1. Mengenal hk pidana
● Pengertian hukum pidana, fungsi hukum pidana?
● Hukum pidana hukum publik?
2. Ilmu hk pidana dan ilmu lain yg berkaitan
● Perbedaan hukum pidana dan HTN/HAN?
● Perbedaan hukum pidana dan hukum perdata?
● Hukum pidana sebagai hukum sanksi?
● Hukum pidana materiil dan formil?
3. Hk pidana umum dan khusus
● Hukum pidana dalam arti sempit dan arti luas
4. Sumber-sumber hukum pidana
5. Sejarah hukum pidana di Indonesia *gaakan diajarin, hrs baca buku sendiri
Hk pidana -> hk yg mengatur apa yg boleh dan ga boleh, dan ada konsekwensi (berupa hukuman/sanksi
misalnya kurungan penjara). ada perintahnya gak? atau hanya larangan?
larangan membunuh itu norma. nilainya itu kemanusiaan
nilai
norma
baru larangan
sanksi itu luas, bisa diberikan oleh siapa saja (orang tua, masyarakat, guru)
hk.pidana itu untuk apa? fungsinya untuk menjera orang-orang yg melakukan tindak pidana. perbuatan yg
dimaksud adalah kejahatan. kenapa orang harus dicegah dalam melakukan kejahatan? karena kejahatan itu
meresahkan masyarakat, tapi kan ga semua yg meresahkan itu adalah sebuah tindak pidana contohnya…
#STUDYCASE
kejatan di transjakarta : merusak fasilitas umum
rujukannya : perda (karena transjakarta gakboleh membuat sanksi, yg buat perda adalah pemda bersama DPR)
sanksinya : ancamannya denda sekian, atau kurungan penjara sekian
Q : apa yang kamu fikirkan?
A : itu kan fasilitas publik, yg rugi kita juga krn kita bayar pajak ke pemerintah
Q : ada gak bedanya norma yg ada sanksinya sama yg gaada?
A : ada efek jera nya
apakah yg harus mengetahui sanksi pidana hanya masyarakat atau penegak hukum jg tau?
penegak hukum/aparat pemerintah : bagian dari masyarakat jd mereka harus tau, mereka jg hrs tau krn mereka
akan menjalankan perintah itu agar mereka tidak melakukan penyelewenangan (penyalahgunaan wewenang).
contohnya seperti ada maling (pasal pencurian). jadi, hukum pidana harus diketahui oleh semua orang termasuk
aparat pemerintah yg membuat peraturan agar mereka tau batasannya.
perilaku orang yg berkaitan dgn hukum perdata (pernah melakukan hubungan perdata gak, misalnya jual beli) ->
misalnya beli kopi itu termasuk perbuatan perdata karena ada perjanjian antara penjual dan pembeli walaupun
perjanjiannya tidak tertulis. atau contoh lain adalah beli rumah secara kredit itukan ada perjanjiannya harus
bayar misalnya per-3bulan trs misalnya gak dibayar, itu artinya melanggar norma perdata gak? sanksinya apa?
kemungkinan sanksinya disita atau surat peringatan tapi pastinya ada proses perdata (misalnya bayar ganti rugi.
bisa dilaporkan ke polisi gak karena penipuan? bisa.
Q : kenapa perbuatan perdata bisa jadi dikenakan hukuman pidana? bedanya apa?
A : dalam hukum perdata ada norma larangan dan norma kewajiban. dalam hukum pidana ada norma larangan
dan norma perintah.
Q : bedanya apa?
A : perdata sanksinya misalnya penggantian ganti rugi (sitaan,denda,dll). pidana sanksinya penjara. han
sanksinya juga mirip kyk perdata tapi mungkin harus bayar denda ke negara misalnya gak punya Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) ketika bikin bangunan.
kesimpulan : ternyata dalam bidang hukum yg lain jg ada norma, hanya SANKSINYA BEDA (sanksi pidana
lebih berat drpd sanksi perdata) misalnya orang yg minum alkohol dikamarnya sendiri tidak dikenakan sanksi
tapi kalau minum alkohol sambil nyetir bisa kena sanksi karena akan membahayakan banyak orang.
dalam kehidupan kita sbnrnya banyak hal yg bisa masuk 2-3bidang hukum sekaligus. contohnya orang transfer
dana itu adalah perbuatan perdata tapi kalau transfer dana ke rekening orang lain tanpa izin itu bisa jadi
perbuatan pidana.
