Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA UNSUR
MANGAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : RAID SHIDQI RABBANI


NIM : K1A022093
HARI, TANGGAL : RABU, 14 SEPTEMBER 2022
ASISTEN : SHINTA LINAWATI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK
PURWOKERTO
2022
MANGAN
I. TUJUAN
Mengetahui sifat-sifat mangan dan senyawanya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Mangan merupakan unsur logam yang termasuk golongan VII,
dengan berat atom 54,93 g, titik lebur 1247 oC, dan titik didihnya 2032
o
C. Mangan (Mn) adalah metal berwarna kelabu-kemerahan, di alam
mangan (Mn) umumnya ditemui dalam bentuk senyawa dengan
berbagai macam valensi. Air yang mengandung mangan (Mn) berlebih
menimbulkan rasa, warna (coklat/ungu/hitam), dan kekeruhan (Fauziah,
2010). Toksisitas mangan relatif sudah tampak pada konsentrasi rendah.
Kandungan mangan yang diizinkan dalam air yang digunakan untuk
keperluan domestik yaitu dibawah 0,05 mg/l. Air yang berasal dari
sumber tambang asam dapat mengandung mangan terlarut dengan
konsentrasi ±1 mg/l. Pada pH yang agak tinggi dan kondisi aerob
terbentuk mangan yang tidak larut seperti MnO2, Mn3O4 atau MnCO3
meskipun oksidasi dari Mn2+ itu berjalan relatif lambat (Achmad, 2004).
Dalam jumlah yang kecil (<0,5 mg/l), mangan dalam air tidak
menimbulkan gangguan kesehatan, melainkan bermanfaat dalam
menjaga kesehatan otak dan tulang, berperan dalam pertumbuhan
rambut dan kuku, serta membantu menghasilkan enzim untuk
metabolisme tubuh untuk mengubah karbohidrat dan protein
membentuk energi yang akan digunakan. Tetapi dalam jumlah besar
(>0,5 mg/l), mangan dalam air minum bersifat neurotoksik. Gejala yang
timbul berupa gejala susunan syaraf, insomnia, kemudian lemah pada
kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka
tampak seperti topeng (Febrina, 2014). Adanya mangan (Mn) dalam
jumlah yang berlebih dalam air dapat menimbulkan berbagai masalah
diantaranya adalah tidak enaknya rasa air minum, dapat menimbulkan
endapan dan menambah kekeruhan (Sawyer, 1967). Adanya konsentrasi
mangan pada air tanah dapat menimbulkan rasa atau bau logam pada air

1
tersebut, oleh karena itu untuk air minum kadar mangan yang
diperbolehkan yakni 0,4 mg/l (Febrina, 2014).
Mangan (Mn) adalah kontaminan lingkungan yang sangat umum,
yang dapat menyebabkan efek toksik pada manusia. Paparan Mn dapat
dimulai sebelum lahir dari paparan ibu melalui inhalasi dan konsumsi
makanan dari pencemaran lingkungan. Paparan pasca natal juga dapat
terjadi karena konsentrasi Mn yang relatif tinggi dalam formula dan
paparan lanjutan selama masa kanak-kanak dan dewasa dari paparan
lingkungan dan pekerjaan. Meskipun akumulasinya juga dikaitkan
dengan efek reproduksi, Mn umumnya digambarkan sebagai
neurotoksikan yang secara selektif mempengaruhi ganglia basal.
Neurotoksisitas yang diinduksi Mn menyebabkan gangguan otak
degeneratif, yang disebut sebagai manganisme. Hal ini ditandai dengan
tanda-tanda klinis dan lesi morfologi mirip dengan yang terlihat pada
penyakit Parkinson. Mekanisme kumulatif aksi Mn tidak cukup
diketahui dan dapat bervariasi dengan faktor lingkungan dan kerentanan
individu, termasuk polimorfisme nukleotida tunggal yang dapat
mengubah homeostasis, transportasi, dan metabolisme Mn (Milatovic,
dkk., 2022).
Mangan merupakan logam penting bagi kesehatan manusia, mutlak
diperlukan untuk perkembangan, metabolisme, dan sistem antioksidan.
Namun demikian, paparan atau asupan yang berlebihan dapat
menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai manganisme, gangguan
neurodegeneratif yang menyebabkan kematian neuron dopaminergik
dan gejala mirip parkinson. Oleh karena itu, Mn memiliki efek
paradoksal pada hewan, logam berwajah Janus. Pekerjaan ekstensif
telah dilakukan untuk memahami neurotoksisitas yang diinduksi Mn
dan untuk menemukan pengobatan yang efektif. Tinjauan ini berfokus
pada kebutuhan Mn dalam kesehatan manusia serta penyakit yang
terkait dengan paparan berlebihan terhadap logam ini (Avila, 2013).
Mangan (Mn) adalah elemen penting di hampir semua organisme
hidup di mana ia dapat memenuhi dua fungsi yang berbeda: bertindak

2
sebagai kofaktor enzim atau sebagai logam dengan aktivitas katalitik
dalam kelompok biologis (Andresen, 2018). Pada manusia, Mn
berfungsi sebagai kofaktor untuk berbagai enzim, termasuk arginase,
glutamin sintetase, piruvat karboksilase, dan Mn superoksida dismutase
(MnSOD). Tetapi dibandingkan dengan zat gizi mikro esensial lainnya,
seperti zat besi (Fe) dan seng (Zn), yang defisiensinya pada manusia
menyebabkan masalah kesehatan utama, defisiensi Mn pada manusia
jarang terjadi. Namun, keracunan Mn dapat ditemukan lebih sering pada
overexposure logam ini menyebabkan sirosis hati, polisitemia, distonia,
dan gejala seperti Parkinson (Li dan Yang, 2018). Pada tumbuhan, Mn
adalah salah satu dari 17 elemen penting untuk pertumbuhan dan
reproduksi. Hal ini dibutuhkan hanya dalam jumlah kecil oleh tanaman,
tetapi pada akhirnya sama pentingnya dengan pertumbuhan seperti
nutrisi lainnya. Dalam organisme fotosintetik, Mn adalah elemen
penting dari kluster metaloenzim kompleks oksigen-evolving (OEC) di
fotosistem II (PSII). Terlepas dari pentingnya aktivitas fotosintesis,
homeostasis Mn pada tanaman telah diselidiki dengan buruk. Namun
demikian, defisiensi Mn dapat menjadi gangguan nutrisi tanaman yang
serius pada tanah dengan pH tinggi dan tekanan parsial O 2 (pO2) yang
tinggi, di mana ketersediaan hayati Mn dapat menurun jauh di bawah
tingkat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal tanaman (Broadley,
2012).

3
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
tabung reaksi, gelas ukur, gelas kimia, dan corong.
3.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
KMnO4, MnSO4, Mangan (IV) oksida, natrium hidroksida, asam
sulfat.
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Percobaan Pertama
1. Sebanyak 10 ml KMnO4 0,01 M dimasukkan ke dalam 2
tabung reaksi yang berbeda.
2. Sebanyak 5 ml H2SO4 1 M dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang pertama dan 5 ml NaOH 2 M dimasukkan ke
dalam tabung kedua.
3. Sedikit MnO2 ditambahkan secara kualitatif ke dalam 2
tabung reaksi tersebut.
4. Selama 2 menit dikocok, kemudian disaring dan diamati
warna filtratnya.
5. Sebanyak 5 ml H2SO4 ditambahkan ke dalam filtrat,
diamati yang terjadi.
3.3.2. Percobaan Kedua
1. Sebanyak 0,5 g MnSO4 dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
2. Sebanyak 2 ml H2SO4 ditambahkan.
3. Sebanyak 10 tetes H2SO4 encer ditambahkan.
4. Tabung didinginkan dengan air dingin.
5. Setelah dingin ditambah dengan 5 tetes KMnO4 0,1 M.
6. Campuran dalam tabung tersebut dimasukkan dalam 50
ml air, warna larutan diamati.
3.4. Skema Kerja
Skema kerja terlampir.

4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Pengamatan
1. Tuliskan persamaan reaksi dan hasil pengamatan percobaan 1

Persamaan Reaksi Pengamatan

• KMnO4 + H2SO4 → Mn2O2 + K2SO4 +2H2O • tidak terjadi perubahan,


warnanya ungu jernih
• menghasilkan warna yang
• + MnO2 [3MnO42- + 4H+ → 2MnO4- + Mn2O + 2H2O]
lebih pekat
• setelah disaring
menghasilkan warna yang
• + H2SO4 [2MnO2 + H2SO4 + O2 → 2MnO4 + SO4 + 2-
jernih
2H+]
• setelah filtrat +H2SO4
tidak menghasilkan
perubahan warna (jernih)

• KMnO4 + NaOH → NaMnO4 + KOH • menghasilkan warna ungu


pekat

• menghasilkan warna
• + MnO2 [MnO4- + MnO2 → 2MnO3]
pekat tapi tidak lebih dari
H2SO4

• setelah disaring

• + H2SO4 [MnO4- + 2H2SO4 → Mn(SO4)2 + 2H2O + menghasilkan warna hijau


O2] lumut dan terdapat
endapan hitam di kertas
saring
• setelah filtrat +H2SO4
menghasilkan warna
cokelat kemerahan

5
2. Tuliskan persamaan reaksi dan hasil pengamatan percobaan 2

Persamaan Reaksi Pengamatan

• MnSO4 + H2SO4 → Mn2+ + 2SO42- + H2 • +10 tetes H2SO4 encer


larutan mengendap dan
menjadi panas
• Mn2+ + KMnO4 → 2MnO2 + K+ • Warna larutan berubah
menjadi cokelat

• 2Mn3+ + 2H2O → MnO4 + 2MnO42- + 4OH- • Terdapat dua lapisan atau


fasa, atas bening dan
bawah cokelat

6
4.2. Pembahasan
Unsur-unsur transisi mempunyai 5 sifat umum yang paling
menonjol yaitu; Dalam bentuk unsur bebas berkonformasi ke
ikatan logam, sehingga kisi-kisi padatannya mempunyai tipe cpc
(close packed cubic) atau bcc (body centered cubic). Pada kondisi
ini umumnya mempunyai konduktivitas termal dan elektrik yang
tinggi dan mudah ditempa serta diperpanjang atau dibengkokkan.
Hampir semua unsur transisi mempunyai bilangan oksidasi positif
lebih dari satu kecuali Zn dan Cd. Dalam keadaan ground state,
hampir semua unsur transisi mempunyai satu atau lebih elektron
tak berpasangan (unpair). Oleh karena itu dapat membentuk
senyawa atau ion paramagnetik (kecuali Zn). Untuk keperluan
studi sifat-sifat magnetik biasanya digunakan alat-alat seperti
NMR (Neutron Magnetic Resonance), ESR (Electron Spin
Resonance) dan suseptibilitas magnetik. Transisi elektron
berenergi-rendah terjadi pada unsur-unsur bebas, senyawa-
senyawa maupun kompleksnya. Transisi terjadi pada daerah
inframerah (IR), sinar tampak ataupun ultraviolet (UV-Vis).
Untuk transisi daerah visible dihasilkan spesies berwarna. Kation
dari unsur transisi dan sering kali atom netral berkelakuan sebagai
asam Lewis serta terdapat kecenderungan yang kuat untuk
membentuk kompleks. Umumnya kompleks yang dibentuk
mempunyai 2-6 ligan dasar (Sriatun, 2012).
Perbedaan ukuran triade logam transisi antara deret pertama
dan kedua adalah besar, tetapi untuk baris kedua dan ketiga
perbedaannya sangat kecil. Sifat-sifat yang tergantung pada
ukuran, seperti bilangan koordinasi, energi hidrasi ion, energi kisi
untuk baris kedua dan ketiga sangat mirip, tapi jika dibandingkan
terhadap baris pertama sangat berbeda. Bilangan koordinasi yang
besar untuk logam transisi baris kedua dan ketiga seperti 7,8 dan
9 lebih sering dijumpai. Contohnya adalah OsF7, [Mo(CN)8]4- ,
[ReH9]2- (Sriatun, 2012).

