Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BFO DAN PRRI

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
NAMA :
1. ERVINA
2. AZRIL LITA
3. WIDIA SAFITRI
4. M. ALDIANSYAH
5. IMAM KHAMEINI
KELAS : XII-2

MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH 2


KISARAN
T.A 2023-2024

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menolong
hambanya dalam menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan
dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui mengenai “BFO dan PRRI”.
yang saya sajikan berdasarkan pengamatan saya kutip dari berbagai sumber.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca,
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami juga menerima kritik dan
saran dari teman-teman agar makalah ini menjadi lebih baik. Terima kasih.
Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan yang setimpal atas bimbingan dan
bantuan yang telah di berikan kepada penulis. Akhirnya penulis mengharapakan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Kisaran, 19 Februari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A. Persoalan Negera Federal dan BFO............................................................... 3
B. Fungsi BFO.................................................................................................... 4
C. Anggota BFO................................................................................................. 4
D. Persidangan.................................................................................................... 7
E. Pemberontakan PRRI dan Permesta............................................................... 8
F. Latar Belakang Pemberontakan PRRI........................................................... 8
G. Tujuan dan Tokoh Pemberontakan PRRI/Permesta....................................... 9
H. Dampak dan Akhir dari Pemberontakan PRRI.............................................. 9

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 11


A. Ksimpulan...................................................................................................... 11
B. Saran............................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berdirinya BFO atau Majelis Permusyawaratan Federal ini didasari oleh adanya
pembentukan negeri federasi di Indonesia. Pejabat Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Van
Mook, berencana membentuk negara federasi di Indonesia yang mengharuskan dirinya
mengubah ketatanegaraan di Indonesia. Namun rencana untuk mengubah ketatanegaraan ini
mengalami kendala karena di Indonesia telah berdiri Republik Indonesia. Van Mook
kemudian mengawali rencana pembentukan negara federal melalui sebuah konferensi yang
digunakan untuk menyebarluaskan federalisme di Indonesia. Tetapi rencana Van Mook
kembali gagal karena hal tersebut bertentangan dengan keinginan Belanda yang juga ingin RI
masuk dalam persemakmuran di bawah Belanda.
Van Mook menggelar konferensi di Malino pada 15 Juli sampai 25 Juli 1946 dan
menghasilkan keputusan bahwa peserta konferensi menyetujui pengubahan ketatanegaraan di
Indonesia menjadi federasi. Setelah Konferensi Malino, Van Mook juga mengadakan
konferensi Pangkal Pinang dan Denpasar. Konferensi tersebut menjadi pemicu awal
pembentukan negara federal di Indonesia, yaitu Negara Indonesia Timur, sebagai negara
bagian yang pertama berdiri
PRRI adalah singkatan dari Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia, sementara
Permesta adalah singkatan dari Perjuangan Semesta atau Perjuangan Rakyat Semesta.
Pemberontakan keduanya sudah muncul saat menjelang pembentukan Republik Indonesia
Serikat (RIS) tahun 1949. Akar masalahnya yaitu saat pembentukan RIS tahun 1949
bersamaan dengan dikerucutkan Divisi Banteng hingga hanya menyisakan 1 brigade saja.
Kemudian, brigade tersebut diperkecil menjadi Resimen Infanteri 4 TT I BB. Kejadian itu
membuat para perwira dan prajurit Divisi IX Banteng merasa kecewa dan terhina, karena
mereka merasa telah berjuang hingga mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan
Indonesia.
Selain itu, ada pula ketidakpuasan dari beberapa daerah seperti Sumatera dan
Sulawesi terhadap alokasi biaya pembangunan yang diberikan oleh pemerintah pusat.
Pemberontakan ini juga disebabkan karena adanya pengaruh dari PKI terhadap pemerintah
pusat dan hal ini menimbulkan terjadinya kekecewaan pada daerah tertentu. Keadaan tersebut
diperparah dengan pelanggaran konstitusi yang dilakukan oleh pejabat-pejabat yang berada di
dalam pemerintah pusat, tidak terkecuali Presiden Soekarno. Selanjutnya, PRRI membentuk
Dewan Perjuangan dan tidak mengakui kabinet Djuanda. Dewan Perjuangan PRRI akhirnya
1
membentuk Kabinet baru yang disebut Kabinet Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia (Kabinet PRRI). Pembentukan kabinet ini terjadi pada saat Presiden Soekarno
sedang melakukan kunjungan kenegaraan di Tokyo, Jepang. Pada tanggal 10 Februari 1958,
Dewan Perjuangan PRRI melalui RRI Padang mengeluarkan pernyataan berupa “Piagam
Jakarta” yang berisi sejumlah tuntutan yang ditujukan kepada Presiden Soekarno supaya
“bersedia kembali kepada kedudukan yang konstitusional, menghapus segala akibat dan
tindakan yang melanggar UUD 1945 serta membuktikan kesediaannya itu dengan kata dan
perbuatan…”. Tuntutan tersebut antara lain :
1. Mendesak kabinet Djuanda supaya mengundurkan diri dan mengembalikan
mandatnya kepada Presiden Soekarno.
2. Mendesak pejabat presiden, Mr. Sartono untuk membentuk kabinet baru yang
disebut Zaken Kabinet Nasional yang bebas dari pengaruh PKI (komunis).
3. Mendesak kabinet baru tersebut diberi mandat sepenuhnya untuk bekerja hingga
pemilihan umum yang akan datang.
4. Mendesak Presiden Soekarno membatasi kekuasaannya dan mematuhi konstitusi.
5. Jika tuntutan tersebut di atas tidak dipenuhi dalam waktu 5×24 jam maka Dewan
Perjuangan akan mengambil kebijakan sendiri. Setelah tuntutannya di tolak,
PRRI membentuk sebuah Pemerintahan dengan anggota kabinetnya. Pada saat
pembangunan Pemerintahan tersebut di mulai, PRRI memperoleh dukungan dari
PERMESTA dan rakyat setempat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemberontakan BFO dan PRRI
2. Apa yang melatar belakangi terjadinya pemberontakan ?

C. Tujuan
Dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuandan diharapkan
bermanfaat bagi kita sema Khususnya dalim m sosal masyarakat. Dapat memberikan
informasi tentang sejarah negara di masa silam mengenai BFO dan PRRI.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Persoalan Negera Federal dan BFO


BFO Negara Federal maupun BFO prinsipnya sama, yakni adalah suatu negara yang
secara resmi merdeka dan diakui kedaulatannya namun secara de-facto berada di bawah
kontrol negara lainnya. Permasalahan ini muncul dimulai sejak Perundingan Linggarjati
disetujui dan ditanda tangani dan di perparah dengan penandatanganan perundingan yang
lainnya, seperti Roem-Royen. Konsep Negara Federal dan “Persekutuan” Negara Bagian
(BFO/Bijeenkomst Federal Overleg) mau tidak mau menimbulkan potensi perpecahan di
kalangan bangsa Indonesia sendiri setelah kemerdekaan. Persaingan yang timbul terutama
adalah antara golongan federalis yang ingin bentuk negara federal dipertahankan dengan
golongan unitaris yang ingin Indonesia menjadi negara kesatuan.

Dalam konferensi Malino di Sulawesi Selatan pada 24 Juli 1946 misalnya, pertemuan
untuk membicarakan tatanan federal yang diikuti oleh wakil dari berbagai daerah non RI itu,
ternyata mendapat reaksi keras dari para politisi pro RI yang ikut serta. Mr. Tadjudin Noor
dari Makasar bahkan begitu kuatnya mengkritik hasil konferensi. Sejak pembentukannya di
Bandung pada bulan Juli 1948, BFO telah terpecah ke dalam dua kubu. Kelompok pertama
lebih memilih bergabung RI yang dipelopori oleh Ide Anak Agung Gde Agung (NIT) serta
R.T. Adil Puradiredja dan R.T. Djumhana (Negara Pasundan). Kelompok kedua dipimpin
oleh Sultan Hamid II (Pontianak) dan dr. T. Mansur (Sumatera Timur) yang bekerjasama
dengan Belanda tetap dipertahankan BFO.
Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II-nya, pertentangan antara dua kubu ini
kian sengit. Dalam sidang-sidang BFO selanjutnya kerap terjadi konfrontasi antara Anak
Agung dengan Sultan Hamid II. Dikemudian hari, Sultan Hamid II ternyata bekerjasama
dengan APRA Westerling mempersiapkan pemberontakan terhadap pemerintah RIS.