hukum pidana dalam arti luas (mencakup hk.acara pidana dan hk.pidana dalam arti sempit) : perbuatannya apa,
sanksinya apa, alat buktinya apa (alat bukti yg berdiri sendiri atau yg didapatkan dari petunjuk).
nah selama semester dua ini akan belajar yg hukum pidana materil.
semester depan baru belajar yg hukum acara pidana : bagaimana penyidik, jaksa, hakim bekerja di persidangan.
kriminologi itu apa? adalah ilmu yg mempelajari ttg kriminalitas? membahas upaya pencegahan artinya
kriminologi tau bagaimana mencegah kejahatan sehingga dibutuhkan di dalam hukum pidana.
ilmu yg membelajari apasih yg menyebabkan kejatan, siapasih yg melakukan kejahatan, bagaimana mencegah
kejahatan -> kriminologi.
pidana tidak mempelajari itu sehingga ilmu kriminologi dibutuhkan.
forensik (kimia forensik)? ada berapa senjata yg masuk tubuh korban, senjatanya apa aja, peluru itu dari senjata
apa, luka ini dari peluru yg mana, indikasi racun dalam tubuh, dll.
pake kitab uu yg terjemahan dari Mulyono. dan ada juga yg di download itu (bisa di cetak juga ini kitab uu
pidana yg baru).
uu khusus diluar kuhp : uu tpks, uu tindak pidana suap, uu tp terorisme, uu tp ekonomi, uu tp korupsi, uu tp
genonisme (pelanggaran ham berat)
uu administrasi yg memuat ketentuan pidana artinya adalah uu yg didalamnya membahas administrasi tp ada
tindak pidananya : uu tp narkotika/psikotropika, uu tp ITE, uu tp perbankan.
di KUHP gaada tindak pidana kumpul kebo, kalo sampe ada tindak pidana kumpul kebo
(meskipun deliknya delik aduan yg berlaku 3th lagi). mereka yg kumpul kebo sblm UU itu
disahkan TIDAK DAPAT DIKENAKAN HUKUMAN. -> karena hk.pidana itu menyatakan
perbuatan pidana baru dpt dihukum kalau sudah dinyatakan sebagai suatu tindak pidana.
sehubungan dgn larangan berlaku surut itu akhirnya munculnya TEMPUS DELICTI
(kapan/waktu terjadinya suatu tindak pidana) -> artinya penting bagi kita utk mengetahui
tempus delicti -> utk mengetahui scr pasti kapan disebut tindak pidana, kita perlu melihat
masing2 aturan tindak pidana nya.
misalnya td pasal 362 ttg pencurian brti yg dimaksud mencuri adalah perbuatan
‘mengambil’, lalu cari dia mengambil barangnya itu tanggal berapa. apakah setelah
dibuatnya pasal tsb?
misalnya pasal 338 ttg pembunuhan brti yg dimaksud pembunuhan adalah jika adanya
nyawa yg melayang (bukti adanya mayat), nah kita hrs cari kapan tgl terbunuhnya korban.
utk menentukan tempus delicti, dibantu dgn 4 teori ini :
1. teori perbuatan fisik -> ketika perbuatan fisik (perbuatan dlm arti materil, misalnya
jika pencurian berarti ketika tangannya itu bergerak mengambil barang) dilakukan.
study case : jika seseorang mengambil hp trs diteriakin “maling!” trs dia taruh lagi
hpnya, ini sudah termasuk pencurian walaupun pencuriannya gagal, krn dia sudah
mengambil hp tanpa izin sah dan ada bukti/penjelasan “KAPAN/TEMPUS DELICTI”
itu terjadi. -> ini termasuk teori perbuatan fisik yg membuktikan tempus delictinya.
orang mati krn diracun -> cari tau kapan racunnya dimasukan
orang ditembak tgl 1 tapi mati tgl 5 brti kalau berdasarkan teori perbuatan fisik berarti
dia sudah dibunuh sejak tgl 1 (karena perbuatan fisik itu berlangsung di tgl 1) ->
kalau ada misal yg sekaratnya berminggu-minggu itu bisa berubah dari pasal
penganiayaan jadi pasal pembunuhan jika korban akhirnya mati tp dikatakan
perbuatan pembunuhan sejak awal korban dianiaya.
kelemahanya : kalau perbuatan fisik ini dilakukan sblm dibuatnya peraturan maka
perbuatan tsb bukan tindak pidana. -> misal pengacara bisa pake dalil ini buat
melindungi clientnya agar tidak dipenjara, lawannya (jaksa) pakai teori 3 “akibat”.
