Copy Proposal
Copy Proposal
Oleh
NIM : B0219336
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan proposal peneliti dengan
judul “PERBEDAAN RERATA APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR
YANG DILAHIRKAN IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSIA”.
Proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat dalam
penyusunan tugas akhir. Proposal penelitian ini disusun atas kerja sama dan berkat
bantuan dari berbagai pihak baik berupa dukungan moral maupun materil yang
diberikan secara langsung maupun tidak langsung sehingga proposal penelitian ini
dapat selesai. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
Majene, 2023
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ii
DAFTAR TABEL...............................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
KERANGKA KONSEP
BAB IV
METODE PENELITIAN
LAMPIRAN............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.4 Kerangka Teori
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Gambar 4.1 Alur Penelitian
DAFTAR TABEL
Asfiksia neonatal adalah suatu kondisi yang terjadi ketika bayi tidak
menerima cukup oksigen selama kelahiran. Asfiksia neonatorum adalah
suatu kondisi di mana seorang anak tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur, yang dapat mengurangi oksigen dan meningkatkan karbon dioksida,
dengan konsekuensi yang merugikan di kemudian hari (Anita et al., 2022).
Karena, pada umumnya bayi baru lahir berisiko mengalami berbagai
komplikasi mati lemas, di mana distribusi oksigen ke otak berkurang
sedemikian rupa sehingga bisa menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan
sang ibu mengalami tekanan darah tinggi saat hamil. Asfiksia tetap menjadi
masalah serius dan sering terjadi pada bayi baru lahir (Silviani et al., 2022).
Asfiksia pada bayi baru lahir adalah suatu kejadian dimana bayi mengalami
kesulitan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir, ditandai dengan
penurunan PaO2 darah (hipoksemia), hiperkarbia (peningkatan PaCO2) dan
asidosis. (Florencia et al., 2022).
Skor APGAR adalah metode untuk menilai kondisi bayi baru lahir dan
mengidentifikasi bayi yang membutuhkan resusitasi karena asidosis hipoksia.
(Nasuha, 2019). Gejala asfiksia dikelompokkan berdasarkan penampilan
(warna = warna kulit), nadi (detak jantung = denyut nadi), meringis
(rangsangan refleks), aktivitas (tonus otot), dan pernapasan (usaha
pernapasan), atau sering disebut dengan skor APGAR yang digunakan untuk
menilai kondisi bayi baru lahir (Indah dan Apriliana, 2016). Penilaian asfiksia
dengan penilaian/skor APGAR meliputi: warna kulit, denyut jantung, refleks,
tonus otot dan pernafasan dinilai pada menit ke 1, 5 dan 10. Skor APGAR
pada 1 menit: <7 asfiksia ringan, 4-6 asfiksia sedang dan 0-3 asfiksia berat.
Skor APGAR 10 dinyatakan bayi normal (tidak tersedak).
Risiko asfiksia disebabkan oleh faktor ibu dan anak itu sendiri (Salam,
2022). Asfiksia neonatorum berhubungan dengan beberapa faktor risiko yaitu
faktor prenatal yaitu primipara, demam saat hamil, hipertensi saat hamil,
anemia, perdarahan prenatal dan kematian neonatus sebelumnya. Faktor
sugestif asfiksia neonatorum termasuk distres ibu, hipotensi mendadak,
vasokonstriksi, penurunan nutrisi/O2, usia, paritas, induksi persalinan, dan
persalinan lama. Faktor janin meliputi kelainan darah tali pusat, depresi
pernapasan, dan perdarahan intrakranial (Ningsih, 2021). Hipertensi, atau
preeklampsia, adalah sindrom khusus kehamilan yang bermanifestasi sebagai
vasospasme akibat aktivasi endotel dan penurunan perfusi organ, ditandai
dengan hipertensi dan proteinuria pada trimester kedua kehamilan.
Preeklampsia biasanya sembuh pada periode postpartum. Preeklampsia dapat
terjadi pada masa prenatal, intranatal, dan postpartum. 5% ibu dengan
preeklampsia mengalami hipertensi dan 1-2% mengalami hipertensi kronis.
