Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS KESEHATAN ANAK

DAN REMAJA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas
Dosen Pengampu: Hj.Lindawati, S.Kep,Ners,M.Kep

Disusun Oleh:

1. Nida Fadhilah (P27905119022)


2. Salsa Nabila (P27905119030)
3. Salsa Regita Pasha (P27905119023)
4. Wawat Kusumawati (P27905119038)
5. Ways Alqorny (P27905119039)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2022- 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Etika Dan
Tanggung Jawab Wirausaha”. Shalawat beriring salam Kami sampaikan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah sampai zaman sekarang
ini.
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari Mata
Kuliah,Keperawatan Komunitas dalam mengembangkan dan meningkatkan nilai pengetahuan
tentang materi yang dipelajari pada Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Jurusan
Keperawatan Tangerang Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas bagi
pembacanya.
Kelompok menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kelebihan dan
kekurangannya sehingga Kami mengharap kritik dan saran yang dapat memperbaiki untuk
penulisan makalah selanjutnya.

Tangerang, 15 Juli 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4
2.1 Kesehatan Anak.............................................................................................................. 4
2.1.1 Pengertian Anak...................................................................................................... 4
2.1.2 Batasan Usia Anak .................................................................................................. 5
2.1.3 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ...................................... 5
2.1.4 Permasalahan Kesehatan pada Anak ................................................................. 13
2.1.5 Proses Keperawatan Komunitas Agregat Anak ................................................ 17
2.2 Kesehatan Remaja ....................................................................................................... 28
2.2.1 Pengertian Remaja................................................................................................ 28
2.2.2 Batasan Usia Remaja ............................................................................................ 29
2.2.3 Karakteristik Usia Remaja .................................................................................. 29
2.2.4 Permasalahan yang Terjadi pada Remaja ......................................................... 31
2.2.5 Tugas Perkembangan Anak Usia Remaja .......................................................... 34
2.2.6 Perubahan- Perubahan yang Terjadi pada Remaja.......................................... 36
2.2.7 Proses Keperawatan Komunitas Agregat Remaja ............................................ 40
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 45
PENUTUP .................................................................................................................................... 45
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................... 45
3.2. Saran.............................................................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 46

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep mengenai "anak" dipahami berbeda sesuai dengan perspektif dan
kepentingan yang beragam, misalnya Undang-undang Republik Indonesia No. 23
Tahun 2002 mengenai Perlindungan Anak, menyebutkan bahwa anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Dan ini diamini oleh UNICEF dengan memberikan pengertian yang sama mengenai
batas usia anak yaitu anak sebagai penduduk yang berusia diantara 0 s/d 18 tahun.
Menurut Haditono (dalam Damayanti, 1992), anak adalah mahluk yang
membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Dari
perspektif Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), yang dipandang sebagai peletak
dasar permulaan psikologi anak, mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang
dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan
ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap
realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang
diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa. Sedangkan Menurut WHO
(2003), mendefinisikan anak-anak antara usia 0–14 tahun karena di usia inilah risiko
cenderung menjadi besar. Dilihat dari pengertian tersebut Undang-Undang nomor 4
tahun 1974 tentang Kesejahteraan Anak memiliki pandangan sedikit berbeda dimana
menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan
belum menikah.
Remaja adalah masa peralihan dari anak menuju dewasa, pada masa ini
terjadi berbagai macam perubahan yang cukup bermakna baik secara fisik, biologis,
mental dan emosional serta psikososial. Seluruhnya dapat mempengaruhi kehidupan
pribadi, lingkungan keluarga maupun masyarakat, ketidaksiapan remaja dalam
mengalami perubahan tersebut dapat menimbulkan berbagai perialaku menyimpan

1
seperti: kenakalan remaja, penyalahgunaan obat terlarang, peyakit menular seksual
(PMS) dan HIV/AIDS, kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi dsb.
Untuk mendukung remaja berperilaku reproduksi seacara sehat dan
bertanggung jawab maka mereka perlu dierikan pengetahuan dan informasi tentang
kesehatan reproduksi. Informasi tersebut dimaksud untuk mengimbangi informasi
global yang dapat mengancam terwujudnya generasi muda yang sehat, mandiri dan
berkualitas
1.2 Rumusan Masalah
2 Apa pengertian anak ?
3 Jelaskan batasan usia anak ?
4 Jelaskan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak ?
5 Apa permasalahan kesehatan pada anak ?
6 Jelaskan proses keperawatan komunitas agregat anak ?
7 Apa pergertian dari remaja ?
8 Jelaskan batasan usia remaja
9 Jelaskan karakterisktik usia remaja ?
10 Jelaskan permasalahan yang terjadi pada remaja ?
11 Jelaskan tugas perkembangan anak usia remaja ?
12 Apa saja perubahan yang terjadi pada remaja ?
13 Jelaskan proses keperawatan komunitas agregat anak remaja

1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian anak.
2. Untuk menjelaskan batasan usia anak .
3. Untuk memaparkan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak.
4. Untuk memaparkan permasalahan kesehatan pada anak .
5. Untuk memaparkan proses keperawatan komunitas agregat anak.
6. Untuk memaparkan pergertian dari remaja.
7. Untuk menjelaskan batasan usia remaja .
8. Untuk menjelaskan karakterisktik usia remaja ?.

2
9. Untuk memaparkan permasalahan yang terjadi pada remaja ?.
10. Untuk memaparkan tugas perkembangan anak usia remaja ?
11. Untuk memaparkan perubahan yang terjadi pada remaja ?
12. Untuk memaparkan proses keperawatan komunitas agregat anak remaja

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kesehatan Anak


2.1.1 Pengertian Anak
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sedangkan
perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dan
tingkat yang paling rendah dan kompleks melalui proses maturasi dan
pembelajaran (Whalex dan Wone.2000)
Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang
anak tidak hanya tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih terampil
yang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan
sulit dipisahkan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
jumlah, besar, ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa
diukur berat, panjang, umur tulangdan keseimbangan elektrolit.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan sebagai hasil antara lain proses pematangan termasuk
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dengan
lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada
potensi biologis, psikososial, dan perilaku yang merupakan proses yang unik dan
hasil akhir berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri pada setiap anak.
Dalam Tumbang anak perlu dilakukan berbagai macam imunisasi,
dimana imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah
bahan yang di pakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan
ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui

4
mulut seperti vaksin Polio. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak
menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.

2.1.2 Batasan Usia Anak


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang belum berusia
18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak adalah sejak anak di dalam
kandungan sampai usia 19 tahun. Berdasarkan Konvensi Hak-hak Anak yang
disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 20
Nopember 1989 dan diratifikasi Indonesia pada tahun 1990, Bagian 1 pasal 1,
yang dimaksud Anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali
berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia
dewasa dicapai lebih awal.
2.1.3 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
1. Perkembangan Fisik

Fisik atau tubuh manusia merupaRkan sistem organ yang kompleks


dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode
pranatal (dalam kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini
Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa
perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu :
a. Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan
dan emosi;
b. Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan
kemampuan motorik;
c. Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah
laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan
senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian
anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan

5
d. Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
1) Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak – kanak (0 –5
tahun)
Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan
mulai mampu melakukan bermacam macam gerakan dasar yang
semakin baik , yaitu gerakan gerakan berjalan, berlari, melompat dan
meloncat, berjingkrak, melempar, menangkap, yang berhubungan
dengan kekuatan yang lebih basar sebagai akibat pertumbuhan jaringan
otot lebih besar. Selain itu perkembangan juga ditandai dengan
pertumbuhan panjang kaki dan tangan secara proporsional.
Perkembagan fisik pada masa anak juga ditandai dengan koordinasi
gerak dan keseimbanga berkembang dengan baik.
2) Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak (5-11 Tahun)
Perkembangan:waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak
kanak,koordinasi mata berkembang dengan baik ,masih belum
mengembangkan otot otot kecil, kesehatan umum relative tidak stabil
dan mudah sakit ,rentan dan daya tahan kurang
3) Usia 8-9 tahun Terjadi perbaikan koordinasi tubuh,Ketahanan tubuh
bertambah,Anak laki laki cenderung aktifitas yang ada kontak fisik
seperti berkelahi dan bergulat,Koordinasi mata dan tangan lebih
baik,Sistim peredaran darah masih belum kuat,Koordinasi otot dan
syaraf masih kurang baik,Dari segi psiologi anak wanita lebih maju
satu tahun dari lelaki
4) Usia 10-11 tahun Kekuatan anak laki laki lebih kuat dari
wanita,Kenaikan tekanan darah dan metabolism yang tajam. Wanita
mulai mengalami kematangan seksual (12tahun), Lelaki hanya 5%
yang mencapai kematangan seksual.

