Anda di halaman 1dari 14

PERPAJAKAN II

RESUME MINGGU KE-10

Disusun oleh:
KELOMPOK 10

1. Verena Ayu Carinnira Pradjarto (042111333147)


2. Atthariq Firdauzan Bihaqqi (042111333169)
3. Rangga Kurniawan (042111333177)
4. Bintang Toto Laksono Sugiatmoko (042111333178)
5. Rafli Aliefdiputra (042111333182)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2023
1. Pengertian/teori terkait PPh WP OP
Secara mendasar, Pajak Penghasilan Orang Pribadi ini terbagi menjadi 2 yakni orang
pribadi yang bekerja sebagai karyawan, dan orang pribadi yang melakukan pekerjaan atau
usaha (pengusaha).
Sesuai Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh), subjek Pajak Penghasilan
Orang Pribadi adalah orang atau pihak yang bertanggung jawab atas pajak penghasilan yang
diterima atau diperoleh dalam Tahun Pajak maupun bagian Tahun Pajak. Artinya, subjek
pajak penghasilan yakni orang yang harus membayar PPh dan disebut sebagai Wajib Pajak
(WP), yang ditetapkan melalui kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Namun subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau PPh OP ini terbagi menjadi 2
jenis, yakni:
- Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri
Merujuk pada Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020, subjek
PPh Orang Pribadi Dalam Negeri adalah WP Orang Pribadi yang merupakan Warga
Negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing (WNA), yang:
● Bertempat tinggal di Indonesia
● Berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
● Atau dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia
PPh Orang Pribadi Dalam Negeri ini dikenakan pada bagi WP OP yang telah
menerima atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP).

- Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi Luar Negeri


Masih sesuai UU Cipta Kerja, sedangkan subjek PPh Orang Pribadi Luar
Negeri WP Orang Pribadi, yang:
● Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
● WNA yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu
12 bulan
● WNI yang berada di luar Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan serta memenuhi persyaratan

Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah penghasilan yang merupakan setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh orang pribadi, baik berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah
kekayaan yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Jenis-Jenis Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi


Merujuk Pasal 4 ayat (1) UU PPh No. 36 Tahun 2008, berikut jenis-jenis objek PPh Orang
Pribadi:
- Penghasilan dari Pekerjaan
Penghasilan yang merupakan objek PPh Orang Pribadi dari pekerjaan ini meliputi:
● Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam undang-undang
● Hadiah dari pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
● Penghasilan dari Usaha atau Pekerjaan Bebas

Objek PPh Orang Pribadi yang merupakan penghasilan dari usaha atau pekerjaan
bebas adalah:
● Laba usaha
● Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan atau pekerjaan bebas.

- Penghasilan dari Modal (Investasi)


Penghasilan dari modal atau investasi yang merupakan objek pajak penghasilan orang
pribadi / PPh Orang Pribadi diantaranya:
● Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk
● Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
● Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian laba dari sisa
hasil usaha koperasi
● Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
● Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

- Penghasilan lain-lain
Sedangkan penghasilan lain-lain yang masuk dalam kategori objek pajak penghasilan
orang pribadi / PPh Orang Pribadi adalah:
● Hadiah dari undian
● Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
dan pembayaran tambahan pengembalian pajak
● Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
● Keuntungan karena pembebasan utang kecuali sampai jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
● Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
● Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak
● Penghasilan dari usaha berbasis Syariah
● Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU yang mengatur mengenai
KUP
● Surplus Bank Indonesia
2. Kasus PPh WP OP
Contoh kasus :
Pak Kelik adalah seorang pekerja swasta dengan penghasilan sebesar Rp280.000.000
dalam satu tahun. Saat ini Pak Kelik berstatus belum kawin dan tidak memiliki tanggungan.
Berapakan Penghasilan Kena Pajak yang ditanggung oleh Pak Kelik?
Jawaban :

3. Kasus PPh WP OP
Kresnadwipayana merupakan seorang pengusaha yang memiliki studio foto dengan
kelengkapan laboratorium fotografi di Kota Denpasar. Gedung studio foto tersebut
baru didirikan pada satu tahun terakhir setelah sebelumnya Kresnadwipayana hanya
melaksanakan usahanya di rumah tinggal. Usaha Kresnadwipayana tidak hanya
menawarkan jasa fotografer, rekayasa, dan pencetakan foto sebagai produk utama,
akan tetapi melayani pula pemesanan pigura khusus yang dibuat secara ha

nd made.
Ide pelayanan pemesanan pigura tersebut diperoleh Kresnadwipayana ketika
membantu pengerjaan tugas prakarya anak semata wayangnya yang tengah menjalani
masa orientasi SMA. Atas usaha yang dijalankannya, Kresnadwipayana telah
menerapkan kebijakan pembukuan dengan laporan tahunan sebagai berikut.
Berikut merupakan keterangan yang menjelaskan perincian berbagai elemen yang
terdapat di laporan keuangan studio foto milik Kresnadwipayana.
1. Atas pendapatan jasa, termasuk jasa foto kartu pegawai balai kota dengan nilai
kontrak sebelum pajak senilai Rp 375.000.000,00. Pengadaan kartu pegawai
merupakan proyek 5 tahunan dari balaikota.
2. Atas gaji dan bonus pegawai tetap, termasuk gaji bagi tiga orang editor
sebesar Rp 20.000.000,00 per tahun, serta bagi adik ipar Kresnadwipayana
sebesar Rp 3.000.000,00 per bulan yang bekerja di posisi serupa.
3. Atas honorarium fotografer lepas, nilai tersebut dicatat sesuai jumlah kas yang
diterima seorang fotografer profesional lepas secara sekaligus dalam
menangani suatu order khusus.
4. Atas biaya transportasi pegawai, imbalan diberikan dalam bentuk tunai dan
hanya berlaku bagi pegawai yang telah bekerja selama minimal 3 tahun.
5. Kresnadwipayana melakukan pemotongan PPh 21 atas segala bentuk imbalan
kepegawaian.
6. Asuransi gedung meliputi asuransi atas studio foto dan rumah tinggal
Kresnadwipayana yang masing – masing memiliki nilai wajar Rp
1.530.000.000,00 dan Rp 510.000.000,00. Premi ditetapkan berdasarkan
perbandingan pro rata nilai wajar aset di tahun berjalan.
7. Biaya penyusutan diakui atas gedung dengan metode jumlah angka tahun
selama 10 tahun dengan nilai sisa Rp 155.000.000,00. Gedung tidak
mengalami apresiasi nilai wajar dibanding awal tahun.
8. Sewa gudang dibayarkan kepada pemilik petak di belakang studio yang
dipergunakan sebagai tempat penitipan material pigura. Pembayaran dilakukan
pada bulan November untuk lima bulan menjelang.
9. Galeri display mini dibuat untuk tujuan eksibisi di balaikota, namun kemudian
dipergunakan kembali sebagai elemen dekorasi studio.
10. Atas biaya telepon, air dan listrik, seperdelapannya dimanfaatkan untuk
keperluan rumah tinggal Kresnadwipayana.
11. Atas biaya perjalanan bisnis, termasuk pula penggantian tiket kereta bagi istri
Kresnadwipayana yang mendampingi perjalanan suaminya, senilai Rp
3.500.000,00.
12. Biaya penghapusan piutang dialokasikan untuk foto tercetak yang belum
diambil setelah lewat masa 3 bulan. Kresnadwipayana telah mematuhi
ketentuan perpajakan terkait pengurusannya.
13. Biaya tender foto Karpeg dialokasikan atas pemberian komisi bagi Kepala
Tata Usaha Balai Kota yang mempermudah perolehan proyek foto untuk kartu
pegawai.
14. Kredit pajak yang telah dipotong pihak lain meliputi:
● PPh 23 yang dipotong pihak lain, sebesar Rp 3.150.000,00.
● Angsuran PPh 25 yang telah dibayar, sebesar Rp 10.750.000,00.

