A. Judul Modul : Sejarah Kebudayaan Islam Dalam Kurikulum Madrasah
B. Kegiatan Belajar : Posisi Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Dalam Kurikulum Madrasah 1973-2006 (KB 1)
C. Refleksi
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
A. Formalisasi Madrasah pada awal Kemerdekaan
Secara historis, lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia tumbuh dari dan oleh masyarakat. Jauh sebelum Indonesia menjadi Negara, dan kemudian memunculkan departemen yang mengurusi pendidikan, (Deliar Noer, 1983, Husni Rahim 2001) sudah muncul lembaga-lembaga pendidikan yang tumbuh dari masyarakat seperti pesantren di Jawa, surau di Minangkabau, rangkang dan meunasah di Aceh. Kemunculan lembaga-lembaga pendidikan itu ada yang difasilitasi oleh organisasi keagamaan semacam Muhammadiyah dengan sekolah-sekolah Muhammadiyahnya, NU dengan Ma'arifnya, Persis dengan Pesantrennya di Bangil, Al lrsyad dengan sekolah dan pesantrennya di Salatiga, Mathlaul Anwar dengan sekolah dan pesantrennya di Menes Banten, Persis dengan Pe- santrennya di Bandung, Nahdlatul Wathan dengan pesantrennya di NTB, PUI dengan sekolah dan pesantrennya di Majalengka dan sebagainya. Ketika Indonesia Konsep (Beberapa istilah dideklarasikan sebagai sebuah negera beberapa pengakuan 1 dan definisi) di KB akan eksistensi pendidikan agama dan madrasah muncul dalam beberapa produk hukum. Contoh nyata dapat dilihat dalam Hasil Rapat BPKNIP (Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat) tanggal 27 Desember 1945, yang berisi 10 (sepuluh) pokok-pokok usaha pendidikan dan pengajaran. Pada poin 5 dijelaskan; 1. Pengajaran Agama hendaklah mendapat tempat yang teratur saksama, hingga cukup mendapat perhatian yang semestinya dengan tidak mengurangi kemerdekaan golongan- golongan yang berkehendak mengikuti kepercayaan yang dipeluknya. Tentang cara melakukan ini, baiklah kementerian mengadakan perundingan dengan Badan Pekerja. 2. Madrasah dan pesantren-pesantren yang pada hakekatnya adalah satu alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berakar dalam masyarakat Indonesia umumnya, hendaklah pula mendapat perhatian dan bantuan yang nyata berupa tuntunan dan bantuan materieel dari Pemerintah. Sebagai pendidikan formal, madrasah sejak semula memiliki kurikulum yang dipergunakan dalam aktivitas pembelajarannya. Kurikulum itu bukan saja muncul pasca kemerdekaan dan dinegerikan oleh pemerintah, tetapi jauh sebelum Indonesia merdeka. Tahun 1931, muncul kurikulum Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Normal Islam (sekolah Guru) (Hasbullah, 1999: 173) yang dalam struktur kurikulumnya tercantum sejumlah mata pelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik. Salah satu mata pelajaran dimaksud adalah Sejarah kebudayaan Islam pernah muncul di Inodnesia pasca In donesia Merdeka. Untuk lebih membatasi kajian ini, maka hanya dibahas pada kurikulum 1970 – 2006. B. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah dari 1973 dan 1976 Proses penyeragaman kurikulum Madrasah baru dilakukan sejak ditetapkannya hasil musyawarah Kurikulum di Cibogo, Bogor pada tanggal 10 sampai dengan 20 Agustus 1970 dengan Surat Keputusan Menteri Agama Nomer 52 tahun 1971. Kurikulum ini kemudian dikembangkan menjadi kurikulum 1973. Sebagai upaya lebih memperkuat eksistensi madrasah melalui kurikulumnya, Menteri Agama A. Mukti Ali pada tanggal 29 Desember 1976 mengeluarkan Keputusan Menteri Agama tentang Kurikulum Madrasah. Masing-masing Nomer 73 untuk Madrasah Ibtidaiyah, Nomor 74 untuk Madrasah Tsanawiyah, dan Nomer 75 untuk Madrasah Aliyah. Khusus tentang Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, secara lebih detail dijelaskan pada Bab III Keputusan Menteri Agama Nomer 74 Tahun 1976 meliputi Program Umum, Program Akademis, dan Program Ketrampilan. Berdasar ketentuan Bab III tersebut, muncullah struktur kurikulum Madrasah Tsanawiyah Tahun 1976. C. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah 1984 Seiring dengan perkembangan waktu, sebagai bentuk dinamika pendidikan di Indonesia, munculllah SKB (Surat Keputusan Bersama) 2 Menteri; yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomer 0299/U/1984 dan Menteri Agama Nomer 45 Tahun 1984 tentang Peraturan Pembakuan Kurikulum Sekolah Umum dan Kurikulum Madrasah. Secara khusus, beberapa bagian dari SKB ini yang perlu dicermati adalah Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 dan Bab III pasal 4. Pada Pasal 1 disebutkan tentang apa yang dimaksud Sekolah Umum, apa itu Madrasah, apa itu Struktur Program Kurikulum yang mencakup Program wajib, Khusus (pilihan) dan Identitas Madrasah. Sebagai tindak lanjut atas SKB 2 Menteri tersebut, Menteri Agama mengeluarkan Surat Keputusan tentang Kurikulum Madrasah Tahun 1984. Masing Nomer 99 untuk Madrasah Ibtidaiyah, Nomer 100 untuk Marasah Tsanawiyah dan Nomer 101 untuk Madrasah Aliyah. Struktur Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Tahun 1984 adalah berikut Dirjen Binbaga. D. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah 1994 Tahun 1989 muncul Undang-undang Nomer 2 tahun 1989 tentang Sistem pendidikan Nasional. Salah satu bagian penting UU tersebut misalnya dapat dilihat pada pasal 37. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Satu tahun kemudian, muncul Peraturan pemerintah Nomer 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar. Pasal 4 ayat 3 PP tersebut menjelaskan bahwa SD dan SLTP yang berciri khas agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen Agama masing-masing disebut Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah. Menteri Agama pada tahun 1993 mengeluarkan SK tentang Kurikulum Madrasah. Masing-masing Nomer 371 untuk Madrasah Ibtidaiyah, Nomer 372 untuk Madrasah Tsanawiyah dan Nomer 373 untuk Madrasah Aliyah. Ketiga kurikulum tersebut diberlakukan mulai tahun 1994. Sehingga disebut kurikulum 1994. Pemakaian Kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah didasarkan atas Keputusan Menteri Agama RI Nomor: 32 Tahun 1993 Tanggal 22-12-1993 Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mata Pelajaran: Sejarah Kebudayaan Islam. Keputusan tersebut ditindaklanjut oleh Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI dengan dicetak dan diedarkannya Kurikulum 1994 pada tahun anggranan 1994/1995. E. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum 2004 (KBK) Tahun 2003 muncullah Undang-undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dengan kemunculan UU tersebut maka muncullah kurikulum baru, yaitu Kurikulum 2004 yang disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan Kurikulum yang mengelemi perubahan orientasi dari Berbasis Materi sebagaimana ada pada kurikulum 1975, 1984 dan 1994. Secara lebih spesifik, kemunculan kurikulum ini berangkat dari argument bahwa dengan munculnya berbagai perubahan yang sangat cepat pada hampir semua aspek dan perkembangan paradigma baru dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, di awal melinium ketiga telah dikembangkan kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Madrasah Tsanawiyah (MTs) secara nasional, yaitu Kurikulum yang ditandai dengan ciri-ciri antara lain: 1. Lebih menitikberatkan pencapaian target kompetensi (attainment) dari pada penguasaan materi; 2. Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia; 3. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu perlu adanya penjabaran tentang kurikulum melakui kurikulum yana berbasis pada kompetensi dasar yang diharapkan dapat menjamin tercapainya kompetensi dasar nasional mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Madrasah Tsanawiyah (MTs). Oleh sebab itu, muncullah argument tentang urgensi Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2004 bahwa Kehidupan dan peradaban manusia di awal melinium ketiga ini mengalami banyak perubahan. Dalam merespon fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan, pendidikan baik di bidang ilmu-ilmu sosial, ilmu alam, ilmu pasti maupun ilmu-ilmu terapan. Akibatnya, peranan serta efektivitas pembelajaran di Madrasah sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kehidupan keberagamaan masyarakat dipertanyakan Tidak terkecuali pembelajaran SKI. Kenyataannya, setelah ditelusuri, pendidikan SKI menghadapi beberapa kendala, antara lain; waktu yang disediakan terbatas sedang materi begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan keperibadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya. Kelemahan lain, materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif). F. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum 2006 (KTSP) Kurikulum 2006 atau disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004. meskipun terjadi perubahan Kurikulum dari KBK ke KTSP, tetapi argumennya sama, yaitu secara Nasional yaitu Kurikulum yang ditandai dengan ciri-ciri antara lain: 1. Lebih menitikberatkan pencapaian target kompetensi daripada penguasaan materi. 2. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. 3. Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia. Model Kurikulum Nasional ini diharapkan lebih membantu guru karena dilengkapi dengan pencapaian target yang jelas; Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, KTSP yang terdiri dari Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang bisa diterapkan atau dikembangkan lagi oleh masing-masing satuan pendidikan. Kenyataannya, setelah ditelusuri, pendidikan SKI menghadapi beberapa kendala, antara lain; waktu yang disediakan terbatas sedang materi begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan keperibadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya. Kelemahan lain, materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif).
Daftar materi pada KB
2 1. Insyaallah tidak ada materi modul yang sulit dipahami yang sulit dipahami
1. Keterangan diatas dijelaskan bahwa Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam Waktu yang disediakan terbatas sedangkan materi begitu padat dan memang penting yaitu Daftar materi yang sering menuntut pemantapan hingga terbentuk watak dan 3 mengalami miskonsepsi kepribadian yang sangat berbeda jauh dengan tuntutan dalam pembelajaran terhadap mata pelajaran lainnya.