2. Perkembangan Motorik

6
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan
gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan
dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan
sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks
dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Jadi dapat disimpulkan pula bahwa perkembangan motorik berarti
perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat
syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut
berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada
waktu lahir. Sebelum perkembangan itu terjadi anak akan tetap tidak
berdaya.
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih
cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga
keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan –ketrampilan
motorik, anak – anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang
terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak
– anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang
bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
a. Motorik Gerakan Kasar
Perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh seperti
berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan menangkap,
serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam
meninkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada
anak usia 4 tahun, anak sangat mnyenangi kegiatan fisik yang
mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi. Pada usia 5
atau 6 th keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah,
anak pada masa ini menyukai kegiatan lomba seperti balapan sepeda,
atau kegiatan lain yng mengandung bahaya.
b. Perkembangan Gerakan Motorik Halus

7
Perkembangan motorik halus pada masa usia 6-7 tahun, koordinasi
gerakan berkembang secara pesat, pada masa ini anak sudah mampu
mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti
mengkoordinasikan gerkan mata dengan tangan, lengan dan tubuh
secara bersamaan, antara lain dapat dilihat saat anak menulis dan
menggambar.
Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama
periode ini, antara lain :
a) Anak Usia 5 Tahun

 Mampu melompat dan menari


 Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan
badan
 Dapat menghitung jari – jarinya
 Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu
bercerita
 Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
 Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannyaMampu
membedakan besar dan kecil
b) Anak Usia 6 Tahun

 Ketangkasan meningkat
 Melompat tali
 Bermain sepeda
 Mengetahui kanan dan kiri
 Mungkin bertindak menentang dan tidak sopa
 Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c) Anak Usia 7 Tahun

 Mulai membaca dengan lancar


 Cemas terhadap kegagalan\

8
 Peningkatan minat pada bidang spiritual
 Kadang Malu atau sedih
d) Anak Usia 8 – 9 Tahun

 Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat


 Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
 Ketrampilan lebih individual
 Ingin terlibat dalam sesuatu
 Menyukai kelompok dan mode
 Mencari teman secara aktif.
e) Anak Usia 10 – 12 Tahun

 Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang


berhubungan dengan pubertas mulai tampak
 Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci,
menjemur pakaian sendiri , dll.
 Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu
orang lain
 Mulai tertarik dengan lawan jenis.
3. Perkembangan Intelektual
Piaget membangi empat tahapan perkembangan intelektual/ kognitif,
yaitu:
a. tahap sensori motoris,
b. tahap praoperasional,
c. tahap operasional konkret dan
d. tahap operasional formal.

Setiap tahapan memiliki karakteristik tersendiri sebagai perwujudan


kemampuan intelek individu sesuai dengan tahap perkembangannya.
Adapun karakteristik setiap tahapan perkembangan intelek tersebut adalah
sebagai berikut :

9
a. Karakteristik Tahap Sensori-Motoris
Tahap sensori-motoris ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai
berikut :

 Segala tindakannya masih bersifat naluriah


 Aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indra
 Individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi
belum mampu untuk mengategorikan pengalaman
 Individu mulai belajar menangani objek-objek konkret melalui
skema-skema sensori motorisnya.
Sebagai upaya lebih memperjelas karakteristik tahap
sensori-motoris ini, Piaget merinci lagi tahap sensori-motoris ke
dalam enam fase dan setiap fase memiliki karakteristik tersendiri.
a) Fase pertama (0-1 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut
:

 Individu mampu bereaksi secara refleks


 Individu mampu menggerak-gerakkan anggota badan meskipun
belum terkoordinir
 Individu mampu mengasimilasi dan mengakomodasikan berbagai
pesan yang diterima dari lingkungannya.
b) Fase kedua (1-4 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu
mampu memperluas skema yang dimilikinya berdasarkan
hereditas

c) Fase ketiga (4-8 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu


mulai dapat memahami hubungan antara perlakuannya terhadap
benda dengan akibat yang terjadi pada benda itu.
d) Fase keempat (8-12 bulan) memiliki karakteristik sebagai
berikut :

10
 Individu mampu memahami bahwa benda tetap ada meskipun
untuk sementara waktu hilang dan akan muncul lagi di waktu
lain.
 Individu mulai mampu mencoba sesuatu
 Individu mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa
tergantung kepada orangtua
e) Fase kelima (12-18 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut
:

 Individu mulai mampu untuk meniru


 Individu mampu untuk melakukan berbagai percobaan
terhadap lingkungannya secara lancar
f) Fase keenam (18-24 bulan) memiliki karakteristik sebagai
berikut :

 Individu mulai mampu untuk mengingat dan berpikir


 Individu mampu untuk berpikir dengan menggunakan simbol-
simbol bahasa sederhana
 Individu mampu berpikir untuk memecahkan masalah
sederhana sesuai dengan tingkat perkembangannya
 Individu mampu memahami diri sendiri sebagai individu yang
sedang berkembang
b. Karakteristik Tahap Praoperasional

Tahap praoperasional ditandai dengan karakteristik menonjol


sebagai berikut :
 Individu telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan
berbagai informasi
 Individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam
menyatakan ide-ide

11
 Individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam
suatu peristiwa konkret, meskipun logika hubungan sebab
akibat belum tepat
 Cara berpikir individu bersifat egosentris ditandai oleh tingkah
laku :- berpikir imajinatif- berbahasa egosentris- memiliki aku
yang tinggi- menampakkan dorongan ingin tahu yang tinggi dan-
perkembangan bahasa mulai pesat.
c. Karakteristik Tahap Operasional Konkret

Tahap operasional konkret ditandai dengan karakteristik


menonjol bahwa segala sesuatu dipahami sebagaimana yang
tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami. Jadi,
cara berpikir individu belum menangkap yang abstrak meskipun
cara berpikirnya sudah tampak sistematis dan logis. Dalam
memahami konsep, individu sangat terikat kepada proses
mengalami sendiri. Artinya, mudah memahami konsep kalau
pengertian konsep itu dapat diamati atau melakukan sesuatu yang
berkaitan dengan konsep tersebut.
d. Karakteristik Tahap Operasional Formal
Tahap operasional formal ditandai dengan karakteristik menonjol
sebagai berikut :

 Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat


menggunakan abstraksi
 Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang
abstrak
 Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang
bersifat hipotesis
 Individu bahkan mulai mampu membuat perkiraan (forecasting)
di masa depan

12
 Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri
sehingga kesadaran diri sendiri tercapai
 Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang
akan diperankan sebagai orang dewasa
 Individu mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan
kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam
masyarakat tersebut.

2.1.4 Permasalahan Kesehatan pada Anak

Di dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, pada usia 1 –


2 tahun merupakan masa masa penting dalam proses ini. Beberapa faktor yang
mengambil peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
adalah faktor asupan gizi anak tersebut. Berdasarkan data WHO beberapa
tahun yang lalu, terdapat belasan juta kematian seorang anak yang
disebabkan oleh gangguan kekurangan gizi. Hal ini merupakan masalah yang
besar di negara negara berkembang seperti Indonesia.

Memang di sebagian besar kota-kota besar di Indonesia hal ini bukan


merupakan masalah besar, tetapi perlu diingat bahwa indosenisa terdiri dari
ribuan pulau pulau dimana mayoritas penduduk atau pemukiman tersebut
tidak memiliki fasilitas kesehatan dan pangan yang adekuat seperti
kebanyakan kota kota besar di indonesia. Beberapa studi yang sudah
dilakukan oleh dinas kesehatan menyatakan bahwa beberapa daerah yang
masih terdapat masalah kesehatan gizi , terutama di Indonesia bagian timur (
NTT, NTB dan Papua). Menurut Survei Ekonomi nasional ( SUSENAS) oleh
Badan pusat statistik, dan laporan survei departemen kesehatan indonesia dan
kerjasama dengan UNICEF bahwa di indonesia masih terdapat 169 kabupaten
dari 343 kabupaten diindonesia masih terdapat gangguan gizi, dan jumlah
penderita tersebut sangat tinggi pada tiap kabupaten.

13
Masalah gangguan gizi ini masih seperti fenomena gunung Es, dimana
di pelosok pelosok indonesia masih terdapat penduduk / balita yang
mengalami gangguan gizi yang tidak terdeteksi oleh pemerintah ataupun dinas
kesehatan. Dengan perkiraan sebesar 5.4 juta anak anak di indonesia yang
mengalami kekurangan gizi, perlu dierikan perhatian lebih oleh pemerintah
dan instansi pendukungnya, agar generasi emas indonesia untuk kemudian
hari tidak cacat atau menghilang akibat kekurangan gizi saat kecil.

1. GANGGUAN GIZI / MALNUTRISI


Malnutrisi, adalah gangguan absorbsi makanan yang dapat disebabkan
oleh faktor patologis atau non patologis sehingga pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak terganggu. Jika keadaan ini berlangsung
kronik atau lama dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada anak.
Sedangkan menurut WHO, mendefinisikan malnutrisi
sebagai “ketidakseimbangan seluler antara pasokan nutrisi dan energi
dan kebutuhan tubuh terhadap mereka untuk menjamin pertumbuhan,
pemeliharaan, dan fungsi tertentu". Gangguan gizi dapat dibagi menjadi
dua kategori, yaitu kekurangan gizi (undernutrition) atau kelebihan
gizi (over nutrition)
Beberapa kondisi kekurangan gizi (undernutrition) yang serius dapat
menyebabkan kondisi kesehatan yang terganggu seperti:
 Marasmus : Ditandai dengan gangguan pertumbuhan dan hilangnya lemak
dan otot di bawah kulit (atrofi)
 Kwarsiorkor : Ditandai dengan tidak adanya cukup protein dan karbohidrat
di dalam diet sehingga menimbulkan perubahan pigmen kulit, penurunan
massa otot, diare, kegagalan untuk mendapatkan kenaikan berat badan dan
tumbuh, kelelahan, perubahan rambut (warna atau tekstur), infeksi
meningkat dan lebih parah karena sistem kekebalan tubuh rusak, perut
buncit, kelesuan atau apatis, ruam (dermatitis), syok (tahap akhir) dan
pembengkakan (edema).

14
 Marasmus – Kwarsiorkor ( Gabungan) : Etiology atau penyebab malnutrisi
sendiri sangatlah banyak, seperti contoh pada negara negara berkembang,
penyebab utama dari kekurangan gizi disebabkan oleh kurangnya supply
makanan pada daerah tersebut. Contoh pada daerah di Indonesia bagian
timur, sangatlah sulit bagi penduduk untuk mendapatkan makanan yang
dapat memenuhi kebutuhan gizi anak mereka hanya karena mereka tidak
memiliki makanan yang cukup untuk dikonsumsi. Berbeda dengan daerah-
daerah yang sudah berkembang, beberapa kasus kekurangan gizi
disebabkan oleh faktor faktor seperti :
 Pola diet yang tidak baik, seperti picky eater, eating disorder,
kurangnya edukasi dari orang tua atau pemerintah mengenai makanan
yang sehat seperti empat sehat lima sempurna.
 Gangguan mental / psikosomatis, gangguan kondisi mental pada
seseorang dapat mengakibatkan mereka tidak mengkonsumsi makanan
sesuai dengan kebutuhan badannya.
 Gangguan pencernaan atau masalah di usus.
 Ketergantungan alkohol atau drug abuse.

Beberapa kondisi Kelebihan gizi (over nutrition) yang dapat menyebabkan


gangguan kondisi kesehatan antaralain adalah :
 Overweight, diukur dengna BMI (Body Mass Index ) Berkisar antara
25 – 30
 Obesitas, diukur dengna BMI diatas 30
 Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang kelebihan Gizi
 Faktor Keturunan
 Konsumsi Makanan yang berlebihan
 Pengeluaran energi yang kurang.
Untuk mengatasi masalah malnutrisi pada suatu daerah, dibutuhkan analisa
yang konprehensive dari berbagai aspek disertai dengan kerjasama oleh
berbagai instansi, terutama dinas kesehatan. Jika faktor yang menyebabkan

15
adalah kurangnya supply makanan pada suatu daerah, dibutuhkan kerjasama
antara pemerintah dan kesehatan untuk menfasilitasi distribusi makanan baik
dari daerah lain atau dari daerah sendiri untuk mencukupi kebutuhan makanan
di daerah tersebut.
Jika faktor yang menyebabkan adalah kurangnya edukasi kepada pihak
masyarakat mengenai pentingnya konsumsi makanan 4 sehat lima sempurna,
dibutuhkan kerjasama antara instansi dinas kesehatan dengan pihak
pemerintah di segmen kabupaten dan kecamatan agar segera dilakukan
sosialisasi mengenai masalah ini dan pencegahannya.
MASALAH UTAMA KESEHATAN ANAK :
A. Kategori masalah kesehatan anak di seluruh dunia :
a. Negara maju
1. Keganasan adalah kanker, neoplasma, atau tumor yang
tumbuh secara tidak terkontrol, dan dapat menyerang jaringan
di dekatnya dan bermetastasis, atau menyebar, ke area lain dari
tubuh.
2. Kecelakaan
3. Kelainan genetic
4. Gangguan pertumbuhan intra uterin
5. Gangguan psikososial
b. Negara berkembang: Penyakit infeksi, infeksi parasite, penyakit
kurang gizi
Masalah Kesehatan Anak di Indonesia
a. Malnutrisi energi protein ( MEP )
b. Defisiensi vitamin A
c. Defisiensi besi
Bila ditinjau dari indikator kesehatan, maka masalah utama
kesehatan anak di Indonesia :Tingginya morbiditas
d. Tingginya mortalitas pada golongan bayi dan balita
Penyebabnya :Lingkungan yang kurang menunjang

16
e. Mutu pelayanan kesehatan yang masih rendah
f. Keadaan sosekbud

Faktor timbulnya suatu penyakit :


2.1.4 Genetik
3.1.4 Lingkungan ( bio-psiko-sosial )
4.1.4 Perilaku individu sendiri

2.1.5 Proses Keperawatan Komunitas Agregat Anak

1. PENGKAJIAN
Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
o Identitas Anak dan/atau Orang Tua
a. Nama
b. Alamat
c. Tempat dan tanggal lahir
d. Ras/kelompok entries
e. Jenis kelamin
f. Agama
g. Tanggal wawancara
h. Informan

o Keluhan Utama (KU)


Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat
jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam
imunisasi yang akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan
kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari lingkungan,
tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal imunisasi ia
berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan apakah
anak memiliki keluhan kesehatan baik secara langsung pada anak
ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum diimunisasi.
Keluhan ini dapat dijadikan indikator apakah imunisasi harus

