Anda di halaman 1dari 30

13 Febuari 2023 - Kuliah Pertama

1. Mengenal hk pidana
● Pengertian hukum pidana, fungsi hukum pidana?
● Hukum pidana hukum publik?
2. Ilmu hk pidana dan ilmu lain yg berkaitan
● Perbedaan hukum pidana dan HTN/HAN?
● Perbedaan hukum pidana dan hukum perdata?
● Hukum pidana sebagai hukum sanksi?
● Hukum pidana materiil dan formil?
3. Hk pidana umum dan khusus
● Hukum pidana dalam arti sempit dan arti luas
4. Sumber-sumber hukum pidana
5. Sejarah hukum pidana di Indonesia *gaakan diajarin, hrs baca buku sendiri

Hk pidana -> hk yg mengatur apa yg boleh dan ga boleh, dan ada konsekwensi (berupa hukuman/sanksi
misalnya kurungan penjara). ada perintahnya gak? atau hanya larangan?
larangan membunuh itu norma. nilainya itu kemanusiaan

nilai
norma
baru larangan

“barangsiapa dengan sengaja…”

sanksi itu luas, bisa diberikan oleh siapa saja (orang tua, masyarakat, guru)

persidangan : ada ahli-ahli (forensik, dll)



hk.pidana itu ketia diterapkan gak sendirian, dia perlu ilmu-ilmu yang lain.

sumber hk.pidana apa aja? apakah hanya uu? kalo perda/pp? konstitusi di uud ada ga ketentuan pidana nya?

hk.pidana umum dan khusus akan dibahas
sejarah hk.pidana akan dibahas (gak akan diajarin, harus belajar sendiri karena ada materi baru ttg hukum
pidana yg terbaru)

hk.pidana itu untuk apa? fungsinya untuk menjera orang-orang yg melakukan tindak pidana. perbuatan yg
dimaksud adalah kejahatan. kenapa orang harus dicegah dalam melakukan kejahatan? karena kejahatan itu
meresahkan masyarakat, tapi kan ga semua yg meresahkan itu adalah sebuah tindak pidana contohnya…

#STUDYCASE
kejatan di transjakarta : merusak fasilitas umum
rujukannya : perda (karena transjakarta gakboleh membuat sanksi, yg buat perda adalah pemda bersama DPR)
sanksinya : ancamannya denda sekian, atau kurungan penjara sekian
Q : apa yang kamu fikirkan?
A : itu kan fasilitas publik, yg rugi kita juga krn kita bayar pajak ke pemerintah
Q : ada gak bedanya norma yg ada sanksinya sama yg gaada?
A : ada efek jera nya

apakah yg harus mengetahui sanksi pidana hanya masyarakat atau penegak hukum jg tau?
penegak hukum/aparat pemerintah : bagian dari masyarakat jd mereka harus tau, mereka jg hrs tau krn mereka
akan menjalankan perintah itu agar mereka tidak melakukan penyelewenangan (penyalahgunaan wewenang).
contohnya seperti ada maling (pasal pencurian). jadi, hukum pidana harus diketahui oleh semua orang termasuk
aparat pemerintah yg membuat peraturan agar mereka tau batasannya.

perilaku orang yg berkaitan dgn hukum perdata (pernah melakukan hubungan perdata gak, misalnya jual beli) ->
misalnya beli kopi itu termasuk perbuatan perdata karena ada perjanjian antara penjual dan pembeli walaupun
perjanjiannya tidak tertulis. atau contoh lain adalah beli rumah secara kredit itukan ada perjanjiannya harus
bayar misalnya per-3bulan trs misalnya gak dibayar, itu artinya melanggar norma perdata gak? sanksinya apa?
kemungkinan sanksinya disita atau surat peringatan tapi pastinya ada proses perdata (misalnya bayar ganti rugi.
bisa dilaporkan ke polisi gak karena penipuan? bisa.
Q : kenapa perbuatan perdata bisa jadi dikenakan hukuman pidana? bedanya apa?
A : dalam hukum perdata ada norma larangan dan norma kewajiban. dalam hukum pidana ada norma larangan
dan norma perintah.
Q : bedanya apa?
A : perdata sanksinya misalnya penggantian ganti rugi (sitaan,denda,dll). pidana sanksinya penjara. han
sanksinya juga mirip kyk perdata tapi mungkin harus bayar denda ke negara misalnya gak punya Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) ketika bikin bangunan.

kesimpulan : ternyata dalam bidang hukum yg lain jg ada norma, hanya SANKSINYA BEDA (sanksi pidana
lebih berat drpd sanksi perdata) misalnya orang yg minum alkohol dikamarnya sendiri tidak dikenakan sanksi
tapi kalau minum alkohol sambil nyetir bisa kena sanksi karena akan membahayakan banyak orang.
dalam kehidupan kita sbnrnya banyak hal yg bisa masuk 2-3bidang hukum sekaligus. contohnya orang transfer
dana itu adalah perbuatan perdata tapi kalau transfer dana ke rekening orang lain tanpa izin itu bisa jadi
perbuatan pidana.

hukum pidana dalam arti luas (mencakup hk.acara pidana dan hk.pidana dalam arti sempit) : perbuatannya apa,
sanksinya apa, alat buktinya apa (alat bukti yg berdiri sendiri atau yg didapatkan dari petunjuk).

hukum pidana dalam arti sempit biasa disebut HUKUM PIDANA


hukum pidana formil dan materil menjadi keseluruhan hukum acara pidana
hukum pidana materil (substantive criminal law)

nah selama semester dua ini akan belajar yg hukum pidana materil.
semester depan baru belajar yg hukum acara pidana : bagaimana penyidik, jaksa, hakim bekerja di persidangan.

ilmu hukum pidana & ilmu lain yg berkaitan

kriminologi itu apa? adalah ilmu yg mempelajari ttg kriminalitas? membahas upaya pencegahan artinya
kriminologi tau bagaimana mencegah kejahatan sehingga dibutuhkan di dalam hukum pidana.
ilmu yg membelajari apasih yg menyebabkan kejatan, siapasih yg melakukan kejahatan, bagaimana mencegah
kejahatan -> kriminologi.
pidana tidak mempelajari itu sehingga ilmu kriminologi dibutuhkan.

viktimologi itu apa? adalah ilmu yg mempelajari ttg korban.


ada ga perilaku pidana yg gaada korbannya (victimless), sebagian besar hukum pidana itu ada korbannya tapia
da juga yg engga contohnya narkotika?/perjudian?. sehingga ilmu pidana butuh ilmu-ilmu lain.

kedokteran kehakiman/kedokteran forensik itu apa? adalah ilmu yg mempelajari …

forensik (kimia forensik)? ada berapa senjata yg masuk tubuh korban, senjatanya apa aja, peluru itu dari senjata
apa, luka ini dari peluru yg mana, indikasi racun dalam tubuh, dll.

hukum pidana umum dan hukum pidana khusus


umum : yg diatur dlm hukum pidana kodifikasi (artinya diatur dlm kitab uu hukum pidana)
khusus : hukum pidana yg dibuat kodifikasi (ada bbrp pendapat contoh dari hk pidana khusus misalnya
hk.pidana militer walaupun ada kuhp militer tapi subyeknya khusus yaitu hanya utk militer, misalnya juga
hk.pidana pajak, misalnya juga hk.pidana yg tidak dikodifikasi seperti pidana lalu lintas, misalnya jg yg diatur
dlm hk.pidana khusus seperti uu pidana korupsi/perdagangan orang/dll).

sumber-sumber hukum pidana di indonesia


materil : ajaran agama, adat, dll
formil (peraturan undang-undang) :
1. kuhp
● bagaimana dgn perpu?
● bagaimana dgn perda?
2. uu pidana khusus di luar kuhp
● pengertian?
● contohnya?
3. uu administrasi yg memuat ketentuan pidana
● pengertian?
● contohnya?

pake kitab uu yg terjemahan dari Mulyono. dan ada juga yg di download itu (bisa di cetak juga ini kitab uu
pidana yg baru).

uu khusus diluar kuhp : uu tpks, uu tindak pidana suap, uu tp terorisme, uu tp ekonomi, uu tp korupsi, uu tp
genonisme (pelanggaran ham berat)

uu administrasi yg memuat ketentuan pidana artinya adalah uu yg didalamnya membahas administrasi tp ada
tindak pidananya : uu tp narkotika/psikotropika, uu tp ITE, uu tp perbankan.

20 Febuari 2023 - Kuliah Kedua

yg membedakan hk pidana dgn hk lain :


1. bagian dr hk publik
2. hk pidana dgn norma istimewa (penyelesaian masalahnya berdasarkan hukum lain
tdk dpt memberhentikan penyelesaian hk pidana -> gbs men ghentikan proses
pidana -> artinya penyelesaian mnrt cara/hukum lain tdk selalu ke
pengadilan/berakhir dgn pemidanaan, pemidanaan tdk selalu mati/penjara/denda krn
prinsip peristiwa pidana itu smpe ke pengadilan tp sanksinya tergantung)

pasal 1 ayat KUHP :


perbuatan br diblg tindak pidana kalau sudah ada peraturan yg menyatakan bahwa
perbuatan itu adalah tindak pidana -> prinsip hukum “gimana mau menyatakan salah
kalau gatau salahnya dimana -> pasal 1 inilah yg kemudian dikenal dgn asas
legalitas

apa yg disebut asas legalitas


nullum delictum, nulla poena sine pravia lege poenali” = asas legalitas
“tiada delik, tiada hukuman tanpa suatu peraturan yg terlebih dahulu menyebut perbuatan yg
bersangkutan sbg suatu delik dan yg memuat suatu hukuman yg dpt dijatuhkan atas delik
itu”

asas legalitas mengandung 3 prinsip :


1. aturan hk.pidana harus tertulis = LEX SCRIPTA
2. larangan berlaku surut = LEX PRAEVIA
3. larangan penggunaan analogi = LEX STRICTA

LEX SCRIPTA (TERTULIS)


kenapa ketentuan pidana hrs melewati proses legislatis (legislasi)
1. karena ada pembatasan kekuasaan sehingga agar tidak semena2 (pembuat
aturannya).
2. krn di legislatif itu ada yg namanya wakil rakyat -> diharapkan dpt menyerap rasa
keadilan masyarat sehingga dpt menyuarakan suara rakyat utk memidanakan suatu
perkara -> supaya rasa keadilan masyarakat TERWAKILI (baik dpr ataupun dpd.
kalau dpd namanya perda).
sanksi pidana -> pidana pokok -> sanksi : mati, penjara, kurungan, denda
aturan perda sanksi pidana pokok hanya boleh kurungan dan denda
aturan uu/pem.pusat boleh sanksinya semuanya
sanksi pidana -> pidana tambahan -> sanksi :
*apa bedanya kurungan dan penjara ????

aturan hukum pidana gak boleh multitafsir (LEX CERTA = JELAS)


1. harus tertulis *lalu bagaimana dgn hk.adat yg hidup di masyarakat kan ada yg
namanya hk.pidana adat* -> hk.adat ini PENGECUALIAN. karena hk.pidana
mengakui keberadaan hk.adat tp hk.adat hanya berlaku diwilayah adat tersebut tdk
di semua wilayah oleh karena itu jika ada perbuatan pidana yg jg menurut hk.pidana
adat adalah perbuatan pidana adat maka dpt diselesaikan dgn hk.pidana adat krn
hk.pidana adat termasuk bagian dari hk.pidana nasional. intinya hanya bisa
diselesaikan di wilayah tersebut (hk.adat bali ya di bali, hk.adat minang di minang) ->
tanya nya ke pemangku adat masing2 krn mereka adalah sumber hukumnya. ->
pengecualian ini diatur dlm UU Drt.No.1 th 1951 dan R-KUHP ps.1 ayat 3.
2. harus jelas, cermat, dan tidak multitafsir.
pasal 362 ttg pencurian
yg bisa diraih sm kaki/tangan cuma benda berwujud
benda tdk berwujud (listrik)

LEX PRAEVIA (LARANGAN BERLAKU SURUT)

di KUHP gaada tindak pidana kumpul kebo, kalo sampe ada tindak pidana kumpul kebo
(meskipun deliknya delik aduan yg berlaku 3th lagi). mereka yg kumpul kebo sblm UU itu
disahkan TIDAK DAPAT DIKENAKAN HUKUMAN. -> karena hk.pidana itu menyatakan
perbuatan pidana baru dpt dihukum kalau sudah dinyatakan sebagai suatu tindak pidana.

