sesat.
2) MUI, dalam hal ini Komisi Pengkajian dan
Penelitian melakukan studi kelayakan, bahwa
laporan dan indikasi (pada No.1) layak diteliti.
Studi kelayakan juga mengkaji level dampak
dan kajian dokumen buku-buku pengajaran.
Dampak yang berskala lokal kabupaten/kota
diteliti oleh MUI kabupaten/kota, dampak
yang berskala provinsi dikaji dan diteliti oleh
MUI daerah setempat, sedangkan dampak
yang berskala nasional dikaji dan diteliti oleh
Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pu­
sat.

19
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

3) Komisi Pengkajian dan Penelitian membuat


Term of Reference (TOR) Pengkajian dan Pe­
nelitian (lihat SOP Pengkajian dan Penelitian
MUI).
4) Pembentukan Tim Pengkaji dan Peneliti yang
ditetapkan dengan SK Dewan Pimpinan MUI
masing-masing tingkatan. Tim terdiri atas:
anggota Komisi Peng­kajian dan Penelitian
MUI, atau gabungan Komisi Pengkajian dan
Penelitian dengan Komisi Hukum dan Perun­
dang-undangan, Komisi Fatwa, Komisi Dak­
wah, dan/atau Komisi lainnya yang terkait.
5) Tim melakukan penelitian lapangan dan peng­
kajian dokumen sesuai dengan TOR yang te­
lah ditetapkan.
6) Tim mendalami indikasi penyimpangan/kese­
satan dengan Focus Group Discussion (FGD).
Jika dipandang perlu menghadirkan narasum­
ber yang berkompeten sesuai kebutuhan.
7) Tim melakukan triangulasi data dan fakta,
kla­rifikasi (tabayyun) hasil pengkajian dan pe­
nelitian dengan memanggil pimpinan pihak
terindikasi sesat dan pihak terdampak. Kla­
rifikasi terhadap kedua kelompok dilakukan
untuk memberikan tanggapan dan penegasan
atas hasil pengkajian dan penelitian.
8) Hasil pengkajian dan penelitian yang telah
diklarifikasi dan dikonfirmasi oleh pihak ter­

20
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

indikasi sesat dan pihak terdampak, diserahkan


kepada Dewan Pimpinan MUI.
9) Apabila langkah ke-8 menunjukkan, bahwa
kelompok yang diteliti terindikasi sesat, maka
Dewan Pimpinan MUI mengajak pihak terse­
but untuk kembali ke jalan yang benar/ar-ruju’
ilal-haq.
10) Mengajak kembali kepada jalan yang benar se­
suai al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah S.a.w
(langkah 9) dilakukan kepada pimpinan, pe­
ngurus dan anggota yang belum kembali ke
jalan yang benar.
11) Apabila langkah ke-8 menunjukkan bahwa
kelompok yang diteliti tidak terindikasi sesat,
maka Dewan Pimpinan MUI melakukan re­
habilitasi nama baik kelompok yang awalnya
diduga sesat.
12) Apabila langkah ke-10 tidak dapat dilaksana­
kan karena pihak tersebut menolak ar-ruju’ ila
al-haq, maka Dewan Pimpinan MUI mengu­
mumkan kesesatan pihak yang sudah terbukti
kesesatannya dan sudah dinyatakan sesat oleh
Komisi Fatwa agar umat Islam tidak terjeru­
mus mengikuti pihak sesat tersebut.
13) Dewan Pimpinan MUI memberikan rekomen­
dasi pihak terkait untuk menindaklanjuti hasil
pengkajian dan penelitian yang telah difatwa­
kan dengan langkah-langkah penegakan hu­

21
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

kum sesuai ketentuan yang berlaku.


