Anda di halaman 1dari 5

2.

4 Biokimia Dislokasi
Komposisi biokimia jaringan otot terdiri atas protein otot yang berfungsi
struktural untuk sistem biologis. Otot merupakan “transducer” (mesin) biokimia
utama yang merubah energi potensial (kimia) menjadi energi kinetik
(mekanisme). Jaringan tunggal terbesar : 20% massa tubuh baru lahir, 40%
massa tubuh dewasa dan 30% massa tubuh tua. Otot sebagai transducer kimia
mekanis memiliki syarat yaitu ada suplai energi kimia yang konstan (ATP,
kreatin fosfat), ada pengaturan aktivitas mekanis (kecepatan, lama dan kekuatan
kontraksi otot), mesin berhubungan dengan operator melalui sistem syaraf, bisa
digunakan lebih dari satu kali dan dapat dikembalikan ke keadaan semula. Syarat
diatas dipenuhi oleh 3 tipe otot terdiri atas otot rangka, otot jantung/lurik, otot
polos . Umumnya otot berfungsi sebagai penarik bukan pendorong. Otot rangka
bersifat volunter syaraf. Otot polos dan jantung involunter.
Komposisi biokimia jaringan otot yaitu otot lurik terdiri atas serabut sel otot
berinti banyak, dikelilingi membran yang peka terhadap listrik membentuk
sarkolema yang direntangkan terdiri miofibril dalam sarkoplasma terdapat dalam
cairan intrasel, serta mengandung ATP dan fosfokreatin. Sarkomer merupakan
unit fungsional otot, sarkomer ini akan berulang sepanjang poros fibril jarak
1500-2500 nm. Bila dilihat menggunakan mikroskop terdiri atas pita A (gelap)
dan I (terang) berselang-seling, sedangkan pada pita A (zona H) bersifat kurang
padat dan pita I terbagi 2 dibatasi garis z.
Potongan melintang myofibril, mikrograf elektron terdiri 2 filamen
longitudinal yaitu filamen tebal pada pita A yaitu miosin dengan diameter 16 nm
deret heksagonal dan filamen tipis pada pita I meluas ke pita A tidak sampai pita
H, diameter 6 nm yaitu aktin, tropomiosin dan troponin. Pita A filamen tipis
terletak setangkup antara 3 filamen tebal masing-masing filamen tebal dikelilingi
simetris oleh 6 filamen tipis. Jembatan lintang/ silang (cross bridges) akan
interaksi filamen tebal dan tipis. Kontraksi pada zona H dan pita I memendek
menyebabkan susunan filamen yang bertautan (interdigitating) harus bergeser
satu sama lain selama kontraksi otot.
2.5 Patofisiologi Dislokasi
a) Cedera Olahraga, olahraga yang menyebabkan dislokasi adalah sepak bola
dan hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh. Pemain basket dan keeper
pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-
jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
b) Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga, seperti benturan keras
pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
c) Terjatuh, seperti terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai
yang licin.
d) Patologis, sepertinya terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang
merupakan komponen vital penghubung tulang.
e) Kelainan congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga
terjadi penurunan stabilitas sendi.
f) Adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi
g) Dari atologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan
struktur sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan
tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas
sehingga terjadi perubahan struktur. serta terjadi kekakuan pada sendi. Dari
dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.
Komplikasi Dislokasi
Berikut ini komplikasi yang dapat menyertai dislokasi. 
a) Komplikasi Dini: Lesi pada saraf: saraf aksila dapat cedera, ditandai dengan
keluhan ketidakmampuan pasien untuk mengerutkan otot deltoid dan dapat
ditemukan mati rasa pada daerah tersebut; Lesi pada pembuluh darah,
contohnya arteri aksila dapat rusak; dan Fraktur dislokasi. 
b) Komplikasi lanjut: Kekakuan sendi bahu: Imobilisasi yang lama dapat
menyebabkan kaku pada sendi bahu terutama pada pasien yang sudah
berumur di atas 40 tahun. Dapat menimbulkan kehilangan kemampuan rotasi
lateral, yang secara otomatis membatasi gerakan abduksi; Dislokasi yang
berulang: terjadi jika labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian
depan leher glenoid; dan Kelemahan otot.
2.6 Terapi Farmakologis Dislokasi
a) Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri
pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah
makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
b) Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah
melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis,
aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.
2.7 Pembedahan Dislokasi
Operasi Ortopedi, merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi
arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui
bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang
sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat
ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan
ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :
1. Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang
patah. Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan
skrup, plat, paku dan pin logam.
2. Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog)
untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti
tulang yang berpenyakit.
3. Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
4. Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang
besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
5. Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
6. Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau
sintetis.
7. Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendi
dengan logam atau sintetis.
2.8 Terapi Nonfarmakologis
1. Dislokasi reduksi, yaitu dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
2. RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
2.9 Pemeriksaan Penunjang Dislokasi
a) Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk
membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi
ditemukan adanyapergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan
sendi berwarna putih.
b) CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan
komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat
gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3
dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
c) MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga
dapat diperoleh gambaran tubuh

2.10 Istilah Dalam Kasus


2.10.3 Istilah dalam Kasus Dislokasi
a) Regio Elbow
Regio lengan dan siku
b) Angulation
Area yang terkena mungkin tertekuk pada sudut yang tidak biasa,\.
c) Hypoesthesia
Penurunan sensitivitas terhadap stimulasi atau defisit modalitas sensorik.

DAPUS
Anggota IKAPI dan APPTI Jawa Timur. 2022. Buku Ajar Blok Muskuloskeletal:
Aspek Ortopedi. Surabaya: Airlangga University Press.

Suriya, M., Ners, M. K., Zuriati, S. K., & Ners, M. K. (2019). Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Pada Sistem Muskuloskeletal Aplikasi
NANDA NIC & NOC. Pustaka Galeri Mandiri.
https://repository.binawan.ac.id/1076/1/Buku%20Ajar%20Asuhan%20Keperawatan
%20Medikal %20Bedah%20Gangguan%20Pada%20Sistem%20Muskuloskeletal
%20Aplikasi%20Nanda%20 Nic%20&%20Noc.pdf diakses pada tanggal 30 Agustus
2023.

Wulandari Indah & Hendarmin,Laifa Annisa. Integrasi Biokimia dalam Modul


Kedokteran. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Anda mungkin juga menyukai