Preeklampsia merupakan penyebab utama kematian ibu dan janin (Yeyeh et
al., 2021)
Upaya yang dapat dilakukan untuk kejadian asfiksia adalah dimulai dari
masa kehamilan, persalinan dan beberapa saat setelah persalinan. Pencegahan
berupa : melakukan pemeriksaan antenatal 4 kali kunjungan, melakukan
rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap pada kehamilan
yang diduga berisiko bayinya lahir dengan asfiksia. Diberikan terapi
kortikosteroid antenatal untuk persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37
minggu. Melakukan pemantauan yang baik terhadap kesejahteraan janin dan
deteksi dini terhadap tanda-tanda asfiksia fetal selama persalinan dengan
kardiotokografi. Meningkatkan keterampilan tenaga obstetric dalam
pemantauan dan penanganan persalinan serta melakukan perawatan Neonatal
Esensial yang terdiri dari : Persalinan yang bersih dan aman, Stabilisasi suhu,
Inisiasi pernapasan spontan, Inisiasi menyusu dini dan pencegahan infeksi
serta pemberian imunisasi (Simatupang, 2020).
Penelitian oleh Indah dan Apriliana tahun 2016 dengan judul Analisis
Korelasi Preeklampsia dengan Kejadian Kehamilan dan Asfiksia Neonatal di
Ruang Nicu RSUD Kota Mataram, hasil analisis statistik menggunakan uji
chi-square memberikan nilai p = 0,000 (pandlt; 0,05)). Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara prevalensi preeklampsia
dengan kejadian asfiksia neonatorum. Preeklampsia menyebabkan tekanan
darah tinggi yang mengurangi aliran darah ke plasenta. Dan sudah pasti
mengurangi pasokan oksigen dan makanan bayi. Dan akibatnya,
perkembangan anak melambat dan terjadi hipoksia intrauterin yang bahkan
lebih mematikan, karena penyakit ini, jaringan plasenta tiba-tiba bisa menjauh
dari rahim sebelum waktunya. Ketidakmampuan bayi untuk bernapas secara
normal setelah lahir karena berkurangnya suplai oksigen dan konsumsi
karbondioksida. Hipoksia ini menyebabkan asfiksia. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa preeklampsia kehamilan menyebabkan risiko asfiksia
(mati lemas) pada bayi baru lahir. (Kamila & Wathaniah, 2021)
c. Bagi Pemerintah
d. Bagi Masyarakat
2.1.2 Klasifikasi
Asfiksia diklasifikasikan berdasarkan APGAR score. APGAR Score
merupakan sarana untuk menilai kondisi bayi di menit pertama setelah
bayi lahir. Ada lima penilaian yang mudah untuk mengetahui kondisi bayi
secara umum. Skor ini digunakan oleh dokter untuk menentukan tindakan
apa yang perlu dilakukan begitu bayi lahir. APGAR score meliputi sebagai
berikut:
a) Denyut Jantung bayi. Denyut jantung bayi dihitung dan dinilai
iramanya. 100 kali per menit skornya 2, kurang dari 100 kali per menit
skornya 1, dan jika berdenyut skornya 0.
b) Napas. Napas bayi untuk menilai kematangan dan kesehatan organ
pernapasan bayi. Napas yang teratur skornya 2, napas ireguler (tidak
teratur) skornya 1, dan tidak bernapas skornya 0.
c) Gerakan. Untuk menilai kekuatan otot bayi. Gerak secara aktif
skornya 2, gerakan sedikit (pasif) skornya 1, lemas skornya 0.
d) Warna Kulit. Untuk menilai seberapa baik paru-paru bayi dalam
memompa oksigen ke seluruh tubuhnya. Jika kulit tubuh semua
berwarna merah (pink) maka skornya 2, tangan dan kaki kebiruan
skornya 1, dan jika semua kulit tubuh berwarna kebiruan skornya 0.
e) Refleks. Menangis dan merintih digunakan untuk menilai respons bayi
terhadap rangsangan. Menangis kuat skornya 2, merintih skornya 1,
tidak menangis skornya 0.