Pertanyaan (Bersifat independen dan saling lepas antar keterangan) :

1. Berapakah pajak kurang (lebih) bayar bagi Kresnadwipayana di periode


berjalan?
Keterangan :

Koreksi atas gaji dan bonus pegawai tetap

= Jumlah lebih yang dibayarkan akibat hubungan istimewa

= 12 * 2.000.000 - 20.000.000

= 16.000.000

Beban honorarium fotografer lepas menurut fiskal

= Kas diterima fotografer + Pemotongan PPh 21

= 85.750.000 + (5% * 50.000.000 + 15% * (X – 50.000.000)

= 85.750.000 + (2.500.000 – 7.500.000 + 15% * X)

= 85.750.000 – 5.000.000 + 15% * X

= 80.750.000 + 15% * X

Di mana X merupakan beban honorarium itu sendiri. Maka persamaan dapat


diselesaikan dengan substitusi matematika sederhana sebagai berikut.

X = 80.750.000 + 15% * X

85% * X = 80.750.000

X = 95.000.000

Di mana X merupakan beban honorarium itu sendiri.

Koreksi negatif atas honorarium fotografer lepas

= Honorarium menurut fiskal - Honorarium menurut akuntansi

= 95.000.000 – 85.750.000

= 9.250.000

Koreksi positif atas asuransi gedung


= Asuransi bagi rumah tinggal yang tidak boleh dibebankan

= 510.000.000 / (1.530.000.000 + 510.000.000) * 8.500.000

= 510.000.000 / 2.040.000.000 * 8.500.000

= 2.125.000

Penyusutan menurut fiskal

= 5% * 1.530.000.000

= 76.500.000

Koreksi positif atas penyusutan

= Penyusutan menurut akuntansi - Penyusutan menurut fiskal

= 250.000.000 – 76.500.000

= 173.500.000

Koreksi positif atas sewa gudang

= Proporsi pembayaran sewa di muka yang tidak boleh dibebankan

= 3/5 * 25.000.000

= 15.000.000
2. Berapakah angsuran PPh 25 per bulan yang seharusnya dibayarkan di periode
mendatang?

3. Berapakah PPh terutang jika Kresnadwipayana memilih menggunakan metode


Norma Penghitungan Penghasilan Netto dalam melakukan pemenuhan
kewajiban perpajakannya?
4. Berapakah PPh terutang jika Kresnadwipayana memiliki sumber penghasilan
lain berupa honorarium sebagai di seminar fotografi tahunan sebesar Rp
34.125.000,00 netto terhadap PPh 21?

5. Berapakah PPh terutang jika ternyata galeri display mini tersebut dikerjakan
sendiri oleh anak Kresnadwipayana dan pembayaran diberikan terhadapnya?

Atas galeri display mini yang dikerjakan anak Kresnadwipayana, maka beban
tersebut tetap boleh dibebankan sebagai beban usaha studio foto. Adapun atas
pembayaran yang diterima anak Krenadwipayana yang belum dewasa dan
belum menikah, maka penghasilan anak tersebut digabungkan kepada
penghasilan Kresnadwipayana.
6. Berapakah PPh terutang jika istri Kresnadwipayana bekerja sebagai akuntan
studio foto Kresnadwipayana dengan gaji Rp 2.500.000,00 per bulan

Atas istri yang bekerja hanya kepada satu pemberi kerja dengan pekerjaan
yang terkait usaha suami, maka dilakukan penggabungan penghasilan antara
Kresnadwipayana dan istri. Adapun terkait biaya perjalanan bisnis yang
semula tidak boleh dikurangkan menjadi bersifat boleh dikurangkan, selama
dapat dibuktikan bahwa pendampingan istri selaku akuntan memang
diperlukan dalam perjalanan bisnis tersebut.

