Anda di halaman 1dari 2

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, dengan kata lain manusia

membutuhkan orang lain untuk melakukan sesuatu atau dalam melakukan pekerjaan yang
berkelompok membutuhkan uluran tangan antar sesama. Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,
ras, budaya, bahasa, dan agama. Sehingga menjadikan bangsa Indonesia yang kaya dengan
multikulturalnya dari berbagai aspek, baik dari aspek sosial, ekonomi, budaya, dan agama.

Indonesia, khususnya di tanah Papua sangat kental akan perbedaan khususnya dalam agama,
baik agama Islam, Kristen protestan, Katholik, Adven, Hindu, Budha, dan lain sebagainya. Mereka
bisa hidup berdampingan antara satu dengan yang lain. Saat ummat Islam melaksanakan hari Raya,
ummat Kristiani dengan gembira menyambut dan saling kunjung mengunjungi ummat Islam,
begitupun sebaliknya. Umat kristiani saat melaksanakan hari Raya, ummat Islam saling bertoleransi
dan saling mengunjungi.

Namun pada era sekrang ummat intern Islam menjadi pecah dan tak bisa terkendalikan. Hal
tersebut sudah disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW 1500 yang lalu. Bahwa umatku akan terpecah
menjadi 73 golongan. Sebagai contoh ada salah satu ormas Islam mengatakan bahwa tahlilan adalah
sebuah perkara yang tidak dibenarkan dalam syariat Islam kepada ummat yang melaksanakan tahlilan,
menaganggap bahwa mereka paling benar. Hal demikian menjadikan masyarakat awam mengikuti
fatwa dan terjerumus pada hal-hal yang tidak diharapkan, seperti mengkafikan sesama umat Islam dan
lain sebagainya.

Kampung Harapan adalah daerah yang minoritas terhadap umat Islam. Artinya lebih banyak
umat Kristiani, sehingga pergerakan umat Islam bisa saja kurang massif dan tersekat. Hal tersebut
ditambah lagi fenomena bahwa Masjid Kampung Harapan di akui sisi oleh sekelompok ormas Islam,
sehingga bisa saja menjadi penghambat dalam mensyiarkan ajaran Islam. Jika ditelaah bahwa
pengurus ta’mir berasal dari ormas jama’ah tablig. Ormas tersebut mengencarkan misi keluar
(khuruj) 3 hari, 7 hari 40 hari dan seterusnya, hal tersebut ditentang atau tidak sejalan dengan ormas-
ormas yang ada disekitar, seperti Muhammadiyah atau Nahdlatul ‘Ulama. Jam’ah tablig tersebut di
bungkus dengan amalan-amalan ahlussunah waljama’ah sehingga untuk menarik masyarakat di
sekitarnya.

Mengapa Ormas Nahdlatul Ulama menentang keluar 3 hari, 7 hari, 40 hari dan seterusnya. Ia
berlandas pada Q.S At-Tharim/ :6

       

         

    


Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Telah jelas ayat di atas bahwa seorang kepala rumah tangga untuk memberikan
pendidikan agama kepada istri dan anak-anaknya agar taat kepada Allah SWT dan Rasul-
Nya. Dengan ilmu agama seseorang mampu membedakan baik dan buruknya perilaku dan
dapat menjaga diri dari perbuatan dosa. Selain ilmu agama, seorang suami juga wajib
memberikan nasehat atau teguran ketika istrinya khilaf atau lupa bahkan meninggalkan
kewajiban dengan kata-kata bijak yang tidak melukai hati seorang istri.

Memang di ajaran ormas jam’ah tablig baik, namun yang menjadi permasalahannya
adalah ketika mereka meninggalkan keluarga, istri dan anak-anaknya. Siapa yang
memberikan nafkah kepada mereka baik batiniah jasmani ataupun rohani? Siapa yang
menjaga, memberikan pemenuhan pendidikan bagi anak-anaknya?. Apakah seorang istri
diwajibkan untuk bekerja untuk menafkahi anak-anaknya? Sedangkan sang suami sedang
khuruj 3 hari, 7 hari, 40 hari, sampai 6 bulan bahkan keluar dari Indonesia seperti india,
banglades dan lain-lain.

Inilah yang menjadi persoalan meninggalkan kewajiban yang lebih besar dari pada
yang sunnah mua’kad. Hal tersebut ormas Nahdlatul Ulama menentang ajarannya. Karena
meninggalkan kewajiban utamanya dan memetingkan sunnah mua’akadnya.

Yang menjadi dasar ormas Jama’ah Tablig termaktub dalam Q.S Jum’ah

         

     


Terjemahnya:

“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

Maka jelas ayat tersebut menjelaskan bahwa bertebaranlah kalian di muka bumi untuk
mencari karunia Allah SWT. dan ingatlah selalu pada-Nya agar kita sekalian beruntung.
Maka perlu digaris bawahi carilah karunia artinya mencari nahkaf dengan berlandas pada
Allah SWT semata-mata mencari ridha Allah SWT. agar dalam bekerja mendapatkan
keberkahan dari Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai