Anda di halaman 1dari 187

--- Ulfiani Rahman �

Ulfiani man

MEMAHAMI PSIKOLOGI
DALAM PENDIDIKAN
(Teori dan Aplikasi)

Alauddin University Press


Ulfiani Rahman

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang:


Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau
seluruh isi buku ini ke dalam bentuk a pa pun tanpa izin tertulis
dari penerbit

All Rights Reserved


MEMAHAM� PSIKOLOGI DALAM PENDIQIKAN
(Teori dan Aplikasi)

Penulis:
Ulfiani Rahman

Editor:
Yusuf Hidayat

Cetakan: I 2014
x + 176 halaman, 14 cm x 21 cm

ISBN : 978-602-237-874-7

Alauddin University Press


Kampus I : Jalan Sultan Alauddin No. 63 Makassar
Kam pus 11 : Jalan Sultan Alauddin No. 36 Samata - Gowa

ii I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

SAMBUTAN REKTOR

Jika engkau ingin meng"abadi", maka tinggalkanlnh "Legactj''


Ungkapan di atas memberi gambaran bahwa setiap
manusia hendaknya selalu melahirkan karya terbaiknya
untuk dipersembahkan kepada umat. Karya itu akan
menjadi sebuah legae11 yang akan selalu diingat dan
dikenang, bahkan diabadikan dalam catatan sejarah
peradaban anak manusia. Jutaan bahkan milyaran anak
manusia telah dan akan lahir di permukaan dunia ini,
namun tidak semua mampu mencatatkan dirinya dalam
kelindan sejarah yang "menyejarah". Hanya sebagian kecil
anak manusia yang mampu menghadirkan dan
meng" abadi"kan dirinya dalam garis lingkar lintasan
sejarah.
Dalam bingkai dan konstruksi emosional,
manusia pada hakikatnya ingin abadi. Itulah sebabnya
manusia ingin selalu mengabadikan momentum penting
dalam ruang dan waktu yang senantiasa berubah. Mereka
membuat gambar, foto, lukisan, dan sejenisnya yang seakan-
akan berkeinginan menyetop waktu yang senantiasa
berubah. Demikian pula aktivitas manusia membangun
monumen bersejarah tidak lain tujuannya untuk
mengabadikan sebuah peristiwa penting dalam sejarah
peradaban manusia, bahkan Khairil Anwar berkata: "Aku
ingin hidup seribu tahun lagi".
Karya akademik pada hakikatnya merupakan
sebuah monumen penting dalam kehidupan yang dapat
menjadi legaetJ. Karya itu dapat dinikmati oleh siapa saja
yang cinta terhadap pengetahuan. Karya akademik bukan
sekadar sebuah tulisan yang menjadi hiasan di dalam rak,
lemari atau ruang baca, tetapi dia mampu melahirkan

Pengantar Pendidikan Psikologi I iii


Ulfiani Rahman

perubahan dan memberikan pencerahan kepada manusia.


Terlebih dalam perspektif eskatologis, karya akademik dapat
menjadi amal jariah di "alam sana".
Atas dasar kesadaran itulah, maka program
Gerakan Seribu Buku (GSB) ini dilaksanakan, dengan
harapan setiap dosen mampu melahirkan "legactj' dalam
catatan kehidupannya berupa karya tulis yang
dipublikasikan. Gerakan ini diharapkan menjadi "trigger"
untuk melahirkan karya-karya berikutnya.
Saya merasa gembira bahwa dosen UIN
Alauddin tidak saja mampu berorasi di atas mimbar, tetapi
juga dapat menuangkan gagasan, ide, dan pikirannya dalam
bentuk tulisan. Hingga periode akhir masa jabatan saya
sebagai Rektor, program GSB ini telah tuntas dilaksanakan.
Itu artinya, hingga saat ini tidak kurang dari 1000 buah
karya akademik telah dipublikasikan oleh para dosen UIN
Alauddin Makassar. Fakta ini harus diapresiasi dan menjadi
catatan penting bagi pejabat (Rektor) berikutnya.
Karya tulis merupakan perbendaharaan terbesar di
dunia akademik. Hanya dengan budaya menulis dan
membaca, maka dunia akademik menjadi hidup, bahkan al-
Quran mengisyaratkan bahwa lahir dan hadirnya
pengetahuan serta peradaban harus diawali dengan budaya
"iqra/baca" dan "al-qalam/pena". Karena itulah, UIN
sebagai kampus peradaban harus menjadi pioneer dari
tradisi literasi ini, sebab rendahnya budaya "baca-tulis"
pada suatu bangsa atau sebuah kampus mengindikasikan
Iemahnya kesadaran terhadap eksistensi diri, alam, dan
Tuhan.
Samata, 2 Oktober 2014
Rektor,

Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing, HT, MS

iv I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil' alamin adalah ucapan rasa


syukur tak terhingga kepada Allah Swt atas selesainya
penyusunan buku ini. Kehadiran buku ini tidak terlepas dari
pertanyaan mahasiswa ketika mengajarkan materi psikologi
pendidikan di kampus ataupun memberi jawaban atas
pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang awam yang
mengetahui bahwa penyusun adalah dosen psikologi. Di
antara pertanyaan tersebut adalah untuk apa mempelajari
materi psikologi pendidikan di jurusan matematika dan di
perguruan tinggi pada umumnya? Pertanyaan tersebut
sangat sederhana dan membuat penyusun tertarik
menuliskan perlunya psikologi diajarkan dan khususnya di
fakultas pendidikan. Hal ini terlihat setelah mengamati
proses pembelajaran di kelas, maka tentu tidak mudah
menggambarkan pentingnya psikologi pendidikan di
ajarkan bagi mereka yang tampak tidak relevan dengan
materi matematika secara langsung.
Namun unsur-unsur yang diperlukan oleh seorang
guru ataupun calon guru, akan sangat membantu
keberhasilan dalam proses belajar dan mengajar di kelas.
Itulah salah satu yang menjadi alasan mengapa buku ini
hadir untuk mengenalkan bahwa materi psikologi
khususnya psikologi pendidikan perlu diajarkan di
fakultas keguruan.
Proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan
mengabaikan aspek-aspek psikologis, dapat mempengaruhi
munculnya lingkungan belajar yang kurang kondusif.
Mengapa? Karena proses pembelajaran yang dilangsungkan
tanpa memahami psikologi pengelolaan pembelajaran
menyangkut pengelolaan kelas dan pengelolaan siswa maka

Pengantar Penclidikan Psikologi I v


Ulfiani Rahman

proses pembelajaran boleh jadi hanya mentrasfer


pengetahuan atau hanya kaya dengan pengembangan
kognitif semata. Padahal proses pembelajaran diharapkan
terjadi secara utuh iaitu adanya aspek kognitif, afeksi dan
psikomotor yang harus menyatu dalam pembelajaran.
Seorang guru, diharapkan memiliki ketiga
kemampuan tersebut, selain adanya 4 kompetensi yang
harus dimiliki seorang calon dan yang berprofesi sebagai
guru. Di antara keempat kompetensi tersebut adalah
kompetensi peagogik, kompetensi profesional, kompetensi
keperibadian dan kompetensi sosial. Hal ini tentu saja tidak
sekadar bacaan yang terpajang, tetapi pelaksanaan dari
keempat hal ini akan sangat menentukan
Oleh karena itu, memahami psikologi dalam
pendidikan yang disajikan secara teoretis dan aplikasinya
dalam pembelajaran tersaji secara sederhana dalam buku ini,
Tanpa melupakan jati diri sebagai pendidik di universitas
agama, maka buku ini juga diperkaya dengan asupan
kalam-kalam Tuhan yang terdapat di dalam Al Quran serta
hadits nabi yang relevan dengan konteks pembelajaran.
Semoga kehadirannya dapat menjadi salah satu buku yang
dapat memperkaya literatur psikologi pendiclikan.
Penyusun menyadari kekurangan yang terdapat di
dalam buku ini, sehingga masukan dan saran yang
konstruktif sangat penyusun harapkan demi sempurnanya
inforrnasi yang disampaikan.
Akhimya saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada Rektor UIN Aluddin Makassar, Prof. Dr. H. Abd
Qadir Gassing, atas program unggulan Gerakan Seribu Buku
ini karena kami dapat berpartisipasi di dalamnya. Demikian
terima kasih tak. terhingga kepada Papa, Mama
pula ucapan
/Bunda atas doa yang tiada putus diberikan dalam
menjalani pekerjaan sebagai pengajar. Tak lupa ucapan

.I
vi Pengan tar
Pendidikan Psikologi
Ulfiani Rahman

terima kasih untuk suami tercinta atas dorongan dan


pengertiannya dalam menyelesaikan penyusunan buku ini.
Terakhir, si kecil-ku Naurah Fakhirah Idham Pandara Allo
yang sudah mulai menginjakkan kakinya di bangku Sekolah
Dasar. Semoga Allah mengaruniai kesehatan dan umur
panjang untuk dapat belajar ilmu yang bermanfaat dan
menjadi pelita bagi sesama dalam kehidupannya. Amin,

Makassar, 28 Agustus 2014

Penyusun,

Ulfiani Rahman

Pengantar Pendidikan Psikologi I vii


Ulfiani Rahman

viii I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

DAFTAR ISi

Sambutan Rektor iii


Kata Pengantar v
Daftar Isi .. . . .. ... ix

Bagian I Pengantar Psikologi Pendidikan . 1


Bagianll Pertumbuhan dan Perkembangan . 9
Bagian III Teori-Teori Belajar . 19
BagianIV Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi
Belajar . 115
Bagian V Lupa dalam Belajar .. 133
Bagian VI Kejenuhan dalam Belajar . 145
Bagian VII Kesulitan dalam belajar . 149
BagianVill Evaluasi Prestasi Belajar . 155
BagianIX Guru . 161

Daftar Pustaka 171


Biodata Penulis 175

Pengantar Pendidikan Psikologi I ix


Ulfiani Rahman

x ( Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

BAGIAN PERTAMA

PENGANTA'R PSIKc9Lc9GI
PENVIVTKAN

•!• Pengertian Psikologi Pendidikan


•!• Tugas Psikologi Pendidikan
•!• Ciri atau sifat dari Psikologi
•!• Ruang Lingkup Psikologi
•!• Seputar Psikologi Pendidikan

Pengantar Pendidikan Psikologi I 1


Ulfiani Rahman

A. Pengertian Psikologi Pendidikan


Sebelum membahas lebih jauh tentang psikologi
pendidikan, terlebih dahulu diuraikan pengertian psikologi.
Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Psyche berarti
Jiwa; dan Logos berarti Ilmu. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa psikologi adalah ilmu tentang Jiwa. Secara
khusus beberapa ahli psikologi turut memberikan definisi
psikologi, antara lain: {\
•!• Drever dalam A Dictionanr of psycholo : sikologi
sebagai . sua ca ang ilmu, 1 e misikan dalam
berbagai · cara tergantun� pada Il}�tQde_}rall�
atau field of study. ·
•!• Descartes terkenal dengan aliran rasionalismenya
dengan ungkapan 'saya berpikir maka saya ada'.
Menurutnya _ps� ad_alah_ilmu_tentang kesadaran.,
yaii:ti kesadaran rasio. .
)Z Wilhelm_ WU11d.t.. Psikologi adalah ilmu tentang
kesadaran manusia. Ia disebut sebagai bapak psikologi
eksperimental sebab ia adalah orang pertama yang
mendirikan laboratorium psikologi eksperimental di
dunia secara intensif dan sistematis, sehingga psikologi
dapat berdiri sendiri dan memisahkan diri dari filsafat
sebagai induk ilmu pengetahuan atau dari filosofis ke
empiris.
•!• M_enurut Edward Titchen�kesadaran dalam dunia
psikologi penuh berisi wajah, suara, perasaan (gelap,
terang, kasar, halus, suara dan ruangan kadang luas,
kadang sempit, jika orang dewasa menengok masa Ialu
tampak sangat singkat namun kadang sangat lama.
Dunia berisi pikiran, emosi, ingatan. Wundt yakin
bahwa yang pernah dipelajari adalah cara ketja mental
yang terpusat, seperti: perhatian, maksud serta tujuan
yang dimiliki.

2 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

•!• Branca dalam bukunya Psychology: The science of


behavior. Psikologi adalah ilmu tentang perilaku. Tetapi
hewan juga yang terlihat didalam bagian-bagian yang
mengemukakan tentang penelitian-penelitian yang
dilakukan dalam lapangan hewan.
•!• Morgan, dkk. Psikologi adalah ilmu tentang perilaku
manusia. Perilaku hewan yang diteliti nantinya berguna
untuk perilaku manusia.
•!• Sartain, dkk. Psikologi adalah ilmu tentang perilaku
· manusia. Perilaku hewan yang diteliti iuza nantinva
berguna untuk perilaku manusia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
Psikologi : ilmu yang membicarakan tentang jiwa. Tetapi
Jiwa adalah sesuatu yang abstrak, dan yang dapat dilihat
hanyalah perilaku, sehingga untuk memahami arti psikologi
maka dapat diartikan bahwa psikologi sebagai ilmu yang
membicarakan tentang jiwa yang termanifestasi dalam
tingkah laku.
Tingkah laku ada dibedakkan menjadi dua macam
yaitu: Tingkah laku yang tampak (overt behavior) akatifitas
motorik, contoh: lari, lompat, berjalan: dan Tingkah laku
ye1ng Lidak tampak (inner behavior), berupa ak tifitas kognitif
dan aktifitas emosi) seperti memperscpsi, bcrpikir,
mengingat, merasakan.

B. Tugas Psikologi
Psikologi sebagai sebuah ilmu yang telah berdiri sendiri,
1;etelah memisahkan diri dari filsafat, maka psikologi pun
memiliki tugas-rugas penting yang tidak berbeda dengan
disiplin ilmu lainnya. Di antara tugas-tugas tersebut adalah:
1. Mengadakan deskripsi, yaitu: rnenggambarkan secara
jelas hal-hal yang dipersoalkan atau dibicarakan. Contoh:
peristiwa tabrakan di jalan raya.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 3


Ulfiani Rahman

2. Menerangkan, yaitu: menerangkan keadaan atau kondisi-


kondisi yang mendasari tetjadinya peristiwa-peristiwa
tersebut. Contoh: mempertanyakan penyebab tetjadinya
tabrakan.
3. Menyusun teori, yaitu: mencari dan merumuskan
hukum-hukum atau ketentuan-ketentuan tentang
hubungan antara satu peristiwa dengan peristiwa yang
lain atau hubungan antara satu kondisi dengan kondisi
lainnya. Contoh: menjelaskan peristiwa tabrakan
tersebut dengan cara menghubungkannya dengan situasi
dan kondisi di area tabrakan.
4. Prediksi, yaitu: melakukan peramalan terhadap hal-hal
atau gejala-gejala yang akan muncul. Contohnya: Jika
kondisi jalanan tidak dibenahi dan pengendera
kendaraan tidak berhati-hati, maka akan tetjadi
tabrakan.
5. Pengendalian, yaitu: mengendalikan atau mengatur
peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala. Contoh: perlu
aturan yang jelas dan setiap pengendera harus mematuhi
aturan tersebut.

C. Ciri atau sifat dari psikologi


Selain dari pada tugas psikologi yang perlu jelas,
maka ciri dari sebuah ilmu pun juga sangat diperlukan.
Apalagi ilmu yang memiliki pendekatan positifistik sperti
psikologi maka cirinya dapat dikemukakan seperti berikut
ini:
1. Memiliki Obyek.. Obyek materi: semua ilmu sama obyek
materilnya. Sedangkan obyek formal: berbeda masing-
masing ilmu, obyek formal termuat di dalam definisi.
2. Memiliki metode dan pendekatan dalam penelitian.
3. Memiliki sistematika yang teratur �bagai hasil
pendekatan terhadap obyek.
4. Mempunyai riwayat atau sejarah tertentu.

4 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

D. Ruang Lingkup Psikologi


Sebagai sutau cabang ilmu, maka psikologi memiliki
ruang lingkup tersendiri, iaitu:
1. Psikologi Umum: Psikologi yang mempelajari aktivitas
psikis manusia yang tercermin di dalam tingkah laku
pada umumnya, yang dewasa, normal dan yang beradab
(berkultur).
2. Psikologi Khusus: Psikologi yang menyelidiki dan
mempelajari segi-segi kekhususan dari aktifitas-aktifitas
psikis manusia, seperti:
a). Psikologi perkembangan: membicarakan
perkembangn psikis manusia dari bayi sampai tua,
b). Psikologi Sosial: tingkah laku yang berhubungan
dengan situasi social.
c). Psikologi Pendidikan: aktivitas manusia dalam
hubungannya dengan situasi pendidikan, contoh
bagaimana cara belajar dan seterusnya.

E. Seputar Psikologi Pendidikan


Jika ditelusuri, maka pendidikan itu sendiri
mengandung makna, yaitu: Mengajar berupa transfer
ilmu; dan Mendidik yang meliputi memelihara,
memberikan latihan, kebiasaan, dan didalamnya berisi
ajaran runtunan, bimbingan tentang akhlak dan kecerdasan
1

pikiran.
Berbagai definisi pendidikan muncul dalam berbagai
pandangan, seperti pandangan dari Barat berikut ini:
1. Jean Jacques Rousseau (Pendidik di Eropa): pendidikan
adalah proses yang berterusan, bermula dari masa
kanak-kanak. Dalam proses ini, segala kemampuan
sejak · Iahir dengan sendirinya mengikuti kehendak &
peraturan sejak awal.
2. Maria Montessori, Pendidik dari Italia mengemukakan
bahwa pendidikan sebagai proses membentuk &

Pengantar Pendidikan Psikologi I 5


Ulfiani Rahman

mengembangkan intelektual, jasmani, rohani & sosial


anak-anak.
3. John Dewey seorang pakar pendidikan Amerika Serikat
mengemukakan bahwa pendidikan adalah proses
perkembangan individu. Pendidikan merupakan usaha
mengatur ilmu pengetahuan untuk menambahkan lagi
pengetahuan sejak awal yang ada padanya supaya
dapat hidup dengan lebih berguna

Pendidikan juga didefinisikan dari pandangan Islam,


seperti dikemukakan oleh:
1. Moh Athiyah Al Abrasi: Pembinaan tingkah Iaku
manusia berakhlak tinggi dan berada di bawah
naungan agama Islam
2. Al Ghazali: proses pendidikan hendaklah meliputi
aspek intelektual, jasmani serta pembinaan akhlak
mulia, berani dan hormat-menghormati.
Penclidikan adalah proses pengubahan sikap dan
tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Dari berbagai-bagai definisi tersebut, Iahir juga
pandangan-pandangan tentang Psikologi Pendidikan seperti
berikut ini:
"' Studi yang berhubungan dengan penerapan
pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha _
usaha kependidikan.
"' Atau studi sistematis tentang proses dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
"' Disiplin Psikologi yang berhubungan dengan
masalah-masalah kependidikan.

Ruang Lingkup psikologi pendidikan


1. Belajar, Mengajar dan belajar-mengajar

6 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

2. * situasi atau tempat terkait


* tahapan-tahapan dalam mengajar & belajar
* hasil-hasil yang dicapai dalam mengajar & belajar
Selain ruang lingkup, psikologi pendidikan juga memiliki
objek riset. Dalam hal ini, objek riset yang dimaksud
meliputi:
� Guru sebagai pendidik
� Siswa sebagai peserta didik
� Psikologi Pendidikan muncul di Jerman oleh Johann
Friederich Herbart. Kemudian dikenal dalam Aliran
Herbartianisme (1820-an) = Apperceptive mass (proses
belajar) bergantung pada pengenalan individu
terhadap hubungan antara ide-ide baru pengetahuan
yang dimiliki atau biasa disebut dengan appersepsi.

Selain itu, psikologi pendidikan juga sangat


bermanfaat dalam proses belajar dan mengajar, antara lain:
Membantu para guru / calon guru dalam memahami proses
dan masalah kependidikan, serta mengatasi masalah
tersebut secara saintifik psikologis.
Psikologi pendidikan secara khusus memiliki cara-
cara penyelidikan. Di antara metode yang biasa diterapkan
adalah:
1. Metode Eksperimen (kelompok percobaan dan
kelompok pembanding - dibandingkan hasilnya).
2. Metode Studi Kasus : penyelidikan .dengan mencatat
fakta, terdiri dari individu atau kelompok sebab sukar
menggeneralisir hasilnya.
3. Metode Penyelidikan Klinis: diberikan untuk
menyelidiki anak yang mengalami penyimpangan
psikologis dan perilaku agar tahu penyebab
keabnormalan.
4. Metode Kuesioner = angket.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 7


UHiani Rahman

Dengan angket dapat diperoleh fakta atau opini.


Isinya berupa data identitas diri, serta data yang
mengandung pertanyaan yang ingin memperoleh
jawaban.
Pertanyaan angket berupa:
a. Pertanyaan tertutup: responden memilih jawaban
yang telah disediakan karena persoalannya jelas.
b. Pertanyaan terbuka: responden punya kesempatan
luas untuk memberikan jawaban, umumnya untuk
memperoleh opini,
c, Pertanyaan terbuka/ tertutup: angket campuran.

Berdasarkan cara orang memberikan informasi:


a. Angket langsung, misalnya untuk ibu-ibu: langsung
ke ibu-ibu.
b. Angket tidak langsung, m.isalnya untuk anak-anak
(TK), maka angket tidak langsung ke anaknya, tetapi
melalui perantara seperti ibunya atau gurunya.
Angket memiliki beberapa keuntungan dan secara tidak
langsung juga memiliki kelemahan:
a. Praktis untuk jarak jauh dan dekat
b. Dapat segera dikumpulkan dalam waktu singkat.
c. Orang dapat menjawab secara leluasa dan terbuka
terhadap orang lain, tetapi responden tidak dapat
bertanya jika menemukan pertanyaan yang kurang
jelas di dalam angket sersebut.
5. Metode Observasi Naturalistik
Metode ini mengarah kepada pengamatan dalam kelas
biasa, lalu dicatat jenis perilaku yang akan diteliti

8 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

BAGIAN KEDUA

•!• Konsep Fitrah Manusia


•!• Asas Pertumbuhan dan
Perkembangan
•!• Prinsip Pertumbuhan &
Perkembangan
•!• Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan & Perkembangan

Pengantar Pendidikan Psikologi I 9


Ulfiani Rahman

A. Konsep Fitrah Manusia


Jika cuba menjelaskan arti. fitrah, maka ti.dak bisa
dilepaskan dari makna potensi. Potensi merupakan
kemampuan sejak awal yang terpendam dalam diri setiap
orang. Potensi tersebut dapat meliputi jasmani, mental,
rohani dan emosi. Kesemuanya suci, bersih tanpa noda.
Seperti. teori perkembangan nati.visme dari Schopenhauer
yang mengemukakan bahwa perkembangan manusia itu
dipengaruhi oleh faktor bawaan dan pendidikan ti.dak
memberikan pengaruh. Hal ini menggambarkan bahwa ada
potensi bawaan yang dimiliki manusia dan ti.dak akan
berubah. Walaupun teori ini juga kemudia mendapatkan
bantahan untuk memperhatikan faktor lingkuga yang dapat
mempengaruhi seseorang.
Sementara dalam Islam dinyatakan bahwa konsep
fitrah dapat dipelajari dari hadits Nabi yang menyatakan:
bahwa setiap orang dilahirkan dalam keadaan fitrah (sud, bersin
tanpa noda), tetapi orang tuanyalalt yang menjadikannya Yehudi,
Nasrani dan Majusi (lingkungan)". Sebagaian tokoh Islam
mengemukakan bahwa fitrah itu mengandung unsur naluri
yg primitif yaitu bakat, mental, emosi, & fisik.
Menurut Kamus Psikologi, perbedaan individu
diertikan sebagai "Variasi atau ketidaksaamaan
individu daripada norm.a kumpulan, sama ada sifat-
sifat kognitif, emosi, fizikal, moral, tingkah laku, sosial,
bakat, dan lain-lain aspek yang mungkin terdapat di
kalangan individu dalam sesuatu kumpulan". Hal
•�rsebut menegaskan bahawa setiap individu adalah
iik serta memiliki ciri-ciri tersendiri.
Aspek-aspek perbezaan individu (Sang 2010)
eliputi: aspek fizikal (seperti: jenis kelamin, wajah,
.uran badan serta kemahiran jasmaninya); aspek
,gnitif (contoh: kemampuan berfikir, IJJngingat,
I Pengantar Pendidikan Psikologi
Ulfiani Rahman

menganalisis serta bakat); aspek emosi (misalnya:


emosi berbeza dalam situasi yang sama); tingkah laku
(dapat dihayati dari sisi pergaulan, interaksi dan
aktivitas sosial); aspek sosial (cara hidup yang berbeda
walaupun keluarga dalam satu rumah); dan aspek
rohani (seperti setiap individu memiliki falsafah hidup
yang berbeza dengan individu lain).
Lebih lanjut dinyatakan pula faktor-faktor yang
mempengaruhi perbezaan individu antaranya:
pengaruh genetik (fizik, mental, emosi), persekitaran
(keluarga, rakan sebaya, status sosial ekonomi,
kebudayaan dan kepercayaan masyarakat, teknologi
maklumat, guru). Berdasarkan penjelasan tersebut yang
disesuaikan dengan konsep dalam kajian ini, perbezaan
individu lebih mengarah kepada faktor demografi
seperti jantina, usia, pendidikan guru, masa
berkhidmat, gaji dan status perkahwinan.

B. Asas Pertumbuhan & Perkembangan


Perkembangan adalah proses yang terus menerus
dari lahir-matang. Kajian ahli psikologi mengemukakan
bahwa perkembangan manusia dari aspek perubahan
jasmani, kognitif, emosi, sosial dan rohani dipengaruhi oleh
dua faktor, yaitu bawaan (genetika) & lingkungan.

Aspek PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN

jasmani Tumbuh: Ukuran, Berjalart, melihat,


Berat, Gigi, organ dengar, buat kerja
deria

Pengantar Pendidikan Psikologi I 11


Ulfiani Rahman

Mental Tambah Mahir berpikir,


kemampuan ingat, menakul,
berpikir analisis

Emosi Perasaan Mahir mengontrol


Sosial senang, perasaan dalam
gembira, takut, situasi tertentu
bimbang, sed.ih

Meluaskan Mahir mendisiplin &


komunikasi & menyesuaikan diri
pergaulan dalam pergaulan
dengan orang dengan orang lain
lain

C. Prinsip-Prinsip Pertumbuhan & Perkembangan


1. Pertumbuhan berlaku dalam 2 arah: (dari atas ke
bawah, dari tengah ke tepi).
2. Pertumbuhan struktur fisik mendahului kemampuan
fungsinya.
3. Pertumbuhan secara menyeluruh mendahului
pertumbuhan secara khusus (seperti dalam proses
pertumbuhan manusia, berangkat dari satu sel, lalu
berkembang menjadi 2 dan seterusnya membentuk alat
indra dan organ-organ tubuh lainnya.
4. Pertumbuhan dan perkembangan tetap sama tetapi
kadamya berbeza - beza pada setiap individu.
5. Pertumbuhan berlaku hingga satu tahap, tapi
perkembangan berlaku secara terus menerus sampai
mati.