17
dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak diberikan sama
sekali.
o Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan
keluhan utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit
sekarang mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak
dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut
untuk mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain untuk
kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan apakah
anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai penyakitnya.
o Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau
pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan
sebagai petunjuk yang berarti dalam pemberian imunisasi.
a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
c. Alergi.
d. Pengobatan terbaru.
e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi
terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan
imunisasi dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak
sehingga dapat mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta
pendidikan kesehatan yang sesuai dengan usia serta pola perilaku
anak baik ditujukan secara langsung pada anak ataupun
keluarganya).
g. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
o Tinjauaan Sistem (TS)
Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya
kemungkinan masalah kesehatan pada anak, walau tampak jarang

18
dilakukan saat akan diimunisasi, namun tinjauan ini akan menjadi
pilihan yang lebih baik selain pengkajian riwayat kesehatan anak
karena dalam pengkajian cenderung hanya berfokus pada informasi
yang diberikan anak/keluarga sedangkan kemungkinan terhadap
kondisi kelainan yang ada pada tubuh anak belum disadari olehnya
dan juga keluarga, sehingga alangkah baik jika sebelum diimunisasi
anak mendapatkan tindakan pemeriksaan fisik untuk peninjauan
terhadap sistem tubuhnya. Tinjauan sistem meliputi:
Menyeluruh/umum: Integument, Kepala, Mata, Telinga, Hidung,
Mulut, Tenggorokan, Leher, Dada, Respirasi, Kardiovaskular,
Gastrointestinal. Genitourinaria, Ginekologik, Muskuluskeletal,
Neurologik dan Endokrin.
o Riwayat pengobatan keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang
memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji
pajanan terhadap penyakit menular pada anggota keluarga dan
kebiasaan keluarga yang dapat memengaruhi kesehatan anak, seperti
merokok dan penggunaan bahan kimia lain, serta tingkat kewaspadaan
keluarga saat anak mengalami sakit.
o Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama
terfokus pada riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila
riwayat sebelumnya menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih
baik jika saat imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah
konsep anak terrhadap imunisasi, menanamkan padanya bahwa hal ini
penting untuk mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta
diperlukan keterlibatan keluarga yang dapat memberikan dukungan
mental pada anaknya sehingga anak tidak risau dalam menghadapi
imunisasi.
o Riwayat Keluarga

19
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu
dan sebagai anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga
berfokus pada sejauh mana keluarga memahami tentang imunisasi
yang akan diberikan pada anak, meliputi jenis imunisasi, alasan
diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. Hal ini akan
sangat membantu jika keluarga telah memahami pentingnya imunisasi
sebagai langkah penting yang diperlukan untuk mencegah penyakit
pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang belum begitu memahami
imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan untuk memberikan
pendidikan kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi.
o Pengkajiaan Nutrisi
Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan
kebutuhan nutrisi anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat
ini sebelum ia mendapatkan imunisasi dan dapat dijadikan bahan
untuk pendidikan kesehatan pasca imunisasi anak. Pengkajian nutrisi
meliputi pengkajian terhadap asupan diet dan pemeriksaan klinis.
o Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang
anak, sehingga dengan data yang ada, dapat diketahui mengenai
keadaan anak yang dapat membantu proses imunisasi dan juga
pendidikan kesehatan seputaran imunisasi anak. Dalam melaksanaakan
pengkajiaan atas pertumbuhan dan perkembangan anak, hal penting
yang harus diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan anak agar
pemeriksaan berjalan lancar. Sebelum melakukan pengkajiaan,
prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan dan dapat diterapkan di
lapangan adalah:
o Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi
saat hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik,

20
preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah ehamilannya dipantau
berkala. Kehamilan risiko tinggi yamg tidak ditangani dengan benar
dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui
riwayat prenatal maka keadaan anaknya dapat diperkirakan.
o Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya,
apakah secara normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir.
Anak yang dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya
mengalami gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps,
partuss lama, atau kasep), maka gangguan tersebut dapat
mempengaruhi keadaan tumbuh kembang anak.
o Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu
diperlakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik.
Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, pengukuran
antropometri yang sering digunakan di lapangan untuk memantau
tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala. Sedangkan
lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya
gangguan pada anak. Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik
anak, maka petugas tersebut cukup mengukur BB, TB, dan lingkar
kepala.
o Pemeriksaan fisik
Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan,
namun petugas perlu mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu
dilakukan agar keadaan anak dapat diketahui secara keseluruhan.
Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada,
perut, genetalia, ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan
umum perlu dikaji. Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan
perkembangan ini adalah sama seperti cara pemeriksaan fisik pada

21
bayi dan anak. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik tidak dibahas secara
khusus pada bagian ini.
o Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan
buku Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana
telah dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai
keadaan perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam
keadaan normal, meragukan, atau memerlukan rujukan. Apabila anak
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan DDST
yang dapat dibaca pada Buku Tumbuh Kembang oleh Soetjiningsih
(1996).
o Data lain
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas
anak, data penunjang lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, serta
data yang diperlukan terutama apabila anak berada di klinik.
o Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan
Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi dan balita, terdapat interpretasi hasil sebagai
berikut:
a. Pertumbuhan dan perkembangan normal
Menurut Moersintowarti (2002), pertumbuhan anak dikatakan
normal apabila grafik berat badan anak berada pada jalur berwarna
hijau pada kalender balita (KMS) atau sedikit di atasnya. Arah
grafik harus naik dan sejajar mengikuti lengkungan jalur (kurva)
berwarna hijau. Sementara, pertumbuhan anak dikatakan ideal jika
pertumbuhan yang ditetapkan dengan pengukuran antropometri
adalah BB/U; BB/M, dan lingkar kepala/U.
Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan
kemampuan/kepandaian anak sesuai dengan patokan yang berlaku.
Berdasarkan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita, skor

22
yang diperoleh saat pemeriksaan harus berjumlah 9-10. Apabila
menggunakan kalender balita (KMS), maka kemampuan anak
sesuai usia yang terdapat pada gambar. Sementara apabila
menggunakan tes DDST, anak dapat melewati tugas-tugas
perkembangannya sesuai usia. Demikian juga untuk pemeriksaan
lainnya.
b. Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal
Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik
berat badan anak berada jauh di atas warna hijau atau berada
dibawah jalur hijau, khususnya pada jalur merah. Ukuran
antropometri lain yang mengikuti biasanya adalah lingkar lengan
atas dan lingkar lengan dada. Perkembangan anak mengalami
penyimpangan apabila kemampuan kepandaian anak tidak dicapai
sesuai dengan usianya, sehingga anak mengalami keterlambatan.
Pada tes DDST, anak tidak dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya, atau pada gambar kalender balita (KMS),
kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya.

1. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1) Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang
tumbang anak
2) Kesiapan meningkatkan status imunisasi b/d keinginan untuk
meningkatkan status imunisasi
3) Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan situasi yang terjadi di lingkungan
4) Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru
5) Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.
6) Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan
tumbuh kembangnya.

23
2. Intervensi Keperawatan
No Dx Intervensi Rasional

1. Dx. 1 1. Bantu ibu mengetahui tahapan yang 1. Agar ibu paham tentang tumbang
seharusnya terjadi pada anak saat ini anaknya.
sesuai umur
2. Bantu menurunkan tingkat kecemasan 2. Mengurangi kecemasan ibu
dengan informasi yang diberikan
3. Beri dukungan pada ibu untuk tetap 3. Agar kesehatan anak tetap terjaga
menjaga kesehatan anaknya dan tetap
memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Dx 2 1. Beri penjelasan tentang imunisasi yang 1. Meningkatkan pemahaman tentang
seharusnya didapatkan oleh anaknya. imunisasi yang harus didapatkan
2. Beri penjelasan tentang imunisasi oleh anak
tambahan yang dapat diberikan kepada 2. Memberikan pemahaman tentang
anaknya selain imunisasi yang harusnya imunisasi tambahan
didapatka
3. Anjurkan ibu untuk memberikan
imunisasi tambahan untuk mencegah 3. Mencegah penyakit yang mungkin
penyakit yang bisa diderita oleh anaknya diderita anak.