sehubungan dgn larangan berlaku surut itu akhirnya munculnya TEMPUS DELICTI
(kapan/waktu terjadinya suatu tindak pidana) -> artinya penting bagi kita utk mengetahui
tempus delicti -> utk mengetahui scr pasti kapan disebut tindak pidana, kita perlu melihat
masing2 aturan tindak pidana nya.
misalnya td pasal 362 ttg pencurian brti yg dimaksud mencuri adalah perbuatan
‘mengambil’, lalu cari dia mengambil barangnya itu tanggal berapa. apakah setelah
dibuatnya pasal tsb?
misalnya pasal 338 ttg pembunuhan brti yg dimaksud pembunuhan adalah jika adanya
nyawa yg melayang (bukti adanya mayat), nah kita hrs cari kapan tgl terbunuhnya korban.
utk menentukan tempus delicti, dibantu dgn 4 teori ini :

1. teori perbuatan fisik -> ketika perbuatan fisik (perbuatan dlm arti materil, misalnya
jika pencurian berarti ketika tangannya itu bergerak mengambil barang) dilakukan.
study case : jika seseorang mengambil hp trs diteriakin “maling!” trs dia taruh lagi
hpnya, ini sudah termasuk pencurian walaupun pencuriannya gagal, krn dia sudah
mengambil hp tanpa izin sah dan ada bukti/penjelasan “KAPAN/TEMPUS DELICTI”
itu terjadi. -> ini termasuk teori perbuatan fisik yg membuktikan tempus delictinya.
orang mati krn diracun -> cari tau kapan racunnya dimasukan
orang ditembak tgl 1 tapi mati tgl 5 brti kalau berdasarkan teori perbuatan fisik berarti
dia sudah dibunuh sejak tgl 1 (karena perbuatan fisik itu berlangsung di tgl 1) ->
kalau ada misal yg sekaratnya berminggu-minggu itu bisa berubah dari pasal
penganiayaan jadi pasal pembunuhan jika korban akhirnya mati tp dikatakan
perbuatan pembunuhan sejak awal korban dianiaya.

kelemahanya : kalau perbuatan fisik ini dilakukan sblm dibuatnya peraturan maka
perbuatan tsb bukan tindak pidana. -> misal pengacara bisa pake dalil ini buat
melindungi clientnya agar tidak dipenjara, lawannya (jaksa) pakai teori 3 “akibat”.

??? akan tetapi menurut KUHP Baru contoh diatas itu (338 pembunuhan “merampas
nyawa”) tidak mementingkan latar belakang terjadinya pembunuhan pokoknya kalau
sudah mati artinya itu kasus pembunuhan. jadi dlm KUHP Baru ini gak peduli
Tempus Delicti. ???
2. teori bekerjanya alat yg digunakan -> contohnya adalah racun yang bekerja didalam
tubuh agar sampai korban terbunuh (penusukan ga termasuk).
study case : seseorang naik kereta dr jkt-surabaya, dr jkt dia diksh minum beracun
trs sepanjang jalan menunjukkan gejala keracunan dan mati nya di surabaya. lalu
perbuatan ini bisa pake teori bekerjanya alat, bisa jg pake teori perbuatan fisik
(jawabannya kalo perbuatan fisik dia mati sejak masih dijkt).
3. teori akibat -> segala perbuatan tindak pidana dikatakan pidana kalau ada akibat.
norma hk.pidana ada 2 : (1) larangan “melarang perbuatan tertentu” yg dilarangnya
itu adalah perbuatan dan akibat, (2) kewajiban “mewajibkan menghindari perbuatan
tertentu”. KEBOLEHAN itu tidak trmsk norma. yg termasuk kewajiban dlm KUHP
contohnya adalah membayar pajak, melaporan suatu tindak pidana tertentu, wajib
menolong orang yg mau mati (pasal 531 penjara min.3bln) mksdnya adalah jika
ngeliat tabrakan trs gak nolong bisa dikenakan hukuman ini krn dianggap
membiarkan suatu tindak pidana terjadi (minimal hub.medis atau telp polisi jgn ntnin).
selama perbuatan itu tidak dilarang dan tidak diwajibkan artinya diperbolehkan.
4. teori waktu yg jamak -> gabungan 3 teori diatas.

Q-1. ada yang namanya daluwarsa (salah satu alesan gugurnya kewenangan menuntut dan
gugurnya kewenangan menjalankan hukuman).
kenapa ada tuntutan daluwarsa ?
1. utk kepastian hukum -> agar penegak hukum tidak dibebani dgn kasus yg ga dia
selesaikan, mksdnya misal pembunuhannya ga terungkap siapa pembunuhnya krn sudah
melewati daluwarsa makanya ini berfungsi utk membuat kepastian hukum. daluwarsa itu
dihitung mulai dari H+1 setelah kejadian (lama waktunya daluwarsa tergantung kasusnya).

Q-2. apa bedanya barang dan benda?


dalam KUHP lbh banyak diatur barang krn dulu blm ditulis aturan ttg benda. barang yg tidak
berwujud itu misal saham, channel youtube (ini sudah bisa dijadikan jaminan dlm suatu
kasus, dan kalo channel youtube itu dicuri bs kena hukum kekayaan intelektual)
benda adalah sesuatu yg punya nilai ekonomi, bisa dipindah tangankan.

Q-3. kalau pernyataan palsu ttg kapan dilakukannya pencurian, apakah pelaku jd bebas?
ada yg namanya unsur delik, ini harus dibuktikan semua agar pelaku gak bebas. kalau
tanggalnya beda (baik ini pernyataan palsu dr pelaku ataupun tdk terbukti kapan) tetap
harus dibuktikan krn kalo satu unsur delik ga terbukti ya bisa bebas pelakunya. pelaku tindak
pidana harus dipastikan adalah subyek hukum, yg dimaksud subyek hukum misalnya orang
atau badan hukum. bisa dibuktikan subyek hukum itu manusia adalah jika dia memiliki
identitas yaitu memiliki nama, tanggal lahit, dan jenis kelamin.

Q-4. kalau hk.adat sm hk.pidana bertentangan gimana?


kalo udh dikenakan hk.adat brti ga perlu dikenakan hk.pidana lagi. kalo
bertentangan/bertabrakan antara hk.adat dan hk.pidana maka gbs diterapkan???

Larangan berlaku surut (pasal 28i UUD 1945)


“Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yg berlaku surut adalah hak asasi manusia yg
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”.
Ini adalah hal mutlak. Tapi pada dasarnya tidak ada yg benar2 mutlak di dunia ini jadi masih
bisa dicari celahnya???
PENGECUALIAN LARANGAN BERLAKU SURUT
pasal 1 ayat 2 “digunakan yg paling meringankan terdakwa” -> makin banyak unsur pidana
makin menguntungkan terdakwa mksdnya unsur itu adalah ‘barang siapa seorang laki-laki
merampas hak orang lain dengan pencurian di malam hari…” artinya hrs bisa
membuktikan 4 unsur ini.
study case :
misal ada 2 uu yaitu tahun 1971 dan 1999 dan kasusnya terjadi di tahun 1995, tapi baru
dibuktikan di pengadilannya tahun 2010. kan seharusnya hukum gak boleh berlaku surut
(artinya hrs pake uu terbaru) tapi karena ada pengecualian pasal 1 ayat 2 maka boleh aja
pake uu yg lama tahun 1971 JIKA DIANGGAP lebih MENGUNTUNGKAN bagi terdakwa.
yg dimaksud perubahan uu : ada uu lama -> lahir uu baru.

LEX STRICTA (LARANGAN PENGGUNAAN ANALOGI)


analogi itu apa? dikenal metode penafsiran -> apa itu metode penafsiran? penafsiran =
memaknai suatu kata secara lebih luas.
1. penafsiran otentik : penafsiran berdasarkan pemaknaan berdasarkan uu, misal penafsiran
ttg luka berat (cari pengertian luka berat menurut uu, krn uu itu dianggap otentik).
2. penafsiran gramatikal : penafsiran yg menggunakan pemaknaan bahasa.
3. penafsiran sistematis : harus baca pasal awal dulu sebelum ke pasal selanjutnya
(sistematis) agar penafsirannya jelas
4. penafsiran historis : bagaimana dulu perdebatan sejarahnya
5. penafsiran sosio : bagaimana dulu yg terjadi di masyarakat

dll ga keburu dibahas udh selesaiiii~ blm bahas KUHP baru

Kuliah Ketiga - 27 Febuari 2023

● Pasal 1 ayat (1) dan (2) KUHP


● Metode penafsiran dalam hukum pidana -> INI GA NGERTI SUSAH BGT
● Teori-teori mengenai Tempus Delicti
● Asas-asas berlakunya hukum pidana menurut tempat yang berlaku di Indonesia;
● Teori-teori mengenai Locus Delicti -> GA DIJELASIN. MINTA PPTNYA AJA
● Istilah TP
● Pengertian TP
● Subyek Tindak Pidana
● Unsur-unsur Tindak Pidana
● Jenis-jenis DELIK dan TP -> KEHABISAN WAKTU,
ada perdebatan mengenai “apa yg paling menguntungkan bagi terdakwa”
dgn adanya pasal 100, para napi terdakwa mati akan dikenakan percobaan 10th (kuhp baru)
*sampai saat ini ada 400 terdakwa mati yg blm di eksekusi.
ada juga yg setuju untuk dikenakan sesuai kuhp lama (saat ini) krn kuhp baru blm disahkan.

uu no.26 thn 2000 ttg penegakan ham berat -> penyampingan asas blabla yg blm dicabut.

pada dasarnya kita boleh melakukan penafsiran tetapi gak boleh melakukan analogi.

barangsiapa menduduki istana scr melawan hukum dipidana dgn pidana penjara 1th, kira2
mnrt Anda yg dimaksud larangan itu ngapain? apa yg gaboleh? apakah duduk2 di istana?
tentu tidak. jd ketika dibilang dilarang menduduki istana artinya bukan perbuatan materil
sebagaimana ‘perilaku duduk’ di istana. -> yg sebetulnya dilarang adalah makar, melakukan
perlawanan bersenjata, dll. pokoknya ini semua adalah perbuatan materil. -> artinya kalau
dia bukanlah org yg boleh menguasai istana (menduduki istana)

apakah wujud perbuatan materilnya terlingkup di norma yg berlaku atau mengecilkan


perbuatan2 itu ?? norma nya luas tidak spesifik, sehingga mencakup perkara2 didalamnya
(misal mencuri brti bisa di artikan mencuri dgn tangan/kaki/online dll ini semua adalah
perkara2 yg ada dalam perbuatan material “mencuri”).
ada asas2 pidana di indonesia : tompus delicti dan locus delicti
tompus (waktu) -> utk melihat KAPAN terjadinya peristiwa pidana
locus (tempat) -> utk melihat DIMANA terjadinya persitiwa pidana sehingga menentukan
dimana peradilan pidana itu akan dilaksanakan -> teorinya sama dgn teori tompus.

(blm dibahas ttg locus delicti, bahas asas2 hk.pidana dulu biar ngerti). agak loncat ya!!!
yg penting ada landasan hukum/asasnya sehingga pengadilan bisa mengclaim utk
mengadili -> locus delicti. semua WNI diluar negeri bs kena hk.pidana indo tp WNA jg bs.

pasal 2 kuhp lama (Asas teritorialitas) : “aturan pidana dalam perundang2an indonesia
berlaku bagi setiap orang yg melakukan perbuatan pidana di dalam Indonesia”
*setiap orang = WNI dan WNA
*di dalam wilayah Indonesia (ada wilayah diluar Indonesia sperti kapal bendera Indonesia)
kita berbicara tentang keberlakuan atau daya jangkau hukum pidana di Indonesia. kalo
orangnya kabur itu lain lagi, ada aturannya lagi.
batas2 wilayah Indonesia diatur dalam pasal 5 dan 6 (cek pasalnya).

baca juga pasal 3 kuhp lama -> “aturan pidana perundang2an indonesia berlaku bagi setiap
orang yg diluar indonesia melakukan perbuatan pidana didalam kapal indonesia”
*dalam pasal ini kapal yg dimaksud hanya kapal laut. makanya diperbaharui melalui uu
no.4/1976 bahwa kapal yg dimaksud bukan hanya kapal laut tp jg kapal (pesawat) terbang.
penjelasan ttg pesawat terbang diatur dalam pasal 95 kuhp lama. termasuk juga kapal
perang, dan kapal dagang.

contoh karena perluasan ini waktu kasus munir yg mati di perjalanan indo-belanda (mati di
hungaria) itu bisa dikenakan hukuman pidana indonesia krn terjadi di pesawat indo
walaupun matinya di wilayah hungaria. gabisa kena hukum pidana belanda krn ga mati
disana dan hanya singgah doang mayatnya, pdhl hrsnya aturan internasional kl di
penerbangan ada yg mati itu hrs dibawa ke bandara awal (kalo sekarang baru dibawa ke
bandara terdekat) tp ini pilotnya malah milih lanjut dibawa ke belanda. jd ttp hk belanda ga
berlaku.

asas nasionalitas aktif / personalitas :


hukum mengejar/mengjangkau WNI yg tidak berada di wilayah indo. (berlaku bagi wni yg
melakukan pidana diluar indo tp ada batasannya yaitu dlm pasal 5 ayat 1 ke-1), jd kalo WNI
diluar indo melakukan kejahatan dinegara tempat ia tinggal dapat dikenakan hukuman
pidana indonesia (sesuai atuan buku 2 kuhp lama, bukan yg pelanggaran buku 3 krn Indo
membedakan kejatan dan pelanggaran) pkknya cm kena kejahatan bkn pelanggaran *cth :
ngeganja di luar indo itu gabisa ditangkep ketika dia udah pulang ke indo krn itu bagian dari
pelanggaran bukan kejahatan, begitu juga berjudi di malaysia gabisa ditahan ketika ia
pulang ke indo (diatur pasal 5 ayat 1 ke-2).
hukuman pidana indo juga bisa mengenai WNA yg melakukan kejahatan sesuai dgn aturan
pidana negara asalnya lalu merubah identitas menjadi WNI. diatur pada pasal 5 ayat 2 (dia
akan kena hukuman pidana indo dan hukuman pidana dr negara asalnya -> cari tau
berdasarkan teori2 tiap asas hk.pidana. nah indo bikin aturan ini krn politik hukum indo ingin
melindungi warganya dari penjahat2 (melindungi kepentingan hukum indo yg sangat besar
yaitu supaya indo gajadi tempat pelarian dr hukuman pidana negara WNA).
syarat asas nasionalitas aktif : WNI di luar negeri yg melakukan kejahatan diluar negeri
(kejahatannya terbatas) dan WNA yg merubah kewarganegaraan ke Indo stlh melakukan
pidana di suatu negara.

asas nasionalitas pasif/perlindungan


pasal 4 ke-1 (semua orang dr warga negara manapun diluar negeri melakukan kejahatan
sesuai dgn yg diatur dlm pasal 4 ke-1) cthnya makar. tujuannya adalah agar para pelaku
pidana ini takut masuk ke indonesia krn namanya sudah ada di imigrasi. yg mau dilindungi
adalah kepentingan negara utk tidak diganggu dari siapapun (Dari luar negeri) pasal 4 ke-2
(org indo/org luar yg memalsukan mata uang/merek di luar negeri lalu dtg ke indo bisa
dikenakan hukuman indo), pasal 4 ke-4 (pembajakan laut di wilayah manapun bs dikenakan
oleh hukum dari negara manapun makanya ini jg menganut asas universalitas).
-

asas universalitas
cth. pembunuhan itu unsurnya disebut, kualifikasinya (namanya) juga disebut -> kel.pertama
before 1999 : “barangsiapa”
1999-present : “setiap orang” -> orang artinya manusia (natuurlijk)
subyek hukum adalah pengemban hak dan kewajiban
pada umumnya terutama hk.pidana adalah manusia (yg masih punya hak dan kewajiban =
yg masih hidup). jd kalo orang mati gbs jd tersangka krn dia udh gapunya hak lagi -> org
mati ga berhak utk dikubur yg bener adalah org hidup berkewajiban mengubur org mati.

Tindak pidana :
1. ada subyek hukum : ada manusia yg terlibat dan dia hrs mempertanggungjawabkan,
maka yg membuat aturan jg hrs manusia/korporasi
2. ada perbuatan melawan hukum (pmh) : bukan sekedar pmh ternyata jg ada akibat yg
dilarang)
3. ada kesalahan : makanya ada kata2 “kesengajaan, barangsiapa dgn sengaja,
dengan maksud, dll” dan ada juga kelalaian (lawannya sengaja adalah lalai, kayak
kecil dan besar gituu) “karena kelalaiannya, karena ketidak hati-hatiannya, patut
diduga,dll” ps359 cth kelalaian.
4. diancam pidana
adanya unsur2 dalam suatu pasal itu untuk meminta pertanggungjawabannya

Kuliah Keempat, 6 Maret 2023.

● Jenis-jenis tindak pidana


● Kausalitas : pengertian
● Kausalitas : beberapa ajaran kausalitas
● Kausalitas : TP yg memerlukan ajaran kausalitas
● Ttg sifat melawan hukum (PMH) : arti melawan hukum
● Ttg sifat melawan hukum (PMH) : Alasan dicantumkan/tidak dicantumkannya sifat
melawan hukum dlm perumusan TP beserta akibat hukumnya

Jenis delik
dlm MvT : jadi kalo ga diatur dlm UU itu brti tercela sehingga disebut DELIK HUKUM
(recht-delicten)
kalaupun uu (pasal perbuatan tercela seperti buku 2 kejahatan pasal 338) dicabut maka
pembunuhan (buku 2 kejahatan) tetap dianggap perbuatan tercela -> menurut agama dan
adat istiadat/masyarakat. sementara pelanggaran baru dianggap tercela/tidak pantas ketika
di undang2kan (kalau dicabut misal ttg peraturan lalu lintas maka tidak dianggap tercela).
kesimpulan : pada dasarnya kejahatan berbeda dgn pelanggaran.
perbedaan kejatan dan pelanggaran
Kejahatan (Buku II) Pelanggaran (Buku III)

Percobaan tindak pidana yg tidak selesai. ada yg namanya percobaan


misal membunuh orang tp pelanggaran tapi TIDAK
orangnya ga mati ini dinamakan DIPIDANA.
‘percobaan pembunuhan’ ->
kalau kyk gini harus DIPIDANA

Membantu kl yg namanya membantu brti TIDAK DIPIDANA. karakternya


ada pelaku utama dan wet delict
pembantu, pembantu inilah nanti
harus DIPIDANA. dikatakan
pembantu adalah ketika dia tau
akan terjadi tindak pidana (misal
ngasi informasi/ngasi alat).
karakternya rech delict

Daluwarsa kejahatan ada basinya pada umumnya 1th


(daluwarsa) -> kl sudah
daluwarsa gbs dituntut/dipidana
(pada umumnya min.3th)

Delik aduan delict aduan adalah “butuh tidak memiliki delik aduan
laporan korban”. jadi kalau ada
laporan dr korban dikatakan
memiliki delik aduan

Aturan ttg gabungan hukuman bagi pelaku kejahatan hukuman bagi pelanggaran
berbeda dpt dihukum sebagaimana dlm hanya bisa kurungan (maks
pasal 10 KUHP (min 1hari) 1th) dan denda saja.
Peraturan Daerah hanya bisa
menjatuhkan pelanggaran
tidak dgn kejahatan jd perda
gbs memenjarakan
delik formil adalah delik yg SEMPURNA = ketika perbuatan yg dilarang telah selesai
dilakukan. sedangkan delik materil adalah delik yg SEMPURNA = ketika akibat yg dilarang
telah timbul. maka kalau melihat rumusan delik yg didalamnya termasuk unsur yg
menggambarkan perbuatan yg dilarang maka dia adalah delik formil.

delik komisi (aktif) : terjadi ketika pelaku melakukan perbuatan scr aktif (melakukan
perbuatan dan akibat yang dilarang) = bertentangan dgn kewajibannya
kebalikannya adalah delik pasif. pasal pencurian

delik omisi (pasif) : pasifnya bkn dalam arti diam/tidur, pasif terhadap apa yg seharusnya dia
lakukan (dalam kata lain jika dia memiliki kewajiban tidak dilaksanakan olehnya -> tidak
menjalankan kewajibannya). pasal “barangsiapa yg dgn sengaja tidak menolong…”
a. omisi murni (pasal 164) : seketika kewajibannya tidak dilaksanakan langsung
menjadi perbuatan tindak pidana
b. omisi tidak murni : ada kewajiban yg hrs diselesaikan tp apabila tidak ada akibatnya
gak jadi tindak pidana (cth penjaga rel kereta api, kalo lalai dalam menutup pintu rel
tetapi tidak ada korban maka gajadi tindak pidana, kecuali kalo ada akibatnya
(korban) baru dikatakan tindak pidana, jadi karena dia gak lgsg dikatakan tindak
pidana maka dia ga disebut omisi murni).

Delik dolus : dolus (kecelakaan). Delik culpa : culpa (kelalaian)


Delik biasa (bukan aduan) : siapa saja boleh melapor, penuntutannya boleh berdasarkan
aduan siapa saja.
Delik aduan : hanya bs dilakukan proses penuntutannya melalui aduan KORBAN bukan dari
orang lain. Ps 310 (penghinaan -> hanya yg merasa dihina yg boleh melapor). Ps 284 (zinah
-> perzinahan dlm hukum beda kyk perzinahan dlm islam, kl dlm hukum baru dikatakan
zinah jika salah satu dlm suatu perkawinan melakukan hubungan badan dgn oranglain jd hrs
dlm keadaan menikah makanya korban yg diselingkuhi ini boleh melakukan penuntutan
berdasarkan delik aduan. tetapi pasal 284 pun ada syarat2nya sendiri).
a. absolut (mutlak)

b. relatif : pada dasarnya dia delik biasa tp krn ada kondisi tertentu bs jadi delik aduan.
pasal 367 ttg pencurian dlm keluarga.
dll msh bnyk bgt deliknya
Kausalitas
pengertian : ajaran ttg sebab-akibat

Kuliah Kelima - 13 Maret 2023.


PPT 7
● Tentang kesalahan & pertanggungjawaban pidana : pengertian
● Beberapa arti kesalahan
● Dolus dan bentuk-bentuknya
● Culpa dan bentuk-bentuknya
Review materi sebelum2nya
Delik komisi adalah delik yang aktif ->
Delik omisi adalah delik yang pasif -> bersifat pasif atas apa yang seharusnya dilakukan.
omisi ada yang murni dan tidak murni. omisi murni itu “seketika” mengabaikan kewajiban.
sedangkan omisi tidak murni itu “tidak seketika” mengabaikan kewajiban (artinya dia butuh
keadaan lain yg merupakan tindak pidana utk mengabaikan kewajiban tsb).

Aliran Monistis (sengaja) -> pelaku pasti dapat disalahkan karena pelakunya secara sengaja
melakukan (tidak memisahkan antara perbuatan dan pertanggungjawaban). dalam rumusan
tindak pidana sekaligus tercakup unsur perbuatan/akibat dan usur
kesalahan/pertanggungjawaban. tidak mencantumkan unsur kesalahan. cth 351
penganiayaan karena walaupun tidak disebutkan “barangsiapa” tetapi sudah termasuk
kesengajaan karena penganiayaan itu artinya secara sadar. gak mungkin kelalaian itu
dijadikan monistis krn kelalaian itu tidak disengaja sedangkan monistis ini sengaja.
Aliran Dualistis -> mencantumkan unsur kesalahan. cth 338-339 pembunuhan karena ini
“dicantumkan” bentuk kesengajaannya yaitu pembunuhan.

Pada delik2 yang mencantumkan kelalaian (dolus/culpa) maka orang baru akan di pidana
jika orang melakukannya dgn sengaja. kalau mencantumkan kelalaian maka harus
dibuktikan kelalaian tsb jika tidak dpt dibuktikan maka pelaku bs bebas.

Unsur2 TP
unsur obyektif itu perbuatan (baik aktif/pasif) dan melawan hukum.
unsur obyektif itu melekat pd perbuatannya bukan kpd orang/pelaku/subyeknya.
orang hukum pidana itu dilatih utk memisahkan perbuatan dgn pembuatnya, harus bisa
memisahkan perilaku dgn pelakunya. yang tercela itu perbuatannya bukan pembuatnya. yg
tercela itu perilakunya bukan pelakunya. narapidana sekalipun ketika dia berbuat baik
(ibadah dan menolong orang) berarti perbuatannya tidak tercela, artinya adalah menurut
hukum pidana kita harus OBYEKTIF dgn cara melihat perbuatannya bukan pelakunya
(walaupun dia narapidana).
sehingga di dalam rumusan delik anda akan melihat ada unsur yg menggambarkan
perbuatan yg dilarang atau akibat yg dilarang. kalau perbuatan yg dilarang misalnya
“mengambil” “menyemarkan nama baik”.
melawan hukum itu tertulis artinya harus dibuktikan. pasal 362 “dengan maksud utk dimiliki
secara melawan hukum” artinya ini harus dibuktikan sbg perbuatan melawan hukum.

unsur subyektif itu manusia (pelaku) dan kesalahan. yang bisa berbuat salah itu cuma orang
karena dlm hukum pidana, KESALAHAN itu hanya dalam bentuk KESENGAJAAN (dolus)
atau KEALPAAN (culpa). sengaja dan alpa itu melekat pada orang makanya disebut unsur
subyektif.
unsur keadaan contoh “malam hari” “pada waktu ada kebakaran..”
unsur syarat tambahan pada umumnya sudah dipidana tetapi jadi tambah berat

unsur2 diluar perumusan


melawan hukum (materiil) bisa pake pendekatan norma agama/susila, cuma tidak
dikategorikan sbg suatu tindak pidana. gak diatur dlm uu tp dimata masyarakat dianggap
melawan hukum.
kesalahan dalam arti materiil dapat dipersalahkan (dicela) sehingga dpt
dipertanggungjwbkan. gak diatur dlm uu tp dimata masyarakat dianggap mencela.

manfaat utama perbedaan delik formil dan delik materil adalah apakah perbuatan yang
dilarang atau akibat yang dilarang sudah sempurna ??? gatau ngasal

Kuliah Keenam

● Percobaan TP : pengertian
● Syarat-syarat dpt dipidananya percobaan melakukan TP
● Jenis-jenis percobaan

GA DATENG
Topik : Kesengajaan Dolus dan Culpa

Kuliah Ketujuh. Senin, 27 Maret 2023.


PPT 8

Pengertian percobaan tindak pidana


PTP (Poging) bukan tindak pidana percobaan. Dengan demikian dari penyebutannya saja
percobaan bukanlah tindak pidana, dan bukan perluasan tindak pidana.
Cth yg benar : percobaan tindak pidana pembunuhan
Cth yg salah : tindak pidana percobaan tindak pidana pembunuhan

Apa yg menyebabkan seseorang di pidana?


Apabila subyek hukum pidana melakukan perbuatan yg ternyata melawan hukum dan
pelakunya dapat dipersalahkan (dimintai pertanggungjawaban).
Jadi, melakukan perbuatan hukum yg melawan hukum dan pelakunya dapat dipersalahkan
maka dimintai pertanggungjawaban pidana. Jadi dimintai pertanggungjawaban karena telah
melakukan perbuatan melawan hukum.

Kapan seseorang di pidana?


Ketika semua unsur terpenuhi (terbukti).

Percobaan adalah kejahatan yang tidak selesai = sudah dimulai.


Kalau tidak selesai = unsur tidak terpenuhi.
Unsur tidak terpenuhi = tidak ada (bukan) tindak pidana.
Menurut konsep poging, meskipun tidak selesai tetap hrs diminta pertanggungjawaban.

Permufakatan kejahatan = bukan tindak pidana = selesai tapi belum dimulai?

Jadi, percobaan adalah perluasaan pertanggungjawaban (bukan perluasaan tindak pidana).


Percobaan kejahatan itu sudah dimulai tp tidak selesai. Tidak semua kejatan yg tidak selesai
meski sudah dimulai dapat dipidana. Percobaan yang dpt dipidana hanya yg MEMENUHI
pasal 53 ayat 1. Maka percobaan tindak pidana itu ada jika “niat” tersebut ada. Kedua
“permulaan pelaksanaan”. Ketiga “tidak selesai bukan kehendak pelaku”.

Syarat dapat dipidananya percobaan melakukan tindak pidana

1. ada niat yang diwujudkan dalam suatu permulaan pelaksanaan. artinya dia
mengetahui dan menghendaki adanya suatu tindak pidana.
niatnya sudah ada dan mulai diwujudkan (artinya perbuatan ini udah dimulai,
dibuktikan dari adanya niat pelaku. walaupun belum ada perwujudan dari niat tsb,
dikatakan sudah ada perwujudan apabila ada perbuatan dari realisasi niat tsb).
permulaan pelaksanaan dibagi 2 : perbuatan persiapan & permulaan pelaksanaan.
kalau masih perbuatan persiapan maka permulaan pelaksanaan blm terpenuhi. kalau
serangkaian perbuatan mewujudkan niat itu msh termasuk kedalam perbuatan
persiapan maka permulaan pelaksaan blm terpenuhi. kalau permulaan pelaksanaan
tidak terpenuhi maka salah satu syarat tidak terpenuhi dan tidak dpt dijatuhi pidana.

niat (opzet/kesengajaan/menghendaki) -> dpt terjadi kesengajaan dalam arti luas


(bukan sebagai tujuan) tp ada ahli yg berpendapat sebaliknya.