7
Mangan relatif melimpah dan merupakan unsur ke-12 yang
paling melimpah di kerak bumi. Mangan terdapat dalam banyak
deposit terutama oksida (pirolusit MnO2), oksida hidrat
(hausmannit Mn3O4), atau karbonat (rhodokrosit MnCO3).
Mangan cukup elektropositif dan mudah larut dalam asam non
oksidan (Sriatun, 2012). Mangan termasuk golongan transisi yang
merupakan logam berwarna putih abu-abu yang penampilannya
serupa dengan besi tuang. Memiliki titik lebur yang tinggi kira-
kira 1250 oC. Mangan bereaksi dengan air hangat membentuk
mangan (II) hidroksida dan hidrogen. Selain titik cairnya yang
tinggi, daya hantar listrik merupakan sifat-sifat mangan yang
lainnya. Selain itu, mangan memiliki kekerasan yang sedang
akibat dari cepat tersedianya elektron dan orbital untuk
membentuk ikatan logam. Konfigurasi elektron Mn adalah [Ar]
3d5 4s2 dengan menggunakan 2 elektron 4s dan kemudian kelima
elektron 3d yang tidak berpasangan (Febriani, 2016).
Mangan memiliki enam bilangan oksidasi yaitu VII, VI, V,
IV, III, dan II, mangan mempunyai bilangan oksidasi sebesar +7
maka ion permanganat (VII) merupakan oksidator kuat. Tingkat
oksidasi tertinggi bagi mangan sesuai dengan jumlah total elektron
3d dan 4s, tetapi hanya terjadi dalam senyawa okso MnO 4-,
Mn2O7, dan MnO3F. Senyawa-senyawa ini menunjukkan
beberapa kemiripan dengan senyawa halogen yang sesuai.
Mangan relatif melimpah, dan terdapat dalam banyak deposit,
terutama oksida, oksida hidrat, atau karbonat. Logam dapat
diperoleh daripadanya atau dari MnO4 yang didapat dengan
memanggangnya melalui reduksi dengan Al (Febriani, 2016).
Pada abad ke-1, kimiawan Jerman Johann Glauber pertama
kali diproduksi permanganat, reagen laboratorium yang berguna
meskipun beberapa orang percaya bahwa itu ditemukan oleh
menyatu Kaim pada tahun 1770. Pada pertengahan abad ke-18,
mangan dioksida telah digunakan dalam pembuatan klorin (yang

8
membuat hasil apabila dicampurkan dengan asam klorida), atau
komersial dengan campuran asam sulfat encer dan natrium
klorida. Kimiawan Swedia Scheele adalah orang pertama yang
mengenali mangan yang merupakan unsur, dan rekannya, Johan
Gottlieb Gahn, mengisolasi unsur murni tahun 1774 oleh
pengurangan dioksida dengan karbon. Sekitar awal abad ke-19,
para ilmuan mulai menjajaki penggunaan mangan dalam
pembuatan baja, dengan paten yang diberikan untuk digunakan
pada saat itu. Pada 1816, tercatat bahwa penambahan mangan
untuk besi membuat lebih sulit, tanpa membuatnya menjadi lebih
rapuh. Pada 1837, akademis inggris James Couper mencatat
hubungan antara paparan berat untuk mangan di tambang dengan
bentuk penyakit Parkinson. Pada tahun 1912, mangan fosfat
elektrokimia pelapis konversi untuk melindungi senjata api
terhadap karat dan korosi yang dipatenkan di Amerika Serikat, dan
telah melihat digunakan secara luas sejak saat itu. Pada abad ke-
20, mangan dioksida telah melihat penggunaan komersial luas
sebagai bahan katoda utama untuk sel kering komersial sekali
pakai dan baterai kering dari kedua standar (karbon – seng) dan
jenis basa (Febriani, 2016).
Hanya sedikit penggunaan mangan sebagai logam, 95% bijih
Mn digunakan dalam industri steel untuk memproduksi
alloy/aliasi. Ferromangan merupakan aliasi terpenting,
mengandung 80% Mn. Mangan merupakan bahan aditif yang
penting dalam pembuatan steel, dimana Mn bertindak sebagai
pembersih (menghilangkan oksigen dan sulfur sehingga
mencegah kerapuhan), selain itu Mn juga membentuk aliasi steel
yang sangat keras. Sejumlah kecil Mn juga digunakan dalam aliasi
non-ferrous. Sebagai contoh, mangannin merupakan aliasi yang
mengandung 84% Cu, 12% Mn, dan 4% Ni. Bahan ini digunakan
secara luas dalam instrumen listrik karena tahan terhadap listrik
dan tidak terpengaruh oleh temperatur. Mn juga mempunyai