14) Terhadap aliran yang ditemukan ada indikasi
sesat tapi menyatakan kembali kepada jalan
yang benar dan bersedia dibina oleh MUI,
maka aliran atau kelompok ini diberi taushi­
yah.
2. Bentuk Pengawasan
1) Merencanakan dan menetapkan tujuan, sasa­
ran dan target pengawasan yang akan dilaku­
kan terkait aliran sesat.
2) Mengawasi kegiatan keagamaan aliran sesat,
khususnya kegiatan-kegiatan yang dinilai se­
sat.
3) Mengawasi gerakan dakwah keagamaan sesat
untuk perekrutan pengikut baru.
4) Mengawasi kegiatan sosial dan interaksinya
dengan masyarakat di luar komunitas aliran
sesat.
5) Mengawasi buku-buku pedoman pembinaan,
materi dakwah dan perangkat penyebaran ali­
ran sesat.
6) Memeriksa dan menemukan kesesuaian anta­
ra rencana dengan pelaksanaan dalam pena­
nganan aliran sesat.
7) Bekerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam
melakukan pengawasan/pemantauan terha­dap
komunitas aliran sesat, seperti kepolisi­an, ke­

22
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

jaksaan, pemerintah daerah, ormas Islam, dan


pihak lainnya.

3. Bentuk Pembinaan
1) Menentukan metode pembinaan yang sesuai
bagi tiap karakter sasaran binaan.
2) Melakukan pensyahadatan ulang bagi peng­
ikut aliran sesat yang dinyatakan murtad, un­
tuk menyatakan kembali kepada Islam sesuai
al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah S.a.w.
3) Meluruskan paham dan pemikiran yang di­
anut seseorang atau kelompok orang dari pa­
ham yang sesat kepada jalan yang benar sesuai
al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah S.a.w.
4) Memfasilitasi dan memberikan arahan kepada
pemimpin dan pengikut aliran sesat yang di­
awasi agar benar-benar kembali ke jalan yang
benar sesuai al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah
S.a.w.
5) Mencegah seseorang atau kelompok orang pe­
ng­ikut aliran sesat kembali kepada paham dan
pengamalan yang sesat.
6) Meningkatkan kesadaran pengikut aliran sesat
untuk belajar mendalami ajaran agama Islam
melalui ulama yang ditunjuk oleh MUI setem­
pat.

23
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

24
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

V
MEKANISME PENANGANAN,
PENGAWASAN DAN PEMBINAAN
ALIRAN SESAT

1. Tim Penanganan, Pengawasan dan Pembinaan


a. Pembentukan Tim Terpadu
Membentuk Tim terpadu lintas Komisi MUI,
terdiri dari Komisi Pengkajian dan Penelitian
sebagai Koordinator, bersama Komisi lainnya,
seperti Komisi Fatwa, Komisi Dakwah dan
Pengembangan Masyarakat, Komisi Pendi­
dikan, Komisi Ekonomi dan Komisi Ukhuwah.
Di samping itu dapat diikut sertakan institusi
dan instansi lain yang memiliki kaitan tugas
dalam menangani aliran sesat. Misalnya pi­
hak yang tergabung dalam Tim Pengawas
Kepercayaan Masyarakat (PAKEM), yaitu:
Ke­menterian Agama, Kejaksaan Agung, Ke­
po­lisian RI, dan Kementerian Dalam Negeri.
b. Membuat Database
Membuat database dengan menggunakan me­
tode pengumpulan data: wawancara dengan
pimpinan dan anggota aliran sesat, investigasi/
observasi, dan studi kepustakaan.

25
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

c. Kerjasama
Dalam pembinaan aliran sesat, MUI Pusat
dan Daerah bekerjasama dengan Pemerintah
dan ormas Islam sesuai levelnya.

2. Mekanisme Penanganan, Pengawasan dan Pem­


binaan
1) MUI menerima pengaduan atau laporan dari
masyarakat tentang keberadaan aliran sesat
dan/atau dari laporan/berita media.
2) MUI mengidentifikasi aliran sesat.
3) MUI berkoordinasi dengan pihak berwajib
tentang keberadaan aliran sesat.
4) MUI bersama Bakorpakem dan instansi ter­
kait jika dipandang perlu melakukan needs
assessment untuk meng­identifikasi kebutuhan
dalam penanganan, pengawasan dan pembi­
naan aliran sesat.
5) Melaporkan hasil identifikasi aliran sesat ke­
pada Ketua Umum MUI Pusat cq dan cc
Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitian. Pada
kasus Komunitas Aliran Sesat berskala nasio­
nal, hasil identifikasi dilaporkan oleh Komisi
Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat kepada
Dewan Pimpinan MUI Pusat.
6) Melaporkan hasil penanganan kasus aliran se­
sat kepada Ketua Umum MUI Pusat cq dan cc
Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitian.