12 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

6. Pertumbuhan dan perkembangan saling berinteraksi.


Pertumbuhan jasmani yang kurang sehat boleh
mempengaruhi perkembangan rohani, emosi & sosial.
7. Perkembangan mental bermula dari hal yang konkrit
kepada abstrak.
8. Perkembangan dari egosentrik kepada menerima
pandangan orang lain.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan


Perkembangan
Pada dasarnya kehidupan manusia meliputi
berbagai perbedaan-perbedaan. Perbedaan tersebut ada
yang tampak jelas ada juga yang tidak. Jika secara fisik
terlihat muncul perbedaan tersebut maka mungkin
seseorang akan menyatakan bahwa itu dipengaruhi oleh
faktor bawaan. Namun jika melihat perilaku yang
ditunjukkan seseorang, maka sangat mungkin untuk
mengatakan bahwa perilaku tersebut merupakan pengaruh
lingkungan. Misalnya lemahnya fisik seseorang boleh jadi
karena kekurangan gizi sehingga salah satu cara
mengatasinya adalah dengan memperbaiki gizi buruk yang
dideritanya. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan
memiliki pengaruh yang besar terhadap timbulnya masalah
ini, Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa di antara
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan seseorang, adalah:
1. Pembawaan.
Setiap orang memiliki perbedaan antara satu dengan
lainnya. Hal ini terlihat dari aspek pembawaan yang biasa
melekat pada seseorang ditahun-tahun pertama sampai
tahun kedua kelahirannya tersebut, misalnya marah,
menangis, tertawa, bermain, meniru, takut, rasa ingin
tahu, .rasa jijik (Hughes & Hughes, 2012). Keterangan

Pengantar Pendidikan Psikologi I 13


Ulfiani Rahman

lebih jauh contoh dari pembawaan tersebut dapat dilihat


sebagai berikut:
• Sejak lahir, umumnya setiap orang menunjukkan
eksistensinya dengan mengeluarkan suara. Kemudian
anak dapat berteriak dan memberontak jika gerakan
tubuh mereka dibatasi. Lalu dengan bertambalmya usia
pula maka rasa marah terpancing pada banyak situasi
lainnya, seperti jika barang yang disukai diambil, jika
lapar yang tidak terpenuhi, jika mereka menyadari
bahwa diri mereka tidak mampu mencapai tujuan. Ini
menunjukkan bahwa seseorang dapat marah jika
merasa berada dalam zona tidak aman dan tidak
nyaman.
• Selain marah, rasa takut juga merupakan pembawaan
yang juga terlihat dari kecenderungan untuk
menghindari bahaya. Misalnya mendengar suara bising,
mendapatkan sensasi seakan mau jatuh. Hal ini, secara
alamiah siap, tanpa belajar untuk memberi perhatian
pada rangsangan ini.
• Juga ada rasa ingin tahu. Hal ini tampak sebagai
pembawaan juga. Biasanya tampak pada anak di usia 5
bulan. Misalnya rasa ingin tahu terhadap benda-benda
yang tampak asing seperti membuka laci dan lemari,
ingin mengetahui isi bungkusan. Ini tampak pada usia 2
tahun. Pada usia ini, perhatian mereka agak serius -
ingin bertanya, ingin tahu, heran, ingin dekat dengn
obyek tersebut. Hal ini juga biasa bertentangan dengan
rasa takut.
• Demikian juga dengan rasa jijik. Secara alamiah, ketika
seorang anak dalam tahun pertama kehidupannya
mendapatkan pengalaman, misalnya makan makanan
yang kurang disukainya ( dari segi bau dan tekstur
makanan semisal bubur), maka secara biologis akan
menolak dengan cara memuntahkannya.
14 I Pengantar Pendidikan Psikologi
Ulfiani Rahman

• Berkawan & menyendiri. Setiap orang dikaruniai Tuhan


3 fungsi, iaitu sebagai makhluk individu, makhluk
sosial dan makhluk religi. Sebagai makhluk sosial
khususnya, seseorang secara alamiah akan mencari
orang lain. Misalnya anak kecil pada masa
kehidupannya, tidak ingin ditinggalkan sendirian.
Biasanya si anak akan mengeluarkan ekspresi menangis
untuk mencari perhatian dari sekelilingnya. Memasuki
tahun kedua, biasanya si anak akan menyendiri,
misalnya bermain sendiri walaupun tidak ada yang
melihatnya. Namun hal ini bisa terwujud karena si anak
sudah mengenal lingkungannya.
• Patuh juga merupakan bagian dari pembawaan. Ini
dicontohkan dari adanya sikap anak yang ingin
bersedia menerima pertolongan dan saran.
• Menangis dan tertawa. Telah menjadi kelaziman bagi
perilaku seseorang yang baru lahir untuk menangis jika
ada stimulasi yang membuat mereka butuh respon
segera. Demikian pula dengan tertawa. Seorang anak
akan tertawa ketika menghadapi situasi yang memicu
rasa lucu.
• Tidak jauh berbeda dengan meniru. Setiap orang
berprilaku diawali antara lain dengan meniru perilaku,
iaitu disengaja dan yang tidak disengaja. Perilaku yang
disengaja adalah gerakan refleks, contohnya berkedip,
bersin. Tetapi perilaku yang disengaja, terlihat dari
kemampuan seseorang menyanyi setelah meniru orang
lain yang lebih mampu untuk menyanyi.
• Bermain adalah kecenderungan bawaan yang tampak
ketika anak dapat melakukan aktivitasnya secara fisik-
menendang, meraba, menggenggam, memandang,
mendaki, melompat, dan lain-lain.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 15


Ulfiani Rahman

Al Qur' an telah sejak awal memberikan gambaran


tentang pembawaan yang merupakan bagian dari
kehidupan manusia.
• Dalam QS Ar Rum (30; 30) yang artinya : Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
(Islam); (sesuai) fitrah Allah Swt disebabkan Dia telah
menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada
perubahan pada ciptaan Allah. (itulah) agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui .

. • Dalam QS An-Nahl (16;78) yang artinya: Dan Allah


mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu
pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu
bersyukur.

2. Lingkungan
Faktor pertumbuhan dan perkembangan berikut adalah
lingkungan. Lingkungan memegang peranan penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan seseorang
semng bertambahnya usia. Contohnya, seorang anak
yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan
pedagang, boleh jadi akan menjadi politikus setelah
bergaul dalam lingkungan politisi misalnya partai.

3. Ketentuan Allah
Faktor yang ketiga merupakan faktor ketentuan Allah.
Hal ini terlihat dari kemampuan manusia untuk
menjalani kehidupan sesuai ketentuan-Nya. Kemampuan
yang dimiliki seseorang dalam hidupnya ti.dak terlepas
dari campur tangan Tuhan. Contoh-contoh tersebut dapat
terlihat dalam kisah-kisah kehidupan manusia melalui
ayat-ayat-Nya yang menjadi bukti bahwa seseorang yang
dianggap lemah dan tak berdaya ternyata Tuhan
16 I Pengantar Pendidikan Psikologi
Ulfiani Rahman

memberikan kelebihan untuk menjadi pelajaran bagi


manusia dalam kehidupannya.
1. I<isah nabi Isa as yang dapat berbicara ketika masih
bayi untuk menjadi saksi atas kebencian orang
terhadap Ibunya. Hal ini tertuang dalam QS Al Imran
(3; 46) yang artinya:
Dan dia berbicara dengan manusia (sewaku) dalam
buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di
antara orang-orang saleh.
2. I<isah Maryam yang ketika hamil tanpa memiliki
suami, membuat orang-orang di sekelilingnya
menuduh bahwa Maryam telah berbuat zina.
Padahala Maryam hamil setelah Jibriil meniupkan roh
ke dalam perut Maryam atas perintah TuhanNya.
Kemudian peristiwa tersebut, semua ditampik oleh
Maryam lewat pertolongan Allah yang dapat
membuat Maryam lega karena anak yang dilahirkan
kemudian dapat berbicara dan membantu ibunya
keluar dari kemelut pergunjingan yang tidak pantas.
Dalam QS Maryam (19; 27-35) yang artinya:
. . . Tidak patut bagi Allah mempunyai anak, Maha sud
Dia. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, maka Dia
hanya berkata kepadanya. Jadilah, maka jadilah sesuatu
itu.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 17


Ulfiani Rahman

18 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

BAGIAN KETIGA

TtORI --TtORI 13'ELAJA'R

•!• Teori belajar behaviorisrne


•!• Teori belajar sosial= -
•!• Teori kognitif
•:• Teori hurnanistik

Pengantar Pendidikan Psikologi I 19


Ulfiani Rahman

Psikologi pendidikan berkembang sebagai suatu


cabang ilmu psikologi, tidak dapat dilepaskan dari pengaruh
aliran-aliran psikologi lain, seperti aliran behaviorisme,
aliran psikologi kognitif, dan aliran psikologi humanistik.
Dalam belajar dan mengajar maka beberapa hal yang terkait
dengan proses belajar selalu menjadi perhatian tersendiri.
Oleh karena itu, terdapat teori-teori belajar yang dapat
membantu memahami ·bagaimana proses-proses belajar itu
berjalan.

1. Pengenalan Teori Behaviorisme


Pendiri aliran behaviorisme adalah John Broadus
Watson (1878-1958), yang mengatakan bahwa
kesadaran hanya dapat dipelajari melalui proses
intropeksi, sebuah alat riset yang bisa diandalkan.
Watson menganggap bahwa perhatian utama psikolog
adalah perilaku dan bagaimana prilaku bervariasi
berdasarkan pengalaman yang beragam. Dia
mengatakan studi kesadaran sebaiknya diserahkan
kepada para filsuf. Jadi, apa yang menjadi perhatian
utama penelitian epistimologi selama ribuan tahun
dianggap oleh behavioris sebagai penghalang dalam
mempelajari prilaku manusia (Watson dalam Jarvis,
2006) r
Poin utama behavioris adalah bahwa perilakulah yang
seharusnya dipelajari karena perilaku dapat dipelajari
secara langsung. Kejadian-kejadian mental sehanisnya
diabaikan karena tidak bisa dikaji secara langsung.
Behaviorisme berpengaruh besar terhadap teori belajar
di Amerika. Teori belajar selalu bertolak dari sudut
pandang psikologi belajar tertentu. Dengan
perkembangan psikologi dalam pend.idikan, maka
dengan itu muncul berbagai teori tentang belajar. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa de�gan tumbuhnya
20 I Pengantar Pendidikan Psikologi
Ulfiani Rahman

pengetahuan tentang belajar, maka psikologi


pendidikan di zaman mutakhir ini memunculkan
secara beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan.
Salah satunya ialah teori belajar behavioristik yang
menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku
yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon)
berdasarkan hukum-hukum mekanistik.
Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang di anggap telah belajar
sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku.

2. Pengertian Teori Behaviorisme


Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan
untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme
memandang individu hanya dari sisi fenomena
jasmaniah, dan mengabaikan aspek - aspek mental
(Schultz, 1991). Dengan kata lain, behaviorisme tidak
mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan
perasaan individu dalam belajar. Peristiwa belajar
semata-mata melatih refleks-refleks sedem.ikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori
belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar.,
Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai
pengaruh lingkungan. Behaviorisme . tidak mau
mempersoalkan apakah manusia baik +tatau jelek It
rasional atau emosional; behaviorisme hanya in�
faktor-faktor lin1_,kungan, dalam arti teori belajar le�Ji
menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang
Pengantar Pendidikan Psikologi I 21
Ulfiani Rahman

individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon


terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan
akan membentuk perilaku mereka.
Dari hal ini, timbulah konsep "manusia mesin'' (Homo
Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan
unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanisti.s,
menekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, menekankan
pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar, mementingkan peranan kemampuan dan basil
belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku
yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut
5-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia
dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan
atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian
dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat
antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusnya.

3. Konsep Teori Pembelajaran Behaviorisme


a. Pembelajaran sebagai satu perubahan dalam
frekuensi bentuk atau tingkah laku.
b. Dalam bentuk pendekatan behavioral, tingkah Iaku
pelajar dinilai sebelum memulakan pengajaran.
c. Pembelajaran memerlukan penyusunan (stimuli)
rangsangan dalam persekitaran supaya belajar
dapat respons dan diberi pengukuran.
d. Manusia belajar menggunakan kaedah coba dan
ralat.
e. Ganjaran dan denda faktor penting membantu
pembelajaran manusia.
f. Pembelajaran manusia berlaku mengikut hubungan
antara ransangan dan gerak balas.
g. Motivasi, ganjaran dan denda amat penting dalam
proses pembelajaran.

22 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

h. Beliau mengemukakan teori perikatan dikenali


sebagai teori R-G (Rangsangan dan Gerak balas).

4. Aplikasi Teori Behaviorisme


Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Perubahan perilaku dapat berwujud sesuatu yang
konkret atau yang non konkret, berlangsung secara
mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi teori belajar
behaviorisme dalam. pembelajaran, tergantung dari
beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat · materi
pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Adapun contoh aplikasi teori
belajar behaviorisme menurut Pavlov adalah pada awal
tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar
mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ram.ah
dan mem.beri pujian terhadap murid-muridnya, sehingga
para murid merasa terkesan dengan sikap yang
ditunjukkan gurunya.

5. Dinamika Belajar Behaviorisme


Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang
memandang individu hanya dari sisi fenomena
jasmaniah, dan mengabaikan aspek - aspek mental.
Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya
kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam
situasi belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian" rupa sehingga menjadi
kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa hukum
belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini,
diantaranya:Connectionism (S-R Bond) menurut Thorndike.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 23


Ulfiani Rahman

Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap


kucing menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya:
Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada
asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari
pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit),
dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang
mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu.
Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara
Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat,
jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila
jarang atau tidakdilatih.Seperti halnya Thorndike, Pavlov
dan Watson yang menjadi tokoh teori ini juga percaya
bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama
dengan manusia. Belajar atau pembentukan prilaku perlu
dibantu dengan kondisi tertentu.
law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons
menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan
Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya,
semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons,
maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara
Stimulus- Respons.

Pavlov melakukan percobaan dengan seekor anjing.


Dalam percobaannya, Pavlov ingin membentuk prilaku
tertentu pada anjing. Bentuk percobaannya adalah
sebagai berikut: Dalam keadaan lapar sebelum diberikan
makanan dibunyikan lonceng, diperlihatkan makanan
dan air liur anjing pun keluar. 'Keadaan itu terus-menerus
diulang .. ��elah �fQ��apa . .kali dilakukan, temyata pada
- akhimya setiap lonceng berbunyi air liur anjing keluar,
walaupun tanpa diberi makanan. Dalam keadaan ini,

24 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

anjing belajar bahwa kalau lonceng berbunyi pasti ada


makanan sehingga menyebabkan air liumya keluar.
Dari eksperimen ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa
untuk membentuk tingkah laku tertentu hams dilakukan
secara berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian
tertentu.Pengkondisian itu adalah dengan melakukan
semacam pancingan dengan sesuatu yang£ dapat
menumbuhkan tingkah laku itu.
Dalam keseharian, sebetulnya penerapan prinsip teori
belajar ini sering kita dapatkan. Contohnya: Seorang ibu
yang menginginkan anaknya rajin belajar da.n berprestasi,
ia mengatakan: "Kalau kamu nanti naik kelas, ibu berjanji
akan membelikan kamu sepeda baru, Maka karena janji
ibunya itu si anak menjadi rajin belajar. Sebenamya
rajinnya anak itu bukan hanya sekedar ingin pintar atau
ingin naik kelas, akan tetapi karena ia menginginkan
sepeda baru. Akhimya lama-kelamaan kalau sudah
menjadi kebiasaan, walaupun tanpa iming-iming sepeda
baru, maka anak akan tetap belajar.

,. Ada beberapa tokoh yang menjadi pelopor teori ini,


diantaranya yaitu:
1. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
2. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)
3. Edward Lee Thorndike (1874-1949)

Pengantar Pendidikan Psikologi I 25


Ulfiani Rahman

a. Teori Belajar Pavlov

Peta Konsep

Percobaan Classical
Pavlov Conditioning

Teori Belajar
Pavlov

Kelebihan& Implikasi Belajar


Kekuarang Teori menurut Pavlov
Behaviorisme

1). Riwayat Hidup Ivan Petrovich Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov adalah seorang fisiolog,


psikolog, dan dokter Rusia (secara rinci Iihat
Hergenhahn & Olson, 1997). Ia dilahirkan 14

26 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

September 1849 di Rjasan, sebuah desa kecil di


Rusia Tengah. Keluarganya mengharapkannya
menjadi pendeta, sehingga ia bersekolah di Seminari
Teologi. Setelah membaca Charles Darwin, ia
menyadari bahwa ia lebih banyak peduli untuk
pencarian ilm.iah sehingga ia meninggalkan
sem.inari ke Universitas St. Petersburg. Di sana ia
belajar kimia dan fisiologi, dan menerima gelar
doktor pada tahun 1879. Ia melanjutkan studinya
dan memulai risetnya sendiri dalam topik yang
menariknya: sistem pencemaan dan peredaran
darah.
Karyanya pun terkenal, dan diangkat sebagai
profesor fisiologi di Akademi Kedokteran
Kekaisaran Rusia. Ia sebenamya bukanlah satjana
psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli
psikologi, karena ia adalah seorang satjana ilmu faal
yang fanatik. Pavlov lebih tertarik pada bidang
fisiologi ketimbang psikologi. Ia melihat pada ilmu
psikiatri yang masih baru saat itu sedikit
meragukan. Namun ia sungguh-sungguh berpikir
bahwa refleks terkondisi dapat menjelaskan
perilaku orang gila. Sebagai contoh, ia
mengusulkan, mereka yang menarik diri dari dunia
bisa menghubungkan semua rangsangan dengan
Iuka atau ancaman yang mungkin. Gagasannya
memainkan peran besar dalam teori psikologi
behavioris yang diperkenalkan oleh John Watson
sekitar 1913 ( Davidoff, 1988).

2). Percobaan Pavlov


Eksperimen dan karya yang membuat Pavlov
memiliki reputasi di bidang psikologi sebenamya
bermula dengan studi dalam pencemaan (Brennan,

Pengantar Pendidikan Psikologi I 27


UHiani Rahman

2006). Ia sedang mencari proses pencernaan pada


anjing, khususnya hubungan timbal balik antara air
ludah dan kerja perut. Dalam penelitian tersebut ia
melihat bahwa subyek penelitiannya (seekor
anjing) akan mengeluarkan air liur sebagai respons
atas munculnya makanan. Ia sadar kedua hal itu
berkaitan erat dengan refleks dalam sistem saraf
otonom. Tanpa air liur, perut tidak membawa
pesan untuk memulai pencemaan. Pavlov ingin
melihat bahwa rangsangan luar dapat
mempengaruhi proses ini, maka ia membunyikan
metronom dan di saat yang sama ia mengadakan
percobaan makanan anjing.

Classical conditioning yang juga disebut sebagai


teori contiguity (keterdekatan dua objek atau lebih
tanpa diselingi hal lain) dikembangkan oleh ahli
fisiologi asal Rusia ini. Dalam mengembangkan
teori ini, Pavlov melakukan serangkaian percobaan.
Bagaimana percobaan a tau eksperimennya? Berikut
paparan percobaannya (Brennan, 2006).
Dalam eksperimennya, Pavlov menunjukkan
makanan kepada anjing yang kemudian memakan
makanan itu. Setiap kali ditunjukkan makanan,
anjing itu mengeluarkan air liur. Tampak bahwa
makanan tersebut disebut unconditional stimulus
(UCS) dan menyebabkan respons (R) keluarnya air
liur. Pada percobaan-percobaan berikutnya, bel
dibunyikan sebelum makanan ditunjukan kepada
anjing. Sesudah beberapa kali percobaan, anjing
mulai mengeluarkan air liur sebagai respons
terhadap bunyi bel saja. Dengan kata lain anjing
tersebut telah terkondisi (terbiasa) untuk
memindahkan (mentransferkan) responnya, dalam

28 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

hal ini keluarnya air liur dari stimulus adalah


wajar, yakni makanan ke stimulus yang terkondisi
( conditioned stimulus) dalam hal ini bunyi bel
(Jarvis, 2006).

3). Classical Conditioning


Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap
seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya (Hergenhahn & Olson, 1997):
• Law of Respondent Conditioning yakni hukum
pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam
stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah
satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka
refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
• Law of Respondent Extinction yakni hukum
pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang
sudah diperkuat melaiuiRespondent conditioning
itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan
reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

4) Implikasi Belajar Menurut Pavlov


Seperti yang telah diketahui, apa yang telah
dilakukan Pavlov bukanlah untuk
mengembangkan teori belajar. Setelah banyak
orang mengakui teori Pavlov bermanfaat di dunia
psiokologi, banyak ahli pendidikan baru mulai
memanfaatkan teorinya untuk mengembangkan
atau memberikan kontribusi pada psikologi
pendidikan pada umumnya dan teori belajar
khususnya.

Menyadari latar belakang di atas, kita sebagai


pendidik harus menempatkan teori Pavlov secara
tepat. Sebaiknya, kita menggunakan teori

Pengantar Pendidikan Psikologi I 29


Ulfiani Rahman

conditioning sebagai referensi belajar secara


fleksibel karena eksperimen Pavlov adalah perilaku
binatang. Padahal, subyek belajar adalah manusia.
Ada perbedaan hakiki pikiran dan perasaan yang
tertentu berbeda dengan binatang.

Oleh karena itu, teori responden hanya digunakan


untuk menjelaskan proses belajar secara umum,
yaitu pengaruh kondisi tertentu terhadap sikap,
perasaan dan pikiran subjek didik dalam belajar.
Namun, kita tetap memperhitungkan
pengecualian-pengecualian, sebagaimana dalam
menggunakan generalitas, tidak menegasi
partikularitas dengan sendirinya.

Perubahan yang tetjadi karena adanya syarat-


syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan
reaksi (respon). Untuk menjadikan seseorang itu
belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat
tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut
teori conditioning ialah adanya latihan-latihan
yang kontinyu. Yang diutamakan dalam teori ini
ialah belajar yang tetjadi secara otomatis. Segala
tingkah laku manusia tidak lain adalah basil dari
pada latihan-latihan atau kebiasaan kebiasaan
mereaksi terhadap syarat-syarat tertentu yang
dialaminya dalam kehidupannya.

Salah satu konsep yang berkaitan dengan


eksperimen Pavlov adalah pemberian tanda,
stimulus dan respons yang tidak dikondisikan
sebagai basil proses instingtual, sedangkan
bubungan dikondisikan disebabkan Iatihan.
Latihan menyebabkan perubahan tingkah Iaku,

30 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

terutama perubahan neuron atau sel-sel syaraf.


Oleh karena itu, wajar jika Pavlov disebut
Neurobehaoiorisi karena menyatakan bahwa interaksi
antara stimulus dan respons tetjadi melalui proses
neural. Sementara belajar yang dilakukan manusia,
yang ada bukan hanya tanda, tetapi juga simbol.
Demikian pula dalam hal belajar, manusia tidak
hanya mengenal latihan, tetapi juga belajar ( dengan
konsep lain). Konsep simbol dalam belajar pada diri
manusia menyebabkan perbedaan antara manusia
dengan hewan. Manusia memiliki pikiran dan
perasaan, bukan hanya insting seperti yangdimiliki
binatang.

Dengan akal pikiran dan perasaan, manusia mampu


membedakan tanda dan simbol. Tanda adalah
sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari apa yang
ditandakan. Kita menyadari bahwa manusia
maupun binatang mengenal tanda. Akan tetapi,
berkaitan dengan pikiran dan perasaan yang
dimiliki, manusia tidak mau berhenti hanya pada
tanda, melainkan akan melangkah pada simbol.
Manusia tidak puas dengan apa yang ada pada
benda, melainkan memiliki kecenderungan
mengetahui apa yang ada dibalik benda dan yang
terkait dengannya. Ruang tanda diperluas
sehingga mempunyai arti dan menjadi lebih intens.
Kalau tanda menunjuk pada suatu objek, maka
simbol lebih menunjuk pada suatu konsep.

5) Kekurangan dan Kelebihan Teori Behaviorisme


a). Kekurangan :
), Pembelajaran siswa yang berpusat pada
guru (teacher centered learning), bersifat

Pengantar Pendidikan Psikologi I 31


Ulfiani Rahman

mekanistik, dan hanya berorientasi pada


hasil yang diamati dan diukur.
» Murid hanya mendengarkan dengan tertib
penjelasan guru dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif.

b). Kelebihan :
}}- Sangat sesuai untuk memperoleh
kemampuan yang membutuhkan praktek
dan pembiasaan yang mengandung unsur-
unsur seperti kecepatan, spontanitas,
kelenturan, refleks, dan daya tahan. Contoh :
Percakapan bahasa Asing, menari, mengetik,
olah raga, dll.
» Sesuai cliterapkan untuk melatih anak-anak
yang masih membutuhkan dominasi peran
orang dewasa, suka mengulangi dan harus
dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti
diberi hadiah atau pujian.
» Dapat clikendalikan melalui cara mengganti
stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon
yang diinginkan, sementara individu tidak
menyadari bahwa ia dikendalikan oleh
stimulus yang berasal dari luar clirinya.

• Bagan Teori Behaviorisme Menurut Pavlov


Secara ringkas, percobaan Pavlov dapat dilihat dalam
bagan berikut:

32 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

__---11 Sebelum
I eksperimen

Bunyi bel (CS) Pemberian makanan


(Tidak ada (UCS) = Respon
respon) Air liur keluar (UCS)
,
� Eksperimen
L
Bunyi bel (CS)
diiringi pemberian
makanan (UCS)
(CS UCS)

,Ir

Sesudah eksperimen

Bunyi bel tanpa pemberian makanan (CS


+ UCS) = Respon Air Liur keluar (UCR)

Teori belajar gagasan Ivan Pavlov disebut dengan


Teori pembiasaan klasik (classical conditioning). Kata
classical yang mengawali nama teori ini sernata-mata
dipakai untuk rnenghargai karya Pavlov yang dianggap
paling dahulu di bidang conditioning (upaya pembiasaan)
dan untuk membedakannya dari teori conditioning lainnya
(Gleitmen, 1986). Selanjutnya, mungkin karena fungsinya,

Pengantar Pendidikan Psikologi I 33


Ulfiani Rahman

teori Pavlov juga dapat disebut respondent conditioning


(pembiasaan yang dituntut).

Teori ini sering disebut juga contemporary


behavioris atau juga disebut S-R psychologists yang
berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan
oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari
lingkungan (Hergenhahn & Olson, 1997). Jadi, tingkah laku
belajar mendapat jalinan yang erat antara reaksi behavioral
dengan stimulasinya. Guru yang menganut pandangan ini
bahwa masa lalu dan masa sekarang dan segenap tingkah
laku merupakan reaksi terhadap lingkungan mereka
merupakan hasil belajar. Teori ini menganalisis kejadian
tingkah laku dengan mempelajari latar belakang penguatan
(reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut.
Dalam sub judul ini dikutip uraian Hendry C.
Ellis, tentang eksperimen Pavlov di laboratorium pada
seekor anjing. Beliau melakukan operasi kecil pada pipi
anjing itu sehingga bagian dari kelenjar liur dapat dilihat
dari kulit luarnya. Sebuah saluran kecil di pasang pada
pipinya untuk mengukur aliran air liumya.Kondisi anjing
itu terpisah dari penglihatan dan suara luar, atau diletakkan
pada panel gelas.
Atkinson (2002) mengungkapkan lampu
dinyalakan. Anjing dapat bergerak sedikit, tetapi tidak
mengeluarkan liur. Setelah beberapa detik, bubuk daging
diberikan; anjing tersebut lapar dan memakannya. Alat
perekam mencatat pengeluaran air liur yang banyak.
Prosedur ini tetjadi beberapa kali. Kemudian Iampu
dinyalakan tetapi bubuk daging tidak diberikan, namun
anjing tetap mengeluarkan air liur. Binatang itu telah belajar
mengasosiasikan dinyalakan lampu dengan makanan.
Peristiwa ini menurut Pavlov merupakan refleks bersyarat
dari adanya masalah fungsi otak, sehingga masalah yang

14 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

ingin dipecahkan oleh Pavlov dengan eksperimen itu ialah


bagaimanakah refleks bersyarat itu terbentuk.
Dari eksperimen Pavlov, menurutnya respon
dikontrol oleh pihak luar; pihak inilah yang menentukan
kapan dan apa yang akan diberikan sebagai stimulus,
sebagaimana dijelaskan Agus Suryanto tentang teori Pavlov
tersebut, beliau mengatakan semua harus berobjekkan
kepada segala yang tampak oleh indera dari luar. Peranan
orang yang belajar bersifat pasif karena untuk mengadakan
respon perlu adanya suatu stimulus tertentu.Sedangkan
mengenai penguat menurut Pavlov bahwa stimulus yang
tidak terkontrol (unconditioned stimulus) mempunyai
hubungan dengan penguatan. Stimulus itu sendirilah yang
menyebabkan adanya pengulangan tingkah laku dan
berfungsi sebagai penguat.
Setelah respon berkondisi tercapai, apakah yang
akan terjadi bila stimulus berkondisi diulang atau diberikan
kembali tanpa diikuti oleh stimulus tidak berkondisi? Dalam
hal ini akan terjadi pelenyapan atau padam. Dengan kata
lain pelenyapan adalah tidak terjadinya respon atau
menurunnya kekuatan respon pada saat diberikan kembali
stimulus berkondisi tanpa diikuti stimulus tak berkondisi
setelah terjadinya respon. Sedangkan penyembuhan spontan
adalah tindakan atau usaha nyata untuk menghalangi
terjadinya pelenyapan. Satu diantaranya ialah melalui
rekondisioning atau mengkondisikan kembali melalui
pemberian kedua stimulus berkondisi secara berpasangan.
Dari peristiwa pengkondisian klasik rm,
merupakan dasar bentuk belajar yang sangat sederhana,
sehingga banyak ahli kejiwaan menganggap Pavlov sebagai
titik permulaan yang tepat untuk penyelidikan belajar. Lalu
peristi.wa kondisioning juga banyak terdapat pada diri
manusia, misalnya anda dapat menjadi terkondisi terhadap
gambar makanan dalam berbagai iklan yang menampilkan

Pengantar Pendidikan Psikologi I 35


Ulfiani Rahman

makanan malam dengan steak yang lezat, dapat memicu


respon air liur meskipun anda mungkin tidak
lapar.Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Ivan
Pavlov maka terlihat bahwa pentingnya mengkondisi
stimulus agar terjadi respon. Dengan demikian pengontrolan
stimulus jauh lebih penting daripada pengontrolan respon.
Konsep ini mengisyaratkan bahwa proses belajar lebih
mengutamakan faktor lingkungan ( ekstemal) daripada
motivasi (internal).
Dalam eksperimennya yang lain, Pavlov
menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan antara
conditional stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS),
conditioned response (CR), dan unconditioned response
(UCS) (lihat Petri, 1981). CS adalah rangsangan yang mampu
mendatangkan respons yang dipelajari, sedangkan respons
yang dipelajari itu sendiri disebut CR. Adapun UCS berarti
rangsangan yang menimbulkan respons yang tidak
dipelajari, dan respons yang tidak dipelajari itu disebut
UCR. Anjing percobaan itu mula-mula diikat sedemikian
rupa dan pada salah satu kelenjar air liurnya diberi alat
penampung cairan yang dihubungkan dengan pipa kecil
(tube). Perlu diketahui bahwa sebelum dilatih (dikenal
eksperimen), secara alami anjing itu selalu mengeluarkan air
liur setiap kali mulutnya berisi makanan. Ketika, bel
dibunyikan secara alami pula anjing itu menunjukkan
reaksinya yang relevan, yakni tidak mengeluarkan air liur.

