Anda di halaman 1dari 6

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PRIMAGRHA

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Mata Kuliah : PEDAGOGIK Sifat Ujian : Tertutup


Nama Dosen : Fajar Yumanhadi Aripin, Hari/ Tanggal : Kamis
M.Pd
Program Studi : Waktu : 15.30-17.30
Kelas/ Semester : II Ruangan : Daring

LEMBAR JAWABAN
UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP
TAHUN 2020/2021

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PRIMAGRAHA

Disusun Oleh : Zulkifli


Nim : 200446
Semester : II
Prodi PPKN R3 Universitas Primagraha

Jawaban !!!

1. Pedagogik adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang membahas tentang keterampilan dan
juga kemampuan seorang pendidik dalam mendidik peserta didik.
Secara garis besar, Pedagogik adalah suatu strategi dan cara yang ditempuh oleh
guru/pendidik dalam mendidik seorang peserta didik sehingga keberhasilan dalam mendidik
dapat tercapai sesuai dengan harapan pendidikan.
Pedagogik ini sangat penting dipahami oleh guru atau seorang tenaga pendidik. Pasalnya, guru
dituntut memiliki kemampuan dan kreativitas yang mempuni guna menunjang adanya kualitas
peserta didiknya. Satu contoh pentingnya pemahaman Pedagogik oleh guru / tenaga pendidik.
Guru A dan Guru B adalah seorang tenaga pendidik di sebuah satuan pendidikan. Guru A yang
tidak menguasai Pedagogik dan menerapk metode Ceramah dalam mendidik, kemudian guru
B yang memahami Pedagogik yang kemudian menggunakan strategi dan cara sebelum
memulai pelajaran. Perbandingan nya apabila guru A hanya dapat menjelaskan sesuai dengan
kemampuan lisan pengetahuannya, namun peserta didik belum tentu dapat menerima materi
dan pelajaran yang disampaikan oleh guru A. Sedangkan guru B yang memahami Pedagogik
akan terlebih dahulu menguasai kelas serta dapat memahami situasi serta kondisi di dalam
kelas sebelum memulai dan ketika sedang mengikuti kegiatan belajar mengajar, guru B akan
mencari cara dan membuat strategi sebelum Kegiatan belajar mengajar (KBM) dimulai dan
memberikan solusi apabila cara dan strategi yang dibuat ternyata tidak sesuai dengan
ekspektasi. Dengan melirik dari contoh tersebut diatas, dapat kita simpulkan bahwasannya
pedagogik ini perlu dipahami dan dikuasai oleh seorang pendidik, pasalnya seorang pendidik
sejatinya harus memahami kondisi dan situasi didalam kelas, bukan hanya itu, seorang
pendidik juga dituntut agar dapat memahami karakteristik peserta didiknya satu persatu.

2. Kekeliruan mengartikan Pendidikan oleh sebagian pendidik dapat menyesatkan proses


pendidikan yang sesungguhnya. Berikut akan coba saya sedikit uraikan beberapa kekeliruan
mengartikan Pendidikan, antara lain :
A. Pendidik menganggap bahwa dia adalah orang yang paling mampu dan menguasai
pelajaran.
Pada dasarnya memang benar, namun tidaklah seorang pendidik lupa bahwasannya
peserta didik mungkin saja memiliki pengetahuan yang lebih baik dalam bidang
tertentu. Hal tersebut dapat mengakibatkan proses kegiatan pendidikan hanya terpaku
kepada pengetahuan pendidik. Contoh dalam satu kelas siswa A memiliki pengetahuan
yang mumpuni dalam satu bidang tertentu, akan tetapi seorang pendidik enggan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa A untuk dapat memberikan asumsinya, maka
yang akan terjadi siswa lainnya hanya akan memperoleh pengetahuan yang di dapat
dari pendidik tersebut, tidak menerima pengetahuan yang dimiliki oleh siswa A.
B. Pendidik tidak berusaha memperoleh umpan balik.
Pada poin ini masih sejalan dengan kekeliruan poin 1, bagaimana pendidik tidak
menerima respon yang berupa asumsi - asumsi yang dimiliki oleh peserta didik.
Sehingga dapat mengakibatkan peserta didik malas atau enggan untuk berfikir ulang.
C. Pendidik tidak pernah mengajak berpikir peserta didik.
Respon berupa pertanyaan - pertanyaan yang diajukan oleh pendidik sangat diperlukan
dalam proses pendidikan. Pasalnya, hal tersebut dapat merangsang kemampuan
berfikir peserta didik sehingga dapat mengasah otak peserta didik. Apabila seorang
pendidik tidak pernah mengajak peserta didik untuk berfikir dan hanya mengandalkan
dan percaya bahwa peserta didik mampu menerima dan menyerap materi yang
disampaikan oleh seorang pendidik. Tentu hal tersebut akan mengakibatkan peserta
didik yang kurang tanggap dalam berfikir.
D. Pendidik tidak berusaha untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik.
Pemerataan pandangan yang dilakukan oleh seorang pendidik sangat tidak efektif
dilakukan dalam kegiatan pendidikan. Karenanya setiap peserta didik memiliki potensi
dan bakat yang berbeda satu sama lainnya. Pemerataan tersebut akan menegaskan
peserta didik harus menguasai bidang yang mungkin tidak/belum di sukai oleh peserta
didik. Sehingga porsi yang diberikan pun akan sama satu sama lainnya.
Konsep pendidikan yang benar sejatinya mengevaluasi kekeliruan proses pendidikan
yang terjadi dan menerapkan proses pendidikan yang relevan dengan tujuan
pendidikan itu sendiri. Berikut adalah konsep pendidikan yang benar.
1) Melakukan perencanaan.
Perencanaan adalah salah satu cara menghindari kegagalan dalam mendidik
peserta didik, dalam perencanaan sendiri seorang pendidik di harapkan mampu
menyiapkan hal - hal yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan dalam
proses mendidik.
2) Pelaksanaan Mendidik yang efesien.
Pelaksanaan mendidik tentu harus sejalan dengan perencanaan yang disiapkan
sebelumnya. Dalam pelaksanaan sendiri kerap kali terjadi hal - hal yang tidak
sesuai dengan yang diharapkan, untuk itu seorang pendidik dituntut untuk
mampu memberikan solusi yang benar dan sesuai.
3) Penilaian dan evaluasi
Penilaian adalah akhir dari proses pendidikan itu sendiri. Dalam tahapan ini
seorang pendidik mampu mempertimbangkan atas tingkat keberhasilan
mendidik. Dalam penilaian juga sangat dibutuhkan evaluasi guna
meningkatkan kekurangan yang terjadi ketika proses pendidikan berlangsung.

3. Pedagogik adalah jati diri seorang guru/pendidik.


Pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik.
Pedagogik adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan
karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek baik moral, emosional, dan intelektual.
Pedagogik merupakan Jati diri pendidik, Hal ini karena kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan yang berkaitan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran
yang mendidik dan dialogis. Apabila ada guru yang tidak memahami karakter peserta didik,
tidak dapat menjelaskan materi pelajaran dengan baik, tidak mampu memberi evaluasi
terhadap apa yang sudah diajarkan, dan tidak dapat mengembangkan potensi yang dimiliki
oleh peserta didik maka guru yang bersangkutan belum memiliki kompetensi pedagogik
secara memadai.
Guru harus memiliki wawasan kependidikan yang luas dan dalam. Wawasan yang luas dan
mendalam akan memudahkan guru dalam mengambil keputusan yang tepat untuk menentukan
tindakan pendidikan. Keputusan yang tepat juga akan meminimalisasi kesalahan guru dalam
menangani peserta didiknya. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu
menguasai berbagai landasan/wawasan kependidikan seperti teori belajar dan prinsip-prinsip
belajar. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
kemampuannya di kelas. Pemahaman peserta didik yaitu memahami karakteristik peserta
didik yang berubah kecakapan dan kepribadian. Setiap individu memiliki keunikan karena
setiap individu mempunyai kecakapan dan kepribadian yang berbeda-beda. Oleh karena itu
seyogyanya guru memperhatikan aspek kecakapan dan kepribadian peserta didik sebelum
mengambil keputusan dalam pengelolaan pembelajaran. Guru harus mampu mengembangkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan masing-masing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu
kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar
yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Perancangan pembelajaran merupakan
salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru, yang bermuara pada pelaksanaan
pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu
identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan,
sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak
sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Dalam
pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar
menunjang terjadinya perubahan perilaku pembentukan kompetensi peserta didik. Umumnya
pembelajaran menyangkut tiga hal: pretes, proses, dan posttes. Teknologi pembelajaran
merupakan sarana pendukung untuk membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran
dan pembentukan kompetensi, memudahkan penyajian data, informasi materi pembelajaran,
dan variasi budaya. Dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki kemampuan mengorganisir,
menganalisis dan memilih informasi yang paling tepat dan berkaitan langsung dengan
pembentukan kompetensi peserta didik serta tujuan pembelajaran
Guru harus mampu melakukan kegiatan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan. Evaluasi bertujuan untuk menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana
atau tujuan yang telah ditetapkan. Pengembangan peserta didik merupakan kegiatan yang
bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat sesuai dengan kondisi
sekolah. Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara antara
lain: kegiatan ekstrakulikuler, pengayaan dan remedial bagi peserta didik yang hasil
belajarnya di bawah standar, dan kegiatan bimbingan konseling.

4. Terdapat tiga syarat pokok yang harus dipenuhi oleh suatu disiplin ilmu yang otonom. Ketiga
syarat yang dimaksud, yaitu;
A. Memiliki objek studi (objek formal) tersendiri yang membendakannya dari objek studi
disiplin ilmu yang lainnya.
B. Metodis, yaitu menggunakan metode (metode penelitian ilmiah) tertentu yang tepat
dalam rangka mempelajari objek studinya
C. Sistematis, artinya bahwa hasil studinya merupakan satu kesatuan pengetahuan
mengenai objek studinya yang tersusun saling berhubungan secara terpadu.
1) Objek studi ilmu dibedakan menjadi: (1) objek material, dan (2) objek formal.
Objek material adalah seseuatu yang dipelajari oleh suatu ilmu dalam wujud
materinya, sedangkan objek formal adalah suatu bentuk yang khas atau spesifik
dari objek material yang dipelajari oleh suatu ilmu. Setiap disiplin ilmu
memiliki objek material dan objek formal tertentu. Beberapa disiplin ilmu
mungkin memimiliki objek material yang berbeda, tetapi mungkin pula
mempunyai objek material yang sama. Namun demikian, sebagai ilmu yang
ototnom setiap ilmu harus mempunyai objek formal yang spesifik dan berbeda
daripada objek formal ilmu yang lainnya. Objek meterial pedagogik adalah
manusia, objek material pedagogik ini adalah sama halnya dengan objek
material psikologi, sosiologi, ekonomi dan sebagainya. Namun demikian,
pedagogik memiliki objke formal tersendiri, atau mempunya objek formal yang
spesifik dan berbeda daripada objek formal psikologi, ekonomi dan sebagainya.
Objek formal spikologi adalah proses mental dan tingkah laku manusia; objek
formal ekonomi adalah pemenuhan kebutuhan hidup manusia, melalui proses
produksi, distribusi dan pertukaran; sedangkan objek formal pedagogik adalah
“fenomena pendidikan” atau “situasi pendidikaní”
2) Semua disiplin ilmu dalam mempelajari objek studinya tentu menggunakan
metode ilmiah, demikian pula pedagogik. Dalam rangka operasinya, metode
ilmiah dijabarkan ke dalam metode penelitian ilmiah. Adapun metode
penelitian ilmiah tersebut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (1) metode
penelitian kualitatif dan (2) metode penelitian kuantitatif. Yang tergolong
metode penelitian kualitatif antara lain fenomenologi, hermeneutika, dan
etnometodologi, sedangkan yang tergolong metode penelitian kuantitatif antara
lain metode eksperimen, metode kuasi eksperimen, metode korelasional dan
sebagainya. Kelompok filsuf dan ilmuan tertentu berpendapat bahwa metode
penelitian kualitatif merupakan metode penelitian ilmu-ilmu kemanusiaan,
sedangkan metode penelitian kuantitatif merupakan penelitian ilmu kealaman.
Sebaliknya, pada zaman keemasan sains modern (modern science), yaitu
zamah keemasa ilmu-ilmu yang dilandasi filsafat positivisme dan pradigman
Newtodian, ada di antara para filsuf dan ilmuan yang berpendapat bawa ilmu-
ilmu kealaman maupun ilmu kemanusiaan adau ilmu sosial termasuk di
dalamnya pedagogik, dalam rangka studinya seharusnya menggunakan metode
kuantitatif atau metode penelitian kealaman. Menurut mereka, sesuatu “ilmu”
(termasuk pedagogik) apabila tidak menggunakan metode penelitian ilmu
kealaman (metode kuantitatif) maka diragukan status keilmuannya.
3) Sifat Sistematis dari hasil studinya.
a) Bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
Ilmu dapat dipergunakan untuk penelitian dan penemuan hal-hal baru.
Setiap orang dapat menggunakan atau memanfaatkan hasil penemuan
orang lain, dan tidak menjadi monopoli bagi yang menemukannya saja.
b) Kebenarannya tidak mutlak
Penelitian merupakan kegiatan yang dilakukan manusia, sehingga
kebenaran suatu ilmu tidak selamanya mutlak. Kekeliruan/kesalahan
yang mungkin terjadi terletak pada manusia yang kurang tepat dalam
penggunaan metode tersebut, dan bukan hanya pada kesalahan metode.
c) Bersifat Objektif
Prosedur kerja atau cara penggunaan metode dalam
menemukan/meneliti sesuatu. Tidak dapat tergantung pada pemahaman
secara pribadi, melainkan didasarkan pada metode yang bersifat ilmiah,
d) Bersifat Rasional
Hasil dari proses berfikir merupakan akibat dari penggunaan akal
(rasio) yang bersifat objektif.
e) Bersifat Empiris
Ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh pancaindera, ilmu
sifatnya tidak abstrak. Berdasarkan pengalaman hidup dan penelitian
dapat menghasilkan ilmu.
f) Bersifat Umum
Hasil dari ilmu dapat dipergunakan oleh semua manusia tanpa kecuali.
Ilmu tidak hanya dapat dipergunakan untuk wilayah tertentu, tetapi ilmu
dapat dimanfaatkan secara makro tanpa dibatasi oleh ruang.
5. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini mendukung adanya pengajaran. Hal itu
sangat bermanfaat selagi masih dalam jalur yang sejalan dengan dimensi Pedagogik.
Penggunaan TIK dalam sistem e-learning tanpa memperhatikan Pedagogik tentu adalah satu
hal yang menyimpang. Penggunaan TIK terkadang di dapati kendala - kendala dalam
pengaplikasian. Sedikitnya terdapat 3 hal yang menjadi kendala, Antara lain :
A. Kurangnya dukungan
Para guru di sekolah menengah sering merasakan banyak tekanan dari para pemimpin
sekolah untuk menggunakan TIK dalam pengajaran mereka. Untuk memiliki integrasi
TIK yang sukses dalam pengajaran, maka kepala sekolah perlu memberikan dukungan
yang tepat kepada para guru.
B. Kurangnya Kepercayaan
Guru menghadapi banyak tantangan ketika mencoba untuk mengintegrasikan TIK
dalam pengajaran mereka dan beberapa di antaranya adalah pengetahuan,
keterampilan, kepercayaan, dan sikap mereka kepercayaan dan sikap adalah faktor
penting bagaimana guru menggunakan TIK dalam kegiatan mengajar. Dengan
demikian, sikap guru terhadap TIK merupakan faktor penting ketika menerapkan TIK
dalam pengajaran.
C. Kurangnya Perlengkapan
Ditemukan bahwa sebagian besar lembaga memiliki komputer. Tetapi komputer sangat
sedikit dan sebagian besar waktu mereka sedang digunakan oleh siswa yang
menawarkan ilmu komputer dan teknologi informasi (IT) meninggalkan sisa siswa dan
guru dalam dilema. Berbagai penelitian menunjukkan beberapa penelitian alasan
kurangnya akses ke teknologi. Dalam studi Sicilia, guru mengeluh tentang bagaimana
sulitnya memiliki akses ke komputer. Guru mengidentifikasi kekurangan jumlah
komputer yang tidak mencukupi, peripheral yang tidak mencukupi, dan jumlah salinan
perangkat lunak, dan kurangnya akses internet simultan sebagai hambatan utama untuk
implementasi TIK di Indonesia institusi pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai