Anda di halaman 1dari 54

PROPOSAL

PERBEDAAN RERATA APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR


YANG DILAHIRKAN IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSIA

Oleh

Nama : Reka Maulana

NIM : B0219336

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan proposal peneliti dengan
judul “PERBEDAAN RERATA APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR
YANG DILAHIRKAN IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSIA”.

Proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat dalam
penyusunan tugas akhir. Proposal penelitian ini disusun atas kerja sama dan berkat
bantuan dari berbagai pihak baik berupa dukungan moral maupun materil yang
diberikan secara langsung maupun tidak langsung sehingga proposal penelitian ini
dapat selesai. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada Rektor Universitas Sulawesi Barat Dr.Ir.H.Akhsan


Djalaluddin,M.Si
2. Kepada Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat Prof.Dr.
Muzakkir,M.Kes
3. Kepada Wakil Dekan satu Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi
Barat Muhammad Irwan,S.Kep.,Ns.,M.Kep
4. Kepada Ketua Prodi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Sulawesi Barat Indrawati,S.Kep,Ns.,M.Kes
5. Kepada Penasehat Akademik Saya Prof.Dr. Muzakkir,M.Kes
6. Kepada Dosen Pembimbing I Ns. Eva Yuliani,M.Kep., Sp.Kep.An dan
Dosen Pembimbing II Weni Angraeni A, S.Kep.,Ns., M.Kep
7. Kepada Dosen dan Staff pada program studi Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Sulawesi Barat
8. Kepada Orang Tua (Alm. Kadir dan Sunarsitiawati), kakak (Ridwan) dan
adik saya (Nursakinah dan Rahman Ramadhansyah), dan keluarga saya
yang lainnya yang telah memberikan do’a, bantuan, dukungan materil dan
moral serta memberikan motivasi agar senantiasa semangat dalam penyusunan
proposal penelitian ini. Motivasi agar senantiasa semangat dalam penyusunan
proposal penelitian ini.
9. Kepada suport system kedua saya selain orang tua dan keluarga yaitu (kakak
Ali) terima kasih saya ucapkan sudah memberikan semangat.
10. Kepada Teman-teman Angkatan 2019 khususnya kelas B, Partner kerjaku
(Wulandari) , Kakak senior yang selalu membantu saya
11. Kepada teman terdekatku, yang tercinta (Nasrah, Nursafitri, Sitti Rabiah,
Ariana Putri, Harisani dan Uni) yang sudah memberikan suport untuk saya.
12. Kepada Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Sulawesi Barat Khususnya Angkatan 2019 serta orang-orang terkasih yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah menjadi pendengar yang baik,
serta perhatian, kepedulian, semangat dan semua pihak yang telah membantu.
Penyusun menyadari adanya keterbatasan dalam penyusunan Proposal
Penelitian ini. Besar harapan penyusun akan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Penyusun berharap agar proposal penelitian ini dapat
bermanfaat.

Majene, 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ii
DAFTAR TABEL...............................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................

1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Asfiksia...............................................................

2.2 Tinjauan Umum Tentang Preeklampsia.......................................................

2.3 Tinjauan Teori Newborn .............................................................................

2.4 Kerangka Teori.............................................................................................

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep.........................................................................................

3.2 Hipotesis Penelitian......................................................................................

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian..........................................................................................

4.2 Tempat dan waktu Penelitian.......................................................................


4.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling......................................................

4.4 Alur Penelitian..............................................................................................

4.5 Variabel Penelitian.......................................................................................

4.6 Definisi Operasional.....................................................................................

4.7 Alat dan Cara Pengumpulan Data................................................................

4.8 Metode Pengolahan Data dan Teknik Analisa Data....................................

4.9 Etika Penelitian.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................

LAMPIRAN............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.4 Kerangka Teori
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Gambar 4.1 Alur Penelitian
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai APGAR score


Tabel 2.2 Interpretasi Score
Tabel 2.3 Rekomendasi Penegakan Diagnosis Asfiksia Neonatorum Di Indonesia
Tabel 4.6 Defenisi Operasional Variabel
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1     Latar belakang

Asfiksia neonatal adalah suatu kondisi yang terjadi ketika bayi tidak
menerima cukup oksigen selama kelahiran. Asfiksia neonatorum adalah
suatu kondisi di mana seorang anak tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur, yang dapat mengurangi oksigen dan meningkatkan karbon dioksida,
dengan konsekuensi yang merugikan di kemudian hari (Anita et al., 2022).
Karena, pada umumnya bayi baru lahir berisiko mengalami berbagai
komplikasi mati lemas, di mana distribusi oksigen ke otak berkurang
sedemikian rupa sehingga bisa menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan
sang ibu mengalami tekanan darah tinggi saat hamil. Asfiksia tetap menjadi
masalah serius dan sering terjadi pada bayi baru lahir (Silviani et al., 2022).
Asfiksia pada bayi baru lahir adalah suatu kejadian dimana bayi mengalami
kesulitan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir, ditandai dengan
penurunan PaO2 darah (hipoksemia), hiperkarbia (peningkatan PaCO2) dan
asidosis. (Florencia et al., 2022).

Skor APGAR adalah metode untuk menilai kondisi bayi baru lahir dan
mengidentifikasi bayi yang membutuhkan resusitasi karena asidosis hipoksia.
(Nasuha, 2019). Gejala asfiksia dikelompokkan berdasarkan penampilan
(warna = warna kulit), nadi (detak jantung = denyut nadi), meringis
(rangsangan refleks), aktivitas (tonus otot), dan pernapasan (usaha
pernapasan), atau sering disebut dengan skor APGAR yang digunakan untuk
menilai kondisi bayi baru lahir (Indah dan Apriliana, 2016). Penilaian asfiksia
dengan penilaian/skor APGAR meliputi: warna kulit, denyut jantung, refleks,
tonus otot dan pernafasan dinilai pada menit ke 1, 5 dan 10. Skor APGAR
pada 1 menit: <7 asfiksia ringan, 4-6 asfiksia sedang dan 0-3 asfiksia berat.
Skor APGAR 10 dinyatakan bayi normal (tidak tersedak).

Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia yaitu World Health


Organization (WHO), pada tahun 2019 angka kematian bayi (AKB) adalah 27
kematian per seribu kelahiran hidup. Kematian bayi (AKB) disebabkan oleh
komplikasi kelahiran prematur (3%), komplikasi nifas (2%), sepsis (15%),
kelainan kongenital (11%), pneumonia (6%), tetanus (1%), diare (1%) dan
lain-lain. (7%). Angka Kematian Bayi (AKB) berdasarkan Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2019 menunjukkan 15 per 1000 KH dan
Angka Kematian Bayi (AKB) tertinggi pada tahun 2020 adalah BBLR
(35,3%). diikuti asfiksia 27,0% yang menempati urutan kedua, dan kelainan
kongenital 12,5%, sepsis 3,5%, tetanus neonatorum 21,% dan lain-lain 0,3%.
(Oktarina, 2022). Berdasarkan (Kemenkes RI, 2019) mengenai penyebab
neonatal (0-28 hari) di Indonesia tahun 2019 ditemukan bahwa kematian
neonatal terbanyak adalah kondisi berat badan lahir rendah (BBLR) dengan
jumlah kasus 7.150 yaitu dengan persentase 35,3% dan penyebab kematian
kedua adalah asfiksia dengan jumlah kasus 5,464 dengan persentase 27,0% 
dan dari tahun ke tahun jumlah kasus semakin bertambah. Dan pada tahun
2020 asfiksia mengalami peningkatan dan berada di posisi kedua dengan
persentase 27,4% dan lain lain 22,5 (Kemenkes RI, 2020). Hasil data awal
yang didapatkan dari Rumah Sakit Umum Hajjah Andi Depu Kabupaten
Polewali Mandar pada tahun 2019 sebanyak 65 kasus kejadian preeklamsia,
tahun 2020 sebanyak 10, tahun 2021 sebanyak 10, dan tahun 2022 dari bulan
januari-oktober sebanyak 4 kasus. Berdasarkan data yang didapatkan dari
Rumah Sakit Umum Daerah Majene angka kejadian preeklamsia pada tahun
2019 sebanyak 29 kasus, tahun 2020 sebanyak 92 kasus, tahun 2021 sebanyak
38 orang dan tahun 2022 dari bulan januari-oktober sebanyak 36 orang kasus
kejadian preeklamsia.

 Risiko asfiksia disebabkan oleh faktor ibu dan anak itu sendiri (Salam,
2022). Asfiksia neonatorum berhubungan dengan beberapa faktor risiko yaitu
faktor prenatal yaitu primipara, demam saat hamil, hipertensi saat hamil,
anemia, perdarahan prenatal dan kematian neonatus sebelumnya. Faktor
sugestif asfiksia neonatorum termasuk distres ibu, hipotensi mendadak,
vasokonstriksi, penurunan nutrisi/O2, usia, paritas, induksi persalinan, dan
persalinan lama. Faktor janin meliputi kelainan darah tali pusat, depresi
pernapasan, dan perdarahan intrakranial (Ningsih, 2021). Hipertensi, atau
preeklampsia, adalah sindrom khusus kehamilan yang bermanifestasi sebagai
vasospasme akibat aktivasi endotel dan penurunan perfusi organ, ditandai
dengan hipertensi dan proteinuria pada trimester kedua kehamilan.
Preeklampsia biasanya sembuh pada periode postpartum. Preeklampsia dapat
terjadi pada masa prenatal, intranatal, dan postpartum. 5% ibu dengan
preeklampsia mengalami hipertensi dan 1-2% mengalami hipertensi kronis.
Preeklampsia merupakan penyebab utama kematian ibu dan janin (Yeyeh et
al., 2021)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat


preeklampsia lebih cenderung memiliki bayi dengan skor APGAR rendah
dibandingkan dengan kehamilan normotensi. Proteinuria dan peningkatan
tekanan darah pada preeklamsia dapat menyebabkan skor APGAR rendah,
intrauterine growth restriction (IUGR), persalinan prematur, dan bahkan
kematian janin. (Alnakash & Mushina, 2019).

