A. LANDASAN TEORI
Mangan relative melimpah dan terdapat dalam banyak deposit, terutama oksida,oksida
hidrat atau karbonat. Logam dapat diperoleh dari padanya atau dari Mn 3O4 yang didapat dari cara
pemanggangan melalui reaksi Al. Mangan cukup elektropositif dan mudah melarut dalam asam
bukan pengoksidasi (Cotton dan Wilkinson, 2009: 459).
Mangan dioksida, MnO2 sekalipun bukan oksida yang stabil karena dapat terurai menjadi
MnO3 pada 530̊ C merupakan dioksida yang sangat penting karena bermanfaat sebagai zat
pengoksidasi. Asam sulfat dan asam hidroklorida pekat panas akan mereduksi MnO 2 menjadi Mn
(II) (Sugiyarto, 2003).
Mn3O4 adalah mineral berwarna hitam, yang dapat dibuat dari oksida mangan dengan
pemanasan hingga suhu 1000̊ C di udara. Semua mangan dioksida dapat merduksi MnO 2 dengan
hydrogen membentuk oksida dengan tingkat oksidasi terendah yang berwarna keabu-abuan
kehijauan. MnO2 juga bersifat anti ferromagnetic dibawah temperature 92 K, sedangkan
Mn3O4 bersifat ferrimagnetik di bawah temperature 43 K.
Ion mangan (III) tidak stabil, tetapi ada kompleks yang mengandung mangan dalam keadaan
oksidasi +3. Mudah direduksi menjadi mangan (II). Mangan (IV) oksida stabil dalam larutan
basa dan berwarna hijau. Pada penetralannya terjadi reaksi disproporsionasi, terbentuk endapan
mangan dioksida dan ion manganat (VII) atau permanganate. Jika mangan (IV) oksida diolah
dengan asam, terbentuk ion-ion mangan (II). Senyawa mangan (VII) mengandung ion MnO 4-.
Permanganate alkali adalah senyawa stabil yang menghasilkan larutan warna lembayung.
Semuanya merupakan zat pengoksidasi kuat ( Shevla, 1990: 135).
C. PROSEDUR KERJA
No Cara kerja Hasil pengamatan
I. Mangan (VI)
1. Dimasukkan masing-masing 5 mL Warna KMnO4 0,01 M adalah ungu.
KMnO4 0,01 M kedalam tabung A dan B
3. Larutan dalam tabung A disaring begitu Setelah disaring, filtrate dari larutan
juga larutan dalam tabung B yang ditambahkan asam berwarna
ungu, sedangkan filtrate yang
dihasilkan dari larutan yang
ditambahkan basa berwarna hijau.
4. Larutan hasil penyaringan pada tabung B Filtrate dari larutan yang ditambahkan
yang berwarna hijau ditambahkan dengan basa yaitu warna hijau, ditambahkan
H2SO4 encer dan menghasilkan larutan
berwarna merah dan setelah didiamkan
beberapa lama dalam larutan tebentuk
butiran-butiran berwarna merah.
5mL H2SO4 encer
Dalam Basa
Reduksi : MnO4- + e- -------------> MnO42-
Oksidasi : MnO2 + 4OH- -------------> MnO42- + 2H2O + 2e-
Agar jumlah elektron sama, maka reaksi reduksi dikali 2 dan reaksi oksidasi tetap.
Reduksi : 2MnO4- + 2e- -------------> 2MnO42-
Oksidasi : MnO2 + 4OH- -------------> MnO42- + 2H2O + 2e- +
Reaksi : 2MnO4- + MnO2 + 4OH- -------------> MnO42- + 2H2O
b. Pembuatan Mangan (III)
MnO4- + 8H+ + 5e- -------------> Mn2+ + 4H2O
5Mn2+ -------------> 5Mn3+ + 5e- +
MnO4- + 4 Mn2+ + 8H+ -------------> 5Mn3+ + 4H2O
· 2Mn3+ + H2O -------------> Mn2+ + MnO2 + 4H+
(ungu) (merah)
2. Perhitungan
a. Mangan (VI)
Dalam Asam
2MnO4- + 2e- -------------> 2MnO42- E0sel = + 0,56 volt
MnO2 + 2H2O -------------> MnO42- + 4H+ + 2e- E0sel = - 2,26 volt +
2MnO4- + MnO2 + 2H2O -------------> 3MnO42- + 4H+ E0sel = -1,70 volt
Dalam Basa
2MnO4- + 2e- -------------> 2MnO42- E0sel = + 0,56 volt
MnO2 + 4OH- -------------> MnO42- + 2H2O + 2e- E0sel = - 0,59 volt +
2MnO4- + MnO2 + 4OH- -------------> 3MnO42- + 2H2O E0sel = -0,03 volt
b. Mangan (III)
MnO4- + 8H+ + 5e- -------------> Mn2+ + 4H2O E0 = + 1,51 volt
Mn2+ -------------> 5Mn3+ + 5e- E0 = - 1,51 volt +
MnO4- + 4 Mn2+ + 8H+ -------------> 5Mn3+ + 4H2O E0 sel = 0 volt
E. PEMBAHASAN
Mangan adalah suatu unsur kimia yang mempunyai nomor atom 25 dan memiliki simbol
Mn. Logam mangan berwarna putih keabu-abuan. Mangan termasuk logam berat dan sangat
rapuh tetapi mudah teroksidasi. Logam dan ion mangan bersifat paramagnetic. Hal ini dapat
dilihat dari obital d yang terisi penuh pada konfigurasi elektron.