9
kepentingan biologi dan merupakan unsur esensial untuk
pertumbuhan tanaman. Selain itu Mn juga berperan dalam enzim
yang mengonversi nitrogen menjadi urea yang dieksresikan dalam
urin (Sriatun, 2012).
Pada percobaan pertama dilakukan dengan memasukkan 10
ml KMnO4 0,01 M ke dalam dua tabung reaksi yang berbeda.
Sebanyak 5 ml H2SO4 1 M dimasukkan ke dalam tabung 1 dan
sebanyak 5 ml NaOH 2 M dimasukkan ke dalam tabung lainnya.
Kedua tabung ditambahkan MnO2 secara kualitatif yang memiliki
fungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi. Larutan tersebut
dikocok selama 2 menit agar semua bahannya terlarut kemudian
disaring dengan filtrat. Pada kedua filtrat ditambah 5 ml H2SO4 1
M yang berfungsi sebagai pemberi suasana asam dan untuk
menstabilkan reaksi. Persamaan reaksi yang berlangsung, sebagai
berikut :
KMnO4 + H2SO4 → Mn2O2 + K2SO4 2H2O, dan
KMnO4 + 2NaOH → NaMnO4 + KOH
(Vogel,1985).

Gambar 4.2.1
KMnO4 + H2SO4 dan KMnO4 + 2NaOH

10
Dua tabung tersebut kemudian ditambahkan serbuk padatan
MnO2 secara kualitatif. Hasil yang didapat dari penambahan
tersebut adalah larutan berubah warnanya menjadi lebih pekat.
Perubahan warna tersebut dikarenakan reaksi dilakukan dalam
suasana pH netral atau sedikit basa. Suasana tersebut MnO2
yang berwarna coklat yang dapat mengganggu dalam penentuan
titik akhir titrasi (Putra, 2016).

Gambar 4.2.2
Keadaan Kedua Larutan Sehabis +MnO2

Kedua tabung kemudian dikocok secara perlahan selama 2


menit lamanya, kemudian disaring menggunakan filtrat. Larutan
dalam tabung pertama menghasilkan warna ungu terang dengan
persamaan reaksi :
3MnO42- + 4H+ → 2MnO4- + MnO2 + 2H2O
(Vogel,1985).

11
Gambar 4.2.3
Keadaan Tabung Pertama Setelah Disaring

Larutan dalam tabung kedua di lain keadaan, mengalami


perubahan menjadi warna hijau tua. Ketika KMnO4
ditambahkan dengan NaOH akan menghasilkan K2MnO4 dan
Na2MnO4, maka akan terjadi reaksi reduksi dikarenakan mangan
mengalami penurunan biloks yaitu dari +7 menjadi +6. Larutan
dari kalium permanganat jika direaksikan dengan larutan basa
NaOH akan menghasilkan warna hijau (Svehla, 1990).

Gambar 4.2.4
Keadaan Tabung Kedua Setelah Disaring

12
Proses yang terakhir dalam percobaan pertama ini adalah
penambahan dari 5 ml H2SO4 1 M kepada filtrat. Dalam
penambahannya tidak terjadi perubahan warna dalam tabung
pertama. Ini menunjukkan bahwa perubahan warna tidak terjadi
dikarenakan penambahan suasana asam tersebut yaitu H2SO4.
Reaksi H2SO4 tidak menghasilkan produk dan tidak bereaksi
dengan titran (Putra, 2016). Persamaan reaksi yang terjadi :
2MnO2 + H2SO4 + O2 → 2MnO4 + SO42- + 2H+

Warna pada tabung kedua setelah penambahan 5 ml H2SO4


1 M menghasilkan perubahan yaitu berubah menjadi cokelat
kemerahan. Ini menunjukkan bahwa NaOH merupakan salah
satu zat untuk penambah basa yang disebabkan oleh reaksi yang
berlaku dalam suasana pH netral atau sedikit basa (Putra, 2016).