4. Pengertian / Teori WP Badan


★Pengertian Pajak Penghasilan Badan adalah pajak penghasilan yang dikenakan
terhadap penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Badan.
★ PPh Badan ini terbagi menjadi dua berdasarkan sifatnya, yakni:
1. PPh Badan Final : Pajak Penghasilan atau PPh Final adalah pajak
penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
WP Badan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 tahun 2018
tentang Pajak Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib
Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto tertentu.
2. PPh Badan Tidak Final : Pajak Penghasilan atau PPh Tidak Final adalah
pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh WP
Badan berdasarkan Pasal 17 dan Pasal 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan.
★ Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Badan
Hak dan kewajiban wajib pajak badan sebagai berikut:
1. Hak mengajukan restitusi kelebihan pembayaran pajak
2. Hak mendapat perlindungan kerahasiaan data
3. Hak memperoleh pengembalian pendahuluan kebijakan pembayaran pajak
4. Hak mendapatkan fasilitas pajak Ditanggung Pemerintah (DTP)
5. Hak peroleh insentif perpajakan
6. Kewajiban mendaftarkan diri sebagai wajib pajak sesuai ketentuan
perundang-undangan perpajakan
7. Wajib membayar kewajiban pajaknya
8. Kewajiban melaporkan pajaknya
9. Kewajiban berlaku kooperatif apabila dilakukan pemeriksaan pajak
★ Jenis Penghasilan yang Dikenai Pajak Bersifat Final
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, bunga atau diskonto surat berharga jangka pendek yang
diperdagangkan di pasar uang, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
2. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura;
3. Penghasilan berupa hadiah undian;
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan,
usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau
bangunan; dan
5. Penghasilan tertentu lainnya, termasuk penghasilan dari usaha yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu.
★ Sifat Penghasilan Final Yaitu:
1. PPh Final (dibayar sendiri atau dipotong pihak lain) tidak dapat dikreditkan.
2. Biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan, menagih, dan memelihara
(3M) penghasilan yang dikenakan PPh final tidak dapat dikurangkan dalam
memperhitungkan PPh terutang pada akhir tahun (dalam SPT Tahunan PPh).
3. Penghasilan yang dikenakan PPh Final tidak digabung dalam penghitungan
pajak akhir tahun, tapi cukup dilaporkan saja.
★ Dasar Hukum
1. UU No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Badan.
2. UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang
Nomor 7 tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
3. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas
Penghasilan dari Usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang
memiliki peredaran Bruto tertentu.
4. UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
5. UU No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).
6. Beberapa peraturan turunan dalam PMK, Perdirjen, dan lainnya sebagai
regulasi pelaksananya

5. Kasus PPh WP Badan


Contoh 1
PT AAA merupakan Perusahaan Tbk dengan penghasilan bruto sebesar Rp80.000.000.000
dengan Penghasilan Kena Pajak dari hasil pembukuannya sebesar Rp5.000.000.000.Karena
Peredaran Bruto PT AAA telah melebihi Rp50 miliar, maka ketentuan penghitungan PPh
sesuai Pasal 17 ayat (2a) yaitu menggunakan tarif sebesar 25%.
Maka, PPh Badan Terutang PT AAA adalah:

Peredaran Bruto = Rp80.000.000.000

Penghasilan Kena Pajak = Rp5.000.000.000

PPh Badan = (20% x Penghasilan Kena Pajak)

= 20% x Rp5.000.000.000

= Rp1.000.000.000

Contoh 2
PT BBB memiliki peredaran bruto sebesar Rp4.500.000.000. Penghasilan Kena Pajak adalah

sebesar Rp800.000.000. PT BBB tidak termasuk WP yang dikenakan PPh Final atas

peredaran Bruto Tertentu. Karena Peredaran Bruto PT BBB tidak melebihi Rp50 miliar, maka

penghitungan PPh Badan PT BBB dilakukan sesuai Pasal 31E. Untuk ketentuan tarif

menggunakan Pasal 31E, perlu diperhatikan bahwa peredaran bruto sampai dengan Rp4,8

miliar, memperoleh fasilitas pengurangan tarif sebesar Rp50%. Karena Peredaran Bruto PT
BBB tidak melebihi Rp4,8 miliar, maka seluruh bagian peredaran bruto memperoleh fasilitas

pengurangan tarif.

Berikut perhitungan PPh Badan Terutang PT BBB:

Peredaran Bruto = Rp4.500.000.000

Penghasilan Kena Pajak = Rp800.000.000

PPh Badan = (Pengurang Tarif x Tarif PPh x Penghasilan Kena Pajak)

= 50% x 20% x Rp800.000.000

= Rp80.000.000

Anda mungkin juga menyukai