Pada percobaan kali ini, bertujuan untuk mempelajari pembuatan senyawa mangan (VI), mangan
(III), dan sifat-sifatnya. Untuk itu, dilakukan 2 percobaan utama, yaitu pembuatan mangan (VI)
dan pembuatan mangan (III).
Pada larutan A (yang ditambahkan asam) terbentuk mangan (II) sehingga warna filtrat yang
dihasilkan berwarna merah {sesuai dengan warna khas mangan (II)}. Hal ini dikarenakan pada
suasana asam senyawa-senyawa mangan (VI) yang mengandung ion manganat akan mengalami
disproporsionasi menjadi ion permanganat dan MnO2. Selain itu, dalam suasana asam ion
MnO42- bersifat sebagai oksidator sehingga mangan mengalami reaksi reduksi yang
menyebabkan penurunan biloks dari +6 menjadi +2. Sedangkan pada larutan B (yang
ditambahkan basa) terbentuk mangan (VI) sehingga warna filtrat yang dihasilkan hijau {sesuai
dengan warna khas mangan (VI)}. Hal ini dikarenakan ion ini stabil pada suasana basa. Pada
raksi ini, mangan mengalami reduksi atau penurunan bilangan oksidasi, dari +7 menjadi +6.
Namun, ketika larutan hijau {mengandung mangan (VI)} ditambahkan kembali dengan
H2SO4 encer, kembali terbentuk larutan berwarna merah yang menandakan terbentuk kembali
mangan (II) diakibatkan oleh tidak stabilnya mangan (VI) pada suasana asam.
Pembuatan senyawa mangan VI dapat juga diramalkan dengan menggunakan potensial
elektroda. Dengan potensial elektroda ini, dapat diramalkan bahwa Mn (VI) tidak dapat dibuat
dengan mereaksikan mangan (VII) dan Mn (IV) dalam larutan asam.
Dari potensial elektroda reaksi diatas dapat dilihat bahwa potensial elektroda reaksi
pembentukan mangan (IV) lebih besar atau lebih positif dari reaksi pembentukan mangan (VI)
dan dapat disimpulkan bahwa reaksi penguraian mangan (VI) lebih mudah terjadi dibandinkan
dengan reaksi pembentukannya sehingga pembuatan senyawa mangan (VI) tidak dapat dilakukan
dalam larutan asam, karena senyawa mangan (VI) tidak stabil dalam suasana asam. Dalam
penambahan konsentrasi MnO4 atau H+ tidak akan memperbesar kemungknan untuk membuat
mangan (VI).
Mangan (III) terdapat sebagai oksida yaitu Mn2O3, dan MnO(OH) yang terjadi secara alamiah
dialam, tetapi ion Mn3+ dalam larutan air tidak stabil, mudah tereduksi menjadi
Mn2+ sebagaimana dinyatakan oleh nilai potensial reduksinya. Pada pe pembuatan mangan (III),
pertama-tama dimasukkan 5 gr MnSO4 ke dalam gelas kimia dan ditambahkan dengan 2 ml
H2SO4 encer. Penambahan H2SO4 encer mengakibatkan larutan berwarna bening dengan sisa
MnSO4 yang mengendap di dasar gelas kimia yang menandakan MnSO4 tidak larut sempurna
dalam H2SO4 encer. Setelah itu ditambahkan 10 ml H2SO4 pekat yang mengakibatkan larutan
keruh dan masih terdapat butiran MnSO4 yang tidak larut. Terjadi peningkatan suhu larutan pada
reaksi ini yang menandakan reaksi ini terjadi secara eksoterm. Setelah didinginkan larutan
menjadi agak kental dan terdapat endapan putih. Setelah ditambahkan 5 tetes larutan
KMnO4 terbentuk larutan berwarna merah marun yang menandakan reaksi pembentukan mangan
(II). Ion mangan (III) bersifat tidak stabil dengan bilangan oksidasi +3. Senyawa ini mudah
dioksidasi menjadi ion mangan (II) sehingga pada saat dikocok, larutan menjadi berwarna ungu
{warna khas mangan (III)}. Setelah dicampurkan dengan 50 ml aquades, warna larutan kembali
menjadi merah marun yang menandakan mangan (II) terbentuk kembali.
F. SIMPULAN
Berdasarkan tujuan percobaan, dapat disimpulkan:
a. Pembuatan mangan (VI) dapat dilakukan dengan mereaksikan mangan (IV) dengan mangan
(VII) dalam suasana basa, sedangkan dalam suasana asam dengan mereaksikan mangan (IV)
dengan mangan (VII), mangan (VI) tidak dapat terbentuk karena mudah terdisproporsionasi
menjadi mangan (VII) dan mangan (IV).
b. Mangan (VI) bersifat stabil dalam larutan basa dan tidak stabil dalam larutan asam.
c. Pembuatan mangan (III) dapat dibuat dengan mereaksikan mangan (II) dengan mangan (VII)
dalam suasana asam.
d. Mangan (III) tidak stabil dalam air, karena akan membentuk mangan (II) kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson. 2009. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press.
Shevla, G. 1990. Analisis Organik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT Kalman Media
Pustaka.
Sugiyanto, K. H. 2003. Dasar-Dasar Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: UNY Press.