3. Dx. 3 1. Ajarkan orang tua tentang tugas 1. Agar orang tua mampu melakukan
perkembangan yang sesuai dengan tugas tumbang pada anak
kelompok usia
2. Tingkatkan rangsangan dengan 2. Mainan dapat meningkatkan
menggunakan berbagai mainan dalam rangsangan anak dalam tumbang
tempat tidur anak.
3. Berikan tindakan nyaman setelah 3. Mengurangi rasa ketidaknyamanan
prosedur yg menyebabkan rasa takut.
4. KIE orang tua untuk kontrol setiap 4. Mengetahui adanya keluhan dalam

24
bulan. tumbang anak
4. Dx. 4 1. Jelaskan pada orang tua tentang 1. Meningkatkan pemahaman orang
perawatan anak seperti makanan yang tua terhadap perawatanan anak
baik sesuai umur anak, cara
menggendong, cara memberikan ASI
yang baik dan bagaimana
menyendawakan bayi.
2. Jelaskan bahwa keberadaan kedua 2. Memberi pemahaman orang tua
orang tua sangat penting sebagai role supaya bias memberi contoh yang
model anaknya. baik bagi anaknya
3. Jelaskan pada orang tua tentang 3. Meningkatkan pemahaman orang
tahapan tumbuh kembang yang harus tua terhadap tumbang
dilewati anak sesuai dengan umurnya
5. Dx. 5 1. Awasi anak saat makan, mandi, 1. Mengurangi risiko cedera pada saat
bermain, eliminasi anak beraktivitas
2. Lindungi kaki anak dengan sandal/ 2. Mengurangi risiko cedera pada kaki
sepatu anak
3. Beri makanan yang aman untuk usia 3. Mencegah risiko keracunan
anak makanan
4. Periksa suhu air mandi sebelum 4. Mengurangi risiko cedera yang
dimandikan diakibatkan oleh air mandi yang
terlalu panas
6. Dx. 6 1. Jelaskan pada orang tua tentang proses 1. meningkatkan pemahaman orang
tumbang yang terjadi tua terhadap tumbang
2. Bantu ibu/ orang tua untuk mengerti 2. agar orang tua mengetahui tentang
dan mengetahui tentang tahapan tumbuh kembang anaknya
tumbang yang dilewati anak dengan
masa pertumbuhandan perkembangan
3. Anjurkan ibu membaca berbagai tips 3. Meningkatatkan pemahaman

25
perawatan anak tentang perawatan anaknya

4. Implementasi
No Dx Intervensi

1. Dx. 1 o Membantu ibu mengetahui tahapan yang seharusnya terjadi pada anak saat
ini sesuai umur
o Membantu menurunkan tingkat kecemasan dengan informasi yang
diberikan
o Memberi dukungan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya dan
tetap memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Dx 2 o Memberi penjelasan tentang imunisasi yang seharusnya didapatkan oleh
anaknya.
o Memberi penjelasan tentang imunisasi tambahan yang dapat diberikan
kepada anaknya selain imunisasi yang harusnya didapatka
o Menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi tambahan untuk mencegah
penyakit yang bisa diderita oleh anaknya
3. Dx. 3 o Mengajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia
o Meningkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai mainan dalam
tempat tidur anak.
o Memberikan tindakan nyaman setelah prosedur yg menyebabkan rasa
takut.
o KIE orang tua untuk kontrol setiap bulan.
4. Dx. 4 o Menjelaskan pada orang tua tentang perawatan anak seperti makanan yang
baik sesuai umur anak, cara menggendong, cara memberikan ASI yang
baik dan bagaimana menyendawakan bayi.
o Menjelaskan bahwa keberadaan kedua orang tua sangat penting sebagai

26
role model anaknya.
o Menjelaskan pada orang tua tentang tahapan tumbuh kembang yang harus
dilewati anak sesuai dengan umurnya
5. Dx. 5 o Mengawasi anak saat makan, mandi, bermain, eliminasi
o Melindungi kaki anak dengan sandal/ sepatu
o Memberi makanan yang aman untuk usia anak
o Periksa suhu air mandi sebelum dimandikan
6. Dx. 6 o Menjelaskan pada orang tua tentang proses tumbang yang terjadi
o Membantu ibu/ orang tua untuk mengerti dan mengetahui tentang tahapan
tumbang yang dilewati anak dengan masa pertumbuhandan perkembangan
o Menganjurkan ibu membaca berbagai tips perawatan anak

5. Evaluasi
1) Dx 1 : Orang tua mengetahui tugas pekembangan anak yang sesuai
dengan kelompok usia.
2) Dx 2 : Orang tua mengerti bagaimana cara merawat anaknya
3) Dx 3 :Anak bebas dari cedera dan fraktur potensial berbahaya
diidentifikasi dan lingkungan rumah. Keluarga akan menekankan dan
mendemonstrasikan kegiatan yang aman di rumah.
4) Dx 4 : Ibu tidak cemas dan mampu menggambarkan proses tumbang
pada anaknya dan informasi yang diberikan.
5) Dx 5 :Orang tua mampu memahami dan dapat memantau harapan
perkembangan anak
6) Dx 6 : ibu dapat memberikan imunisasi tambahan yang bisa didapat
oleh anaknya selain imunisasi yang harus didapat oleh anaknya.

27
2.2 Kesehatan Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja


Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewas. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas
lagi yang mencakup kematangan mental, emosional , sosial dan fisik. Remaja
sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk
golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang
dikemukakan oleh calon (dalam monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri
Rumini&Situ Sundari (2004:53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi
untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12
tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22
tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990:23) remaja adalah:
masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak
mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan
maupun bertindak, tetapi bukab pula orang dewasa yang lebih matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003:26) bahwa remaja
(adolescne) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak
dan masa dewasayang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-
ekonomi. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah
antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan
atas tiga, yaitu 12-15 tahun= masa remaja awal, 15-18 tahun=masa remaja
pertengahan, dan 18-21 tahun= masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan
Harditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-
remaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan
15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun (Deswita, 2006:192)

28
2.2.2 Batasan Usia Remaja

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19


tahun,menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun
2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun
dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)
rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

2.2.3 Karakteristik Usia Remaja

Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup


perubahan transisi bilogis, transisi kognitif. Dan transisi sosial akan
dipaparkan di bawah ini
1. Transisi Biologis
Menurut Santrock (2003:91) perubahan fisik yang terjadi pada remaja
terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan
berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu yang
terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah
pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi).
Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat refroduksi(ditandai dengan haid
pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual
sekunder yang tumbuh (Sarlito Wiraman Sarwono, 2006:52).
Selanjutnya, menurut Muss (dalam Sunarto&Agung Hartono,
2002:79) menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak
perempuan yaitu: pertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi,
anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh payudara. Tumbuh bulu
yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan
ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan
menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Sedangkan pada anak laki-laki perubahan yang tetjadi antara lain:
pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah petir) membesar, tumbuh bulu
kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara,

29
ejakulasi (keluarnya air mani) bulu kemaluan menjadi kriting,
pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya,
tumbuh rambut-rambut halus diwajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu
ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal
dan gelap, dan tumbuh bulu dada.
Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar
pituitary dan kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing
menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dab merangsang
aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja
(Sunmarto&Agung Hartono, 2002:94)
2. Transisi Kognitif
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan
sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam
perkembangan kognitif remaja.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003:110) secara lebih nyata
pemikiran eperasional formal bersifat lebih abstrak, idealis dan logis.
Remaja berfikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya
dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealis
dalam berfikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri,
orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berfikir
seperti ilmuan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah
dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan.
3. Transisi Sosial
Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada
masa kanak-kanak san selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial
anak pertama-tama masing sangat terbatas dengan orang tuanya dalam
kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan berkembang semakin
meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman sejenis
maupin lain jenis ( dalam Rita Eka Izzaty dkk, 2008:139)