Kemudian, dilakukan eksperimen berupa latihan


pembiasaan mendengarkan bel (CS) bersama-sama dengan
pemberian makanan berupa serbuk daging (UCS). Setelah
latihan yang berulang-ulang ini selesai, suara bel tadi (CS)
diperdengarkan lagi tanpa disertai makanan (UCS). Apa
yang terjadi? Temyata anjing percobaan tadi mengeluarkan
air liur juga (CR), meskipun hanya mendengar suara bel

36 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

(CS). Jadi, CS akan menghasilkan CR apabia CS dan UCS


telah berkali-kali dihadirkan bersama-sama.

Berdasarkan eksperimen di atas, semakin jelaslah


bahwa belajar adalah perubahan yang ditandai dengan
adanya hubungan antara stimulus dan respons. Jadi,
prinsipnya hasil eksperimen E.L Thorndike di muka kurang
lebih sama dengan hasil eksperimen Pavlov yang memang
dianggap sebagai pendahulu dan anutan Thorndike yang
behavioristik itu. Kesimpulan yang dapat kita tarik dari hasil
eksperimen pavlov ialah apabila stimulus yang diadakan
(CS) selalu disertai dengan stimulus penguat (UCS),
stimulus tadi (CS) cepat atau lambat akhirnya akan
menimbulkan respons atau perubahan yang kita kehendaki
yang dalam hal ini CR.

Agar lebih jelas, dalam model digambarkan proses


terjadinya hubungan antara stimulus dan respon
berdasarkan pada eksperimen anjing yang dilaparkan
kemudian dilakukan eksperimen baik yang unconditioned
(secara alami) maupun yang conditioned (buatan/yang
dibiasakan). Berikut bagan percobaan belajar Pavlov:

2. Teori Belajar Burrhus Frederic Skinner

Pengantar Pendidikan Psikologi I 37


Ulfiani Rahman

Peta Konsep

Teori-Teori Skinner:
Konsep Teoretis Perilaku Responden &
Utama Opcran;
Pengkondisian Tipe S
&TipeR;
Teori Belajar PrinsipPengkondisian
Skinner Operan;
Percobaan dalam
Kotak Skinner

Sikap Skinner Perbandingan Teori


terhadap Skinner&
Belajar Thorndike

a. Riwayat Hidup Skinner

Burrhus Frederic Skinner (lahir di Susquehanna,


Pennsylvania, 20 Maret 1904 - meninggal di
Massachusetts, 18 Agustus 1990 pada umur 86 tahun
adalah seorang psikolog Amerika Serikat terkenal dari
aliran behaviorisme. Inti pemiki.ran Skinner adalah
setiap manusia bergerak karena mendapat rangsangan

38 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

dari lingkungannya. Sistem tersebut dinamakan "cara


kerja yang menentukan" (operant conditioning). Setiap
makhluk hidup pasti selalu berada dalam proses
bersinggungan dengan lingkungannya. Di dalam proses
itu, makhluk hidup menerima rangsangan atau
stimulan tertentu yang membuatnya bertindak sesuatu.
Rangsangan itu disebut stimulan yang menggugah.
Stimulan tertentu menyebabkan manusia melakukan
tindakan-tindakan tertentu dengan konsekuensi-
konsekuensi tertentu.
Skinner menempuh pendidikan dalam bidang Bahasa
Inggris dari Hamilton College. Beberapa tahun
kemudian, Skinner menempuh studi dalam bidang
psikologi di Universitas Harvard. Pada tahun 1936, Ia
mengajar di Universitas Minnesota, dan pada tahun
1948, ia mengajar di Universitas Harvard sampai
akhir hayatnya. Salah satu buku terbaik dalam bidang
psikologi yang ditulisnya adalah Walden II.

b. Konsep Teori Utama

Skinner mengadopsi dan mengembangkan filsafat


ilmiah yang dikenal sebagai radical behaviorism
(behaviorisme radikal) (Hergenhalm & Olson, 1997).
Orientasi ilmiah ini menolak bahasa ilmiah dan
interpretasi ilmiah yang mengacu pada mentalistic
event (kejadian mental). Karena beberapa teori belajar
behavioristik menggunakan istilah seperti dorongan,
motivasi, dan tujuan.Untuk menjelaskan aspek tertentu
dari perilaku manusia dan non manusia. Skinner
menolak jenis istilah ini karena merujuk pada
pengalaman mental yang bersifat pribadi dan
menurutnya, menyebabkan psikologi kembali

Pengantar Pendidikan Psikologi I 39


Ulfiani Rahman

kebentuk non ilmiah. Menurut skinner, aspek yang


dapat diamati dan dapat diukur dari lingkungan, dari
perilaku organism, dan konsekuensi perilaku itulah
yang merupakan materi penting untuk penelitian
ilmia.

Behaviorisme raclikal skinner ini adalah pandangan


yang luar biasa tentang ilm.u pengetahuan tentang apa-
apa yang unik, menantang dan banyak disalahpahami
dari behaviorisme radikal. Argumen Skinner ini adalah
pandangannya yang merupakan basis atas
skeptisismenya terhadap metalisme dan terhadap
berbagai pendekatan yang penting dalam kajian
tindakan aka! dan belajar pada umumnya (Hergenhahn
& Olson, 1997).

c, Teori-Teori Skinner

1. Perilaku Responden dan Operan


Petri (1981) mencatat bahwa Skinner membedakan
dua jenis perilaku : respondent behavior (perilaku
responden), yang ditimbulkan oleh suatu stimulus
yang dikenali, dan operant behavior (perilaku
operan), yang tidak diakibatkan oleh stimulus yang
dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organism.
Respon yang tidak terkondisikan atau unconditioned
response adalah contoh dari perilaku responden karena
respon ini ditimbulkan oleh stimulus yang tak
terkondisikan. Conteh dari responden adalah
semua gerak refleks, seperti menarik tangan ketika
tertusuk jarum, menutup kelopak mata ketika terkena
cahaya yang menyilaukan mata, dan keluamya air
liur saat ada makanan.

40 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

Karena perilaku operan pada awalnya tidak


berkolerasi dengan stimuli yang dikenali, maka ia
tampak spontan. Contohnya adalah tindakan ketika
hendak bersiul, berdiri lalu betjalan, dll. Skinner tidak
mengatakan bahwa perilaku operan tetjadi secara
independen dari stimulasi; dia mengatakan bahwa
stimulus yang menyebabkan perilaku itu tidak
diketahui dan bahwa kita tidak perlu mengenali
penyebabnya karena hal itu tidak penting.

2. Pengkondisian Tipe S dan Tipe R

Ada dua jenis pengkondisian. Pengkondisian tipe S


juga dinamakan respondent conditioning
(pengkondisian responden) dan identik dengan
pengkondisian klasik. Ia disebut pengkondisian
tipe S karena menekankan arti penting stimulus
dalam menimbulkan respons yang diinginkan. Tipe
kondisi yang menyangkut perilaku operan
dinamakan tipe R karena penekannya adalah pada
respons. Pengkondisian tipe R juga dinamakan
operant condisioning (pengkondisian operan)
(Hergenhahn & Olson, 1997).

Penting untuk dicatat bahwa dalam pengkondisian


tipe R, kekuatan pengkondisiannya ditunjukkan
dengan tingkat respons (response rate), sedangkan
dalam pengkondisian tipe S kekuatan
pengkondisiannya biasanya ditentukan berdasarkan
besaran (magnitude) dari respon yang terkondisikan.
Maka kita melihat bahwa pengkondisian tipe R
Skinner menyerupai pengkondisian instrumental
Thondike, dan pengkondisian tipe S Skinner identik
dengan pengkondisian klasik Pavlov. Riset Skinner

Pengantar Pendidikan Psikologi I 41


Ulfiani Rahman

hampir semuanya berkaitan dengan pengkondisian


tipe R, atau pengkondisian operan.

3. Prinsip Pengkondisian Operan

Ada dua prinsip um.um dalam pengkondisian Tipe


R: (a) setiap respon yang diikuti. dengan stimulus
yang menguatkan cenderung akan cliulang: dan (b)
stimulus yang menguatkan adalah segalah sesuatu
yang memperbesar rata-rata tetjadinya respon
operan. Skinner (1953) tidak mengemukakan kaidah
yang mesti cliikuti seseorang untuk menemukan apa
yang merupakan penguat yang efektif. Namun, clia
mengatakan bahwa apakah sesuatu itu menguatkan
atau tidak hanya akan dapat dipastikan melalui
efeknya terhadap perilaku.

Prinsip pengkondisian operan berlaku untuk


berbagai macam situasi. Untuk memoclifikasi
perilaku, seseorang cukup mencari sesuatu yang
menguatkan bagi suatu organism yang perilakunya
hendak dimodifikasi, menunggu sampai perilaku
yang diinginkan terjacli, dan kemudian segera
memperkuat organisme itu. Prinsip yang sama juga
dianggap bisa diaplikasikan untuk pengembangan
personalitas (kepribadian).

Menurut Skinner, diri kita adalah diri yang


diperkuat pada suatu saat tertentu. Apa yang kita
sebut personalitas tak lain adalah pola perilaku yang
konsisten yang meringkaskan sejarah penguatan
dalam diri seseorang. Belajar berbicara bahasa
Inggris, misalnya, kita sudah diperkuat untuk
mengucapkan bahasa Inggris sejak dini di

42 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

lingkungan rumah. Seandainya kita pindah ke


negara lain dengan bahasa yang berbeda, maka kita
pun akan belajar bahasa negara tersebut karena
proses pindah tersebut akan diperhatikan atau
cliperkuat.

Skinner mengatakan, lingkungan itu jelas penting,


tetapi perannya masih belum jelas. Lingkungan tidak
mendorong atau menarik, dan fungsi lingkungan
sulit untuk cliungkap dan clianalisis. Peran dari
lingkungan dalam membentuk dan mempertahankan
perilaku individual baru saja dikenali dan
clipelajarinya. Menurut Skinner, organism bemyawa
akan senantiasa dikonclisikan oleh lingkungannya.
Kita bisa membiarkan prinsip belajar beroperasi tak
terduga ke anak kita, atau kita secara sistematis
menerapkan prinsip itu dan memberi arah kepada
perkembangan mereka.

4. Percobaan dalam Kotak Skinner

Sebagian besar percobaan binatang Skinner awal


dilakukan dalam ruang tes kecil yang kemuclian
terkenal dengan Skinner Box (kotak Skinner). Kotak
ini adalah pengembangan dari kotak teka-teki yang
dipakai oleh Thorndike. Kotak Skinner biasanya
menggunakan lantai berkisi-kisi, cahaya,
tuas/pengungkit, cangkir makanan. Ketika hewan
menekan tuas, mekanisme pemberi makan akan
aktif, dan secuil makanan akan jauh ke cangkir
makanan (Hall & Lindzey, 1993)

Pengkondisian Respon Penekanan Tuas:

Pengantar Pendiclikan Psikologi I 43


Ulfiani Rahman

Biasanya, pengkondisian respons penekan-tuas


menggunakan langkah-langkah sebagai berikut
(Hergenhahn & Olson, 1997) :
Deprivasi. Hewan percobaan diletakkan dalam
jadwal deprivasi. Jika makanan akan dipakai sebagai
penguat (reinforce), hewan itu tidak diberi makan
selama 23 jam selama beberapa hari sebelum
percobaan, atau ia diberi jatah makan 80% dari
normal. Skinner mengatakan bahwa prosedur ini
"memotivasi" hewan: dia bahkan ragu untuk
mengatakan bahwa prosedur ini menciptakan suatu
dorongan. Deprivasi adalah perangkat prosedur
yang dihubungkan dengan bagaimana suatu
organism melakukan tugas tertentu;

Magazine Training. Dalam magazine training,


eksperimenter menggunakan tombol ekstemal dan
secara periodic menarik mekanisme pemberian
makanan (yang juga dinamakan magazine), dan
memastikan hewan itu tidak dekat-dekat dengan
cangkir makanan saat eksperimenter menekan
tombol (sebab jika tidak hewan itu akan belajar
untuk tetap dekat-dekat dengan cangkir makanan).
Pelan-pelan hewan itu akan mengasosiasikan
(mengaitkan) suara klik dari magazine itu dengan
adanya makanan.

Penekanan Tuas. Sekarang hewan dibiarkan sendiri


dikotak Skinner. Pada akhirnya, hewan itu akan
menekan tuas, yang akan mengaktifkan magazine
makanan. Menurut prinsip pengkondisianoperan,
respons penekanan tuas, setelah diperkuat, akan
cenderung diulang, dan saat ia ulang, respon itu
diperkuat lagi, yang meningkatkan probalitas
44 I Pengantar Pendidikan Psikologi
Ulfiani Rahman

pengulangan respons penekanan tuas, dan demikian


seterusnya.

c, Perbandingan Teori Skinner Dan Thorndike

Meskipun Skinner dan Thorndike punya kesamaan


pendapat dalam sejumlah isu penting seperti control
perilaku oleh stimuli di lingkungan dan
ketidakefektifan hukuman, namun ada perbedaan
penting pula diantara mereka. Misalnya variable terikat
dalam eksperimen belajar Thorndike (ukuran sejauh
mana belajar terjadi) adalah waktu untuk solusi.
Thorndike tertarik mengukur seberapa lama waktu
yang dibutuhkan binatang untuk malakukan tugas
yang diperlukan untuk membebaskan diri dari
kurungan. Skinner, sebaliknya, menggunakan tingkat
respon sebagai variable terikatnya (Hergenhahn &
Olson, 1997).

Perbedaan antara Pengkondisian Instrumental


dengan Pengkondisian Operan

iiWTGiialreiu . . ;•=:r,
.,·,�·,.-,,1,. �·�·�··-,--.- �,·,····-

Lokasi
Perilaku

teki
Metodologi Percobaan Responding
Diskret Bebas
Prosedur Subjek Subjek
ditempatkan diletakkan
dim dalam
a aratus a aratus
Pengantar Pendidikan Psikologi I 45
Ulfiani Rahman

untuk hanya untuk


memulai memulai satu
setiap sel
percubaan di
satu sisi
Display data Kinerja Frekuensi
percobaan & kumulatif
perbedaan terhadap
waktu
Sumber Rata- rata Kinerja
data kinerja subjek
klmpk individu
subiek al
Sumberdata Rata-rata Kinerja subjek
kinerja individual
kelompok
subiek
Statistik Ya: tes Tidak
signikan
Apakah Ya: tidak Basis
menggunakan mengatur praperlakuan
kontrol? variabel atau subjek
faktor berfungsi
perlakuan sebagai nilai
perbanding an

5. Sikap Skinner Terhadap Teori Belajar


Skinner percaya bahwa adalah tak perlu kita
merumuskan teori yang rumit untuk mempelajari
perilaku manusia, dan dia percaya kita tak perlu tahu
korelasi fisiologis dari perilaku. Dia percaya bahwa

46 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

kejadian behavioral harus dideskripsikan dalam term


hal-hal yang langsung mempengaruhi perilaku dan
adalah tidak logis jika kita berusah untuk
menjelaskan perilaku dalam term kejadian fisiologis.
Karena alasan ini, metode riset Skinner
disebut "pendekatan organisme kosong".
Skinner juga berpendapat bahwa teori belajar yang
kompleks, seperti teori Hull adalah membuang-
buang waktu dan sia-sia ( dalam Hergenhahn &
Olson, 1997). Pada suatu waktu teori-teori seperti
itu munkin berguna dalam psikologi, namun ia tak
akan lagi berguna saat kita berhasil mengumpulkan
lebih banyak data lagi, Perhatian kita saat ini, kata
Skinner menemukan hubungan dasar antara kelas-
kelas stimulasi respon.

Jadi Skinner merekayasa jam-jam deprivasi makanan


dan minuman dan mencatat efeknya terhadap
tingkat proses penekanan tuas: atau dia mengamati
efek dari jadwal penguatan terhadap tingkat respons
atau resistensi terhadap proses penyelapan. Dalam
menginterpretasikan basil riset, Skinner selalu dekat-
dekat dengan data: yakni, jika penguatan parsial
akan menghasilkan resistensi yang lebih besar
terhadap penyelapan ketimbangan penguatan 100%,
maka itu adalah fakta dan hanya inilah yang bisa
dikatakan. Dengan kata lain, Skinner tidak mencoba
menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Menurut
Skinner unsure yang terpenting dalam belajar adalah
penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment)
(Hall & Lindzey, 1993). Penguatan (reinforcement)
adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas
bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya,

Pengantar Pendidikan Psikologi I 47


Ulfiani Rahman

hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang


menurunkan probabilitas tetjadinya suatu perilaku.

Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat,


penguatan dibagi menjadi dua bagian (Redzuan &
Abdullah, 2008; Santrok, 2007) yaitu :
a. Penguatan Positif adalah penguatan
berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti. dengan stimulus yang
mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk
penguatan positif adalah berupa hadiah
(permen, kado, makanan, dll), perilaku
(senyum, menganggukkan kepala untuk
menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan
jempol), atau penghargaan (nilai A, juara 1 dan
sebagainya).
b. Penguatan Negatif adalah penguatan
berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan penghilangan
stimulus yang merugikan (tidak
menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan
negatif antara lain; menunda/ tidak memberi
penghargaan, memberikan tugas tambahan
atau menunjukkan perilaku tidak senang
(menggeleng, kening berkerut, muka kecewa
dll).
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara
penguatan positif dan penguatan negatif adalah
dalam penguatan positif ada sesuatu yang
ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan
negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau dihilangkan.
Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif
dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, bahwa
penguatan negatif meningkatkan probabilitas

48 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

terjadinya suatu perilaku, sedangkan hukuman


menurunkan probabilitas terjaclinya perilaku.
Contoh dari penguatan positif, negative, dan
hukuman (Santrok, 2007).

Penguatan Positif
Perilaku Konsekwensi Perilaku Ke
de an
Guru menguji Murid
murid mengajukan
lebih banyak

Konsekwensi Perilaku ke
de an
Murid Guru berhenti Murid makin
menyerahkan menegur sering
PR tepat murid menyerahkan
waktu PR tepat
waktu
Hukuman
Perilaku Konsekwensi Perilaku ke
de an
Murid Guru Murid
Menyela mengajar berhenti
Guru murid menyela guru
Ian sun

Pengantar Pendidikan Psikologi I 49


Ulfiani Rahman

Skinner menghasilkan suatu system ringkas yang


dapat diterapkan pada dinamika perubahan
tingkah laku baik di laboratorium maupun di
dalam kelas. Belajar, yang digambarkan oleh makin
tingginya angka keseringan respons, diberikan
sebagai fungsi urutan ketiga unsure (S0)-(R)-
(RReinsf). Skinner menyebutkan praktek khas
menempatkan binatang percobaan dalam "kontigensi
terminal". Maksudnya, binatang itu harus berusaha
penuh resiko, berhasil atau gagal, dalam mencari
jalan lepas dari kurungan atau makanan. Bukannya
demikian itu prosedur yang mengena ialah
membentuk tingkah ;aku binatang itu melalui urutan
stimulus-respon-penguatan yang diatur secara
seksama.

skhmer menggambarkan praktek "tugas dan ujian"


sebagai suatu contoh menempatkan pelajar yang
manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner
menyarankan penerapan cara pemberian penguatan
komponen tingkah laku seperti menunjukkan
perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang
cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus
dihindari karena adanya basil sampingan yang
bersifat emosional dan tidak menjamin tim.bulnya
tingkah laku positif yang diinginkan. Analisa yang
dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran
penguat berkondisi dan alami, penguat positif dan
negative, dan penguat umum.

Dengan demikian beberapa prms1p belajar yang


dikembangkan oleh Skinner antara lain ;

SO I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada


siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi
penguat. Proses belajar harus mengikuti irama dari
yang belajar.
b. Materi pelajaran, digunakan system modul.
c. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan
aktivitas sendiri.
d. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan
hukuman. Namun lingkungan perlu dirubah, untuk
menghindari adanya hukuman.
e. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi
hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan
digunakannya jadwal variable rasio reinforce.
f. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan


B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap
burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya:
a. Law of operant conditioning yaitu jika timbulnya
perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka
kekuatan perilaku tersebut akan mengingat.
b. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya
perilaku operant telah diperkuat melalui proses
conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat,
maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun
bahkan musnah.

Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diberikan setelah mengkaji
teori belajar B.F Skinner adalah sebagai berikut:
a. Beberapa unsur dasar dalam teori operan kondisioning
Skinner dijelaskan pada table berikut:

Pengantar Penclidikan Psikologi I 51


Ulfiani Rahman

Unsur Data Definisi


Asumsi Perubahan tingkah laku
ialah fungsi dari kondisi
lingkungan dan peristiwa.
Belajar Perubahan tingkah laku
ditunjukkan oleh
meningkatnya keseringan
respon
Hasil belajar Respon yang baru (tingkah
laku)
Komponen
belajar (SD)-(R)-( RReinsf)
Perancangan Merancang urutan
pembelajaran stimulus-respon-penguatan
untuk untuk
belajar mengembangkan
yang kompleks himpunan resp on
kompleks.
Isi pokok dalam Pemindahan kendali
merancang stimulus, waktu
pembelajaran penguatan:
Menghindarkan hukuman

b. Teori belajar operan kondisioning Skinner memberi


banyak kontribusi untuk praktik pengajaran.
Konsekuensi penguatan dan hukuman adalah bagian
dari kehidupan dan murid, Jika dipakai secara efektif,
pandangan teori ini akan mendapat membantu para
guru dalam pengelolaan kelas. ·

Demikian pula prinsip-prinsip dan hukum-hukum


belajar yang tertuang dalam teori ini akan membantu
guru dalam menggunakan pendekatan pengajaran yang
tar Pendidikan Psikologi
52 I Pengan
Ulfiani Rahman

cocok untuk mencapai hasil belajar dan perubahan


tingkah laku yang positif bagi anak didik.
c. Kritik terhadap teori pengkondisian operan Skinner
adalah seluruh pendekatan itu terlalu banyak
menekankan pada control ekstemal atas perilaku
murid. Teori ini berpandangan bahwa strategi yang
lebih baik adalah membantu murid belajar mengontrol
perilaku mereka sendiri dan menjadi termotivasi secara
internal. Beberapa kritikus mengatakan bahwa bukan
ganjaran dan hukuman yang akan mengubah perilaku,
namun keyakinan atau ekspektasi bahwa perbuatan
tertentu akan diberi ganjaran atau hukuman. Atau
dengan kata lain teori behaviorisme tidak member
cukup perhatian pada proses kognitif dalam proses
belajar.

d. Kelemahan teori rm adalah bahasa manusia tidak


boleh disamakan dengan haiwan dan juga bukan robot.
Karena manusia memiliki bakat, intelegensi, dan
potensi yang dapat diolah untuk membentuk perilaku
yang lebih baik.

4. Teori Belajar Edward Lee Thorndike

Pengantar Pendidikan Psikologi I 53


Ulfiani Rahman

54 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

Peta Konsep

,.

Teori TigaHukum"
Belajar

Prinsip 'Be1aj�£··:
• .yang dilakukan .·

Aplikasi Tear£
Terhadap
Kelemahan Teori ;:.:-::_:_ip�pelajaran
iiiti:!i:Jtit?IPdike •'i\·(.�·�-i-:··:·i11·:' .: .

a. Latar Belakang Edward Lee Thorndike

Edward Lee Thorndike lahir tanggal 31 Agustus 1874 di


Williamsburg. Beliau ialah anak seorang pendeta
Methodist di Lowell, Massacchusetts. Beliau ialah
seorang ahli psikologi Amerika yang menghabiskan
hampir seluruh karimya di teachers college, Columbia
Univercity. Lulus 51 dari university Wesleyen tahun
1895, 52 dari Harvard pada tahun 1896 dan meraih
gelaran doctor di Columbia tahun 1898.

Karyanya meliputi perilaku binatang dan proses belajar


menyebabkan teori connectionism dan membantu
meletakkan asas sains untuk psikologi pendidikan
moderen. Beliau juga bekerja pada penyelesaian masalah
industry, seperti ujian pekerja. Dia adalah ahli dewan

Pengantar Pendidikan Psikologi I 55


Ulfiani Rahman

Corporation psikologi, dan menjabat sebagai presiden


American Psychologycal Association (APA) pada tahun
1912.

Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational


Psychology (1903), mental and Social Measurements
(1904), Animal Intelligence (1911), A Teacher's Work
Book (1921), yotu city (1939) dan Human Nature and the
Social Order (1940). Beliau meninggal dunia tanggal 10
agustus 1949 di Montrose, New York.

b. Teori Koneksionisme Thorndike

Menurur Thorndike, belajar merupakan peristiwa


terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang
disebut stimulus (S) dengan (R). Stimulus adalah suatu
perubahan dari lingkungan ekstemal yang menjadi
tanda untuk mengaktifkan organism untuk bereaksi atau
berbuat. Sedangkan respon adalah tingkah laku yang
dimunculkan karena adanya perangsang (Hergenhahn
& Olson, 1997).

Thorndike memproklamirkan teorinya dalam belajar. Ia


mengungkapkan bahwasanya setiap makhluk hidup
dalam tingkah lakunya itu merupakan hubungan antara
stimulus dan respon. Adapun teori Thorndike ini disebut
teori koneksionisme. Belajar adalah pembentukan
hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya.
Dalam artian dengan adanya stimulus itu maka
diharapkan timbullah respon yang maksimal, teori ini
juga sering disebut dengan teori trial and error.

· Dalam teori ini orang yang bisa menguasai hubungan


stimulus dan respon sebanyak-banyaknya maka dapat

56 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

dikatakan orang ini merupakan orang yang berhasil


dalam belajar. Adapun cara untuk membentuk
hubungan stimulus dan respon dilakukan dengan
ulangan-ulangan.

Dalam teori trial and error ini, berlaku bagi semua


organisme dan apabila organisme ini dihadapkan
dengan keadaan atau situasi yang baru maka secara
otomatis organisme ini memberikan respon atau
tindakan-tindakan yang bersifat coba-coba atau bisa juga
berdasarkan naluri karena pada dasarnya disetiap
stimulus itu pasti ditemukan respon. Apabila dalam
tindakan-tindakan yang dilakukan itu menelurkan
perbuatan atau tindakan yang cocok atau memuaskan
maka tindakan ini akan disimpan dalam benak
seseorang atau organisme lainnya karena dirasa di
antara tindakan-tindakan yang paling cocok adalah itu,
selama yang telah dilakukan dalam menanggapi
stimulus dan situasi baru. Jadi dalam teori ini
pengulangan-pengulangan respon atau tindakan dalam
menanggapai stimulus atau situasi baru itu sangat
penting sehingga seseorang atau organisme mampu
menemukan tindakan yang tepat dan dilakukan secara
terus menerus agar lebih tajam dan tidak terjadi
kemunduran dalam tindakan atau respon terhadap
stimulus.

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi


antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja
yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat
ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu
interaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar,
yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau

Pengantar Pendidikan Psikologi I 57


Ulfiani Rahman

gerakan/tindakan.Dari definisi ini maka menurut


Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan
belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat
diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat
diamati.

c. Tiga Hukum Dalam Belajar

Thorndike memandang belajar sebagai suatu usaha


memecahkan problem. Berdasarkan eksperimen yang
dilakukannya, ia memperoleh tiga buah hukum dalam
belajar (Hergenhalm & Olson, 1997), yaitu:

Hukum Kesediaan
Yaitu kesediaan dari segi psikimotor, afektif, kognitif
sebelum boleh belajar. Hukum ini mengajarkan bahwa
dalam memberikan respons, subjek harus siap dan
disiapkan. Hukum ini menyangkut syarat kematangan
dalam pengajaran, baik kematangan fisik maupun
mental dan intelek. Stimulus tidak akan direspons, atau
responnya akan lemah saja, bila pelajar kurang atau
belumsiap.

Hukum Latihan
Latihan yang di ulang-ulang untuk ditingkatkan
kemahiran. Hukum ini menyatakan bahwa respons
terhadap stimulus dapat diperkuat dengan seringnya
respons itu dipergunakan. Hal ini menghasilkan
implikasi bahwa praktik, khususnya pengulangan dalam
pengajaran adalah penting dilakukan.