Preeklamsia adalah kondisi kompleks yang melibatkan pembuluh


darah ibu, janin, dan plasenta dengan perubahan patologis termasuk
arteriolopati desidua, jaringan nekrotik, perubahan iskemik, dan kejang,
sehingga memengaruhi hasil perinatal (Florencia et al., 2022). Preeklamsia,
yaitu banyak tanda dan gejala spesifik yang baru muncul dalam kandungan
setelah 20 minggu kehamilan (kecuali penyakit trofoblas), gejalanya antara
lain tekanan darah tinggi disertai protein dalam urin (Fatimah et al., 2021).
Salah satu komplikasi kehamilan penyebab kematian ibu adalah preeklamsia
(Andriani et al., 2022). Penyebab preeklampsia terdiri dari berbagai faktor,
antara lain invasi trofoblas yang abnormal, faktor imunologi, aktivasi sel
endotel, faktor genetik yang mempengaruhi ibu, plasenta, dan janin.
Pelayanan antenatal, persalinan dan nifas sangat penting untuk kelangsungan
hidup ibu dan anak, terutama bagi ibu hamil dengan penyakit yang
berhubungan dengan kehamilan. Salah satu komplikasi dari preeklampsia
adalah asfiksia pada neonatus, angka kematian akibat asfiksia pada neonatus
diperkirakan 23% dari seluruh kematian neonatus di seluruh dunia (Ade et al.,
2021)
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2017,
sekitar 295.000 wanita meninggal akibat komplikasi kehamilan dan
persalinan. Preeklampsia merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia
dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal (Hinelo et al.,
2021). Jumlah kematian ibu yang dikumpulkan selama pendaftaran program
kesehatan keluarga Kementerian Kesehatan meningkat setiap tahun. Pada
tahun 2021, 7.389 orang meninggal dunia di Indonesia. Angka ini meningkat
dari tahun 2020 yang meninggal sebanyak 4.627 orang (Kemenkes RI, 2021).
Tingginya angka kematian ibu di Provinsi Sulawesi Barat masih menjadi
masalah kesehatan utama. Setiap tahun, Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat
melalui dinas kesehatan provinsi mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan
anak sebagai salah satu kebijakan penting yang menjadi andalan pemerintah
dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat (Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Barat, 2017).

Hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi


sebelum kehamilan, selama kehamilan atau pada awal nifas. Golongan
penyakit ini ditandai dengan peningkatan tekanan darah yang biasanya disertai
dengan proteinuria, edema, kejang, koma, atau gejala lainnya. Preeklamsia
adalah kondisi yang terjadi pada kehamilan yang memasuki usia minggu ke-
20, ditandai dengan tingginya tekanan darah tinggi walaupun ibu hamil
tersebut tidak memiliki riwayat hipertensi (Ahmad et al., 2019). Insidensi
preeklampsia diperkirakan 3-10% dari seluruh kematian. Menurut WHO,
hipertensi menyumbang 16 persen dari semua kematian ibu di negara
berkembang, 9 persen di Afrika dan Asia, dan sebagian besar di Amerika
Latin dan Karibia sebesar 26 persen (I. M. Ulfa & Sinambela, 2019).

   Dampak dari asfiksia neonatorum adalah dapat mengakibatkan


terjadinya hipoksia dan aspirasi mekonium. Komplikasi yang dapat dialami
oleh bayi baru lahir adalah suhu yang tidak stabil, hipoglikemia dan kelainan
neurologis. (Ningsih, 2021). Menurut Kosim (2010), Asfiksia neonatorum
dapat mengakibatkan Encephalo Hypoksix Ischemic (ECHI), gagal ginjal akut,
gagal jantung dan gangguan sistem cerna. Sedangkan menurut (Prawirohardjo,
2014) apabila proses asfiksia berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak dan kematian. Komplikasi yang muncul pada asfiksia
neonatorum antara lain: Edema otak dan perdarahan otak, anuria atau oliguria,
kejang dan koma. Komplikasi pada berbagai organ yakni meliputi :
otak,jantung dan paru, gastrointestinal, ginjal dan hematologi (Simatupang,
2020)

Upaya yang dapat dilakukan untuk kejadian asfiksia adalah dimulai dari
masa kehamilan, persalinan dan beberapa saat setelah persalinan. Pencegahan
berupa : melakukan pemeriksaan antenatal 4 kali kunjungan, melakukan
rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap pada kehamilan
yang diduga berisiko bayinya lahir dengan asfiksia. Diberikan terapi
kortikosteroid antenatal untuk persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37
minggu. Melakukan pemantauan yang baik terhadap kesejahteraan janin dan
deteksi dini terhadap tanda-tanda asfiksia fetal selama persalinan dengan
kardiotokografi. Meningkatkan keterampilan tenaga obstetric dalam
pemantauan dan penanganan persalinan serta melakukan perawatan Neonatal
Esensial yang terdiri dari : Persalinan yang  bersih dan aman, Stabilisasi suhu,
Inisiasi pernapasan spontan, Inisiasi menyusu dini dan pencegahan infeksi
serta pemberian imunisasi (Simatupang, 2020).

Penelitian oleh Indah dan Apriliana tahun 2016 dengan judul Analisis
Korelasi Preeklampsia dengan Kejadian Kehamilan dan Asfiksia Neonatal di
Ruang Nicu RSUD Kota Mataram, hasil analisis statistik menggunakan uji
chi-square memberikan nilai p = 0,000 (pandlt; 0,05)). Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara prevalensi preeklampsia
dengan kejadian asfiksia neonatorum. Preeklampsia menyebabkan tekanan
darah tinggi yang mengurangi aliran darah ke plasenta. Dan sudah pasti
mengurangi pasokan oksigen dan makanan bayi. Dan akibatnya,
perkembangan anak melambat dan terjadi hipoksia intrauterin yang bahkan
lebih mematikan, karena penyakit ini, jaringan plasenta tiba-tiba bisa menjauh
dari rahim sebelum waktunya. Ketidakmampuan bayi untuk bernapas secara
normal setelah lahir karena berkurangnya suplai oksigen dan konsumsi
karbondioksida. Hipoksia ini menyebabkan asfiksia. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa preeklampsia kehamilan menyebabkan risiko asfiksia
(mati lemas) pada bayi baru lahir. (Kamila & Wathaniah, 2021)

Pada penelitian yang dilakukan di RSUD Kota Mataram, “Hubungan


Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatal”, didapatkan hasil bahwa preeklamsia
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian asfiksia. Pada penelitian
ini didapatkan angka kejadian sebesar 1,705 yang berarti ibu dengan
preeklampsia memiliki resiko 1,705 kali melahirkan bayi asfiksia (Nauval et
al., 2019). Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk menilai
faktor resiko preeklampsia pada ibu terhadap kejadian asfiksia neonatorum,
penelitian yang lebih spesifik oleh (Kongwattanakul et al., 2018) Secara
signifikan menemukan bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia berat
dengan komplikasi sindrom hemolysis. elevated liver enzyme, and low platelet
counts (HELLP) cenderung lebih berisiko melahirkan neonatus yang
mengalami asfiksia dibandingkan dengan ibu yang hanya mengalami
preeklamsia ringan.
Berdasarkan dari beberapa penelitian diatas bahwa dapat disimpulkan
sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan bahwa
Preeklampsia berhubungan dengan kejadian asfiksia pada bayi. Dari data dan
literatur-literatur diatas tersebut, sehingga peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang Perbedaan Rerata APGAR score pada bayi baru lahir yang
dilahirkan Ibu Hamil dengan Preeklampsia.

1.1 Rumusan Masalah


Apakah ada perbedaan rerata APGAR score pada bayi baru lahir yang
dilahirkan ibu hamil dengan preeklampsia?
1.2 Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk menganalisis perbedaan rerata APGAR score pada bayi baru lahir
dengan ibu preeklamsia
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kejadian preeklampsia pada ibu hamil
2. Untuk mengetahui perbedaan Rerata APGAR score pada bayi baru
lahir
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang Perbedaan rerata APGAR Score pada bayi
baru lahir yang dilahirkan ibu hamil dengan preeklampsia dan pendidikan
yang telah didapatkan saat melakukan penelitian dapat diterapkan
dikemudian hari.
b. Bagi Pengembang Ilmu
Hasil penelitian ini kiranya dapat dijadikan referensi dan sumber informasi
pada peneliti selanjutnya terutama pada penilaian kualitas dari tanda tanda
klinis depresi neonatal atau biasa disebut APGAR score

c. Bagi Pemerintah

Penelitian ini sekiranya dapat dijadikan informasi untuk Dinkes (Dinas


Kesehatan) sehingga dapat melakukan pendidikan kesehatan mengenai
preeklamsia dengan APGAR score pada bayi baru lahir.

d. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat


mengenai preeklamsia dengan APGAR score pada bayi sehingga ibu hamil
dapat melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Asfiksia


2.1.1 Definisi Asfiksia
Istilah asfiksia diambil dari bahasa yunani. Kata Asfiksia terdiri
atas kata a yang artinya tidak, dan fixtion yang artinya denyut. Keadaan
kurang atau tidak ada oksigen dan terkait dengan denyut atau pulsasi dapat
dijelaskan dengan kenyataan bahwa oksigen merupakan substansi yang
diperlukan untuk menjaga kehidupan yang disalurkan melalui aliran darah.
Ketika aliran darah berhenti maka aliran oksigen mengalami kemacetan
sehingga tidak teraba nadi. Pada kondisi saat ini, secara umum asfiksia
diartikan sebagai kondisi rendahnya kadar oksigen. Penurunan tekanan
oksigen di atmosfer, sumbatan jalan napas bagian luar atau dalam, darah
tidak mampu membawa oksigen, maupun gagalnya sel menggunakan
oksigen dapat menyebabkan kondisi asfiksia (Wiraagni et al., 2021).
Gejala asfiksia diklasifikasian berdasarkan nilai appearance (color= warna
kulit), pulse (heart rate = denyut nadi), Grimace (reflex terhadap
rangsangan), activity (tonus otot), dan Respiration (usaha bernapas) atau
sering disebut APGAR (Indah & Apriliana, 2016).

Asfiksia neonatorum adalah suatu kondisi di mana bayi baru lahir


tidak dapat bernapas secara spontan, teratur, dan adekuat segera setelah
lahir. Kondisi ini biasanya disertai hipoksia dan hiperkapnia dan sering
mengakibatkan asidosis. Asfiksia neonatorum merupakan kondisi serius
pada bayi yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur, sehingga
dapat mengurangi oksigen dan meningkatkan karbondioksida yang dapat
berdampak negatif di kemudian hari (Rohmatin et al., 2018)

2.1.2 Klasifikasi
Asfiksia diklasifikasikan berdasarkan APGAR score. APGAR Score
merupakan sarana untuk menilai kondisi bayi di menit pertama setelah
bayi lahir. Ada lima penilaian yang mudah untuk mengetahui kondisi bayi
secara umum. Skor ini digunakan oleh dokter untuk menentukan tindakan
apa yang perlu dilakukan begitu bayi lahir. APGAR score meliputi sebagai
berikut:
a) Denyut Jantung bayi. Denyut jantung bayi dihitung dan dinilai
iramanya. 100 kali per menit skornya 2, kurang dari 100 kali per menit
skornya 1, dan jika berdenyut skornya 0.
b) Napas. Napas bayi untuk menilai kematangan dan kesehatan organ
pernapasan bayi. Napas yang teratur skornya 2, napas ireguler (tidak
teratur) skornya 1, dan tidak bernapas skornya 0.
c) Gerakan. Untuk menilai kekuatan otot bayi. Gerak secara aktif
skornya 2, gerakan sedikit (pasif) skornya 1, lemas skornya 0.
d) Warna Kulit. Untuk menilai seberapa baik paru-paru bayi dalam
memompa oksigen ke seluruh tubuhnya. Jika kulit tubuh semua
berwarna merah (pink) maka skornya 2, tangan dan kaki kebiruan
skornya 1, dan jika semua kulit tubuh berwarna kebiruan skornya 0.
e) Refleks. Menangis dan merintih digunakan untuk menilai respons bayi
terhadap rangsangan. Menangis kuat skornya 2, merintih skornya 1,
tidak menangis skornya 0.
Table 2.1 Nilai APGAR score (Widiastuti et al., 2022)

Nilai APGAR Klinis 0 1 2

Warna Kulit Seluruh Badan Warna kulit tubuh Warna kulit tubuh, tangan,
biru atau puct normal merah muda, dan kaki normal merah
tetapi tngan dan kaki muda, tidak ada sianosis.
kebiruan

Denyut Jantung Tidak ada <100 ×/menit >100 ×/menit


(pulse)

Respons refleks Tidak ada respons Meringis atau Meringis atau bersin atau
(Grimace terhadap stimulasi menangis lemah batuk saat stimulasi saluran
ketika distimulus napas

Tonus Otot (Activity) Lemah atau tidak Sedikit gerakan Gerakan aktif
ada

Pernapasan Tidak ada Lemah atau tidak Menangis kuat, pernafasan


(Respiration) teratur baik dan teratur

 Dengan menilai APGAR score pada menit I


Hasil APGAR score : 0-3 : Asfiksia Berat
Hasil APGAR score : 4-6 : Asfiksia Sedang
Hasil APGAR score 7-10 : Normal
Tabel 2.2 Interpretasi Score

Jumlah Skor Interpretasi Catatan

10 Normal -

7-9 Asfiksia Ringan -

4-6 Asfiksia Sedang Memerlukan tindakan medis segera seperti


penyedotan lender yang menyumbat jalan
napas, atau pemberian oksigen untuk
membantu bernapas

0-3 Asfiksia berat Memerlukan tindakan medis yang lebih


intensif, resusitasi segera.

Rekomendasi kriteria penegakan diagnosis asfiksia neonatorum di


Indonesia

Tabel 2.3 Rekomendasi Penegakan Diagnosis Asfiksia Neonatorum Di


Indonesia (Menkes RI,2019)

No Fasilitas Ideal Keempat kriteria Fasilitas Terbatas Minimal Kedua Kriteria Harus
Harus Terpenuhi Terpenuhi Dengan Tidak Tersedianya Pemeriksaan
Analisa Gas Darah
1 Bukti Asidosis Metabolik atau Bukti riwayat hipoksik perinatal (missal; episodik
campuran (pH <7,0) pada gawat janin)
pemeriksaan Analisa Gas Darah
tali pusat.

Defisit basa 16 mmol/L dalam


60 menit pertama

2 Nilai APGAR ≤ 5 pada menit Nilai APGAR ≤ 5 pada menit ke-10 atau
ke-10
Bayi masih memerlukan bantuan ventilasi selama ≥ 10
menit

3 Manifestasi neurologis seperti Manifestasi neurologis seperti kejang, hipotonia, atau


kejang, hipotonia, atau koma koma (ensefalopati neonatus)
(ensefalopati neonatus)

4 Disfungsi multiorgan seperti: Disfungsi multiorgan seperti: gangguan kardiovaskular,


gangguan kardiovaskular, gastrointestinal, hematologi, respirasi, atau renal.
gastrointestinal, hematologi,
respirasi, atau renal

2.1.3 Etiologi
Penggolongan penyebab kegagalan pernapasan pada bayi menurut (Siti
Nurhasiyah Jamil et al., 2017) terdiri dari:
1) Faktor Ibu
a) Hipoksia Ibu
Hipoventilasi dapat terjadi akibat pemberian obat analgesik atau
anastesi dalam (internal), dan kondisi ini menyebabkan hipoksia janin
dengan segala akibatnya.
b) Gangguan aliran darah uterus
Gangguan aliran darah pada uterus menyebabkan penurunan, yang
sering dinyatakan dalam gangguan kontraksi uterus, hipotensi
mendadak akibat perdarahan ibu, hipertensi pada penyakit eklamsia
dll.
2) Faktor plasenta
Pertukarran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta, asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada palsenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta
dsb.
3) Faktor fetus
Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah umbilicus dan menghambat pertukaran gas
antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada
keadaan talipusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat anytara
jalan lahir dan janin, dll.
4) Faktor Neonatus
Depresi pernapasan pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh
beberapa penyebab, yaitu penggunaan anestesi yang berlebihan oleh ibu,
trauma lahir seperti hernia diafragma, atresia atau stenosis saluran napas,
hipoplasia paru, dll.
Asfiksia pada bayi baru lahir terjadi ketika bayi mengalami
gangguan pertukaran gas dan transportasi O2 saat lahir dan mengalami
kesulitan menghilangkan karbon dioksida. Pada kondisi ini, biasanya bayi
tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hingga saat
ini, asfiksia masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas
perinatal.
Jika proses ini berjalan terlalu jauh, itu menyebabkan kerusakan
otak atau kematian. Sesak napas juga dapat memengaruhi fungsi organ
vital. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam kandungan, dan
hipoksia ini terkait dengan faktor yang terjadi selama kehamilan,
persalinan, atau segera setelah lahir.
Banyak kelainan bayi baru lahir terkait erat dengan asfiksia janin.
Pada pasien yang mati lemas, sindrom gangguan pernapasan, aspirasi
mekonium, infeksi, dan kejang ditemukan sebagai kondisi yang sering
terjadi setelah mati lemas. Pasien sesak napas mungkin juga memiliki
kondisi lain, seperti gagal jantung, syok neonatal, gagal ginjal, atau
gangguan gastrointestinal. Kelainan ini merupakan salah satu faktor
penyebab tingginya kematian bayi pada periode perinatal.
Konsekuensi sesak napas semakin parah jika anak tidak dapat
dirawat sepenuhnya. Prosedur yang dilakukan pada bayi bertujuan untuk
menjaga kelangsungan hidup mereka dan membatasi kemungkinan gejala
tambahan.