30
2.2.4 Permasalahan yang Terjadi pada Remaja

Masalah remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode hidup


manusia mempunyai masalah tersendiri, termasuk periode remaja. Remaja
seringkali sulit mengatasi masalah mereka. Ada dua alas an hal itu terjadi
yaitu : yang pertama ketika masih anak anak dan seluruh masalah mereka
selalu diatasi oleh orang-orang dewasa. Hal inilah yang membuat remaja tidak
mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah yangkedua karena
remaja telah menganggap dirinya lebih mandiri, maka mereka mempunyai
gengsi dan menolak bantuan dan orang dewasa remaja pada umunya
mengalami bahwa pencarian jati diri atau keutuhan diri itu suatu masalah
utama karena adanya perubahan perubahan sosial, fisiologi, dan psikologis
didalam diri dalam masyarakat kita yang semakin kompleks dan berteknologi
modern.
1. Kecelakaan
Kecelakaan tetap merupakan penyebab utama kematian pada
adolesens (sekitar 70%). Kecelakaan kendaraan bermotor, yang
merupakan penyebab umum terbanyak, mengakibatkan hamper setengah
kematian pada usia 16 sampai 19 tahun (Edelmen da Mandel, 1994).
Kecelakaan ini sering dikaitkan dengan intoksikasi alcohol atau
penyalahgunaan obat.
2. Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunaan zat merupakan kenyataan masalah utama bagi mereka
yang bekerja dengan adolesens. Adolesens dapat menyakini bahwa zat
yang merubah alam persaan menciptakan perasaan sejahtera atau
membuktika tingkat penampilan. Semua adolesensberada pada risiko
penggunaan zat untuk eksperimental atau kebiasaan atau berasal dari
keluarga yang tidak stabil lebih berisiko terhadap penggunaan kronik dan
ketergantungan fisik. Beberapa adolesens percaya bahwa penggunaan zat
membuat mereka lebih matur.

31
3. Bunuh diri
Bunuh diri merupakan penyebab utama kemtian ketiga pad adolesens usia
antara 15 dan 24 tahun (Hawton, 1990); kecelakaan dan pembunuhan
merupakan penyebab utama. Depresi dan isolasi social biasanya
mendahului usha diri, tetapi bunuh diri mungkin juga sebagai akibat dari
kombinasi beberapa factor.
4. Penyakit menular
Penyakit menular seksual dialami sekitar 10 juta orang per tahun di
bawah usia 25 tahun. Tingkat insiden tertinggi mengharuskan adolesens
yang aktif seksual dilakukan skrining terhadap PMS, meskipun mereka
tidak menunjukan gejala. Kehamilan remaja merupakan kejadian umum di
Amerika Serikat; 1 dari setiap 10 wanita dibawah usia 20 tahun
mengalami kehamilan, dan banyak yang memilih untuk memelihara
bayinya sendiri. Kehamilan tidak memiliki risiko fisik pada ibu yang
masih remaja kecuali mereka dibawah usia 16 tahun atau tidak menerima
perawatan prenatal. B.

Adapun masalah lain yang dihadapi remaja masa kini antara lain :
1. Kebutuhan akan figure teladan
Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang
berlangsung dan keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar
nasehat-nasehat bagus yang tinggal hanya kata-kata indah.
2. Sikap apatis
Merupakan kecenderungan untuk menolak sesuatu pada saat
bersamaan tidak mau melibatkan diri didalamnya. Sikap apatis ini
terwujud didalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi
dimasyarakatnya.
3. Kecemasan dan kurangnya harga diri

32
Kata stress atau prustasi semakin umum dipakai kalangan remaja.
Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam
bentuk “pelarian”
4. Ketidakmampuan untuk melibatkan diri
Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola
piker ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara
emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan
masyarakat. Persahabatan dinilai untung dan rugi atau malahan dengan
uang.
5. Perasaan yang tidak berdaya
Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi
semakin menguasai gaya hidup dan berpola fikir masyarakatmodern.
6. Pemujaan dan pengalaman
Sebagian besar tindakan-tindakan negative anak muda dengan
minuman keras. Obat-obatan dan seks pada mulanya berawal dan
mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini memberikan
pandangan yang keliru tentang pengalaman
Bentuk-bentuk dan perbuatan yang anti sosial antara lain :
a. Anak-anak muda yang berasal dari golongan orang kaya yang biasanya
memakai pakaian yang mewah. Hidup hura-hura dan pergi kediskotik
b. Disekolah, misalnya dengan melanggar tata tertib sekolah seperti bolos,
terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan tugas dan lain sebagainya.
c. Ngebut, yaitu mengendairai mobil atau motor ditengah tengah keramaian
kota dengan kecepatan yang melampau batas maksimum yang dilakukan
oleh pemuda belasan tahun.
d. Membentuk kelompok remaja yang tingkah lakunya sangat menyimpang
dengan norma yang berlaku dimasyarakat, seperti tawuran antar
kelompok.

33
2.2.5 Tugas Perkembangan Anak Usia Remaja

Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah (fase) remaja. Masa
ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan
individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada
perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat melakukan sosialisasi
dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-tugas perkembangan pada
usinya dengan baik.
Apabila tugas pekembangan sosial ini dapat dilakukan dengan baik,
remaja tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya serta akan
membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas
perkembangan untuk fase-fase berikutnya. Sebaliknya, manakala remaja gagal
menjalankan tugas-tugas perkembangannya akan membawa akibat negatif
dalam kehidupan sosial fase-fase berikutnya, menyebabkan ketidakbahagiaan
pada remaja yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan
kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan
berikutnya.
William Kay, sebagaimana dikutip Yudrik Jahja14 mengemukakan
tugas-tugas perkembangan masa remaja sebagai berikut:
1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas.
3. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan bergaul
dengan teman sebaya, baik secara individual maupun kelompok.
4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.
5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
6. Memeperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar
skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup (weltanschauung).
7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)
kekanak-kanakan.

34
Tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst sebagaimana
dikutip Gunarsa18, sebagai berikut:
1. Menerima kenyataan terjadinya perubahan fisik yang dialaminya dan
dapat melakukan peran sesuai dengan jenisnya secara efektif dan merasa
puas terhadap keadaan tersebut.
2. Belajar memiliki peranan sosial dengan teman sebaya, baik teman sejenis
maupun lawan jenis sesuai dengan jenis kelamin masing-masing.
3. Mencapai kebebasan dari ketergantungan terhadap orangtua dan orang
dewasa lainnya.
4. Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep tentang
kehidupan bermasyarakat.
5. Mencari jaminan bahwa suatu saat harus mampu berdiri sendiri dalam
bidang ekonomi guna mencapai kebebasan ekonomi.
6. Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai
dengan bakat dan kesanggupannya.
7. Memahami dan mampu bertingkah laku yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang
berlaku.
8. Memperoleh informasi tentang pernikahan dan mempersiapkan diri untuk
berkeluarga.
9. Mendapatkan penilaian bahwa dirinya mampu bersikap tepat sesuai
dengan pandangan ilmiah.
Mengingat tugas-tugas perkembangan tersebut sangat kompleks dan
relatif berat bagi remaja, maka untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut
dengan baik, remaja masih sangat membutuhkan bimbingan dan pengarahan
supaya dapat mengambil langkah yang tepat sesuai dengan kondisinya. Di
samping tugas-tugas perkembangan, remaja masih mempunyai kebutuhan-
kebutuhan yang tentu saja menuntut pemenuhan secepatnya sesuai darah
mudanya yang bergejolak. Kebutuhan-kebutuhan tersebut, menurut Edward,
sebagaimana dikutip Hafsah,19 adalah meliputi: (1) kebutuhan untuk