58 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

Hukum Kesan (Efek)


Kesan yang menyenangkan meningkatkan hubungan
antara rangsangan dan gerak balas. Hukum menyatakan
bahwa tercapainya keadaan yang memuaskan akan
memperkuat hubungan antara stimulus dan respon.
Maksudnya bila respon terhadap stimulus menimbulkan
sesuatu yang memuaska, misalnya menyenangkan,
maka subjek akan memberikan respon yang lebih cepat,
dan intens. Bila hubungan stimulus dan respons tidak
diikat oleh sesuatu yang memuaskan maka respon itu
akan melemah atau bahkan tidak akan ada respon sama
sekali.
Secara umum hukum ini berbunyi "sesuatu yamg
menimbulkan efek yang mengenakkan akan cenderung
diulangi dan sebaliknya". Hukum ini dapat bermanfaat
di dalam proses belajar mengajar bila program
pengajaran menghasilkan keuntungan pada murid.
Kalau demikian, maka hadiah dalam ukuran yang tepat
serta hukuman yang wajar akan bermanfaat bagi
keberhasilan pendidikan. Selain itu, hasil belajar itu
sendiri berfungsi sebagai hadiah (yang mengenakkan)
bagimurid.

d. Percobaan Thorndike

Dalam membuktikan teorinya, Thorndike melakukan


percobaan terhadap seekor kucing yang lapar dan
kucing itu ditaruh dalam kandang. Kandang tersebut
memiliki celah-celah yang kecil sehingga seekor kucing
itu bisa melihat makanan yang berada di luar kandang.
Tetapi kandang tersebut bisa terbuka dengan sendiri
apabila seekor kucing tadi menyentuh salah satu jeruji
yang terdapat dalam kandang tersebut. Lalu apa yang
dilakukan kucing dalam kandang?

Pengantar Pendidikan Psikologi I 59


Ulfiani Rahman

Mula-mula kucing tersebut mengitari kandang beberapa


kali sampai ia menemukan jeruji yang bisa membuka
pintu kandang. Kucing ini melakukan respon atau
tindakan dengan coba-coba, ia tidak mengetahui jalan
keluar dari kandang tersebut, kucing tadi melakukan
respon sebanyak-banyaknya seperti. berlari kesana
kemari, melompat-lompat, mencakar-cakar, sehingga
menemukan ti.ndakan yang cocok dalam situasi baru
atau stimulus yang ada. Thorndike melakukan
percobaan ini berkali-kali pada kucing yang sama dan
situasi yang sama pula.

Pertama kali kucing tersebut, dalam menemukan jalan


keluar membutuhkan waktu yang lama, dan pastinya
mengitari kandang dengan jumlah yang banyak pula.
Akan tetapi, karena sifat dari setiap organisme itu selalu
melakukan tindakan yang cocok dalam menghadapi
situasi atau stimulas yang ada, maka kucing tersebut
dapat menemukan jeruji yang menyebabkan kucing bisa
keluar dari kandang. Ia pegang tindakan ini sehingga
kucing dapat keluar untuk mendapatkan makanan
tanpa perlu mengitari kandang karena tindakan ini
dirasa tidak sesuai. Akan tetapi kucing tersebut langsung
memegang jeruji yang menyebabkannya bisa keluar
untuk makan.

e. Prinsip-Prinsip Belajar Thorndike

Terdapat beberapa prinsip belajar yang dikemukakan


oleh Thorndike (Hergenhahn & Olson, 1997), antara lain:
1. Pada saat seseorang berhadapan dengan situasi yang
baru, berbagai respon yang ia lakukan. Adapun respon
tiap-tiap individu tidak sama walaupun menghadapi

60 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

situasi yang sama, sehingga akhirnya tiap individu


mendapatkan respon atau tindakan yang cocok dan
memuaskan. Seperti seseorang yang sedang
dihadapkan dengan problema keluarga maka
seseorang pasti akan menghadapi dengan respon yang
berbeda-beda walaupun situasinya sama, misalnya
orang tua dihadapkan dengan perilaku anak yang
kurang wajar.

2. Dalam diri setiap orang sebenarnya sudah tertanam


potensi untuk mengadakan seleksi terhadap unsur-
unsur yang penting dan kurang penting, hingga
akhirnya menemukan respon yang tepat. Seperti orang
yang dalam masa perkembangan dan menyongsong
masa depan maka sebenarnya dalam diri orang
tersebut sudah mengetahui unsur penting yang harus
dilakukan demi mendapatkan basil yang sesuai
dengan yang diinginkan.

3. Orang cenderung memberikan respon yang sama


terhadap situasi yang sama. Seperti apabila seseorang
dalam keadaan stress karena diputus oleh kekasihnya
dan ia mengalami ini berulang kali, maka sudah
barang tentu ia akan merespon situasi tersebut seperti
yang dilakukan dahulu.

f. Aplikasi Teori Thorndike dalam Pembelajaran

Penerapan Teori Thorndike dapat dilihat dalam


pembelajaran seperti berikut (Hergenhahn & Olson,
1997):
1. Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka
anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu.
Misalnya anak disuruh duduk, reward dan

Pengantar Pendidikan Psikologi I 61


UHiani Rahman

punishment sehingga memberikan motivasi proses


belajar mengajar yang rapi, tenang dan sebagainya.
Guru juga perlu membuat persiapan sebelum
mengajar. Sediakan BBM yang menarik, rangsangan
yang sesuai dan teknik pendekatan yang praktikal.
Selain dari pada itu, guru perlu memastikan tahap
kesediaan murid. Bagi mengetahui tahap-tahap
murid, gunakan waktu untuk berinteraksi dan
bertanya hal-hal umum kepada murid-murid.
Contohnya, guru bertanya apakah yang dilakukan
oleh anak muridnya yang mengalami masalah
hiperaktif.

2. Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan


dengan ulangan yang ketat atau system drill.

3. Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, dan


pujian. Seelok-eloknya, guru perlu memberi ganjaran
atau hadiah kepada murid-murid yang menguasai
kemahiran tersebut. Sebagai contoh, seorang guru
memberikan coklat kepada muridnya yang mampu
membaca huruf 'a' hingga 'h' dengan betul. Kaedah
ini akan memberikan motivasi kepada kanak-kanak
lain untuk mencoba dan kanak-kanak yang
memperoleh peneguhan tersebut untuk terus
menguasai huruf seterusnya.

Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang


menggunakan paradigm behaviorisme akan menyusun
bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga
tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa
disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak
memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti
contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui

62 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

simulasi; Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari


yang sederhana sampai pada yang kompleks.

Tujuan pembelajaran clibagi dalam bagian kecil yang


ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan
tertentu. Pembelajaran berorentasi pada hasil yang dapat
diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki.
Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku
yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang
diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah
terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Prilaku
yang diinginkan mendapat penguatan positif dan
perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negative.Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku
yang tampak.

Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan


kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsure-unsur seperti
kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan
dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing,
mengetik, menarik, menggunakan computer, berenang,
olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan
untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan
harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.

Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu


situasi pembelajaran juga mengakibatkan tetjadinya
proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan
bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter,
komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan

Pengantar Pendidikan Psikologi I 63


Ulfiani Rahman

menentukan apa yang harus dipelajari murid, Murid


dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat
dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid
hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang
sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman
yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik
justru dianggap metode yang paling efektif untuk
menerbitkan siswa.

g. Kelebihan dan kelemahan Teori Thorndike

Sebagai sebuah teori belajar yang merupakan reaksi dari


beberapa teori belajar sebelumnya, maka teori Thorndike
memiliki kelebihan dan kelemahan. Di antara kelebihan-
kelebihan tersebut, speerti:
1. Cenderung mengarahkan anak untuk berfikir linier
dan konvergen yaitu sangat efektif dalam materi
yang melibatkan penghafalan. Belajar merupakan
proses pembentukan atau shapping yaitu membawa
anak menuju atau mencapai target tertentu.
2. Dengan sering melakukan pengulangan dalam
memecahkan suatu permasalahan, anak didik akan
memiliki sebuah pengalaman yang berharga.
3. Dengan adanya system pemberian hadiah, akan
membuat anak didik menjadi lebih memiliki
kemauan dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapinya.

Kelemahan Teori Thorndike


1. Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus
dan otomatisme belaka disamakan dengan hewan.
Meskipun banyak tingkah laku manusia yang
otomatis, tetapi tidak selalu bahwa tingkah Iaku

64 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

manusia itu dapat dipengaruhi secara trial and error.


Trial and error tidak berlaku mutlak bagi manusia.
2. Memandang belajar hanya merupakan asosiasi
belaka antara stimulus dan respon. Sehingga yang
dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat
asosiasi tersebut dengan Iatihan-latihan, atau
ulangan-ulangan yang terus menerus.
3. Karena belajar berlangsung secara mekanistis, maka
pengertian tidak dipandangnya sebagai suatu yang
pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan
pengertian sebagai unsure yang pokok dalam
belajar.
4. Implikasi dari teori behavioristik dalam proses
pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang
gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berekreasi,
bereksperimentasi dan mengembangkan
kemampuannya sendiri. Oleh karena system
pembelajaran tersebut bersifat automatik dalam
menghubungkan stimulus dan respon sehingga
terkesan seperti kinerja mesin atau robot, akibatnya
pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai
dengan potensi yang ada pada diri mereka.

Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat diambil beberapa
kesimpulan :
1. Teori belajar yang dikemukakan Edward Lee
Thorndike disebut dengan teori koneksionism atau
dapat juga disebut Trial and Error Learning.
2. Ciri-ciri belajar dengan Trial and Error adalah :
a. Ada motif pendorong aktifitas
b. Ada berbagai respon terhadap situasi
c. Ada eliminasi respon-respon yang gagal atau
salah

Pengantar Pendidikan Psikologi I 65


Ulfiani Rahman

d. Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai


tujuan.

3. Hukum-hukum yang digunakan Edward Lee


Thorndike adalah hokum primer dan hukum
skunder. Menurut teori ini, belajar merupakan
peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S)
dengan respon (R).stimulus adalah suatu perubahan
dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda
untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau
berbuat sedangkan respon adalah sembarang
tingkah laku yang dimunculkan karena adanya
perangsang. Jadi teori ini mengajarkan supaya
bersikap aktif.

Implikasi Teori Thorndike dalam pembelajaran


ialah untuk meningkatkan tahap kesediaan belajar.
Pada masa yang sama, guru perlu memainkan
peranan dalam menggunakan motivasi yang sesuai.
Selain dari pada itu, ia mampu mengukuhkan
pertalian antara ransangan dan gerak balas belajar
dengan memperbanyakkan aktiviti latihan,
ulangkaji, aplikasi serta pengukuhan dalam
keadaan yang menyeronokkan. Guru juga perlu
memberikan ganjaran atau peneguhan untuk
respons atau gerak balas yang betul danpada
pelajar. Antara peneguhan yang boleh digunakan
ialah peneguhan social dan material. Malah, teori
ini juga menekankan pemberian peluang untuk
menikmati kejayaan dalam pembelajaran mereka.

Secara ringkas dapat dilihat dalam bagan berikut


ini:

66 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

1:''•

Mengadakan berbagai-bagai
rangsangan untuk mewujudkan kesan
i l.?��belajaran yang menyenangkan ·

Guru-memh�i:_i"
1

pengajaran Mem
setelah Sra egi. ganjaran
mendapati guru atau
pelajar siap
. ]�elajar dari
peneguhan
,:�pek kognitif, .untuk
it ' .... ik an afeksi
\//)_\'

Senan Menen
menilai aspek lingkungan yang
kognitif, fisik dan : .sesuai untuk
-�, ·tit '.,]f�l�jaran

Pengantar Pendidikan Psikologi I 67


Ulfiani Rahman

4. Teori Sosial Learning (Teori Belajar Sosial)


Albert Bandura

Peta Konsep

Konsep Dasaf" . Pengenalan


... Jeori Belajar Jeori Belajar ·
: ;,:;1�sial.
(f2!,:;·1s:f,,c- :.��--�--
trSesial
YKf:1/P}iJ�· .. / : .: �· 1

Esensi
!iJiit.?�
._ Belajar
);',, i) :1Sosial
::o�rm
<J;,�lajar
�;M:if.)/t:\/;�·�
(iis:osial
1m>2)��·:.->_:. .;

Teori sosial yiuiiiI: /N{r(ff(;:� Kelebihart-·'.�t<jXJ((:Jfi;1rf:�it}


....paling luas di telitl \ .kelemahan Teori -.',':
ilirf�11?1t::i..: :_::_.:;·:.:. --·-·----· tt�!;�.�-j�-:-:,. : .
a. Latar Belakang Albert Bandura

Albert Bandura lahir pada 4 Desember 1925 di Mundare,


kota kecil di Albert, Canada. Dia mendapat gelar B.A.
dari University of British Columbia, kemudian M.A.
pada tahun 1951 dan Ph.D. pada tahun 1952 dari
University of Iowa. Dia ikut magang pascadoktoral di
Wichita Guindance Center pada tahun 1953, kemudian
bergabung di stanford University. Pada tahun1969-1970,
dia sempat di Center for the Advaced Study in the
Behavioral Sciences. Bandura kini menjabat sebagai
68 I Pengantar Pendidikan Psikologi
Ulfiani Rahman

David Starr Jordan Professor of Sosial Science di


fakultas Psikologi di Universitas Stanford (Hergenhalm
& Olson, 1997).

Diantara penghargaan yang pemah diterimanya adalah


Guggenheim Followship, 1972; Distinguished Scientist
Award dari Divisi 12 American psychological
Association, 1972; Distinguished Scientific Achievement
Award first California Psychological Association, 1973;
Presidency of the American Psychological Association,
1974; James Mckeen Cattel Award, 1977; dan James
Mackeen Catell Fellow Award dari American
Psychological society, 2003-2004. Selain itu, Bandura
menjabat berbagai posisi di beberapa masyarakat ilmiah
dan menjadi anggota dewan editor untuk sekitar 17 buah
jurnal ilmiah.

Saat di University of Iowa, Bandura dipengaruhi oleh


Kenneth Spence, seorang teoritis Hullian terkemuka,
tetapi minat utama Bandura adalah pisikologi klinis.
Pada saat itu, Bandura ingin menjelaskan gagasan yang
dianggap efektif dalam fsikoterapi, kemudian menguji

Pengantar Pendidikan Psikologi I 69


Ulfiani Rahman

dan memperbaiki gagasan itu. Pada priode ini pula


Bandura membaca buku Sosial Learning and imitation
karya Miller dan Dollard (1941). Buku ini amat
memengaruhi dirinya. Miller dan Dollard menggunakan
teori belajar Hullian sebagai basis pembelajaran mereka.
Penjelasan tentang belajar sosial dan imitatif, Miller dan
Dollard mendominasi literatur pisikologi selama lebih
dari dua dekade (Hergenhahn & Olson, 1997).

Baru pada tahun 1960-an Bandura mulai menulis


serangkaian artikel dan buku yang menentang penjelasan
lama tentang belajar imitatif dan memperluas topik itu
kepada apa yang kini dinamakan belajar observasioral
(Uno, 2006). Bandura kemudian dianggap sebagai teoritis
dan periset utama di era belajar observasional, topik yang
sangat populer.

Penelitian Bandura mencakup banyak masalah yang


bersifat sentral untuk teori belajar sosial, dan lewat
penelitian-penelitian itu teorinya dipertajam. dan
diperluas. Penelitian ini meliputi studi tentang imitasi dan
identifikasi (Bandura, 1962; Bandura dan Huston, 1961;
Bandura, Ross, dan Ross, 1961 dan 1963), Perkuat Sosial
(Bandura dan McDonald, 1963), Perkuatan Diri dan
Pemonitoran (Bandura dan Kupers, 1964), serta Pembahan
Tingkah Laku melalui pemodelan (Bandura, Blanchart, dan
Ritter, 1969) (dalam Hergenhahn & Olson, 1997)

Bersama Richard Walters sebagai penulis kedua, Bandura


menulis Adolesence Agression (1959), suatu laporan
terinci tentang sebuah studi lapangan dimana prinsip-
prinsip belajar sosial dipakai untuk menganalisis
perkembangan kepribadian sekelompok remaja pria
delinkuen dari kelas menengah, disusul dengan social
70 I Pengantar Pendidikan Psikologi
Ulfiani Rahman

learning and personality development (1963) (belajar sosial


dan perkembangan kepribadian ). Sebuah buku dimana ia dan
Walters memaparkan prinsip-prinsip belajar sosial yang
telah mereka kembangkan beserta evidensi atau bukti
yang menjadi dasar bagi teori tersebut.

Pada tahun 1969, Bandura menerbitkan Principles of


behavior modification tprinsisp perubahan tingkalaku),
dimana ia menguraikan penerapan teknik-teknik
behavioral berdasarkan prinsip-prinsip belajar dalam
memodifikasi tingkah laku dan pada tahun 1973,
Aggression: Asocial learning analysis. Dalam bukunya yang
secara teoretis ambisius, Social Learning TheonJ (1977), ia
telah "berusaha menyajikan suatu kerangka teoretis yang
terpadu untuk menganalisis pikiran dan tingkah laku
manusia".

Sama seperti halnya kebanyakan pendekatan teori belajar


terhadap kepribadian, teori belajar sosial "sebagian besar
berpangkal pada dalil balnoa tingkah laku manusia sebagian
besar adalah hasil pemerolehan", dan bahwa prinsip-prinsip
belajar adalah cukup untuk menjelaskan bagaimana
tingkah laku berkembang dan menetap.

Akan tetapi, teori-teori sebelumnya selain kurang


memberi perhatian pada konteks sosial dimana tingkah
laku ini muncul, juga kurang menyadari fakta bahwa
banyak peristiwa belajar yang penting tetjadi dengan
perantaraan orang lain. Artinya, sambil mengamati
tingkah laku orang lain, individu-individu belajar
mengimitasi atau meniru tingkah laku tersebut atau dalam
hal tertentu menjadikan orang lain model bagi dirinya.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 71


Ulfiani Rahman

Dalam bukunya, terbitan tahun 1941, Social learning and


imitation, Miller dan Dollard telah mengakui peranan
penting proses-proses imitatif dalam perkembangan
kepribadian dan telah berusaha menjelaskan beberapa
jenis tingkah laku imitatif tertentu. Tetapi hanya sedikit
pakar lain yaitupeneliti keperibadian mencoba
memasukan gejala belajar lewat observasi ke dalam teori-
teori belajar mereka. Bahkan Miller dan Dollard pun
jarang menyebut imitasi dalam tulisan-tulisan mereka
yang kemudian.Bandura tidak hanya berusaha
memperbaiki kelalaian tersebut, tetapi juga memperluas
analisis terhadap belajar lewat observasi ini melampaui
jenis-jenis situasi terbatas yang ditelaah oleh Miller dan
Dollard.

b. Pengenalan teori Sosial learning.

Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational


learningadalah sebuah teori belajar yang relatif masih
baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.
Teori belajar social learning oleh Albert Bandura
menyatakan bahwa orang belajar banyak perilaku
melalui peniruan , bahkan terkadang tanpa adanya
penguatan (reinforcement) yang diterima.

Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya,


Bandura memandang perilaku individu tidak semata-
mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga
akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang
dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan
moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian
contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih

72 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian


reward dan punishment, seorang individu akan berfikir
dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu
dilakukan.

Teori social learning tidak memandang manusia sebagai


dikontrol oleh kekuatan-kekuatan internal, dan tidak
pula sebagai boneka yang tak berdaya terhadap
pengaruh-pengaruh lingkungannya. Melainkan, teori ini
berpendapat bahwa sebaiknya fungsi psikologis itu
dipahami sebagai suatu interaksi timbal-balik antara
perilaku dengan kondisi-kondisi yang mengontrolnya
(Bandura, 1971 dalam Zimbardo, 1977:428).Setiap
karakteristik individu yang unik itu ditentukan oleh
faktor-faktor seperti stimuli sosial, penguatan
(reinforcement) sosial dan pribadi, pengalaman belajar
masa lalu, dan sebagainya.

Berbeda dengan teori-teori belajar lainnya (misalnya


teori operant conditioning dari Skinner), pendekatan
belajar sosial ini menekankan bahwa proses kognitif
manusia berperan dalam kegiatan belajar dan
mempertahankan pola-pola perilaku. Teori social learning
meyakini pentingnya situasi ekstemal dan peranan
reinforcement dalam menentukan perilaku, dan bahwa
stimuli memainkan peranan yang kuat dalam
menentukan perilaku, tetapi di samping itu teori ini juga
menekankan pentingnya proses kognitif "yang tetjadi di
dalam kepala".

Bandura (1977) mengemukakan bahwa teori-teori yang


menjelaskan bahwa perilaku manusia hanya sebagai
produk imbalan dan hukuman ekstemal itu memberikan
gambaran yang tidak utuh tentang orang karena

Pengantar Pendidikan Psikologi I 73


Ulfiani Rahman

manusia memiliki kapasitas self-reactif yang


memungkinkan mereka melakukan kontrol tertentu atas
perasaannya sendiri, pikiran, dan tindakannya.

Sementara teori social learning menolak konsepsi bahwa


homo sapien merupakan organisme yang dikontrol oleh
faktor-faktor ekstemal, pandangan sebaliknya - yaitu
bahwa perilaku manusia secara ketat ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan internal. Teori ini berpendapat
bahwa manusia berada di antara kedua ekstrim tersebut
diamenekankan adanya interaksi antara kekuatan-
kekuatan internal dan ekstemal (lingkungan).

Teori social learning ini mengemukakan bahwa orang


dapat belajar sesuatu secara tidak langsung melalui
pengamatan terhadap orang lain, di samping belajar
melalui pengalaman langsung. Lebih jauh, orang dapat
menggunakan simbol-simbol untuk menggambarkan
peristiwa-peristiwa ekstemal secara kognitif, sehingga
memungkinkan mereka meramalkan kemungkinan
konsekuensi tindakannya tanpa harus benar-benar
mengalaminya.

Di samping itu, individu mempunyai kemampuan untuk


mengatur dirinya sendiri, dan dengan kemampuan
tersebut dia mengevaluasi perilakunya sendiri
(berdasarkan standar pribadinya) dan menciptakan
penguatan sendiri (misalnya dengan merestui
perbuatannya sendiri [self-approval] atau menyesali
perbuatannya sendiri [selfreproachl). I<apasitas mengatur
diri sendiri ini memungkinkan individu mengontrol
tindakannya sendiri, bukannya dikontrol oleh kekuatan-
kekuatan ekstemal.

74 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

c. Esensi teori

Bagi Albert Bandura, meskipun prinsip belajar social


cukup menjelaskan dan meramalkan mengenai
perubahan tingkah lak� sebagai akibat dari proses
modeling, namun prinsip itu harus memperhatikan dua
fenomena penting, yaitu:
)> Bandura berpendapat bahwa manusia dapat berfikir
dan mengatur tingkah lakunya sendiri, sehingga
mereka bukan semata-mata hanya objek yangdijadikan
pengaruh lingkungan. Sifat kausal ini bukan dimiliki
oleh lingkungan semata, karena person dan
environmental adalah dua komponen yang saling
mempengaruhi.
)> Bandura menyatakan bahwa banyak aspek fungsi
kepribadian yang melibatkan interaksi orang satu
dengan orang yang lainnya.

d. Konsep Dasar Teori Social Leaming


Teori Belajar Sosial (Social I.earing TheonJ) dari Bandura ini
didasarkan pada tiga konsep (Hergenhahn & Olson,
1997):

1. Determinisme Resiprokal (reciprocal determinism):


Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia
dalam bentuk hubungan interaksi timbal balik yang
terus menerus. Orang menentukan/ mempengaruhi
tingkah lakunya dengan mengontrol lingkungan,
tetapi orang tersebut juga dikontrol oleh kekuatan
lingkungan. Determenisme resipokal itu sendiri
merupakankonsep penting dalam teori belajar social
karena menjadi pijakan untuk lebih memahami
tingkah laku seseorang.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 75


UHiani Rahman

2. Tanpa Reinforcemen (be11ond reinforcement),


Menurut Bandura reinforcement penting dalam
menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus
terjadi atau tidak, tapi itu bukan merupakan satu-
satunya pembentuk tingkah laku seorang individu.
Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya
dengan mengamati dan kemudian mengulang
sesuatu yang telah diamati.

3. Kognisi dan Regulasi diri (Self-regulation/ cognition):


Konsep Bandura menempatkan manusia sebagai
pribadi yang mengatur diri sendiri (self regulation),
mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur
lingkungan, menciptakan dukungan kognitif,
mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya
sendiri.

Bandura menjelaskan bahwa teori belajar social


berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dari segi
interaksi feedbackyang berkesinambungan antara
faktorkognitif, tingkah laku, dan faktor lingkungan.

Dalam proses determinisme feedback inilah terletak


kesempatan bagi manusia untuk mempengaruhi
nasibnya maupun batas-batas kemampuannya untuk
memimpin diri sendiri (self direction). Konsepsi tentang
cara manusia berfungsi semacam ini tidak
menempatkan orang semata-mata sebagai objek tak
berdaya yang dikontrol oleh pengaruh-pengaruh
lingkungan ataupun sebagai pelaku-pelaku bebas yang
dapat menjadi apa yang dipilihnya. Manusia
merupakanfaktor yang saling menentukan secara
timbal balik (Bandura,1977).

76 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

d. Teori Belajar Sosial dari Bandura yang paling luas


diteliti.

Adapun teori dari Bandura yang paling banyak diteliti


adalah efikasi diri. Efikasi diri mencakup dua
pengertian penting (Bandura, 1986) yaitu:
1. Efikasi diri atau efikasi ekspektasi(self effication-
efficacy expectation). Adalah persepsi diri sendiri
seberapa bagus diri sendiri dapat berfungsi dalam
situasi tertentu.Efikasi diri berhubungan dengan
keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan
melakukan tindakan yang diharapkan.

e. Ekspektasi basil (outcome ekspectation).

Adalah perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah


laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil
tertentu.
1. Efikasi itu sebenamya merupakan penilaian diri,
apakah dapat melakukan tindakan yang baik
atau buruk, tepat atau tidak tepat dalam
mengetjakan tugas sesuai dengan yang
disyaratkan.

2. Belajar melalui observasi


Menurut Bandura, kebanyakan belajar tetjadi
tanpa reinforcement (penguatan) yang nyata.
Dalam penelitiannya ternyata orang dapat
mempelajari respon baru dengan melihat respon
yang lain.

Belajar melalui observasi memang lebih efisien


dibandingkan dengan belajar berdasarkan
pengalaman langsung.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 77


Ulfiani Rahman

Macam-macam bentuk belajar melalui observasi


(Hergenhahn & Olson, 1998) adalah:
a) Peniruan (modelling).
Peniruan atau meniru sesungguhnya tidak tepat
untuk mengganti kata modeling, karena
modeling bukan sekedar menirukan atau
mengulangi apa yang dilakukan orang model
( orang lain), tetapi modeling melibatkan
penambahan dan atau pengurangan tingkah
laku yang teramati, menganalisis berbagai
pengamatan sekaligus, melibatkan proses
kognitif.

b) Modeling tingkah laku baru


Melalui modeling orang dapat memperoleh
tingkahlaku baru. Ini dimungkinkan karena
adanya kemampuan kognitif. Stimuli
berbentuk tingkah laku model
ditransformasikan menjadi gambaran mental,
dan yang lebih penting lagi ditransformasikan
menjadi simbol verbal yang dapat diingat
kembali.

c) Modeling Mengubah Tingkah laku lama


Dua dampak modeling terhadap tingkah laku
lama ipertama, tingkah laku model yang diterima
secara sosial dapat memperkuat respon yang
sudah dimiliki pengamat.Kedua, tingkah Iaku
model yang tidak diterima secara sosial dapat
memperkuat atau memperlemah pengamat
untuk melakukan tingkah laku yang tidak
diterima secara sosial, tergantung apakah
tingkahlaku model itu diganjar atau dihukum.

78 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

d) Modeling Simbolik
Dewasa ini sebagian besar tingkahlaku
berbentuk simbolik. Film dan televisi
menyajikan contoh tingkahlaku yang tidak
terhitung yang mungkin mempengaruhi
pengamatnya.Sajian itu berpotensi sebagai
sumber model tingkah laku.

e) Modeling Kondisioning
Modeling dapat digabung dengan kondisioning
klasik menjadi kondisioning klasik vikarius
(vicarious classical conditioning) .Modelling
semacam ini banyak dipakai untuk mempelajari
respon emosional.

3. Faktor-Faktor penting · dalam belajar melalui


Observasi.

Salah satu kontribusi utama Albert Bandura pada


pengembangan teori social learning ini adalah hasil
penelitiannya tentang observational learning (belajar
melalui pengamatan) (Zimbardo,). Menurut hasil
penelitian tersebut, banyak perilaku yang kita tampilkan
itu dipelajari atau dimodifikasi dengan memperhatikan
dan meniru model melakukan tindakan-tindakan
tersebut. Model tersebut dapat mencakup orang tua,
guru, teman, bintang televisi, tokoh kartun, dll.