3
Namun selain pergolakan yang mengarah pada perpecahan, pergolakan bernuansa
positif bagi persatuan bangsa juga terjadi. Hal ini terlihat ketika negara-negara bagian yang
keberadaannya ingin dipertahankan setelah KMB, harus berhadapan dengan tuntutan rakyat
yang ingin agar negara-negara bagian tersebut bergabung ke RI. Potensi disintegrasi bangsa
pada masa kini bisa saja benar-benar terjadi bila bangsa Indonesia tidak menyadari adanya
potensi semacam itu. Karena itulah kita harus selalu waspada dan terus melakukan upaya
untuk menguatkan persatuan bangsa Indonesia. Sejarah Indonesia telah menunjukkan bahwa
proses disintegrasi sangat merugikan. Antara tahun 1948-1965 saja, gejolak yang timbul
karena persoalan ideologi, kepentingan atau berkait dengan sistem pemerintahan, telah
berakibat pada banyaknya kerugian fiik, materi mental dan tenaga bangsa. Konflik dan
pergolakan yang berlangsung diantara bangsa Indonesia bahkan bukan saja bersifat internal,
melainkan juga berpotensi ikut campurnya bangsa asing pada kepentingan nasional bangsa
Indonesia. Untuk mengantisipasi disintegrasi yang sudah terjadi terulang, sebagai generasi
muda bangsa ini haruslah berjuang dengan cara mengisi kemerdekaan.
B. Fungsi BFO
Fungsi dibentuknya BFO oleh Van Mook yaitu untuk mengelola Republik Indonesia
Serikat (RIS) selama Revolusi Nasional Indonesia (1945-1949). Komite ini bertanggung
jawab untuk membentuk pemerintahan sementara pada tahun 1948 dan digunakan sebagai
bentuk perwakilan negara-negara bagian yang sudah menjadi negara sendiri di atas binaan
Belanda.
C. Anggota BFO
Sejak BFO berdiri, sudah terdapat tokoh-tokoh yang dominan dalam setiap rapat.
Mereka adalah:
1. Tengku Bahriun dari 7 Juli 1943 sampai 13 Januari 1949 (Ketua)

2. Sultan Hamid II dari 13 Januari 1949 sampai 17 Agustus 1950 (Ketua)

4
3. Anak Agung Gde Agung (Negara Indonesia Timur)

4. R.T. Adil Puradireja (Pasundan)

5. Sultan Hamid II (Borneo Barat)

5
6. T. Mansoer (Sumatera Timur)

7. Anak Agung Gde Agung dan Adil Puradireja

Bertugas untuk mendekatkan BFO dengan RI, sedangkan Sultan Hamid II dan T.
Mansoer berusaha agar BFO tetap mengikuti rencana yang dibuat Belanda. Negara Bagian
Negara Indonesia Timur Jawa Timur Sumatera Timur Madura Pasundan (Jawa Barat)
Sumatera Selatan

Negara Otonom
 Banjar
 Banka
 Billiton
 Jawa Tengah
 Borneo Timur
 Groot
 Dajak (Dajak Besar)
 Riau
 Federasi Kalimantan Tenggara
 Borneo Barat

6
D. Persidangan
 7 Juli 1948
Para anggota BFO memulai sidang pertama mereka pada tanggal 7 Juli 1948 di Bandung.
 15 Juli sampai 18 Juli 1948
BFO kembali melakukan konferensi selama tiga hari untuk membicarakan rancangan
pemerintah peralihan yang disebut Pemerintah Federal Interim (FIR). Perundingan tersebut
membahas tentang ikut sertanya RI dalam susunan FIR. Jika RI tidak bersedia, maka FIR
akan tetap dibentuk guna menyiapkan negara serikat yang terdiri dari orang-orang Indonesia
saja. Begitu FIR terbentuk akan kembali diadakan sebuah perundingan untuk mengupayakan
RI menjadi bagian dari FIR.
 27 Juli 1948
BFO mengumukan resolusinya pada konferensi pers di Gedung Indonesia Serikat,
Jakarta. Resolusi tersebut berisikan enam dasar, salah satunya yaitu berisi tentang konsep
pemerintahan yang berbentuk federal dan beranggotakan sekurang-kurangnya tiga orang
Indonesia.
 21 Januari 1949
Dilakukan pertemuan delegasi antara BFO, Mr. Djumhana, dan dr. Ateng dengan Presiden
Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pertemuan tersebut dilakukan untuk
membahas rencana pembicaraan antara wakil republiken dan Belanda. Delegasi Republik
Mohammad Roem mengatakan bahwa RI bersedia berunding dengan BFO jika diawasi oleh
pihak Komisi PBB.
 14 April 1949
Pertemuan antara RI, Belanda, dan BFO diselenggarakan di Hotel Des Indes, Jakarta.
Hasil dari pertemuan ini adalah :
1. Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas gerilya,
2. Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar
(KMB),
3. Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta,
4. Serta Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer
dan membebaskan semua tawanan perang.
 22 Juni 1949

7
Kembali diadakan perundingan antara RI, BFO, dan Belanda. Pertemuan tersebut
menghasilkan keputusan, yaitu kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan
tanpa syarat seperti pada Perjanjian Renville 1948. Kemudian Belanda dan Indonesia akan
mendirikan sebuah persekutuan atas dasar sukarela dan persamaan hak serta Hindia Belanda
akan menyerahkan semua hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada Indonesia.
E. Pemberontakan PRRI dan Permesta
Kemunculan PRRI atau Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia
diproklamasikan pada tahun 1958. Pemerintahan ini dipimpin oleh Perdana Menteri
Syarifuddin Prawiranegara dan anggotanya, yaitu Natsir, Burhanuddin Harahap, Simbolon
dan Sumitro Djojohadikusumo. Baca juga: Konflik dan Pergolakan yang Berkait dengan
Kepentingan Latar belakang dari PRRI adalah adanya kekhawatiran yang cemas pada
Soekarno dan PKI. Hingga akhinya PRRI bergabung dengan Permesta yang merupakan kaum
pemberontak yang berasal dari Sulawesi. Untuk memulihkan PRRI/Permesta, presiden
mengerahkan operasi militer bernama Operasi 17 Agustus yang di dalamnya terdapat
Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut di Sumatera Tengah. Suasana
Konferensi Meja Bundar yang digelar di Den Haag,
Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara Republik Indonesia Serikat
(RIS). Tanggal 17 Agustus 1950, lima tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan, Indonesia
kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Lihat Foto Suasana
Konferensi Meja Bundar yang digelar di Den Haag, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia
sebagai negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Tanggal 17 Agustus 1950, lima tahun
setelah Proklamasi Kemerdekaan, Indonesia kembali menjadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Ministry/Davidelit)
F. Latar Belakang Pemberontakan PRRI
Dalam buku sejarah Demi Kehormatan Negara yang disusun oleh Hasiyati (2020),
pertentangan pemerintah pusat dan sejumlah daerah berpangkal pada persoalan alokasi dana
pembangunan yang tidak merata dan tuntutan otonomi daerah. Situasi sudah memanas sejak
terjadi pengurangan divisi pada brigade di angkatan darat yang menyisakan Resimen
Infanteri 4 TT I BB. Para perwira dan tokoh militer di daerah kecewa dan merasa terhina
akan hal tersebut setelah berjuang mempertaruhkan jiwa raga untuk bela negara.
Ketidakpuasan tersebut terjadi di sejumlah wilayah Sumatra dan Sulawesi, serta
diperparah dengan tingkat kesejahteraan prajurit dan masyarakat yang sangat rendah kala itu.
Hal ini menjadi pemicu kemunculan dewan perjuangan daerah pada Desember 1956 hingga
Februari 1957. Dalam buku Prajurit-Prajurit di Kiri Jalan (2011) karya Petrik Matanasi,
8
PRRI/Permesta lahir di Padang, Sumatra Barat pada 15 Februari 1958. Di sisi lain, Permesta
sudah terbentuk pada 2 Maret 1957 di Makassar, Sulawesi Selatan namun pusat Permesta ada
di Manado, Sulawesi Utara
G. Tujuan dan Tokoh Pemberontakan PRRI/Permesta
Puncak pemberontakan PRRI/Permesta ditandai dengan persetujuan dari Letnan
Kolonel Achmad Husein terkait berdirinya PRRI dan pembentukan kabinet dengan
Sjafruddin Prawiranegara sebagai Perdana Menteri. Proklamasi berdirinya PRRI disambut
meriah di Indonesia bagian Timur.
Sementara itu, Letnan Kolonel D.J Somba, Komandan Daerah Militer Sulawesi Utara
dan Tengah memutus hubungan dengan Pemerintah Pusat dan mendukung PRRI. Dari
ketidakpuasan tersebut, terjadi pembentukan dewan perjuangan yaitu:
1. Dewan Banteng yang dipimpin Letkol Ahmad Husein di wilayah Sumatera Barat

2. Dewan Gajah yang dipimpin Kolonel Maludin Simbolon di wilaya Sumatera Utara

3. Dewan Garuda yang dipimpin Letkol Barlian di wilayah Sumatera Selatan

9
4. Dewan Manguni yang dipimpin Kolonel Ventje Sumual di Sulawesi.