Table 2.1 Nilai APGAR score (Widiastuti et al., 2022)
Warna Kulit Seluruh Badan Warna kulit tubuh Warna kulit tubuh, tangan,
biru atau puct normal merah muda, dan kaki normal merah
tetapi tngan dan kaki muda, tidak ada sianosis.
kebiruan
Respons refleks Tidak ada respons Meringis atau Meringis atau bersin atau
(Grimace terhadap stimulasi menangis lemah batuk saat stimulasi saluran
ketika distimulus napas
Tonus Otot (Activity) Lemah atau tidak Sedikit gerakan Gerakan aktif
ada
10 Normal -
No Fasilitas Ideal Keempat kriteria Fasilitas Terbatas Minimal Kedua Kriteria Harus
Harus Terpenuhi Terpenuhi Dengan Tidak Tersedianya Pemeriksaan
Analisa Gas Darah
1 Bukti Asidosis Metabolik atau Bukti riwayat hipoksik perinatal (missal; episodik
campuran (pH <7,0) pada gawat janin)
pemeriksaan Analisa Gas Darah
tali pusat.
2 Nilai APGAR ≤ 5 pada menit Nilai APGAR ≤ 5 pada menit ke-10 atau
ke-10
Bayi masih memerlukan bantuan ventilasi selama ≥ 10
menit
2.1.3 Etiologi
Penggolongan penyebab kegagalan pernapasan pada bayi menurut (Siti
Nurhasiyah Jamil et al., 2017) terdiri dari:
1) Faktor Ibu
a) Hipoksia Ibu
Hipoventilasi dapat terjadi akibat pemberian obat analgesik atau
anastesi dalam (internal), dan kondisi ini menyebabkan hipoksia janin
dengan segala akibatnya.
b) Gangguan aliran darah uterus
Gangguan aliran darah pada uterus menyebabkan penurunan, yang
sering dinyatakan dalam gangguan kontraksi uterus, hipotensi
mendadak akibat perdarahan ibu, hipertensi pada penyakit eklamsia
dll.
2) Faktor plasenta
Pertukarran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta, asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada palsenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta
dsb.
3) Faktor fetus
Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah umbilicus dan menghambat pertukaran gas
antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada
keadaan talipusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat anytara
jalan lahir dan janin, dll.
4) Faktor Neonatus
Depresi pernapasan pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh
beberapa penyebab, yaitu penggunaan anestesi yang berlebihan oleh ibu,
trauma lahir seperti hernia diafragma, atresia atau stenosis saluran napas,
hipoplasia paru, dll.
Asfiksia pada bayi baru lahir terjadi ketika bayi mengalami
gangguan pertukaran gas dan transportasi O2 saat lahir dan mengalami
kesulitan menghilangkan karbon dioksida. Pada kondisi ini, biasanya bayi
tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hingga saat
ini, asfiksia masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas
perinatal.
Jika proses ini berjalan terlalu jauh, itu menyebabkan kerusakan
otak atau kematian. Sesak napas juga dapat memengaruhi fungsi organ
vital. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam kandungan, dan
hipoksia ini terkait dengan faktor yang terjadi selama kehamilan,
persalinan, atau segera setelah lahir.
Banyak kelainan bayi baru lahir terkait erat dengan asfiksia janin.
Pada pasien yang mati lemas, sindrom gangguan pernapasan, aspirasi
mekonium, infeksi, dan kejang ditemukan sebagai kondisi yang sering
terjadi setelah mati lemas. Pasien sesak napas mungkin juga memiliki
kondisi lain, seperti gagal jantung, syok neonatal, gagal ginjal, atau
gangguan gastrointestinal. Kelainan ini merupakan salah satu faktor
penyebab tingginya kematian bayi pada periode perinatal.
Konsekuensi sesak napas semakin parah jika anak tidak dapat
dirawat sepenuhnya. Prosedur yang dilakukan pada bayi bertujuan untuk
menjaga kelangsungan hidup mereka dan membatasi kemungkinan gejala
tambahan.