Pengaruh modeling itu ditentukan oleh empat proses


yang saling terkait (Bandura, 1997):
1). Proses Perhatian (Attentional Processes).
Orang akan belajar dari seorang model hanya jika
mereka memperhatikan dan mengenali aspek-aspek

Pengantar Pendidikan Psikologi I 79


Ulfiani Rahman

terpenting dari perilaku model itu. Model yang


menarik atau dipersepsi sebagai mirip dengan
observer akan lebih besar kemungkinannya untuk
berpengaruh, dan demikian pula halnya dengan
model yang sering muncul dengan menampilkan
perilaku fungsional yang penting. Model-model
tertentu (seperti yang ditayangkan di televisi) begitu
efektif dalam menarik perhatian sehingga penonton
akan meniru aktivitas model tersebut meskipun
individu tidak mem.iliki insentif khusus untuk
berbuat demikian.

2). Proses Pengingatan (Retention Processes).


Pengaruh seorang model tergantung pada
kemampuan individu untuk mengingat tindakan
model itu sesudah dia hilang dari pandangan.
Pengkodean simbolik (symbolic coding) dan
pengulangan dalam hati (mental rehearsal) untuk
perilaku model merupakan dua proses yang
membantu meningkatkan daya ingat.

3). Proses Reproduksi Motorik (Motoric Reproduction


Processes).
Bila orang belajar perilaku baru dengan mengamati
seorang model, mereka tidak akan dapat
menunjukkan bukti hasil belajamya itu tanpa
menampilkan aktivitas yang ditirunya itu. Jika
mereka mem.iliki kekurangan dalam keterampilan
tertentu, maka mereka tidak akan dapat melakukan
apa yang telah mereka amati itu.

4). Proses Penguatan dan Motivasi (Reinforcement and


Motivational Processes).

80 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

Apakah perilaku yang telah dipelajari itu akan


ditampilkan atau tidak, tergantung pada apakah
perilaku tersebut akan mendapatkan imbalan
(reward) atau hukuman (punishment). Jika terdapat
insentif yang positif, maka perilaku yang ditiru itu
akan memperoleh lebih banyak perhatian, dipelajari
dengan lebih baik, dan ditampilkan lebih sering.

Disamping itu, Bandura mendapati bahwa modeling


dapat menimbulkan dampak yang lebih banyak
daripada sekedar membuat orang belajar perilaku
spesifik. Misalnya, dia menunjukkan bahwa "rule
modeling" juga terjadi, di mana anak-anak belajar
mengontrol perilakunya dengan aturan-aturan dasar
yang sama dengan yang diikuti oleh model,
meskipun mereka menghadapi situasi yang sangat
berbeda dari situasi di mana mereka telah
mengamati model itu.

Modeling juga dapat mengakibatkan luntumya


respon yang telah dipelajari sebelumnya. Misalnya,
jika seseorang yang berpakaian perlente (model
atraktif) menginjak rumput di tempat yang terdapat
tanda "dilarang menginjak rumput", maka orang lain
mungkin akan meniru tindakannya itu, meskipun
respon yang telah mereka pelajari sebelumnya
adalah mematuhi tanda larangan tersebut.

f. Aplikasi Teori Belajar Social Learning.

1) Latihan pengusaan.
Mengajari teman menguasai tingkah laku yang
sebelumnya tidak bisa dilakukannya.Cara ini

Pengantar Pendidikan Psikologi I 81


Ulfiani Rahman

dilakukan melalui treatment konseling melalui


cara-cara yang mendalam.

2) Modeling terbuka.
Klien (subjek) dapat melihat model secara
nyata, biasanya diikuti dengan klien
berpartisipasi dalam kegiatan model, dibantu
oleh modelnya mengikuti tingkah laku yang
diinginkan, sampai akhirnya mampu
melakkan sendiri tanpa adanya bantuan.

3) Modeling simbolik.
Klien (subjek) melihat model melalui media.
Kepuasan vicarious dapat mendorong
pengamat untuk mencobanya.

g. Kelebihan dan Kelemahan Teori Bandura

1) Kelebihan Teori Albert Bandura


Teori Albert Bandura Iebih lengkap
dibandingkan teori belajar lainnya, karena itu
menekankan bahwa lingkungan dan perilaku
seseorang dihubungkan melalui system kognitif
orang tersebut. Bandura memandang tingkah
laku manusia bukan semata - mata reflex atas
stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat
reaksi yang timbul akibat interaksi antara
lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.

Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan


pada perlunya conditioning (pembiasan
merespon) dan imitation ( peniruan ).

82 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

Selain itu pendekatan belajar social menekankan


pentingnya penelitian empms dalam
mempelajari perkembangan anak - anak.
Penelitian ini berfokus pada proses yang
menjelaskan perkembangan anak - anak, faktor
social dan kognitif.

2) Kelemahan Teori Albert Bandura


Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai
jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini
karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah
mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya
cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan
dalam mendalami sesuatuyang ditiru.

Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk


tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan
(modeling), sudah pasti terdapat sebagian individu
yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan
meniru tingkah laku yang negative, termasuk
perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

Ayat dan Hadis yang berhubungan dengan social


learning
Qs. Al-Maa'idah ayat 80 (Prilaku social dalam hal
negative)
.,. .,. I!

�f ;•&' bl��� l; � i.,ji ��i ��� � I��)


® �.,� � �l�I LT!Jf•f. li4..lll�
.,. .,. #;ia , � �--

Artinya:

Pengantar Pendidikan Psikologi I 83


Ulfiani Rahman

"Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-


menolong dengan orang-orang yang kafir
(musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang
mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu
kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan
kekal dalam siksaan".

Hadis yang berkenaan dengan prilaku sosial (sosial


learning)

Artinya: "kalian ditolong dan diberi rezeki hanyalah


oleh kaum lemah di antara kalian"

5. Teori Kognitif

Peta Konsep

i·; ,.�C>�ep Teori


;�;,.;-..='.:!\:;·,)·.=.=.-:?::.·:·.='::·, ·._=_:·."·. �--··t \ -
Peag�t·•x·

;;;;:J�� Peaget
Implikasi tedH.rt:
f4%(i'/?'.:2Y.:,-::. - .. :..
��,.&rt

·. .- .· :·:·····:.�·:·:··: r·:·::·::·,.:-=;-:=t�fi/Y�f:jt\
:r,,9;ntoh Teori Peagt:it ·
�:/;f::.·;t:'::'.=:i·."i

84 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

a. Latar Belakang Peaget

Istilah "cognitive" berasal dari kata cognition artinya


adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya
cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan (Chaplin, 1989). Dalam
perkembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini
menjadi popular sebagai salah satu wilayah psikologi
manusia/ satu konsep umum yang mencakup semua bentuk
pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan,
memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan,
berfikir dan keyakinan.
Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga
berhubungan dengan konasi (kehendak) dan
afeksi(perasaan) yang bertalian dengan rasa.

Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku


seseorang itu senantiasa didasarkann pada kognisi, yaitu

Pengantar Pendidikan Psikologi I 85


Ulfiani Rahman

tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah


laku itu terjadi.

Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar


merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran
manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1999)
bahwa "belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Perubahan itu bersifat secara relative dan berbekas"..,..
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar
adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental
yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses
interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh
suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman,
tingkah laku, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat
relatif dan berbekas.

Sesuai dengan karakteristik matematika maka belajar


matematika lebih cenderung termasuk ke dalam aliran
belajar kognitif yang proses dan hasilnya tidak dapat dilihat
langsung dalam konteks perubahan tingkah laku.

Teori perkembangan kognitif, dikembangkan oleh Jean


Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-
1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam
lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh
terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi
piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat
mempresentasikan dunia dan melakukan operasi Iogis
dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata-
skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi

86 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

lingkungannya- dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat


seseorang memperoleh cara baru dalam mempresentasikan
informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam
konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme
(yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai
pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori
ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan
kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan
sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori
ini, piaget memperoleh Erasmus Prize.

Jean Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan


kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan
para ahli-ahli psikologi sebelumnya, piaget menyatakan
bahwa cara berfikir anak bukan hanya kurang matang
dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah
pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut
penelitiannya juga bahwa tahap-tahap peerkembangan
individu/ pribadi serta perubahan umur sangat
mempengaruhi kemampuan belajar individu.

Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai


skemata (Schmas), yaitu kumpulan dari skema-skema.
Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan
memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena
bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara
kronologis, sebagai basil interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang
lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap
dibandingkan ketika ia masi kecil (Santrock, 2007).

Piaget memakai istilah scheme secara interchangeably


dengan istilah struktur (Hergenhahn & Olson, 1997).

Pengantar Pendidikan Psikologi I 87


Ulfiani Rahman

Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang.


Scheme berhubungan dengan :
• Refleks-refleks pembawaan,: misalnya bemafas, makan,
minum.
• Scheme mental; misalnya scheme of classification,
scheme of operation. (pola tingkah laku yang masih
sukar diamati seperti sikap, pola tingkah laku yang
dapat diamati.

Jika schemas/ skema/ pola yang sudah dimiliki anak


mampu menjelaskan hal-hal yang dirasakan anak dari
lingknngannya, kondisi ini dinamakan keadaan ekuilibrium
(equilibrium), namun ketika anak menghadapi situasi baru
yang tidak bisa dijelaskan dengan pola-pola yang ada, anak
mengalami sensasi disekuilibrium ( disequilibrium) yaitu
kondisi yang tidak menyenangkan.

Sebagai contoh karena masih terbatasnya skema pada anak-


anak : seorang anak yang baru pertama kali melihat buaya
ia menyebutnya sebagai cecak besar, karena ia baru memiliki
konsep cecak yang sering dilihat dirumahnya. Ia memiliki
konsep cecak dalam skemanya dan ketika ia melihat buaya
untuk pertama kalinya, konsep cecaklah yang paling dekat
dengan stimulus. Peristiwa inipun bisa terjadi pada orang
dewasa. Hal ini terjadi karena kurangnya perbendaharaan
kata atau dalam kehidupan sehari-harinya konsep tersebut
jarang ditemui. Misalnya : seringkali orang menyebut kuda
laut itu sebagai singa laut, padahal kedua binatang itu jauh
berbeda cara hidupnya, lingkungan kehidupan, maupun
bentuk tubuhnya dengan kuda ataupun singa. Asosiasi
tersebut hanya berdasarkan sebagian bentuk tubuhnya yang
hampir sama.

88 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang


cukup dominan selama beberapa decade. Dalam teorinya
Piaget membahas pandangannya tentang bagaimana anak
belajar. Menurut Jean Piaget, dasar dari belajar adalah
aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan social
dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan
suatu proses social. Anak tidak berinteraksi dengan
lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi
sebagai bagian dari kelompok social. Akibatnya lingkungan
sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan fisiknya.
Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan
penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap
alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain,
seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyekti.f
terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah
pandangannya menjadi obyektif.

Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang


menjadi perhatian Piaget yaitu struktur, isi dan fungsi
(Piaget & Turner dalam Hergenhahn & Olson, 1997 ).
o Struktur, piaget memandang ada hubungan fungsional
antara tindakan fisik, tindakan mental dan
perkembangan logis anak-anak. Tindakan (action)
menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi
menuju pada perkembangan struktur-struktur.
o Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas tercermin
pada respon yang diberikannya terhadap berbagai
masalah atau situasi yang dihadapinya.
o Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk
membuat kemajuan intelektual. Menurut piaget
perkembangan intekektual didasarkan pada dua fungsi
yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan
pada organisme kemampuan untuk mengestimasikan
atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis

Pengantar Pendidikan Psi.kologi I 89


Ulfiani Rahman

menjadi sistern-sistem yang teratur dan berhubungan.


Adaptasi, terhadap lingkungan dilakukan melalui dua
proses yaitu asimilasi dan akomodasi.

b. Konsep Teori Piaget

Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih


mudah memahami teori perkembangan kognitif atau teori
perkembangan Piaget (dalam Redzuan & Abdullah, 2008;
Santrock, 2007) yaitu:

1. Intelegensi
Piaget mengartikan intelegensi secara lebih luas,
juga tidak mendefinisikan secara kuat.
Iamemberikan definisi umum yang lebih
mengungkap orientasi biologis. Menurutnya,
intelegensi adalah bentuk ekuilibrium kearah mana
semua struktur yang menghasilkan persepsi,
kebiasaan, dan mekanisme sensiomotor diarahkan.

2. Organisasi
Organisasi adalah suatu tendensi yang umum untuk
semua bentuk kehidupan guna mengintegrasikan
struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis dalam
suatu system yang lebih tinggi.

3. Skema
Skema adalah suatu struktur mental seseorang
dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan
lingkungan sekitamya. Skema akan beradaptasi dan
berubah selama perkembangan kognitif seseorang.

4. Asimilasi

90 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang


mengintegrasikan persepsi, konsep a tau
pengalaman baru kedalam skema atau pola yang
sudah ada dalam pikirannya.

5. Akomodasi
Akomodasi adalah pembentukan skema baru atau
mengubah skema lama sehingga cocok dengan
rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema
yang ada sehingga cocok dengan rangsangan yang
ada.

6. Ekuilibrasi
Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi
dan akomodasi,sedangkan diskuilibrasi adalah
keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses
asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat
seseorang menyatukan pengalaman luar dengan
struktur dalamnya.

c, Tahapan Teori Piaget

Menurut Piaget setiap anak mengembangkan


kemampuan berfikir menurut tahap yang teratur. Pada
satu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema
atau struktur tertentu yang keberhasilannya pada setiap
tahap amat bergantung pada tahap sebelumnya.

Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah :


1. Tahap Sensorik Motor (dari lahir sampai kurang
lebih umur 2 tahun).
Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia
dapat sedikit memahami lingkungannya dengan
jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap,

Pengantar Pendidikan Psikologi I 91


Ulfiani Rahman

mencium dan menggerakan. Dengan kata lain


mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta
motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif yang
penting muncul pada saat ini, anak tersebut
mengetahui bahwa perilaku yang tertentu
menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya.
Misalnya dengan menendang-nendang dia tahu
bahwa selimutnya akan bergeser darinya.

2. Tahap Pra-operasional (kurang lebih umur 2 tahun


sampai 7 tahun)
Dalam tahap ini sangat menonjol sekali
kecenderungan anak-anak itu untuk selalu
mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai
realitas.Dengan adanya perkembangan bahasa dan
ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal
tentang lingkungannya. Intelek anak dibatasi oleh
egosentrisnya yaitu tidak menyadari orang lain
mempunyai pandangan yang berbeda dengannya.

3. Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih umur 7 tahun


sanpai 11 tahun)
Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan
pikiran logis.Dalam upaya mengerti tentang alam
sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan
diri pada informasi yang datang dari pancaindra.
Anak-anak yang sudah mampu berfikir secara
operasi konkrit sudah menguasai sebuah pelajaran
yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh
panca indra seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat
saja berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya
kuantitas. Anak-anak sering kali dapat mengikuti
logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila
membuat kesalahan.

92 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

4. Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun


sampai 15 tahun)
Selama tahap ini anak sudah mampu berfikir abstrak
yaitu berfikir mengenai gagasan.Anak dengan
operasi formal ini sudah dapat memikirkan
beberapa alternatif pemecahan masalah.Mereka
dapat mengambangkan hokum-hukum yang
berlaku umum dan pertimbangan ilmiah.
Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat
kepada hal-hal yang bersifat konkrit, mereka dapat
membuat hipotesis dan membuat kaidah mengenai
hal-hal yang bersifat abstrak.

Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai


berikut:
Waiau tahapan-tahapan itu dapat dicapai dalam
usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak
ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan
yang mundur.
o Universal (tidak terkait budaya)
o Bisa Digeneralisasi : representasi dan logika
dari operasi yang ada dalam diri seseorang
berlaku juga pada semua konsep dan isi
pengetahuan
o Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan
yang terorganisasi secara logis.
o Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap
tahapan mencakup elemen-elemen dari
tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi
dan terintegrasi)
o Tahapan merepresentasikan perbedaan secara
kualitatif dalam model berfikir, bukan hanya
perbedaan kuantitatif.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 93


Ulfiani Rahman

d. Implikasi Teori Piaget


Piaget merupakan salah satu pioneer konstruktivis, ia
berpendapat bahwa anak membangun sendiri
pengetahuannya dari pengalamnnya sendiri dengan
lingkungannya. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan
datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian
besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif
memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannya.

Dalam hal ini peran guru adalah sebagian fasilisator dan


buku sebagai pemberi informasi. Piaget menjabarkan
implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu :
1. Memusatkan perhatian kepada cara berfikir atau
proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya.
Guru harus memahami proses yang digunakan
anak hingga sampai pada hasil tersebut.
Pengalam.an-pengalaman belajar yang sesuai
dikembangkan dengan memperhatikan tahap
fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian
terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk
sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat
dikatakan guru berada dalam posisi memberikan
pengalaman yang dimakud.
2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif
sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan
belajar.
Dalam kelas Piaget menekankan bahwa pengajaran
pengetahuan jadi(ready made knowledge) anak
didorong menentukan sendiri pengetahuan melalui
interaksi spontan dengan lingkungan.
3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual
dalam hal kemajuan perkembangan.

94 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa


tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang
sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada
kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus
melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di
dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke
dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa
daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.
4. Mengutamakan peran siswa untuk saling
berinteraksi.
Menurut Piaget, pertukaran gagasan-gagsan tidak
dapat dihindari untuk perkembangan penalaran.
Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara
langsung, perkembagannya dapat disimulasi.

e. Contoh Implikasi Teori Piaget dalam Dunia


Pendidikan
Pengaplikasiannya di dalam belajar : perkembangan
kognitif bergantung pada akomodasi. Kepada individu
diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat
belajar, karena ia tak dapat belajar dari apa yang telah
diketahuinya saja. Ia tak dapat menggantungkan diri
pada asi.milasi. Dengan adanya area baru ini individu
akan mengadakan usaha untuk dapat mengakomodasi.
Situasi atau area itulah yang akan mempermudah
pertumbuhan kognitif.

Secara rind di bawah ini adalah penerapan teori


Piaget terhadap pendidikan di kelas :
1. Karena secara berfikir anak itu berbeda-beda dan
kurang logis di banding dengan orang dewasa,
maka guru harus dapat mengerti cara berfikir anak,
bukan sebaliknya anak yang beradaptasi dengan
guru.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 95


Ulfiani Rahman

2. Anak belajar paling baik dengan menemukan


( discovery). Artinya disini adalah agar
pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung
efektif, guru tidak meninggalkan anak-anak belajar
sendiri, tetapi mereka member tugas khusus yang
dirancang untuk membimbing para siswa
menemukan dan menyelesaikan masalah sendiri.
3. Pendidikan disini bertujuan untuk
mengembangkan pemikiran anak, artinya ketika
anak-anak mencoba memecahkan masalah,
penalaran merekalah yang lebih penting daripada
jawabannya. Oleh sebab itu guru penting sekali
agar tidak menghukum anak-anak untuk jawaban
yang salah, tetapi sebaliknya menanyakan
bagaimana anak itu memberikan jawaban yang
salah, dan diberi pengertian tentang kebenarannya
atau mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
menanggulanginya.
4. Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan
pembelajaran materi pelajaran atau pokok bahasa
pengajaran tertentu.

Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa


pertumbuhan intelektual anak mengandung tiga
aspek, yaitu structure, content dan function. Anak
yang sedang mengalami perkembangan, struktur
dan konten intelektual berubah/berkembang. Fungsi
dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan
suatu rangkaian perkembangan : masing-masing
mempunyai struktur psikologi khusus yang
menetukan kecakapan pikir anak. Maka Piaget
mengartikan intelegensi adalah sejumlah struktur
pikologis yang ada pada tingkat perkembangan
khusus.

96 I Pengantar Pendidikan Psikologi


UHiani Rahman

f. Kritik terhadap Teori Piaget


Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima
prinsip-prinsip umum Piaget bahwa pemikiran anak-
anak pada dasamya berbeda dengan pemikiran orang
dewasa, dan jenis logika anak-anak itu berubah seiring
dengan bertambahnya usia. Namun, ada juga peneliti
yang meributkan detail-detail penemuan Piaget,
terutama mengenai usia ketika anak mampu
menyelesaikan tugas-tugas spesifik.
1. Pada sebuah studi klasik, Mc Garrigle dan
Donalson (1974) menyatakan bahwa anak sudah
mampu memahami konservasi (conservation)
dalam usia yang lebih muda daripada usia yang
diyakini oleh Piaget.
2. Studi lain yang mengkritik teori Piaget yaitu bahwa
anak-anak baru mencapai pemahaman tentang
objek permanence pada usia di atas 6 bulan.
Balillargeon dan De Vos (1991 : 104) anak diamati
sampai mereka berusia 18 tahun, dan diuji dengan
berbagai tugas operasional formal berdasarkan
tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk
pengujian hipotesa. Mayoritas anak-anak itu
memang belum mencapai tahap operasional formal.
Hal ini sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan
Donaldson serta Baillargeon dan De Vos, yang
menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan
kemampuan anak-anak kecil dan terlalu menilai
tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua.
3. Bradmetz (1999) juga menguji pemyataan Piaget
bahwa mayoritas anak mencapai formal pada akhir
masa kanak-kanak. Inilah yang menjadi
pertentangan dan kritikan diantara para ahli
psikologi.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 97


Ulfiani Rahman

Kesimpulan

Perkembangan kognitif adalah tahap-tahap perkembangan


kognitif manusia mulai dari usia anak-anak sampai dewasa :
mulai dari proses-proses berfikir secara konkret sampai
dengan yang lebih tinggi yaitu konsep-konsep abstrak dan
logis.

Jean Piaget seorang pakar yang banyak melakukan


penelitian tentang perkembangan kemampuan kognitif
manusia, mengemukakan dalam teorinya bahwa
kemampuan kognitif manusia terdiri atas 4 tahap dari lahir
hingga dewasa. Tahap dan urutan berlaku untuk semua usia
tetapi usia pada saat seseorang mulai memasuki tahap
tertentu tidak sama untuk setiap orang. Keempat tahap
perkembangan itu digambarkan dalam teori Piaget sebagai
berikut:
2. Tahap sensorimotor: umur 0-2 tahun (anak mengalami
dunianya melalui gerak dan inderanya serta
mempelajari permanensi obyek).
3. Tahap pra-operasional : umur 2-7 tahun (ciri pokok
perkembangan adalah penggunaan symboljbahasa
tanda dan konsep intuitif)
4. Tahap operasional konkret : umur 7-11/12 tahun (anak
mulai berfikir secara logis tentang kejadian-kejadian
konkret).
5. Tahap operasional formal : umur 11/12 tahun ke atas (ciri
pokok perkembangarmya adalah hipotesis, abstrak,
deduktif dan induktif serta logis dan probabilitas)

Teori Piaget jelas sangat relevan, karena dengan


menggunakan teori ini guru dapat mengetahui adanya
tahap-tahap perkembangan tertentu pada kemampuan
berpikir anak di kelasnya. Dengan demikian guru bisa
98 I Pengantar Pendidikan Psikologi
Ulfiani Rahman

memberikan perlakuan yang tepat bagi siswanya, misalnya


dalam memilih cara penyampaian materi bagi siswa,
penyediaan alat-alat peraga dan sebagainya, sesuai dengan
tahap perkembangan kemampuan berfikir yang dimiliki
oleh siswa masing-masing. Guru perlu mencermati apakah
materi yang disampaikan dan penggunaan alat-alat peraga
dalam mengajar cukup mudah dipahami siswa, dengan
mengingat tingkat kemampuan berfikir yang dimiliki oleh
masing-masing siswa.

6. Teori Kognitif Lev Vygotsky

Lev Vygotsky (1896 - 1934) dari Rusia merupakan ahli


psikologi perkembangan anak selain Peaget. Pikiran-
pikiran utamanya dalam perkembangan anak adalah
kepercayaannya bahwa anak aktif dalam menyusun
pengetahuan mereka.

Ada tiga pandangan Vygotsky tentang perkembangan


anak (Santrock, 2007), iaitu:
a. Keahlian kognitif anak dapat dipahami bila
dianalisis dan diinterpretasi secara developmental.
Artinya, memahami fungsi kognitif anak
berdasarkan asal-usulnya dan transformasinya dari
bentuk awal ke bentuk selanjutnya. Seperti ucapan
batin atau kata hati, tidak dapat dinilai sendiri,
tetapi dievaluasi sebagai satu langkah dalam proses
perkembangan bertahap.

b. Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa


dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat
psikologis untuk membantu dan mentransformasi
aktifitas mental. Oleh karena itu, pada masa awal
kanak-kanak, bahasa mulai digunakan sebagai alat

Pengantar Pendidikan Psikologi I 99


Ulfiani Rahman

yang membantu anak merancang aktifitas dan


memecahkan masalah.

c. Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan


kultur. Perkembangan memori, pehatian dan nalar,
melibatkan pembelajaran untuk menggunakan alat
yang ada dalam masyarakat. Seperti bahasa, sistem
matematika, dan strategi memori.

Pandangan Vygotsky menarik banyak perhatian sebab


teorinya mengandung pandangan bahwa pengetahuan
itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif. Ini
menunjukkan seseorang dapat memperoleh
pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan

Vygotsky menelurkan idea tentang Zone of Proximal


Development iaitu serangkaian tugas yang terlalu sulit
dikuasai anak secara sendirian, akan dapat diatasi
dengan belajar dari bantuan orang dewasa atau belajar
dari sesama (Santrock, 2007)
Jika dibagi maka batas bawah dari ZPd adalah tingkat
problem yang dapat di pecahkan seorang anak. Dan
batas atasnya adalah tingkat tanggungjawab dan tugas
tambahan yang dapat diterima anak dengan bantuan
dari instruktur yang mampu. Dengan demikian
pengaruh instruksi atau pengajaran sangatlah penting.

Perbandingan teori Peagept dan teori Vygotsky

a. Keduanya hadir sebagai ahli perkembangan anak .


b. Peaget muncul lebih dahulu sehingga evaluasi
terhadap teori ini sudah sering dilakukan. Seperti kehadiran
Vygotsky telah mampu mempengaruhi para guru dalam
melakukan pembelajaran karena perkembangan anak

100 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

dilakukan dengan pendekatan sosio cultural sebagaimana


yang dianut banyak kalangan dewasa ini. Tetapi ia lebih
menekankan pada aspek bahasa.
c. Vygotsky tidak menekankan tahapan umum
perkembangan. Tetapi Peaget melakukan penekanan kuat
(sensorimotor, pra operasional, operasional konkrit dan
operasional formal).
d. Proses utamanya adalah ZPD, bahasa, dialog, alat
dari kultur. Sementara peaget proses utamanya adalah
skem.a, asimilasi, akomodasi, operasional, konservasi,
klasifikasi, penalaran hipotetik-deduktif.
e. Peran bahasa sangat dominan mempebntuk
pemikiran. Namun peaget mem.andang minim, kognisi
terutama mengatur bahasa.
f. Sementara itu, pendidikan memainkan peranan
sentral, membantu anak mempelajari alat-alat kultur. Tetapi
konsep pendidikan peaget adalah pendidikan hanya
memperbaiki keahlian kognitif anak yang sudah muncul.
g. Implikasi pengajaran adalah guru sebagai fasilitator
dan pembimbing, bukan pengatur, memberikan banyak
kesempatan bagi murid untuk belajar bersama guru dan
teman yang lebih ahli. Pegaet juga hal yang sama, tetapi
dalam hal memberi dukungan, guru perlu mendukung anak
agar mengeksplorasi dunia mereka dan menemukan
pengetahuan.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 101


Ulfiani Rahman

7. Teori Humanistik Abraham Harold Maslow

Peta Konsep

Tujuan Pendekatan Asumsi & Prinsip


Humanistik DasarTeori
Humanistik

Teori Detai Teori

�!._
Humanistik

Kedudukan Kelebihan &


pengasuhan Kelemahan Teori
dalam Teori Humanistik

a. Latar Belakang Maslow

Abraham Harlod Maslow dilahirkan di Brooklyn, New


York, pada tanggal 1 April 1908. Maslow dibesarkan
dalarn keluarga Yahudi Rusia dengan orangtua yang
tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa
kecilnya, ta di kcnal s�!Jflgfli ana k yc1ng k\Hflng
berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia
mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi
yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni
oleh non Y ahudi.

102 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia pada masa itu. Ia


tumbuh di perpustakaan diantara buku-buku. Ia
awalnya berkuliah umum, namun pada akhirnya, ia
memilih untuk mempelajari psikologi dan lulus dari
Universitas Wisconsin. Pada saat ia kuliah, Maslow
menikah dengan sepupunya yang bernama Bertha pada
bulan Desember 1928 dan bertemu dengan mentor
utamanya yaitu Profesor Harry Harlow. Ia memperoleh
gelar bachelor pada 1930, master pada 1931, dan Ph.D
pada 1934. Maslow kemudian memperdalam riset dan
studinya di Universitas Columbia dan masih mendalami
subjek yang sama. Di sana ia bertemu dengan mentornya
yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu kolega awal dari
Sigmund Freud.
Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya
di Brooklyn College Di New York, ia bertemu dengan
dua mentor lainnya yaitu Ruth Benedict seorang
antropolog, dan Max Wertheimer seorang psikolog
Gestalt yang ia kagumi secara profesional maupun
personal. Kedua orang inilah yang kemuclian menjadi
perhatian Maslow dalam mendalami perilaku manusia.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 103


Ulfiani Rahman

Maslow menjadi pelopor aliran psikologi hwnanistik


yang terbentuk pada sekitar tahun 1950 hlngga 1960-an.
Ia menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai
akhirnya ia meninggal karena serangan jantung pada 8
Juni 1970. Kemudian iadianugerahkan gelar Humanist of
the Year oleh Asosiasi Humanis Amerika (Goble, 1987).

b. Tujuan Pendekatan Humanistik

Mengoptimalkan kesadaran individu akan


keberadaannya dan menerima keadaannya menurut
apa adanya. "Saya adalah saya". Memperbaiki dan
mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta
pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak
atau kurang sesuai dengan dirinya agar individu dapat
mengembangkan diri dan meningkatkan self
actualization seoptimal mungkin. Menghilangkan
hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh
individu dalam proses aktualisasi dirinya. Membantu
individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang
mungkin dapat dijangkau menurut kondisi dirinya .

Ayat yang boleh dikaitkan dengan pendekatan


humanistik dalam belajar adalah Q.S. Al-Baqarah; 2: 30
Artinya:
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para
Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi," mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, Padahal Kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?11 Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

104 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

c. Asumsi dan Prinsip Dasar Teori Humanistik

Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan


kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian
yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk
melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan
bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi
manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme
biasanya memfokuskan pengajarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan
pengembangan emosi positif yang terdapat dalam
domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang
sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran
humanisme. Humanistik tertuju pada masalah
bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing
oleh m.aksud peribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Teori
humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-
materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap fenomena social. Tokoh pencetus aliran
humanisme adalah Arthur Combs, Abraham Maslow,
Carl Rogers, Erich Fromm dan Viktor Frankl.

Ahli-ahli teori humanistik menunjukkan bahwa :


1 ). Tingkah laku individu pada mulanya ditentukan
oleh bagaimana mereka merasakan dirinya sendiri
dan dunia sekitamya
2). lndividu bukanlah satu-satunya hasil dari
lingkungan mereka seperti yang dikatakan oleh
ahli teori tingkah laku, melainkan langsung dari
dalam (internal), bebas memilih, dimotivasi oleh

Pengantar Pendidikan Psikologi I 105


Ulfiani Rahman

keinginan untuk aktualisasi diri (self-


actualization) atau memenuhi potensi keunikan
mereka sebagai manusia.

Abraham Maslow mengatakan bahwa di dalam diri


individu ada dua hal:
•!• Suatu usaha yang positif untuk berkembang
•!• Kekuatan untuk melawan atau menolak
perkembangan itu

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku


sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan yang
bersifat hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi
kebutuhan pertama seperti kebutuhan psikologis,
barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang
terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa
aman dan seterusnya.

Maslow fokus pada individu secara keseluruhan,


bukan hanya satu aspek individu, dan menekankan
kesehatan daripada sekedar penyakit dan masalah.

d. Detail Teori

Teori yang terkenal dari Maslow yang merupakan salah


satu tokoh humanistik adalah teori tentang Hirarki
Kebutuhan. Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Kebutuhan fisiologis atau dasar


2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan memeiliki cinta
4. Kebutuhan penghargaan
5. Kebutuhan aktualisasi diri

106 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

Penjelasan setiap hierarki tersebut dapat dilihat dalam


Robert (1975); Goble (1987); Schult (1991); Hall &
Lindzey (1993) seperti berikut ini:

1. Kebutuhan Fisiologis atau dasar

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar


manusia. Kebutuhan ini menyangkut kebutuhan akan
oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, mineral,
dan vitamin, termasuk juga kebutuhan untuk menjaga
keseimbangan pH ( menjadi terlalu asam atau basa
akan dapat membunuh) dan temperature ( 98,6 atau
dekat dengan itu ). Selain itu, terdapat juga kebutuhan
untuk aktif, isti.rahat, ti.dur, untuk mengeluarkan
limbah (C02, keringat, urin, dan kotoran ), kebutuhan
untuk menghindari rasa sakit dan kebutuhan untuk
berhubungan seks. Maslow percaya dengan penelitian
yang menyatakan bahwa kebutuhan ini sebenrnya
bersifat individual. Misalnya, kekurangan vitamin C
akan menyebabkan kelaparan yang sangat sfesifik
terhadap vitamin C, seperti jus jeruk.

2. Kebutuhan akan rasa aman

Ketika sebagian besar kebutuhan fiiologis sudah


dipenuhi, maka lapisan kedua akan datang. Anda
akan menjadi makin tertarik untuk menjadi keadaan
aman, stabil, serta terlindungi. Anda mungkin perlu
untuk mengembangkan struktur, ketertiban, dan
keteraturan.Kebutuhan sekarang bukan lagi lapar
dan haus tetapi kebutuhan untuk mendapatkan
perlindungan dari ketakutan dan kecemasan.Dalam
kehidupan sehari-hari, kebutuhan tersebut di

Pengantar Penclidikan Psikologi I 107


Ulfiani Rahman

manifestasikan dalam bentuk keinginan untuk


memiliki sebuah rumah di lingkungan aman,
keamanan di lingkungan kerja, rencana pensiun,
asuransi, dan sebaginya.

3. Kebutuhan Memiliki Cinta

Ketika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan


keamanan sebagian besar sudah terpenuhi, maka
lapisan ketiga kebutuhan mulai muncul. Anda mulai
merasa perlu memiliki teman, kekasih, anak-anak,
hubungan kasih sayang secara mendalam dan ikatan
sosial. Anda mulai merasa rentan terhadap kesepian
dan kegelisahan social. Dalam kehiduan sehari-hari,
kita menunjukan kebutuhan ini dalam bentuk
keinginan untuk menikah, memiliki keluarga,
menjadi bagian dari sebuah komunitas, bagian dari
keluarga besar, daan anggota suatu klub, termasuk
juga bagian dari apa yang kita earl dalam sebuah
karir.

4. Kebutuhan Penghargaan

Pada tahap selanjutnya, kita mulai mencari sedi.kit


harga diri. Maslow mencatat dua versi mengenai
kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih
rendah dan yang lebih tinggi. Kebutuhan yang
rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang
lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan,
pengakuaan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat,
bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi" adalah
II

kebutuhan akan harga diri, termasuk perasaan,


seperti keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan,
kemandirian, dan kebebasan. Kebutuhan
108 I Pengantar Pendidikan Psikologi
Ulfiani Rahman

penghargaan diri dikategorikan tinggi karena


bentuknya tidak seperti rasa hormat dari orang lain.
Misalnya, apabila menyangkut harga diri, maka akan
sulit untuk merasa kalah (perasaan lebih rendah).
Versi negatif kebutuhan ini adalah rendah diri dan
kompleks inferioritas ( inferiority complexs ). Dalam
hal ini, Maslow mengakui konsep Adler mengenai
kompleks inferioritas yang merupakan akar dari
sebagian besar masalah-masalah psikologis kita.

Di Negara modern, sebagian besar dari kita memiliki


apa yang kita butuhkan untuk memenuhi kebutuan
fisiologis dan kebutuhan keselamaatan, tetapi lebih
sering tidak memiliki cukup cinta dan perasaan
memiliki. Demikian juga dengan rasa hormat, yang
sering tampak begitu sulit untuk di dapati.
Barangkali, kondisi ini terbalik dengan negara yang
belum maju, seperti Indonesia, bisa saja kita tidak
dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dan
keamanan, banyaknya orang miskin dan bencana
alam. yang tidak tertangani dengan baik, tetapi kita
masih memiliki persaudaraan yang erat dan rasa
hormat yang tinggi dan generasi yang lebih muda
dan kelompok sosial yang lain.

Keempat tigkatan yang awal hierarki di atas disebut


deficit kebutuhan, atau D-need.]ika anda tidak
memenuhi satu kebutuhan, berarti anda memiliki
satu defisit, anda merasa perlu untuk memenuhiya.
Namun, jika anda memenuhi semua yang anda
butuhkan, anda tidak merasa defisit sama sekali.
Dengan kata lain, kebuuhan tersebut berhenti
memotivasi diri.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 109


Ulfiani Rahman

Maslow juga membahas tingkatan tersebut dalam


prinsip homeostatis. Homeostatis adalah prinsip
yang di gunakan untuk tungku thermostat anda
ketika beroperasi : apabila terlalu dingin, akan
berganti menjadi panas, tetapi ketika hari terlalu
panas, switch off ( mati ) kemudian kembali kepada
suhu yang sesuai. Dengan cara yang sama, tubuh
anda saat ini berketja seperti ini, pada suatu saat
anda lapar, maka anda akan berusaha memenuhi
kebutuhan ini dengan makan, maka kebutuhan pun
hilang dan rasa lapar berhenti. Maslow kemudian
memperluas prinsip homeostatis untuk berbagi
kebutuhan, seperti. keselamatan, perasaan memiliki,
dan penghargaan.

Maslow melihat semua kebutuhan ini sebagai


kebutuhan dasar hidup. Demikia juga dengan cinta
dan harga diri yang diperlukan untuk pemeliharaan
kesehatan. Menurutnya, kita semua memiliki
kebutuhan ini dan semuanya berasal dari genetic,
seperti halnya naluri. Bahkan, dia menyebut naluriah
sebagai kehidupan.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Tingkatan terakhir dari kebutuhan dan agak sedikit


berbeda adalah aktualisasi diri.Maslow
menggunakan berbagai-bagai istilah untuk
menyebutkan tingkatan ini.Maslow menyebutnya
pertumbuhan motivasi (berbeda dengan definisi
motivasi), karena kebutuhan aktualisasi diri adalah
B-needs (B-being), berbeda dengan D-
needs.Kebutuhan aktualisasi adalah kebutuhan yang
ti.dak melibatkan keseimbangan atau homeostatis,
110 I Pengantar Pendidikan Psikologi
Ulfiani Rahman

tetapi melibatkan keinginan yang terus-menerus


untuk memenuhi potensi, untuk menjadi semua yang
kita bisa.

Dalam penelitiannya mengenai orang yang mencapai


aktualisasi diri, Maslow menggunakan metode
kualitatif yang disebut analisis biografi untuk
mengetahui aktualisasi diri seseorang. Orang-orang
yang mencapai aktualisasi diri juga memiliki cara
yang berbeda berhubungan dengan orang lain.
Mereka menikmati kesendirian, dan merasa nyaman
dengan kesendiriannya, mereka juga menikmati
hubungan pribadi dengan beberapa teman dekat dan
anggota keluarga secara mendalam .

Maslow (1954) menyusun hirerarki kebutuhan. Di


dalam hirarki ini, ia menggunakan suatu susunan
piramida untuk menjelaskan dorongan atau
kebutuhan dasar yang memotivasi individu.
Kebutuhan yang paling dasar, yakni kebutuhan
fisiologis akan makanan, air, tidur, tempat tinggal,
ekspresi seksual, dan bebas dari rasa nyeri, harus
dipenuhi pertama kali. Tingkat kedua adalah
kebutuhan akan keselamatan, keamanan, dan bebas
dari bahaya atau ancaman kerugian. Tingkat ketiga
ialah kebutuhan akan mencintai dan memiliki, yang
mencakup membina keintiman, persahabatan, dan
dukungan. Tingkat keempat ialah kebutuhan harga
diri, yang mencakup kebutuhan untuk dihormati dan
dihargai orang lain. Tingkat yang paling tinggi ialah
aktualisasi diri, kebutuhan akan kecantikan,
kebenaran, dan keadilan.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 111


Ulfiani Rahman

Maslow menyajikan hipotesis bahwa kebutuhan


dasar di tingkat paling bawah piramida akan
mendominasi perilaku individu sampai kebutuhan
tersebut dipenuhi, kemudian kebutuhan tingkat
selanjutnya menjadi dominan.

Maslow menggunakan istilah aktualisasi diri untuk


menjelaskan individu yang telah mencapai semua
kebutuhan hirarki dan mengembangkan potensinya
secara keseluruhan dalam hidup.

Teori Maslow menjelaskan bahwa perbedaan


individu terletak pada motivasinya, yang tidak selalu
stabil seanjang kehidupan.Lingkungan hidup yang
traumatic atau kesehatan yang terganggu dapat
menyebabkan individu mundur ke tingkat motivasi
yang lebih rendah.

112 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

Morality, Creativity, Spontanity, Problem


Solving, lack of prejudice, acceptance of
fact 5

self esteem, confidence, achivement, respect


of others, respect by others 4

friendship, family, sexual intimacy 3

security of body, of employment, of resources, of


morality, of the family, of health, of property 2

breathing, food, water, sleep, homeostatis, excretion 1

Secara berurutan dapat dilihat hierarki kebutuhan Maslow:


1. Kebutuhan fisiologis (physiological)
2. Kebutuhan rasa aman (safety)
3. Kebutuhan rasa cinta (love/belonging)
4. Kebutuhan dihargai (esteem)
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization)

e. Kedudukan Pengasuhan Dalam Teori

Dalam pendekatan humanistik, orang tua diajarkan


untuk mencerminkan perasaan anak-anak mereka

Pengantar Pendidikan Psikologi I 113


Ulfiani Rahman

dan membantu mereka tumbuh dalam kesadaran diri


dan pemahaman., serta memfasilitasi kematangan
psikologis anak-anak mereka.

Abraham Maslow melengkapi pemikiran tersebut


dengan teori motivasi. Menurutnya., potensi-potensi
unik seorang anak akan muncul apabila diberi
motivasi dengan cara penyampaian wawasan., contoh
orang tua, pergaulan dengan teman lain., maupun
pengalaman langsung.

Dalam praktik pengasuhan, orang tua dianggap


sebagai fasilitator yaitu menyediakan lingkungan
dan sarana belajar anak untuk mengembangkan
potensinya. Semakin dipenuhinya fasilitas yang
dibutuhkan anak, akan semakin berkembang
potensi-potensi yang dirniliki seorang anak.

Selain itu, orang tua harus berperan sebagai


motivator.Peran ini dilakukan dengan memberikan
dorongan dan dukungan bagi berbagai hal yang
menjadi m.inat seorang anak.Apabila anak
melakukan kekeliruan tidak disalahkan atau
disudutkan tetapi diberikan bimbingan dengan
kalimat-kalimat yang membangkitkan semangat.
Sehingga anak terpacu untuk melakukan tugasnya
dan semakin tinggi tingkat pengaktualisasiannya.

f. Kelebihan dan Kelemahan Teori Humanistik


1. Kelebihan Teori Humanistik
a. Selalu mengedepankan akan hal-hal yang
bemuansa demokratis., partisipatif-dialogis
dan humanis.

114 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman
b. Suasana pembelajaran yang saling
menghargai, adanya kebebasan
berpendapat, kebebasan mengungkapkan
gagasan.
c. Keterlibatan peserta didik dalam berbagai
aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah
kemampuan hidup bersama (komunal-
bermasyarakat) diantara peserta didik
yangtentunya mempunyai pandangan
yang berbeda-beda.

2. Kelemahan Teori Humanistik


Teori tidak bisa diuji dengan mudah. Banyak
konsep dalam psikologi humanistik, seperti
misalnya orang yang telah berhasil
mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram
dan subjekPsikologi humanistik mengalami
pembiasan terhadap nilai individualistis.

Kesimpulan

Secara singkat, pendekatan humanistik dalam


pendidikan menekankan pada perkembangan positif.
Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia
untuk mencari dan menemukan kemampuan yang
mereka punya dan mengembangkan kemampuan
tersebut. Hal ini mencakup kemampuan
interpersonal sosial dan metode untuk
pengembangan diri yang ditujukan untuk
memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan
juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan
membangun diri secara positif ini menjadi sangat
penting dalam pendidikan karena keterkaitannya
dengan keberhasilan akademik .
Pengantar Pendidikan Psikologi I 115
Ulfiani Rahman

BAGIAN KEEMPAT

FAKTO'R � FAKTO'R YANG


MEMPENGA'RUllI 'B£LAJA'R

•!• Faktor Internal


• Fisiologis
• Psikologis
•!• Faktor eksternal
• Sosial
• NonSosial

116 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

A. Faktor Internal dalam Belajar

Dalam belajar, ada beberapa faktor yang bisa


mempengaruhi iaitu: faktor internal, faktor eksternal, gaya
belajar.
1. Faktor internal meliputi aspek fisik dan aspek psikis.
a. Aspek fisik yang mempengaruhi belajar adalah aspek
fisiologis berupa kesehatan jasmani. Jasmani yang
sehat akan mempengaruhi keberhasilan seseorang di
dalam menjalani pekerjaan, termasuk studi. Seorang
yang sehat secara jasmani, seperti tidak buta, tidak
tuli, pusing, sakit kepala, dan lain-lain, akan dapat
mempengaruhi konsentrasi seseorang di dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
b. Aspek Psikologis adalah aspek yang bersifat
rohaniah meliputi beberapa hal, antara lain:
1) Intelegensi. Berbagai perdebatan muncul
berkaitan dengan intelegensi. Pertanyaan yang
sering muncul adalah apakah setiap individu
memiliki kemampuan mental yang banyak atau
hanya spesifik? Jawapan yang sering muncul dari
hal ini terlihat di dalam memahami makna
intelejensi itu sendiri. JG;Litu kemampuan psiko-
fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan
cara yang tepat (Reber, 198.B). Santrock juga
mengemukakan definisi tentang intelegensi iaitu
keahlian memecahkan masalah dan kemampuan
untuk beradaptasi pada, dan belajar dari
pengalaman hidup sehari-hari. Lalu mengikuti
pendapat tradisi, kecerdasan adalah keupayaan
mental seseorang individu yang dapat �ur.
Alfred Binet berhasil membuat uji kecerdasan
yang dikenal dengan skala (1905) seperti menguji

Pengantar Pendidikan Psikologi I 117


Ulfiani Rahman

kecerdasan siswa dengan berdasarkan ingatan


mereka dari aspek kemampuan menyentuh dan
membuat desain hingga kemampuan
mendefinisikan konsep yang abstrak. Kemudian
William Stern (1912) memperkenalkan konsep
tingkat kecerdasan intelegensi quotient (IQ) dan
berhasil membuat suatu rumus:

UmurMental
Tingkat Kecerdasan = --------x 100
Umur Kronologis/
sebenarnya

Seorang anak laki-laki berumur 5 tahun dengan


usia mental 4 tahun, ketika berumur 10 tahun, dia
memiliki usia mental 8 tahun; selama masa
kanak-kanak, usia mentalnya akan selalu berada
di sekitar 80% dari umur kalendemya.
Satu catatan penting berdasarkan pada hasil-hasil
tes kecerdasan bahwa kecerdasan berkembang
hingga usia 14-15 tahun dan akan melemah pada
usia 16 tahun. Ini hampir mirip dengan
pertumbuhan tinggi badan anak. Namun tidak
berarti bahwa pengalaman orang dewasa serta
pengetahuan yang climilikinya tidak lebih efektif
dalam mengatasi persoalan-persoalan hidup.
Kemampuan seseorang dalam memecahkan
masalah tidak hanya bergantung pada
kecerdasan semata, tetapi seringnya masalah
dihadapi dan adanya rasa percaya diri yang
dimiliki, sehingga semakin bertambah usia maka
pengetahuan dan pengalaman dapat
mempengaruhi kecerdasan dan berbeda ketika
masa kanak-kanak. Tetapi tidak selalu demikian

118 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

adanya. Artinya meskipun seseorang sudah


berumur dewasa tetapi tidak mampu menangkap
secara positif pengetahuan yang dimiliki dan
pengalaman yang dilalui.
Pemahaman tentang seputar kecerdasan yang
demikian kemudian berkembang kepada
kecerdasan pelbagai (multiple inteligency).
Kecerdasan ini awal mula dikenalkan oleh
L.I. Thurstone pada tahun 1938 dengan 7 jenis
kecerdasan yang bisa dijumpai pada seseorang.
Di antara kecerdasan tersebut adalah
kemampuan verbal, matematika, fasih berkata-
kata atau berbahasa, kecerdasan visual ruangan
atau spasial, memory asosiatif, pemikiran logikal
dan persepsi kecepatan (dalam Mook Soon Sang,
2010). Kemudian Howard Gardner yang juga
seorang dosen di Harvard University
mengembangkan kecerdasan tersebut dengan
mencoba untuk memberikan definisi yang
mengakomodir berbagai-bagai kemampuan atau
kecerdasan seseorang yang berbeda-beda
tersebut berdasarkan pada bakat dan minat orang
secara spesifik. Pada dasarnya, manusia memiliki
beberapa kecerdasan utama sesuai dengan
pembagian kecerdasan pada otak kita. Berikut
bisa disimak 9 kategori kecerdasan manusia
dimaksud.

Dari hal tersebut maka definisi tentang


intelegensi merefleksikan kekuatan masing-
masing kerangka fikir (Campbell, Campbel &
Dickinson, dalam Santrock 2007), meliputi:

Pengantar Pendidikan Psikologi I 119


Ulfiani Rahman

•!• Kecerdasan Verbal, iaitu kemampuan untuk


berpikir dengan kata dan menggunakan
bahasa untuk mengekspresikan makna.
Contohnya: wartawan, reporter, pembicara,
penulis.

•:• Kecerdasan Matematika, iaitu kemampuan


untuk menyelesaikan operasi matematika.
Kecerdasan Matematis-Logis ini menunjuk
pada kecerdasan dalam hal angka dan logika,
Mereka yang memiliki kecerdasan ini
memiliki kemampuan berpikir yang
sistematis deduktif dan induktif, mereka juga
lebih cepat tanggap dengan masalah, dia
bekerja secara berurutan a tau
sistematis. Profesi yang cocok bagi mereka
seperti ilm.uwan, akuntan, programmer,
insinyur. Ciri-ciri: Mudah membuat
klasifikasi dan kategorisasi, berpikir dalam
pola sebab akibat, menciptakan hipotesis,
pandangan hidupnya bersifat rasional.

•:• Kecerdasan Visual-Spasial, iaitu digambarkan


sebagai kecerdasan yang dimiliki seseorang
untuk berpikir 3 dimensi seperti bidang
arsitek, seni rupa, pelaut.
Kecerdasan Visual-Spasial mencakup berpikir
dalam gambar, serta mampu untuk
menyerap, mengubah dan menciptakan
kembali berbagai macam aspek visual. Profesi
yang cocok bagi mereka seperti arsitek,
fotografer, designer, pilot, insinyur.
Ciri-ciri : Kepekaan tajam untuk detail visual,
keseimbangan, warna, garis, bentuk dan
120 I Pengantar Pendidikan Psikologi
Ulfiani Rahman

ruang, mudah memperkirakan jarak dan


ruang, membuat sketsa ide dengan jelas.

•!• Kecerdasan tubuh-kinestetik, iaitu


kemampuan untuk memanipulasi objek dan
cerdas dalam hal-hal fisik. Seperti penari,
atlet, pengrajin, bahkan ahli bedah.
Kecerdasan menggunakan tubuh atau gerak
tubuh untuk mengekspresiakan gagasan dan
perasaan. Orang yang memiliki kecerdasan
ini biasanya cepat menghafal atau meniru
gerak tari yang dilihatnya, dan tubuhnya
lues dalam melakukan gerakan. Profesi yang
cocok bagi mereka seperti atlet, pengrajin,
montir, menjahit, merakit model.
Ciri-ciri Menikmati kegiatan fisik
(olahraga), cekatan dan tidak bias tinggal
diam, berminat dengan segala sesuatu yang
berkaitan dengan gerak dinamis.

•!• Kecerdasan Linguistik adalah kecerdasan


dalam mengolah kata-kata secara efektif baik
bicara ataupun menulis. Mereka yang
memiliki kecerdasan ini akan mudah
memahami bacaan dan suka menulis,
mampu mengapresiasikan apa yang dia
baca, mampu berkomunikasi dua arah.
Profesi yang cocok bagi mereka seperti
jurnalis, penyair, pengacara.
Ciri-ciri Dapat berargumentasi,
meyakinkan orang lain, menghibur atau
mengajar dengan efektif lewat kata-kata,
membaca dan dapat mengartikan bahasa
tulisan dengan jelas.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 121


Ulfiani Rahman

•:• Kecerdasan Musikal adalah kecerdasan


untuk mengembangkan, mengekspresikan
dan menikmati bentuk musik dan suara.
Orang yang memiliki kecerdasan uu
biasanya mudah menghafal lirik lagu, dan
menciptakan nada-nada yang indah. Profesi
yang cocok bagi mereka seperti konduktor,
pencipta lagu, penyanyi dan sebagainya.
Ciri-ciri : Peka nada dan menyanyi lagu
dengan tepat, dapat mengikuti irama,
mendengar music dengan tingkat ketajaman
lebih.

•:• Kecerdasan Interpersonal adalah kecerdasan


untuk mengerti dan peka terhadap perasaan,
intensi, motivasi, watak dan temperamen
orang lain. Mereka cenderung memiliki
kelebihan dalam gabungan antara
perkembangan dan pertumbuhan tingkat
kematangan dua sisi (pribadi dan
kemampuan). Profesi yang cocok bagi
mereka seperti networker, negosiator, guru ..
Ciri-ciri : Menghadapi orang lain dengan
penuh perhatian, terbuka, menjalin kontak
mata dengan baik, menunjukan empati pada
orang lain, mendorong orang lain
menyampaikan kisahnya.

•:• Kecerdasan Intrapersonal adalah


kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri
dan mampu bertindak secara adaptif
berdasar pengenalan diri. Mereka juga
memiliki kemampuan memahami diri

122 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

sendiri. Profesi yang tepat bagi mereka


adalah konselor, psikolog dan teolog. Ciri-
ciri : Membedakan berbagai macam emosi,
mudah mengakses perasaan sendiri,
menggunakan pemahamannya untuk
memperkaya dan membimbing hidupnya,
mawas diri dan suka meditasi, lebih suka
kerja sendiri.

•!• Kecerdasan Naturalis adalah kecerdasan


memahami dan menikmati alam dan
menggunakanya secara produktif dan
mengembangkam pengetahuan akan alam.
Mereka juga memiliki kecerdasan melebihi
orang lain dalam melatih diri secara
otodidak. Profesi yang tepat bagi yang
memiliki kecerdasan ini di antaranya
petani, nelayan, pendaki, dan pemburu.
Ciri-ciri : Mencintai Iingkungan, mampu
mengenali sifat dan tingkah laku binatang,
senang kegiatan di luar (alam).

•!• Kecerdasan Eksistensial adalah kecerdasan


untuk menjawab persoalan-persoalan
terdalam eksistensi atau keberadaan
manusia. Kemampuan menyeimbangkan
moral, iman dan subjektifitas. Mereka cocok
untuk profesi filsuf, teologi.
Ciri-ciri : Mempertanyakan hakekat segala
sesuatu, mempertanyakan keberadaan peran
diri sendiri di alam/ dunia.

Dampak dari teori kecerdasan majemuk ini dapat dilihat


pada aspek bahasa misalnya, seseorang yang pandai bahasa
Pengantar Pendidikan Psikologi I 123
Ulfiani Rahman

maka akan mudah memahami pelajaran Iain. Tetapi kadang


ditemukan bahwa di sekolah pada umumnya pembelajaran
mengandalkan kognitif, padahal masih ada kecerdasan lain
yang juga memiliki peran yang penting dan perlu
diperhatikan. Menurut Gardner, orang yang intelegensinya
baik, maka biasanya prestasinya juga baik. Semakin tinggi
intelegensi seseorang, semakin besar peluang untuk sukses.

2). Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki


seseorang untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak
bergantung pada upaya pendiclikan dan latihan.
Ini mempengaruhi prestasi belajar.
Contoh: anak yang berbakat dalam menulis, akan
mudah melakukan pekerjaan tulis menulis dibandingkan
dengan anak-anak lainnya.

3). Motivasi adalah keadaan internal organism yang


mendorong melakukan sesuatu. Motivasi terbagi
menjadi 2 yaitu:
a. motivasi intrinsik, keadaan dari dalam diri individu,
terdiri dari dorongan dan minat individu untuk
melakukan suatu aktivitas tanpa berharap adanya
ganjaran. Misalnya, perasaan menyenangi materi
pelajaran dan kebutuhan terhadap materi tersebut.
Tetapi ada juga motivasi intrinsik yang berasal dari
proses belajar dan pengalaman. Contohnya
memainkan alat muzik adalah dorongan yang
dibentuk melalui proses belajar

a. Motivasi ekstrinsik adalah keadaan dari luar diri


individu untuk melakukan aktivitas: contoh, pujian,
hadiah & teladan guru, membentuk iklim belajar
yang kondusif.