??? akan tetapi menurut KUHP Baru contoh diatas itu (338 pembunuhan “merampas
nyawa”) tidak mementingkan latar belakang terjadinya pembunuhan pokoknya kalau
sudah mati artinya itu kasus pembunuhan. jadi dlm KUHP Baru ini gak peduli
Tempus Delicti. ???
2. teori bekerjanya alat yg digunakan -> contohnya adalah racun yang bekerja didalam
tubuh agar sampai korban terbunuh (penusukan ga termasuk).
study case : seseorang naik kereta dr jkt-surabaya, dr jkt dia diksh minum beracun
trs sepanjang jalan menunjukkan gejala keracunan dan mati nya di surabaya. lalu
perbuatan ini bisa pake teori bekerjanya alat, bisa jg pake teori perbuatan fisik
(jawabannya kalo perbuatan fisik dia mati sejak masih dijkt).
3. teori akibat -> segala perbuatan tindak pidana dikatakan pidana kalau ada akibat.
norma hk.pidana ada 2 : (1) larangan “melarang perbuatan tertentu” yg dilarangnya
itu adalah perbuatan dan akibat, (2) kewajiban “mewajibkan menghindari perbuatan
tertentu”. KEBOLEHAN itu tidak trmsk norma. yg termasuk kewajiban dlm KUHP
contohnya adalah membayar pajak, melaporan suatu tindak pidana tertentu, wajib
menolong orang yg mau mati (pasal 531 penjara min.3bln) mksdnya adalah jika
ngeliat tabrakan trs gak nolong bisa dikenakan hukuman ini krn dianggap
membiarkan suatu tindak pidana terjadi (minimal hub.medis atau telp polisi jgn ntnin).
selama perbuatan itu tidak dilarang dan tidak diwajibkan artinya diperbolehkan.
4. teori waktu yg jamak -> gabungan 3 teori diatas.
Q-1. ada yang namanya daluwarsa (salah satu alesan gugurnya kewenangan menuntut dan
gugurnya kewenangan menjalankan hukuman).
kenapa ada tuntutan daluwarsa ?
1. utk kepastian hukum -> agar penegak hukum tidak dibebani dgn kasus yg ga dia
selesaikan, mksdnya misal pembunuhannya ga terungkap siapa pembunuhnya krn sudah
melewati daluwarsa makanya ini berfungsi utk membuat kepastian hukum. daluwarsa itu
dihitung mulai dari H+1 setelah kejadian (lama waktunya daluwarsa tergantung kasusnya).
Q-3. kalau pernyataan palsu ttg kapan dilakukannya pencurian, apakah pelaku jd bebas?
ada yg namanya unsur delik, ini harus dibuktikan semua agar pelaku gak bebas. kalau
tanggalnya beda (baik ini pernyataan palsu dr pelaku ataupun tdk terbukti kapan) tetap
harus dibuktikan krn kalo satu unsur delik ga terbukti ya bisa bebas pelakunya. pelaku tindak
pidana harus dipastikan adalah subyek hukum, yg dimaksud subyek hukum misalnya orang
atau badan hukum. bisa dibuktikan subyek hukum itu manusia adalah jika dia memiliki
identitas yaitu memiliki nama, tanggal lahit, dan jenis kelamin.
uu no.26 thn 2000 ttg penegakan ham berat -> penyampingan asas blabla yg blm dicabut.
pada dasarnya kita boleh melakukan penafsiran tetapi gak boleh melakukan analogi.
barangsiapa menduduki istana scr melawan hukum dipidana dgn pidana penjara 1th, kira2
mnrt Anda yg dimaksud larangan itu ngapain? apa yg gaboleh? apakah duduk2 di istana?
tentu tidak. jd ketika dibilang dilarang menduduki istana artinya bukan perbuatan materil
sebagaimana ‘perilaku duduk’ di istana. -> yg sebetulnya dilarang adalah makar, melakukan
perlawanan bersenjata, dll. pokoknya ini semua adalah perbuatan materil. -> artinya kalau
dia bukanlah org yg boleh menguasai istana (menduduki istana)
(blm dibahas ttg locus delicti, bahas asas2 hk.pidana dulu biar ngerti). agak loncat ya!!!