35
mencapai sesuatu, (2) kebutuhan akan rasa superior, ingin menonjol, ingin
terkenal, (3) kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan, (4) kebutuhan akan
keteraturan, (5) kebutuhan akan adanya kebebasan untuk menentukan sikap
sesuai dengan kehendaknya, (6) kebutuhan untuk menciptakan hubungan
persahabatan, (7) adanya keinginan ikut berempati, (8) kebutuhan mencari
bantuan dan simpati, (9) keinginan menguasai tetapi tidak ingin dikuasai, (10)
menganggap diri sendiri rendah, (11) adanya kesediaan untuk membantu
orang lain, (12) kebutuhan adanya variasi dalam kehidupan, (13) adanya
keuletan dalam melaksanakan tugas, (14) kebutuhan untuk betgaul dengan
lawan jenis, dan (15) adanya sikap suka mengkritik orang lain.
Intensitas kebutuhan-kebutuhan di atas tidak semua sama antara individu
yang satu dengan yang lain, karena kondisi pribadi yang berbeda, situasi
lingkungan yang berlainan, dan ada individu yang ingin segera kebutuhannya
terpenuhi, namun kenyataannya banyak yang tidak terpenuhi. Dari uraian ini
nampak bahwa tugas perkembangan dan kebutuhan merupakan sesuatu yang
muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan remaja. Apabila tugas
dan kebutuhan dapat terpenuhi, maka membawa kebahagiaan dan kesuksesan
dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya
apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada remaja yang
bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan
dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan peridode-periode berikutnya.

2.2.6 Perubahan- Perubahan yang Terjadi pada Remaja

Perubahan yang terjadi antara lain :


1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik adalah perubahan pada diri seseorang mengenai
perubahan jasmani, seperti tinggi badan, berat badan, dan lain
sebagainya. Berikut ini beberapa perubahan fisik yang terjadi pada
masa remaja:
a. Laki-laki

36
Perubahan yang dialami seperti : pertumbuhan tulang-
tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu kemaluan,
awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani),
pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap
tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis,
jenggot), tumbuh bulu ketiak, rambut-rambut di wajah
bertambah tebal dan gelap, tumbuh bulu di dada, dan lain
sebagainya.
b. Perempuan
Perubahan yang dialami seperti : pertumbuhan tulang-tulang
(badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang),
pertumbuhan payudara, tumbuh bulu yang halus berwarna gelap
di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang
maksimum setiap tahunnya, mentruasi , tumbuh bulu-bulu
ketiak, dan lain sebagainya.
2. Perubahan Psikis
Perubahan psikis adalah perubahan mengenai rohani seseorang
seperti tingkah laku, sikap, mental, dan lain sebagainya. Berikut ini
adalah beberapa prubahan psikis pada masa remaja.
1. Keadaan emosi yang tidak stabil sehingga remaja mudah merasa
gembira sekaligus mudah sedih. Keadaan ini menjadikan remaja
memiliki emosi yang meledak-ledak.
2. Perasaan menjadi sangat peka atau sensitive. Situasi tertentu
dapat menjadikan remaja mudah tersentuh dan tersinggung.
3. Sikap mental agresif, ditunjukkan dalam bentuk suka menentang
kepada aturan atau perintah. Keadaan ini muncul karena dalam
diri anak mulai merasakan bahwa ia sudah tidak mau lagi disebut
sebagai anak kecil dan menganggap dirinya sudah dewasa dan
berhak menentukan pilihan dan kemauannya sendiri.

37
4. Mulai mencari identitas diri. Hal ini ditunjukkan dengan
berbagai perilaku, antara lain:
 Senang berkelompokan melakukan kegiatan bersama
kelompoknya
 Senang melakukan hal-halang menantang, yang cenderung
memuaskan perasaan ingin tahu yang begitu besar terhadap
sesuatu hal, maka sering anak remaja ini melakukan sesuatu
yang di luar perhitungan akan kemampuannya.Senang
menarik perhatian orang lain dengan melakukan sesuatu
yang menyalahi aturan pada umumnya.
Permasalahan Yang Muncul dari Perubahan Fisik dan Psikis Remaja
:
1. Ketidakmatangan intelektual dan emosional. Hal ini berakibat
pada tindakan yang tidak rasional, cenderung emosional dan
tanpa pikir panjang.
2. Penerimaan (akseptansi) menyeluruh terhadap setiap perubahan
bentuk dan fungsi tubuhnya sebagai usaha penyesuaian diri
terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Mereka merasa
tidak puas akan penampilannya. Mereka terhambat dalam hal
akseptansi karena menyadari pentingnya penampilan dalam
penerimaan sosial. Apalagi pada saat pubertas ini, minat
terhadap jenis kelamin lain mulai berkembang pula.
3. Perkembangan seksual yang meningkat. Pemuasan dorongan
seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus
juga kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas
yang pada awalnya berupa keinginan untuk jatuh cinta atau
bercinta
4. Krisis identitas. Setiap remaja harus mam.pu melewati krisisnya
dan menemukan jati dirinya. Sehingga dapat memahami dirinya

38
sendiri, kemampuan dan kelemahan dirinya serta peranan dirinya
dalam lingkungannya.
5. Ikatan kelompok yang kuat. Ketidakmampuan remaja dalam
menyalurkan segala keinginan dirinya menyebabkan timbulnya
dorongan yang kuat untuk berkelompok. Dalam kelompok,
segala kekuatan dirinya seolah-olah dihimpun sehingga menjadi
sesuatu kekuatan yang besar.
3. Cara Menyesuaikan Diri Dengan Perubahan Fisik Dan Psikis
Masa Remaja
Penyesuaian diri yang harus dilakukan pada masa remaja meliputi
perkembangan intelegensi, perkembangan peran sosial, perkembangan
peran seksual dam perkembangan moral dan religi.
1. Penerimaan Atas Diri Sendiri
Perubahan dan perkembangan yang pesat oleh remaja
sebaiknya dapat dijadikan motivasi untuk dapat menjadi seseorang
yang dapat mencapai kematangan menuju kedewasaan yang
bertanggung jawab terhadap diri dan kehidupan sekitarnya.
Janganlah berpikir jika perubahan bentuk tubuh yang terjadi itu
adalah sebuah kesialan karena tidak seperti yang kita inginkan,
siswa harus dapat menerimanya bengan lapang dada karena masih
banyak orang lain yang mungkin lebih buruk dari yang kita alami
sekarang.
2. Membiasakan hidup sehat
3. Mengatur aktifitas
4. Menanamkan keimanan kepada Tuhan YME. Ketebalan dan
kekuatan iman merupakan kunci pokok perkembangan mental
5. Menghindari pengaruh lingkungan yang tidak baik. Ini merupakan
hal yang paling sulit, karena ada perasaan takut dikucilkan

39
6. Mengarahkan aktifitas berkelompok di kalangan remaja ke arah
kegiatan yang positif misalnya menyalurkan hobi berkelahi dengan
mengikutsertakan anak dalam klub bela diri, dan sebagainya