26
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

7) MUI menentukan materi pembinaan dan me­


tode yang digunakan.

27
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

28
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

VI
PEMANTAUAN,
EVALUASI DAN REKOMENDASI

1. Pemantauan
1) MUI melalui Komisi Kajian dan Penelitian
mengikuti perkembangan kasus aliran sesat.
2) Hasil pemantauan dila­porkan kepada Ketua
Umum MUI sesuai jenjangnya.

2. Evaluasi
1) Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI meng­
umpulkan data selama kegiatan pemantauan
berlangsung yang digunakan sebagai acuan
bagi pelaksanaan untuk menetapkan dan me­
laksanakan program selanjutnya.
2) Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI me­
nilai kesesuaian antara perencanaan dengan
pelaksanaan penanganan, pengawasan dan
pembinaan aliran sesat.
3) Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI me­
nilai keberhasilan dan kegagalan dalam pena­
nganan, pengawasan dan pembinaan aliran
sesat.
4) Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI meni­

29
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

lai kesesatan sebuah aliran sehingga perlu di­


rekomendasikan kepada Pimpinan MUI sesuai
jenjang untuk dihentikan atau ditindaklanjuti
dengan taushiyah atau fatwa.

3. Rekomendasi
1) Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI me­
rumuskan rekomendasi terhadap setiap pe­
nanganan aliran sesat apakah cukup dengan
taushiyah atau difatwakan.
2) Dalam merumuskan rekomendasi, Komisi
Pengkajian dan Penelitian dapat berkoordinasi
dengan Komisi Hukum dan Perundang-un­
dangan dan Komisi Fatwa.
3) Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI men­
yampaikan rumusan rekomendasi kepada Ke­
tua MUI sesuai jenjang untuk mendapatkan
arahan tindaklanjutnya.
4) Laporan kepada Ketua Umum MUI tersebut
secara administratif terdiri dari:
(1) Surat Pengantar;
(2) Executive summary maksimal tiga hala­
man;
(3) Ringkasan hasil pengkajian dan penelitian
yang dilengkapi data sebagai bukti.

4. Metode Penetapan Aliran Sesat dan Prosedur Rapat

30
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

Dalam Keputusan Rapat Kerja Nasional MUI ten­


tang Pedoman Identifikasi Aliran Sesat memuat
me­tode penetapan aliran sesat dan prosedur rapat,
se­bagai berikut:
a. Metode Penetapan Aliran Sesat
1) Sebelum penetapan kesesatan suatu aliran
atau kelompok terlebih dahulu dilakukan
penelitian dengan mengumpulkan data,
in­formasi, bukti dan saksi bila ada paham,
pemikiran dan aktivitas kelompok atau
ali­ran tersebut oleh Komisi Pengkajian
dan Penelitian.
2) Dilakukan pengkajian lebih dahulu ter­
hadap pendapat para imam madzhab dan
para ulama/ahli berkaitan dengan pe­­mi­
kiran dan aktivitas komunitas aliran sesat
oleh Komisi Pengkajian dan Pene­litian.
3) Dilakukan pemanggilan terhadap pimpi­
n­­an aliran atau kelompok dan saksi ahli
untuk melakukan tahqiq dan tabayyun atas
berbagai data, informasi dan bukti yang
didapat tentang pemikiran dan aktivitas
aliran atau kelompok. Di samping itu tau­
shiyah bila mengakui kesalahannya agar
yang bersangkutan meninggalkan pe­mi­
kiran dan paham serta aktivitas yang sa­
lah dan kembali kepada jalan yang benar
oleh Komisi Pengkajian dan Penelitian.
Pengakuan tersebut dibuktikan dengan

31
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

me­­nyerahkan surat pernyataan tertulis,


bah­wa akan kembali ke jalan yang lurus
(ar-ruju’ ilal-haq) dan bersedia dibina oleh
MUI.
4) Hasil dari kegiatan sebagaimana tersebut
pada point 1, 2, dan 3 di atas selanjutnya
disampaikan kepada Dewan Pimpinan
MUI.
5) Bila dipandang perlu Dewan Pimpinan
MUI menugaskan Komisi Fatwa untuk
mem­bahas dan mengeluarkan fatwa.
b. Prosedur Rapat
1) Rapat harus dihadiri oleh Ketua, Sekretaris
dan anggota Komisi Pengkajian dan Pene­
litian.
2) Dalam hal-hal tertentu, atas kesepakatan
anggota Komisi, rapat menghadirkan
pemi­kir ahli yang berhubungan dengan
ma­sa­lah yang akan dibahas.
3) Rapat diadakan jika ada:
(1) Permintaan atau pernyataan dari ma­
syarakat tentang suatu aliran atau ke­
lompok yang oleh Dewan Pimpinan
MUI dianggap perlu dibahas dan dibe­
rikan penetapan sesat atau tidak­nya;
(2) Permintaan atau pernyataan dari pe­
merintah, lembaga/organisasi massa

32
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

atau MUI sendiri.


4) Rapat dipimpin oleh Ketua atau Wakil
Ketua Komisi atas persetujuan Ketua
Komisi, didampingi oleh Sekretaris
dan/atau Wakil Sekretaris Komisi.
5) Jika Ketua dan Wakil Ketua Komisi
berhalangan hadir, rapat bisa dipimpin
oleh salah seorang anggota komisi
yang disetujui.
6) Selama rapat, Sekretaris dan/atau
Wakil Sekretaris Komisi mencatat
usu­lan, saran dan pendapat anggota
Komisi untuk dijadikan Risalah Rapat
dan bahan keputusan.
7) Setelah melakukan pembahasan seca­
ra mendalam dan komprehensif ser­ta
memperhatikan pendapat dan panda­
ngan yang berkembang, rapat me­ne­
tapkan Keputusan.
8) Keputusan Komisi sesegera mungkin
dilaporkan kepada Dewan Pimpinan
MUI.

33
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

34
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

VII
PENUTUP

Panduan Penanganan, Pengawasan dan Pembinaan


Aliran Sesat ini disusun dan disempurnakan melalui
masukan dari berbagai pihak, serta Rapat Koordinasi
Nasional Komisi Pengkajian dan Penelitian tanggal
2-4 September 2016 di Jakarta. Kehadiran Panduan ini
menjadi pegangan bagi MUI Pusat dan Daerah dan se­
cara khusus bagi Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI
Pusat dan Daerah dalam menangani, mengawasi, me­
mantau dan melaporkan tentang perkembangan aliran
sesat.
Akhirnya diharapkan agar Panduan ini menjadi acu­
an bagi MUI dan merupakan salah satu referensi bagi
berbagai pihak dalam menangani komunitas aliran sesat.
Semoga Allah swt senantiasa mencurahkan hidayah dan
pertolongan-Nya kepada kita dalam menjalani kehidupan
yang benar dan jauh dari kesesatan.

35
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

36
KOMISI PENGKAJIAN DAN PENELITIAN MUI

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Asry, M. Yusuf, “Dinamika Aliran Sesat di Indonesia”,


Makalah disampaikan pada Rapat Kerja Daerah (RA­
KERDA) Majelis Ulama Indonesia Kota Jakarta Sela­
tan, Jakarta, 23-02-2016.
------,”Kebijakan Kementerian Agama dalam Penan­
ganan Aliran Sesat dan Aliran Kepercayaan di
Indonesia”, Makalah disampaikan pada Peserta
Pendidikan dan Pelatihan Pegawai yang diseleng­
garakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi DKI Jakarta di Hotel Parama Cisarua,
Bogor 04 Juli 2014.
Jawatan Kemajuan Islam Malaysia, Penjelasan Ciri-Ciri
Utama Ajaran Sesat, Bagian Penerangan dan Pe­
nyelidikan, Jawatan Perdana Menteri, Kuala Lum­
pur, 2010.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta, cet kelima 2016.
Majelis Ulama Indonesia, Mengawal Akidah Umat: Fat-
wa MUI tentang Aliran-Aliran Sesat di Indonesia,
Sekretariat MUI, Jakarta, 2009.
Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Timur, Keputus­
an Rapat Kerja nasional Majelis Ulama Indonesia
tentang Pedoman Identifikasi Aliran Sesat, Sura­
baya, 2014.

37
PANDUAN PENANGANAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ALIRAN SESAT DI INDONESIA

Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Pola Pengangan Ali­


ran dan Gerakan Keagaman Baru di Indonesia, Ke­
menterian Agama RI, Jakarta, 2011.

 
 

38

Anda mungkin juga menyukai