yg penting ada landasan hukum/asasnya sehingga pengadilan bisa mengclaim utk
mengadili -> locus delicti. semua WNI diluar negeri bs kena hk.pidana indo tp WNA jg bs.
pasal 2 kuhp lama (Asas teritorialitas) : “aturan pidana dalam perundang2an indonesia
berlaku bagi setiap orang yg melakukan perbuatan pidana di dalam Indonesia”
*setiap orang = WNI dan WNA
*di dalam wilayah Indonesia (ada wilayah diluar Indonesia sperti kapal bendera Indonesia)
kita berbicara tentang keberlakuan atau daya jangkau hukum pidana di Indonesia. kalo
orangnya kabur itu lain lagi, ada aturannya lagi.
batas2 wilayah Indonesia diatur dalam pasal 5 dan 6 (cek pasalnya).
baca juga pasal 3 kuhp lama -> “aturan pidana perundang2an indonesia berlaku bagi setiap
orang yg diluar indonesia melakukan perbuatan pidana didalam kapal indonesia”
*dalam pasal ini kapal yg dimaksud hanya kapal laut. makanya diperbaharui melalui uu
no.4/1976 bahwa kapal yg dimaksud bukan hanya kapal laut tp jg kapal (pesawat) terbang.
penjelasan ttg pesawat terbang diatur dalam pasal 95 kuhp lama. termasuk juga kapal
perang, dan kapal dagang.
contoh karena perluasan ini waktu kasus munir yg mati di perjalanan indo-belanda (mati di
hungaria) itu bisa dikenakan hukuman pidana indonesia krn terjadi di pesawat indo
walaupun matinya di wilayah hungaria. gabisa kena hukum pidana belanda krn ga mati
disana dan hanya singgah doang mayatnya, pdhl hrsnya aturan internasional kl di
penerbangan ada yg mati itu hrs dibawa ke bandara awal (kalo sekarang baru dibawa ke
bandara terdekat) tp ini pilotnya malah milih lanjut dibawa ke belanda. jd ttp hk belanda ga
berlaku.
asas universalitas
cth. pembunuhan itu unsurnya disebut, kualifikasinya (namanya) juga disebut -> kel.pertama
before 1999 : “barangsiapa”
1999-present : “setiap orang” -> orang artinya manusia (natuurlijk)
subyek hukum adalah pengemban hak dan kewajiban
pada umumnya terutama hk.pidana adalah manusia (yg masih punya hak dan kewajiban =
yg masih hidup). jd kalo orang mati gbs jd tersangka krn dia udh gapunya hak lagi -> org
mati ga berhak utk dikubur yg bener adalah org hidup berkewajiban mengubur org mati.
Tindak pidana :
1. ada subyek hukum : ada manusia yg terlibat dan dia hrs mempertanggungjawabkan,
maka yg membuat aturan jg hrs manusia/korporasi
2. ada perbuatan melawan hukum (pmh) : bukan sekedar pmh ternyata jg ada akibat yg
dilarang)
3. ada kesalahan : makanya ada kata2 “kesengajaan, barangsiapa dgn sengaja,
dengan maksud, dll” dan ada juga kelalaian (lawannya sengaja adalah lalai, kayak
kecil dan besar gituu) “karena kelalaiannya, karena ketidak hati-hatiannya, patut
diduga,dll” ps359 cth kelalaian.
4. diancam pidana
adanya unsur2 dalam suatu pasal itu untuk meminta pertanggungjawabannya
Jenis delik
dlm MvT : jadi kalo ga diatur dlm UU itu brti tercela sehingga disebut DELIK HUKUM
(recht-delicten)
kalaupun uu (pasal perbuatan tercela seperti buku 2 kejahatan pasal 338) dicabut maka
pembunuhan (buku 2 kejahatan) tetap dianggap perbuatan tercela -> menurut agama dan
adat istiadat/masyarakat. sementara pelanggaran baru dianggap tercela/tidak pantas ketika
di undang2kan (kalau dicabut misal ttg peraturan lalu lintas maka tidak dianggap tercela).
kesimpulan : pada dasarnya kejahatan berbeda dgn pelanggaran.
perbedaan kejatan dan pelanggaran
Kejahatan (Buku II) Pelanggaran (Buku III)
Delik aduan delict aduan adalah “butuh tidak memiliki delik aduan
laporan korban”. jadi kalau ada
laporan dr korban dikatakan
memiliki delik aduan
Aturan ttg gabungan hukuman bagi pelaku kejahatan hukuman bagi pelanggaran
berbeda dpt dihukum sebagaimana dlm hanya bisa kurungan (maks
pasal 10 KUHP (min 1hari) 1th) dan denda saja.