2. setelah niat, direalisasikan dengan permulaan pelaksanaan


terdapat permulaan pelaksanaan apabila dalam diri pelaku telah selesai semua
perbuatan yang dilakukan. mutlak apabila dari diri si pelaku tidak lagi diperlukan
perbuatan apapun (semua sudah dilakukan utk mencapai tujuannya).
*hint* kalau sudah ada perbuatan persiapan tapi perbuatan pidana nya belum
kelihatan mau ngapain, berarti dia belum melakukan permulaan pelaksanaan.
cth. kisah mahasiswa fhui yg mengira akan diperkosa/dibunuh/dianiaya tetangganya
padahal dia belum melihat tetangganya (hanya ngira2 dari suara dan bayangan).

a-f : perbuatan persiapan (msh random, belum tau mau ngapain, belum tau termasuk
tindak pidana apa krn perbuatannya msh rancu)
g-i : permulaan pelaksanaan
3. “tidak selesai bukan karena kehendak sendiri” -> beda dengan “faktor diluar diri
pelaku yg mendorong pelaku membatalkan niatnya”.
cth. pelaku mau bunuh korban dengan melempar sajam tp korban menghindar.
berarti percobaan pembunuhan itu dibatalkan bukan karena kehendak sendiri.
adapun maksud dari faktor2 diluar diri pelaku yg mendorong pelaku membatalkan
niatnya adalah misal seorang pembunuh bayaran tbtb kasian sama korbannya dan
gajadi membunuh karena anak dari korban msh kecil.

Jenis-jenis percobaan
1. Percobaan delik formil : “apabila telah dimulai perbuatan yg disebut dlm rumusan
delik”.
2. Percobaan delik materil

1. Percobaan yang sempurna


2. Percobaan yang tertangguh
3. Percobaan yang tidak sempurna (tidak wajar)

Kuliah Tambahan KUHP BARU #1 - Kamis, 30 Maret 2023.


Memahami KUHP Nasional

1. Pengantar
2. Ruang Lingkup Berlakunya Ketentuan Perundang-Undangan Pidana Menurut Waktu
3. Perubahan Perundang-Undangan Pidana
4. Ruang Lingkup Berlakunya Perundang-Undangan Pidana Menurut Tempat
5. Tindak Pidana, Legalitas, Melawan Hukum
6. Permufakatan Jahat, Persiapan

BUKU 1 KUHP Nasional - Ketentuan Umum


BUKU 2 KUHP Nasional - Tindak Pidana (Pelanggaran dan Kejahatan)

BUKU 1 KUHP Nasional


Bab 1 - Ruang Lingkup Berlakunya Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Pidana
Bab 2 - Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana
Bab 3 - Pemidanaan, Pidana, dan Tindakan
Bab 4 - Gugurnya Kewenangan Penuntutan dan Pelaksanaan Pidana
Bab 5 - Pengertian Istilah
Bab 6 - Aturan Penutup
BUKU 1 KUHP NASIONAL (BARU)

Bab 1 - Ruang Lingkup Berlakunya Ketentuan Peraturan


Perundang-Undangan Pidana
MENURUT WAKTU :
Di KUHP lama hanya ada Pasal 1 (Asas Legalitas)
Di KUHP baru (nasional) ada Pasal 1 (Asas Legalitas), Pasal 2 Living Law (ini bener-bener
baru) dan Pasal 3 Aturan Transisi (dulunya adalah Pasal 1 Ayat 2)

MENURUT TEMPAT :
Di KUHP lama dari Pasal 2-Pasal 9
Di KUHP baru Pasal 4 Asas Wilayah (Teritorial), Pasal 5 (Asas Perlindungan dan Asas
Nasional Pasid), dan Pasal 6-7 (Asas Universal)

Bab 2 - Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana


Tindak Pidana itu tidak berkaitan dengan orangnya “Apakah orangnya dapat
dipertanggungjawabkan atau tidak?”
- apa itu tindak pidana (umum) ps.12
- permufakatan jahat ps.13-14
- persiapan ps.15-16
- percobaan ps.17-19
- penyertaan ps.20-22
- pengulangan ps.23
- tindak pidana aduan ps.24-30
- alasan pembenar ps.31-35 (fungsinya menghapuskan sifat melawan hukum, dimana
sifat melawan hukum melekatnya pada tindak pidana bukan orang yg melakukannya)

Pertanggungjawaban Pidana itu berkaitan dengan orang yang melakukan tindak pidana.
- umum (ps.36-39)
- pertanggungjawaban pidana ps.36
- strict liability & vicarious liability ps.37
- kurang mampu bertanggungjawab ps.38
- tidak mampu bertanggungjawab ps.39
- alasan pemaaf (ps.40-44) *lawan dari alasan pembenar
- pertanggungjawaban pidana korporasi (ps.45-50)

Bab 3 - Pemidanaan, Pidana, dan Tindakan

(materi setelah UTS)


Pemidanaan dan Pidana itu berbeda.

Pemidanaan (ps.51-63)
- tujuan pemidanaan
- pedoman pemidanaan
- pemberatan pidana
- ketentuan lain

Pidana dan Tindakan (ps.64-111)


- pidana : pokok (ps.65), tambahan (ps.66), pidana bersifat khusus (ps.67)
- tindakan (ps.103-111)

Diversi, Tindakan, dan Pidana bagi Anak (ps.


Pidana dan Tindakan bagi Korporasi (ps.
Perbarengan (ps.

Bab 4 - Gugurnya Kewenangan Penuntutan dan Pelaksanaan Pidana

Gugurnya Kewenangan Penuntutan (ps.132-139)


Gugurnya Kewenangan Pelaksanaan Pidana (ps.140-143)

Bab 5 - Pengertian Istilah

Bab 6 - Aturan Penutup

BUKU 2 KUHP NASIONAL (BARU)


Tindak Pidana
Bab XXXIII - Berbagai macam tindak pidana (Ps.188-Ps.596)
Bab XXXIV - Tindak pidana berdasarkan hukum yg hidup dalam masyarakat (Ps.597)
Bab XXXV - Tindak pidana khusus : tindak pidana berat terhadap HAM (ps.598-599), tindak
pidana terorisme (ps.600-602), tindak pidana korupsi (ps.603-606), tindak pidana pencucian
uang (ps.607-608), tindak pidana narkotika (ps.609-611)

Ketentuan Peralihan & Penutup


Bab XXXVI - Ketentuan peralihan (ps.613-ps.620)
Bab XXXVII - Ketentuan penutup (ps.621-ps.622)

Perbedaan Sistematika KUHP LAMA & KUHP BARU


KUHP LAMA : Buku 1 (Aturan Umum), Buku 2 (Kejahatan), Buku 3 (Pelanggaran)
KUHP BARU : Buku 1 (Aturan Umum), Buku 2 (Tindak Pidana)
Yang buku 1 kuhp baru lebih banyak pasal barunya.

Anda mungkin juga menyukai