2.2.3 Etiologi
Penyebab pasti preeklampsia masih belum diketahui. Faktor risiko
terjadinya preeklampsia pada ibu hamil misalnya:
a) Penyakit kehamilan sebelumnya dan keluarga dengan preeklampsia
selama kehamilan
b) Biasanya terjadi pada kehamilan anak pertama
c) Ibu hamil berusia diatas 35 tahun
d) Ibu yang kelebihan berat badan atau obesitas
e) Kehamilan kembar
f) Ibu hamil dengan diabetes melitus
g) Ibu hamil dengan hipertensi atau darah tinggi
h) Reaksi imun yang tidak sesuai (adaptif)/ abnormal antara jaringan ibu,
plasenta dan janin
2.2.4 Manifestasi Klinis
Preeklamsia pada ibu hamil memiliki tanda dan gejala yang khas yaitu:
a) Tekanan darah meningkat diatas 140/90 mmHg
b) Berat badan yang melebihi normal selama kehamilan atau
pembengkakan yang tidak normal, pembengkakan yang tiba-tiba dan
meluas, pembengkakan yang tidak menghilang saat kaki diistirahatkan.
pembengkakan dapat terjadi pada ekstremitas (seperti tangan atau
kaki) atau wajah
c) Pada pemeriksaan urin di laboratorium atau di puskesmas ditemukan
adanya zat protein dalam urin/air kencing ibu.
Secara umum, preeklamsia dibagi menjadi:
1) Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan ditandai dengan :tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg selama seminggu atau lebih, pemeriksaan proteinuria atau air
kencing di puskesmas atau pelayanan kesehatan menunjukkan jumlah
protein diatas 300 mg atau proteinuria 1+, tidak ada keluhan sakit
kepala yang berat, penglihatan tidak kabur.
2) Preeklampsia Berat
Pre-eklampsia berat jika tekanan/tensi darah > 160/110 mmHg, hasil
urinalisis di pelayanan kesehatan ≥ 5 gr / ≥ 3, urine sedikit (kurang dari
00-500 ml/jam), pusing/sakit kepala terus menerus, pandangan
kabur/bercak serupa di depan mata, sakit perut, mual/muntah, sesak
napas, janin kecil atau tidak berkembang, masalah hati.
2.2.5 Patofisiologi preeklampsia
Klasifikasi Asfiksia
Penilaian APGAR score
10 = Normal
Apparence : Warna Kulit
7-9 = Asfiksia ringan
Pulse : Denyut Jantung
4-6 = Asfiksia sedang
Grimace : Respons refleks
0-3 = Asfiksia berat
Activity : Tonus Otot
Dengan pengukuran :
Respiration : Pernapasan
1 menit pertama
5 menit berikutnya
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Arah Penghubung
a. Hipotesis Penelitian
BAB IV
METODE PENELITIAN
2) Kriteria eksklus
a. Bayi kelainan kongenital (kelainan jantung)
c) Teknik Sampling
Metode sampling yaitu suatu cara yang telah ditetapkan oleh
peneliti untuk menentukan atau memilih sejumlah sampel dari
populasinya (Dharma, 2011). Teknik sampling dalam penelitian ini
menggunakan Non probability sampling dengan pendekatan
Convinience sampling yang dimana sampel diambil sesuai dengan
keinginan peneliti tanpa sistematika tertentu. Dalam penelitian ini
dilakukan selama 4 minggu dengan batas minimal 30 sampel.
Desain Penelitian
Variabel Independen
2) Coding
1. Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu tekhnik analisis data terhadap satu
variabel secara mandiri, tiap variabel dikaitkan dengan variabel
lainnya. Dalam penelitian ini menggunakan analisis persentase
2. Analisis Bivariat
Analisi bivariat merupakan analisis yang digunakan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi
(Notoatmodjo,2010). Dalam penelitian ini menggunakan uji T-test
tidak berpasangan (Aplikasi SPSS).