Gambar 4.2.5
Keadaan Kedua Tabung
Setelah +H2SO4 Pada Filtrat

Percobaan kedua dilakukan dengan menambahkan sebanyak


0,5 g MnSO4 ke dalam tabung reaksi yang diikuti dengan
penambahan 2 ml H2SO4 2 M dan 10 tetes H2SO4 encer yang
membuat larutan memiliki endapan dan terasa panas.
Penambahan H2SO4 di sini berfungsi sebagai pemberi suasana

13
asam dan untuk menstabilkan reaksi. Tabung yang panas
tersebut kemudian didinginkan dengan dimasukkannya ke dalam
air yang terdapat pada gelas kimia. Pendinginan di sini berfungsi
untuk menghilangkan kalor yang disebabkan oleh penambahan
dari H2SO4 tadi.
Setelah dingin ke dalam larutan tersebut ditambahkan 5 tetes
KMnO4 0,1 M yang memiliki peran sebagai pengoksidasi kuat
dan juga untuk mempercepat jalannya reaksi. Penambahan
tersebut menghasilkan perubahan warna yang berubah menjadi
warna cokelat. Persamaan reaksi yang berlangsung adalah :
Mn2+ + KMnO4 → 2MnO2 + K+

Gambar 4.2.6
Keadaan Larutan Setelah
Ditambahkan KMnO4 0,1 M

Larutan hasil penambahan tersebut kemudian dimasukkan ke


dalam air dengan volume 50 ml. Proses ini mengakibatkan
larutan memiliki 2 fasa. Fasa atas memiliki warna bening
sedangkan fasa bawah warnanya cokelat dengan persamaan
reaksi kimia :
2Mn3+ + 2H2O → MnO4 + 2MnO4- + 4OH-
(Vogel, 1985).

14
Gambar 4.2.7
Keadaan Larutan Setelah
Dimasukkan Ke Dalam 50 ml Air

15
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Mangan (Mn) adalah logam Golongan VII B. Mangan
adalah logam berwarna abu-abu kemerahan dengan massa jenis
sekitar 7,21 g/cm3, titik leleh sekitar 1250 oC, dan titik didih 2032
o
C. Mangan memiliki bilangan oksidasi dari +2 hingga +7 dan enam
senyawa pengoksidasi seperti MnO, Mn2O3, MnO2, MnO3 dan
Mn3O4. Di alam, mangan (Mn) biasanya ada sebagai senyawa dalam
berbagai keadaan valensi. Logam mangan adalah logam yang
bermuatan sangat negatif karena potensial reduksi standarnya sangat
kecil.

5.2. Saran
Praktikan harus tetap menggunakan Alat Pelindung Diri saat
melalukan praktikum; seperti lateks, masker, jas lab, dll.