Adapun tujuan dari pembentukan dewan-dewan tersebut yaitu:


1. Meminta pembubaran Kabinet Djuanda
 Pembentukan pemerintahan sementara oleh Moh Hatta dan Sultan
Hamengkubuwono IX hingga pemilihan umum berikutnya dilaksanakan Sukarno
kembali ke posisi konstitusionalnya.
 Terkait masalah otonomi daerah, PRRI menuntut pemerintah bertindak adil dan
merata untuk alokasi dana pembangunan daerah.

H. Dampak dan Akhir dari Pemberontakan PRRI


Aksi PRRI/Permesta dianggap sebagai bentuk pemberontakan oleh pemerintah pusat
yang kemudian segera membentuk operasi penumpasan. Pemerintah membentuk operasi
gabungan dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan Perang RI
(APRI) untuk menyelesaikan pemberontakan PRRI/Permesta. Operasi penyelesaiaan
diantaranya yaitu, Operasi Tegas yang dipimpin Letkol Kaharudin Nasution. Lalu Operasi 17
Agustus yang dipimpin Kolonel Ahmad Yani, Operasi Saptamarga yang dipimpin
Jatikusumo dan Operasi Sadar yang dipimpin oleh Letkol Ibnu Sutowo.
Tentara APRI melakukan berbagai macam tindak kekerasan untuk menumpas gerakan PRRI.
Ribuan orang ditangkap paksa akibat keterlibatan atau dicurigai sebagai simpatisan
PRRI/Permesta. Gerakan ini menimbulkan berbagai dampak negatif diantaranya yaitu:

10
- Memakan korban jiwa hingga 22.174 jiwa, 4.360 luka, dan 8.072 orang tawanan
- Kondisi ekonomi terganggu dan muncul inflasi deflasi
- Terjadi perpecahan antara hubungan persaudaraan di daerah
- Kurangnya bahan makanan
- Pimpinan NKRI menyadari akan ancaman konflik perbedaan di berbagai wilayah
- Saat terjadi kerusuhan, sejumlah SMP, SMA, hingga universitas terpaksa ditutup
sementara karena hampir semua dosen dan mahasiswa terlibat PRRI.
Di tahun 1961 Presiden Sukarno memberi kesempatan pada anggota pemberontakan
PRRI/Permesta untuk berdamai dan diberikan amnesti yang tertuang dalam Surat Keputusan
Presiden No. 322 Tahun 1961.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Potensi disintegrasi bangsa pada masa kini bisa saja benar-benar terjadi bila bangsa
Indonesia tidak menyadari adanya potensi semacam itu. Karena itulah kita harus selalu
waspada dan terus melakukan upaya untuk menguatkan persatuan bangsa Indonesia. Sejarah
Indonesia telah menunjukkan bahwa proses disintegrasi sangat merugikan. Antara tahun
1948-1965 saja, gejolak yang timbul karena persoalan ideologi, kepentingan atau berkait
dengan system pemerintahan, telah berakibat pada banyaknya kerugian fiik, materi mental
dan tenaga bangsa. Konflik dan pergolakan yang berlangsung diantara bangsa Indonesia
bahkan bukan saja bersifat internal, melainkan juga berpotensi ikut campurnya bangsa asing
pada kepentingan nasional bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi disintegrasi yang sudah
terjadi terulang, sebagai generasi muda bangsa ini haruslah berjuang dengan cara mengisi
kemerdekaan.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.mediabelajar.cf/2016/06/pergolakan-yang-berkait-sistem.html
https://dokumen.tips/download/link/konflik-dan-pergolakan-yang-berkait-dengan-sistem-
pemerintahan-tahun-1948-1965 https://prezi.com/zqqbxjjwwkfn/konflik-pergolakan-
yang-berkait-dengan-sistem- pemerintahan/
http://gurusejarahlokal.blogspot.co.id/2015/11/konflik-dan-pergolakan-di-
indonesia.html
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6074564/pemberontakan-prripermesta-latar-
belakang-tujuan-tokoh-dan-dampaknya.
Referensi: Sari, N.R. (2014). Dinamika Badan Permusyawaratan Federal (BFO) Menuju
Kedaulatan Indonesia. Avatara e-journal Pendidikan Sejarah. Reid, Anthony.(1974).
The Indonesian National Revolution 1945-1950. Melbourne: Longman Pty Ltd.
https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/13/172453579/bfo-latar-belakang-fungsi-
anggota-dan-persidangan?page=all.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/03/170719869/konflik-dan-pergolakan-
berkait-dengan-sistem-pemerintahan.

13

Anda mungkin juga menyukai