2.1.4 Manifestasi klinis


Menurut (Siti Nurhasiyah Jamil et al., 2017) adapun tanda dan gejala dari
asfiksia neonatorum adalah:
a) Hipoksia
b) RR> 60 ×/menit
c) Bernapas tersendat-sendat sampai terjadi henti napas
d) Bradikardia
e) Penurunan tonus otot
f) Warna kulit sianotik/pucat
2.1.5 Patofisiologi Asfiksia Neonatorum
Bayi yang bernapas secara spontan tergantung pada keadaan janin
pada masa hamil dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara. Proses ini sangat
perlu untuk merangsang hemoreseptor pusat pernapasan untuk terjadinya
usaha pernapasan yang pertama yang kemudian akan berlanjut menjadi
pernapasan yang teratur. Pada penderita asfiksia berat usaha napas ini tidak
tampak dan bayi selanjutnya dalam periode apneu. Apneu atau kegagalan
pernapasan yang mengakibatkan berkurangnya oksigen dan dapat
meningkatkan karbondioksida, pada akhirnya mengalami asidosis
respiratorik. Pada tingkat ini disamping penurunan frekuensi denyut
jantung (bradikardi) ditemukan pula penurunan tekanan darah dan bayi
nampak lemas (flasid). Pada asfiksia berat bayi tidak bereaksi terhadap
rangsangan dan tidak menunjukkan upaya bernapas secara spontan Pada
tingkat pertama gangguan pertukaran gas/transport O2 (menurunnya
tekanan O2 darah mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik, tetapi
bila gangguan berlanjut maka akan terjadi metabolism anaerob dalam tubuh
bayi sehingga terjadi asidosis metabolic, selanjutnya akan terjadi perubahan
kardiovaskuler menurut (Rosdiana,2019)

2.1.6 Komplikasi Asfiksia Neonatorum


Menurut (Dhamayanti, 2017) asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir
dapat menimbulkan komplikasi pada berbagai organ, yaitu:
a) Otak: dapat mengakibatkan hipoksia iskemik ensefalopati, edema
serebri, kecacatan cerebral, palsy
b) Jantung dan paru-paru: Hipertensi pulmonal presisten pada neonatus,
perdarahan paru, dan edema paru.
c) Gastrointestinal: enterokolitisnekrotikana
d) Ginjal: tubular nekrosis akut, siadh
e) hematologi: DIC
2.1.7 Penanganan
Penanganan yang dapat dilakukan untuk asfiksia pada bayi baru lahir
yaitu menjaga tubuh bayi tetap hangat, posisikan bayi dengan tepat, isap
lendir secara benar, berikan rangsangan taktil dan jika perlu berikan nafas
buatan. Apabila bayi didapatkan terjadi kebiruan pada kulit, tidak
menangis kulit, tonus otot melemah segera lakukan resusitasi sebagai
tindakan awal. Jika resusitasi telah dilakukan namun tidak ada perubahan
yang terjadi pada bayi, Selanjutnya lakukan ventilasi tekanan positif
(VTP) (Murniati et al., 2021). Penanganan dapat dilihat dari derajat
asfiksia dengan nilai skor APGAR (Mayasari et al., 2018).
2.2 Tinjauan Umum Tentang Preeklamsia
2.2.1 Pengertian Preeklamsia
Preeklampsia merupakan salah satu kondisi yang berbahaya bagi
ibu hamil. Preeklampsia adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi yang
terjadi pada ibu hamil, setelah usia kehamilan 20 minggu (≥ 20 minggu).
Namun, preeklampsia dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan,
maupun setelah melahirkan atau masa nifas. Tidak ada kejang pada
preeklampsia. Namun jika hipertensi kehamilan diikuti kejang, maka
disebut Eklampsia (Kurniawati et al., 2020)

Menurut (Lalenoh, 2018), Preeklamsia adalah kelainan multi


sistemik yang terjadi pada kehamilan yang ditandai dengan adanya
hipertensi dan edema, serta dapat disertai proteinuria, biasanya terjadi pada
usia kehamilan 20 minggu ke atas atau dalam trisemester ketiga dari
kehamilan, tersering dalam kehamilan 37 minggu, ataupun dapat terjadi
segera sesudah persalinan. Preeklamsia merupakan sindrom spesifik
kehamilan yang terutama berkaitan dengan berkurangnya perfusi organ
akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang bermanifestasi dengan
adanya peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Preeklamsia dapat
berkembang dari ringan, sedang, sampai dengan berat, yang dapat
berlanjut menjadi eklamsia.

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi pada Kehamilan


Menurut (Retnaningtyas, 2021) dalam bukunya Preeklamsia digolongkan
menjadi 2 yaitu
a) Preeklamsia ringan
1) TD sebesar 140/90 mmHg atau +30 / +15 diatas nilai dasar,pada
dua kesempatan terpisah sedikitnya 6 jam
2) Edema: Edema local tidak dimasukkan kedalam kriteria
preeklamsia kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema
generalisata.
3) Protein urine: ≥ 300 mg/24 jam atau ≥1 +dipstick (sarwono,2013)
b) Preeklamsia berat
1) Tekanan darah 160/110 mmHg yang didapat pada 2 kesempatan
terpisah sekitar 6 jam sat ibu hamil dalam keadaan berbaring
2) Proteinuria > 5 g dalam 24 jam (3+ sampai 4+ pada dipstick).
3) Oliguria (Pengeluaran urine <400 ml/24 jam).
4) Kenaikan kadar keratin plasma
5) Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur
6) Nyeri episgatrum atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
(Akibat terenggangnya kapsula glisson)
7) Edema paru dan sianosis
8) Hemolisis mikroangiopatik
9) Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 atau penurunan
trobosit dengan cepat
10) Gangguan fungsi hepar : peningkatan kadar alanine dan asparte
aminotransferase
11) Pertumbuhan janin yang terhambat (Sarwono,2013)

2.2.3 Etiologi
Penyebab pasti preeklampsia masih belum diketahui. Faktor risiko
terjadinya preeklampsia pada ibu hamil misalnya:
a) Penyakit kehamilan sebelumnya dan keluarga dengan preeklampsia
selama kehamilan
b) Biasanya terjadi pada kehamilan anak pertama
c) Ibu hamil berusia diatas 35 tahun
d) Ibu yang kelebihan berat badan atau obesitas
e) Kehamilan kembar
f) Ibu hamil dengan diabetes melitus
g) Ibu hamil dengan hipertensi atau darah tinggi
h) Reaksi imun yang tidak sesuai (adaptif)/ abnormal antara jaringan ibu,
plasenta dan janin
2.2.4 Manifestasi Klinis
Preeklamsia pada ibu hamil memiliki tanda dan gejala yang khas yaitu:
a) Tekanan darah meningkat diatas 140/90 mmHg
b) Berat badan yang melebihi normal selama kehamilan atau
pembengkakan yang tidak normal, pembengkakan yang tiba-tiba dan
meluas, pembengkakan yang tidak menghilang saat kaki diistirahatkan.
pembengkakan dapat terjadi pada ekstremitas (seperti tangan atau
kaki) atau wajah
c) Pada pemeriksaan urin di laboratorium atau di puskesmas ditemukan
adanya zat protein dalam urin/air kencing ibu.
Secara umum, preeklamsia dibagi menjadi:
1) Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan ditandai dengan :tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg selama seminggu atau lebih, pemeriksaan proteinuria atau air
kencing di puskesmas atau pelayanan kesehatan menunjukkan jumlah
protein diatas 300 mg atau proteinuria 1+, tidak ada keluhan sakit
kepala yang berat, penglihatan tidak kabur.
2) Preeklampsia Berat
Pre-eklampsia berat jika tekanan/tensi darah > 160/110 mmHg, hasil
urinalisis di pelayanan kesehatan ≥ 5 gr / ≥ 3, urine sedikit (kurang dari
00-500 ml/jam), pusing/sakit kepala terus menerus, pandangan
kabur/bercak serupa di depan mata, sakit perut, mual/muntah, sesak
napas, janin kecil atau tidak berkembang, masalah hati.
2.2.5 Patofisiologi preeklampsia

Patofisiologi preeklampsia disini diambil dari teori gangguan


perfusi plasenta dan disfungsi sel endotel. Normalnya, arteri yang
berbentuk spiral di uterus akan melebar dan menipis, sehingga membuat
diamternya menjadi lebih lebar. perubahan ini akan mengakomodasi
peningkatan volume darah selama kehamilan Namun, adaptasi ini hanya
terjadi sebagian pada ibu dengan preeklamsia, sehingga akan menurunkan
perfusi plasenta dan terjadi hipoksia. Iskemia plasenta dimungkinkan akan
memicu pengeluaran substansi toksin yang menyebabkan vasospasme dan
berakibat pada perburukan perfusi jaringan pada semua system organ,
peningkatan resistensi perifer dan tekanan darah, peningkatan
permiabilitas sel endotel, memicu hilangnya cairan dan protein
intravaskuler yang pada akhirnya terjadi penurunan volume plasma.
Penurunan perfusi ginjal akan menurunkan laju filtrasi
glomeroulus dan menyebabkan oliguria. Protein (terutama albumin) akan
muncul dalam urin. Serum asam urat akan meningkat, sodium dan air
akan teretensi. Pada akhirnya nekrosis akut pada tubular dan gagal ginjal
akut dapat terjadi.

Penurunan volume plasma dapat menyebabkan penurunan volume


intravaskuler, peningkatan hemokonsentrasi, peningkatan viskositas
darah, dan edema jaringan. Vasospasme arteri dapat menyebabkan
kerusakan endotel dan peningkatan permiabilitas kapiler, dan
meningkatkan risiko edema pulmoner. Vasospasme arteri ini juga akan
menurunkan aliran darah ke retina dan memicu gangguan penglihatan dan
pandangan kabur atau ganda.

Penurunan perfusi liver dapat memicu gangguan fungsi liver,


meningkatkan level enzim liver, dan edema liver yang ditandai dengan
munculnya keluhan nyeri epigastrik. Komplikasi neurologis dapat
berhubungan dengan kejadian edema serebral, perdarahan, dan
peningkatan iritabilitas system saraf pusat. Peningkatan iritabilitas ini
akan memunculkan nyeri kepala, hiperrefleksia, dan kejang. Tidak hanya
berpengaruh pada kondisi ibu, preeklampsia ini juga berpengaruh pada
perkembangan janin, termasuk pertumbuhan janin terhambat (IUGR),
penurunan cairan amnion, oksigenasi fetal abnormal, berat badan rendah,
dan persalinan preterm (Samutri et al., 2022)

2.2.6 Dampak preeklampsia pada Ibu


Preeklamsia menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental
pada ibu hamil. Dampak pada kesehatan fisik yang dialami ibu adalah:
a) Ari-ari/ plasenta lepas atau pecah saat melahirkan
b) Anemia (kekurangan darah)
c) Penglihatan kabur hingga buta (tidak ada penglihatan sama sekali)
d) Perdarahan pada hati, perdarahan saat melahirkan
e) Serangan pitam (jika muncul kejang disebut eklamsia)
f) Gagal jantung
g) Kehilangan kesadaran/ koma hingga kematian
Namun, kesehatan mental ibu hamil dapat terpengaruh memanifestasikan
dirinya dalam bentuk sebagai berikut:
1) Kecemasan atau kegelisahan
2) Penurunan kualitas tidur menurun
3) Stres dan mudah tersinggung
Gangguan psikologis ini secara tidak langsung dapat memperparah
hipertensi dan gejala fisik lainnya pada ibu hamil dengan
preeklampsia.
2.2.7 Pemeriksaan penunjang
Selain anamneses dan pemeriksaan fisik, pada kecurigaan adanya
preeklamsia sebaiknya diperiksa juga:
a) pemeriksaan darah rutin serta darah kimia: Urium keratin, SGOT,
LDH, Bilirubin.
b) Pemeriksaan uriene, protein, urin, reduksi, bilirubin Sedimen
c) Kemungkinan adanya pertumbuhan janin terhambat dengan konfirmasi
USG (bila tersedia)
d) Kardiotografi untuk menilai kesejahteraan
2.2.8 Komplikasi
Berikut ini beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada ibu yang
mengalami preeklampsia postpartum adalah (Anggraini et al., 2022)
a) Kejang pasca melahirkan atau eklamsia, yang secara permanen dapat
merusak organ vital, termasuk otak, mata, hati, dan ginjal.
b) Edema paru, kondisi yang mengancam jiwa akan terjadi apabila
kelebihan cairan di paru-paru.
c) Stroke, yang terjadi ketika aliran darah ke bagian otak terganggua atau
berkurang secara signifikan, mengakibatkan kekurangan oksigen dan
nutrisi di jaringan otak. Stroke adalah keadaan darurat medis.
d) Tromboemboli, adalah sumbatan pembuluh darah yang disebabkan
oleh keluarnya bekuan darah dari tubuh ibu yang lain. Tromboemboli
juga merupakan keadaan darurat medis.
e) Sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes,low platelet
count), yang berarti hemolisis (penghancuran sel darah merah),
peningkatan enzim hati dan penurunan jumlah trombosit. Sindrom
HELLP dapat dengan cepat mengancam jiwa. Gejala yang ditemukan
adalah mual dan muntah, nyeri kepala, dan nyeri pada perut bagian
kanan atas. Sindrom HELLP juga sangat berbahaya karena
menyebabkan rusaknya beberapa sistem organ. Kondisi ini
dimungkinkan untuk berkembang secara tiba-tiba bahkan sebelum
hipertensi terdeteksi, atau dimungkinkan juga berkembang tanpa
adanya gejala sama sekali.
f) Kematian jika tidak segera ditangani.
Dan efek sampingnya jika ibu mengalami eklampsia komplikasinya
akan lebih serius, termasuk:
1) Efek samping dari kejang yang terjadi seperti lidah tergigit, cedera
kepala, patah tulang, aspirasi atau tertelannya ludah atau muntahan
isi perut ke saluran napas.
2) Kerusakan pada system saraf pusat, perdarahan otak, gangguan
visual hingga kebutaan yang disebabkan kejang berulang
2.3 Tinjauan Teori Newborn
2.3.1 Definisi
Bayi baru lahir merupakan bayi dalam empat minggu pertama
kehidupan (Williamson & Crozier,2013). Terdapat istilah bayi baru
lahir normal yang didefinisikan sebagai bayi yang dilahirkan pada
usia kehamilan aterm dengan berat lahir 2500-4000 gram. Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2015), Bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37-42
minggu dengan berat lahir 2500-4000 gram. Dalam konsep ini,
Bayi baru lahir normal diartikan sebagai bayi yang lahir dengan
presentasi belakang kepala melalui vagina, tanpa memakai alat,
pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan
berat badan lahir 2500-4000 gram, dengan nilai APGAR >7 dan
tanpa cacat bawaan (Apriza et al., 2020)
2.3.2 Tahapan Bayi Baru lahir
Tahapan bayi baru lahir menurut (Octa Dwienda R, Skm. et al.,
2014) sebagai berikut:
a) Tahapan I terjadi segera setelah lahir, pada menit-menit
pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan system scoring
apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan
ibu.
b) Tahap II disebut tahap transisional rektivitas, pada tahap II
dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya
perubahan perilaku.
c) Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah
24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.
2.3.3 Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
Penatalaksanaan bayi baru lahir menurut (Rohmawati, 2022),
sebagai berikut:
a) Membersihkan jalan napas dan menilai APGAR skor dalam 1
menit membersihkan jalan nafas menggunakan cara:
1) Penolong mencuci tangan dan memakai sarung tangan
yang steril
2) Bayi ditidurkan terlentang dan kepala sedikit ekstensi,
badan bayi dalam keadaan terbungkus
3) Pangkal penghisap lender dibungkus dengan kain kasa
steril, tuang ke mulut penolong
4) Tangan kanan penolong membuka mulut bayi kemudian
jari telunjuk tangan kiri dimasukkan kedalam mulut bayi
sampai epiglottis (buat menahan pengecap bayi) jari tangan
kanan memasukkan pipa. Sejajar dengan jari telunjuk
tangan kiri, isap lendir sebanyak-banyaknya dengan arah
memutar
5) Memasukkan selang secara terus-menerus ke hidung,mulut,
kemudian lendir diisap sebanyak mungkin
6) Isap lendir kemudian ditampung diatas bengkok dan ujung
pipa dibersihkan dengan kain kasa
7) Lakukan pengisapan hingga bayi menangis dan sampai
lendirnya bersih, lalu bersihkan daerah indera pendengar
serta di sekitarnya.
b) Keringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan
menggunakan kain atau kain yang lembut
c) Potong dan ikat tali pusat dengan memperhatikan teknik aseptic
serta antiseptic sekaligus dengan menilai APGAR skor pada
menit ke 5
1) Asfiksia Ringan : Nilai APGAR skor 7-10
2) Asfiksia Sedang : Nilai APGAR skor 4-6
3) Asfiksia Berat : Nilai APGAR skor 0-3
d) Mempertahankan suhu tubuh bayi menggunakan cara: Bayi di
bungkus menggunakan kain hangat, bayi jangan dibiarkan pada
keadaan basah, bayi tidak dimandikan dengan air dingin,
bungkus bagian kepala dengan topi kain.
e) Segera mendekatkan bayi ke ibu setelah lahir
f) Membersihkan badan bayi
g) Memberikan obat mata buat mencegah infeksi dengan cara
membersihkan mata menggunakan jari telunjuk dan ibu jari
tangan kiri membuka mata serta teteskan obat pada mata
menggunakan tangan kanan, obat tepat diatas kelopak mata,
sesudah obat masuk bersihkan sekitar luar mata menggunakan
kapas yang lembab dan membersihkan alat-alat
h) Melakukan pemeriksaan kesehatan bayi untuk menemukan
kelainan pada kehamilan, persalinan dan kelainan.
1) Mengukur BB, TB, LK, LILA, dan LD
2) Mengobservasi tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu dan
Pernafasan)
3) Mengobservasi keadaan refleks
i) Memasang pakaian bayi
j) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan jalan lahir, tali
pusat bayi dan kebersihan bayi
2.3.4 Masalah yang terjadi pada Neonatus
(Nisa, 2022) masalah yang terjadi pada neonatus antara lain
sebagai berikut:
1) Bayi Idiopatic Respiratory Distress Syndrome (IRDS)
Sindrom distress pernafasan merupakan perkembangan
imatur padda sistem pernafasan dan juga tidak adekuatnya
jumlah surfaktan didalam paru. Istilah sindrom gawat nifas
(RDS) dipakai untuk disfungsi pernafasan untuk bayi baru
lahir. RDS merupakan penyakit paru yang sering terjadi pada
bayi preterm (Handriana, 2016). Penanganan respiratory
distress syndrome:
a) Jalan napas dibersihkan menggunakan penghisap lendir dan
kasa steril
b) Pertahankan suhu tubuh bayi dengan cara membungkus
bayi dan dirawat di inkubator
c) Posisi bayi, kepala ekstensi dan miringkan ke satu sisi
supaya bisa bernafas secara spontan
d) Jika apnea terjadi segera lakukan nafas buatan mouth to
mouth
e) Beri oksigen
f) Berikan cairan, glukosa dan elektrolit untuk mencegah
terjadinya dehidrasi kekurangan kalori
g) Pemberian NaHCO3 dapat mengatasi asidosis metabolic
dan antibiotic untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder
2) Hiperbilirubin atau penyakit kuning
Hiperbilirubin merupakan kondisi dimana kadar
bilirubin di dalam darah yang berlebihan sehingga terjadi
perubahan warna menjadi kuning pada kulit, konjungtiva,
mukosa dan seluruh tubuh. Penanganan hiperbilirubin pada
bayi baru lahir yaitu: Menyusui bayi segera setelah lahir
sehingga mengurangi risiko mengembangkan penyakit kuning
dan lakukan terapi sinar.
3) Hipotermia
Hipotermia merupakan pengeluaran panas akibat selalu
terpapar dingin sehingga dapat mempengaruhi kemampuan
tubuh memproduksi panas. Hipotermia pada bayi baru lahir
merupakan suhu dibawah 36,5C. Penanganan hipotermia yaitu
dengan mengeringkan tubuh bayi menggunakan handuk kering,
bersih dan hangat, hangatkan tubuh bayi dengan metode
kanguru, menutup kepala bayi menggunakan topi, berikan ASI
dan rujuk bayi ke Rumah Sakit jika perlu (Octa, 2014)
4) Fraktur Klavikula
Faktur klavikula merupakan patah tulang klavikula saat
proses persalinan karena terjadinya kesulitan dalam melahirkan
bahu pada kelahiran pada presentasi kepala dan melahirkan
lengan dengan presentasi bokong. Penanganan yang dilakukan
pada bayi fraktur klavikula yaitu:
a) Pada bayi Nampak kesakitan jika digerakkan, laukan serupa
penanganan fraktur humerus
b) Jika tidak ada keluhan meskipun ditemukan fraktur dengan
teroisah atau terlepas, tidak perlu untuk difikasi
c) Proses penyembuhan sekitar 3 minggu
d) Lakukan manajemen palsi lengan jika terjadi fraktur
klavikula yang disertai dengan paralisis nervus
e) Beri nasihat kepada ibu agar kembali mengganti pembalut 5
hari kemudian
5) Asfiksia
Asfiksia merupakan kondisi ketika bayi tidak dapat
bernafas segera mungkin dan teratur setelah lahir. Keadaan ini
disebabkan hipoksia pada janin didalam kandungan. Hal ini
dikarenakan adanya factor-faktor kehamilan, persalinan atau segera
setelah bayi lahir (Meihartati, 2018).
Dikutip dari buku Afrida (2022) Penanganan asfiksia yaitu:
a) Pastikan saluran terbuka : Letakkan bayi pada posisi kepala
defleksi kemudian bahu diganjal sekitar 2-3 cm, hisap mulut,
hidung dan jika perlu masukkan pipsa endo trachel (pipa ET)
agar memastikan saluran pernafasan terbuka
b) Memulai Pernafasan : Pakai rangsangan taksil untuk
mengawali pernafasan dengan menggunakan VTP jika bisa
seperti : sungkup, balon pipa ET atau mulut ke mulut.
c) Pertahankan sirkulasi : Rangsang dan pertahankan sirkulasi
darah, kompresi dada dan lakukan pengobatan.
6) BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
BBLR merupakan bayi lahir kurang dari 2500 gramm tidak
berpatokan pada masa gestasi. Berat lahir merupakan berat bayi
ditimbang yang dalam 1 jam setelah lahir. Penanganan BBLR
yaitu:
a) Memeriksakan kehamilan yang dilakukan secara berkala
minimal 4 kali dalam waktu kehamilan dan dimulai pada umur
hamil muda
b) Melakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan mengenai
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam Rahim, tanda-
tanda bahaya selama kehamilan dan cara perawatan diri dan
menjaga kehamilan
c) Melibatkan sector lain untuk berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu hamil dan status keluarga agar dpaat
meningkatkan akses terhadap pelayanan antenatal.
i.
Etiologi Preeklamsia
2.4 Kerangka Teori
1. Preeklamsia
Faktor Ibu :
Preeklamsia sebelumnya
1. Hipertensi
d) 2. Biasanya kehamilan
2. Obesitas anak pertama
3. e) Mellitus
Diabetes 3. Ibu yang kegemukan
4. Kehamilan
f) kembar atau obesitas
4. ibu hamil yang
Faktorg)Janin mempunyai riwayat
1. Faktorh)ibu hipertensi
2. Faktor plasenta Asfiksia
3. Faktori)fetus
4. Faktorj)Neonatus
Penanganan yang dapat
dilakukan untuk asfiksia pada bayi
Manifestasi
k) Klinis : baru lahir yaitu menjaga tubuh bayi
l) tetap hangat, posisikan bayi dengan
1. Hipoksia tepat, isap lendir secara benar,
2. RR> 60
m)×/menit berikan rangsangan taktil dan jika
3. napas megap-megap/gasping perlu berikan nafas buatan. Apabila
sampai dapat terjadi henti napas bayi didapatkan terjadi kebiruan
4. Bradikardia pada kulit, tidak menangis, tonus
5. Tonus otot berkurang otot melemah segera lakukan
6. Warna kulit sianotik/pucat resusitasi sebagai tindakan awal.