Peraturan Daerah hanya bisa
menjatuhkan pelanggaran
tidak dgn kejahatan jd perda
gbs memenjarakan
delik formil adalah delik yg SEMPURNA = ketika perbuatan yg dilarang telah selesai
dilakukan. sedangkan delik materil adalah delik yg SEMPURNA = ketika akibat yg dilarang
telah timbul. maka kalau melihat rumusan delik yg didalamnya termasuk unsur yg
menggambarkan perbuatan yg dilarang maka dia adalah delik formil.
delik komisi (aktif) : terjadi ketika pelaku melakukan perbuatan scr aktif (melakukan
perbuatan dan akibat yang dilarang) = bertentangan dgn kewajibannya
kebalikannya adalah delik pasif. pasal pencurian
delik omisi (pasif) : pasifnya bkn dalam arti diam/tidur, pasif terhadap apa yg seharusnya dia
lakukan (dalam kata lain jika dia memiliki kewajiban tidak dilaksanakan olehnya -> tidak
menjalankan kewajibannya). pasal “barangsiapa yg dgn sengaja tidak menolong…”
a. omisi murni (pasal 164) : seketika kewajibannya tidak dilaksanakan langsung
menjadi perbuatan tindak pidana
b. omisi tidak murni : ada kewajiban yg hrs diselesaikan tp apabila tidak ada akibatnya
gak jadi tindak pidana (cth penjaga rel kereta api, kalo lalai dalam menutup pintu rel
tetapi tidak ada korban maka gajadi tindak pidana, kecuali kalo ada akibatnya
(korban) baru dikatakan tindak pidana, jadi karena dia gak lgsg dikatakan tindak
pidana maka dia ga disebut omisi murni).
b. relatif : pada dasarnya dia delik biasa tp krn ada kondisi tertentu bs jadi delik aduan.
pasal 367 ttg pencurian dlm keluarga.
dll msh bnyk bgt deliknya
Kausalitas
pengertian : ajaran ttg sebab-akibat
Aliran Monistis (sengaja) -> pelaku pasti dapat disalahkan karena pelakunya secara sengaja
melakukan (tidak memisahkan antara perbuatan dan pertanggungjawaban). dalam rumusan
tindak pidana sekaligus tercakup unsur perbuatan/akibat dan usur
kesalahan/pertanggungjawaban. tidak mencantumkan unsur kesalahan. cth 351
penganiayaan karena walaupun tidak disebutkan “barangsiapa” tetapi sudah termasuk
kesengajaan karena penganiayaan itu artinya secara sadar. gak mungkin kelalaian itu
dijadikan monistis krn kelalaian itu tidak disengaja sedangkan monistis ini sengaja.
Aliran Dualistis -> mencantumkan unsur kesalahan. cth 338-339 pembunuhan karena ini
“dicantumkan” bentuk kesengajaannya yaitu pembunuhan.
Pada delik2 yang mencantumkan kelalaian (dolus/culpa) maka orang baru akan di pidana
jika orang melakukannya dgn sengaja. kalau mencantumkan kelalaian maka harus
dibuktikan kelalaian tsb jika tidak dpt dibuktikan maka pelaku bs bebas.
Unsur2 TP
unsur obyektif itu perbuatan (baik aktif/pasif) dan melawan hukum.
unsur obyektif itu melekat pd perbuatannya bukan kpd orang/pelaku/subyeknya.
orang hukum pidana itu dilatih utk memisahkan perbuatan dgn pembuatnya, harus bisa
memisahkan perilaku dgn pelakunya. yang tercela itu perbuatannya bukan pembuatnya. yg
tercela itu perilakunya bukan pelakunya. narapidana sekalipun ketika dia berbuat baik
(ibadah dan menolong orang) berarti perbuatannya tidak tercela, artinya adalah menurut
hukum pidana kita harus OBYEKTIF dgn cara melihat perbuatannya bukan pelakunya
(walaupun dia narapidana).
sehingga di dalam rumusan delik anda akan melihat ada unsur yg menggambarkan
perbuatan yg dilarang atau akibat yg dilarang. kalau perbuatan yg dilarang misalnya
“mengambil” “menyemarkan nama baik”.