16
DAFTAR PUSTAKA
Andresen, E., Peiter, E., and Küpper, H. (2018). Trace metal metabolism in
plants. J. Exp. Bot. 69, 909–954.
Avila, D. S., Puntel, R. L., Aschner, M. (2013). Manganese in Health and
Disease. Metal Ions in Life Sciences. Volume 13, 199-227.
Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Edisi 1. Yogyakarta. Andi Offset
hal.15-16.
Broadley, M., Brown, P., Cakmak, I., Rengel, Z., Zhao, F. (2012).
“Function of nutrients: micronutrients,” in Marschner’s Mineral
Nutrition of Higher Plants, 3rd Edn, ed. P. Marschner (Oxford:
Elsevier), 191–249.
Fauziah, Adelina. 2010. Efektivitas Saringan Pasir Cepat Dalam
Menurunkan Kadar Mangan (Mn) Pada Air Sumur Dengan
Penambahan Kalium Permanganat (KMnO4) 1%. Skripsi FKM
USU : Medan.
Febriani, F. (2016). Mangan (Mn), diakses tanggal 21/09/2022 dari
https://www.academia.edu/29377923/Mangan_Mn_
Febrina, L., Ayuna, A. (2014). Studi Penurunan Kadar Besi dan Mangan
Dalam Air Tanah Menggunakan Saringan Keramik. Jurnal
Teknologi, 7(1), 35-44.
Li, L., and Yang, X. (2018). The essential element manganese, oxidative
stress, and metabolic diseases: links and interactions. Oxid. Med.
Cell. Longev. 2018:7580707.
Milatovic, D., Gupta, R. C., Yin, Z., Zaja-Milatovic, S., Brockett, M. M.,
Aschner, M. (2022). Reproductive and Developmental Toxicology
(Third Edition). Academic Press. h.587-602.
Putra, F. A., Sugiarso, RD. (2016). Perbandingan Metode Analisis
Permanganometri dan Serimetri dalam Penentuan Kadar Besi(II).
Jurnal Sains dan Seni ITS. 5(1). 10-13.
Sawyer, Clair N and Mc. Carty, Peryl; 1967. Chemistry Sanitary
Engineering. Tokyo: McGraw-Hill Book Company, Kogakusha
Company Ltd.
Sriatun, Taslimah, Suhartana. (2012). Buku Ajar Kimia Unsur. Semarang :
UPT UNDIP Press Semarang.
Svehla, G. (1990). Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro
dan Semimikro. Jakarta : PT Kalaman Media Pustaka.
Vogel. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro Edisi Ke Lima. Jakarta : PT Kalaman Media Pustaka.

17
LAMPIRAN
Skema Kerja
3.4.1 Percobaan Pertama
10 ml KMnO4

- Dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi yang


berbeda.
- Diisi dengan 5 ml H2SO4 1 M pada tabung 1.
- Diisi dengan 5 ml NaOH 2 M pada tabung 2.
- Ditambah dengan MnO2 pada kedua tabung
secara kualitatif.
- Dikocok selama 2 menit, kemudian disaring
dan diamati warna filtratnya.
- Ditambah 5 ml H2SO4 pada filtrat dan
diamati.

Hasil

3.4.2 Percobaan Kedua

0,5 g MnSO4

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.


- Ditambahkan 2 ml H2SO4 2 M.
- Ditambahkan 10 tetes H2SO4 encer.
- Didinginkan dengan air dingin.
- Ditambah dengan 5 tetes KMnO4 0,1 M
setelah dingin.
- Dimasukkan ke dalam 50 ml air campuran
tersebut.
- Diamati.

Hasil
JAWABAN PERTANYAAN
1. Mangan (IV) tidak dapat dibuat dari reaksi mangan (VII) dengan mangan
(IV) asam dikarenakan harga dari potensial elektronya memiliki nilai
negatif.
2. Tidak dapat dihasilkan mangan (IV) dikarenakan perlu senyawa basa
ataupun alkali lainnya untuk direaksikan dengan mangan (IV).
3. Mangan (IV) dapat terbentuk dikarenakan reaksi mengashilkan produk
berbeda sehingga mengakibatkan ketidakstabilan pada reaksi yang
ditimbulkan oleh penambahan basa.
4. Mangan (II) dapat dibuat dari penambahan asam serta oksidanya dengan
perlakuan tambah seperti pemanasan larutan.
5. Mangan (III) tidak dapat dihasilkan dikarenakan tidak adanya zat oksidator,
sehingga kecil kemungkinan bahwa pembentukan akan dapat terjadi.
6. Mangan (III) dapat dibuat dari reaksi mangan (IV) dan (II) dalam larutan
basa dikarenakan mangan (III) diperoleh dari hasil reaksi mangan (IV) yang
teroksidasi.
7. Bila konsentrasi basa diperbesar maka mangan (III) yang dihasilkan akan
mengecil, hal ini dikarenakan senyawa yang terbentuk berupa mangan (II).
8. Mangan (III) dapat dibuat dari reaksi mangan (II) dan (VII) dalam larutan
asam. Bila konsentrasi diperbesar maka tidak akan menghasilkan mangan
(III) sehingga air akan tereduksi.

Anda mungkin juga menyukai