4.9 Etika Penelitian
Menurut (Handayani, 2018) etika penelitian membutuhkan pedoman etis
dan norma yang mengikuti perubahan dinamis masyarakat. Sikap ilmiah yang
perlu dipegang teguh seorang peneliti yaitu harus berdasarkan prinsip etik dan
norma penelitian. Prinsip etik dalam lingkup kesehatan yaitu sebagai berikut:
a. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for persons)
Peneliti harus menghormati harkat dan martabat manusia seperti
menjaga privasi responden. Responden berhak juga mengetahui apa tujuan
dilaksanakan penelitian dan memiliki kebebasan untuk mengambil
keputusan. Peneliti juga memberikan informed consent atau surat
persetujuan.
b. Beneficience (berbuat baik) dan nonmalaficience (tidak merugikan)
Dalam penelitian ini yang berhubungan berbuat baik yang harus
dilakukan peneliti yaitu membantu orang lain dan bermanfaat tanpa harus
merugikan siapapun.
c. Justice (keadilan)
Prinsip etik keadilan yang perlu di terapkan peneliti adalah
memperlukan semua orang sama dengan moral yang benar dan layak
dalam memperoleh haknya tanpa harus membeda-bedakan dari usia dan
gender, status ekonomi, budaya dan pertimbangan etnik
DAFTAR PUSTAKA
Ade, V., Maria, W., Suryadinata, R. V., & Boengas, S. (2021). Studi Faktor
Risiko Preeklamsi terhadap Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD dr .
Sayidiman Magetan Tahun 2018 Study of Preeclampsia Risk Factors on the
Incidence of Asphyxia Neonatorum at RSUD dr . Sayidiman Magetan in
2018. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 2071(1), 11–19.
Ahmad, Z. F., Surya, S., & Nurdin, I. (2019). AKADEMIKA JURNAL UMGo
FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMSIA DI RSIA SITI Jurnal
Ilmiah Media Publikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ilmiah Media
Publikasi Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, 8, 150–162.
Anggraini, D. D., Wahyuni, S., Fitria, R., Amalina, N., Darmiati, Rahmadyanti,
Arum, D. N. S., Chairiyah, R., Wahyuni, S., Santi, M., Yuliyanik, Sari, V.
K., Petralina, B., Megasari, A. L., Putri, N. R., Argaheni, N. B., & Astuti, A.
(2022). ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN
NEONATAL (N. M. K. Dr.Neila Sulung, S.Pd (ed.); 1st ed.). PT.GLOBAL
EKSEKUTIF TEKNOLOGI.
Anita, W., Nafratilova, L., Pratiwi, A. S., Susanti, S., & Septiani, D. (2022).
Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang faktor resiko asfiksia pada
neoantus dengan perencanaan rujukan persalinan 1). JOMIS (Journal of
Midwifery Science), 6(2), 165–174.
Apriza, Fatmayanti, A., Ulfiana, Q., Ani, M., Dewi, ratih kumala, Amalia, R.,
Astuti, A., Harwijayanti, bekti putri, Mukhoirotin, M., Pertami, sumirah
budi, & Sudra, rano indradi. (2020). Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
(J. Simarmata (ed.)). Yayasan Kita Menulis.
Florencia, M., Indriyani, D., Wahyuni Adriani, S., Ilmu Kesehatan, F., &
Muhammadiyah Jember, U. (2022). Risiko Kejadian Asfiksia pada Bayi
Baru Lahir pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia. The Indonesian Journal of
Health Science, 14(1), 103–109. https://doi.org/10.32528/ijhs.v14i1.7952
Handriana, I. (2016). Keperawatan Anak (A. R. Wati (ed.); 1st ed.). LovRinz.
Hinelo, K., Sakung, J., Gunarmi, & Pramana, C. (2021). FAKTOR RISIKO
KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2020. Kedokteran Dan Kesehatan,
8(January). https://doi.org/10.33024/jikk.v8i4.5184
Indah, S. N., & Apriliana, E. (2016). Hubungan antara Preeklamsia dalam
Kehamilan dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Majority, 5(5),
57.
Kamila, N. A., & Wathaniah, S. (2021). Analisis Korelasi Pre Eklampsia Dalam
Kehamilan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Analysis Of Pre
Eclampsia Correlation In Pregnancy With The Incidence Of Asphyxia
Neonatorum. Journal Kebidanan, 2, 116–122.
Mayasari, B., Arismawati, D. F., Idayanti, T., Wardani, R. A., & Kebidanan, P. S.
(2018). HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN
ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG BERSALIN RSU DR. WAHIDIN
SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO Bety. Jurnal Keperawatan, 7(1),
42–50. https://doi.org/DOI: https://doi.org/10.36720/nhjk.v7i1.32
Meihartati, T. et al. (2018). 1000 Hari Pertama Kehidupan (1st ed.). CV BUDI
UTAMA.
Murniati, L., Taherong, F., & Syatirah. (2021). Manajemen Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia. JURNAL MIDWIFERY, 3(1), 32–41.
https://doi.org/10.24252/jmw.v3i1.21028
Ningsih, nurul syuhfal. (2021). Faktor Faktor yang berhubugan dengan kejadian
Asfiksia. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia Indonesian Health Scientifie
Journal, 2(2).
Nisa, S. (2022). Asneo Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah (M. Ridwan Nur (ed.); 1st ed.). CV. Bintang Semesta Media.
Octa, D. R. et al. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan
Anak Sekolah (1st ed.). CV BUDI UTAMA.
Octa Dwienda R, Skm., M. K., Liva Maita, SST., M. K., Eka Maya Saputri, SST.,
M. K., & Rina Yulviana, S. (2014). ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS,
BAYI/BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH UNTUK PARA BIDAN.
PENERBIT DEEPUBLISH.
Rohmatin, H., Widayati, A., & Narsih, U. (2018). Mencegah Kematian Neonatal
dengan P4K. Universitas Wisnuwardhana Press (Unidha Press).
Rohmawati, W. et al. (2022). Asuhan Kebidanan Persalinan BBL (R. Ardila (ed.);
1st ed.). MITRA CENDEKIA MEDIA.
Silviani, Y. E., Fitriani, D., Oktarina, M., Danti, O., & Rahmawati, I. (2022).
Analisis Faktor Penyebab Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Siti
Aisyah Kota Lubuklinggau. Jurnal Kesehatan Medika Udayana, 8(01), 84–
101. https://doi.org/10.47859/jmu.v8i01.202
Siti Nurhasiyah Jamil, M. K., Febi sukma, M. K., & Hamidah, S. (2017).
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK
PRA SEKOLAH. Fakultas kedokteran dan kesehatan universitas
muhammadiyah jakarta.
Ulfa, I. M., & Sinambela, D. P. (2019). Hubungan Pre Eklamsia Berat Pada Ibu
Bersalin Dengan Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin. Kebidanan Dan Keperawatan, 10(1).
https://doi.org/https://doi.org/10.33859/dksm.vl0il.432
Widiastuti, A., Laela, A., Madu, K. Y. G., Pujiani, Doloksaribu, J. T. M., Septiani,
N., Yudianto, A., Saranga, jenita laurensia, Tendean, angelia friska, Rahim,
R., Muthmainnah, Rahayu, H. siti, Agustina, A. N., & Suwanto, T. (2022).
Asuhan Keperawatan Anak (R. Watrianthos (ed.); cetakan 1). Yayasan kita
Menulis.
Peneliti
Reka Maulana
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI CALON RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Majene, 2023
Responden
(........................................)
LAMPIRAN
DATA DEMOGRAFI
PERBEDAAN RERATA APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR
YANG DILAHIRKAN IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSIA
Oleh : REKA MAULANA
NIM.B0219336
Mahasiswa S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Alamat :
TTV
a. Tekanan Darah :
b. Suhu :
c.Nadi :
d. Pernafasan :
5. Usia Gestasi :
B. Data Bayi
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Tanggal Lahir :
4. Berat Badan :
5. Tinggi Badan :
6. TTV
a. Tekanan Darah :
b. Suhu :
c.Nadi :
d. Pernafasan :
TABEL
LEMBARAN OBSERVASI
PERBEDAAN RERATA APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR
YANG DILAHIRKAN IBU HAMIL DENGAN
PREEKLAMPSIA
Oleh :
REKAMAULANA
NIM.B0219336
Mahasiswa S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat
No APGAR SCORE
Nama Ibu Nama Bayi Status Preeklampsia 1 menit 5 menit
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
LAMPIRAN PENILAIAN APGAR Score
10 Normal -
sumber : Artikel Orami Parenting ‘Apgar score, Tes Pertama Bayi yang Tidak boleh terlewat’