124 I Pengantar Pendidikan Psikologi


UHiani Rahman

Berdasarkan hal tersebut, ada dua faktor yang


mempengaruhi motivasi iaitu:
1. Motivasi dan minat.
Motivasi ialah dorongan dari dalam yang menimbulkan
perubahan tingkah laku. Perubahan perilaku yang
ditimbulkan oleh motivasi berpusat pada aktivitas. Jika
aktifitas tersebut memuasakan maka individu
cenderung mengulang-ulangnya.
Sementara Minat yang menggerakkan arah aktiviti
adalah lebih bertumpu dan objek ditumpukan adalah
lebih nyata. Contoh: seseorang murid suka melukis
karena mendapat kepuasan akan terus menerus melukis
hingga mengabaikan mata pelajaran lain sebab m.inat
khususnya.

2. Motivasi dengan Naluri dan Inkuri


Naluri ingin tahu sebagai motivasi atau penggerak
untuk mendapatkan sesuatu. Contonya, seorang anak
yang baru bertemu sesuatu yang baru, biasanya
cenderung ingin mendekatinya untuk mendapatkan
informasi. Ini menunjukkan bahwa naluri ada dan
melekat pada diri seseorang. Tetapi timbul akibat
rangsangan dari lingkungan. Sementara naluri inkuiri
(explorasi) sebagai motivasi dapat ditunjukkan dengan
munculnya berbagai-bagai tingkah Iaku seperti
mencoba, menjelajah, mencipta, mendesain.

3. Motivasi dengan Desakan dan Kebutuhan


Kedua-dua kata desakan dan kebutuhan merupakan
sumber motivasi. Desakan timbul karena adanya
kebutuhan fisiologis yang tidak terpenuhi. Sedangan
kebutuhan adalah keinginan memenuhi kekurangan
seseorang, baik dari segi fisiologis mahupun psikologis.
Secara fisiologis dicontohkan seorang yang merasakan

Pengantar Pendidikan Psikologi I 125


Ulfiani Rahman

lapar maka akan termotivasi berperilaku mencari


makanan ataupun minuman. Secara psikologis
misalnya seseorang yang kekurangan zat makanan akan
menimbulkan motivasi kelaparan. Biasanya, tingkah
laku yang muncul berasal dari berasal dari moti.vasi
yang ditimbulkan karena kebutuhan dan rangsangan.

4. Motivasi dengan Sikap, Harapan dan Aspirasi


Sikap dibentuk dari adanya kefahaman, perasaan dan
tindakan. Seseorang yang bersikap positi.f terhadap
suatu aktivitas pembelajaran, maka akan memoti.vasi
perasan dan tindakannya ke aarah menjalankan
kati.vitas tersebut secara aktif dan bermakna.
Harapan merujuk kepada prediksi seseorang terhadap
suatu hal, apakah akan berlaku ataupun ti.dak. Jika
harapan tidaks sesuai dengan pengalama kogniti.f dan
perasannya, maka seseorang akan mengalami
ketidakseimbangan dan rm dapat menimbulkan
motivasi untuk mengubah tingkah laku.
Lalu tahap aspirasi menunjuk · kepada penilaian
subyektif iaitu sejauh mana objektif pencapaian atas
sesuatu ketja atau tugas yang dilakukan.

4). Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap


sesuatu, misalnya siswa berminat terhadap matematika
akan memusatkan perhatiannya lebih banyak untuk
belajar lebih giat dari pada siswa lainnya.

5). Sikap yaitu gejala internal yang berdimensi afekti.f


berupa kecenderungan untuk merespon dengan cara
yang relative tetap terhadap objek orang, barang, dan
sebagainya baik secara + maupun -

B. Faktor Ekstemal

126 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

Faktor Ekstemal merupakan faktor yang mempengaruhi


belajar yang berasal dari luar, seperti:
a. lingkungan sosial sekolah yaitu: guru dan staff,
keluarga, teman kelas, masyarakat.
1). Institusi keluarga memegang peranan penting bagi
perkembangan manusia. Hal ini dapat dilihat dari iklim
rumah, makanan, asuhan dan status sosio ekonomi.
Seorang anak yang tumbuh dalam keluarga yang
harmonis, penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya
maka akan lahir seorang anak yang memiliki emosi
yang baik juga.
Tak terkecuali dari makanan yang dikonsumsi seorang
anak pun akan mempengaruhi kemampuan kognitifnya
secara baik, keseimbangan motorik akan bertumbuh
dan berkembang sesuai usianya bahkan dengan
makanan yang bergizi yang dikonsumsi seorang anak,
akan sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya yang
berjalan sesuai harapan.
Selain itu juga, pola asuhan (outoritative, otoriter,
neglected dan permissive) yang dikembangkan orang
tua dalam membesarkan anak-anaknya akan sangat
mempengaruhi perkembangan jiwanya, dan hal ini
akan dapat berpengaruh kepada kemampuannya
berkomunikasi dengan orang lain (kemampuan
interpersonal) serta kemampuan mengelola dirinya
sendiri (kemampuan antarpersonal).
Faktor sosio ekonomi juga akan sangat membantu
proses tumbuh kembang seseorang. Betapa tidak,
adanya jurang yang tinggi antara kebutuhan hidup
dengan kemampuan memenuhi kebutuhan tersebut
yang bersandar pada penghasilan orang tua, akan
sangat mempengaruhi tumbuh kembang seseorang.
Apalagi jika disertai dengan pengetahuan dan

Pengantar Pendidikan Psikologi I 127


Ulfiani Rahman

pengalaman yang baik dalam mengelolanya, maka akan


didapati. lahimya seorang anak yang memiliki pikiran
dan perasaan yang berkualitas. Faktor ini juga dapat
memberi pengaruh kepada pemilihan pendidikan yang
bermutu.

2). Teman sebaya. Bagi seorang anak, kehadiran teman


sebaya dalam kehidupan mereka adalah mutlak
adanya. Seperti. kemampuan inteleknya, emosi dan
sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia dikaruniai
kemampuan oleh Tuhan untuk hidup bersosialisasi, di
mana antara satu orang dengan orang yang lain akan
saling mempengaruhi. Misalnya dalam hal sopan
santun, seorang anak dapat belajar dari teman
sebayanya dalam menerapkan nilai-nilai yang positif.
Demikian pula dalam mengembangkan intelektualnya
serta potensinya ke tahap optimum, seorang anak
dapat belajar dari lingkungan pergaulannya.

3). Guru dan staf. Pengaruh guru dalam proses


pembelajaran memegang peranan penting bagi
tumbuh kembang anak (fisik, intelek, emosi dan
sosialnya). Dari gurulah, seorang anak mendapatkan
pengajaran secara formal setelah dari rumah sebagai
madrasah utama bagi seseorang sebelum masuk ke
sekolah. Makanya sangat penti.ng bagi guru untuk
menunjukkan keteladanannya, baik dari segi perilaku,
sikap, pengetahuan, perasaan dan pemikirannya. Guru
yang berpikir tentang pengembangan pendidikan dan
selalu berorientasi pada peningkatan kualitas, akan
melahirkan siswa yang memiliki keharmonisan dan
keseimbangan dari aspek-aspek tersebut (intelek,
rohani, emosi dan jasmani. Dengan demikian, sedapat
mungkin seorang guru dapat mendorong setiap anak

128 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

yang dihadapi untuk belajar karena antara satu dengan


lainnya memiliki perbedaan kemampuan-kemampuan.
Namun tidak berarti bahwa perbedaan tersebut akan
melahirkan juga guru yang membedakan siswa di
dalam kelas, kecuali bagi siswa yang memerlukan
perlakuan khusus di dalam menjalankan studinya.
Misalnya anak berkebutuhan khusus. Selain guru, staf
selaku pegawa administrasi di sekolah, sangat
memiliki peran bagi keberlangsungan administrasi
yang baik. Bantuan para staf dalam mensukseskan
proses pembelajaran juga akan sangat berpengaruh
pada keberadan siswa-siswa di sekolah. Sehingga staf
yang baik, tentu akan membantu memperhatikan tugas
guru di sekolah.

4). Masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial, sudah


menjadi kudratnya untuk bersosialisasi. Lingkungan
setelah rumah dan sekolah yang diperoleh seseorang
dalam pertumbuhan dan perkembangannya adalah
masyarakat yang lebih kompleks. Seorang anak akan
bertemu dengan orang yang lebih tua dari darinya dan
orang yang lebih muda. Sehingga dengan
heterogenitas individu yang dihadapi, akan memberi
pengaruh pada pengalaman tersendiri bagi diri
seseorang. Hanya saja,guna mendapatkan kehidupan
bermasyarakat yang mendukung cita-cita keluarga
yang baik, maka setiap keluarga wajib menciptakan
lingkungannya secara harmonis, menciptakan aturan-
aturan main yang tidak merugikan orang lain,
menciptakan perdamaian dalam bermasyarakat.
Karena bagaimanapun juga, seorang anak yang baru
berinteraksi dengan masyarakat lebih luas akan
merekam semua peristiwa yang terjadi, baik yang baik-
baik ataupun yang buruk. Mereka mengambil

Pengantar Pendidikan Psikologi I 129


Ulfiani Rahman

pelajaran dan menjaclikannya pengalaman untuk


diterapkan dalam kehidupannya. Oleh karena itu,
setiap orang dalam keluarga perlu membangun
komunikasi yang saling menghargai, menghormati
ketika berinteraksi dengan orang lain sehingga
terwujud lingkungan yang harmonis tanpa saling
menindas ataupun membuat ketersinggungan dengan
orang lain.

b. Lingkungan non sosial yaitu: rumah, gedung sekolah


dan letaknya, alat belajar, cuaca, dan waktu belajar.
Berkaitan dengan point-point tersebut, faktor non sosial
ini juga sangat berpengaruh terhadap pembelajaran.
1). Rumah. Letak Rumah dengan lingkungan yang
bersih akan dapat membantu . seseorang di dalam
belajar dengan tenang, sihat karena berbagai
penyakit dapat timbul jika lingkungan rumah
berada di daerah yang kurang bersih atau kumuh.
Biasanyanya, masyarakat kelas menengah ke
bawah tampak kurang memperhatikan pentingnya
kebersihan lingkungan sebagai salah satu faktor
yang menentukan kesuksesan belajar. Namun saat
rm terlihat antusiasme masyarakat dalam
memperhatikan kebersihan lingkungan. Kemajuan
teknologi informasi membuat orang semakin
teredukasi dan memiliki kesadaran yang relatif
berkembang dalam mewujudkan lingkungan yang
bersih.

2). Gedung sekolah. Letak gedung dan kondisi gedung


sekolah turut menjadi faktor ekstemal penunjang
kesuksesan belajar. Hal ini terlihat· dari lokasi
gedung yang berada di pusat-pusat keramaian
dapat mempengaruhi konsentrasi siswa dalam
130 I Pengantar Pendidikan Psikologi
Ulfiani Rahman

belajar. Misalnya, dekat pasar, dekata stadion,


dekat pusat-pusat perbelanjaan. Demikian pula
dengan letak sekolah yang kurang strategis, akan
memberi dampak bagi kelelahan baik bagi siswa
sendiri mahupun bagi pengantarnya, dan tentu saja
pilihan-pilihan sekolah akan sangat ditentukan
pada tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam
proses pembelajaran. Sedangkan kondisi gedung
sekolah yang kurang baik pun dapat
mempengaruhi konsentrasi siswa di dalam belajar.
Misalnya, atap sekolah yang bocor akan sangat
mengganggu proses pembelajaran di kala hujan
tiba, dinding-dinding yang sudah kusam juga
dapat mempengaruhi keghairahan di dalam
belajar, lantai yang masih belum berkeramik
ataupun keramik yang sudah pecah-pecah, dan
masih banyak lainnya, semuanya memberi andil
bagi pelasksanaan pembelajaran yang baik.

3). Alat pembelajaran. Minimnya fasilitas yang dimiliki


sekolah menjadi faktor penunjang kurang
berhasilnya proses pembelajaran. Apalagi jika para
guru kurang krestif dan memiliki visi
pengembangan sekolah, maka tentu sulit
mengharapkan pencapaian hasil belajar yang
maksimal.

4). Cuaca dan Waktu Belajar. Cuaca yang bersahabat


tentu sangat dinantikan bagi setiap siswa yang
belajar dan guru yang mengajar. Misalnya tidak
hujan deras dan atau matahari yang tidak terlalu
terik pada saat belajar di siang hari, apalagi jika
dalam keadaan panas, kipas angin ataupun
ventilasi yang kurang berfungsi baik akan dapat

Pengantar Pendidikan Psikologi I 131


Ulfiani Rahman

mempengaruhi rendahnya konsentrasi belajar.


Selain itu, waktu belajar selain dalam kegiatan
pembelajaran formal bagi setiap orang berbeda-
beza. Oleh karena itu hendaknya setiap orang
mengenali kapan waktu yang tepat baginya di
dalam belajar, apakah di pagi hari, siang hari,
ataupun malam hari. Hal ini sangat berpengaruh
pada munculnya pemahaman yang baik di dalam
menelaah materi pelajaran.

132 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

Pengantar Pendidikan Psikologi I 133


Ulfiani Rahman

BAGIAN KELIMA

LUPA VALAM gEL.,4JAR

•!• Definisi lupa


•!• Faktor-Faktor penyebab Lupa
•!• Cara menga tasi I u pa

134 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

Peta Konsep

Faktor-Faktor Cara mengurangi


Penyebab Lupa: lupa:
1. Ganguan konflik 1. Overlearning
informasi dalam (belajar lebih)
sistem memori 2. Extra study time
2. Ada tekanan (tambahan waktu
3. Perubahan belajar)
_lingkungan 3. Mneumonic
4. Perubahan sikap - Device (Ryma,
&mjnat . Singkatan, Sistem
5 . - Materitldak . l<cl.ta.-Pasak,;
-----·-'.·-·__ - g,- -ulan
..-diulan '. -- ·:·-fi, _ M�tod�_ Los��
: I6 •.. Reru.bahan urar - - :S - .stem Ka:ta - -
. . :sy�af--�tal<-; .... y{�J<"" :- · ..

a. Lupa dalam belajar

Salah satu persyaratan untuk pembelajaran yang


berhasil adalah bahwa siswa harus belajar aktif. Mereka
diharapkan tidak sibuk dengan pengulangan mekanis
semata. Biasanya pengulangan diperlukan tetapi tidak
cukup dengan sendirinya, harus ada usaha untuk belajar.
Seorang anak biasanya memiliki daya ingat yang
baik pada satu hal atau satu mata pelajaran, tetapi memiliki
daya ingat yang kurang dalam bidang yang lain. Hal ini
tetjadi antara lain karena adanya perbedaan minat yang
dimiliki setiap orang serta rendahnya perhatian terhadap

Pengantar Pendidikan Psikologi I 135


Ulfiani Rahman

fakta-fakta itu dan menyebabkan kita menyambut sebagian


dan hanya bertoleransi terhadap sebagian yang lain.
Adanya kemampuan menyimpan yang begitu
banyak informasi, kemungkinan amat seclikit dari informasi
itu yang dapat di munculkan kembali. Sehingga dapat
dipahami bahwa tetjadinya lupa bukan berarti adanya
kegagalan menyimpan, tetapi menunjukkan
ketidakmampuan untuk memanggil kembali. Namun
sebagai guru, kemampuan memanggil kembali informasi ·
yang sudah tersimpan, akan mengatasi kesulitan dan
keriangan dalam pencapaian, maka pemanggilan kembali
sangat dimungkinkan. Sebaliknya, apabila pembelajaran
tidak menyenangkan karena ada kejenuhan. Maka
kekurangan prestasi atau bahkan hukuman yang diperoleh,
maka pemanggilan kembali sukar dilakukan. ltulah antara
lain penyebab terjadinya lupa.
Masalah lupa sangat berkaitan dengan ingatan.
Menurut Atkinson dan Shiffrin (1971) ingatan dapat dibagi
ke dalam tiga komponen, iaitu:
a. Ingatan sensori, iaitu komponen ingatan yang mampu
menerima informasi yang banyak yang terdapat di sekitar
dan diterima oleh organ deria manusia,kemudian diproses
melalui perhatian dan menyeleksi informasi yang tidak
pentingt tetapi hanya dapat disimpan secara singkat dan
sedikit sekitar 0,5-4 detik,
b. Ingatan jangka pendek, iaitu komponen ingatan yang
dapat menyimpan informasi tetapi hanya 20-30 detik.
Ingatan jangka pendek perlu dilatih secara berulang-ulang,
enkod, agar dapat memindahkannya ke ingatan jangka
panjang.
c. Ingatan jangka panjang, iaitu komponen ingatan yang
dapat menyimpan informasi dalam waktu lama ( kadang
beberapa tahun atau sepanjang hayatnya, bergantung
kepada jenis atau nilai informasi terhadap individu tersebut.
136 I Pengantar Pendidikan Psikologi
Ulfiani Rahman

Input sensori
(stimulasi)
Perhatian

1 r
vLUl ID• -·-·-i
'
Sensori
Pengamatan

•if

"'
latihan mengingat
Stor Ingatan
Jangka Pendek
a

...

.,.. ....,

Penyimpanan
Pindahan Kembali
Stor ingatan
Jangka Panjang
"
\.

Model Ingatan Pemrosesan Informasi


Lupa (Forgetting) · dapat diartikan sebagai hilangnya
kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali,
apa-apa yang sebelumnya telah di pelajari. Ataupun lupa
menunjuk kepada kegagalan seseorang di dalam menggali
atau mengingat kembali informasi yang telah disimpan di
gudang ingatan (Solso, 1988).

Pengantar Pendidikan Psikologi I 137


Ulfiani Rahman

Menurut Gulo (1982) dan Reber (1988)


mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal
atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau
dialami, tetapi bukan berarti hilang dari akal.
Dalam Alqur' an dinyatakan berbagai macam lupa,
seperti yang terdapat di dalam QS Al'ala (87; 6) yang
artinya:
Kami akan membacakan (Al Qur'an) kepadamu
(Muhammad) sehingga engkau tidak akan lupa.

QS Al I<ahfi (18; 63) yang artinya:


Dia (pembantunya) menjawab ketika kita mencari tempat
berlindung di batu tadi, maka aku lupa (menceritakan
tentang) ikan itu dan tidak ada yang membuat aku lupa
untuk mengingatnya kecuali syetan, dan (ikan)
itumengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.

QS At-Taubah (9; 67) yang artinya:


Orang-orang yang munafik laki-laki dan perempuan, satu
dengan yang lain adalah (sama) mereka menyuruh (berbuat)
yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan
mereka yang menggenggam tangannya (kikir). Mereka telah
melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka (pula).
Sesungghnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang
fasik.
Dalam Al Qur' an dinyatakan berbagai kisah-kisah yang
berhubungan dengan lupa. Seperti yang terdapat dalam
surah-surah berikut ini:

QS Al Baqarah; 2: 284
Artinya:
" Milik Allah-lab segala apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi. Jika kamu menyatakan apa yang ada
di dalam hatimu, atau kamu menyembunyikan, nescaya
138 I Pengantar Pendidikan Psikologi
Ulfiani Rahman

. Allah swt memperhitungkannya (tentang perbuatan itu)


bagim.u. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki
dan mengazab siapa yang dia kehendaki. Allah maha
kuasa atas segala sesuatu".

Hadits:
Artinya:
"Sesungguhnya Allah telah memaafkan kesalahan
ummatku yang tidak disengaja karena lupa dan yang
dipaksa melakukannya" (HR. lbnu Majah dan Baihaqi).

b. Faktor-Faktor Penyebab Lupa

Ada beberapa penyebab lupa yang dialami oleh seseorang


(Redzuan & Abdullah, 2008), antara lain
1. Gangguan konflik item informasi yang ada dalam
system memory. Dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Proactive Interference, yaitu: bila materi pelajaran
mirip satu sama lainnya. Sehingga materi yang
tersimpan di dalam subsistem akal mengganggu
masuknya materi pelajaran baru.

b. Retroactive Interference, yaitu: bila materi baru


membawa konflik dan gangguan terhadap
pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang
lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal
permanen

2. Lupa terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan


terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun
tidak. Hal ini tetjadi karena beberapa kemungkinan
(berdasarkan teori penekanan (Repression theory,
Reber, 1988)):

Pengantar Pendidikan Psikologi I 139


UHiani Rahman

a. Item informasi (pengetahuan, tanggapan, kesan,


dan sebagainya) yang diterima siswa kurang
menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja
menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
b. Item informasi yang baru secara otomatis menekan
item informasi yang telah ada.
c. Item informasi yang akan direproduksi ( diingat
kembali) tertekan ke alam bawah sadar dengan
sendirinya, sebab tidak pemah digunakan.

3. Lupa terjadi karena perubahan situasi lingkungan


antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali
(Anderson, 1990). Misalnya; belajar tentang bunga
mawar melalui media gambar, tetapi boleh jadi akan
lupa ketika berada di taman bunga dan menyaksikan
langsung bunga mawar tersebut.

4. Lupa tetjadi karena perubahan sikap dan minat


terhadap proses dan situasi belajar. Misalnya: ada
masalah di rumah sehingga penyerapan pelajaran
menjadi berkurang.

5. Karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak


pemah digunakan atau dihafalkan. Asumsi para ahli
bahwa materi yang dibuat demikian akan masuk ke
alam bawah sadar dan bercampur aduk dengan materi
pelajaran lain.

6. Lupa tetjadi karena perubahan urat syaraf otak. Siswa


yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan,
kecanduan alcohol dan gegar otak akan kehilangan
ingatan atas item-item informasi yang ada dalam
memory permanennya.

140 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

c. Cara Mengurangi Lupa dalam Belajar

Bebarapa cara yang dapat dipraktekkan untuk


meningkatkan daya ingat (Suharnan, 2005; Barlow, 1985;
Reber, 1988; Anderson, 1990):
1. Overlearning (belajar lebih):
Belajar melebihi batas penguasaan dasar atas rnateri
pelajaran tertentu.
Contoh: pembacaan teks Pancasila setiap hari senin,
akan mernungkinkan ingatan terhadap teks pancasila
lebih kuat
2. Extra Study Time (tambahan waktu belajar):
Penarnbahan alokasi waktu belajar atau penambahan
frekwensi (kekerapan) aktifitas belajar.
Contoh: Belajar 1 jam menjadi 11/i jam
Belajar sekali sehari menjadi 2x sehari
Mneumonic Device (Muslihat Memori)
Kiat khusus yang dijadikan "alat pengait" mental
untuk memasukkan item-item informasi ke dalam
sistern akal siswa.
Macamnya:
fl, RiniEl (Rhyme), sajak yang dibuet sedemikian
rupa yang isinya terdiri atas kata dun istilah yang
narus diingat slswa. Sajak ini akan lebih baik
pengaruhnya bila diberi not-not sehingga dapat
dinyanyikan
b. Singkatan, contoh: ANIM = Nabi Adam, Nabi
Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa
c. Sistem Kata Pasak (Peg Word System) = merah
saga, panas api, langit dan bumi,
d. Metode Losai (Method of Loci), contoh: nama
kampus universitas hasanuddin untuk
rnengingat nama pahlawan nasional asal kerajaan
Gowa di Sulawesi Sela tan.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 141


Ulliani Rahman

Chaos Kaos Kekacauan

f. Pengelompokan, yaitu: menataulang item-item


materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang
dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item
tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang
sama.
1). Daftar I terdiri dari Negara serumpun:
Indonesia, Brunei, Malaysia,
2). Daftar II terdiri dari singkatan lembaga
Negara: MPR, DPR
3). Daftar III terdiri dari singkatan nama badan
intemasional: WHO, ILO
g. Latihan Terbagi, yaitu: melakukan latihan-latihan
dengan alokasi waktu yang pendek dan dipisah-
pisahkan di antara waktu-waktu istirahat Hal ini
dilakukan, untuk menghindari belajar banyak
materi secara tergesa-gesa dalam waktu singkat.

h. Pengaruh Letak Bersambung, contoh: membuat


daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya)
yang diawali dan diakhiri dengan Huruf .dan ,
Wama yang mencolok agar tampak berbe4{ dar{
kata-kata yang tidak perlu diingat. 1

\
Selain itu Al Qur' an memberikan petunjuk tentarig cara
mengatasi lupa, antara lain:
a. Membentuk pola

142 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

b. Dalam belajar diharapkan tidak terburu-buru sehingga


ilmu pengetahuan yang diterima dapat tersimpan di
tempat penyimpanan yang baik, seperti yang terdapat
dalam QS Al Qiyamah (75; 18) yang artinya:
Apabila Kami telah selesai membacakannnya, maka
ikutilah bacaannya itu.
c. Materi yang dipelajari perlu terus diulang-ulang agar tidak
mudah hilang dari ingatan, seperti ditegaskan dalam QS
Al Qiyamah (75; 19) yang artinya:
Kemudian sesunggulmya Kami yang akan
menjelaskannya.
d. Hendaknya materi yang diterima dapat dipahami sebaik
mungkin sehingga akan mudah tersimpan dalam ingatan,
seperti dinyatakan dalam Al Qur'an (75; 20) yang artinya:
Tidak! Bahkan kamu mencintai kehidupan dunia.

F. Suplemen

Uraian materi di atas dapat disimpulkan bahwa lupa itu


setiap orang diharapkan mendapatkan makna belajar secara
komprehensip melalui interaksi antara individu dengan
lingkungan sehingga setiap orang akan dapat

Pengantar Pendidikan Psikologi I 143


'
Ulfiani Rahman

144 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

BAGIAN KEENAM

KQ'ENUtlAN VALAM 'BELf\TA'R

13evl,w:

•!• Definisi jenuh dalam belajar


•!• Faktor-faktor penyebab jenuh
•!• Cara mengatasai keletihan

Pengantar Pendidikan Psikologi I 145


Ulfiani Rahman

Peta Konsep

·-'.(\/:::=;:
Faktor-faktof · ,::: Cara meitgµI"��ti<
penyebab jentiJ:'ii keletihan dalaifi:; · ..,
al:I<eletillari: · belajar: .,
-- • Letih Indra • Istirahat & gin. i,.
:J,· Letih fisik cukup
:IJY-i:ii.J�etih mental •· Memperbaiki
jadual belajar
�A� Tata kembali
/ _ '. lingkungan
{;j/· ;i:-::P-�lajar _
iJi·.:.: .' ;ei¥s_ memotivasi
';wi:}V/6l���f�a� �e�jar
a. Definisi Jenuh

Secara harfiah, kejenuhan adalah padat atau penuh sehingga


tidak mampu lagi memuat apapun.
Jenuh dapat diartikan sebagai jemu, bosan.
Jenuh belajar = learning plateau
Kejenuhan belajar merupakan rentang waktu tertentu yang
digunakan untuk belajar tetapi tidak mendatangkan
hasil.(Reber dalam Syah, 2004).

Seseorang yang mengalami jenuh belajar, akan merasa


pengetahuan dan kecakapan yang diperolehnya dari belajar
tidak ada kemajuan. Selain itu, system akalnya tidak dapat

146 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

bekerja sebagaimana diharapkan dalam memproses arti.-arti.


informasi / pengalaman baru.

b. Faktor penyebab Kejenuhan

Kejenuhan belajar dapat melanda siswa yang kurang


motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat
keterampilan tertentu sebelum sampai pada tingkat
keterampilan berikutnya. Namun yang paling umum adalah
karena keletihan.
Keleti.han ada 3 macam (Hughes & Hughes, 2012):
a. Leti.h indra siswa
b. Letih fisik
c. Letih mental ( tidak dapat diatasi secara sederhana
seperti dua keletihan lainnya. Sehingga hal ini
menjadi penyebab munculnya kejenuhan belajar).

Ada 4 faktor keleti.han mental muncul:


a. Siswa cemas terhadap dampak negative keleti.han.
b. Kecemasan siswa terhadap standard keberhasilan
bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi
terutama saat siswa tersebut seakan merasa bosan
dengan bidang yang sedang dipelajari.
c. Karena siswa berada ditengah-tengah situasi
kompetitif yang ketat menuntut kerja intelek yang
berat.
d. Karena siswa mempercayai kerja kademik yang
optimum, sedangkan diri sendiri . . . belajar sendiri
hanya berdasarkan ketentuan yang ia buat

Dalam Al Qur' an dinyatakan tentang kejenuhan antara lain:


QS Al Imran; 3: 79
Artinya:

Pengantar Pendidikan Psikologi I 147


Ulfiani Rahman

"Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab


oleh Allah swt serta hikmah dan kenabian , kemudian
dia berkata kepada manusia "Jadilah kamu
penyembahku", bukan penyembah Allah teapi ( dia
berkata), "Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah
karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu
mempelajarinya".

3. Cara mengatasi keletihan (Hughes & Hughes, 2012)

a. Istirahat cukup, konsumsi makanan bergiszi


b. Pengubahan dan penjadwalan kembali jam-jam dari
hasil belajar yang dianggap lebih memungkinkan
untuk belajar
c. Menata kembali lingkungan belajar agar tidak bosan
d. Memotivasi siswa dan stimulasi baru agar siswa
terdorong untuk belajar giat.
e. Siswa berbuat nyata dengan mencoba belajar dan
belajar lagi.