Klasifikasi Asfiksia
Penilaian APGAR score
10 = Normal
Apparence : Warna Kulit
7-9 = Asfiksia ringan
Pulse : Denyut Jantung
4-6 = Asfiksia sedang
Grimace : Respons refleks
0-3 = Asfiksia berat
Activity : Tonus Otot
Dengan pengukuran :
Respiration : Pernapasan
1 menit pertama
5 menit berikutnya

Gambar 2.2 kerangka Teori

Sumber : Erma Retnaningtyas., SKM., S.Keb,.Bd (2021) Siti Nurhasiyah Jamil et


al ( 2017) Widiastuti et al ( 2022), Siti Nurhasiyah Jamil (2017)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah kerangka untuk melihat


hubungan antara variabel yang termasuk dalam penelitian atau
hubungan konsep dengan konsep lain dari masalah yang dipelajari
(Sampurna & Nindhia, 2018), Yang dimana variable yang diteliti
adalah variable independen dan dependen. Variabel Independen
dalam penelitian ini adalah preeklamsia, sedangkan variabel
dependen yaitu APGAR score. Dan dijelaskan dalam bentuk bagan
sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Preeklampsia APGAR score

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Arah Penghubung

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

a. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap


masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara
empiris. Jadi hipotesis dianggap jawaban sementara terhadap suatu
permasalahan yang paling dianggap benar, karena hipotesis
merupakan rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang
diperoleh dari penelaan kepustakaan (Sampurna & Nindhia, 2018).
Hipotesis dari penelitian ini yaitu ada perbedaan rerata APGAR
score pada bayi baru lahir yang dilahirkan ibu hamil dengan
preeklampsia.

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif


dengan pendekatan Case Control yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara variabel independen dan dependen berdasarkan perjalanan
waktu secara retrospektif (Dharma, 2011). Dengan kata lain, dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rerata APGAR score
pada bayi baru lahir yang dilahirkan ibu hamil dengan preeklampsia.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Hajjah Andi Depu Kabupaten Polewali Mandar dan di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Majene pada Februari-Maret 2023.
4.3 Populasi, Sampel dan Penentuan Sampling
a) Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah subjek yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti (Nursalam, 2016). Populasi
dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin dengan preeklamsia dan
bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Hajjah Andi Depu
Kabupaten Polewali Mandar dan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Majene sebanyak 30 ibu bersalin dengan preeklamsia.
b) Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bagian
populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui
penentuan sampling (Nursalam,2016).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu
menggunakan teknik convinience sampling atau accidental sampling.
Dengan kriteria sampel :
1) Kriteria inklusi

a) Ibu yang baru melahirkan (24 jam pertama)

b) Bayi yang baru lahir (24 jam pertama)

2) Kriteria eksklus
a. Bayi kelainan kongenital (kelainan jantung)
c) Teknik Sampling
Metode sampling yaitu suatu cara yang telah ditetapkan oleh
peneliti untuk menentukan atau memilih sejumlah sampel dari
populasinya (Dharma, 2011). Teknik sampling dalam penelitian ini
menggunakan Non probability sampling dengan pendekatan
Convinience sampling yang dimana sampel diambil sesuai dengan
keinginan peneliti tanpa sistematika tertentu. Dalam penelitian ini
dilakukan selama 4 minggu dengan batas minimal 30 sampel.

4.4 Alur Penelitian


Alur pada penelitian ini diuraikan sebagai berikut

Pengurus surat pengantar penelitian ke RSUD


Tahap Persiapan
untuk pengambilan data awal

Desain Penelitian

Metode penelitian observasional dengan


pendekatan Case control

Menentukan populasi dan sampel


penelitian

Pengumpulan data Rekam


Medik
Hasil dan Kesimpulan Analisa Data

Gambar 4.1 Alur Penelitian

4.5 Variabel Penelitian


a. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab
terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependen (Chalimi, 2021).
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu preeklamsia.
b. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen atau yang biasa disebut variabel terikat
yang dipengaruhi oleh variabel independen. (Frisca et al., 2022).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah APGAR Score
4.6 Defenisi Operasional Variabel
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel Penelitian Definisi operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala

Variabel Independen

Preeklamsia Preeklamsia merupakan Rekam Preeklamsia= Nominal


darah tinggi atau hipertensi Medik 1
yang terjadi pada ibu hamil,
Bukan
setelah usia kehamilan 20
minggu (≥ 20 minggu). preeklamsia=
Namun, demikian, 2
preeklamsia dapat terjadi
dimasa kehamilan,
persalinan, maupun setelah
persalinan atau masa nifas.
Pada preeklamsia tidak
terjadi kejang.
Variabel Dependen

APGAR score APGAR Score merupakan Rekam APGAR score Interval


alat yang dapat digunakan
Medik = 0-10
untuk menilai kondisi anak
pada menit pertama setelah
lahir. Ada lima parameter
sederhana untuk menilai
kondisi umum bayi.Terdiri
dari :
1. Denyut jantung bayi
2. Pernafasan
3. Gerakan
4. Warna kulit
5. Refleks

4.7 Alat Dan Cara Pengumpula Data


a) Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh


peneliti dalam mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rekam medik berupa
status pasien ibu bersalin status preeklamsia dan APGAR score.
b) Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan data
sekunder yang didapatkan dari ruang bersalin berupa data Rekam medik
ibu bersalin.
4.8 Metode Pengolahan Data Dan Tekhnik Analisa Data
a) Rencana Pengolahan Data
1) Editing
Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan saat penelitian.

2) Coding

Coding merupakan pemberi kode yang bertujuan untuk mempermudah


pengolahan data. Semua variabel diberi kode terutama data klasifikasi
sebagai berikut:
a) Preeklamsia
Preeklamsia 1
Tidak preeklamsia 2
b) APGAR score
Rentan 0-10
3) Transfering
Transfering merupakan kegiatan memindahkan data dalam master
tabel
4) Entry Data
Memasukkan data ke dalam komputer sedemikian rupa agar mudah
dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisi univariat
dan bivariat.

b) Teknik Analisa Data

1. Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu tekhnik analisis data terhadap satu
variabel secara mandiri, tiap variabel dikaitkan dengan variabel
lainnya. Dalam penelitian ini menggunakan analisis persentase
2. Analisis Bivariat
Analisi bivariat merupakan analisis yang digunakan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi
(Notoatmodjo,2010). Dalam penelitian ini menggunakan uji T-test
tidak berpasangan (Aplikasi SPSS).
4.9 Etika Penelitian
Menurut (Handayani, 2018) etika penelitian membutuhkan pedoman etis
dan norma yang mengikuti perubahan dinamis masyarakat. Sikap ilmiah yang
perlu dipegang teguh seorang peneliti yaitu harus berdasarkan prinsip etik dan
norma penelitian. Prinsip etik dalam lingkup kesehatan yaitu sebagai berikut:
a. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for persons)
Peneliti harus menghormati harkat dan martabat manusia seperti
menjaga privasi responden. Responden berhak juga mengetahui apa tujuan
dilaksanakan penelitian dan memiliki kebebasan untuk mengambil
keputusan. Peneliti juga memberikan informed consent atau surat
persetujuan.
b. Beneficience (berbuat baik) dan nonmalaficience (tidak merugikan)
Dalam penelitian ini yang berhubungan berbuat baik yang harus
dilakukan peneliti yaitu membantu orang lain dan bermanfaat tanpa harus
merugikan siapapun.
c. Justice (keadilan)
Prinsip etik keadilan yang perlu di terapkan peneliti adalah
memperlukan semua orang sama dengan moral yang benar dan layak
dalam memperoleh haknya tanpa harus membeda-bedakan dari usia dan
gender, status ekonomi, budaya dan pertimbangan etnik
DAFTAR PUSTAKA

Ade, V., Maria, W., Suryadinata, R. V., & Boengas, S. (2021). Studi Faktor
Risiko Preeklamsi terhadap Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD dr .
Sayidiman Magetan Tahun 2018 Study of Preeclampsia Risk Factors on the
Incidence of Asphyxia Neonatorum at RSUD dr . Sayidiman Magetan in
2018. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 2071(1), 11–19.

Ahmad, Z. F., Surya, S., & Nurdin, I. (2019). AKADEMIKA JURNAL UMGo
FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMSIA DI RSIA SITI Jurnal
Ilmiah Media Publikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ilmiah Media
Publikasi Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, 8, 150–162.

Alnakash, P. A. H., & Mushina, Z. A. (2019). Relationship between preeclampsia


umbilical blood flow and perinatal outcome. December 2015, 465.

Anggraini, D. D., Wahyuni, S., Fitria, R., Amalina, N., Darmiati, Rahmadyanti,
Arum, D. N. S., Chairiyah, R., Wahyuni, S., Santi, M., Yuliyanik, Sari, V.
K., Petralina, B., Megasari, A. L., Putri, N. R., Argaheni, N. B., & Astuti, A.
(2022). ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN
NEONATAL (N. M. K. Dr.Neila Sulung, S.Pd (ed.); 1st ed.). PT.GLOBAL
EKSEKUTIF TEKNOLOGI.

Anita, W., Nafratilova, L., Pratiwi, A. S., Susanti, S., & Septiani, D. (2022).
Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang faktor resiko asfiksia pada
neoantus dengan perencanaan rujukan persalinan 1). JOMIS (Journal of
Midwifery Science), 6(2), 165–174.

Apriza, Fatmayanti, A., Ulfiana, Q., Ani, M., Dewi, ratih kumala, Amalia, R.,
Astuti, A., Harwijayanti, bekti putri, Mukhoirotin, M., Pertami, sumirah
budi, & Sudra, rano indradi. (2020). Konsep Dasar Keperawatan Maternitas
(J. Simarmata (ed.)). Yayasan Kita Menulis.

Chalimi, A. N. F. (2021). Aplikom Statistik berbasis SPSS (L. C. B. Lentera (ed.);


1st ed.). Lembaga Chakra Barhmana Lentera.
Dhamayanti, M. (2017). SKRIPSI HUBUNGAN PREEKLAMSIA DENGAN
KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI
RSUD WONOSARI TAHUN 2017.

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. CV Trans Info


Media.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat. (2017). Rencana Strategis Dinas


Kesehatan Sulawesi Barat2017-2022. 1–18.

Fatimah, S., Stianto, M., & Fitriana, A. (2021). RISK FACTORS OF


PREECLAMSIA IN PREGNANT WOMEN : LITERATURE. Jurnal
Kesehatan STIKES Bahrul Ulum, 7(1), 1–13.

Florencia, M., Indriyani, D., Wahyuni Adriani, S., Ilmu Kesehatan, F., &
Muhammadiyah Jember, U. (2022). Risiko Kejadian Asfiksia pada Bayi
Baru Lahir pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia. The Indonesian Journal of
Health Science, 14(1), 103–109. https://doi.org/10.32528/ijhs.v14i1.7952

Frisca, S., Purnawinadi, i gade, Ristonilassius, Yunding, J., Panjaitan, M. derold,


Khotimah, K., Febrianti, N., Hidayat, W., Megasari, anis laela, Dewi, apri
rahma, Herawati, T., Soputri, N., Suryani, K., & Pangaribuan, santa maria.
(2022). Penelitian Keperawatan (R. Watrianthos (ed.); 1st ed.). Yayasan kita
menulis.

Handayani, L. T. (2018). KAJIAN ETIK PENELITIAN DALAM BIDANG


KESEHATAN DENGAN MELIBATKAN MANUSIASEBAGAI
SUBYEK. THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, 10(1),
47–54.

Handriana, I. (2016). Keperawatan Anak (A. R. Wati (ed.); 1st ed.). LovRinz.

Hinelo, K., Sakung, J., Gunarmi, & Pramana, C. (2021). FAKTOR RISIKO
KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2020. Kedokteran Dan Kesehatan,
8(January). https://doi.org/10.33024/jikk.v8i4.5184
Indah, S. N., & Apriliana, E. (2016). Hubungan antara Preeklamsia dalam
Kehamilan dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Majority, 5(5),
57.

Kamila, N. A., & Wathaniah, S. (2021). Analisis Korelasi Pre Eklampsia Dalam
Kehamilan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Analysis Of Pre
Eclampsia Correlation In Pregnancy With The Incidence Of Asphyxia
Neonatorum. Journal Kebidanan, 2, 116–122.

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia. 2019.

Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia.

Kemenkes RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia.

Kongwattanakul, K., Saksiriwuttho, P., & Thepsuthhammarat, K. (2018).


Incidence, characteristics, maternal complication, and perinatal outcomes
associated with preeclampsia with severe features and HELLP syndrome.
International Journal of Woment’s Health.

Kurniawati, D., Sepptiyono, E. A., & H, R. S. (2020). PREEKLAMSIA DAN


PERAWATANNYA untuk ibu hamil, keluarga, kader maupun khalayak umum
(M. K. Jauhari, S.Psi., S.Kep., Ns. (ed.)). KHD Production.

Lalenoh, D. C. (2018). PREEKLAMSIA berat dan EKLAMSIA : tatalaksana


anestesia perioperatif. DEEPUBLISH (Grup penerbitan CV BUDI
UTAMA).

Mayasari, B., Arismawati, D. F., Idayanti, T., Wardani, R. A., & Kebidanan, P. S.
(2018). HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN
ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG BERSALIN RSU DR. WAHIDIN
SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO Bety. Jurnal Keperawatan, 7(1),
42–50. https://doi.org/DOI: https://doi.org/10.36720/nhjk.v7i1.32

Meihartati, T. et al. (2018). 1000 Hari Pertama Kehidupan (1st ed.). CV BUDI
UTAMA.
Murniati, L., Taherong, F., & Syatirah. (2021). Manajemen Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia. JURNAL MIDWIFERY, 3(1), 32–41.
https://doi.org/10.24252/jmw.v3i1.21028

Nasuha, A. P. (2019). PERBEDAAN SKOR APGAR DAN BERAT BADAN


LAHIR BAYI YANG DILAHIRKAN IBU HAMIL NORMAL DAN
PREEKLAMPSIA. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nauval, M., Tahang, A. S., & Afna, N. R. (2019). Hubungan Preeklampsia


Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di Rsud Kota Mataram Tahun 2017.
Jurnal Kedokteran, 4(1), 721. https://doi.org/10.36679/kedokteran.v4i1.63

Ningsih, nurul syuhfal. (2021). Faktor Faktor yang berhubugan dengan kejadian
Asfiksia. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia Indonesian Health Scientifie
Journal, 2(2).

Nisa, S. (2022). Asneo Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah (M. Ridwan Nur (ed.); 1st ed.). CV. Bintang Semesta Media.

Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan (5th ed.). Salemba Medika.

Octa, D. R. et al. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan
Anak Sekolah (1st ed.). CV BUDI UTAMA.

Octa Dwienda R, Skm., M. K., Liva Maita, SST., M. K., Eka Maya Saputri, SST.,
M. K., & Rina Yulviana, S. (2014). ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS,
BAYI/BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH UNTUK PARA BIDAN.
PENERBIT DEEPUBLISH.

Oktarina, R. (2022). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN. STIKES Al-Ma’arif Baturaja, 7(2).

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan (S. Prawirohardjo (ed.)). PT Bina


Pustaka.

Retnaningtyas, E. (2021). Preeklamsia & Asuhan Kebidanan Pada Preeklamsia


(M. K. Retno palupi Yonni Siwi,.SSt (ed.); edisi 1). STRADA PRESS.

Rohmatin, H., Widayati, A., & Narsih, U. (2018). Mencegah Kematian Neonatal
dengan P4K. Universitas Wisnuwardhana Press (Unidha Press).

Rohmawati, W. et al. (2022). Asuhan Kebidanan Persalinan BBL (R. Ardila (ed.);
1st ed.). MITRA CENDEKIA MEDIA.

Salam, P. R. (2022). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH
KABUPATEN JEMBER. MEDICAL JOURNAL OF AL-QODIRI, 7(1).

Sampurna, I. P., & Nindhia, T. S. (2018). Metodologi Penelitian dan karya


ilmiah. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

Samutri, E., Fatimah, & Wulandari, A. S. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN


MASA PERINATAL dengan menyelaraskan 3N(NANDA NIC NOC)
(Moh.Nasruddin (ed.); 1st ed.). PT.Nasya Expanding Management.

Silviani, Y. E., Fitriani, D., Oktarina, M., Danti, O., & Rahmawati, I. (2022).
Analisis Faktor Penyebab Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Siti
Aisyah Kota Lubuklinggau. Jurnal Kesehatan Medika Udayana, 8(01), 84–
101. https://doi.org/10.47859/jmu.v8i01.202

Simatupang, M. M. (2020). HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR


DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD JOMBANG TAHUN 2019
Maria. Akademika Husada, II(September), 28–42.

Siti Nurhasiyah Jamil, M. K., Febi sukma, M. K., & Hamidah, S. (2017).
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK
PRA SEKOLAH. Fakultas kedokteran dan kesehatan universitas
muhammadiyah jakarta.

Ulfa, I. M., & Sinambela, D. P. (2019). Hubungan Pre Eklamsia Berat Pada Ibu
Bersalin Dengan Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin. Kebidanan Dan Keperawatan, 10(1).
https://doi.org/https://doi.org/10.33859/dksm.vl0il.432

Ulfa, M. (2013). PERBEDAAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU


LAHIR ANTARA KEHAMILAN PREEKLAMPSIA DAN POST DATE DI
PUSKESMAS PONED SINGOJURUH KABUPATEN BANYUWANGI.
Jurnal IImiah Kesehatan Rustida, 32–41.

Widiastuti, A., Laela, A., Madu, K. Y. G., Pujiani, Doloksaribu, J. T. M., Septiani,
N., Yudianto, A., Saranga, jenita laurensia, Tendean, angelia friska, Rahim,
R., Muthmainnah, Rahayu, H. siti, Agustina, A. N., & Suwanto, T. (2022).
Asuhan Keperawatan Anak (R. Watrianthos (ed.); cetakan 1). Yayasan kita
Menulis.

Wiraagni, I. A., Suhartini, P, I. B. G. S. P., Widagdo, H., & Suriyanto, R. A.


(2021). MATERI PENUNJANG ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL (I. A. Wiraagni, S. B. G. S. P. P, H. Widadgo, R. adi
Suriyanto, B. ahlam Gizela, M. Suciningtyas, L. Riyantiningtyas, W.
Basworo, & K. Sista (eds.); 1st ed.). Gadjah Mada University Press.

Yeyeh, A., Sari, D. Y., & Humaeroh, D. (2021). HUBUNGAN


KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT
DI RSU A PURWAKARTA TAHUN 2020. In Jurnal Ilmiah Kesehatan.
LAMPIRAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Perkenalkan, nama saya Reka Maulana NIM B0219336, mahasiswi


program studi S1 Keperawatan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi
Barat. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan Rerata
APGAR score Pada Bayi Baru Lahir yang Dilahirkan Ibu Hamil dengan
Preeklampsia”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada Perbedaan
rerata APGAR score pada bayi baru lahir yang dilahirkan ibu hamil dengan
preeklampsia. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah
pengetahuan responden terkait perbedaan rerata APGAR Score pada bayi baru
lahir yang dilahirkan ibu hamil dengan preeklampsia dan untuk memberitahukan
kepada responden bahwa preeklamsia dalam kehamilan sangatlah berpengaruh
terhadap bayi yang dikandungnya.
Saya berharap kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini. Pada
lazimnya penelitian ini tidak akan menimbulkan hal-hal yang berbahaya bagi
Bapak/ Ibu sekalian. Nama, Jawaban dan data yang ibu berikan akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan hanya untuk keperluan penelitian.
Partisipasi dari responden bersifat sukarela, tanpa adanya paksaan.
Apabila membutuhkan penjelasan lebih lanjut, anda dapat menghubungi saya :
Nama : Reka Maulana
Alamat : Jln Andi Ma’darammang Takatidung/Polewali Mandar
No Hp : 083136113844
Terima kasih saya ucapkan kepada responden yang telah berkenan ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutsertaan para responden dalam
penelitian ini akan menyumbangkan hal yang sangat berguna bagi ilmu
pengetahuan.
Sebagai bukti kesediaan ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini,
dimohon untuk menandatangani formulir ini. Atas kerjasamanya diucapkan terima
kasih.
Majene, 2023

Peneliti

Reka Maulana
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI CALON RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :

Menyatakan bahwa bersedia menjadi subjek penelitian yang dilakukan


oleh:
Nama : Reka Maulana
Nim : B0219226
Alamat : Jln. Andi Ma’darammang Takatidung
Fakultas : Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat
Pembimbing : 1. Ns.Eva Yuliani.,M.Kep.,Sp.Kep.An
2. Weni Angraeni A, S.Kep.,Ns., M.Kep

Judul Penelitian : Perbedaan rerata APGAR score pada bayi baru


lahir yang dilahirkan ibu hamil dengan
preeklampsia
Saya bersedia untuk dijadikan responden penelitian demi
kepentingan penelitian dengan ketentuan hasil akan dirahasiakan dan
semata-mata hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Demikian surat pernyataan ini saya sampaikan, agar dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Majene, 2023
Responden

(........................................)
LAMPIRAN
DATA DEMOGRAFI
PERBEDAAN RERATA APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR
YANG DILAHIRKAN IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSIA
Oleh : REKA MAULANA
NIM.B0219336
Mahasiswa S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat
A. Identitas Responden

1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Alamat :
TTV
a. Tekanan Darah :
b. Suhu :
c.Nadi :
d. Pernafasan :
5. Usia Gestasi :
B. Data Bayi
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Tanggal Lahir :
4. Berat Badan :
5. Tinggi Badan :
6. TTV
a. Tekanan Darah :
b. Suhu :
c.Nadi :
d. Pernafasan :
TABEL
LEMBARAN OBSERVASI
PERBEDAAN RERATA APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR
YANG DILAHIRKAN IBU HAMIL DENGAN
PREEKLAMPSIA
Oleh :
REKAMAULANA
NIM.B0219336
Mahasiswa S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat

No APGAR SCORE
Nama Ibu Nama Bayi Status Preeklampsia 1 menit 5 menit
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
LAMPIRAN PENILAIAN APGAR Score

Jumlah skor Interpretasi Catatan

10 Normal -

7-9 Asfiksia Ringan -

4-6 Asfiksia sedang Memerlukan tindakan


medis segera seperti
penyedotan lendir yang
menyumbat jalan napas,
atau pemberian oksigen
untuk membantu
bernapas

0-3 Asfiksia Berat Memerlukan tindakan


medis yang lebih
intensif, resusitasi segera

sumber : Artikel Orami Parenting ‘Apgar score, Tes Pertama Bayi yang Tidak boleh terlewat’

Anda mungkin juga menyukai