2.2.7 Proses Keperawatan Komunitas Agregat Remaja

Asuhan Keperawatan Pada Agregat Remaja di Komunitas


1. Pengkajian
Inti Komunitas
a. Sejarah
Terdapat 137 warga yang berusia antara 13-18 tahun di Desa
Pondokrejo. Hasil distribusi remaja berdasarkan kebiasaan merokok
didapatkan bahwa Sebagian remaja tidak memiliki kebiasaan merokok,
yaitu sebanyak 83 orang (60,58%) dan remaja sebanyak 54 orang
(39,42%) memiliki kebiasaan merokok. Hasil distribusi remaja
berdasarkan alasan remaja tidak merokok didapatkan bahwa untuk
menjaga kesehatan, yaitu sebanyak 57 orang (68,67%) karena dimarahi
orang tua sebanyak 15 orang (18,07%), karena pemborosan sebanyak 1
orang (1,20%) dan karena lain – lain 10 orang (12,05%).
b. Demografi
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, terdapat 504 KK
yang dikaji yang terdiri dari 1697 penduduk. Perbandingan sex ratio
dari jumlah penduduk yang dilakukan pengkajian. Sebagian besar
penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 825 orang (48,62%)
dan jenis kelamin laki – laki sebanyak 872 orang (51,38%). Hal ini
menggambarkan pertumbuhan penduduk perempuan lebih tinggi,
komposisi jumlah penduduk berdasarkan rentang usia dari 1697
penduduk yang dilakukan pengkajian. Sebagian besar penduduk yang
dikaji terdiri dari kelompok usia dewasa sebanyak 931 (54,9%) dan
sebagian kecil terdiri dari kelompok bayi, balita, balita sejumlah 164

40
orang (9.7%). Data tersebut menjelaskan data usia produktif menempati
urutan jumlah tertinggi sehingga angka ketergantungan semakin kecil.
c. Etnisitas
Suku di Desa Pondokrejomayoritas adalah suku Madura.
d. Nilai dan Keyankinan
Penduduk di Desa Pondokrejomayoritas beragama Islam.
Banyak berdiri mesjid dan musholla di sekitar pemukiman warga.

Subsistem komunitas

a. Lingkungan
Sebagian besar rumah penduduk telah memenuhi persyaratan
lantai rumah sehat dengan lantai berupa ubin atau semen yang kedap air
dan mudah dibersihkan. Mayoritas penduduk yang dilakukan
pengkajian menyatakan nyamuk sebagai vaktor penyakin terbesar
sebanyak 392 rumah (77.93%) dan sebagian kecil diakibatkan oleh
kecoa sebanyak 16 rumah (2.98%). Kondisi ini mendukung fakta di
lapangan bahwa Desa Pondokrejo dengan insiden penyakit Demam
Berdarah Tergolong tinggi akibat Vaktor penyakit akibat nyamuk.
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Distribusi kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke
Puskesmas sebanyak 261 warga (42,86%). Kebiasaan warga untuk
minta tolong bila sakit ke dokter praktik sebanyak 64 warga
(12,70%). Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke
perawat sebanyak 101 warga (20,01%). Kebiasaan keluarga untuk
minta tolong bila sakit ke bidan sebanyak 107 warga (21,23%).
Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke fasilitas lain
sebanyak 9 warga (1,79%).
c. Ekonomi
Sebagia besar mata pencaharian peduduk yaitu buruh tani
sebanyak 807 orang dan karyawan sebesar 654 orang.

41
d. Transfortasi dan keamanan
Transfortasi di Desa Pondokrejo mayoritas menggunakan
kendaraan roda dua. Sebagian penduduk juga ada yang menggunakan
kendaraan roda empat dalam melakuka mobilisasi, dan ada juga yang
hanya berjalan kaki dalam mengakses pelayanan kesehatan.
e. Politik dan Pemerintahan
Untuk meminimalkan terjadinya peningkatan jumlah Perokok
remaja di Kecamatan Tempurejo banyak dilakuka program
kesehatan mengenai bahaya dari merokok.
f. Komunikasi
Desa Pondokrejo tidak memiliki telepon umum, karena
masyarakan sebagian besar menggunakan ponsel untuk saling
berkomunikasi antar masyarakat.
g. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Pondokrejo sebagian
besar adalah yang sedang sekolah yaitu sejumlah 530 orang (76,3%).
Sedangkan penduduk yang belum TK sebesar 26 orang, penduduk TK
96 orang dan tamat S-1 43 orang.
h. Rekreasi
Desa Pondokrejo tidak memiliki tempat rekreasi atau fasilitas
rekreasi. Masyarakat Pondokrejo biasanya pergi ke pantai, atau ke
taman hiburan lain yang letaknya berada di Kecamatan lain.
2. Diagnosa
Ketidak efektifan koping komunitas pada kelompok remaja di
Dusun Sumberejo, Desa Pondokrejo Kecamatan Tempurejo dalam
mengatasi masalah remaja berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
remaja mengenai Kesehatan remaja serta kurangnya keterampilan remaja
dalam mrningkatkan kualitas kesehatan.
3. Intervensi

42
No Diaagnosa Tgl Tujuan dan Intervensi keperawatan Nama
Keperawatan Pembu kriteri hasil dan
atan tanda
tanggan

1. Ketidak efektifan 16 juli Tujuan: 1. Memberikan informasi


koping komunitas pada 2013 Menurunkan mengenai penyakit,
kelompok remaja di Perilaku berhubungan dengan
Dusun Sumberejo, Desa merokok di Prilaku Merokok
Pondokrejo Kecamatan kalangan remaja 2. Mengajarkan pantangan
Tempurejo dalam (smp) Kriteria terhadap perilaku
mengatasi masalah hasil: Minimal merokok bila sudah
remaja berhubungan 80% peserta aktif merokok ajarkan
dengan kurangnya hadir, serta cara untuk berhenti
pengetahuan remaja mampu menjadi perokok aktif
mengenai kesehatan menjelaskan 3. Memberikan informasi
remaja serta kurangnya kembali bahaya akurat tentang
keterampilan remaja merokok konsekuensi perilaku
dalam meningkatkan 4. Memberi penjelasan
kualitas kesehatan. tentang bahaya
kandungan zat dalam
rokok
5. Memberikan informasi
kepada orang tua atau
wali perilaku anak
mereka yang rentan
melakukan prilaku
merokok

43
4. Implementasi
Komponen implmentasi dalam proses keperawatan mencakup
penerapan keterampilan yang di perlukan untuk mengimlementasikan
intervensi keperawatan yang telah dibuat. Implementasi dilakukan sesuai
intervensi yang telah di buat.
5. Evaluasi
Kriteria :
Minimal 80% peserta hadir, serta mampu menjelaskan kembali bahaya
merokok.

44
BAB III

PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang anak tidak
hanya tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih terampil yang mencakup
dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah,
besar, ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur berat,
panjang, umur tulangdan keseimbangan elektrolit.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan
sebagai hasil antara lain proses pematangan termasuk perkembangan emosi,
intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dengan lingkungan. Untuk terciptanya
tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologis, psikososial, dan
perilaku yang merupakan proses yang unik dan hasil akhir berbeda-beda yang
memberi cirri tersendiri pada setiap anak.
Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orang tua tidak lebih
hanyalah merupakan suatu proses yang wajar yang berkesinambungan dari tahap-
tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa
pertembuhan memiliki ciri-ciri tersendir. Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap
sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering
menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua. Oleh karena itu, peran orang tua
hendaknya lebih memperhatikan kehidupan remaja agar tidak terjerumus kedalam
hak-hak yang tidak diingainkan.
3.2.Saran
Dengan tersusunya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan, karena penulis sadar
bahwa penyusunan makalh ini jauh dari kata kesempurnaan dan sangat
mengharapkan kritik dan saran itu dari pembaca untuk penulisan makalah selanjutnya
yang lebih baik.

45
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.

Edisi ke-5. Jakarta: EGC. Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

https://www.academia.edu/34188234/ASKEP_REMAJA diakses tanggal 20

Februasi 2020 pukul 08:34 Muhlisin, A. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta.

Gosyen Publishing. Nies, Mary.A., McEwen, Melanie. (2019). Keperawatan

Kesehatan Komunitas dan Keluarga. Singapore: Elsevier.

Potter dan Perry. (2005). Fundamental Keperawatan, edisi 4. Jakarta: EGC

46

Anda mungkin juga menyukai