Berdasarkan uraian materi tersebut di atas dapat dipahami


bahwa kejenuhan yang dirasakan setiap orang karena
kurang motivasi, kehilangan konsolidasi, dan adanya
keletihan. Ada 4 faktor munculnya keletihan mental dan ada
pula cara mengatasinya. ·

148 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

BAGIAN KETUJUH

1CESUUTAN VALAlvt 'BELf\.TAR,

•!• Definisi kesulitan belajar


•!• Faktor-Iaktor kesulitan belajar
•!• Mendiagnosa kesulitan
dalam belajar.
•!• Cara mengatasi kesulitan
dalam belajar.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 149


Ulfiani Rahman

PetaKonsep

Faktor-fakfr;ft\ .�]:./
mempeng�·<·
kesulitan dalam"
. Kesulitan daf�1l'i:;'o/i:... ,. . _pelajar:_ .·._ .·, ·._fl
. ·L::;;:Y,rlajar './._-, Faktor internal
•.><J:.·i�tor eksternal
�:J�w.r khusus
' /://=t�:-: ;�.·. - .

a. Definisi Kesulitan Belajar


Istilah kesulitan dalam belajar digunakan sebab lebih
optimistik dibandingkan dengan ketidakmampuan belajar
(learning disability) (Abdurrahman, 2003). lstilah kesulitan
belajar telah diadopsi secara luas dan lebih mengarah
kepada kesulitan dalam belajar seperti adanya gangguan
mendengarkan, menulis, membaca, berhitung, dan kesulitan
ini tidak mencakup individu yang memiliki problem belajar
yang penyebab utamanya dalah hambatan penglihatan,
pendengaran atau motorik, hambatan karena kemiskinan,
budaya, ekonomi, gangguan emosional (Abdurrahman,
2003).
Adanya berbagai definisi tentang kesulitan belajar namun
yang dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar memiliki
empat kriteria, iaitu: adanya disfungsi otak; kesulitan dalam

150 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

tugas-tugas akademik; prestasi belajar yang rendah, jauh di


bawah kapasitas intelegensi yang dimiliki; dan tidak
memasukkan sebab-sebab lain karena tunagrahita,
gangguan emosional, hambatan sensoris, kemiskinan dan
budaya.

b. Faktor Kesulitan Belajar

Ada beberapa faktor kesiulitan belajar yang dapat


mempengaruhi siswa (Aburrahman, 2003)
1. Faktor Internal Siswa: Keadaan yang muncul dari dalam
diri sendiri atau kekurangmampuan psiko-fisi.k siswa,
yaitu:
a. Bersifat kognitif (secara sederhana dapat dipahami
bahwa hal ini mencakup proses psikologis, yang
mana setiap anak berbeda dalam kemampuan
mental yang mendasari mereka memproses dan
menggunakan informasi, dan perbedaan tersebut
mempengaruhi proses sbelajar anak ).
b. Bersifat Afektif (Ranah rasa) = labilnya emosi dan
sikap
c. Bersifat Psikomotor (Ranah karsa) = terganggunya
alat-alat indra penglihatan dan pendengaran

2. Faktor Ekstemal Siswa:


a. Keluarga: Broken Home, rendah kehidupan
ekonomi. Pengaruh keluarga yang tidak
harmonis dapat mempengaruhi perkembangan
mental seseorang. Apalagi jika berada dalam
lingkungan keluarga yang memiliki kehidupan
ekonomi yang pas-pasan atau bahkan
berkekurangan. Hal ini dapat berdampak pada
melemahnya kemampuan seseorang dalam

Pengantar Pendidikan Psikologi I 151


Ulfiani Rahman

menyerap materi pembelajaran yang semestinya


dikuasai.
b. Masyarakat: Perkampungan kumuh, teman
sepermainan yang nakal. Lingkungan rumah
yang terletak di area yang kumuh, jauh dari
ketenangan dan ketenteraman tentu akan
memberi dampak bagi perkembangan mental
seseorang. Biasanya pengaruh yang ditimbulkan
adalah bersifat negatif, seperti. perokok yang
menjadi pecandu narkotika, mabuk-mabukan,
serta segala keterbatasan sarana yang dapat
menstimulasi seseorang berkembang secara
negatif.
c. Sekolah: Kondisi dan letak gedung sekolah
buruk, misalnya dekat pasar, kondisi gurun dan
alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Lingkungan sekolah yang kurang mendukung
suasana belajar dapat mengacaukan konsentrasi
siswa belajar sebab berdampak pada penurunan
kemampuan berprestasi tinggi. Sangat jarang
ditemukan siswa yang maju berasal dari
lingkungan sekolah yang kurang kondusif. Oleh
karena itu, suasana yang nyaman tanpa
keributan, serta fasilitas belajar yang memadai,
akan mendorong lahirnya siswa-siswi yang
berprestasi tinggi.

3. Faktor Khusus : Sindrom Psikologis = Learning


disability (keti.dakmampuan belajar)
a. Dislexia: keti.dakmampuan membaca,
b. Disgrafia: ketidakmampuan menulis,
c. Diskalkulia: ketidakmampuan matemati.ka
Hal ini dapat diatasi dengan adanya guru
pendukung dan melakukan remedial teaching
152 I Pengantar Pendidikan Psikologi
Ulfiani Rahman

(pengajaran perbaikan). Biasanya rata-rata normal,


hanya gangguan ringan pada otak

c, Diagnosa Kesulitan Belajar

Prosedur Weener dan Senf ( dalam Syah, 2004)


1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku
menyimpang siswa saat belajar di kelas
2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran
3. Mewawancarai orang tua/ wall tentang ihwal
kesulitan belajar.
4. Memberikan tes diagnostic bidang kecakapan
tertentu untuk mengetahui hakekat kesulitan belajar.
5. Memberikan tes IQ

d. Cara Pemecahan Kesulitan Belajar

1. Menganalisis hasil diagnose (menelaah bagian-


bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut
untuk memperoleh pengertian yang benar).
2. Mengidentifikasi dan memecahkan bidang
kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.
3. Menyusun program perbaikan, khususnya program
remedial teaching.

Cara pemecahan masalah di atas dapat ditegaskan oleh


ajaran agama dengan sangat jelas, seperti yang termaktub
dalam:
QS Ath-Ttalaq; 65: 7 Allah Swt menyampaikan:
Artinya:
"Allah Swt kelak akan memberikan kelapangan sesudah
kesempitan (kesulitan)".

QS Al-Insyirah (Alam Nasyrah); 94: 5-6

Pengantar Pendidikan Psikologi I 153


Ulfiani Rahman

Artinya:
" Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada
kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada
kemudahan".

Hadits
Terdapat juga beberapa hadits tentang kesulitan dalam
belajar:
Artinya:
"Aku kagum terhadap urusan orang yang beriman,
karena seluruh urusannya merupakan kebaikan baginya.
Jika mendapat kesenangan ia bersyukur, maka syukur
adalah kebaikan baginya. Jika ditimpa kesulitan, ia
bersabar, maka sabar itu merupakan kebaikan baginya.
Hal seperti ini tidak akan di dapat pada seseorang
kecuali orang yang beriman" (HR. Muslim).

Hadits lainnya dapat dilihat sebagai berikut


Artinya:
"Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah saw bersabda:
Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu' min
dari berbagai-bagai kesulitan-kesulitan dunia, nescaya
Allah Swt akan memudahkan kesulitan-kesulitannya di
hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang-yang
sedang kesulitan, nescaya akan Allah mudahkan baginya
di dunia dan di akhirat. Allah selalu menolong
hambanya selama hambanya menolong saudaranya.
Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu,
akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga".

Berdasarkan uraian materi tersebut di atas dapat dipahami


bahwa setiap orang perlu memaharni makna kesulitan
belajar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar,
diagnose kesulitan belajar serta cara mengatasinya.
154 I Pengantar Pendidikan Psikologi
Ulfiani Rahman

BAGIAN KEDELAPAN

c\lALUASI PRtStASI 'BELi\.TAR-

•:• Arti penting evaluasi hasil belajar.


•:• Tujuan prestasi belajar
•:• Fungsi evaluasi belajar.
•!• Rragam evaluasi belajar.
•!• Bentuk-bentuk alat evaluasi.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 155


Ulfiani Rahman

Peta Konsep

prest�j1t
1¥}if!fi\
Tujuan
k'ibelajar
.!WXfo/17.II:.i�'"'· '. ..

.· .. ,;·-·2 ::i:\\'.--'(/:i/{P:.if.ti·.':)
Fungsi evalul\§iff§!A
r:�t�J:\Sil belajar
�l·1Wi,r:.rlii<:·,� (. : /.. .J.� , •. ,: · ·

Ragama
ili/{:ftt{tlh:i
!�al:l.la�i
-tij/<.:·;_::,. );i · .. ·,

a. Evaluasi Hasil Belajar

Sudijono (2001) mengemukakan bahwa secara harfiah kata


evaluasi berasal dari bahasa Inggris iaitu eoaluation, dalam
bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar
katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah
evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses
untuk menentukan nilai dari sesuatu. Kemudian Sudijono
(2001) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu kegiatan
atau penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat
diketahui mutu atau hasil-hasilnya.

Evaluasi hasil belajar memiliki arti penting sebagai


penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah
program. -··

lS6 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

b. Tujuan prestasi belajar

Prestasi belajar bertujuan untuk mengetahui :


1. Tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa dalam
suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
2. Posisi atau kedudukan siswa dalam kelompok
kelasnya.
3. Tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.
4. Sejauh mana siswa dapat mendaygunakan
kemampuan kognitifnya untuk keperluan belajar.
5. Tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar
yang telah digunakan guru dalam proses belajar
mengajar.

c. Fungsi Evaluasi Belajar

Terdapat beberapa fungsi evaluasi dalam belajar.


Menurut Sudijono (2005) secara umum evaluasi sebagai
suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki
tiga macam fungsi pokok, yaitu: (1) mengukur kemajuan,
(2) menunjang penyusunan, dan (3) memperbaiki atau
melakukan penyempurnaan kembali (Winkel, 2004),
antara lain berfungsi:
1. Administrasi, iaitu berfungsi sebagai penyususn
daftar nilai dan pengisian raport.
2. Promosi, iaitu berfungsi menetapkan kenaikan dan
kelulusan siswa.
3. Diagnostik, iaitu berfungsi mengidentifikasi
kesulitan belajar siswa dan merencanakan program
remedial teaching.
4. Sebagai sumber data bimbingan dan penyuluhan
(BP) bagi siswa yang membutuhkan BP.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 157


Ulfiani Rahman

5. Sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun


kurikulum, metode dan alat-alat dalam proses belajar
dan mengajar.

d. Ragam Evaluasi

Terdapatjuga berbagai macam evaluasi, antara lain:


1. Pre tes dan post tes. Tes ini digunakan untuk
memulai materi baru.
2. Evaluasi prasyarat. Tes ini digunakan untuk
mengidentifikasi penguasaan siswa terhadap materi
lama yang mendasari materi baru yang akan
diajarkan.
3. Evaluasi diagnostik. Tes ini digunakan untuk
mengidentifikasi bagian tertentu dari mata pelajaran
yang belum dikuasai siswa dari satuan pelajaran
yang merupakan bahasan tertentu yang membuat
siswa mendapatkan kesulitan .
4. Evaluasai formatif. Evaluasai ini digunakan untuk
mendiagnosa kesulitan belajar siswa setelah
penyajian satuan pelajaran.
5. Evaluasi Sumatif. Evaluasi ini digunakan untuk
mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar
6. EBTA/EBTANAS. Evaluasi ini tidak sama dengan
tes sumatif, yang mana tes tersebut dirancang untuk
siswa yang telah menduduki tingkat akhir pada
suatu jenjang pendidikan.

e. Ragam Alat Evaluasi

Ada bermacam-macam bentuk alat evaluasi yang biasa


digunakan (Winkel, 2004), seperti:

158 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

1. Bentuk Objektif: Tes B-S, Tes Pilihan Ganda, Tes


Menjodohkan, Tes Isian, Cerita atau Karangan
Pendek, Tes Melengkapi/Pelengkapan.

2. Bentuk Subyektif: Tes Essai. Tes ini tidak hanya


mampu mengungkapkan hasil jawaban siswa, tetapi
juga cara dan jalan -yang ditempuh untuk
memperoleh jawaban siswa.

Berdasarkan uraian materi tersebut di atas dapat dimengerti


bahwa evaluasai dalam belajar mempunyai arti penting,
tujuan, memiliki fungsi, terdiri dari bermacam-macam-
evaluasi, serta ada alat evaluasi itu sendiri.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 159


Ulfiani Rahman

160 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

BAGIAN KESEMBILAN

GURU

•!• Definisi & Tugas Guru


•!• Syarat dan Sifat Seorang Guru
•!• Kompetensi Guru

Pengantar Pendidikan Psikologi I 161


Ulfiani Rahman

a. Definisi dan Tugas Guru

Modal utama _yang � dimiliki oleh seseorang


yang irigm
me11fa<P- __ &:1!!!- adalah __ adanya _ rasa_ _!eq�-�ngg!l
untuk menjadi -�-�___{@}A_�-- 20Q!). Lebih _ lanjut
� �� �� ��
e a - -terd � tiga tanggungjawab guru
at
iaitu: tanggungjawab - atas keperibadian .. - .. pelajamya,
tanggungjawab �tas perkembangan --��siajrty_�-- __ dan
tanggungjawab atas pencapaian akademiknya, Untuk
melaksanakan tanggungjawab ini, guru _ mesti -�PU
melakukan pelbagai peranan profesional. - - - -

Menurut Undang-Undang RI Nombor 14 Tahun 2005


(2010):--guru - -adalah pendidik - profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarah,
melatih, menilai, dan menilai pelajar pada pendidikan anak
usia awal (bayi di bawah usia lima tahun atau baita) jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Lebih lanjut dalam undang-undang tersebut
dinyatakan bahawa guru mempunyai kedudukan sebagai
tenaga profesional pada peringkat pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada
jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai peraturan
undang-undang. Pengakuan kedudukan guru sebagai
tenaga profesional dibuktikan dengan perakuan pendidikan.
Selain itu, kedudukan guru sebagai tenaga profesional
berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peranan guru
sebagai agen pembelajaran yang berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Sebagai guru, mereka perlu cakap memberikan
kebebasan kepada pelajar dalam menggunakan
kemampuannya. Kecakapan guru juga meliputi
kemampuan berkomunikasi dengan individu lain,
membawa idea-idea baru, membuat keputusan, senantiasa

162 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

membuat kajian dan berupaya mewujudkan iklim


pembelajaran yang kondusif. Guru adalah model yang
menjadi tauladan kepada para pelajar. Guru
bertanggungjawab membina hubungan dengan setiap
pelajar dan memandang mereka sebagai individu yang unik.

Oleh karena itu, ada beberapa ciri yang dapat


ditunjukkan oleh seorang guru yang baik (ldham 2001),
antaranya:
1. Penampilan Substantive logic, seperti: memiliki
pendengaran yang baik, menggunakan bahasa
kelompok (sesuai dengan tahap kemampuan pelajar),
memotivasi pelajar untuk lebih kreatif dalam
mengembangkan fikiran dan kemampuannya.

2. Penampilan personal, meliputi: berlaku adil terhadap


semua pelajar; bijaksana (tidak tergesa-gesa dalam
mengambil keputusan; tidak cepat percaya kepada
perkara-perkara yang belum jelas, mampu membezakan
perkara yang salah dan benar serta dapat menunjukkan
jalan keluar dalam pelbagai kesukaran); sabar (tidak
mudah putus asa, tidak mudah marah, menghadapi
masalah dengan tenang); kasih sayang (memiliki
perhatian yang sama kepada semua pelajar, rela
berkorban untuk kepentingan pelajar di luar daripada
masa sekolah); berkeperibadian baik (tampil menarik
dan simpati kepada pelajar serta senang membuat
jenaka yang sihat); dan mempunyai minat dan
pengalaman yang luas (memiliki wawasan yang luas,
banyak membaca terutama yang berkait dengan
bidangnya, mengikuti pelbagai maklumat-maklumat
mutakhir dalam bidang ilmu pengetahuan).

Pengantar Pendidikan Psikologi I 163


Ulfiani Rahman

3. Penampilan fizikal-biologi, seperti: ketika seorang guru


berada di bilik darjah maka suara perlu jelas, posisi dan
gerak guru ketika mengajar yang dapat dilihat dan
didengar oleh pelajar secara tidak berlebihan,
penampilan (guru perlu menunjukkan penampilan yang
rapi, bersih, segar, gembira, bersemangat dan bersikap
wajar).

b. Syarat dan Sifat Seorang Guru

Ada beberapa syarat yang pelu dimiliki seseorang


untuk menjadi guru menurut pendidikan Islam (Ahmad
Tafsir , 2004), antara lain:
1. Harus sudah dewasa (dari segi umur). Di Indonesia, usia
18 tahun dan sudah berkahwin dapat dikategorikan
sebagai orang dewasa;
2. Harus sehat jasmani dan rohani;
3. Dari segi mengajar, seorang guru harus pakar dalam
bidangnya;
4. Seorang guru harus memiliki dedikasi yang tinggi dan
bersusila (berkeperibadian baik).

Begitu juga dengan sifat-sifat yang harus dimiliki


oleh seorang guru menurut Al Abrasyi ( dalam Ahmad Tafsir
2004) dijelaskan bahawa seorang guru hendaknya:
1). Zuhud; 2). Bersih tubuhnya; 3). Bersih jiwanya; 4).
Tidak suka riya'; 5). Tidak memendam rasa dengki dan iri
hati; 6). Tidak menyenangi permusuhan; 7). Ikhlas dalam
melaksanakan tugas; 8). Sesuai perbuatan dan perkataan; 9).
Tidak malu mengakui ketidaktahuan; 10). Bijaksana; 11).
Tegas dalam perkataan dan perbuatan; 12). Tidak sombong;
13). Lemah lembut; 14). Pemaaf; 15). Sabar; 16).
berkepribadian; 17). Tidak merasa rendah diri; 18).

164 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

Mengetahui karakter pelajar; 19). Mampu menyayangi


pelajar seperti menyayangi anak sendiri.

c. Kompetensi Guru

�i Peningkatan Kompetensi Guru tidak terlepas


dari Ilmii pengetahuan dan teknologi (IPTEK), baik sebagai
substansi materi ajar maupun piranti penyelenggaraan
pembelajaran, terus berkembang. Dinamika ini menuntut
guru selalu meningkatkan dan menyesuaikan
kompetensinya agar mampu mengembangkan dan
menyajil<an materi pelajaran yang aktual dengan
menggunakan berbagai pendekatan, metoda, dan teknologi
pembelajaran �
Profesi Keguruan menunjuk kepada suatu
pekerjaan/ tugas yang meliputi mengajar, mendidik, dan
melatih/ membimbing yang memerlukan seperangkat
kemampuan (competency) yang beraneka ragam. Profesi
guru dilaksanakan berdasarkan prinsip :
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan
idealisme.
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu
pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang
pendidil<an sesuai dengan bidang tugas.
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas.
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan.
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai
dengan profesi kerja.
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang hayat.
Pengantar Pendidikan Psikologi I 165
Ulfiani Rahman

8. Memiliki jaminan perlindungan hukum · dalam


melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan tugas keprofesionalan guru. (UU RI No. 14
tahun 2005 bab III pasal 7 ayat (1).

Adapun prinsip-prinsip dalam peningkatan kompetensi dan


karir guru, meliputi:
1. Prinsip-prinsip Umum
a) Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
b) Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka
dan multimakna.
c) Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru
yang berlangsung sepanjang hayat.
d) Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas guru dalam proses
pembelajaran.
e) Memberdayakan semua komponen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan pendidikan.

2. Prinsip-pinsip Khusus
a). Ilmiah, b). Relevan, c). Sistematis, d).
Konsisten,. e). Aktual dan kontekstual, f). Fleksibel,.
g). Demokratis, h). Obyektif, i). Komprehensif, j).
Memandirikan, k). Profesional,. I). Bertahap, m).
Berjenjang,. n). Berkelanjutan, 0). Akuntabel, p).
Efektif, q). Efisien,

Langkah-langkah Pengembangan Profesionalitas Guru


dibagi menjadi dua iaitu (Sudarwan Danin, 2010:30-33):

166 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

1. Jalur Diklat, meliputi : a). In house training; b)


Magang; c). Kem.itraan Sekolah; d) Belajar jarak jauh
e). Pelatihan betjenjang dan khusus; f). Kursus di
lembaga pendidikan; g). Pembinaan internal oleh
sekolah; h) Pendidikan lanjut

2. Jalur Non Diklat, meliputi: a). Diskusi masalah


pendidikan; b) Seminar; c). Workshop; d) Penelitian;
e). Penulisan buku/bahan ajar; f). Pembuatan media
pembelajaran; g). Pembuatan karya teknologi/ seni

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)


Pengembangan keprofesian dilakukan secara
berkelanjutan atas dasar profil kinetja guru (Permenneg
PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009).
Tujuan pengembangan keprofesian berkelanjutan
adalah:
a. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai
standar kompetensi yang ditetapkan.
b. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi
kebutuhan guru dalam memfasilitasi proses belajar
peserta didik dalam memenuhi tuntutan
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni di masa
mendatang.
c. Mewujudkan guru yang memilik.i komitmen kuat
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
tenaga profesional.
d. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai
penyandang profesi guru.
e. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi
guru di masyarakat.

Kompetensi Guru secara khusus dapat dibagi menjadi:


1. Kompetensi pedagogik,

Pengantar Pendidikan Psikologi I 167


Ulfiani Rahman

2. Kompetensi kepribadian
3. Kompetensi sosial, dan
4. Kompetensi profesional
(UU No. 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1)

Secara khusus kompetensi tersebut dapat diuraikan sebagai


berikut:
1. Kompetensi pedagogik meliputi :
a. Pemahaman wawasan a tau landasan kependidikan
b. Pemahaman terhadap peserta didik
c. Pengembangan kurikulum a tau silabus
d. Perancangan pernbelajaran
e. Pembelajaran yang mendidik dan dialogis
f. Pernanfaatan teknologi pembelajaran
g. Evaluasi hasil belajar dan
h. Pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.

2. Kornpetensi kepribadaian rneliputi:


a. Bertman dan bertakwa
b. Berakhlak mulia
C, Arif clan biJ�kS<IIIC'\
d, DemokUs
e, Berwibawa
f. Stabil
g. Dewasa
h. [ujur
1. Sportif
j. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
k. Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri dan
I. Mengcmbangkan diri sccara bcrkclanjutan,

168 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

Sudarwan Danin, (2010:23), mengemukakan kompetensi


kepribadian ada lima sub kompetensi :
a. Kepribadian mantap dan stabil, meliputi:
Bertindak sesuai norma hukum, sosial, bangga sebagai
guru, konsisten.
b. Dewasa: mandiri, memiliki etos kerja sebagai guru
c. Arif: bertindak untuk kepentingan peserta didik, sekolah
dan masyarakat, terbuka dalam berpikir dan bertindak.
d. Berwibawa: disegani.
e. Akhlak mulia: teladan, jujur, ikhlas, suka menolong dan
lain-lain.

3. Kompetensi Sosial, meliputi:


a. Berkomunikasi lisan, tulis, atau isyarat secara santun
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan · informasi
secara fungsional
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan
pendidikan, orang tua atau wali peserta didik
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang
berlaku;dan
e. Menerapkan pnns1p persaudaraan sejati dan
selllangatkebersamaan

4. Kompetensi Profesional, meliputi:


a .. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu.
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang
diampu.
c. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu
secara kreatif.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 169


Ulfiani Rahman

d. Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan


dengan melakukan tindakan reflektif
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

170 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

DAFTAR PUSTAKA

Al Quran dan Terjemahan. Depatemen Agama RI

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan


Belajar, Kerjasama Departemen P & K dengan Rieneka
Cipta Jakarta.

Atkison, R,. dkk. 2002. Pengantar Psikologi. Interaksara

Azwar, S. 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, A., 1977. Social Learning Theron1 . New Jersey:


Prentice Hall, INC. Englewood Cliffs.

Bandura, A. 1986. Social Foundations Of Thought And Action:


A Social Cognitive TheonJ. New Jersey: Prentice Hall,
INC. Englewood Cliffs.

Bandura, A. 1997. Self EfficaetJ: Tire Exercise Of Control. New


York: Freeman

Barlow, D,L. 1985. Educational PsyclzologtJ: The Teaching


Learnong Process. Chicago: The Moody Bible Institute.

Brennan, J.F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: Raja


Grafindo

Chaplin, C.P,. 1989. Kamus Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.

Davidoff, L.L. 1988. Psikologi: Suatu Pengantar. Jakarta:


Erlangga.
Pengantar Pendidikan Psikologi I 171
Ulfiani Rahman

Goble, F,G,. 1987. Mazluzb Ketiga: Psikologi Humanistik


Abraham Maslow. Yogyakarta: Kanisius

Hall, C,S, dan Lindzey, G. 1993. Teori-Teori Holistik


(Organismik-Fenomenologis). Psikologi Kepribadian 2 dan 3.
Yogyakarta: Kanisius

Hergenhahn,B.R. Matthew H. Olson. 1997. Theories of


Learning. New Jersey: Prentice Hall International.

Hughes, A.G, & Hughes, E,H. 2012. Learning and Teaching.


(Tetjem. SPA Teamwork Yogyakarta). Bandung:
Nuansa.

Hussein, Z,. 2003. Minat: Bagaimana Menyednri dan


Mengembangkannya. Malaysia: INTAN

Jarvis, M. 2006. Teori-Teori Psikologi: Pendekaian Modern untuk


Memahami Perilaku, Perasaan, dan Pikiran Manusia.
Bandung: Nusamedia.

Ki Fudyartanta.2004. Tes Bakat dan Perskalaan Kecerdasan.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Martaniah; S.M,. 2000. Psikologi Motivasi. Handout. Psikologi


UGM Yogyakarta.

Mednick, ?·,
Pollio, H., & Loftus, E. 1973. Learning. Prentice
Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.

Petri, H,L. 1981. Motivation, TheonJ, and Research. California:


Wadsworth Publishing Company Belmont.

172 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ulfiani Rahman

Santrock, W. 2007. Psikologi Pendidikan. (Alih Bahasa: Tri


Wibowo). Jakarta: Kencana

Solso, R.L. 1988. Cognitive PS1JchologtJ. (4nd edition). Boston:


Allyn and Bacon, Inc

Sudijono, A. 2001. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta:


Rajawali

----- 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:


Raja Grafindo Persada

Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif Surabaya: Srikandi

Suryabrata, S. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Radjawali


Press

Syah, M. 2004. Psikologi Pendidika dengan Pendekman Baru.


Bandung:Rosdakarya

Schultz, D,. 1991. Psikologi Pertumbulum: Model-Model


Kepribadian Sihat. Yogyakarta: Kanisius

Teori belajar sosial, http://www.google.com/Teori sosinl


learniug

Uno, H,B. 2006. Orintasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran.


Jakarta: Bumi Aksara.

Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan


Dosen
George Boeree. 2008. Personality Theories: Melacak Kepribadian
Anda Bersama Psikolog Dunia. Yogyakarta: Prisma
sophie. Hal. 226-229.

Pengantar Pendidikan Psikologi I 173


Ulfiani Rahman

Clifford T. S Morgan, et. al. 1986. Introduction to PstJcholog1J.


New York: McGraw-Hill Inc. P. 149.

Redzuan, M., & Abdullah, H,. 2008. Psikologi. Mc Grew Hill


Education

Robert, T.B. Four Pstjclwlog1J Applied to Education. New York:


John Willey & Sons

Walgito, B. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta:


ANDI.

Winkel, W.S. 1999. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media


Abadi

Witting, A.F. 1981. PsychologtJ of Learning.

174 I Pengantar Pendidikan Psikologi


Ul.fiani Rahman

BIODATA PENULIS

Ulfiani Rahman dilahirkan di Pol.mas, 23


Januari 1974. Ia bersyukur memiliki
orang tua yang berprofesi sebagai
pendidik karena amat banyak pengaruh
positif yang mengalir dalam dirinya
hingga sekarang. Salah satunya adalah
pendidikan yang dicapai berkat
dukungan yang penuh dari keduanya.
Ulfiani menamatkan pendidikan SDN di
Makassar, SMP /SMA di IMMIM Minasate'ne Pangkep,
kemudian Sarjana Agama (S.Ag) di peroleh dari IAIN Sunan
Kalijaga YK, Sarjana Psikologi (S.Psi) dari UST YK, Magister
Sains (M.Si) Psikologi di UGM YK, dan Doktor Falsafah (S3)
Psikologi diraih di Universitas Kebangsaan Malaysia. Sehari-
harinya, selain mengajar Psikologi di Fakultas Tarbiyah UIN
Alauddin Makassar, Ia juga melakukan kerja-kerja
kepenulisan seperti jurnal dari hasil penelitian, menyusun
buku dan artikel sebagai bagian dari pekerjaan sebagai
pendidik. Setelah menikah dengan Idham Khalid Bodi, Ia
dikaruniai seorang puteri - Naurah Fakhirah-, dan tinggal di
JL. Dg. Tata I Blok A12/2 Makassar. Alamat email/FB:
ulfianirahman@yahoo.co.id ..

Pengantar Pendidikan Psikologi I 175

Anda mungkin juga menyukai