melawan hukum itu tertulis artinya harus dibuktikan. pasal 362 “dengan maksud utk dimiliki
secara melawan hukum” artinya ini harus dibuktikan sbg perbuatan melawan hukum.
unsur subyektif itu manusia (pelaku) dan kesalahan. yang bisa berbuat salah itu cuma orang
karena dlm hukum pidana, KESALAHAN itu hanya dalam bentuk KESENGAJAAN (dolus)
atau KEALPAAN (culpa). sengaja dan alpa itu melekat pada orang makanya disebut unsur
subyektif.
unsur keadaan contoh “malam hari” “pada waktu ada kebakaran..”
unsur syarat tambahan pada umumnya sudah dipidana tetapi jadi tambah berat
manfaat utama perbedaan delik formil dan delik materil adalah apakah perbuatan yang
dilarang atau akibat yang dilarang sudah sempurna ??? gatau ngasal
Kuliah Keenam
● Percobaan TP : pengertian
● Syarat-syarat dpt dipidananya percobaan melakukan TP
● Jenis-jenis percobaan
GA DATENG
Topik : Kesengajaan Dolus dan Culpa
1. ada niat yang diwujudkan dalam suatu permulaan pelaksanaan. artinya dia
mengetahui dan menghendaki adanya suatu tindak pidana.
niatnya sudah ada dan mulai diwujudkan (artinya perbuatan ini udah dimulai,
dibuktikan dari adanya niat pelaku. walaupun belum ada perwujudan dari niat tsb,
dikatakan sudah ada perwujudan apabila ada perbuatan dari realisasi niat tsb).
permulaan pelaksanaan dibagi 2 : perbuatan persiapan & permulaan pelaksanaan.
kalau masih perbuatan persiapan maka permulaan pelaksanaan blm terpenuhi. kalau
serangkaian perbuatan mewujudkan niat itu msh termasuk kedalam perbuatan
persiapan maka permulaan pelaksaan blm terpenuhi. kalau permulaan pelaksanaan
tidak terpenuhi maka salah satu syarat tidak terpenuhi dan tidak dpt dijatuhi pidana.
a-f : perbuatan persiapan (msh random, belum tau mau ngapain, belum tau termasuk
tindak pidana apa krn perbuatannya msh rancu)
g-i : permulaan pelaksanaan
3. “tidak selesai bukan karena kehendak sendiri” -> beda dengan “faktor diluar diri
pelaku yg mendorong pelaku membatalkan niatnya”.
cth. pelaku mau bunuh korban dengan melempar sajam tp korban menghindar.
berarti percobaan pembunuhan itu dibatalkan bukan karena kehendak sendiri.
adapun maksud dari faktor2 diluar diri pelaku yg mendorong pelaku membatalkan
niatnya adalah misal seorang pembunuh bayaran tbtb kasian sama korbannya dan
gajadi membunuh karena anak dari korban msh kecil.
Jenis-jenis percobaan
1. Percobaan delik formil : “apabila telah dimulai perbuatan yg disebut dlm rumusan
delik”.
2. Percobaan delik materil
1. Pengantar
2. Ruang Lingkup Berlakunya Ketentuan Perundang-Undangan Pidana Menurut Waktu
3. Perubahan Perundang-Undangan Pidana
4. Ruang Lingkup Berlakunya Perundang-Undangan Pidana Menurut Tempat
5. Tindak Pidana, Legalitas, Melawan Hukum
6. Permufakatan Jahat, Persiapan
MENURUT TEMPAT :
Di KUHP lama dari Pasal 2-Pasal 9
Di KUHP baru Pasal 4 Asas Wilayah (Teritorial), Pasal 5 (Asas Perlindungan dan Asas
Nasional Pasid), dan Pasal 6-7 (Asas Universal)
Pertanggungjawaban Pidana itu berkaitan dengan orang yang melakukan tindak pidana.
- umum (ps.36-39)
- pertanggungjawaban pidana ps.36
- strict liability & vicarious liability ps.37
- kurang mampu bertanggungjawab ps.38
- tidak mampu bertanggungjawab ps.39
- alasan pemaaf (ps.40-44) *lawan dari alasan pembenar
- pertanggungjawaban pidana korporasi (ps.45-50)
Pemidanaan (ps.51-63)
- tujuan pemidanaan
- pedoman pemidanaan
- pemberatan pidana
- ketentuan lain